KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-82 /PB/211 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN Menimbang Mengingat bahwa dalam rangka tenvujudnya penyajian piutang di neraca terjaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, perlu dilakukan penyisihan piutang tak tertagih; bahwa sesuai dengan Pasal 75 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.5/27 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Direktur Jenderal Perbendaharaan mengatur ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan laporan keuangan bagi entitas pelaporan dan pos-pos tertentu yang memerlukan perlakuan khusus; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dirnaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih Pada Kementerian Negara/Lernbaga: 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.5/27 tentang Bagan Akun Standar: 2. Peraturan Menteri Keuangan Nornor 171/PMK.5/27 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat: 3 Peraturan Menteri Keuangan Nornor 21/PMK.6/21 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang tak tertagih; Menetapkan MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud dengan: Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Kementerian Negara/Lembaga dan/atau hak Kementerian Negara/Lembaga yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang (

2 diukur berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor. Penyisihan Piutang Tak tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang. Piutang Jangka Pendek adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Neraca adalah komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban. clan ekuitas pada tanggal tertentu. Catatan atas Laporan Keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran. neraca, dan laporan arus kas dalam rangka pengungkapan yang memadai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja, termasuk satuan kerja perangkat daerah yang menerima alokasi dana dekonsentrasi/tugas pembantuan. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah, yang selanjutnya disebut UAPPA-W, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam wilayah kerjanya. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1, yang selanjutnya disebut UAPPA-E1. adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan. baik keuangan maupun barang seluruh UAPPA-W yang berada di wilayah kerjanya serta UAKPA yang langsung berada di bawahnya. 11. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut UAPA, adalah unit akuntansi instansi pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga (Pengguna Anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) Pedoman akuntansi penyisihan piutang tak tertagih yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini rneliputi: a. Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan pungutan pendapatan negara, tidak termasuk di lingkungan Bendahara Umum Negara: f

3 b Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan perikatan, tidak termasuk uang muka belanja, belanja dibayar dimuka, serta pinjaman dan penerusan pinjaman; c. Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga karena Tuntutan PerbendaharaanlTuntutan Ganti Rugi. (2) Jurnal standar dan akun-akun yang tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini meliputi seluruh akun penyisihan piutang tak tertagih, termasuk piutang perpajakan dan piutang atas pelaksanaan tugas Menteri Keuangan selaku BUN. BAB III AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH Pasal 3 UAKPA melakukan akuntansi penyisihan piutang tak tertagih terhadap piutang yang dimiliki dan/atau dikuasainya. Penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan terhadap piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang. (3) Penghitungan penyisihan piutang tak tertagih dijabarkan di dalam Kartu Penyisihan Piutang Tak tertagih sesuai dengan Format yang tercantum pada Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. Nilai penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak bersifat akumulatif tetapi ditetapkan setiap semester dan tahunan sesuai perkembangan kualitas piutang. Tata cara penetapan kualitas piutang dan besarnya tarif penyisihan piutang tak tertagih dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai kualitas piutang Kementerian Negara/Lembaga dan pembentukan penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. Pasal 4 Untuk mendukung pencatatan akuntansi, UAKPA melakukan penatausahaan piutang yang mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan yang mengatur mengenai Petunjuk Teknis Penatausahaan Piutang PNBP pada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Pasal 5 Berdasarkan Kartu Penyisihan Piutang sebagaimana tersebut pada Pasal 3 ayat (3). UAKPA melakukan pencatatan atas penyisihan piutang tak tertagih di dalam sistem akuntansi yang dibuat setiap semester dan tahunan dengan menggunakan it

4 formulir jurnal aset sesuai dengan Format yang diatur dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. BAB IV TATA CARA PELAPORAN SERTA PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Pasal 6 UAKPA menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalam neraca setiap semester dan tahunan. UAKPA mengungkapkan informasi yang lebih rinci tentang penyisihan piutang tak tertagih di dalam Catatan atas Laporan Keuangan. (3) UAKPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tak tertagih melalui laporan keuangan ke UAPPA-W atau UAPPA-E1 setiap semester dan tahunan. Pasal 7 UAPPA-W menyajikan dan mengungkapkan penyisihan piutang tak tertagih di dalarn laporan keuangan UAPPA-W setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAKPA. UAPPA-W mengungkapkan lebih rinci penyisihan piutang tak tertagih di dalarn Catatan atas Laporan Keuangan. (3) UAPPA-W menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tak tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPPA-E1 setiap semester dan tahunan. Pasal 8 UAPPA-E1 menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalarn laporan keuangan UAPPA-E1 setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAPPA-W/UAKPA. UAPPA-E1 mengungkapkan lebih rind penyisihan piutang tak tertagih di dalam Catatan atas Laporan Keuangan. (3) UAPPA-E1 menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tak tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPA setiap semester dan tahunan. Pasal 9 UAPA menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalam neraca UAPA setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAPPA-E1. UAPA mengungkapkan lebih rinci penyisihan piutang tak tertagih di dalam Catatan atas Laporan Keuangan. (3) UAPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tak tertagih melalui laporan keuangan kepada Menteri Keuangan c.q Ditjen Perbendaharaan setiap semester dan tahunan.

5 BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 1 Prosedur Akuntansi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga diatur dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. Pasal 11 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan untuk digunakan mulai penyusunan laporan keuangan kementerian negara/lembaga tahun 211. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3o Nopember 211 DIREKTUR JiEr JDEP,,A,L, /az AGUS SUPRIJANTO NIP EL,

