BAB III PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH. saw, yang kemudian mendapatkan ya nisbiyah (یة) yang berarti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH. saw, yang kemudian mendapatkan ya nisbiyah (یة) yang berarti"

Transkripsi

1 45 BAB III PENDIDIKAN KEMUHAMMADIYAHAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH A. Sejarah Pendidikan Muhammadiyah Untuk lebih memudahkan pembahasan mengenai sejarah pendidikan Muhammadiyah, maka terlebih dahulu akan diuraikan pengertian dan sejarah berdirinya Muhammadiyah, sebagai berikut: Muhammadiyah secara etimologis (bahasa), berasal dari kata atau bahasa Arab Muhammad (محمد) yaitu dari nama Rasulullah Muhammad saw, yang kemudian mendapatkan ya nisbiyah (یة) yang berarti menjeniskan atau pengikut. Jadi secara bahasa Muhammadiyah dapat diartikan sebagai umat Rasulullah Muhammad saw. Sedangkan secara terminologi (Istilah) Muhammadiyah adalah sebuah gerakan Islam, yang bersemboyah dakwah amar ma ruf nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur an dan Sunnah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Kauman, Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud bertafa ul (ber-pengharapan baik) dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama 45

2 46 Islam semata-mata demi terwujudnya Izzul Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita. 1 B. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah Sejak awal berdirinya, organisasi Muhammadiyah merupakan gerakan purifikasi pemikiran Islam dan sekaligus memposisikan diri sebagai gerakan dakwah dan pendidikan. Sebagai organisasi keagamaan yang sangat concern dengan dunia pendidikan, Muhammadiyah telah menyelenggarakan berbagai jenis lembaga pendidikan yang tercakup dalam kegiatan pendidikan formal, nonformal dan informal. 2 Meskipun Muhammadiyah menganggap sangat penting penyelenggaraan pendidikan formal berupa sekolah, namun organisasi keagamaan ini juga tidak mengabaikan penyelenggaraan pendidikan nonformal dan informal sebagai penunjang keberhasilan pendidikan formal. 3 Setiap tujuan pendidikan Muhammadiyah, termasuk didalamnya tujuan pendidikan formal, yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah tentunya selalu berhubungan dengan pandangan hidup yang dianut oleh organisasi Muhammadiyah sendiri. Bagi Muhammadiyah tujuan organisasi ini awalnya telah dicantumkan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah, yaitu: (1) Menyebarkan pengajaran kanjeng Nabi Muhammad Saw kepada 1 Drs. H. Musthafa Kamal Pasha, B.Ed dan Drs. H. Ahmad Adaby Darban, SU, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, (Yogyakarta : Pustaka SM, cet. II tahun 2009), hlm Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah. Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Kelas X Semester 1. (Yogyakarta : Mentari Pustaka, 2008), hlm Ibid.

3 47 penduduk bumiputera di dalam residensi Yogyakarta. (2) Memajukan hal agama Islam kepada angota-angotanya. Kemudian setelah anggota Muhammadiyah meluas sampai ke luar daerah Yogyakarta, maka pada tahun 1914, rumusan tujuan organisasi Muhammadiyah dirubah menjadi: (1) Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda. (2) Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada sekutu-sekutunya. 4 C. Jenis-jenis pendidikan yang di dimiliki Muhammadiyah Berdasarkan kesejarahannya selama beberapa periode, dari semenjak masa awal pendirian Muhammadiyah, hingga memasuki masa kemerdekaan Indonesia, Sekolah dan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah, senantiasa melakukan pembaruan sesuai dengan kebutuhan umat Islam dalam setiap pergantian zaman. Berikut ini sejarah penamaan sekolah Muhammadiyah dan data base amal usaha Muhammadiyah. 1) Jenis-jenis pendidikan yang di dimiliki Muhammadiyah pada Masa Kolonialisme Berikut ini merupakan jenis-jenis dan nama awal sekolah Muhammadiyah pada masa perintisan atau Era Kolonialisme ( M), antara lain: a) Madrasah al-qismu al-arqo, menjadi Hogere Muhammadijah School,kemudian Kweekschool Islam atau Kweekschool 4 Ibid.

