BAB I PENDAHULUAN. mengalami pergeseran yang signifikan dalam berbagai bidang (sosial, budaya, agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. mengalami pergeseran yang signifikan dalam berbagai bidang (sosial, budaya, agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di abad milenium seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, hal ini ditandai dengan peradapan manusia yang telah mengalami pergeseran yang signifikan dalam berbagai bidang (sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi). Dengan peradapan dunia yang semakin pesat pengaruhnya, dirasakan di Indonesia yaitu dengan lahirnya globalisasi. Globalisasi adalah sebuah sistem yang mendunia, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia baik ekonomi, politik, budaya, dan tentu didalamnya termasuk juga pendidikan. 1 Umat islam dalam melihat realitas tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan global tersebut. Guna menyelaraskan dengan tuntutan zaman, transformasi (perubahan) sosial umat islam tentunya harus tetap dalam bingkai Islam. Maka agama harus mampu menjawab persoalanpersoalan yang muncul. Relevansi terhadap penafsiran agama dalam merespon perubahan dunia yang begitu dahsyat menjadi sebuah tuntutan. Agama yang kehilangan kemampuan untuk merespon secara kreatif perubahan sosial, kerap menampakkan wajah fundamentalistiknya. Jika agama gagal membangun umatnya, maka agama akan memasung pengikutnya pada lembah kebingungan, kefrustasian, dan pada akhirnya memunculkan reaksi konflik dan kekerasan. 1 Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan Penddikan di Tengah Pusaran Arus Glibalisasi, (Yogyakarta: TERAS, 2010), hlm

2 2 Dengan kata lain, kesulitan dalam mengatasi perubahan sosial dapat menyebabkan agama kehilangan pengaruh dan relevansinya. 2 Menurut Kuntowijoyo, pemahaman terhadap ajaran islam, lebih khusus lagi pada aspek teologi memerlukan penafsiran-penafsiran baru dalam rangka memahami realitas yang senantiasa berubah. Usaha melakukan reorientasi pemahaman keagamaan, baik secara individual maupun kolektif adalah untuk menyikapi kenyataan-kenyataan empiris menurut perspektif ketuhanan. 3 Tafsir baru dalam memahami realitas ini dapat dilakukan dengan cara mengelaborasi ajaran agama ke dalam bentuk suatu teori sosial. Ini dipilih karena akan mampu merekayasa perubahan sosial melalui bahasa yang obyektif dan lebih menekankan bahwa bidang garapannya lebih bersifat empiris, historis dan temporal. Ruang lingkup dari teori ini adalah pada rekayasa untuk transformasi soaial. Maka muncullah konsep ilmu sosial yang dicetuskan oleh Kuntowijoyo, yaitu Ilmu Sosial Profetik (ISP). ISP ialah ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tetapi juga memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa, dan oleh siapa. Semangat itulah yang dituangkan kembali oleh Kuntowijoyo dalam konsep pendidikan profetik. Menurut Kunto, Islam perlu dipahami sebagai dan dalam kerangka ilmu. Sebab, pola keilmuan akan lebih menjanjikan sifat yang obyektif, faktual dan terbuka. Sehingga, lewat kerangka ilmu itu, terutama 2 Mun im A. Sirry, Membendam Militansi Agama; Iman dan Politik dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi,(Bandung: Mizan, 1996), hlm.

3 3 yang empiris, umat Islam akan lebih bisa memahami relitas sebagaimana Al- Qur an memahaminya. Dengan cara itu, umat akan dapat melakukan transformasi sosial berdasarkan cita-cita dan profetik searah yang ditunjuk Al- Qur an, yaitu humanisasi, liberasi, dan transdensi. Humanisasi yang dimaksud adalah memanusiakan manusia, menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia. Tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia. Liberasi (dalam bahasa Latin liberrare berarti memerdekakan) artinya pembebasan, semuanya dengan konotasi yang mempunyai signifikansi sosial. Tujuan dari liberasi adalah pembebasan dari kekejaman, kemiskinan, struktural, keangkuhan teknologi. Transendensi (dalam bahasa Latin trascendere berarti naik ke atas; bahasa Inggris to trascend ialah menembus, melewati, melampaui) artinya perjalanan di atas atau di luar. 4 Tujuan transendensi adalah menambah dimensi transendental dalam kebudayaan.kita sudah banyak menyerah kepada arus hedonisme, materialisme. Kita percaya bahwa sesuatu harus dilakukan, yakni membersihkan diri dengan mengingatkan kembali dimensi trasnsendensi yang manjadi bagian sah dan fitrah kemanusiaan. 5 Maka dalam sisi pendidikan, 3 hal dasar utama tersebut menjadi paradigma dalam mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia. Pengembangan tersebut hingga pada dataran penyelenggaraan pendidikan di kelas. Selain itu, pendidikan profetik juga sekaligus menghadirkan paradigma 4 Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), hlm Ibid., hlm