6 Lampiran Perdirjen No: PER- 8z /PB/211 Tanggal: 3 Nopember 211 BAB I PENDAHULUAN Paragraph 43 PSAP 1 Lampiran II PP 71 Tahun 21 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). menyatakan bahwa neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pospos yang antara lain adalah piutang pajak dan piutang bukan pajak. Hal ini sejalan dengan basis akuntansi yang diterapkan pemerintah saat ini sebagaimana diatur di dalam paragraph 39 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Lampiran II PP 71 Tahun 21. yaitu basis akrual untuk pengakuan aset. kewajiban. dan ekuitas dana. Oleh karena itu. kementerian negara/lembaga yang memiliki piutang baik piutang pajak maupun piutang bukan pajak wajib menyajikannya di dalam neraca. Sesuai dengan paragraph 63 PSAP 1 Lampiran II PP 71 Tabun 21, piutang dicatat sebesar nilai nominal, artinya sebesar nilai yang tercantum di dalam dokumen piutang. Namun demikian, untuk menjaga relevansinya terhadap pengambilan keputusan serta untuk memperhitungkan ada potensi ketidaktertagihan suatu piutang. Sehubungan dengan hal tersebut, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) telah menerbitkan Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 6 tentang Piutang yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dad SAP. Buletin teknis ini menjabarkan lebih rinci tentang jenis-jenis piutang pemerintah, pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan piutang pemerintah dalam laporan keuangan pemerintah. Lebih lanjut Buletin Teknis tersebut menguraikan tentang penyajian aset berupa piutang di neraca harus dijaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Untuk itu, diperlukan metode untuk menyesuaikan nilai piutang berdasarkan kualitas atau tingkat resiko ketidaktertagihannya. Metode yang lazim digunakan di dalam akuntansi adalah dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan kualitas piutang pada setiap tanggal pelaporan. Untuk memberikan pemahaman yang sama tentang kualitas piutang path kementerian negara/lembaga dan tata cara pengukuran penyisihan piutang, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.6/21 tanggal 23 November 21 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Ketentuan ini akan diterapkan pada penyusunan Laporan Keuangan Pernerintah Pusat dan Laporan Keuangan K/L mulai tahun anggaran 211. Mengingat pengakuan, pengukuran dan penyajian piutang pemerintah tersebut cukup kompleks maka diperlukan petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan bagi setiap entitas di dalam melakukan proses akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam laporan keuangan pemerintah.

7 Pedoman teknis dimaksud meliputi tata cara penentuan kualitas piutang, penetapan besaran nilai piutang untuk perhitungan penyisihan, penetapan tarif penyisihan, jurnal standar, dan akun-akun yang digunakan. Kementerian negara/lembaga yang tidak melakukan penilaian atas kualitas piutang yang dirnilikinya. tidak melakukan pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih. dan tidak melakukan pemantauan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar hasil penagihan piutang yang telah disisihkan senantiasa dapat direalisasikan dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri Keuangan

8 BAB II TATA CARA PENENTUAN KUALITAS PIUTANG DAN PERSENTASE PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH A. PENGGOLONGAN KUALITAS PIUTANG Penggolongan kualitas piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan besaran tarif penyisihan piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan mempertimbangkan jatuh tempo dan perkembangan upaya penagihan yang dilakukan oleh pemerintah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi piutang pada tanggal pelaporan. Kualitas piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu: kuatitas lancar, kualitas kurang lancar. kuatitas diragukan, dan kualitas macet. Beberapa jenis piutang pada beberapa unit eselon I Kementerian Keuangan memiliki karakteristik yang spesifik, sehingga memerlukan pengaturan tersendiri. Penggolongan piutang pajak dan kualitas piutang di bidang perpajakan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak, penggolongan piutang pajak dan kualitas piutang di bidang kepabeanan dan cukai diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai, sedangkan piutang lainnya seperti Piutang Penerusan Pinjaman diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan. Dengan demikian peraturan ini hanya akan membahas penggolongan kualitas piutang penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yang berada di kementerian negara/lembaga. Namun demikian untuk penetapan kode-kode akun penyisihan piutang tak tertagih tetap mencakup keseluruhan jenis piutang pemerintah. Penggolangan kualitas piutang PNBP adalah sebagai berikut: Kualitas lancar Kualitas Kurang Lancar Kualitas Diragukan Kualitas Macet Apabila belurn dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan: atau Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang

9 Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara B. PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH Kementerian negara/lembaga wajib membentuk Penyisihan Piutang tidak Tertagih balk yang umum maupun yang khusus. Penyisihan piutang tidak Tertagih ditentukan sebagai berikut: Penyisihan piutang tidak tertagih yang umum ditetapkan paling sedikit 5%o (lima permil) dari piutang yang memiliki kualitas lancar. Penyisihan piutang tidak tertagih khusus ditetapkan sebagai berikut: 1% (sepuluh persen) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan. 5% (lima puluh persen) dan piutang dengan kualitas diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan. c. 1% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan. Nilai agunan atau barang sitaan mungkin sama, kurang, atau lebih dari nilai piutangnya. Agunan atau barang sitaan yang nilainya melebihi saldo piutangnya diperhitungkan sama dengan sisa piutang. Dengan demikian nilai piutang setelah dikurangi nilai agunan atau nilai barang sitaan tidak akan minus, paling rendah nol. Hal ini menunjukkan bahwa piutang yang memiliki nilai agunan atau nilai barang sitaan sama dengan atau lebih dari nilai piutangnya dianggap terbebas dari risiko tidak tertagih. Prosentase penyisihan piutang tidak tertagih ditetapkan berdasarkan kualitas piutang pada tanggal pelaporan dengan mengabaikan prosentase penyisihan piutang tidak tertagih periode pelaporan sebelumnya. Dengan demikian. penyisihan piutang tidak tertagih ditetapkan setiap semester berdasarkan kondisi kualitas piutang pada saat itu dan tidak dilakukan akumulasi atas penyisihan piutang sebagaimana diperlakukan dalam penyusutan aset tetap. Berikut Bagan Alur Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih I-

10 Data Piutang Menilai Kuahtas Piutang Selesai ) Piutang yg Kuahtasnya Menu run? Ya PENYISIHAN KFIUSUS sesuai Kualitas yang Kualitas Piutang KURANG tancar Penyetihan Khusus 1K 15 C /- Kualitas Piutang DIRAGUKAN Penyisthan Khusus 5% r rn YCIH M4.1_ " KuahtaS Piutang macet Penyisihan Khusus 1%,1e C. NILAI AGUNAN DAN BARANG SITAAN Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih adalah sebagai berikut: 1% dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan BI, SBN, garansi bank, tabungan atau deposito yang diblokir pada bank. emas. dan logam mulia. 8% dari nilai hak tanggungan atas tanah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) berikut bangunan diatasnya 6% dari nilai jual objek pajak atas tanah besertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB) atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya yang tidak diikat dengan hak tanggungan 5 % dari nilai jual objek pajak alas tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir

11 5% dari nilai hipotik atas pesawat udara dan kapal laut dengan isi kotor paling sedikit 2 meter kubik 5% dari nilai jaminan fidusia atas kendaraan bermotor 7. 5% dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan disertai bukti kepemilikan 8 Agunan selain di alas dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) ditetapkan sebesar: 1% dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara. tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia 6% dari nilai jual objek pajak alas tanah bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB). atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya 5% dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepernilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir 5% dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan. Barang sitaan selain yang di atas tidak diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih. Nilai agunan atau barang sitaan bersumber dari nilai yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Apabila sumber nilai agunan atau barang sitaan tersebut tidak diperoleh, agunan atau barang sitaan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang penyisihan piutang tidak tertagih. Menteri Keuangan cq. DJKN berwenang melakukan penilaian kembali atas nilai agunan dan/atau barang sitaan yang telah diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih apabila kementerian negara/lembaga tidak memenuhi ketentuan. Ketentuan mengenai penilaian agunan atau barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih dilaksanakan secara bertahap dalam 5 (lima) tahun sejak 21.

