BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sejatinya adalah pembentukan karakter, sifat dan
|
|
- Erlin Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan sejatinya adalah pembentukan karakter, sifat dan pemaksimalan kapasitas intelektual manusia. Bowls dan Gintis dalam Sanderson (2000: 493) mengungkapkan tujuan pendidikan yang tepat adalah meningkatkan penyelidikan intelektual yang terbuka, kreatifitas, dan pertumbuhan manusia yang positif. Jenis sistem pendidikan yang benar ialah sistem yang menjurus pada kepuasan pribadi dan pemenuhan intelektual dan emosional. Namun pendidikan justru telah digunakan oleh kaum kapitalis untuk dua tujuan utama: untuk membenarkan ketidaksamaan kelas dan untuk mendisiplinkan angkatan kerja dengan memasukkan kepada siswa-siswa itu bentuk-bentuk kesadaran kerja yang tepat. Dunia pendidikan terkait dengan sistem yang dibangun oleh institusiinstitusi pendidikan berkaitan dengan dominasi dunia kapitalis yang berbasis ideologi liberalisme. Pengalihan fungsi pendidikan dari tujuan memanusiakan manusia menjadi lahan untuk mencari keuntungan bagi para pemilik modal sangat jauh dari harapan dan tujuan mulia pendidikan tersebut. Jauh lebih dalam lagi dunia pendidikan berbasis ideologi liberalisme ini, secara afeksi mempengaruhi budaya masyarakat yang menegaskan ketidaksamaan kelas. Dunia pendidikan adalah salah satu media pembentukan kultur masyarakat, di mana menurut Kelner dalam Ritzer dan Goodman (2004:181) bahwa kultur masa adalah instrumen penting ideologi kapitalis, maka secara
2 ideologis para pemilik modal berlomba-lomba untuk menguasai dunia pendidikan baik dalam hal birokrasi maupun penanaman nilai-nilai dan budaya. Dalam dunia pendidikan para pelajar tidak lagi mengenal identitas dan karakter yang baik dalam kehidupan, baik secara umum maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang mahal mengarahkan para pelajar menjadi orang yang tidak peduli dengan kondisi sosialnya, menjadi lebih apatis, individualis dan hedonis. Mereka tidak lagi memiliki nalar yang dibangun untuk menjadi manusia intelektual yang kritis terhadap kondisi sosial. Hal ini sangat jauh dari harapan dan tujuan ideal yang digambarkan oleh beberapa tokoh sosiologi yang mengaji permasalahan pendidikan. Dalam beberapa konteks, pendidikan tidak lagi dianggap sebagai media untuk mencari sebuah kebenaran, melainkan bertujuan untuk mencari kekuatan. Pendidikan seperti dikatakan Sargent dalam Dewifitriatulchairiyah.blogspot.com (2013) merupakan instrument untuk mengatasi kesenjangan, mencapai derajat kesetaraan yang tinggi dan mencapai tingkat kesejahteraan yang baik bagi siapa saja. Pembelajar memiliki semangat dan motivasi mengejar inspirasi menuju kemajuan dan usaha menjadi manusia yang terbaik. Pendidikan seperti dikatakan oleh Schofield dalam Dewifitriatulchairiyah.blogspot.com (2013) memposisikan diri sebagai tempat bagi mereka untuk mengembangkan diri berdasar keunikan potensi dan kepentinganya masing-masing. Chirzin dalam Batubara (2004:110) mengemukakan bahwa proses globalisasi dengan percepatan menggelindingnya liberalisasi ekonomi dan sistem perdagangan bebas secara global, menghadapkan dunia pendidikan pada tantangan-tantangan baru yang tidak sederhana. Globalisasi membuat dunia
3 menjadi sebuah kampung kecil yang memudahkan setiap warga dunia untuk berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Situasi yang demikian mengakibatkan terbukanya ide atau gagasan dari satu tempat ke tempat lain sehingga sulit disensor jika bertentangan dengan nilai-nilai budaya penerima ide atau gagasan tersebut. Gambaran pendidikan pada era globalisasi ini secara langsung ataupun tidak terus mengarahkan pada perubahan nilai dan norma di berbagai belahan dunia lainnya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang mudah diakses di mana saja, dunia pendidikan kini telah menyingkirkan nilai-nilai dan budaya