4 4 pendidikan baru yang mampu melahirkan kebijakan yang berpihak pada masyarakat pinggiran, menumbuhkan pendidikan yang berjati diri keindonesiaan dan beriringan dengan kontekstual kehidupan masyarakat. Kuntowijoyo menjelaskan dengan humanisasi, Islam menekankan pentingnya memanusiakan dalam proses perubahan. Sedangkan dengan liberasi, Islam mendorong gerakan pembebasan terhadap segala bentuk determenasi kultural dan struktural seperti kemiskinan, kebodohan. Dan dengan transdensi, perubahan dicoba diberi sentuhan yang lebih maknawi, yaitu perubahan yang tetap berada dalam bingkai kemanusian dan ketuhanan. Maka didalam pendidikan profetik, pendidikan tidak hanya dilakukan untuk mengejar standar kompetensi dan tujuan didalam kurikulum saja. Siswa dalam setiap sesi mata pelajaran harus diajak berdialog, berdiskusi dan mengkontekskan apa yang sedang dibahas dalam mata pelajaran tersebut dengan realitas sosial yang sedang terjadi. Sehingga siswa memiliki wawasan dan pengetahuan akan kondisi masyarakat dan lingkungan tempat ia berada selama ini. Melalui penerapan pendidikan profetik out put yang diharapkan, yaitu mencetak generasi-generasi muda Islam yang memiliki dan memahami jati dirinya sebagai Muslim. Kemudian siswa diarahkan dan diajak berdiskusi, berdialog dan berfikir tentang realitas sosial, hingga ia mampu memiliki sence of belonging akan masalah sosial yang muncul. Maka dengan keberislamannya ia pun sadar bahwa Islam yang ia pilih merupakan sebuah petunjuk, arahan dan solusi akan masalah sosial yang ia hadapi di lapangan.

5 5 Munculnya generasi-generasi muda Islam tersebut seharusnya menjadi target besar umat Islam saat ini. Karena pendidikan Islam tidak lagi dalam posisi sekedar mengekor, mengikuti atau memenuhi kebutuhan zaman ini. Akan tetapi pendidikan Islam harus mampu menciptakan mainstream dan tren mode bagaimana pendidikan itu berjalan. Maka pendidikan profetik merupakan salah satu solusi dalam merekontruksi bagi pendidikan Indonesia saat ini yang sedang kehilangan arah dan tidak memiliki jati diri keindonesiannya. Upaya menanamkan dan memupuk nilai-nilai humanisasi, liberasi, dan transendensi akan lebih efektif dilakukan melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak akan pernah lepas dari penanaman nilai-nilai, guna membentuk profil manusia yang dewasa dalam pola pikir, sikap, dan tingkah laku serta berakhlakul karimah. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Prof. Ahmad Tafsir bahwa tugas pendidikan termasuk pendidikan di sekolah yang paling utama adalah menanamkan nilai-nilai. 6 Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari tergantung pada pendidikan yang diperoleh oleh anak anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi barangsiapa yang menguasai kurikulum memegang nasib bangsa dan negara kedepannya. Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa dipegang oleh pemerintah suatu negara. Para guru atau pengajar harus pula memahami seluk beluk kurikulum hingga batas- 6 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam; Integrasi Jasmani, Rohan, Kalbu Memanusiakan Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 49.

6 6 batas tertentu dalam skala mikro. Selain itu, guru diharapkan mampu mengembangkan kurikulum bagi kelas. 7 Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberi pemahaman tentang pengalaman belajar yang dimiliki setiap siswa. 8 Kurikulum yang dianggap lebih bermakna ialah bila bahan pelajaran dihubungkan atau didasarkan atas pengalaman anak dalam kehidupan sehari hari, misalnya bila dibicarakan yang nyata, seperti masalah kesehatan, kecelakaan lalu lintas dan sebainya. 9 Kurikulum sebagai acuan atau progam untuk mencapai tujuan pendidikan berpengaruh besar dalam membentuk output pendidikan berkualitas. Begitu juga nilai-nilai yang tertanam dalam peserta didik juga bergantung pada nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum yang menjadi acuan. Terlebih lagi berbicara tentang Pendidikan Agama Islam, dimana penanaman nilai-nilai menjadi suatu hal yang dominan, yang akan berefek pada aspek afektif dan psikomotor sebagai wujud nyata dalam diri peserta didik. 7 S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.1. 8 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group, 2011), hlm S. Nasution, Op. cit., hlm. 231.