12 Jadi. untuk piutang yang tidak dalam kategori golongan lancar. nilai piutang yang akan diperhitungkan untuk membentuk penyisihan piutang tidak tertagih adalah setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan yang dapat diperhitungkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk mempermudah pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih entitas perlu membuat Kartu Penyisihan Piutang tidak Tertagih (terlampir). berikut: Ilustrasi 1 Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut in' diberikan ilustrasi sebagai Satuan kerja ABC memiliki piutang PNBP senilai Rp 75 juta yang sudah menunggak 2 bulan dan telah diterbitkan surat tagihan pertama pada bulan November 211. Agunan berupa tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) dengan NJOP Rp 5 juta. Maka perhitungan pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih per 31 Desember 211 adalah sebagai berikut: Nilai piutang yang akan dibuat penyisihannya: 75 juta (5% x Rp 5 juta) = Rp 5 juta Ilustrasi 2 Kualitas piutang: kualitas kurang lancar Prosentase penyisihan piutang tidak tertagih: 1% Penyisihan piutang tidak tertagih = 1% x Rp 5 juta = Rp 5 juta Satuan kerja DEF pada tanggal 31 Desember 21 memiliki piutang yang sudah dikelompokkan berdasarkan kualitas piutang beserta agunannya seperti berikut ini: Ku rang Lancar Diragukan Macet Nilai Piutang Rp1.., Rp1.5., Rp75., Rp25., Agunan Tanah dengan Honda Astrea Grand Tanah tanpa hak hak tanggungan tahun 1998 tanggungan Nilai Agunan Rp8.., Rp2.5., Rp6.., Besarnya penyisihan piutang tak tertagih akan dihitung sebagai berikut:

13 Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Nilai Piutang Rp1.., Rp1.5.. Rp75.. Rp25., Agunan Tanah dengan Honda Astrea Tanah tanpa hak tanggungan Grand tahun 1998 hak tanggungan Nilai Agunan Rp8... Rp2.5., Rp6.., Nilai Agunan = 5% X = 6% X Y , Diperhitungkan = Rp1.25., Rp3.6., Karena Rp25., maka = Rp25., Dasar Rp1.., Rp25., Rp75.. Pengenaan % Penyisihan,5% 1% 5% 1% Penyisihan Rp5.. Rp25., 375., (Rp) D. RESTRUKTURISASI PIUTANG Kementerian negara/lembaga dapat melakukan restrukturisasi piutang terhadap debitor sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dengan pertimbangan debitor mengalami kesulitan pembayaran dan/atau debitor memiliki prospek usaha yang balk dan diperkirakan mampu rnemenuhi kewajiban setelah dilakukan restrukturisasi. Cakupan restrukturisasi rneliputi pemberian keringanan hutang,persetujuan angsuran, atau persetujuan penundaan pembayaran Jadi, restrukturisasi piutang dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi penerimaan negara.

14 Restrukturisasi piutang dapat menyebabkan peningkatan kualitas piutang. Perubahan kualitas piutang setelah persetujuan restrukturisasi dapat diubah oleh kementerian negara/ lembaga adalah sebagai berikut: setinggi-tingginya kualitas kurang lancar untuk piutang yang sebelum restrukturisasi memiliki kualitas diragukan atau kualitas macet; dan tidak berubah. apabila piutang yang sebelum rmemiliki kualitas kurang lancar. Apabila kewajiban yang ditentukan dalam restrukturisasi tidak dipenuhi oleh debitor. maka kualitas piutang yang telah diubah, dinilai kembali seolah-olah tidak terdapat restrukturisasi. Berikut ini adalah ilustrasi restrukturisasi piutang pada sebuah kementerian dengan berbagai kondisi debitor: Pada tanggal 3 Juni 21, Kementerian "B" mempunyai piutang a.n. Tn. "C" sebesar Rp1..., dengan kualitas diragukan. Karena mengalami kesulitan kas. Tn. "C" mengusulkan restrukturisasi berupa pembayaran secara berkala atau angsuran dengan skema usulan dari Tn. "C" Rp1.., per bulan selama 1 (sepuluh) bulan mulai bulan Juli 21. Kualitas Piutang Sebelum Restrukturisasi Diragukan % Penyisihan Piutang = 5% Setelah Restrukturisasi Diragukan atau dinaikkan menjadi Kurang Lancar % Penyisihan Piutang = 5% atau 1% Debitor tidak memenuhi kewajiban restrukturisasi Diragukan atau diturunkan menjadi Macet % Penyisihan Piutang = 5% atau 1% Dengan pertimbangan tertentu, Kementerian "B" menerbitkan surat persetujuan pembayaran secara berkala a.n. Tn. "C", dengan pembayaran sebesar Rp125.., per bulan selama 8 (delapan) bulan mulai bulan Juli 21. â Apabila patuh 1-- 4

15 Perubahan kualitas piutang ditetapkan sendiri oleh K/L dengan memperhatikan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor. Penghitungan penyisihan piutang per 31 Desember 21 apabila Tn. "C" tertib melakukan pembayaran: Pembayaran Tn. "C" = 6 x Rp125.., = Rp75.., Sisa hutang Tn. "C - kepada Kementerian "B" = Rp25... Kualitas Piutang Tetap Berubah Diragukan Dinaikkan menjadi Kurang Lancar A) Penyisihan Piutang = 5% % Penyisihan Piutang = 1% Penyisihan Piutang = Rp125.., Penyisihan Piutang = Rp12.5., > Apabila tidak patuh Perubahan kualitas piutang ditetapkan sendiri oleh K/L dengan memperhatikan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor.penghitungan penyisihan piutang per 31 Desember 21 apabila Tn. "C" hanya membayar 4 (empat) kali sebesar Rp6... sepanjang bulan Juli s.d. Desember 21: Tn. "C" melakukan pembayaran sebanyak 4 (empat) kali = Rp6... Sisa hutang Tn. "C" kepada Kementerian "B" = Rp4.., Kualitas Piutang Tetap Berubah Diragukan Diturunkan menjadi Macet % Penyisihan Piutang = 5% % Penyisihan Piutang = 1% Penyisihan Piutang = Rp3.., Penyisihan Piutang = Rp4.., â Apabila semula patuh, kemudian tidak patuh