4 48 Moehammadijah dan Kweekschool Istri, diubah menjadi Madrasah Mu alimin dan Mu alimat Muhammadiyah (terdapat di Yogyakarta dan Bogor) b) Volkschool, Vervolkschool dan Standaard School Moehammadijah, diubah menjadi Sekolah Muhammadiyah I (Sekolah Dasar) c) H.I.S. Moehammadijah, diubah menjadi Sekolah Muhammadiyah II (Sekolah Menengah Pertama) d) Schakelschool Moehammadijah, dirubah menjadi Sekolah Persambungan Muhammadiyah (Sekolah Menengah Atas) e) Normaalschool Moehammadijah, diubah menjadi Sekolah Guru Muhammadiyah I. f) Holland Inlandse Kweekschool (H.I.K) Moehammadijah, dirubah menjadi Sekolah Guru Muhammadiyah II. g) Cursus Goeroe Desa Moehammadijah, diubah menjadi Kursus Guru Muhammadiyah I 5 h) Sekolah Kesultanan (Sultanaatschool), sekolah para keturunan bangsawan. i) Meer Uitgebreid Lager Onderwijs ( MULO ) Moehammadijah, dirubah menjadi Sekolah Pertengahan Muhammadiyah I (SMP). j) Algemene Middel School (A.M.S) Moehammadijah, dirubah menjadi Sekolah pertengahan Muhammadiyah II (SMA). 5 Zamah sari, dkk, Studi Kemuhammadiyahan untuk Perguruan Tinggi, Cet. 1. (Jakarta: UHAMKA Press, 2013), hlm. 254.

5 49 k) Sekolah Diniyah Moehammadijah, dirubah menjadi Madrasah Diniyah Muhammadiyah (Madrasah Ibtidaiyah). l) Sekolah Woestho Moehammadijah, dirubah menjadi Madrasah Woestho Muhammadiyah (Madrasah Tsanawiyah). m) Tablighscholl Moehammadijah, dirubah menjadi Madrasah Muballighin Muhammadiyah. n) Cursus Anti Alfabetisme, dirubah menjadi Pembasmi Buta Huruf (Sekolah Luar Biasa). 6 2) Jenis-jenis pendidikan yang di dimiliki Muhammadiyah pada Masa Kemerdekaan Data Amal Usaha Muhammadiyah Periode No Jenis Amal Usaha Jumlah 1 TK/TPQ Sekolah Dasar (SD)/MI Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA Pondok Pesantren 67 6 Jumlah total Perguruan tinggi Muhammadiyah Sekolah Luar Biasa (SLB) 71 Total unit Melalui pembaruan pendidikan, Muhammadiyah memperkenalkan sistem pendidikan Islam Modern yang holistik. Pendidikan yang memadukan Iman dan Kemajuan, Intelektualitas dan Moralitas, yang bermuara pada pembentukan insan Muslim yang kokoh iman dan 6 Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam perspektif perubahan sosial. Cet. 1 (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm Pimpinan Pusat Muhammadiyah Data Amal Usaha Muhammadiyah Periode diakses tanggal 28 September 2014 pukul 21.00

6 50 kepribadiaannya sekaligus pro-kehidupan. Pendidikan Muhammadiyah telah mencerdaskan kehidupan bangsa, tatkala mayoritas penduduk bumiputera tidak mengenal dan mengenyam pendidikan umum. D. Format Pendidikan Kemuhammadiyahan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah Untuk memahami format yang dikembangkan dalam Pendidikan Kemuhammadiyahan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah, maka terlebih dahulu akan dijelaskan content/isi dari pendidikan kemuhammadiyahan itu sendiri, antara lain: 1. Materi Pendidikan Kemuhammadiyahan Muhammadiyah mengawali gerakannya dengan menempatkan pendidikan sebagai salah satu ujung tombak kiprah dakwahnya. Bahkan dapat dikatakan pendidikan sebagai kekuatan yang menentukan berkembangnya Muhammadiyah. Kekuatan itu sebenarnya bukan terletak pada model sekolah atau madrasah yang didirikannya. Melainkan kekuatan pada ruh dan pemahaman Islam dalam Pendidikan Muhammadiyah. Selanjutnya pemahaman tersebut dibenahi dengan sebutan al-islam dan Kemuhammadiyahan. Adapun bagian integral dari Kemuhammadiyahan sendiri mencakup berbagai pokok materi, diantaranya pengertian, maksud, tujuan, ruang lingkup dan janji pelajar Muhammadiyah. 8 8 Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, op. cit.