7 7 Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dan menganalisis konsep nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo kemudian bagaimana relevansinya terhadap kurikulum PAI. Yang dimaksud kurikulum PAI di sini adalah kurikulum PAI di sekolah dasar. Penulis memilih sekolah dasar karena sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang sangat penting keberadaannya karena tanpa menyelesaikan pendidikan dasar pada sekolah dasar secara formal seseorang tidak mungkin dapat melanjutkan pendidikan di SLTP. Ditemukannya relevansi dari nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo terhadap kurikulum PAI di sekolah dasar ini diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif bagi pengembangan kurikulum di sekolah dasar pada masa depan. B. Rumusan Masalah dan Penegasan Istilah Dari latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas, maka bisa diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep nilai-nilai profetik menurut Kuntowijoyo? 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai profetik dalam kurikulum PAI di sekolah dasar? Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman, maka perlu adanya penegasan istilah. Adapun istilah-istilah yang dipandang perlu mendapatkan penegasan adalah: 1. Relevansi adalah sesuatu yang mempunyai kecocokan atau saling berhubungan Nilai adalah banyaknya isi, kadar, mutu J.S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,2007), hlm. 149.

8 8 3. Profetik, berasal dari bahasa Inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi Kurikulum adalah kegiatan belajar yang direncanakan dan diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah baik di dalam maupun diluar sekolah Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama hukum Islam. 14 C. Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep Nilai-nilai Profetik. 2. Untuk mengetahui pemikiran Kuntowijoyo tentang Nilai-nilai profetik dan bagaimana relevansinya terhadap Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur pendidikan Islam, terutama dalam hal pemikiran tokoh pendidikan Islam 11 Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, ( Bandung: Mizan, 2001), hlm Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Aj Ma arif, 1986), hlm. 23.

9 9 b. Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis mengenai tokoh Kuntowijoyo dan pemikirannya mengenai Nilai-nilai Profetik. 2. Kegunaan Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada pembaca akan pentingnya nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo. b. Dapat dijadikan inspirasi bagi praktisi-praktisi pendidikan Islam untuk lebih meningkatkan kualitas dalam hal pengembangan kurikulum PAI di Sekolah Dasar berdasarkan nilai-nilai profetik. E. Kerangka Teori 1. Analisis Teori Di dalam buku yang berjudul Islam Sebagai Ilmu : Epistemologi, Metodologi, dan Etika menerangkan bahwa nilai-nilai profetik menurut Kuntowijoyo memuat 3 hal yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi yang diderivikasi dari kandungan surat Ali Imron ayat Ketiga unsur profetik ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga nilai terebut berhubungan dengan masalah sosial, artinya lebih menekankan pada aspek interaksi dengan sesama manusia. Hal ini tidak lepas dari ide-ide Kuntowijoyo yang banyak memperbincangkan persoalan sosial umat Islam. Selanjutnya, Kuntowijoyo dalam buku yang berjudul Paradigma Islam: Interprestasi untuk Aksi menyatakan bahwa gagasan pendidikan 15 Kuntowijoyo, Islam Sebagai..., hlm. 87.

10 10 berparadigma profetik layak untuk ditawarkan sebagai solusi pendidikan islam dimasa sekarang dan di masa yang kan datang. 16 Dalam bukunya Moh. Shofan, Pendidikan berparadigma profetik; upaya konstruktif membongkar dikotomi sistem pendidikan Islam, bahwa konseptualisasi pilar-pilar ilmu sosial profetik pada dasarnya berangkat dari paradigma pendidikan yang berusaha melakukan sintesa antara sistem pendidikan yang konsen terhadap nilai-nilai moral dan religius dengan sistem pendidikan modern yang mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Dualisme sistem pendidikan yang dikotomis yang dalam konteks Indonesia merupakan dua sisi diametrikal antara pendidikan ala barat yang dinasionalisasi dan pendidikan ala timur yang sudah secara historis telah ada sejak nenek moyang. Pendidikan profetik dapat dikembangkan dalam tiga dimensi yang mengarahkan perubahan atas masyarakat yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi. 17 Buku berjudul Pendidikan Profetik yang ditulis oleh Khoiron Rosyadi menerangkan bahwa pendidikan harus kembali pada misi profetik, yaitu memanusiakan manusia, yang dalam terminologi islam sering disebut sebagai insan kamil, syumul, dan manusia taqwa. 18 Jurnal yang ditulis Moh. Ikmal (Dosen Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan STKIP PGRI Sumenep) dengan judul Integrasi 16 Kuntowijoyo, Paradigma Islam..., hlm Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik : Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam.(Yogyakarta:IrcIsod, 2004), hlm Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 306.