16 Misalkan. Tn. "C' semula tertib melakukan pembayaran selama 6 (enam) bulan berturutturut sepanjang bulan Juli s.d. Desember 21 sehingga hutangnya telah berkurang sebesal Rp75... Narnun, pembayaran lanjutan di tahun 211 tidak dilakukan. Apabila per 31 Desember 21 kualitas piutangnya sudah dinaikkan menjadi Kurang Lancar. maka per 3 Juni 211 kualitas piutangnya dikembalikan seolah-olah tidak ada restrukturisasis yaitu Kualitas Diragukan. Selain itu, diperhatikan juga jangka waktu penurunan kualitas piutangnya yang dihitung sejak kualitas piutangnya menurun menjadi Kualitas Diragukan. Apabila sejak penurunan kualitas piutang menjadi Diragukan sudah mencapai batas penurunan kualitas selanjutnya. maka piutang tersebut digolongkan menjadi Macet. Kualitas Piutang Tetap Berubah Diragukan Diturunkan menjadi rviacet % Penyisihan Piutang = 5% % Penyisihan Piutang = 1% Penyisihan Piutang = Rp Penyisihan Piutang = Rp25...

17 BAB III AKUN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH I. PENYISIHAN PIUTANG JANGKA PENDEK Akun Uraian 116 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek 1611 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Pajak Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Pajak Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Pajak PPh Migas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Pajak PPh Non Migas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Pajak PPN Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Pajak PPnBM Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Pajak PBB dan BPHTB Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Cukai dan Bea Materai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Pajak Lainnya Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Cukai Lainnya 1162 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Bukan Pajak Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Bukan Pajak Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang PNBP Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Lainnya Penyisihan Piutang Tidak Tertagih PT PPA Penyisihan Piutang Tidak Tertagih PT PPA Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar Piutang Penerusan Pinjaman Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancer Piutang Penerusan Pinjaman Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar RDI

18 Penyisihan Piutang Tak Tertagih Potensi Tunggakan Yang Dapat Ditagih Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar Piutang Kredit Pemerintah Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar Piutang Kredit Pemerintah Bidang Perkebunan Penyisihan Piutang Tak Tertagih Bagian Lancar Piutang Kredit Investasi Pemerintah 1163 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 1164 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi 1165 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Investasi Permanen Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Investasi Permanen Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Bagian Lancar Investasi Permanen 1166 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang dari Kegiatan Operasional BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang BLU Penyedia Barang dan Jasa Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang BLU Pelayanan Kesehatan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang BLU Pelayanan Pendidikan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang BLU Penunjang Konstruksi

19 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang KU Penyedia Jasa Telekomunikasi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Penyedia Barang dan Jasa Lainnya Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Pengelola Wilayah/Kawasan Tertentu Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Pengelola Kawasan Otorita Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Pengelola Kasawan Ekonomi Terpadu Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Pengelola Kasawan Lainnya Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Pengelola Dana Khusus Masyarakat Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Pengelola Dana lnvestasi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Pengelola Dana Bergulir Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang BLU Pengelola Dana Lainnya Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Operasional Lainnya BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang clan Kegiatan Operasional Lainnya BLU 1167 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Sewa BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Sewa Tanah BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Sewa Gedung BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Sewa Ruangan BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Sewa Peralatan dan Mesin BLU

20 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Sewa Lainnya BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Penjualan Aset BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Penjualan Aset Tetap BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Penjualan Aset Lainnya BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Non Operasional Lainnya BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang dari Kegiatan Non Operasional Lainnya BLU

21 II PENYISIHAN PIUTANG JANGKA PANJANG/ASET LAINNYA 155 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Jangka Panjang 1551 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-Tagihan Penjualan Angsuran Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -Tagihan Penjualan Angsuran Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Penjualan Angsuran 1552 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan PerbendaharaanfTuntutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi 1553 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Penjualan Angsuran BUJ Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Penjualan Angsuran BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Penjualan Angsuran BLU 1554 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tagihan Tuntutan PerbendaharaanfTuntutan Ganti Rugi BLU 1555 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Kredit Pemerintah Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Kredit Pemerintah _ Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Kredit Pemerintah Bidang Pertanian dan Perkebunan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Kredit Investasi Pemerintah 1556 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Penerusan Pinjaman Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Penerusan Pinjaman Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Penerusan Pinjaman Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - RDI

22 BAB IV JURNAL STANDAR A. PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH Jurnal pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih dilakukan pada setiap tanggal neraca. yaitu semesteran dan tahunan. Jurnal dibuat berdasarkan hasil perhitungan penyisihan piutang tidak tertagih untuk setiap jenis piutang berdasarkan kondisi nyata kualitas piutang pada tanggal pelaporan. Jurnal penyisihan piutang tidak tertagih dicatat dengan menggunakan akun sesuai dengan akun piutang terkait. Jurnal standar pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih dikelompokkan menurut jatuh tempo piutang. Untuk piutang jangka pendek pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih adalah dengan mendebet ekuitas dana lancar dan mengkredit akun penyisihan piutang tidak tertagih sebagai berikut: Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX C r 116XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek XXXXX Sedangkan untuk satuan kerja badan layanan umum (BLU) jurnalnya adalah sebagai berikut: Dr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX Cr 116XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek XXXXX Untuk piutang jangka panjang pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih adalah dengan mendebet akun diinvestasikan dalam asset lainnya dan mengkredit akun penyisihan piu ang tidak tertagih sebagai berikut: Dr 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX Cr 155XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang XXXXX 1

23 Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut: Dr 32132X Diinvestasikan dalam Met Lainnya-BLU XXXXX Cr 155XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang XXXXX B. PENYESUAIAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH Pada tanggal pelaporan berikutnya K/L melakukan evaluasi terhadap perkembangan kualitas piutang yang dimilikinya. Apabila kualitas piutang masih sarna, maka tidak perlu dilakukan jurnal penyesuaian cukup diungkapkan di dalam CaLK. Apabila kualitas piutang menurun, maka dilakukan penambahan terhadap nilai penyisihan piutang tidak tertagih sebesar selisih antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal dengan jurnal sebagai berikut: Jurnal penambahan nilai penyisihan piutang tidak tertagih untuk piutang jangka pendek: Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX Cr 116XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek XXXXX Jurnal penambahan riilai penyisihan piutang tidak tertagih untuk piutang jangka pendek satker BLU: Dr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX Cr 116XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek XXXXX Jurnal penambahan nilai penyisihan piutang tidak tertagih untuk piutang jangka panjang: r 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Cr 155XXX XXXXX Piutang Jangka Panjang 7-