7 51 a) Maksud, Tujuan, dan Ruang Lingkup Pendidikan Kemuhammadiyahan Pendidikan kemuhammadiyahan merupakan mata pelajaran yang menjadi identitas bagi pendidikan dalam Muhammadiyah dan menjadi salah satu mata pelajaran pokok di semua lembaga pendidikan Muhammadiyah. 9. Dari pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi di bawah persyarikatan Muhammadiyah. Semu tingkatan pendidikan tersebut wajib melaksanakan pendidikan Kemuhammadiyahan. Saat ini secara normatif telah disusun rumusannya dalam bentuk bahan ajar al- Islam dan Kemuhammadiyahan. 10 Setiap bentuk pendidikan pasti memiliki maksud, tujuan dan ruang lingkup dalam pelaksanaannya. Rumusan yang matang dengan konsep yang sistematis mutlak diperlukan agar dapat dipakai dalam jangka panjang. Apalagi kapasitas Kemuhammadiyahan sebagai mata pelajaran pokok di seluruh lembaga pendidikan Muhammadiyah, meruapakan bahan ajar untuk mengkader bibit-bibit penerus Muhammadiyah di lingkungan lembaga tersebut. Adapun maksud, tujuan dan ruang lingkup pendidikan Kemuhammadiyahan adalah sebagi berikut: 11 9 Ibid. 10 Ibid. 11 Ibid.

8 52 1. Maksud Pendidikan Kemuhammadiyahan Maksud pendidikan Kemuhammadiyahan adalah sebagai sarana untuk penyampaian pendidikan Muhammadiyah. Pentingnya pendidikan di masa depan menuntut Muhammadiyah untuk menjawab ketertinggalannya selama ini dibidang pendidikan. Salah satunya dengan melakukan penyempurnaan kurikulum al-islam dan Kemuhammadiyahan. 2. Tujuan Pendidikan Kemuhammadiyahan Kemuhammadiyahan dijadikan mata pelajaran pokok dengan tujuan agar dapat diamati, dipahami dan dihayati oleh setiap peserta didik. Selain itu diharapkan agar kelak peserta didik bersedia dengan suka rela mengamalkan berbagai prinsip keyakinan dan cita-cita persyarikatan Muhammadiyah. Harapan tersebut sekiranya tidak berlebihan karena ada beberapa alasan antara lain sebagi berikut: a. Muhammadiyah memerlukan penerus Keyakinan, Cita-cita, dan Amal Usahanya. b. Muhammadiyah perlu dikenal oleh Angkatan Muda Muhammadiyah. 3. Ruang Lingkup Pendidikan Kemuhammadiyahan Ruang lingkup dari pendidikan Kemuhammadiyahan adalah segala hal yang menyangkut persyarikatan Muhammadiyah. Di dalamnya memuat segala aspek tentang seluk-beluk Muhammadiyah, antara lain: aspek sejarah berdirinya, organisasi, perjuangan, amal usaha dan tokoh

9 53 pemimpinnya. Semua dipelajari secara bulat, menyeluruh, dan integral tentang Muhammadiyah. Terdapat tiga metode pendekatan yang dipergunakan untuk mempelajari Muhammadiyah dalam pendidikan Kemuhammadiyahan. Ketiga hal tersebut meliputi pendekatan historis, ideologis, dan struktural. 2. Metode Pendekatan dalam Pembelajaran Kemuhammadiyahan Untuk memahami metode pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran Kemuhammadiyahan, maka terlebih dahulu harus dipahami bahwa ada 3 metode utama pendekatan pembelajaran Kemuhammadiyahan, yaitu: (1) Pendekatan historis, (2) Pendekatan ideologis, dan (3) Pendekatan struktural yang sangat terikat dengan ruang lingkup pendidikan Kemuhammadiyahan. Berikut ini penjelasan dari ketiga metode tersebut, yaitu: a) Pendekatan Historis Kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, sejak berdirinya tahun 1912 pada hakikatnya merupakan gerakan dakwah dan tajdid untuk memajukan kehidupan sesuai dengan ajaran Islam, sehingga Muhammadiyah kemudian dikenal sebagai gerakan Islam pembaruan dalam berbagai lapangan kehidupan di dunia Islam. Aspek utama dalam mempelajari materi Kemuhammadiyahan adalah melalui pendekatan historis atau kesejarahan, yang didalamnya terkandung pembelajaran mengenai latar belakang berdirinya, sejarah