yang menjaga norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Tilaar dalam Batubara (2004:111) sistem pendidikan harus memperhatikan nilai-nilai budaya, karena budaya yang ada akan mendorong terjadinya pembudayaan dalam proses pendidikan yang diselenggarakan tersebut. Menghilangnya penanaman budaya dalam sistem pendidikan sama halnya dengan menghilangkan karakter suatu bangsa, di mana anak-anak bangsa tidak lagi mengenal kepribadian bangsanya, dan tidak lagi memiliki penyaring terhadap hal-hal baru yang bertentangan dengan karakter bangsa tersebut. Pada masa sekarang ini banyak media yang menggambarkan bagai mana budaya yang sejatinya tidak pantas untuk ditiru oleh para pelajar. Hal itu terus digandrungi oleh para pelajar pada era globalisasi ini. Ericson dalam Muslich (2011:35) mengungkapkan bahwa karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter
4 seseorang. Menurut Freud dalam Muslich (2011:35) kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Maka dalam hal ini pendidikan yang menegaskan karakter yang ditanamkan di lembaga-lembaga pendidikan sangat penting untuk diterapkan. Mengingat kondisi masyarakat yang semakin menuju kearah liberalisasi, baik dari segi budaya maupun ilmu pengetahuan, pendidikan karakter sangat penting untuk menanamkan nilai afeksi sebagai fondasi setiap anak bangsa dalam berpikir dan berprilaku dalam masyarakat. Pendidikan sendiri adalah hak dasar bagi setiap warga negara Indonesia. Sangat jelas tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini diwujudkan dengan berdirinya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang tersebar di seluruh Indonesia baik sekolah swasta maupun negeri. (mustafatope.wordpress.com/2011/01/09/jumlah-sekolah-di-indonesia/) Sedangkan jumlah Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh indonesia, baik Pergutuan Tinggi Swasta (PTS) maupun Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah sejumlah Di mana sebanyak atau 97% merupakan PTS, sedangkan PTN hanya berjumlah 83 atau 3% (kuliahmurahjakarta.blogspot.com/ 2014/01/jumlah-perguruan-tinggi swasta-dan.html).
5 Namun di lain pihak pada kondisi gobalisasi yang seharusnya akses untuk mendapatkan pendidikan lebih mudah, justru bertolak belakang dengan kondisi yang ada. Selain berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang cenderung berbudaya liberal, globalisasi sendiri ternyata telah gagal dalam memberi kemudahan dalam akses pendidikan bagi bangsa Indonesia. Laporan tahunan UNICEF pada tahun 2012 mencatat sekitar 2,3 juta anak usia 7-15 tahun yang tidak bersekolah. ( (Ind) pdf). Hal ini sangat bertentangan dengan amanat Undang-Undang Dasar yang menjamin pendidikan yang harusnya dapat diakses oleh setiap elemen masyarakat. Kegagalan globalisasi dengan dampak sistem pendidikan yang menularkan budaya liberalnya ternyata tidak menjadi jawaban atas ketertinggalan Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan dasar berupa pendidikan. Maka perlu ada sebuah formulasi di mana sistem pendidikan yang dibangun memiliki penyaring atas semua akses pendidikan yang masuk melalui berbagai media, untuk menjaga nilai-nilai, norma dan budaya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai pancasila dan nilai-nilai lain yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri sangat banyak model yang mewarnai dunia pendidikan. Mulai dari bantuk pendidikan umum hingga model pendidikan berbasis agama. Keberagaman ini juga yang membuat karakter siswa di berbagai sekolah menjadi beragam. Peneliti sendiri merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap salah satu model pendidikan tersebut. Menurut peneliti pendidikan tingkat menengah atas (SMA) atau sederajat adalah tingkat teratas dalam pembentukan afeksi bagi setiap individu sebelum menuju tingkat