24 Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut: Dr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX Cr 155XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang XXXXX Sebaliknya, apabila kualitas piutang meningkat misalnya akibat restrukturisasi, maka dilakukan pengurangan terhadap nilai penyisihan piutang tidak tertagih sebesar selisih antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal dengan jurnal sebagai berikut: Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tidak tertagih untuk piutang jangka pendek: D r 116XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek XXXXX Cr 31131X Cadangan Piutang XXXXX Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tidak tertagih untuk piutang jangka pendek satker BLU: Penyisihan Piutang tidak Tertagih r 116XXX XXXXX Piutang Jangka Pendek r 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tidak tertagih untuk piutang jangka pa njang: D r 155XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang XXXXX Cr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX

25 Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut: Dr 155XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang XXXXX Cr 32132X Diin yestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX C. PENGHAPUSBUKUAN PIUTANG Berdasarkan keputusan instansi yang berwenang dapat dilakukan penghapusbukuan terhadap piutang pemerintah. Penghapusbukuan piutang tidak selalu diikuti oleh penghapustagihan piutang. Oleh karena itu piutang yang sudah dihapusbukukan tetapi tetap diupayakan penagihannya perlu ditatausahakan secara ekstrakomptabel dan diungkapkan di dalam CaLK. Piutang yang sudah dihapusbukukan harus dieliminasi dari neraca. Perlakuan akuntansi penghapusan piutang dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang dan akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebesar jumlah yang tercantum dalam surat keputusan sebagai berikut: Dr 116XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek XXXXX Cr 31131X Cadangan Piutang XXXXX Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX Cr 113XXX Piutang XXXXX Sedangkan jurnal penghapusbukuan untuk satuan kerja BLU: D r 116XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek XXXXX Cr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX

26 r 31132X Cadangan Piutang BLU 113XXX Piutang XXXXX Untuk piutang jangka panjang atau aset lainnya jurnalnya adalah sebagai berikut: Dr 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX Cr 155XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang XXXXX 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih r 155XXX XXXXX Piutang Jangka Panjang Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut: 155XXX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang - BLU XXXXX 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX Dr 31132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya BLU XXXXX Cr 1556XX Aset Lainnya -BLU XXXXX

27 BAB V ILLUSTRASI AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH 1 Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 211 senilai 24 juta yang akan diangsur Rp 1 juta per bulan selama 24 bulan setiap tanggal 1 mulai 1 Oktober 211. Sampai 31 Desember 211 pegawai yang bersangkutan mengangsur tepat waktu. > Tanggal 1 Oktober 211 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi sebesar Rp24.. dengan jurnal sebagai berikut: Dr Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 24.. Cr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.. > Tanggal 31 Desember 211 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakui beberapa perubahan dalam aset tersebut. o Mengakui pengurangan Tagihan Tuntutan Ganti Rugi karena pelunasan untuk bulan Oktober s.d. Desember Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 3.. r Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 3.. o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan. Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Bagian Lancar TGR Cadangan Piutang 12..

28 Dr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 12.. Cr Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 12.. o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melalui akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimiliki satker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori kualitas lancar. Penyisihan piutang tidak tertagih dihitung sebagai berikut 5/1 X Rp21..= Rp15., alokasi untuk piutang jangka pendek dan panjang dihitung secara proporsional Untuk penyisihan bagian lancar TGR = (12../21..)*Rp15. = Rp6. dan sedangkan untuk aset lainnya adalah (9../21..)*Rp15. = Rp45.. Penyesuaian tersebut dicatat dengan jurnal: Dr Cadangan Piutang 6. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Cr Bagian Lancar Tuntutan 6. Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Dr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 45. r Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 45. Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 211 akan disajikan dalam neraca sebagai berikut:

29 Neraca per 31 Desember 211 Aset Lancar Kewajiban Piutang pajak Kewajiban jangka Pendek Piutang PNBP Kewajiban jangka Panjang Bag. lancar Penerusan Pinj. Bag, Lancar Piutang TGR 12,, Bag, Lancar TPA Piutang Lainnya Penyisihan Piutang Tidak (6.) tertagih-p.jk.pdk Piutang jangka pendek neto Jumlah Kewajiban Aset Lainnya Piutang Penerusan Ekuitas Dana Pinjaman Tagihan TGR 9.. Ekuitas Dana lancar Tagihan Penj. Angsuran Cadangan Piutang Aset lain-lain Ekuitas Dana Investasi Penyisihan Piutang Tidak (45.) Diinvestasikan dlm aset lainnya tertagih-p.jk.pjg Ekuitas Dana Cadangan Aset Lainnya Neto Jumlah Ekuitas Dana Jumlah Aset Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 211 senilai 24 juta yang akan diangsur Rp 1 juta per bulan selama 24 bulan. Sampai dengan tanggal 31 Desember 211 pegawai yang bersangkutan menunggak cicilan pertama, kedua, dan ketiga. Atas tunggakan cicilan tersebut telah diterbitkan surat tagihan kedua pada tanggal 25 November 211. Selanjutnya pada tanggal 5 Juni 212, piutang tersebut dihapusbukukan berdasarkan surat keputusan penghapusbukuan piutang pemerintah. Tanggal 1 Oktober 211 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi dengan jurnal sebagai berikut: Dr Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 24.. Cr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.. â Pada tanggal 31 Desember 211 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakui beberapa perubahan dalam aset tersebut.