10 54 perkembangannya, berbagai macam amal usahanya dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh Muhammadiyah. Pendekatan tersebut sekaligus mempelajari ciri-ciri khusus yang melekat pada jati diri Muhammadiyah. Ciri tersebut yang membedakannya dengan gerakan gerakan lainnya, yang tumbuh dan berkembang di Indonesia maupun yang ada didalam dunia Islam. b) Pendekatan Ideologis Islam yang menjadi landasan, asas, dan fondasi gerakan Muhammadiyah pada dasarnya merupakan agama Allah SWT yang mengajarkan kemajuan, sehingga Islam dapat disebut sebagai Din al- Hadlarah yakni agama yang berkemajuan, dan juga sebaliknya Islam itu anti kejumudan, ketertinggalan dan keterbelakangan. 12 Untuk pendekatanideologis merupakan sebuah metode pendekatan dalam memahami segi keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah. Melalui aspek ini dapat dikenal isi dan jiwa Muhammadiyah yang sesungguhnya, dikenalkan pada watak dan Kepribadiannya, faktorfaktor yang menggerakkan seluruh aktivitasnya, dan pandangan atau keyakinan hidupnya, serta seluruh hal yang menjadi cita-cita besar Muhammadiyah. Dalam pendekatan aspek Ideologis ini ada tiga materi utama yang akan dikaji dan dibahas secara mendalam, yaitu (1) Kepribadian 12 Haedar Nashir, Aktualisasi Islam yang Berkemajuan, Materi Tanwir Aisyiyah. Yogyakarta: STIKES Aisyiyah, 2012, hlm. 3

11 55 Muhammadiyah, (2) Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, serta(3) Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. c) Pendekatan Struktural. Yang dimaksud dengan pendekatan struktural adalah pendekatan dari segi susunan organisasinya. Mempelajari Organisasi Muhammadiyah adalah sebuah upaya untuk mengetahui bagaimana cara kerja Muhammadiyah dalam menggerakkan amal usahanya secara organisatoris, mengetahui bagaimana Muhammadiyah dalam menyusun sumber daya manusia yang ada didalamnya ketika mengatur tugas, cara-cara pengerahan dan pengarahan aktivitasnya. Untuk mengetahui jalinan hubungan dan usaha pengerahan serta fasilitas yang kesemuanya diatur secara rapi dan tertib, sehingga gerakannya lincah, dinamis dan luwes.sekaligus dengan pendekatan yang ketiga ini, maka akan dikenalkan. 13 pada khittah perjuangan Muhammadiyah atau strategi dasar perjuangan Muhammadiyah. 3. Evaluasi dalam Pendidikan Kemuhammadiyahan Untuk memahami tahapan evaluasi yang dilakukan dalam pendidikan kemuhammadiyahan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian, dan tujuan evaluasi, serta model evaluasi dalam pendidikan kemuhammadiyahan. 13 Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Kelas X Semester 1.(Yogyakarta : Mentari Pustaka, 2008), hlm

12 56 a) Pengertian Evaluasi dalam Pendidikan Kemuhammadiyahan Evalusi adalah sebuah hal yang mutlak adanya, karena tujuan pendidikan Islam terutama pendidikan Kemuhammadiyahan itu berlaku sepanjang hayat, maka kriteria penilaian juga harus berlainan dengan pendidikan dan falsafah lain. 14 b) Tujuan Evaluasi dalam Pendidikan Kemuhammadiyahan Mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya, selain itu program evaluasi bertujuan mengetahui kemampuan kecerdasan dan kelemahan. Sasaran tidak hanya pada peserta didik, tetapi untuk mengevaluasi pendidik dalam menunaikan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Kemuhammdiyahan. Dengan demikian kedudukan evaluasi dalam pendidikan Kemuhammadiyahan sangat penting sekali, disamping untuk mengetahui tingkat keberhasilan juga berfungsi untuk menilai kinerja guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, serta untuk mengetahui sasaran peserta didik manakah yang harus mendapat perhatian lebih Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, cet. I (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 211

13 57 c) Model Evaluasi dalam Pendidikan Kemuhammadiyahan Model Evaluasi yang digunakan dalam Pendidikan Kemuhammadiyahan adalah melalui dua macam bentuk ujian yaitu: Ujian Praktek (Dakwah Lapangan) dan Ujian Tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī munkar berasas Islam bersumber Al-Qur an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber dari Al-Qur an dan Sunnah.