11 11 Pendidikan Profetik (Mengurai Tradisi dan Implemintasi Dalam Sistem Pendidikan Indonesia) ia menyatakan, ada beberapa aspek penting dari proses implementasi pendidikan profetik adalah; pertama, mengubah mindset bagi semua pihak. Kepala sekolah dan guru harus mampu menjadi pelaksana pendidikan yang sebenarnya, sebagaimana para nabi atau rasul menjalankan tugas-tugasnya. Mereka harus sadar bahwa tatkala dirinya sebagai seorang guru atau pendidik, maka perannya tidak ubahnya sebagaimana seorang rasul, yaitu sebagai uswah hasanah tatkala sedang di mana saja. Agar tugas-tugas itu bisa ditunaikan secara maksimal, maka kepala sekolah dan guru seharusnya diberi kebebasan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai yang dipandang benar dan luhur. Kedua, pendekatan legal formal yang memuat standart nilai-nilai dan diakui bersama sebagai kekuatan pengikat, serta penanaman nilai yang terintegrasi dalam setiap kurikulum. Dengan demikian pendidikan senantiasa dijalankan atas dasar tuntutan nurani para pengelola pendidikan dan memperhatikan nilai moralitasnya. 19 Di samping itu, beberapa hasil penelitian telah beberapa penulis temukan, antara lain; Pertama, Integrasi Ilmu dan Agama Menurut Isma il Raji Alfaruqi dan Kuntowijoyo (studi perbandingan). Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, ditulis oleh Muhammad Solikhin. Dalam skripsi ini dijelaskan konsep Integrasi ilmu dan agama menurut kedua 19 Moh. Ikmal, Integrasi Pendidikan Profetik; Mengurai Tradisi dan Implementasi dalam Sistem Pendidikan Indonesia, (Jurnal Pelopor Pendidikan,Volume 4, Nomor 1, Januari 2013).

12 12 tokoh pemikir Islam di atas, kemudian membandingkan pemikiran keduanya. 20 Kedua, Prinsip-prinsip Tahapan Pendidikan Profetik dalam al Qur an. Tesis UIN Sunan Kalijaga, ditulis oleh Ahmad Nurrohim. Dalam tesis ini mengkaji konsep pendidikan dalam al Qur an dengan didekatkan pada masa kenabian Muhammad. Artinya prosesi pengutusan Muhammad dan transformasi yang dilakukannya menjadi titik tolak pola pendidikan al Qur an, atau dalam bahasa lain, penelitian ini mencoba meniliti konsep dan praktik pendidikan yang dilakukan Nabi dari perspektif al Qur an. 21 Ketiga, Pengembangan Pendidikan Islam Berbasis Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo. Disertasi UIN Sunan Kalijaga, ditulis oleh Lutfiah. Dijelaskan dalam disertasinya, bahwa Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo memiliki relevansi dan keterkaitan langsung dengan pendidikan Islam. Mengingat nilai humanisasi berusaha untuk membentuk pribadi seseorang sebagai manusia yang sangat dipengaruhi oleh bagaimana ia mendapat pendidikan. Maka pendidikan hendaknya diselenggarakan dalam kondisi yang humanis, berkaitan dengan pembentukan sikap, akhlak dan kepribadian seseorang. Relevansi liberasi juga erat kaitannya dengan pendidikan. Karena di dalamnya mengandung pembebasan, sementara pendidikanpun menuntut pembebasan untuk dapat membuka cakrawala 20 Muhammad Solihin, Integrasi Ilmu dan Agama Menurut Isma il Raji Alfaruqi Dan Kuntowijoyo (studi perbandingan), Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta,(Surakarta: Perpustakaan Universitas Muhamadiyah, 2009). 21 Ahmad Nurrohim, Prinsip-prinsip Tahapan Pendidikan Profetik dalam al Qur an, Tesis UIN Sunan Kalijaga, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011).

13 13 pemikiran. Sedangkan transendensi dalam proses pendidikan, diartikan sebagai kesadaran diri untuk berusaha mencapai derajat yang lebih tinggi dan lebih baik. Senada dengan itu, pencapaian yang lebih baik juga diharapkan dengan penerapan ketiga nilai Ilmu Sosial Profetik ke dalam Pendidikan Islam, yang akan melahirkan pendidikan Islam Profetis. 22 Melalui Pendidikan Islam Profetik, diharapkan pendidikan Islam tidak sekedar menekankan pengetahuan tekstual belaka, tetapi kontekstual dan transformatif, yang mampu mengkondisikan agar pemberdayaan potensi dasar manusia dan masyarakat menjadi lebih mengalami peningkatan kualitas sekaligus adaptif terhadap perkembangan lingkungan dan tuntutan global, sehingga tidak terasing dari kemajuan peradaban. Judul penelitian yang penulis tawarkan mempunyai perbedaan yang cukup mendasar pada beberapa hal yang dibahas dalam penelitianpenelitian terdahulu yang penulis paparkan di atas. Setidaknya di STAIN Pekalongan sendiri, sepanjang yang penulis ketahui melalui searching terhadap data skripsi mahasiswa, belum ada penelitian yang membahas mengenai nilai nilai profetik dan relevansinya bagi kurikulum PAI. Padahal menurut penulis, tema ini merupakan tema yang sangat penting dikaji oleh mahasiswa tarbiyah. Oleh sebab itu, penulis berpendapat judul ini mempunyai posisi tersendiri dalam kajian pemikiran pendidikan Islam apabila dikaji lebih dalam. 22 Lutfiah, Pengembangan Pendidikan Islam Berbasis Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo, Disertasi UIN Sunan Kalijaga, (Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2013).

14 14 2. Kerangka Berpikir Istilah profetik sebetulnya telah diperkenalkan oleh Muhammad Iqbal melalui konsep etika profetik, yang menyatakan bahwa Nabi adalah seorang manusia pilihan yang sadar sepenuhnya dengan tanggungjawab sosial. Sehebat apapun pengalaman spiritual yang dijalankan seorang Nabi tidak pernah terlena, ia datang dengan membawa cita-cita perubahan dan semangat revolusioner. 23 Kata profetik dalam term keilmuan sudah diperkenalkan pula oleh Kuntowijoyo melalui konsep Ilmu Sosial Profetik. Bagi Kuntowijoyo, ilmu sosial profetik tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tapi juga memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan untuk siapa. Oleh karena itu ilmu sosial profetik bukan hanya sekedar mengubah berdasarkan cita etik dan profetik tertentu. Dalam pengertian ini, ilmu sosial profetik secara sengaja memuat kandungan nilai dari cita-cita yang diidamkan masyarakatnya. 24 Pendidikan merupakan pilar terpenting bagi kebangkitan dan kemajuan suatu bangsa dimanapun bangsa tesebut berada. Tanpa pendidikan mustahil manusia dapat mengembangkan diri menjadi insan intelektual dan berperadaban. Pendidikan pulalah yang pada akhirnya dapat menentukan peningkatan harkat dan martabat seorang manusia, sehingga menjadi insan yang semakin terdidik artinya lebih memiliki 23 Muhamad Iqbal, Membangun Kembali Alam Pikiran Islam, terj. Osman Raliby, (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), hlm Kuntowijoyo, Paradigma..., hlm. 288.

15 15 kapabilitas, kredibelitas, dan kompetensi secara khusus. Dan di hadapan sesama manusia akan lebih dinilai berharga. Pendidikan Islam yang juga sekaligus sebagai bagian dari sistem pendidikan Nasional. Secara ideal, pendidikan Islam bertujuan melahirkan pribadi manusia seutuhnya. Dari itu, pendidikan Islam diarahkan untuk mengembangkan segenap potensi manusia seperti; fisik, akal, ruh dan hati. Segenap potensi itu dioptimalkan untuk membangun kehidupan manusia yang meliputi aspek spiritual, intelektual, rasa sosial, imajinasi dan sebagainya. Rumusan ini merupakan acuan umum bagi pendidikan Islam, yang akhir tujuannya adalah pencapaian kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kehadiran pendidikan Islam profetik sebagai sebuah alternatif diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan yang ada. Berangkat dari nilai-nilai Islam yang dijadikan sebagai sumber ideologi dan paradigma pendidikan, maka lahirlah pendidikan Islam yang membawa misi memanusiakan manusia, membebaskan manusia dan mengembalikan manusia kepada Tuhan-nya. Untuk dapat mewujudkan itu maka dibutuhkan pengintegrasian terhadap beberapa model pendidikan yang sebelumnya ada, tentu saja dengan tetap menggunakan nilai-nilai lama yang masih relevan dan mengambil nilai-nilai baru yang sesuai dengan Islam. Pendidikan Profetik mengandung pengertian bahwa pendidikan harus memandang manusia sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu,

16 16 starting point dari proses pendidikan berawal dari pemahaman teologisfilosofis tentang manusia, yang pada akhirnya manusia diperkenalkan akan keberadaan dirinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Pendidikan yang berwawasan kemanusiaan tidak berpretensi menjadikan manusia sebagai sumber ikatan-ikatan nilai secara mutlak (antroposentris), karena di Eropa pada abad pertengahan menjadikan ilmu murni dan teknologi teistik justru membawa malapetaka di abad modern ini, dimana kepribadian manusia menjadi terpisah-pisah di dalam jeratan dogma materialisme yang mengaburkan nilai kemanusiaan. Padahal pendidikan itu sarat akan nilai dan harus berarsitektur atau landasan moral-transendensi. 25 F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian akan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada proses pengumpulan deduktif dan induktif serta melakukan analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. 26 Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka. Penelitian pustaka digunakan untuk meneliti dokumen atau literatur atau tulisan Diakses pada 15 Novenber Syaifudin Anwar, Metode Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 5.

17 17 tulisan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan peneliti kaji 27, dalam hal ini adalah Nilai-nilai Profetik dalam Kurikulum PAI tingkat sekolah dasar. 2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Yaitu sumber-sumber yang memberikan data langsung dari sumber pertama dan dijadikan rujukan pokok dalam penelitian. Dalam hal ini penulis mengambil data dari buku-buku atau kumpulan tulisan yang secara langsung ditulis oleh Kuntowijoyo. Adapun sumber data primer dari penelitian yang akan peneliti kaji adalah : 1) Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi - Kuntowijoyo 2) Islam sebagai Ilmu: Epistimologi, Metodologi dan Etika;- Kutowijoyo. 3) Muslim tanpa Masjid- Kuntowijoyo 4) Identitas Politik Umat Islam, Kuntowijoyo 5) Penjelasan Sejarah, Kuntowijoyo b. Sumber Data Sekunder Yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber kedua, yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian dan dapat memberi informasi tambahan. Dalam hal ini penulis mengambil data dari bukubuku yang membahas mengenai nilai-nilai pendidikan profetik - 27 Sutrisno Hadi, Metodologi Research ( Yogyakarta : Andi Offset, 1984), hlm. 4.

18 18 beserta berbagai kemungkinan derivasi definisinya- di samping itu, data mengenai kurikulum PAI ke dalam data sekunder. 3. Teknik Pengumpulan Data Karena penelitian ini merupakan penelitian pustaka, maka data yang akan peneliti telusuri akan dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu mencari dan menggali data dari bahan-bahan bacaan yang terkait dengan permasalahan. 28 Pengumpulan data baik primer maupun sekunder dengan studi literatur dengan membaca, memahami, mengidentifikasi, menganalisis, kemudian membandingkan sumber data yang satu dengan yang lain yang terdapat dalam sumber data. Setelah terkumpul lalu diklasifikasi sesuai dengan karakteristik masing-masing ke dalam bab-bab tertentu untuk mempermudah analisis Teknik Analisis Data Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara sistematis sesuai dengan kaidah ilmiah yang baik secara tekstual (sepertinya aslinya), maupun kontekstual (pemahaman terhadap data). Penelitian ini akan menggunakan pendekatan rasionalistik. Pendekatan ini ditempuh karena penelitian ini adalah penelitian pustaka dan data-data yang terkumpul tidak hanya tekstual, tetapi juga merupakan analisis terhadap data-data yang telah dideskripsikan dengan menggunakan metode deskriptif analisis. 28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan (Jakarta : Mutiara Putra, 1999), hlm Winarno Surachmat, Metode Penelitian Survey ( Jakarta : LP3ES, 1993), hlm. 139.