6 pendidikan di perguruan tinggi. Pembentukan afeksi sangat penting bagi seorang individu untuk membentuk karakter seorang siswa sebelum manuju tingkat pendidikan di perguruan tinggi yang cenderung lebih luas dalam hal cara berpikir dan bersikap. Peneliti memilih lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai objek penelitian. Lembaga pendidikan Muhammadiyah sendiri memiliki karakter khusus yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan tingkat dasar dan menengah. Sesuai dengan pasal 33 ayat 2 Qa idah Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah, yaitu Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Khusus diberikan Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab yang Kurikulumnya ditetapkan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hal ini diperkuat dengan pertimbangan bahwa Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi masyarakat yang mapan memiliki pengalaman yang panjang dalam memberikan peran di dunia pendidikan. Persyarikatan Muhammadiyah telah menyumbangkan peran dalam dunia pendidikan sudah sejak masa pemerintahan kolonial Belanda. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, tepatnya pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Van deventer yang salah satu poinnya adalah mengenai edukasi, yakni memperluas dalam bidang pengajaran
7 dan pendidikan. Namun semua itu hanyalah sebatas kedok untuk melancarkan sistem kolonial Belanda yang lebih modern. Terutama dalam hal pendidikan. Seperti yang dituliskan oleh Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Sejarah, praktik politik etis dalam bidang edukasi dijalankan dengan sangat diskriminatif. Selain tidak banyak sekolah yang didirikan, tidak semua Pribumi mendapatkan kesempatan bersekolah, kecuali putra bangsawan dan anak-anak etnis Cina serta Ambon. Diskriminasi juga diberlakukan dalam pemberian subsidi. Soemarsono Mestoko dalam Suryanegara (2010:440) menuturkan perbedaan jumlah subsidi dari pemerintah kolonial Belanda dalam mengaplikasikan Politik Etis di bidang edukasi. Eropeesche Lager School (ELS) dengan murid hanya berjumlah 2.500, yang terdiri dari anak eropa dan bangsawan, mendapatkan subsidi f Sebaliknya, Sekolah Rendah Pribumi, dengan murid berjumlah Muslim, hanya mendapatkan subsidi sebanyak f Pendirian sekolah pribumi oleh pemerintah kolonial Belanda hanya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terdidik untuk dipekerjakan di perkebunan dan pertambangan, serta proyek penjajahan lainnya. Apabila kebutuhan tenaga kerja terpenuhi, sekolah ditutup. Jadi, pendirian sekolah tersebut bukan untuk mencerdaskan anak Pribumi. Di bawah tantangan sistem pendidikan yang seperti ini, Persyarikatan Muhammadiyah menjawabnya dengan mendirikan sekolah yang serupa tapi tidak sama kurikulumnya. Di mana perbedaannya adalah terdapat mata pelajaran Al-Quran dalam sekolah yang didirikan oleh Persyarikatan Muhammadiyah.
8 Pendirian sekolah Muhammadiyah pada saat itu mengikuti sistem sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Selain adanya Sekkolah Desa atau Sekolah Rendah Angka Dua (Tweede Klasse) atau Sekolah Boemipoetra (Inlandsche School), sudah mulai didirikan Sekolah Rendah Kelas Satu, yang disebut Hol landsch Indische School (HIS) pada 1914 M. Sekolah ini disebut pula Sekolah Boemi Poetra-Belanda, khusus untuk anak bangsawan, pegawai Belanda, dan tokoh-tokoh terkemuka. Lama studinya tujuh tahun. Anak rakyat jelata tidak mungkin masuk ke sekolah ini. Dari fakta sejarah sekolah ini, terbaca diskriminasi politik etis di bidang pendidikan penjajah. Oleh karena itu HIS Muhammadiyah disebut HIS met de Quran. HIS yang demikian ini merupakan upaya Persyarikatan Muhammadiyah mengimbangi sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah kolonial belanda. Akan tetapi, pada masa penjajahan Persyarikatan Muhammadiyah tidak mungkin mendirikan perguruan tinggi. Baru pada 27 Rajab 1363 H/8 Juli 1945 pada masa pendudukan Balatentara Dai Nippon, Persyarikatan Muhammadiyah mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) DI Jakarta dengan Rektor Kahar Moezakkir. Karena Persyarikatan Muhammadiyah lebih fokus pada upaya pengadaan tenaga guru, didirikanlah Kweekschool. Dengan tersedianya tenaga guru, maka diperbanyaklah pendirian sekolah-sekolah Muhammadiyah. Pilihan yang demikian ini, disebabkan karena mayoritas Pribumi saat itu, umumnya buta huruf latin. Latar belakang yang demikian ini pula yang membuat Persyarikatan Muhammadiyah lebih cenderung mendirikan sekolah dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah. Akan tetapi, hal itu tidak berarti Persyarikatan