BAB I PENDAHULUAN. nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber dari Al-Qur an dan Sunnah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma ruf nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber dari Al-Qur an dan Sunnah. Sebagai gerakan dakwah Islam Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum muslimin untuk meyampaikan, menyeru serta mengajak umat manusia kepada jalan kebenaran dalam

Lebih terperinci

Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah

Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah BAITUL ARQAM KHUSUS AUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH, 12-13 AGUSTUS 2011 Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah M. Wiharto S.Sy.,S.Pd.I.,M.A Majelis Pendidikan Kader PP.Muhammadiyah

Lebih terperinci

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6 MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH Pertemuan ke-6 PENDAHULUAN Muqoddimah AD Muhammadiyah; pokok pikiran yang menjiwai dan melandasi gerakan Muhammadiyah Isi AD/ART

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH MUQADDIMAH Dengan nama Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang mengasuh semesta alam, yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada

Lebih terperinci

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Pengantar Diskusi REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Oleh: Muhammad Purwana PENGERTIAN 1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan akhlak. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka akhlak merupakan sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah berasal dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH Oleh Suparno Abusina Email : suparnoabusina @gmail.com Disampaikan pada Baytul Arqam Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Semarang, Ahad, 14 Agustus 2016 Pengertian Kepribadian Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERAN CABANG MUHAMMADIYAH TULUNG KLATEN DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TULUNG TAHUN

PERAN CABANG MUHAMMADIYAH TULUNG KLATEN DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TULUNG TAHUN PERAN CABANG MUHAMMADIYAH TULUNG KLATEN DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TULUNG TAHUN 2010-2015 NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas

Lebih terperinci

Anggaran Dasar Muhammadiyah

Anggaran Dasar Muhammadiyah Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

Anggaran Dasar Muhammadiyah

Anggaran Dasar Muhammadiyah Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aktivitas berupa proses menuju pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan yang terjadi pada peserta didik dalam aktifitas pembelajaran dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mobile terdapat adanya banyak fasilitas, antara lain pengaksesan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mobile terdapat adanya banyak fasilitas, antara lain pengaksesan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi berkembang dengan sangat pesat di era modernisasi ini. Teknologi mobile yang saat ini tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi saja, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin, yang mana dalam agama Islam

Lebih terperinci

PERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN

PERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN PERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2005-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat dan Tugas guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dilihat dari perspektif politik pendidikan bahwa Pendidikan dapat mempengaruhi politik dan politik dapat tersosialisasi melalui pendidikan. Hal ini dibuktikan dalam perubahan

Lebih terperinci

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. BAB I A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil

Lebih terperinci

BISYRON MUHTAR NBM SEKRETARIS PWM JATENG

BISYRON MUHTAR NBM SEKRETARIS PWM JATENG BISYRON MUHTAR NBM. 732.139 SEKRETARIS PWM JATENG Alamat : Bangsri 1 Purwodadi Tembarak Temanggung 56261 HP : 081 328 744 827 E-mail : bisyronmuhtar@gmail.com HAKEKAT MUQODIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PEMUDA MUAHMMMADIYAH BAB I NAMA, IDENTITAS, TEMPAT KEDUDUKAN DAN LAMBANG. Pasal 1. Nama, Identitas dan Tempat Kedudukan

ANGGARAN DASAR PEMUDA MUAHMMMADIYAH BAB I NAMA, IDENTITAS, TEMPAT KEDUDUKAN DAN LAMBANG. Pasal 1. Nama, Identitas dan Tempat Kedudukan ANGGARAN DASAR PEMUDA MUAHMMMADIYAH BAB I NAMA, IDENTITAS, TEMPAT KEDUDUKAN DAN LAMBANG Pasal 1 Nama, Identitas dan Tempat Kedudukan 1. Organisasi ini bernama Pemuda Muhammadiyah yang didirikan di Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam bersumber pada Al-Qur an dan As-Sunah. Maksud dan tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Islam bersumber pada Al-Qur an dan As-Sunah. Maksud dan tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Muhammadiyah sebagaimana dirumuskan dalam Anggaran Dasar hasil muktamar ke 41 tahun 1985 di Surakarta menyatakan jati dirinya sebagai Gerakan Islam dan Dakwah