19 19 Metode ini mencakup menuliskan, menafsirkan, serta mengklasifikasi dalam bab dan sub babnya. Sedangkan untuk mendukung analisis tersebut ditarik generalisasi yang memiliki sifat umum. Untuk kemudian, dalam pola pikir deduktif, didasarkan pada pengetahuan atau keadaan yang sifatnya umum tersebut karena hendak menilai sesuatu kejadian yang bersifat khusus. 30 Selain itu, penelitian menggunakan analisys content sebagai metode untuk menganalisa makna dan kandungan data yang dijadikan rujukan sehingga diketahui ide pokoknya. G. Sistematika Pembahasan BAB I, berisi Pendahuluan, meliputi Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Bab II Nilai-nilai Profetik dan Kurikulum PAI. Berisi sub bab pertama, Nilai-nilai Profetik, yang berisi Pengertian Nilai Profetik, Nilai Profetik dalam Teoritik, Pendidikan Profetik. Kedua, Teori tentang Kurikulum PAI yang di dalamnya berisi sub bab, Pengertian Kurikulum PAI, Tujuan Kurikulum PAI, Materi Kurikulum PAI, Evaluasi Kurikulum PAI, dan Kurikulum PAI di Sekolah Dasar. Bab III Pemikiran Kuntowijoyo tentang Nilai-nilai Profetik yang didalamnya berisi bab pertama yaitu, Biografi Kuntowijoyo, yang berisi sub 30 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), hlm

20 20 bab Kelahiran dan Latar belakang Keluarga Kuntowijoyo, Setting Sosial Pemikiran Kuntowijoyo, Sosio-historis Perpolitikan Kuntowijoyo, Karya-karya Kuntowijoyo dan penghargaan yang diperoleh, dan bab kedua, Pemikiran Kuntowijoyo tentang Nilai-nilai Profetik. Bab IV Konsep Nilai-nilai Profetik menurut Kuntowijoyo dan Relevansinya terhadap Kurikulum PAI tingkat Sekolah Dasar. Berisi sub bab Pertama, Analisis Pemikiran Kuntowijoyo tentang Nilai-nilai Profetik dalam Pendidikan. Kedua, Analisis Nilai-nilai Profetik dalam Kurikulum PAI tingkat Sekolah Dasar. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya.

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, 78 BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, baik yang tampak ataupun tidak tampak. Manusia pun mau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan, sebaliknya jika pendidikan tidak berfungsi optimal, maka tidak akan. tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan, sebaliknya jika pendidikan tidak berfungsi optimal, maka tidak akan. tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan hidup manusia. Jadi, kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitan Pendidikan merupakan bahasan penting dalam setiap insan. Keberadaannya dianggap suatu hal yang mendasar dan pokok dalam setiap kehidupan manusia. Kerap kali pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di abad milenium seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, hal ini ditandai dengan peradaban manusia yang telah mengalami pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan, baik jasmani maupun rohani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data dan memperjelas arah serta mempermudah pencapaian tujuan yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Etika dalam Pendidikan Akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termotivasi dalam belajar dan mendapat prestasi yang baik. 1. Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan di sekolah, sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. termotivasi dalam belajar dan mendapat prestasi yang baik. 1. Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan di sekolah, sekolah sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi setiap anak. Dimana dalam pendidikan, anak memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi masa depannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam keahlian guna untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. macam keahlian guna untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari zaman yang serba modern ini, manusia dituntut menguasai berbagai macam keahlian guna untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan yang serba canggih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar, pendidikan adalah upaya membentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia seutuhnya yang di idealisasikan menjadi titik puncak pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses multi dimensial yang meliputi bimbingan atau pembinaan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam mengatur pada standar nasional pendidkan untuk menjamin. prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. beragam mengatur pada standar nasional pendidkan untuk menjamin. prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan teknologi yang sangat maju pesat banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merusak keimanan. Ini terjadi disebabkan oleh akhlaq

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan. 1 Seperti halnya dalam pendidikan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting bagi manusia dalam kehidupannya. Dengan adanya pendidikan, diharapkan seorang manusia mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa macam metode untuk mengumpulkan informasi maupun data berkaitan erat dengan masalah peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini BAB III METODE PENELITIAN Untuk mencapai hasil yang memuaskan, maka kerangka kerja setiap penelitian harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini dilakukan agar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Suatu lembaga pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatan jika ia dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. 1 Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah. Rumusan masalah penelitian hanya dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga tampaklah keindahan yang tercipta di hamparan bumi ini. Namun Allah SWT menciptakan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 1 Adapun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an telah melakukan proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ayat-ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Disamping manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik menyangkut aspek ruhaniah dan jasmaniah. Tidak heran bila suatu kematangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk yang lain, ini terbukti dengan dianugrahkannya akal pada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah mengembangkan individu sebagai manusia. Sehingga dapat hidup optimal, baik sebagai pribadi

Lebih terperinci

R E S E N S I Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

R E S E N S I Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal R E S E N S I Judul :Wacana Pengembangan Pendidikan Islam Penulis : Dr. Muhaimin, MA Penerbit :Pustaka Pelajar, Yogyakarta Cetakan : Pertama, Februari 2003 Tebal :357 halaman Membicarakan pendidikan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai pengajar atau pendidik, guru perlu mengimplementasikan pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang efektif dan efisien untuk menghasilkan lulusan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Untuk itu, masalah pendidikan sejak dahulu hingga sekarang mendapat perhatian sekaligus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data dan memperjelas arah serta mempermudah pencapaian tujuan penelitian yang dibutuhkan dalam penulisan proposal skripsi yang berjudul Etika Peserta Didik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari proses. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari proses. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari proses alam semesta dan kaitannya dengan proses penciptaan manusia. 1 Manusia merupakan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan manusia, pendidikan mempunyai peran penting dalam usaha membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan sumber data, jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah berupa penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan (Field

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan dan Kompetensi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Islam yang terdiri dari berbagai dimensi ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar sistematis, dilakukan orang-orang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan masyarakat yang menyedihkan, perubahan yang terjadi justru cenderung mengarah pada krisis moral dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field of research), dan pendekatan penelitian ini adalah kualitatif yaitu menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember, BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Terdahulu Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak mengesampingkan hasil dari penelitian yang lebih dahulu dilakukan oleh peneliti lain. Hal ini dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai. Dapat dilihat bahwa pendidikan memberikan kontribusi yang besar bagi Bangsa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Allah swt telah memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia, baik yang langsung atau tidak langsung dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw (Q.S Al Anbiya:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

BAB III METODE PENELITIAN. dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam tatanan hidup berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia, pendidikan telah diatur dalam berbagai peraturan perundangundangan seperti yang tercantum di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia dimuka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan di Indonesia bukan hanya sebagai wahana untuk mendidik anak didik menjadi cerdas semata, melainkan juga berkarakter baik sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang mutlak dan menjadi pondasi bagi kemajuan suatu bangsa pada umumnya, dan juga pada tiap individu-individu manusia pada khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan segi pendidikan yang utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi kehidupan untuk menuju perjalanan ke akhirat. bukan hanya produk akhir namun juga kualitas jiwa yang berproses.

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi kehidupan untuk menuju perjalanan ke akhirat. bukan hanya produk akhir namun juga kualitas jiwa yang berproses. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Takwa merupakan kualitas jiwa yang Allah gunakan untuk membedakan kemuliaan yang akan diberikan kepada makhluk-nya. Dengan ketakwaan, seorang hamba dapat selamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi terhadap pencapai belajar siswa adalah kegiatan wajib bagi setiap guru atau pengajar. Dikatakan wajib karena pengajar dapat menginformasikan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah penelitian. 58 BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah penelitian. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada tepat dan tidaknya metode yang digunakan. Oleh karena

Lebih terperinci

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama seharusnya memang sejak dini sudah mulai diberikan kepada anak karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi kehidupan manusia. Ia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh seseorang dari kanak- kanak menuju dewasa, atau merupakan kepanjangan dari masa kanakkanak sebelum mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya sangat diperlukan bagi setiap insan manusia. Pendidikan diarahkan sebagai pondasi untuk membangun individu dan bangsa. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan

Lebih terperinci

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba BAB V KESIMPULAN Seni rupa modern Islam Indonesia adalah kenyataan pertumbuhan dan praktik seni rupa modern dan kontemporer Indonesia. Pada dasarnya semangatnya merangkul prinsip-prinsip baik pada nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan Bangsa, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research). Field Research adalah penelitian yang dilakukan di lapangan atau

Lebih terperinci

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangatlah diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlak adalah gambaran kondisi yang menetap di dalam jiwa. Semua perilaku yang bersumber dari akhlak tidak memerlukan proses berfikir dan merenung. Perilaku baik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi adalah ilmu tentang cara untuk mencapai tujuan, sedangkan penelitian ini adalah suatu proses yang sistematis dan analisis yang logis terhadap data

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh Azam Rizqi Muttaqin NIM. FO.5.4.10.135 Persoalan pendidikan hingga kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dari waktu ke waktu, tentu ikut memengaruhi usaha pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya pemerintah senantiasa

Lebih terperinci