Pada penelitian sebelumnya ada Perancangan typeface menggunakan karakter motif batik Jogja oleh Cindy Purnamasari yang mengabungkan unsur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pada penelitian sebelumnya ada Perancangan typeface menggunakan karakter motif batik Jogja oleh Cindy Purnamasari yang mengabungkan unsur"

Transkripsi

1 1. Pendahuluan Batik sudah lama dikenal sebagai warisan budaya Nusantara. Selama berabad-abad, dunia mengenal batik berasal dari Indonesia [1]. Begitu banyak macam batik yang ada di Indonesia, dengan motif yang beraneka ragam. Salah satunya motif batik Solo yang berasal dari lingkungan keraton, yang memiliki makna dan filosofi yang dalam pada tiap ornamen hiasnya. Dahulu kala motif ini hanya digunakan dan dibuat oleh kalangan keraton saja. Seiring perkembangan zaman motif-motif yang ada dapat dikenakan oleh semua orang. Namun dalam perkembangannya ada pihak yang kurang paham dengan makna yang ada pada motif batiknya, melakukan perubahan maupun penambahan gambar corak yang membuat makna yang terkandung pada corak aslinya menjadi hilang. Maka perlu adanya sebuah tindakkan yang dilakukan untuk mengembalikan arti dan filosofi pada setiap motif batik yang ada. Terlebih di era yang sudah modern ini, banyak orang yang belum tahu dengan makna ataupun arti yang tersirat pada tiap motif batik yang ada. Dari sinilah perlu diadakan penelitian untuk menciptakan inovasi baru dimana motif batik tetap mengandung filosofi aslinya, dikemas pada format yang baru sesuai dengan era yang lebih modern kini. Maka dipilihlah pixel-art sebagai format baru untuk batik yang akan dirancang. Pixel-art merupakan sebuah seni digital yang dibuat dengan bantuan komputer. Tersusun dari sebuah titik-titik kecil, menyatu dan membentuk sebuah gambar. Banyak orang awam kurang paham dengan hal ini dan tidak memperhatikannya. Lantas dimana pixel-art dapat dijumpai. Sejujurnya semua hal yang biasa dilihat pada layar televisi, komputer, layar handphone atau gadget lainnya yang memiliki layar display gambar adalah pixel-art. Berdasarkan latar belakang tersebut maka diangkatlah penelitian ini, dengan maksud membuat sebuah inovasi baru dalam bidang grafis, yang erat hubungannya dengan unsur seni dan hasil budaya. Dari banyaknya hasil budaya, batik Solo diambil sebagai objek utama. Karena batik Solo memiliki makna dan filosofi pada tiap motifnya. Sedangkan pixel-art yang merupakan salah satu dari karya seni yang sering di jumpai, namun keberadaannya sering tidak diperhatikan oleh khalayak umum. Pada penelitian ini dilakukan perancangan pattern motif Batik Solo, dalam bentuk pixel-art tanpa mengurangi dan menghilangkan arti dari tiap corak hias dan ornamen yang ada. Harapan dari penelitian ini budaya batik semakin dikenal dan digandrumi oleh masyarakat yang lebih luas, dan seni pixel atau yang lebih sering dikenal dengan pixel-art mendapatkan perhatian yang lebih di khalayak pada umumnya. Dengan cara menggabungkan kedua unsur ini menjadi satu. 2. Tinjauan Pustaka Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya ada Perancangan typeface menggunakan karakter motif batik Jogja oleh Cindy Purnamasari yang mengabungkan unsur 2

2 batik dengan ilmu tentang typografi untuk membuat sebuah typeface yang baru [2]. Ada pula yang membahas tentang bagaimana cara membuat batik dengan cara yang sudah ada. Pada tahun 2011, Vicky Romario Utomo dari Universitas Kristen Petra melakukan penelitian Perancangan Modul Pembelajaran Batik Klasik Jawa Timur Untuk Anak SD oleh KIBAS yang membuat buku modul dengan ilustrasi sebagai hasil akhir dari penelitiannya [3]. Dari beberapa temuan inilah diangkatnya judul Perancangan PIXEL-ART pada motif Batik Solo dengan Proses Pengolahan Digital karena belum adanya penelitian batik yang disinambungkan dengan pixel-art. Batik Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu [4]. Secara Etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa. Terdiri dari kata amba yang berarti lebar, luas, kain: dan titik yang berarti titik atau matik (membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah batik, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas dan lebar. Ada dua poin utama yang harus diperhatikan dalam perancangan batik. Poin pertama adalah warna, melalui warna dapat diketahui ciri sebuah motik batik. Warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu pada sebuah motif. Poin kedua adalah garis, garis membentuk corak dan motif batik sehingga menjadi gambar-gambar yang indah sesuai yang diharapkan. Tanpa garis-garis yang saling berpadu, tidaklah mungkin terbentuk pola-pola batik yang indah. Batik sendiri dibedakan oleh banyak hal. Dilihat dari ragam coraknya batik dibagi menjadi tiga bagian: batik keraton, batik pesisir, dan batik pedalaman. Batik keraton adalah batik yang berasal dari daerah keraton, ciri batik keraton memiliki ragam khusus, hiasannya bersifat simbolis, berlatarkan budaya Hindu, Budha, dan Islam. Warna-warna yang digunakan cenderung netral atau kalem. Batik pesisir adalah batik yang berasal dari daerah pesisir atau pinggiran pantai tempat biasanya orang asing berlabuh. Memiliki ragam hias natural kebanyakan dipengaruhi oleh berbagai budaya asing, warna yang digunakan sangat beraneka ragam dan biasanya mencolok. Sedangkan batik pedalaman adalah batik yang berasal dari daerah pedalaman, batik ini biasanya sangat terkenal di daerah masing-masing, tetapi sering dianggap bukan batik. Bahkan sering disebut bukan batik, karena corak dan warnanya keluar dari aturan corak dan warna batik. Berdasarkan bentuknya batik juga dibedakan menjadi tiga golongan yaitu batik dengan corak hias geometris, batik dengan corak hias nongeometris, dan batik dengan corak hias khusus. Ketiganya memiliki perbedaan masing-masing. Corak hias geometris adalah corak hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun (seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran, dll) yang disusun secara berulang-ulang membentuk satu kesatuan corak. Corak ini cocok untuk digunakan sebagai desain pattern. Corak hias nongeometris adalah corak hias dengan susunan yang tidak teratur, pola ini tidak dapat diukur secara pasti. Sedangkan corak hias khusus 3