9 Muhammadiyah tidak membangun Pesantren dan sekolah Agama. Keduanya tetap menjadi bagian dari pengembangan sistem pendidikan dalam menjawab tantangan zamannya (Suryanegara, 2010: ). Pada tahun 1911, Ahmad Dahlan mendirikan sekolah rakyat, yang diberi nama Madrasha Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang menggabungkan dua sistem pendidikan, yaitu sistem pesantern dan pendidikan barat. Sistem pendidikan yang disebut terakhir ini masih asing khususnya mata pelajaran yang diajarkan, yaitu pengetahuan umum (Syaifullah, dalam Sudarno dkk, 2010:63-64) Hingga kini Persyarikatan Muhammadiyah adalah salah satu organisasi kemasyarakatan yang sangat berpengaruh di Indonesia. Persyarikatan Muhammadiyah memiliki kader dan simpatisan yang tersebar luas di seluruh tanah air. Persyarikatan Muhammadiyah memperluas pengaruhnya dalam berbagai aspek, baik dalam agama, sosial dan pendidikan. Dalam aspek keagamaan Persyarikatan Muhammadiyah memiliki gerakan khusus tentang Amar Ma ruf nahi munkar sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Dalam aspek sosial Persyarikatan Muhammadiyah memiliki amal usaha berupa kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang dimotori oleh para kader Persyarikatan Muhammadiyah. Dan dalam hal pendidikan sudah sangat jelas Persyarikatan Muhammadiyah sangat banyak berperan. Sejak zaman kolonial hingga kini Persyarikatan Muhammadiyah terus menjalankan perannya dalam dunia pendidikan. Hal tersebut dibuktikan dengan didirikannya Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SMP, SMA/sederajat, 67 Pondok Pesantren, dan 172 Perguruan Tinggi ( content-8-det-amal-usaha.html). Hal ini
10 membuktikan konsistensi Persyarikatan Muhammadiyah terhadap pembangunan masyarakat melalui pendidikan. Ditengah perkembangan globalisasi Muhammadiyah mampu beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Seperti yang diungkapkan oleh Abdullah dalam Khozin (2005:2) tampak dalam pengorganisasian gerakannya yang lebih sistematis dan efektif. Amal usaha Muhammadiyah yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam tiga bidang, yaitu: agama, sosial, dan pendidikan dikelola dengan cara-cara yang menurut ukuran ruang dan waktunya tergolong modern. Secara laten Persyarikatan Muhammadiyah melakukan proses pengaderan melalui lembaga pendidikan. Dalam masyarakat sendiri para kader Muhammadiyah memiliki karakter yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Di dalam lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah terdapat beberapa organisasi yang di isi oleh para pelajar Muhammadiyah, seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Ikatan Pelajar Muhammadiyah diisi oleh para pelajar SMA Muhammadiyah sebagai ekstrakulikuler. Peneliti sendiri ingin melihat bagai mana pengaruh Persyarikatan Muhammadiyah terhadap masyarakat melalui lembaga pendidikan yang secara laten merupakan salah satu proses pengaderan sejak usia dini oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Latar belakang sejarah dan konsistensi Persyarikatan Muhammadiyah ini lah yang memperkuat landasan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap Model Pendidikan Muhammadiyah dalam Pembentukan Karakter Siswa untuk melihat seperti apa karakter masyarakat yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah melalui lembaga pendidikan.