30 Karena debitor tidak melakukan pembayaran atas utangnya maka tidak diperlukan jurnal untuk mencatat pengurangan Tagihan Tuntutan Ganti Rugi. Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan kelompok Met Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan. Dalam ilustrasi ini reklasifikasi sebesar Rp15.. berasal dari piutang tahun 211 (Rp3..) dan 212 (Rp12..). Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Dr Bagian Lancar TGR 15.. Cr Cadangan Piutang 15.. Dr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 15.. r Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 15.. Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melalui akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimiliki satker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori diragukan. Penyisihan piutang tidak tertagih dihitung sebagai berikut 5/1 X Rp24..= Rp12... alokasi untuk piutang jangka pendek dan panjang dihitung secara proporsional. Untuk penyisihan bagian lancar TGR= (15../24..)*Rp12.. = Rp7.5. dan sedangkan untuk aset lainnya adalah (9../24..)*Rp12.. = Rp4.5.. Penyesuaian tersebut dicatat dengan jurnal: Dr Cadangan Piutang 7.5. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Cr Bagian Lancar Tuntutan 7.5. PerbendaharaanfTuntutan Ganti Rugi

31 r Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 4.5. r Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 4.5. Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 211 akan disajikan dalam neraca sebagai berikut: Neraca per 31 Desember 211 Aset Lancar Kewajiban Piutang pajak Kewajiban jangka Pendek Piutang PNBP Kewajiban jangka Panjang Bag. lancar Penerusan Pinj. Bag. Lancar Piutang TGR 15.. Bag. Lancar TPA Piutang Lainnya Penyisihan Piutang Tidak (7.5.) tertagih-p.jk. Pdk Piutang jangka pendek neto 7.5. Jumlah Kewajiban Aset Lainnya Piutang Penerusan Ekuitas Dana Pinjaman Tagihan TGR 9.. Ekuitas Dana lancar Tagihan Penj. Angsuran Cadangan Piutang Aset lain-lain Ekuitas Dana Investasi 7.5. Penyisihan Piutang Tidak tettagib-p.jk.pjg (4.5.) Diinvestasikan dlm aset lainnya 4.5. Ekuitas Dana Cadangan Aset Lainnya Neto 4.5. Jumlah Ekuitas Dana 12.. Jumlah Aset Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana Pada tanggal 3 Juni 212, penghapusbukuan piutang pemerintah tersebut akan dicatat sebagai berikut: Dr Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Pendek 7.5 Cr Cadangan Piutang 7.5.

32 r Cadangan Piutang 15.. r Bagian Lancar TGR 15.. Untuk aset lainnya urnalnya adalah sebagai berikut: 1556XX Penyisihan Piutang tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 4.5. Dr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 9.. Cr 1556XX Tuntutan Ganti Rugi 9.. Neraca Per 3 Juni 212 Aset Lancar Kewajiban Piutang pajak Kewajiban jangka Pendek Piutang PNBP Kewajiban jangka Panjang Bag lancar Penerusan Pinj. Bag. Lancar Piutang TGR Bag. Lancar TPA Piutang Lainnya Penyisihan Piutang Tidak tertagih-p. Jk. Pdk Piutang jangka pendek neto Jumlah Kewajiban Aset Lainnya Piutang Penerusan Ekuitas Dana Pinjaman Tagihan TGR Ekuitas Dana lancar Tagihan Penj. Angsuran Cadangan Piutang Aset lain-lain Ekuitas Dana investasi Penyisihan Piutang Tidak tertagih-p. Jk. Pjg Diinvestasikan dlm aset lainnya Ekuitas Dana Cadangan Aset Lainnya Neto Jumlah Ekuitas Dana Jumlah Aset Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana

33 3. Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 211 senitai 24 juta yang akan diangsur Rp 1 juta per bulan selama 24 bulan setiap tanggal 1 mulai tanggal 1 Oktober 211. Jaminan atas penyelesaian kerugian tersebut berupa surat kepemilikan kendaraan roda dua dengan nilai yang dapat diperhitungkan Rp 6 juta. Sampai 31 Desember 211 pegawai yang bersangkutan ternyata tidak mengangsur dan atas tagihan pertama dan ke dua (Oktober dan Nopember 211) telah diterbitkan surat tagihan pertama pada tanggal 25 Nopember 211. Selanjutnya pada bulan Maret 212, diterbitkan surat tagihan ke dua atas tagihan yang belum dilunasi. Bulan Agustus 211 pegawai yang bersangkutan membayar Rp 1 juta untuk angsuran Oktober 211 sampai dengan Juli 212. Pembayaran angsuran berikutnya dibayar setiap awal bulan oleh yang bersangkutan. Tanggal 1 Oktober 211 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi dengan jurnal sebagai berikut: Dr Tagihan Tuntutan Perbendaraan/Ganti Rugi 24. Cr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.. Pada tanggal 31 Desember 211 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakui beberapa beberapa perubahan dalam aset tersebut. o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan. Reklasifikasi tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Dr Bagian Lancar TGR 15.. Cr Cadangan Piutang 15.. Dr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 15.. Cr Tagihan Tuntutan 15.. Perbendaharaan/ Ganti Rugi

34 o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melalui akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimiliki sacker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori kurang lancar. Penyisihan piutang tidak tertagih dihitung sebagai berikut o 1/1 X ( ) = Rp1.8., alokasi untuk piutang jangka pendek dan panjang dihitung secara proporsional. Untuk penyisihanbagian lancar TGR= (15../24..)*Rp1.8. = Rp dan sedangkan untuk aset latnnya adalah (9../24..)*Rp1.8. = Rp675.. Penyesuaian tersebut dicatat dengan jurnal. Dr Cadangan Piutang Cr Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Dr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 675. Cr Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 675. Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 211 akan disajikan dalam neraca sebagai berikut. Neraca per 31 Desember 211 Aset Lancar Kewajiban Piutang pajak Kewajiban jangka Pendek Piutang PNBP Kewajiban jangka Panjang Bag. lancar Penerusan Pinj. Bag. Lancar Piutang TGR 15. Bag. Lancar TPA Piutang Lainnya Penyisihan Piutang Tidak (1.125.) tertagih-p.jk.rik Piutang jangka pendek neto Jumlah Kewajiban

35 Aset Lainnya Piutang Penerusan Ekuitas Dana Pinjaman Tagihan TGR 9.. Ekuitas Dana lancar Tagihan Penj. Angsuran Cadangan Piutang Met lain-lain Ekuitas Dana Investasi Penyisihan Piutang Tidak tertagih-p. Jk. Pjg (675.) Diinvestasikan dlm aset lainnya Ekuitas Dana Cadangan Aset Lainnya Neto Jumlah Ekuitas Dana Jumlah Aset Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana o Pada tanggal 3 Juni 212 perlu diakui penambahan penyisihan piutang tidak tertagih dalam akuntansi satuan kerja karena pada bulan Maret 212 telah diterbitkan surat tagihan kedua. Kualitas piutang menurun dari kualitas kurang lancar menjadi diragukan dan perhitungan untuk penyisihan piutang yang tidak tertagih adalah sebagai berikut: a 5/1 x (24 juta 6 juta )= 9 juta. alokasi untuk penyisihan piutang jangka pendek adalah (15../24..)*9.. = Rp dan alokasi untuk penyisihan piutang jangka panjang adalah (9../24..)*9..=Rp Pada Neraca per 31 Desember 211 telah dilaporkan penyisihan piutang tidak tertagih-jangka pendek sebesar Rp maka agar saldo penyisihan Pitang tidak tertagih pada tanggal 3 Juni 212 Rp perlu dibuat penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebesar Rp4.5. ( ). Untuk menyajikan penysisihan piutang tidak tertagih-jangka panjang sebesar Rp diperlukan penambahan penyisihan adalah sebesar Rp2.7. ( ) berikut: piutang jangka dengan jurnal panjang sebagai Dr Cadangan Piutang 4.5. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Cr Bagian Lancar Tuntutan 4.5. Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Dr Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 2.7. Cr Penyisihan Piutang Tidak Tertagih- Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 2.7. A