3 hampir sama dengan corak hias nongeometris. Corak hias khusus ini diperuntukkan bagi batik diluar keraton (pesisir dan pedalaman). Berdasarkan bentuknya corak geometris dan nongeometris memiliki berbagai macam bentuk dasar. Corak geometris secara garis besar memiliki bentuk utama ceplokan, ganggong, parang, dan banji. Corak ceplokan memiliki ciri bentuk lingkaran dan oval. Corak ganggong memiliki bentuk hampir sama dengan ceplokan. Biasanya pada corak ganggong terdapat isen yang terdiri dari seberkas garis yang panjangnya tidak sama. Isen sendiri merupakan motif yang berfungsi sebagai pengisi bidang kosong dalam batik. Untuk garis yang paling panjang biasanya berbentuk tanda +. Corak parang merupakan corak yang terdiri atas lebih dari satu ragam rias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut 45 o. Corak banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan menghubungkan swastika pada garis-garis, sehingga membentuk sebuah corak. Corak nongeometris biasanya memiliki bentuk utama semen, lunglungan, buketan, pinggiran, dan dinamis. Tiap coraknya memiliki khas masingmasing. Seperti corak semen mempunyai ragam rias utama berupa meru, suatu gubahan yang menyerupai gunung. Meru berasal dari nama gunung Mahameru. Hakikat meru adalah lambang gunung atau tempat tumbuh-tumbuhan bertunas (bersemi) hingga corak ini disebut semen yang berasal dari kata dasar semi. Corak lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan corak semen. Berbeda dengan corak semen, ragam hias corak lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Corak buketan dikenali lewat rangkain bunga atau kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya. Corak pinggiran terdiri atas ragam hias yang biasa digunakan untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada pola batik. Corak dinamis adalah corakcorak yang masih dapat dibedakan antara unsur-unsur coraknya, tetapi ornamen di dalamnya tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisonal. Corak ini merupakan peralihan corak batik klasik dan modern. Pixel-Art Kata pixel-art berasal dari dua suku kata pixel dan art. Pixel merupakan unit terkecil dari sebuah gambar pada layar televisi atau komputer [5]. Art ( dalam bahasa Indonesia : seni) adalah pembuatan hal-hal seperti lukisan atau gambar, atau hal lain yang dibuat [6]. Pixel-art sendiri merupakan salah satu jenis dari seni digital. Sampai sekarang tiap orang memiliki definisi yang berbeda beda tentang pixel-art. Jika dilihat dari berbagai faktanya pixel-art merupakan jenis grafis yang dikembangkan dengan software raster image editor (MS Paint, Photoshop, GIMP, dll). Untuk membuat gambar yang berupa garis solid, pixel demi pixel dengan warna yang terbatas pada grafik komputer. Pixel-art awalnya digunakan pada grafik game klasik pada komputer yang masih terdiri dari pixel hitam dan pixel putih. Ambil salah satu contohnya adalah game Space Invader tahun 1978 yang dibuat oleh Midway. Satu dari game simpel yang hanya menggunakan tone hitam dan putih. Seiring perkembangan hardware komputer, grafiknya pun mulai berkembang. Pada tahun 1986 nintendo 4

4 mengembangkan game Kid Icarus. Game yang dimainkan pada console NES (Nintendo Entertainment System) ini memiliki jumlah warna maksimal 25 yang bisa ditampilkan pada layar monitor. Lalu pada tahun 1991, dikeluarkanlah The Legend of Zelda : A Link to The Past. Yang dapat dimainkan pada SNES (Super Nintendo Entertainment System). Didukung dengan 15-bit color, yang memiliki 256 warna maksimal. Sampai kini pixel-art masih banyak ditemui pada permainan pada console game (GBC, GBA, NDS, dll). Bukan hanya digunakan untuk game saja. Pixel-art juga merambah pengaplikasiannya pada media cetak. Seperti poster, adverting, t-shirt, action-figure, dll. Salah satu contohnya desain kaos dengan corak pixel-art yang dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Kaos dengan corak pixel-art[7] 3. Metode Penelitian Metode Proses Desain Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengadaptasi model proses desain yang digunakan Giesecke Frederick dalam mendesain. Menggunakan pendekatan yang terorganisir dan teratur atas masalah yang ada [8]. Proses desain melalui kelima proses tahapan seperti yang ditunjukan pada Gambar. 2, tetapi jika ada suatu tahapan yang terbukti tidak memuaskan dapat kembali ke tahapan yang kurang dan kembali mengulangi prosedur tersebut. 5