11 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mencoba menarik suatu permasalahan. Maka hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagai mana model penerapan pendidikan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah terhadap pembetukan karakter siswa SMA Muhammadiyah Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu penelitian (Bungin, 2008:75). Maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagai mana model penerapan pendidikan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah terhadap pembetukan karakter siswa SMA Muhammadiyah 2 Medan Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan haruslah memiliki manfaat yang jelas, baik manfaat secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah: Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pemahaman, sosialisasi nilai-nilai yang ditemukan dalam hasil
12 penelitian, menjadi model perbandingan dalam aspek kelembagaan pendidikan, serta sumbangan bagi mahasiswa hingga dapat menambah wawasan ilmiah. Selain itu juga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sisiologi pendidikan Mafaat Praktis a. Bagi penulis, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah. selain itu penelitian ini juga dapat memperkaya wawasan peneliti dalam bidang sosiologi pendidikan. b. Bagi masyarakat, Muhammadiyah itu sendiri, maupun pemerintah yang berkewajiban sebagai penyelenggara pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi model yang dapat diterapkan dengan model lembaga pendidikan sejenis Defenisi Konsep Untuk memperjelas maksud dan pengertian mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian ini maka peneliti membatasi konsep-konsep yang digunakan.pemberian batasan konsep ini diperlukan untuk menuntun peneliti dalam menangani rangkaian proses penelitian bersangkutan seerta dalam menginterpretasikan hasil penelitian (Sanafiah Faisal 1998: 107). Adapun pendefenisian konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Model pendidikan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah adalah sebuah sistem yang dibangun oleh Yayasan Pendidikan Muhammadiyah 2 Medan untuk membentuk karakter siswa SMA Muhammadiyah melalui pendidikan khusus (Pasal 33 ayat 2 Qa idah Pendidikan Dasar dan
13 Menengah Muhammadiyah) dan disiplin yang dibangun dalam Yayasan Pendidikan Muhammadiyah. b. Sosialisasi nilai kemuhammadiyahan adalah bagai mana bentuk dan pola interaksi yang dibangun dalam Lembaga Pendidikan Muhammadiyah dalam menginternalisasikan nilai-nilai kemuhammadiyahan terhadap siswa. c. Yang dimaksud dengan Yayasan Pendidikan Muahammadiyah dalam penelitian ini adalah SMA Muahammadiyah 2 Medan. d. Karakter dalam hal ini adalah, kepribadian yang dibentuk oleh SMA Muhammadiyah 2 Medan yang sesuai dengan model terapan program yang dilaksanakan oleh sekolah terhadap siswa.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Manusia yang ingin mencapai tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampus secara harfiah adalah lapangan atau tegal. Ini di ambil dari bahasa latin yaitu Campus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampus secara harfiah adalah lapangan atau tegal. Ini di ambil dari bahasa latin yaitu Campus yang memilikai arti lapangan. Kemudian di terjemahkan menjadi daerah lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya karena ukuran wilayahnya yang luas dan kondisi kekayaan alamnya yang melimpah melainkan juga bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan
BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat
Lebih terperinciBAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK
BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat
Lebih terperinciMODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL
MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Era globalisasi saat ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia. Dalam berbagai aspek kehidupan, era globalisasi menjadi tantangan yang
Lebih terperinciDaftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
PIMPINAN PUSAT PROPOSAL PENDIRIAN MUSEUM Daftar Isi 1 LATAR BELAKANG SEJARAH 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN MUSEUM LATAR BELAKANG SEJARAH 2 Latar Belakang Kolonialisme Belanda yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bercorak modern di Indonesia, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan para ulama atau tokoh-tokoh Islam, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang dakwah Islam, pendidikan dan sosial kemasyarakatan, mendirikan lembaga pendidikan dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī munkar berasas Islam bersumber Al-Qur an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dewasa ini lebih berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERGERAKAN KEBANGSAAN Politik DRAINAGE Belanda mengeruk kekayaan dari negara Indonesia untuk kepentingan dan kesejahteraan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pendidikan tidak terlepas dari kecenderungan globalisasi yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru mempunyai peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber dari Al-Qur an dan Sunnah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma ruf nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber dari Al-Qur an dan Sunnah. Sebagai gerakan dakwah Islam Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota Pontianak. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai
Lebih terperinci2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkup pendidikan agama pada lembaga pendidikan meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Pendidikan Guru Agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan dan idola dalam seluruh segi kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.
Lebih terperinci2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu bersifat abstrak yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan gagasan atau sistem ide yang di dalamnya terdapat sebuah pikiran manusia
Lebih terperinciMUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN M.Nidhamul Maulana 1 (2014100703111119), Mumtaza Ulin Naila 2 (201410070311120), Zubaidi Bachtiar 3 (201410070311121), Maliatul Khairiyah 4 (201410070311122), Devi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah aset nasional yang lahir dari saham mahasiswa dalam pembangunan. Konsep ini muncul dari kesadaran mahasiswa sebagai calon
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan
Lebih terperinciPendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
:: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi kalangan masyarakat sekitar. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban masyarakat. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di Indonesia. Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk terutama untuk pendidikan pribumi
Lebih terperinciBAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA
BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh berbagai ilmu berupa pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Para pendukung politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa: Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat terbelenggu oleh kolonialisasi Belanda. Semua aktifitas pendidikan Islam dibatasi dan diawasi. Kondisi ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan
9 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensi lembaga tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan
Lebih terperinciPENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL
PENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL DISUSUN UNTUK TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER Penyusun : Nama : Pulung Septyoko Nim : 21545 Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sosiologi 2008 Pendahuluan.
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan
Lebih terperinciPOLITIK KOLONIAL KONSERVATIF, ) ENCEP SUPRIATNA
POLITIK KOLONIAL KONSERVATIF, 1800-1870) ENCEP SUPRIATNA LATAR BELAKANG SETELAH VOC DINYATAKAN BANGKRUT KARENA MENEMPUH CARA-CARA TRADISIONAL. ATAS NAMA PEMERINTAH INGGRIS RAFFLES (1811-1816), MENERAPKAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP N I Sidoharjo Wonogiri) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari prosesnya, globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan pendidikan yang baik, yang mampu meningkatkan kualitas bangsa, mengembangkan karakter, memberikan keunggulan dan kemampuan berkreasi, semakin
Lebih terperinci02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta
PENDIDIKAN DAN STRATEGI KEBUDAYAAN MENUJU INDONESIA BERKEMAJUAN Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta INDONESIA BERKEMAJUAN SEBUAH KONSEP DARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh Azam Rizqi Muttaqin NIM. FO.5.4.10.135 Persoalan pendidikan hingga kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar balakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI
TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : Devit Surtianingsih NIM : 11.01.2851 Kelompok : B Program Studi : Pancasila Jurusan : D3-TI Dosen : Irton. SE., M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai
Lebih terperinci-23- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG
-23- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh: Melinda Vikasari NIM
PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 1901-1942 SKRIPSI Oleh: Melinda Vikasari NIM 060210302106 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa agar ia menjadi orang dewasa (Hasbullah, 2005: 1).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004
ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu memberi dampak pada lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor kunci yang memegang peranan terbesar dalam kemajuan suatu bangsa dan peradaban. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciEksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi
Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP Oleh : Ma rifani Fitri Arisa Pengantar Undang-undang republik Indonesia nomer 20 tahun 2013 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah berasal dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami lebih jauh mengenai pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang masih dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat. Pendidikan berlangsung seumur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan akhir dari proses pendidikan. dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sangatlah minim sekali.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan. Guru disebut
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan hal itu, tidak akan pernah terlepas dari peran guru untuk selalu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kita dewasa ini ditandai dengan abad informasi yang menuntut siswa untuk berlatih memiliki kemampuan berfikir yang kritis dan kreatif. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut
Lebih terperinci2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Membaca merupakan langkah awal perjalanan menuju pencerahan. Kegiatan membaca ini juga dapat menciptakan generasi muda yang kreatif, produktif dan inovatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial merupakan sebuah syarat terjadinya aktivitas sosial. Dalam melakukan interaksi terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu kontak sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciAL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012
122 ISBN: 978-602-70471-1-2 Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012 Hana Navi
Lebih terperinci