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BACA TULIS AL QUR AN BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN Kuliah Kerja Nyata dapat disingkat menjadi KKN. KKN merupakan suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah melalui Malaikat Jibril as dengan lafal-lafal yang berbahasa Arab dan maknanya

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Perkembangan Pondok Pesantren Hidayatullah ditandai dengan berdirinya

BAB VI PENUTUP. Perkembangan Pondok Pesantren Hidayatullah ditandai dengan berdirinya BAB VI PENUTUP A. Simpulan Perkembangan Pondok Pesantren Hidayatullah ditandai dengan berdirinya cabang-cabang Hidayatullah, baik di tingkat provinsi, kota/kabupaten maupun di setiap kecamatan dan kelurahan

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KADER (PRESEPSI ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH)

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KADER (PRESEPSI ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH) MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN KADER (PRESEPSI ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH) Neneng Istiqomah (201410070311126), Muhimatul Arifah (201410070311127), Ikhza Naharul Umam (201410070311128), Nurul Khunaidah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan Rasul terakhir ; ditambah dengan ya nisbah dan ta marbuthah, menjadi Muhammadiyah artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan masalah masalah

Lebih terperinci

Eko Harianto, Cakar Ayam Pendidikan Muhammadiyah CAKAR AYAM PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

Eko Harianto, Cakar Ayam Pendidikan Muhammadiyah CAKAR AYAM PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH CAKAR AYAM PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH Eko Harianto Mahasiswa Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia Email: ekoharianto.jogja@gmail.com ABSTRACT Study this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsep pendidikan Islam dari K.H.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsep pendidikan Islam dari K.H. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang dibahas pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsep pendidikan Islam dari K.H. Ahmad Dahlan yaitu melakukan tajdid (pembaharuan) sebagai

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM BAHAN DISKUSI KELAS MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hasan Al-Banna menetapkan bahwa berdirinya pemerintah Islam merupakan bagian dasar manhaj Islam (metode Islam). Hasan Al- Banna menjelaskan bahwa pengaturan kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munkar, berakidah Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. 1. dakwah amar ma ruf nahi munkar mengacu pada ayat-ayat berikut:

BAB I PENDAHULUAN. munkar, berakidah Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. 1. dakwah amar ma ruf nahi munkar mengacu pada ayat-ayat berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma ruf nahi munkar, berakidah Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. 1 Organisasi ini didirikan

Lebih terperinci

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BACA TULIS AL-QURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV PERANAN SD MUHAMAMDIYAH 1 SIDOARJO DALAM BIDANG PENDIDIKAN, DAKWAH DAN SOSIAL. A. Peranan SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo dalam bidang Pendidikan

BAB IV PERANAN SD MUHAMAMDIYAH 1 SIDOARJO DALAM BIDANG PENDIDIKAN, DAKWAH DAN SOSIAL. A. Peranan SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo dalam bidang Pendidikan 53 BAB IV PERANAN SD MUHAMAMDIYAH 1 SIDOARJO DALAM BIDANG PENDIDIKAN, DAKWAH DAN SOSIAL A. Peranan SD Muhamamdiyah 1 Sidoarjo dalam bidang Pendidikan Kehidupan tidak akan terlepas dari dunia pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan pahlawan perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG BEBAS AKSARA AL QUR AN PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR KHUSUSNYA BAGI SISWA YANG BERAGAMA ISLAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-45 TENTANG ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH MUQADDIMAH Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program pendayagunaan potensi mahasiswa di masyarakat yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Program pendayagunaan potensi mahasiswa di masyarakat yang dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN Program pendayagunaan potensi mahasiswa di masyarakat yang dikenal dengan nama Kuliah Kerja Nyata (selanjutnya disingkat KKN) dan dilaksanakan oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL GURU KEMUHAMMADIYAHAN DI SMP MUHAMMADIYAH. (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dan SMP Muhammadiyah 2. Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014)

PROFIL GURU KEMUHAMMADIYAHAN DI SMP MUHAMMADIYAH. (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dan SMP Muhammadiyah 2. Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014) PROFIL GURU KEMUHAMMADIYAHAN DI SMP MUHAMMADIYAH (Studi Kasus SMP Muhammadiyah 1 Kartasura dan SMP Muhammadiyah 2 Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Dibuat untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Islami merupakan masyarakat yang dekat dengan Allah Swt dalam segala kegiatannya di dunia. Asas pertama kali yang tegak dalam sebuah masyarakat adalah aqidah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. S. Djuarsa Sendjaya, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka Hlm

BAB I PENDAHULUAN. S. Djuarsa Sendjaya, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka Hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia telah melakukan tindakan komunikasi sejak ia lahir kedunia. Tindakan komunikasi ini terus-menerus terjadi selama proses kehidupannya. Dengan

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN M.Nidhamul Maulana 1 (2014100703111119), Mumtaza Ulin Naila 2 (201410070311120), Zubaidi Bachtiar 3 (201410070311121), Maliatul Khairiyah 4 (201410070311122), Devi

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: Dian Indriyani NIM: G NIRM: 11/X/02.2.1/0885

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: Dian Indriyani NIM: G NIRM: 11/X/02.2.1/0885 OPTIMALISASI FUNGSI MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DALAM MENYELENGGARAKAN PEMBINAAN IDEOLOGI MUHAMMADIYAH DI SEKOLAH/MADRASAH (STUDI KASUS DI MAJELIS DIKDASMEN PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH SELOGIRI

Lebih terperinci

SEJARAH SEKOLAH MENENGAH PERTAMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA (Studi Filosofis Sejarah Berdiri)

SEJARAH SEKOLAH MENENGAH PERTAMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA (Studi Filosofis Sejarah Berdiri) SEJARAH SEKOLAH MENENGAH PERTAMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA (Studi Filosofis Sejarah Berdiri) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Program

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan sebelum adanya lembaga

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fachruddin, Fuad Agama dan Pendidikan Demokrasi: Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pustaka Alvabet. Cet.

DAFTAR PUSTAKA. Fachruddin, Fuad Agama dan Pendidikan Demokrasi: Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pustaka Alvabet. Cet. DAFTAR PUSTAKA Achmadi. 2010. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. II Al-Fandi, Haryanto. 2011. Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Alfian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, namun dengan demikian ia telah mempunyai potensi bawaan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan segi pendidikan yang utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang dakwah Islam, pendidikan dan sosial kemasyarakatan, mendirikan lembaga pendidikan dalam berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa pendidikan nasional berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta PENDIDIKAN DAN STRATEGI KEBUDAYAAN MENUJU INDONESIA BERKEMAJUAN Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta INDONESIA BERKEMAJUAN SEBUAH KONSEP DARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Muhammadiyah adalah merupakan salah satu organisasi yang cukup lama bertahan di Indonesia. Sejak terbentuknya pada tanggal 18 November 1929 oleh Kyai Haji Ahmad

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat terbelenggu oleh kolonialisasi Belanda. Semua aktifitas pendidikan Islam dibatasi dan diawasi. Kondisi ini

Lebih terperinci

Assalamualaikum Wr. Wb

Assalamualaikum Wr. Wb Assalamualaikum Wr. Wb Ysh. Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah; Ysh. Koordinator Pimpinan Daerah Aisyiyah se-eks Karesidenan Pekalongan; Ysh. Ketua beserta segenap jajaran pengurus Pimpinan Daerah Aisyiyah

Lebih terperinci

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam

BAB V KESIMPULAN. Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam BAB V KESIMPULAN Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan sangatlah luar biasa dengan jumlah lembaga pendidikannya yang mencapai angka ribuan di seluruh indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan ajaran yang diberikan kepada manusia untuk dijadikan dasar dan pedoman hidup di dunia. Ajaran ini diturunkan untuk dilaksanakan di tengah-tengah kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang universal yang memuat banyak nilai-nilai kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk dan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

PERAN MUHAMMADIYAH ( KONSEP PENDIDIKAN, USAHA-USAHA DI BIDANG PENDIDIKAN, DAN TOKOH)

PERAN MUHAMMADIYAH ( KONSEP PENDIDIKAN, USAHA-USAHA DI BIDANG PENDIDIKAN, DAN TOKOH) Jurnal Tarbawi Volume 1 No 2 ISSN 2527-4082 139 PERAN MUHAMMADIYAH ( KONSEP PENDIDIKAN, USAHA-USAHA DI BIDANG PENDIDIKAN, DAN TOKOH) ST Rajiah Rusydi 1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Unismuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an sebagaimana yang dikutip Abdul Majid Khon dalam bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bercorak modern di Indonesia, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan para ulama atau tokoh-tokoh Islam, baik

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkup pendidikan agama pada lembaga pendidikan meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Pendidikan Guru Agama,

Lebih terperinci

PENGAJIAN RAMADAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

PENGAJIAN RAMADAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PENGAJIAN RAMADAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan Yogyakarta, 4-6 Ramadan 1435 H / 1-3 Juli 2014 Pemikiran dan Strategi Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alamiah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal serta mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula dengan pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis yang berkepanjangan. Krisis yang terjadi dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. krisis yang berkepanjangan. Krisis yang terjadi dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan masyarakat yang tidak teratur merupakan akibat dari sistem perekonomian yang tidak kuat telah mengantarkan masyarakat pada krisis yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama ajaran islam dan menjadi petunjuk kehidupan manusia karena isinya mencakup segala pokok ajaran agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya Tuhan yaitu Allah SWT bukan kepada selain-nya. Dakwah Islam

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya Tuhan yaitu Allah SWT bukan kepada selain-nya. Dakwah Islam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Islam merupakan agama yang mengajak manusia untuk menyembah satu-satunya Tuhan yaitu Allah SWT bukan kepada selain-nya. Dakwah Islam yang dilakukan oleh nabi

Lebih terperinci

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG A. Latar Belakang Masalah Pada setiap kajian tentang Islam tradisional di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul, sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin kesejahteraan hidup materiil

Lebih terperinci

KADER 1. APAKAH KADER ITU? 2. SIAPAKAH YANG DISEBUT KADER MUHAMMADIYAH? 3. APA FUNGSI KADER BAGI MUHAMMADIYAH 4. BAGAIMANA PROFIL KADER MUHAMMADIYAH?

KADER 1. APAKAH KADER ITU? 2. SIAPAKAH YANG DISEBUT KADER MUHAMMADIYAH? 3. APA FUNGSI KADER BAGI MUHAMMADIYAH 4. BAGAIMANA PROFIL KADER MUHAMMADIYAH? 1. APAKAH KADER ITU? KADER 2. SIAPAKAH YANG DISEBUT KADER MUHAMMADIYAH? 3. APA FUNGSI KADER BAGI MUHAMMADIYAH 4. BAGAIMANA PROFIL KADER MUHAMMADIYAH? Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sejatinya adalah pembentukan karakter, sifat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sejatinya adalah pembentukan karakter, sifat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan sejatinya adalah pembentukan karakter, sifat dan pemaksimalan kapasitas intelektual manusia. Bowls dan Gintis dalam Sanderson (2000: 493) mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENDIDIKAN BERBASIS KAWASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad 63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan gerakan Islam yang maksud gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa Guru PAI berperan sangat sentral dalam memberdayakan sekolah sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya umat Islam sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pada bab ini, penulis akan menganalisis kebijakan pemerintah kelurahan

Lebih terperinci

UPAYA SISTEMATISASI DAKWAH DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH / AISYIYAH

UPAYA SISTEMATISASI DAKWAH DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH / AISYIYAH UPAYA SISTEMATISASI DAKWAH DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH / AISYIYAH Disampaikan dalam acara : RAKERNAS MPK Pimpinan Pusat Muhammadiyah 28 30 April 2016 AGUS BUDIANTORO Div. Pembinaan dan Pengembangan SDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga tampaklah keindahan yang tercipta di hamparan bumi ini. Namun Allah SWT menciptakan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Putra, 2012), hlm Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki

BAB I PENDAHULUAN. Putra, 2012), hlm Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam merupakan suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak dan tangis yang pertama saat dia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan ditemukan sekalipun, berbicara tetap lebih banyak digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan ditemukan sekalipun, berbicara tetap lebih banyak digunakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di antara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari

Lebih terperinci