36 Neraca per 3 Juni 212 akan tampak sebagai berikut: Aset Lancar Piutang pajak Piutang PNBP Bag. lancar Penerusan Pinj. Bag. Lancar Piutang TGR Bag. Lancar TPA Piutang Lainnya Penyisihan Piutang Tidak tertagih-p.jk.pdk Piutang jangka pendek neto 15.. (5.625 ) Kewajiban Kewajiban jangka Pendek Kewajiban jangka Panjang Jumlah Kewajiban Aset Lainnya Piutang Penerusan Pinjaman Tagihan TGR Tagihan Penj. Angsuran Aset lain-lain Penyisihan Piutang Tidak tertagih-p.jk.pjg Aset Lainnya Neto 9. (3.375.) Ekuitas Dana Ekuitas Dana lancar Cadangan Piutang Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dlm aset lainnya Ekuitas Dana Cadangan Jumlah Ekuitas Dana Jumlah Aset 15.. Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 15.. Selanjutnya untuk pengungkapan piutang dalam neraca per 31 Desember 212, satker perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian sebagai berikut: o Sampai dengan bulan Desember 212, debitor telah membayar tunggakan sebesar Rp1 juta yang dibayar pada bulan Juli dan mengangsur piutangnya sebesar Rp5.. (Agustus s.d. Desember 212), transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut Cadangan Piutang 15.. Bagian Lancar TGR 15.. o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi yang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan. Dan juga Penyisihan piutang tidak tertagih harus direklasifikasi karena akun diinvestasikan dalam aset lainnya bersaldo nihil. Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 201/PMK.06/2010 TENTANG KUALITAS PIUTANG KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.06/2014 TENTANG TENTANG PENENTUAN KUALITAS PIUTANG DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 201/PMK.06/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 201/PMK.06/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 201/PMK.06/2010 TENTANG KUALITAS PIUTANG KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH DENGAN

Lebih terperinci

-3- BAB I KETENTUAN UMUM

-3- BAB I KETENTUAN UMUM -2- c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tentang Kebijakan Akuntansi Piutang

Lebih terperinci

2 dengan membentuk penyisihan piutang tidak tertagih dengan terlebih dahulu dilakukan penetapan kualitas piutang; d. bahwa Piutang Eks Badan Penyehata

2 dengan membentuk penyisihan piutang tidak tertagih dengan terlebih dahulu dilakukan penetapan kualitas piutang; d. bahwa Piutang Eks Badan Penyehata No. 992, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Piutang. Tidak Tertagih. BPPN. Pembentukan. Kualitas Penetapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151/PMK.06/2014 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

2017, No tentang Kebijakan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Informasi Cuaca untuk Penerbangan pada Badan Meteorologi, Klima

2017, No tentang Kebijakan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Informasi Cuaca untuk Penerbangan pada Badan Meteorologi, Klima No.281, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BMKG. Akutansi Piutang PNBP. Kebijakan. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

Lebih terperinci

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG A. PIUTANG JANGKA PENDEK 1. Definisi Piutang adalah

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1752, 2015 KEMENDAGRI. Penyisihan. Piutang. Dana Bergulir. Pemda. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYISIHAN PIUTANG

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYISIHAN PIUTANG DAN PENYISIHAN DANA BERGULIR PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

BAB VI KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG BAB VI KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG A. UMUM 1. Definisi Piutang salah satu aset yang cukup penting bagi pemerintah daerah, baik dari sudut pandang potensi kemanfaatannya maupun dari sudut pandang akuntabilitasnya.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAUSAHAAN PIUTANG DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Piutang Negara

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Piutang Negara BAB III PEMBAHASAN 3.1 Piutang Negara Menurut UU Nomor 49 Prp tahun 1960 yang dimaksud dengan Piutang Negara atau hutang kepada Negara ialah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara atau badan-badan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG KUALITAS PIUTANG DAN PENYERTAAN BERGULIR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 11 AKUNTANSI PIUTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 11 AKUNTANSI PIUTANG LAMPIRAN B.XI : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 11 AKUNTANSI PIUTANG A. UMUM 1. Definisi Piutang salah satu aset yang cukup penting

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

SMK-SMAK MAKASSAR Laporan Keuangan

SMK-SMAK MAKASSAR Laporan Keuangan SMK-SMAK MAKASSAR Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 Jalan Urip Sumoharjo, Km.4 Pampang Makassar 1 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut: RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Lebih terperinci

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C. PENJELASAN ATAS POS POS NERACA C.1. PENJELASAN UMUM NERACA . Penjelasan atas pospos neraca

Lebih terperinci

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.391, 2016 KEMENHUB. Pelaporan Keuangan. Berbasis Akrual. Sistem dan Prosedur Akuntansi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 21 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1327, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penerusan. Sistem Akuntansi. Pelaporan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232 /PMK.05/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1785, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Investasi Pemerintah. Akuntansi. Pelaporan Keuangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 209/PMK.05/2015 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS A. DEFINISI Kas dan Setara Kas

Lebih terperinci

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Pengadilan Tinggi Agama Kupang Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis Tahun 2014 merupakan bagian dari rencana strategis

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PIUTANG PEMERINTAH DAERAH

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PIUTANG PEMERINTAH DAERAH BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PIUTANG PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED)

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) Jl. Ampera Raya No.7 Cilandak Jakarta Selatan Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

C.3 Kas Lainnya dan Setara Kas Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per tanggal 30 Juni 2015 dan 2014 masingmasing

C.3 Kas Lainnya dan Setara Kas Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per tanggal 30 Juni 2015 dan 2014 masingmasing Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 851.289.800 C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA C.1 Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 30 Juni 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA KEPUTUSAN KEPALA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA NOMOR : KEP- 07/AK/2003 TENTANG PELAKSANAAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB XV TATA CARA PENGINTEGRASIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DALAM LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB XV TATA CARA PENGINTEGRASIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DALAM LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA BAB XV TATA CARA PENGINTEGRASIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DALAM LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 58 TAHUN 205 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN ix RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007

Lebih terperinci

BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI

BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2014 Ds. Toyomarto Kec. Singosari Kab.Malang Kotak Pos 8 Singosari 65153 Telp.0341-458359 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Petunjuk Update Aplikasi SAIBA dan Referensi SAIBA Versi 3.4

Petunjuk Update Aplikasi SAIBA dan Referensi SAIBA Versi 3.4 Petunjuk Update Aplikasi SAIBA dan Referensi SAIBA Versi 3.4 Hal-hal yang Wajib Diperhatikan: 1. Update Aplikasi dan Referensi SAIBA versi 3.4 agar digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tingkat UAKPA

Lebih terperinci

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan.