5 Gambar 2 Diagram Proses Desain [8] Tahap pertama yang dilakukan adalah Identifikasi Masalah. Dalam tahap ini ditemukan masalah berupa banyaknya desain batik yang beredar di pasaran tidak sesuai dengan aturan desain batik pada awalnya, sehingga membuat makna dan filosofi yang ada pada corak pembentuk ragam motifnya menjadi tidak sesuai. Masuk tahap berikutnya konsep dan gagasan yang akan dibuat, pada tahap ini diambil gagasan untuk merancang batik Solo yang memiliki makna dan arti pada motifnya dengan pixel-art sebagai bentuk baru dari inovasi ini. Kompromi Terhadap Masalah kemudian dilakukan, di tahap ini dicarilah data-data yang berhubungan dengan batik keraton Solo dengan mengadakan surve ke museum batik Danar Hadi untuk mencari tahu ciri-ciri dari batik Solo, kemudian didapatkan data-data tentang motif Batik Solo yang digunakan untuk perancangan ini. Setelah itu pembuatan model dan prototype dikerjakan, dari data yang telah didapat kemudian dibuatlah rancangan sketsa baru tanpa mengurangi inti dari tiap motif yang ada. Kemudian dibuatlah desain pixel dari motif yang ada, dengan mengikuti sketsa yang telah dibuat untuk mendapatkan desain yang baru. Tahap terakhir yang dilakukan adalah gambar produksi atau gambar kerja. Tahap terakhir pada proses ini desain yang telah dirancang telah jadi dan siap digunakan dalam bentuk pattern batik pixel-art. Ditahap ini pattern yang telah dibuat diimplementasikan pada buku katalog dan sample material sebagai contoh dan memberikan gambaran untuk nantinya dapat diproduksi pada media lain yang diinginkan. 6

6 Analisis Kebutuhan Dalam penelitian ini yang menjadi kebutuhan utama perancangan batik pixel adalah data tentang batik Solo. Data tersebut menjadikan fokus utama jadi atau tidaknya hasil akhir dari penelitian ini. Data yang dibutuhkan berupa motif batik berserta dengan makna dari masing-masing gambar motifnya, supaya desain baru yang dirancang tetap mengandung filosofi batik aslinya. Untuk mendapatkan data yang diperlukan maka diadakanlah kunjungan untuk observasi di Museum Danar Hadi. Metode Perancangan Batik Pixel-Art Dalam perancangan batik pixel ini, langkah-langkah kerja desain mengadaptasi cara membuat pixel-art [9]. Dimulai dengan langkah pertama merancang batik yang ingin dibuat, dengan menggambar sketsa dari pola batik yang telah didapatkan. Selanjutnya, setelah langkah pertama selesai, bentuk utama dari sketsa mulai dibangun. Dilangkah ini dilakukan pembuatan pixel yang mengacu pada pola yang sebelumnya sudah dibuat. Langkah terakhir mulai diberikan warna pada pixel yang telah dibuat. Detail pada pixel pun dapat ditambahkan pada proses ini. Agar pixel yang dibuat menjadi lebih baik. Motif Batik Solo 1. Dodot Alasan Dodot Alasan merupakan salah satu motif batik keraton Solo yang digunakan oleh para raja untuk menolak bala. Dodot Alasan ini memiliki ciri khas corak binatang pada motifnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Motif Dodot Alasan 2. Grompol Grompol berarti berkumpul atau bersatu. Motif ini melambangkan harapan pemakai dapat berkumpul bersama semua sanak saudara dan tamu-tamu. Juga berkumpulnya semua hal yang baik seperti rejeki, kebahagiaan, kerukunan hidup, ketenteraman untuk keluarga. Motif ini memiliki ciri gambar titik-titik yang melingkar seperti berkumpul seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4. 7

7 Gambar 4 Motif Grompol 3. Nitik Cakar Nitik Cakar memiliki filosofi agar setelah berumah tangga keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri. Motif ini memiliki ciri gambar garis-garis yang menyerupai dengan cakar ayam seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Motif Nitik Cakar 4. Parang Cantel Motif Parang Cantel biasanya digunakan oleh para remaja putri. Maksud yang tersirat pada motif ini agar dilancarkan dan cepat mendapatkan jodoh. Ciri utama dari motif ini adanya gambar berupa cantelan (kait) pada motifnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Motif Parang Canthel 5. Parang Pamor Motif Parang Pamor berasal dari kata pamor yang berarti memancarkan cahaya atau bersinar. Ciri khas dari motif ini adalah warna coraknya yang terang dan ada lukisan keris yang menempel pada motif parang-nya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Motif Parang Pamor 8

8 6. Parang Rusak Parang Rusak diciptakan oleh Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Konon, sang raja sering bertapa di sepanjang pesisir selatan pulau Jawa yang dipenuhi oleh jajaran pegunungan yang terlihat seperti pereng (tebing). Akhirnya, ia menamai tempat bertapanya dengan pereng yang kemudian berubah menjadi parang. Di salah satu tempat bertapa tersebut, ada bagian yang terdiri dari tebing-tebing atau pereng yang rusak karena terkikis deburan ombak laut selatan, sehingga lahirlah ilham untuk menciptakan motif batik yang diberi nama Parang Rusak. Ciri utama dari motif ini adalah kotak yang disusun miring 45 o. Dengan perpaduan isenisen lereng bentuk panjang berjajar disusun miring 45 o. Dan diantara lereng yang di berjajar tersebut disisipi dengan motif lereng yang rusak seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Motif Parang Rusak 7. Satria Wibawa Satria Wibawa merupakan jenis batik ceplokan segi-empat dengan titik pusat ditengah. Dalam ajaran Jawa motif ini melambangkan kekuasaan raja, menunjukkan kewibawaan, watak yang bijaksana seperti yang dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Motif Satria Wibawa 8. Sidoluhur Motif Sidoluhur juga salah satu motif yang sering dipakai pada saat akad nikah. Motif ini diciptakan dengan harapan bahwa pemakainya akan memiliki posisi tinggi di masyarakat dan menjadi sosok yang baik dari masyarakat. Ciri utama dari motif ini adalah warna bidang isen-nya yang cenderung gelap seperti yang dapat dilihat pada Gambar 10. 9

9 Gambar 10 Motif Sidoluhur 9. Sidomulyo Motif Sidomulyo adalah salah satu motif yang sering dipakai pada saat akad nikah. Motif ini diciptakan dengan harapan bahwa hidup akan menjadi kaya, baik secara fisik maupun spiritual. Ciri utama dari motif ini adalah warna bidang isen-nya yang cerah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Motif Sidomulyo 10. Slobok Slobok berasal dari bahasa jawa lobok yang yang berarti longgar. Motif ini sering digunakan saat menghadiri pemakaman. Makna dari kata longgar disini agar keluarga yang ditinggalkan diberi kelonggaran hatinya untuk melepaskan yang telah tiada. Ciri dari motif ini adalah bangun segiempat yang dibagi dua, dimana salah satu bagiannya sengaja tidak diisi atau kosong seperti yang dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Motif Slobok 11. Truntum Truntum berasal dari kata tentrem yang berarti tenteram. Motif ini diciptakan oleh istri raja yang sedang dilupakan karena Raja mempunyai kekasih baru. Untuk melupakan kepedihan hati, sang Ratu mulai membatik dengan motif bintang kecil dilangit. Kain ini juga biasa digunakan orang tua pengantin pada saat pesta pernikahan yang melambangkan harapan agar orang tua mampu menuntun atau memberi contoh kepada putra- 10

10 putrinya dalam memasuki kehidupan berumah tangga dan mencapai ketenteraman hidup seperti yang dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Motif Truntum 12. Wora Wari Rumpuk Motif Wora Wari Rumpuk memiliki arti berupa doa dari orang tua untuk anak-anak, agar terus menerus memberkati oleh Tuhan. Konon, ciri dari motif ini diambil dari bentuk utama tempat orang berdoa seperti yang dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Motif Wora Wari Rumpuk 13. Yuyu Sekandang Yuyu Sekandang merupakan motif yang digunakan oleh ibu hamil. Motif ini memiliki arti agar sang ibu diberikan anak yang banyak seperti yuyu (kepiting kecil yang hidup disungai). Pada motif ini digambarkan dengan garis-garis yang saling berhubungan satu sama lain membentuk sebuah bangun segiempat kecil-kecil seperti yang dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Motif Yuyu Sekandang Warna Motif Batik Solo Motif batik Solo terdiri dari 3 warna utama, yaitu krem, cokelat, dan biru indigo. Adapun pemilihan yang digunakan menggunakan warna tanah dengan makna agar pemakainya dapat membumi atau ingat darimana mereka berasal. Sedangkan dalam proses pembuatannya warna-warna ini sering berubah-ubah, sebab pada jaman dahulu kala pembuatannya masih secara tradisional sehingga 11

11 tidak ada warna pakem yang harus digunakan pada pembuatan tiap batik. Sampai kini pun belum ada aturan warna pakem yang digunakan untuk memproduksi batik, warna yang digunakan pada motifnya biasanya mengikuti permintaan pasar. Dan untuk batik yang digunakan kalangan keraton untuk acara-acara penting, dalam pembuatannya beracuan pada literatur batik klasik peninggalan raja-raja sebelumnya. 4. Hasil Desain Pattern Batik Pixel Hasil dari penelitian ini berupa pola atau pattern batik pixel. Desain pola batik pixel yang dibuat serupa dengan motif aslinya, yang membedakan antara motif asli dan batik pixel ini selain proses dan cara pembuatannya adalah bentuk ornamennya. Desain baru yang dibuat semuanya terdiri dari bangun kotak-kotak dimana pada tampilan layar monitor gambar ini sering disebut dengan nama dot. Gambar 16 Desain Pola Batik Pixel Dodot Alasan Desain pola batik pixel Dodot Alasan pada Gambar 16 merupakan desain pola baru yang memiliki panjang lebih daripada desain pola batik lainnya. Hal ini dikarenakan perulangan geometris pada pola ini jatuh pada sisi panjang motifnya. Gambar 17 Desain Pola Batik Pixel Grompol, Nitik Cakar, dan Wora Wari Rumpuk Desain untuk pola batik pixel Grompol, Nitik Cakar, dan Wora Wari Rumpuk disusun secara rapi dan simetris, baik dari sisi atas/bawah maupun kanan/kiri. Desain dengan pola yang tersusun rapi ini dapat dilihat pada Gambar

12 Gambar 18 Desain Pola Batik Pixel Parang Canthel, Parang Pamor, dan Parang Rusak Pada pola batik pixel Parang Canthel, Parang Pamor, dan Parang Rusak disusun rapi dengan kemiringan 45 o. Motif-motif ini dibuat sesuai dengan aturan perancangan batik motif parang pada umumnya. Desain dengan alur yang rapi ini dapat yang dilihat pada Gambar 18. Gambar 19 Desain Pola Batik Pixel Satria Wibawa, Sidoluhur, dan Sidomulyo Desain Pola batik pixel Satria Wibawa, Sidoluhur, dan Sidomulyo seperti pada gambar 19 merupakan batik dengan pola yang komplek. Pada motif Sidoluhur dan Sidomulyo tidak banyak perbedaan yang signifikan, karena pada dasarnya perbedaan dari kedua motif batik ini hanya pada warnanya saja. Gambar 20 Desain Pola Batik Pixel Slobok, Truntum, dan Yuyu Sekandang Tiga pola terakhir merupakan desain dengan pola termudah diantara motif yang lain. Pada motif Slobok dan Truntum mungkin terlihat sedikit komplek, tetapi ornamen pengisi pola ini terbilang cukup sederhana dari pada motif-motif sebelumnya. Sedangkan untuk pola Yuyu Sekandang hanya terdiri dari garis vertikal dan horisontal saja. Ketiga pola batik ini dapat dilihat pada Gambar

13 Implementasi Desain Implementasi dari 13 pattern yang telah dirancang disajikan dalam bentuk buku katalog Batik Pixel yang dibuat untuk menjelaskan makna dari tiap motifnya. Sekaligus sebagai contoh penerapan pattern yang telah dibuat dalam bentuk perulangan gambar layaknya kain batik pada umumnya. Ada pula motif kartu kecil yang berfungsi sebagai ensiklopedia batik mini yang dibuat seukuran kartu nama, dengan konten gambar pattern dan penjelasan singkat tiap gambarnya. Untuk tampilan dari buku katalog dan kartu ensiklopedia batik pixel ini dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21 Desain Buku Katalog dan Kartu Ensiklopedia 5. Pembahasan Desain Motif Nongeometris pada Pattern Batik Pixel Motif nongeometris kebanyaknya berdiri sendiri dan biasanya tidak memiliki bagian perpotongan baik secara vertikal, horisontal, ataupun diagonal seperti bangun geometris pada umumnya. Hal inilah yang sulit diimplementasikan pada bentuk pattern, dimana pola yang sudah dibuat akan diulang-ulang secara berjajar hingga membentuk sebuah gambaran motif yang diinginkan. Ornamen motif-motif seperti ini sering disebut dengan nama ragam hias batik. Terlebih pada ornamen ragam hias nongeometris, kebanyakkan memiliki gambar bentuk yang rumit, sulit untuk dirancang dengan pixel-art.salah satu contohnya adalah motif Pakis pada batik Buketan yang dapat dilihat pada Gambar

14 Gambar 22 Pixel-art Buketan Corak Lung-lungan pada Batik Pixel Sama hal dengan masalah yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya. Corak lung-lungan memiliki ciri yang hampir sama dengan corak semen. Hanya saja corak lung-lungan tidak serumit bentuk dari corak semen. Corak lung-lungan biasanya digambarkan dengan garis lengkung kecil. Meski merupakan salah satu jenis corak nongeometris, motif ini sering menjadi kombinasi corak gabungan, untuk mengisi ornamen kosong pada motif batik geometris. Salah satu contohnya batik dengan motif Sidomukti. Gambar 23 Motif Sidomukti Jika diperhatikan pada Gambar 23, corak lung-lungan pada motif batik sidomukti tersebut sudah merupakan bagian komplek yang sangat kecil sebagai ornamen isen-isen batik. Apabila di-pixel-kan hal yang terjadi adalah perubahan bentuk yang sangat siknifikan seperti yang dapat dilihat pada Gambar

15 Gambar 24 Pixel-art Sidomukti Hal ini tidak bisa diterapkan pada perancangan pixel-art. Sebab dengan perubahan bentuk corak lung-lungan pada batik pixel membuat corak tersebut bukan lagi menjadi bagian dari motif batik Sidomukti. Karena perubahan bentuk total dari corak lung-lungan, yang tadinya merupakan ornamen kecil dan komplek. Menjadi motif bukan lung-lungan saat di-pixel-kan. Membuat makna dari batik tersebut berubah. Perbandingan Desain Asli dan Desain Pixel-Art Dilihat dari segi bentuk motifnya, untuk desain asli terlihat halus namun banyak gambar yang kurang rapi pada pengulangan motifnya. Sedangkan untuk desain pixel-art terlihat lebih kaku dan rapi dengan bentuk motif yang terlihat kotak-kotak. Perbandingan antara dua desain ini dapat dilihat pada Gambar Pengujian Desain Gambar 25 Perbandingan Desain Asli dan Desain Pixel-art Pengujian desain ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak desain batik pixel yang telah dirancang. Pengujian desain menggunakan metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada pengujian kualitatif motif batik pixel akan ditunjukan kepada pihak yang dekat dan tahu dengan batik keraton Solo. 16

16 Untuk pengujian kuantitatif, motif batik pixel akan ditunjukkan kepada masyarakat umum dalam jumlah tertentu agar dapat menilai motif batik yang telah dibuat. Pengujian Kualitatif Pengujian kualitatif adalah pengujian pertama yang dilakukan, untuk mengetahui baik atau tidak desain batik pixel yang telah dirancang. Pada pengujian ini hasil akhir dari desain yang telah dibuat, ditunjukan kepada pihak yang dekat dan mengerti tentang batik. Pada pengujian ini dipilihlah Bapak Edi Pratik, yang masih memiliki kerabat dengan keraton Solo sekaligus seniman dan pemerhati kebudayaan. Hasil dari perancangan ini dinilai baik oleh Bapak Edi Pratik, dan dijelaskannya perlu adanya inovasi-inovasi seperti perancangan batik pixel ini untuk terus mengembangkan budaya di era yang terus berkembang ini agar budaya warisan nenek moyang tidak hilang dan dilupakan. Selain pengujian kualitas gambar motif, dilakukan juga pengujian praproduksi. Maksud dari pengujian pra-produksi ini untuk mengetahui bisa atau tidak batik pixel ini untuk di produksi, untuk itu dilakukanlah wawancara dengan Bapak Yahmanto selaku Kabag. Engraving di PT. Daya Manunggal Salatiga. Adapun pemilihan responden untuk pengujian produksi ini dikarenakan PT. Daya Manunggal merupakan satu dari banyak pabrik di Indonesia yang mengekspor textile hingga keluar negeri. Setelah menunjukkan batik pixel yang telah dirancang, Bapak Yahmanto mengatakan bahwa batik pixel ini dapat diproduksi di pabrik. Pengujian Kuantitatif Pada pengujian kuantitatif dilakukan dengan cara pengisian kuisoner. Responden yang dilibatkan dalam pengujian ini adalah 30 orang mahasiswa. Responden yang dipilih sengaja diambil dari kalangan mahasiswa, sebab mahasiswa cenderung berfikir lebih kritis dalam mengambil keputusan pada umumnya. Pengisian kuisioner dilakukan dengan menunjukkan desain batik pixel yang telah dirancang pada responden, dan membandingkannya dengan corak batik aslinya. Aspek yang dinilai pada pengujian ini adalah gambar motif yang telah dirancang, kecocokan warna dengan batik aslinya, dan perulangan pola pada motif batik pixel. Kuisioner yang diberikan bertujuan untuk menilai tanggapan para responden terhadap desain yang telah dibuat. Hasil persentase penilaian kuisioner yang telah diisi 30 responden pada tiap motif secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. 17

17 Tabel 1 Tabel Hasil Pengisian Kuisioner Batik Pixel no. nama motif Aspek Point sangat baik baik kurang baik tidak baik gambar motif 47% 50% 3% 0% 1 Dodot Alasan kecocokan warna 13% 70% 17% 0% perulangan motif 24% 70% 3% 3% gambar motif 47% 43% 10% 0% 2 Grompol kecocokan warna 37% 50% 13% 0% perulangan motif 57% 40% 3% 0% gambar motif 40% 53% 7% 0% 3 Nitik Cakar kecocokan warna 23% 50% 27% 0% perulangan motif 33% 67% 0% 0% gambar motif 27% 57% 13% 3% 4 Parang Cantel kecocokan warna 33% 40% 27% 0% perulangan motif 17% 73% 10% 0% gambar motif 27% 57% 17% 0% 5 Parang Pamor kecocokan warna 7% 53% 37% 3% perulangan motif 30% 60% 7% 3% gambar motif 40% 50% 10% 0% 6 Parang Rusak kecocokan warna 30% 60% 10% 0% perulangan motif 57% 40% 3% 0% gambar motif 30% 63% 7% 0% 7 Satria Wibawa kecocokan warna 27% 63% 10% 0% perulangan motif 27% 73% 0% 0% gambar motif 53% 37% 10% 0% 8 Sidomulyo kecocokan warna 56% 37% 7% 0% perulangan motif 47% 50% 3% 0% gambar motif 26% 67% 7% 0% 9 Sidoluhur kecocokan warna 27% 63% 10% 0% perulangan motif 30% 63% 7% 0% gambar motif 20% 63% 17% 0% 10 Slobok kecocokan warna 17% 66% 17% 0% perulangan motif 13% 77% 7% 3% gambar motif 57% 40% 3% 0% 11 Truntum kecocokan warna 53% 37% 10% 0% perulangan motif 53% 34% 13% 0% gambar motif 23% 67% 7% 3% 12 Wora Wari Rumpuk kecocokan warna 37% 57% 7% 0% perulangan motif 37% 60% 3% 0% gambar motif 43% 40% 17% 0% 13 Yuyu Sekandang kecocokan warna 30% 67% 3% 0% perulangan motif 27% 53% 20% 0% Total keseluruhan 33,9% 55,4% 10,2% 0,5% Dapat dilihat pada Tabel 1 untuk motif Dodot Alasan baik dari gambar motif, kecocokan warna serta perulangan motif banyak dinilai baik oleh para responden. Pada motif Grompol hampir sama dengan motif Dodot Alasan, untuk semua aspek kurang dari 13% yang menilai kurang baik. Nitik Cakar dan Parang Cantel tidak berbeda jauh, namun 27% responden menilai kecocokan warnanya kurang baik. Sedangkan pada motif Parang Pamor 37% responden banyak yang kurang cocok dengan warna yang digunakan. Pada motif Parang Rusak didominasi oleh respon baik, khusus pada aspek perulangan motif 73% responden menilai sangat baik. Motif Satria Wibawa, Sidomulyo, dan Sidoluhur juga banyak yang merespon baik untuk setiap aspeknya, kurang dari 10% responden yang menilai kurang baik. Motif Slobok masih banyak dinilai baik, tetapi pada gambar motif dan kecocokan warna 17% responden menilai kurang baik. Hasil yang bagus ditunjukan pada motif Truntum yang lebih dari 50% responden menilai sangat baik untuk ketiga aspeknya. Motif Wora-wari Rumpuk didominasi oleh respon baik, dan untuk motif Yuyu Sekandang cenderung dinilai baik, tetapi pada perulangan motifnya 20% responden menilai kurang baik. Secara keseluruhan setengah lebih dari responden menilai batik pixel yang dirancang baik. 18

18 7. Simpulan Setelah merancang pixel-art pada motif batik Solo dengan proses pengolahan digital ini dapat diambil kesimpulan tidak semua batik Solo dapat dibuat pixel-art. Beberapa motif batik solo memiliki ornamen hias yang rumit dan detail. Dikarenakan perancangan ini berfokus pada motif batik Solo, maka desain yang telah dibuat harus mengikuti aturan dari batik Solo. Sehingga ada aturanaturan perancangan yang dilakukan pada pembuatan desainnya, baik gambar motif ataupun warna yang digunakan. Salah satu ciri yang dimiliki dari batik Solo adalah adanya corak lunglungan pada beberapa motif tertentu. Dimana pada perancangannya corak ini tidak dapat dibuat pixel-art, gambar coraknya yang kecil membuat corak mengalami reduksi dan berubah bentuk tidak seperti gambar aslinya. Perubahan bentuk itu membuat batik yang didesain tidak lagi mengandung makna serta filosofi batik Solo. 8. Daftar Pustaka 1. Wulandari, Ari batik nusantara:makna filosofis, cara pembuatan dan industri batik. Yogjakarta : Penerbit Andi. 2. Purnamasari, Cindy Perancangan typeface beserta aplikasi medianya dengan menggunakan karakter motif batik Jogja. (diakses pada tanggal 20 Maret 2012). 3. Utomo, Vicky Romario Perancangan Modul Pembelajaran Batik Klasik Jawa Timur Untuk Anak SD oleh KIBAS. (diakses pada tanggal 20 Maret 2012). 4. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa batik. (diakses tanggal 29 Februari 2012). 5. Cambridge University Press pixel. (diakses pada tanggal 29 Februari 2012). 6. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa seni. (diakses tanggal 29 Februari 2012). 7. Pixelcute PIXEL BARONG BALI. (diakses tanggal 20 Juni 2012). 8. Frederick E., Giesecke, Mitchell, Spencer,dkk TECHNICAL DRAWING, Eleventh Edition. Prentice Hall: Upper Saddle River. 9. Hanson-White, Alex Pixel Artist s Beginner Booklet chapter. 5. Pixel Artist s Beginner Booklet, (diakses pada tanggal 29 Februari 2012). 19

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN BAB II MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN II.1 Batik Batik merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang sudah ada sejak lama. Pengertian batik itu sendiri adalah suatu proses teknik pembuatan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri atau sifat-sifat yang terdapat didalam citra dan membentuk suatu pola-pola dengan interval

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Batik merupakan salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam

Lebih terperinci

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI Nama Djawa Hokokai mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu organisasi Putera menjadi Organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini khususnya penggunaan teknologi perangkat smartphone semakin meningkat. Smartphone tidak hanya alat yang digunakan untuk komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri kreatif merupakan kumpulan aktivitas terkait dengan penciptaan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan informasi untuk menciptakan nilai dan pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam keunikan dan ciri khas pada setiap daerahnya yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Keunikan tersebut tertuang dalam berbagai

Lebih terperinci

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil Kerajinan dan Wirausaha Tekstil SEKOLAH TUNAS BANGSA KUBU RAYA PONTIANAK 2016/2017 Email : sitimustiani@gmail.com Web : http://www.sitimustiani.com Tujuan Pembelajaran Mengidentifikasi karya kerajinan

Lebih terperinci

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Menata Pola Ragam Hias Tekstil MENATA POLA RAGAM HIAS TEKSTIL 81 Menata Pola Ragam Hias Tekstil A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan belajar menata pola ragam hias tekstil. Sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang keragaman

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cai-rebon dalam bahasa Sunda cai memiliki makna air dan rebon adalah udang

BAB I PENDAHULUAN. cai-rebon dalam bahasa Sunda cai memiliki makna air dan rebon adalah udang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Cirebon merupakan sebuah kota administratif yang termasuk dalam provinsi Jawa Barat. Terletak di bagian utara dari pulau Jawa dan terkenal sebagai jalur pantura

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mata Kuliah Kriya Tekstil dan Batik III Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya Tekstil dan Batik II. Mata kuliah Kriya Tekstil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai pendahuluan. Pokok bahasan yang terdapat pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

Ragam Hias Kain Batik

Ragam Hias Kain Batik RAGAM RIAS KAIN BATIK 45 Ragam Hias Kain Batik A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari ragam hias kain batik Nusantara. Batik merupakan cara menghias latar kain melalui teknik celup rintang. Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

Gambar 4.3 Ornamen kupu-kupu Gambar 4.4 Ornamen meru Gambar 4.5 Ornamen bunga Gambar 4.6 Ornamen garuda Gambar 4.

Gambar 4.3 Ornamen kupu-kupu Gambar 4.4 Ornamen meru Gambar 4.5 Ornamen bunga Gambar 4.6 Ornamen garuda Gambar 4. DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Perancangan... 8 Gambar 2.1 Logo Restaurante Brasil... 11 Gambar 2.2 Logo Nitro... 11 Gambar 2.3 Logo Freehold Radiology... 12 Gambar 2.4 Logo Quaker... 12 Gambar 2.5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga). BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL PROYEK TUGAS AKHIR : MUSEUM BATIK PEKALONGAN Merancang Museum Batik dengan mentransformasikan motifbatik JIamprang kedalam karakter bangunan. 1.2. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah momen yang sangat penting dalam hidup seseorang karena akan dikenang sepanjang hidup. Pernikahan menyatukan dua manusia menjadi satu keluarga. Pernikahan

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 9 BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1. Peranan Pratikan Peranan designer grafis CTV Banten memiliki tugas membuat Bumper opening animasi wayang. Pada acara Tv Nusantara Pembuatan animasi dimulai dari briefing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini dipilih beberapa tulisan yang berkaitan dengan pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk skripsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I 1.1. Latar belakang PENDAHULUAN Batik merupakan kain bergambar yang sangat identik dengan penggunaan teknik khusus yang dibuat mulai dari penggambaran motif, menerapkan malam (lilin) panas pada kain

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Artis

BAB I PENDAHULUAN. Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Artis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Artis Hollywood Jessica Alba adalah bukti kecilnya. Jessica memakai gaun batik dengan motif parang

Lebih terperinci

BAB IV A. HASIL KERJA PRAKTIK 1. Peranan Praktikan Dalam proses kerja praktik yang berlangsung, posisi yang dipercayakan terhadap praktikan meliputi beberapa bagian divisi pekerjaan yang meliputi divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

Edisi Oktober Batik Edition

Edisi Oktober Batik Edition Edisi Oktober 2016 Batik Edition Semangat Pagi Rekan-rekan BCL&Ders, Edisi keempat dengan tema Nusantara seputar Batik dan Lustrum BINUS yang ke-35. Dalam edisi kali ini, redaksi akan menyajikan beberapa

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN CERLANG-BAYANG MOTIF BATIK TULUNGAGUNG MELALUI ELEMEN PEMBENTUK RUANG PADA GALERI BATIK

PEMBENTUKAN CERLANG-BAYANG MOTIF BATIK TULUNGAGUNG MELALUI ELEMEN PEMBENTUK RUANG PADA GALERI BATIK PEMBENTUKAN CERLANG-BAYANG MOTIF BATIK TULUNGAGUNG MELALUI ELEMEN PEMBENTUK RUANG PADA GALERI BATIK ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan ikhwal kriya tekstil yang tak asing bagi orang Indonesia, bahkan telah menjadi simbol suatu bangsa Indonesia. Batik dikenal erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

Implementasi Batik Premium Jawa Timur sebagai Gagasan Ide Perancangan Galeri Batik di Surabaya

Implementasi Batik Premium Jawa Timur sebagai Gagasan Ide Perancangan Galeri Batik di Surabaya Implementasi Batik Premium Jawa Timur sebagai Gagasan Ide Perancangan Galeri Batik di Surabaya Abisag Elladora Hadiasali 1*, Kristie Maria Gozali 2 Universitas Kristen Petra, Surabaya m41414025@john.petra.ac.id

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah Oleh : Diah Ayu Purnamasari Progam Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa diahayupurnamasari45@yahoo.com

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI TA 36 ( Periode Januari Juni 2011 ) SINOPSIS TUGAS AKHIR MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI Diajukan Oleh : RATIH WIDIASTUTI L2B 309 006 Dosen Pembimbing I Prof. Ir. Edy Darmawan, M. Eng Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Strategi perancangan sangat di butuhkan termasuk dalam mempromosikan dan menyebarkan informasi, begitu pula halnya untuk perhiasan khas suku

Lebih terperinci

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perkembangan batik nusantara pun ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Konsep Visual 5.1.1 Logo Gambar 5.1 Logo Baru Museum Batik Danar Hadi Dalam promosi Museum Batik Danar Hadi memang diperlukan adanya logo yang berguna sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda),

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda), BAB II KAJIAN TEORI A. Sejarah Kebudayaan Ruang lingkup sejarah kebudayaan sangat luas. Sema bentuk manifestasi keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda), Mentifact (fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita masa kini adalah cerminan wanita modern yang tangguh. Semakin terlihat jelas arti emansipasi yang dicetus oleh Ibu Kartini. Emansipasi wanita bukan hanya berbicara

Lebih terperinci

BAB II. A. Kajian Pustaka

BAB II. A. Kajian Pustaka BAB II A. Kajian Pustaka 1. Batik Batik adalah sehelai wasrta, yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional, beragam hias pola batik tertentu, yang

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Pada bab ini memuat hasil dan pembahasan yang meliputi hasil perancangan logo dan pembahasan, pengaplikasian logo hasil rancangan ke dalam corporate identity Percetakan Gradea

Lebih terperinci

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY PENDAHULUAN Kain batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi industri modern. Konsekuensi dari masuknya batik ke dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi lingkungan persaingan bisnis yang penuh dinamika ini, manajemen dituntut untuk

Lebih terperinci

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN SMK Negeri 4 Malang Jl. Tanimbar 22 Malang 65117Telp. ( 0341) 353798,Fax (0341) 353798 E-mail : surat@smkn4-mlg.info Definisi Warna Warna adalah salah satu elemen

Lebih terperinci

Gambar Cover buku

Gambar Cover buku BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknis Buku 5.1.1 Ukuran buku Ukuran buku adalah 15 X 21 cm. 5.1.2 Binding & Cover Binding yang digunakan adalah jilid jahit, agar memberikan kesan home made

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Batik adalah salah satu warisan adiluhung kebanggaan bangsa Indonesia, wujud dari cipta dan karya seni yang diekspresikan pada desain motif kain, kayu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan budaya pada generasi muda khususnya anak-anak sangatlah penting, mengingat beberapa budaya Indonesia sudah diakui oleh bangsa lain. Batik merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) pada selembar kain dengan menggunakan teknik pelapisan lilin secara tradisional. Batik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga, manusia menginginkan sesuatu yang praktis dan serba cepat. Era globalisasi dan teknologi sekarang ini sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Karya sejenis 1.1. Sepatu Boots Pengguna sepatu boots sekarang dapat memilih jenis apa yang akan mereka kenakan, apakah sepatu boot kulit, sepatu boot kanvas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah sebuah kota yang berada di pesisir utara pulau Jawa, berbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letak geografisnya yang strategis membuat

Lebih terperinci

U N I V E R S I T A S K R I S T E N M A R A N A T H A ABSTRAK

U N I V E R S I T A S K R I S T E N M A R A N A T H A ABSTRAK ABSTRAK Batik merupakan warisan budaya Bangsa Indonesia yang sudah diakui keasliannya. Pengakuan tersebut menyebabkan batik terus berkembang di dunia fashion Indonesia. Batik menunjukkan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh akan keanekaragaman budaya. Salah satu keanekaragamannya dapat dilihat pada perbedaan dalam pakaian adat yang digunakan

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern serta meningkatnya akan ilmu pengetahuan menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang modern. Maka perkembangan

Lebih terperinci