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan. BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2010 AUDITED Jl. Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN

Lebih terperinci

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Pernyataan Tanggung Jawab ii Daftar Isi iii Daftar Tabel iv Daftar Grafik viii Daftar Lampiran ix Daftar Singkatan x Ringkasan 1 I. Laporan Realisasi Anggaran 4 II.

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERB ENDAHARAAN NOMOR : PER - 01/PB/2005 TENTANG PEDOMAN JURNAL STANDAR DAN POSTING RULES PADA SISTEM

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN, KOREKSI DAN PENYISIHAN PIUTANG PAJAK DAERAH Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 28/PMK.05/2010 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 28/PMK.05/2010 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 28/PMK.05/2010 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C. PENJELASAN ATAS POS POS NERACA C.1. PENJELASAN UMUM NERACA Neraca adalah Laporan Keuangan yang menginformasikan/menggambarkan harta kekayaan, kewajiban dan pembiayaan dalam bentuk equitas dana suatu

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED Jl. Veteran 17 18 Jakarta 10110 I. PENDAHULUAN Berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. LAMPIRAN IVd PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. LAMPIRAN IVd PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN LAMPIRAN IVd PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 57/PB/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga Jl. Padangsidimpuan - Sumatera Utara 22553 No. 6 Sibolga Telp. Sibolga

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut: 9 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut: a. pencatatan bukti-bukti pembukuan dalam buku jurnal. Transaksi yang

Lebih terperinci

bersih yang dapat direalisasikan {net realizable value) diperlukan penyesuaian nilai piutang melalui penyisihan piutang tidak tertagih;

bersih yang dapat direalisasikan {net realizable value) diperlukan penyesuaian nilai piutang melalui penyisihan piutang tidak tertagih; BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited)

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited) Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 215 (Audited) RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Audited Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2012 Jalan Purnawarman Nomor 99, Kebayoran Baru Jakarta DAFTAR ISI Kata

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan HewanTahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012 RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga Jl. Padangsidimpuan - Sumatera Utara 22553 No. 6 Sibolga Telp. Sibolga

Lebih terperinci

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Laporan Keuangan Audited Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2013 Jalan Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan UndangUndang

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa

PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2013 Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa Gowa - Sulawesi Selatan 92111

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Untuk Periode Yang Berakhir 30 Juni 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN BARANG MILIK NEGARA Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 TAHUN ANGGARAN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 215 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 21 tentang Standar

Lebih terperinci

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kantor Pembinaan Akuntansi Instansi Jakarta semester I Tahun 2013 I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN KANTOR PEMBINAAN AKUNTANSI INSTANSI JAKARTA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang No.520, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Bagian Anggaran BUN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.05/2017 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2013 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga Jl. Padangsidimpuan - Sumatera Utara 22553 No. 6 Sibolga Telp. Sibolga

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A PENGADILAN AGAMA SANGGAU LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A Sanggau Jl. Jend. - Kalimantan Sudirman Barat km 78511 7 No.14A Telp. Sanggau 0564-2025335

Lebih terperinci

(3) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.

(3) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini. -7- (3) Tata cara penyusunan target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini. Pasal 4 (1) Penyusunan target PNBP setiap Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 31 DESEMBER 2013

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 31 DESEMBER 2013 BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 31 DESEMBER 2013 II. NERACA ( dalam Rp) NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBR 2014 31 DESEMBER 2013 ASET Aset Lancar C.1 Kas dan Bank Kas di Bendahara

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 62 /PB/2009 TENTANG TATA CARA PENYAJIAN INFORMASI PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013 RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

kemudian hari bagi bank dalam arti luas; KAJIAN PUSTAKA Pengertian dasar tentang kredit bermasalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji membayar bunga dan pokok pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, sehingga dalam hal ini

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. PSAP 01 paragraf 43 antara lain menetapkan bahwa Neraca sekurangkurangnya mencantumkan antara lain

LATAR BELAKANG. PSAP 01 paragraf 43 antara lain menetapkan bahwa Neraca sekurangkurangnya mencantumkan antara lain BULETIN TEKNIS NO. 06 AKUNTANSI PIUTANG LATAR BELAKANG PSAP 01 paragraf 43 antara lain menetapkan bahwa Neraca sekurangkurangnya mencantumkan antara lain Piutang Pajak dan Piutang Bukan Pajak Dalam praktik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyetoran. PNBP. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED Jl. Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN

Lebih terperinci

2. Jenis Komponen Laporan Keuangan LKKL Triwulan III Komprehensif Tahun 2017 terdiri dari: a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) LRA disusun untuk transaksi sampai dengan 30 September 2017. Lembar muka (face)

Lebih terperinci

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016. RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Tahunan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG. 1. Tujuan kebijakan akuntansi piutang adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi piutang dan informasi relevan lainnya.

KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG. 1. Tujuan kebijakan akuntansi piutang adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi piutang dan informasi relevan lainnya. Lampiran III.6 Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG I. PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi piutang

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2016 Jln.Raya Kendalpayak km 8,Kotak Pos 66 Malang 65101 Telp.0341-801468, Fax. 0341-801496 e-mail:balitkabi@litbang.pertanian.go.id

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011 I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Sistem. Akuntansi. Pelaporan. Daerah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Sistem. Akuntansi. Pelaporan. Daerah. No.185, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Sistem. Akuntansi. Pelaporan. Daerah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 20165 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA PASURUAN. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 BA Jl. Ir. H. JUANDA NO.

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA PASURUAN. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 BA Jl. Ir. H. JUANDA NO. PENGADILAN AGAMA PASURUAN LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 BA 005 01 0500 401432 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 11 A Jl. Ir. H. JUANDA NO. 11 A PASURUAN - Jawa Timur 67129 PASURUAN

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Komisi Pemilihan Umum Tahun 2016 (Audited) ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci