MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN TANTANGAN GLOBALISASI: SURVEI DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN TANTANGAN GLOBALISASI: SURVEI DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI BOGOR"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN TANTANGAN GLOBALISASI: SURVEI DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI BOGOR Oleh: Yuyun Elizabeth Patras, Elly Sukmanasa Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pakuan, Abstrak Pendidikan dasar merupakan fondasi bagi sumberdaya manusia suatu bangsa.artinya, jika warga bangsa mengenyam pendidikan dasar yang bermutu, maka warga bangsa tersebut berpotensi menjadi sumber daya manusia yang diandalkan dan sebaliknya.artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan apakah manajemen sekolah dasar yang ada selama ini sudah mendukung pendidikan dasar yang berkualitas. Melalui observasi dan survey terhadap 50 sekolah dasar di Bogor dan survey terhadap 100 guru diperoleh fakta bahwa secara umum manajemen pendidikan sekolah dasar, khsususnya di Bogor sudah berjalan dengan baik. Namun demikian terdapat hal-hal yang krusial dalam pelaksanaan manajemen sekolah dasar yang perlu diperbaiki sehingga Indonesia mampu menghadapi tantangan globalisasi. Kata kunci: globalisasi, mutu sekolah dasar, manajemen sekolah dasar Abstract Primary education is the foundation of human resources development of a nation. It means that if the citizens in a nation acquires quality primary education, they are potentialy to become reliable human resources and this fact applies vice versa. This article aims to describe whether the educational management in state primary schools has so far been supporting the quality primary education. The observation on 50 state primary schools in Bogor and survey to 100 state primary school teachers revealed that in general, the educational management of primary education especially in Bogor has been going well. However, there are things that are crucial in primary educational management that need to be improved so that Indonesia will be able to face the challenges of globalization. Keywords: globalization, quality of primary education, primary educational management. PENDAHULUAN Education is the most powerful weapon which you can use to change the world, begitulah kata Nelson Mandela. Pernyataan tersebut sejalan dengan pemikiran para founding father Republik Indonesia yang memiliki paradigma berpikir bahwa build nation, build schools. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berperan strategis dalam pembangunan sebuah bangsa dan negara. Saat ini, pendidikan Indonesia menghadapi tantangan abad 21 atau era globalisasi. Keadaan era globalisasi ditandai oleh banyaknya perubahan-perubahan pada semua aspek kehidupan, bukan hanya dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Pada era globalisasi yang disebut juga era informasi akan 18

2 terjadi proses perubahan antar negara, antar bangsa, antar budaya tanpa mengenal batas. Selo Sumardjan (1993) mengartikan globalisasi sebagai proses penyebaran rasa, cipta, dan karsa suatu kebudayaan sehingga diterima dan diadopsi oleh negara lain di seluruh dunia. Pada saat ini dan dimasa mendatang pengaruh era globalisasi akan semakin terasa terutama dengan semakin banyaknya saluran informasi yang tersedia seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, faksimail, komputer, internet, satelit komunikasi, sekolah bahkan informasi langsung yang dibawa oleh pengunjung (travelers). Semua itu dimungkinkan dengan adanya perkembangan pesat di bidang teknologi terutama teknologi komunikasi, informasi, dan transformasi. Hernawan (2006) mengidentifikasi beberapa ciri abad 21 atau era globalisasi antara lain: meningkatnya interaksi antar warga dunia baik secara langsung maupun tidak langsung, semakin banyaknya informasi yang tersedia dan dapat diperoleh, meluasnya cakrawala intelektual, munculnya arus keterbukaan dan demokratisasi baik dalam politik maupun ekonomi, memanjangnya jarak budaya antara generasi tua dan generasi muda, meningkatnya kepedulian akan perlunya dijaga keseimbangan dunia, meningkatnya kesadaran akan saling ketergantungan ekonomis, dan mengaburnya batas kedaulatan budaya tertentu karena tidak terbendungnya informasi. Dampak globalisasi pada kehidupan sangat banyak sehingga menuntut manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya (human survival), artinya manusia dituntut untuk dapat mengendalikan dan memanfaatkan efek-efek dari globalisasi dalam kehidupannya. Manusia adalah pencipta globalisasi, dan manusia itu pula yang harus dapat mengendalikan, menguasai, memanfaatkan, dan mengembangkan globalisasi untuk kepentingan hidupnya. Bagi masyarakat dan bangsa yang sedang berkembang seperti Indonesia, globalisasi ini membawa dampak yang sangat berpengaruh dalam semua aspek kehidupan misalnya: dalam aspek kebudayaan, proses globalisasi ini menjadikan budaya yang kuat dan agresif akan mempengaruhi budaya yang lemah dan pasif. Selo Sumardjan (1993) menyebutkan bahwa budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif dengan ciri-ciri sebagai berikut: cara berpikir yang rasional dan realistik, kebiasaan membaca yang tinggi, kemampuan mengembangkan dan menyerap ilmu pengetahuan yang banyak dan cepat, terbuka untuk inovasi bahkan selalu mencari hal-hal baru, pandangan hidup yang berdimensi lokal, nasional, dan universal, mampu memprediksi dan merencanakan masa depan, dan teknologi yang senantiasa berkembang dan digunakan. Adanya dampak globaliasi pada perubahan masyarakat mendorong para ahli pendidikan untuk menganjurkan agar pendidikan melakukan upaya-upaya adaptasi dengan perubahan global. MarioD. Fantini (1986) menyebutkan berbagai implikasi globalisasi terhadap dunia pendidikan yang meliputi aspek kurikulum, manajemen pendidikan, tenaga kependidikan, strategi dan metode pendidikan. Dalam kaitan ini pendidikan dituntut harus mampu menyiapkan SDM yang mampu menghadapi tantangan globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsa. Pelaksanaan pendidikan bermutu adalah respon terbaik dalam menghadapi tantangan globalisasi.pendidikan bermutu harus dilaksanakan di setiap level pendidikan, baik pra sekolah, sekolah dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi.pendidikan bermutu sekolah dasar adalah sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan dasar yang mampu memenuhi harapan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.ini berarti, pendidikan yang bermutu sangat memperhatikan pelanggan, bukan hanya sematamata pendidikan di sebuah sekolah sudah berjalan secara rutin saja. 19

3 METODOLOGI Guna memotret pelaksanaan pendidikan bermutu di sekolah dasar, khususnya dari perspektif manajemen pendidikan, penelitimelakukan observasi di 50 Sekolah Dasar Negeri di Bogor dan survei terhadap 100 guru berstatus PNS mengenai manajemen sekolah dasar dengan 10 indikatoryaitu: manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen peserta didik, manajemen kelas, manajemen keuangan, manajemen kerja sama sekolah dan masyarakat, manajemen peningkatan mutu pendidikan, manajemen keuangan, manajemen kurikulum, manajemen kepemimpinan dalam pendidikan dan manajemen system informasi pendidikan. Hasil survey dipaparkan dalam bentuk deskripsi dengan memakai standar penilian dengan rentang nilai 1 s/d 5 dengan pemaknaan sebagai berikut: nilai rata-rata 1 s/d 1,5 bermakna sangat kurang, nilai rata-rata 1,6 s/d 2,5 bermakna kurang, nilai rata-rata 2,6 s/d 3,5 bermakna sedang, nilai rata-rata 3,6 s/d 4,5 bermakna baik, dan nilai rata-rata 4,6 s/d 5 bermakna sangat baik. Berdasarkan standar di atas, berikut adalah paparan hasil survey terhadap manajemen sekolah dasar di Bogor. HASIL SURVEI Manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sekolah dasar adalah suatu proses terencana dan sistematis dalam menyeleksi, menempatkan dan mengembangkan tenaga pendidik dan kependidikan yang dilakukan oleh sebuah sekolah dasar agar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mencapai tujuan yang diharapkan oleh sekolah tempat mereka bekerja. Manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sekolah dasar memiliki kedudukan strategis dalam pencapaian mutu pendidikan di sekolah. Menurut survey yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa manajemen tenaga kependidikan di sekolah dasar mendapat nilai rata-rata 3,73. Ini berarti manajemen tenaga kependidikan di sekolah dasar sudah berjalan dengan baik.tabel berikut ini menunjukkan beberapa pernyataan yang berisi manajemen tenaga pendidik dan kependidikan sekolah dasar. Tabel 1. Manajemen Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1 Sekolah ini menyusun rencana pengadaan tenaga 4,19 Baik pendidik 2 Sekolah ini melakukan tes pada calon guru 2,50 Kurang 3 Guru di sekolah ini mendapat pelatihan untuk 4,31 Baik meningkatkan kompetensi mereka 4 Guru di sekolah ini mendapat promosi sesuai 3,65 Baik dengan prestasi mereka. 5 Sekolah menyusun rencana pengadaan tenaga 3,73 Baik kependidikan 6 Sekolah mengadakan tes terhadap calon tenaga 2,59 Kurang kependidikan 7 Tenaga administrasi di sekolah ini mendapat 3,86 Baik pelatihan lanjutan. 8 Tenaga kependidikan di sekolah ini mendapat promosi sesuai dengan prestasi mereka. 3,38 Sedang 20

4 9 Sekolah ini mengadakan penilaian kinerja terhadap 4,69 Sangat Baik guru. 10 Tenaga kependidikan mendapat bayaran sesuai 4,52 Baik ketentuan secara konsisten. Total 3,74 Baik Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan mengenai tes untuk calon tenaga pendidik ( nilai nrata-rata 2,50), tes terhadap calon tenaga kependidikan (nilai rata-rata 2,59) dan promosi sesuai prestasi (nilai rata-rata 3,38). Temuan tersebut mengindikasikan bahwa system rekrutmen guru di sekolah dasar dan pengembangnya kurang mendapat perhatian di sekolah dasar. Manajemen peserta didik sekolah dasar adalah proses seleksi, penempatan dan pengembangan peserta didik di sekolah dasar secara terencana dan sistematis guna mengembangkan potensi peserta didik secara tepat dan maksimal. Berdasarkan survey ditemukan bahwa manajemen peserta didik di sekolah dasar mendapat nilai rata-rata 3,95. Ini berarti manajemen peserta didik di sekolah dasar sudah berjalan dengan baik.tabel berikut ini berisi pernyataan-pernyataan yang berisi mengenai manajemen peserta didik. Tabel 2. Manajemen Peserta Didik 1 Sekolah ini mengadakan analisis kebutuhan peserta 4,41 Baik didik 2 Sekolah ini mengadakan seleksi atas peserta didik 3,81 Baik 3 Sekolah ini mengadakan orientasi peserta didik 3,39 Sedang 4 Sekolah ini mengadakan layanan bimbingan dan 4,29 Baik koseling bagi peserta didik 5 Sekolah ini mengadakan layanan perpustakaan bagi 3,88 Baik peserta didik 6 Sekolah ini mengadakan layanan kantin bagi peserta 3,19 Sedang didik 7 Sekolah ini melakukan evaluasi berupa sebab-sebab 4,35 Baik kemajuan dan ketertinggalan pelajaran peserta didik 8 Sekolah ini menilai metode mengajar yang digunakan 4,28 Baik oleh guru. Total 3,95 Baik Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil dalam manajemen peserta didik terdapat pada pernyataan mengenai layanan makanan kantin atau catering bagi peserta didik (nilai rata-rata 3,19), kegiatan orientasi pagi peserta didik (nilai rata-rata 3,39). Temuan ini menunjukkan bahwa masalah gizi dan asupan makanan belum menjadi prioritas di sekolah dasar.peserta didik juga kurang diberikan orientasi atas sekolahnya. Ini menunjukan perhatian sekolah dasar pada apa yang dibutuhkan oleh siswa dan bagaimana siswa belajar dari lingkungan kurang mendapatkan perhatian. Manajemen kelas sekolah dasar adalah perencanaan, pelaksanaan dan refleksi yang dilakukan guru sekolah dasar dalam mengelola kelas tempat dia mengajar yang bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan efisien. Berdasarkan survey terhadap guru diperoleh gambaran bahwa manajemen kelas sekolah dasar mendapat nilai rata-rata 4,70. Ini berarti manajemen kelas sekolah dasar yang 21

5 dilakukan oleh para guru dimana mereka mengajar sudah berjalan dengan sangat baik.tabel dibawah ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai manajemen kelas. Tabel 3.Manajemen Kelas 1 Saya melaksanakan pembagian waktu untuk 4,83 Sangat Baik membuka, inti dan menutup pembelajaran sesuai alokasi yang ditetapkan dalam RPP. 2 Saya menata ruang kelas agar tercipta suasana 4,72 Sangat Baik menyenangkan dalam belajar 3 Saya mengatur pengelompokan siswa dalam 4,63 Sangat Baik kelas untuk memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran. 4 Saya mengatur tempat duduk siswa agar 4,68 Sangat Baik pembelajaran lebih efektif. 5 Saya menyelesaikan konflik yang terjadi antar 4,64 Sangat Baik siswa di kelas Total 4,70 Sangat Baik Berdasarkan data di atas, nilai rata-rata terkecil dalam manajemen kelas di sekolah dasar terdapat dalam pernyataan mengenai kegiatan guru dalam mengelompokan siswa di kelas (nilai rata-rata 4,63), guru menyelesaikan konflik di dalam kelas (nilai rata-rata 4,64) dan guru mengatur sedemikian rupa tempat duduk siswa (nilai rata-rata 4,68). Berdasarkan temuan tersebut bahwa manajemen kelas di sekolah dasar walau sudah berjalan dengan sangat baik, namun masalah pengelompokan siswa, penanganan konflik siswa di kelas dan pengaturan tempat duduk mendapat nilai rata-rata terkecil dalam manajemen kelas. Manajemen keuangan pendidikan sekolah dasar adalah pengelolaan keuangan di sekolah dasar dengan melakukan perencanaan keuangan (budgeting), pencatatan keuangan (accounting) dan pengawasan (auditing) keuangan agar keuangan sekolah dasar berjalan secara efektif dan efisien. Berdasarkan survey ditemukan bahwa pelaksanaan manajemen keuangan pendidikan sekolah dasar mendapat nilai rata-rata 4,65. Ini berarti pelaksanaan manajemen keuangan pendidikan sekolah dasar sudah berjalan dengan sangat baik.tabel berikut ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai manajemen keuangan pendidikan sekolah dasar. Tabel 4. Manajemen Keuangan Pendidikan 1 Sekolah ini membuat Rencana Anggaran Pendapatan 4,69 Sangat Baik dan Belanja Sekolah (RAPBS) secara rutin. 2 Penyusunan anggaran dilakukan secara transparan. 4,53 Baik 3 Sekolah ini melakukan inventarisasi semua yang 4,66 Sangat Baik dimiliki sekolah. 4 Pengeluaran keuangan di sekolah ini dicatat dengan 4,68 Sangat Baik rapi. 5 Pendapatan keuangan di sekolah ini dicatat dengan 4,73 baik. Total 4,65 Sangat Baik 22

6 Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan mengenai transfarasi dalam penyusunan anggaran (nilai rata-rata 4,53), inventarisasi semua milik sekolah (nilai rata-rata 4,66) dan kerapihan catatan pengeluaran keuangan (nilai rata-rata 4,68). Temuan ini mengindentifikasikan bahwa masalah transfaransi dan pencatatan keuangan masih perlu diperhatikan lebih seksama. Manajemen kerjasama sekolah dasar dan masyarakat adalah pengelolaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan serta refleksi kegiatan sekolah dengan masyarakat yang ada di lingkungan sekolah yang bertujuan agar sekolah dan masyarakat terjalin hubungan yang erat dan saling menumbuhkembangkan satu dengan lainya. Berdasarkan survey menunjukkan bahwa manajemen kerjasama sekolah dasar dan masyarakat mendapat nilai rata-rata 3,90. Ini berarti manajemen kerjasama sekolah dasar dan masyarakat sudah berjalan dengan baik.tabel berikut ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai manajemen kerjasamasekolah dasar dengan masyarakat. Tabel 5. Manajemen Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat 1 Masyarakat di sekitar sekolah turut berpartisipasi 3,44 Sedang dalam melestarikan gedung sekolah 2 Masyarakat di sekitar sekolah ini mendukung 4,33 Baik program-program sekolah 3 Sekolah memberikan santunan kepada muridmurid 3,93 Baik tidak mampu yang berasal dari masyarakat sekitar Total 3,90 Baik Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan parrisipasi masyarakat dalam melestarikan gedung sekolah (nilai rata-rata 3,44) dan kegiatan santunan atau partisipasi sekolah dalam meringankan beban siswa yang berasal dari masyarakat sekitar sekolah. Temuan ini mengindikasikan bahwa sekolah belum secara maksimal dalam membina hubungan mualisme dengan masyarakat sekitar. Manajemen peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar adalah proses atau upayaupaya yang dilakukan sekolah dasar dalam meningkatkan kepuassan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Berdasarkan survey yang dilakukan penulis didapatkan nilai rata-rata untuk manajemen peningkatan mutu sebesar 4,07. Ini berarti manajemen peningkatan mutu di sekolah dasar sudah berjalan baik.tabel berikut ini berisi mengenai pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar. Tabel 6. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan 1 Sekolah ini mempunyai standar untuk mengukur 3,90 Baik kepuasan pelanggan terhadap pelayanan sekolah. 2 Sekolah ini mengadakan studi banding untuk 2,99 Sedang belajar dari sekolah lain yang lebih maju 3 Sekolah ini mengevaluasi masukan dari orang tua 4,25 Baik murid mengenai peningkatan kualitas sekolah 4 Sekolah ini menindaklanjuti laporan tentang 4,23 Baik 23

7 peningkatan kualitas sekolah dari berbagai pihak 5 Sekolah ini memperbaiki penyediaan sarana untuk 4,47 Baik kemajuan peserta didik. 6 Sekolah ini memperbaiki prasarana belajar agar 4,41 Baik mutu pendidikan 7 Sekolah berorientasi terhadap kepuasan pelanggan. 4,29 Baik Total 4,07 Baik Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terendah terdapat dalam pernyataan mengenai aktivitas sekolah dalam melakukan studi banding ke sekolah lain (nilai rata-rata 2,99), aktivitas sekolah dalam mengukur kepuasan pelanggan (nilai rata-rata 3,90), aktivitas untuk merespon masukan dari orang tua siswa (nilai rata-rata 4,23) dan aktivitas untuk melakukan evaluasi dari masukan orang tua siswa (nilai rata-rata 4,25). Temuan tersebut mengindikasikan bahwa kepuasan dan masukan dari pelanggan, khsususnya pelanggan dari luar belum menjadi tradisi di sekolah dasar. Manajemen pemasaran pendidikan sekolah dasar adalah upaya-upaya yang dilakukan sekolah dasar dengan cara sengaja dan sistematis dalam rangka mempromosikan sekolah sehinga masyarakat mengerti arti penting sekolah tersebut. Berdasarkan survey mengenai manajemen pemasaran diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,70. Ini berarti manajemen pemasaran sekolah dasar sudah berjalan dengan baik.tabel berikut berisi pernyataan yang berhubungan dengan manajemen pemasaran pendidikan. Tabel 7. Manajemen Pemasaran Pendidikan 1 Sekolah ini melakukan penelitian kepada alumni secara 2,36 Kurang rutin. 2 Sekolah ini menyampaikan informasi kepada 4,01 Baik masyarakat secara jujur. 3 Sekolah ini mempunyai keunggulan yang unik 3,36 Sedang sehingga mudah dibedakan dari sekolah yang lain. 4 Sekolah ini berusaha meningkatkan kualitas dari semua 4,32 Baik segi secara terjadwal. 5 Sekolah ini mengadakan pertemuan berkala dengan 4,25 Baik orang tua murid untuk membahas kemajuan sekolah 6 Sekolah ini mengadakan open house secara rutin dengan 2,87 Sedang mengundang masyarakat umum. 7 Sekolah ini mengadakan pameran hasil karya siswa. 2,45 Kurang 8 Sekolah ini berupaya keras untuk memenangkan 4,14 Baik lomba-lomba antar sekolah. 9 Sekolah ini memiliki memiliki prestasi yang 3,34 Sedang membanggakan. 10 Sekolah melakukan kerja sama dengan sekolah lain 3,92 Baik dalam berbagai kegiatan pendidikan. Total 3,70 Baik Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan yang berhubungan dengan penelitian terhadap alumninya (nilai rata-rata 2,36), ), melakukan pameran hasil karya siswanya (nilai rata-rata 2,45), melakukan kegiatan open house secara 24

8 rutin (nilai rata-rata 2,87) dan bangga dengan prestasi sekolah mereka (nilai rata-rata 3, 34). Temuan ini mengindikasikan bahwa sekolah dasar belum memiliki tradisi yang kuat dalam memasarkan diri mereka sendiri. Manajemen kurikulum pendidikan sekolah dasar adalah upaya yang dilakukan sekolah dasar dalam menyeleksi, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum sekolah untuk mencapai tujuan kurikulum secara efektif dan efisien. Temuan penelitian ini menunjukkkan bahwa manajemen kurikulum yang dilakukan sekolah dasar mendapat nilai rata-rata sebesar 4,58. Ini berarti manajemen kurikulum sekolah dasar sudah dilaksanakan dengan sangat baik.tabel berikut ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai manajemen kurikulum sekolah dasar. Tabel 8. Manajemen Kurikulum Pendidikan 1 Guru di sekolah ini sudah mencapai 80% target yang 4,42 Baik ditentukan untuk pencapaian kurikulum. 2 Kepala Sekolah mengawasi pelaksanaan kurikulum 4,61 Sangat Baik secara terjadual 3 Kurikulum di sekolah ini berpusat pada 4,71 Sangat Baik pengembangan siswa. Total 4,58 Baik Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan mengenai ketercapaian kurikulum di sekolah (nilai rata-rata 4,42). Temuan ini mengindikasikan bahwa manajemen kurikulum bahwa sekolah dasar hanya bertindak sebagai pelaksana kurikulum saja, tidak aktif membuat kurikulum sendiri. Kepemimpinan pendidikan sekolah dasar adalah proses yang dilakukan kepala sekolah dasar dalam memengaruhi guru dan warga sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Berdasarkan survey ini, kepemimpinan kependidikan sekolah dasar mendapat nilai rata-rata sebesar 4,67. Ini berarti pelaksanaan kepemimpinan pendidikan sekolah dasar sudah berjalan dengan sangat baik.berikut adalah tabel yang berisi mengenai pernyataan-pernyataan yang berisi kepemimpinan pendidikan sekolah dasar. Tabel 9. Kepemimpinan Pendidikan 1 Kepala sekolah membuat program sekolah secara 4,69 Sangat Baik terjadual 2 Kepala sekolah mengimplementasikan program 4,66 Sangat Baik sekolah yang telah dibuat 3 Kepala sekolah mengawasi jalannya program 4,66 Sangat Baik sekolah 4 Kepala sekolah menempatkan guru-guru sesuai 4,72 Sangat Baik dengan kompetensi yang dimiliki 5 Kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru. 4,64 Sangat Baik Total 4,67 Sangat Baik 25

9 Berdasarkan tabel di aatas, nilai rata-rata dari pernyataan kepemimpinan pendidikan semuanya di atas 4,6, ini berarti semua pernyataan kepemimpinan bermakna sangat baik. Namun nilai rata-rata terkecil terdapat dalam pernyataan mengenai motivasi dari kepala sekolah kepada guru.ini artinya dalam hal pemberian morivasi dari kepala sekolah kepada guru perlu ditingkatkan. Sistem informasi manajemen pendidikan sekolah dasar adalah seperangkat system yang mampu mengelola informasi pendidikan di sekolah dasar untuk memudahkan berbagai pihak di sekolah dalam menerima, mengolah dan menyampaikan informasi pendidikan. Berdasarkan survey ditemukan bahwa nilai rata-rata untuk system informasi manajemen pendidikan sebesar 3,78. Ini berarti system informasi manajemen pendidikan di sekolah dasar sudah berjalancukup atau sedang.berikut adalah tabel yang berisi pernyataanpernyataan yang berisi mengenai system informasi manajemen pendidikan sekolah dasar. Tabel 10. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan 1 Informasi tentang sekolah ini dapat diakses 3,53 Sedang melalui internet. 2 Komunikasi antara orang tua siswa dapat 3,91 Baik dilakukan secara mudah melalui pesan singkat (SMS) 3 Komunikasi antara orang tua siswa dapat 3,08 Sedang dilakukan secara mudah melalui pesan singkat (BBM) 4 Guru disekolah mempunyai buku penghubung 3,94 Baik dengan orang tua 5 Guru tidak berkeberatan memberikan nomor 4,46 Baik telpon kepada siswa Total 3,78 Baik Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan mengenai komunikasi melalui Blackbarry Mesenger (nilai rata-rata 3,08) dan akses sekolah di internet (nilai rata-rata 3,53). Temuan ini menunjukkan bahwa system informasi manajemen di sekolah dasar belum sepenuhnya bertradisi online-minded. Tabel berikut merangkum nilai rata-rata dari indicator manajemen pendidikan sekolah dasar. Nilai rata-rata dari 10 indikator manajemen sekolah dasar tersebut 4,58. Ini berarti manajemen pendidikan di sekolah dasar sudah berjalan dengan baik. Tabel 11.Indikator Manajemen Pendidikan No Indikator Nilai Rata-rata Makna 1 Manajemen Tenaga Pendidik dan Tenaga 3,74 Baik Kependidikan 2 Manajemen Peserta Didik 3,95 Baik 3 Manajemen Kelas 4,70 Sangat Baik 4 Manajemen Keuangan Pendidikan 4,65 Sangat Baik 5 Manajemen Kerjasama Sekolah dan Masyarakat 3,90 Baik 6 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan 4,07 Baik 7 Pemasaran Pendidikan 3,70 Baik 26

10 8 Manajemen Kurikulum 4,58 Baik 9 Kepemimpinan Pendidikan 4,67 Sangat Baik 10 Sistem Informasi Manajemen Pendidikan 3,78 Baik Total 4,58 Baik Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata terkecil yaitu manajemen pemasaran pendidikan (nilai rata-rata 3,70), manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (nilai rata-rata 3,74), system informasi manajemen pendidian (nilai rata-rata 3,78), manajemen kerjasama sekolah dan masyarakat (nilai rata-rata 3,90) dan manajemen peserta didik (nilai rata-rata 3,98). Sedangkan nilai rata-rata terbesar yaitu manajemen kelas (nilai rata-rata 4,70), kepemimpinan dalam pendidikan (nilai rata-rata 4,67) dan manajemen kurikulum (nilai rata-rata 4,58). Temuan ini mengindikasikan bahwa pengelola pendidikan dasar masih bertahan pada mentalitas mempertahankan zona aman, kurang bahkan tidak mau untuk menghadapi tantangan-tantangan sejalan dengan perubahan lingkungan. PEMBAHASAN Hasil survey terhadap manajemen pendidikan sekolah dasar di Bogor, Jawa Barat menunjukan mentalitas pengelola pendidikan sekolah dasar masih suka mempertahankan zona nyaman (comfort zone). Mereka secara umum sudah puas dengan apa yang berjalan selama ini antara lain proses pendidikan sudah berlangsung, kepemimpinan sudah berjalan dan kurikulum sudah terlaksana. Sedangkan hal yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi era globalisasi seperti kemampuan untuk mempromosikan diri, pemanfaatan teknologi komunikasi seperti internet untuk pengelolaan pendidikan dan membangun hubungan baik dengan masyarakat belum dilakukan secara maksimal. Berdasarkan temuan survey di atas, pertanyaan layak diajukan: apakah manajemen pendidikan sekolah dasar seperti itu akan mampu menghadapi globalisasi? UNESCO membuat empat Pilar Pendidikan (Hermawan: 2006) untuk era globalisasi, yaitu: (1) Learning to know(belajar untuk mengetahui), (2) Learning to do(belajar untuk melakukan), (3) Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri dengan kepribadian) (4) Learning to live together (belajar untuk hidup bersama). Pendidikan era globalisasi menurut Patrick Slattery dalam bukunya Curriculum Development In The Postmodern harus berdasarkan pada lima konsep,yaitu :Pertama, konsep yang berasal dari Dorothy yang mengatakan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk perubahan sosial, pemberdayaan komunitas dan membebaskan pikiran, tubuh dan spirit manusia (that teaching must be directed towards social change, community empowerment, and the liberation of the mind, body, and spirit of individual human beings). Kedua, konsep yang berasal dari Thich Nhat Hanh yang mengemukakan tujuh hal yang harus menginspirasi pendidikann yaitu :(1) Jangan mengidolakan atau terikat dengan teori, ideologi atau agama karena tidak ada kebenaran yang mutlak (Do not idolatrous about or bound any doctrin, theory, or ideology), (2) Jangan berpikir ilmu pengetahuan yang anda miliki sekarang merupakan yang paling benar, hindari berpikir sempit (Avoid being narrowminded and bound to present view); (3) Jangan memaksakan orang lain, termasuk pada anak-anak dengan cara apapun, baik dengan kekuasaan, ancaman, uang, propaganda bahkan dengan pendidikan (Do not force others), (4) Jangan pernah menghindari kontak dengan orang yang menderita atau harus care dengan sesama (Do not avoid contact with suffering or close your eyes before suffering), (5) Jangan memelihara kebencian dan amarah (Do not maintain anger or hatred), (6) Jangan kehilangan jatidiri dalam keadaan apapun (Do not lose yourself in dispersion and in your surroundings), (7) Jangan bekerja ditempat yang menghancurkan manusia dan alam (Do not live with a vocation that is harmful to human and nature). 27

11 Ketiga, konsep yang berasal dari David Ort bahwa dalam konteks penbelajaran, pengembangan kurikulum, dan penelitian, maka seorang tenaga pendidik atau guru harus menggunakan berbagai kesempatan untuk menghubungkan siswa dengan alam semesta, khususnya agar tercipta keberlangsungan hidup bersama (must use every opportunity to connect students to the universe, especially the life-sustaining dimension of the global community on our beautiful yet fragile planet). Keempat, konsep dari Dietrich Bonhoeffer yang melarang guru melakukan kegiatan pembelajaran dalam keadaan kondisi tertekan. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa tak seorangpun dapat berpikir kebebasan secara substansial. Secara sederhana, kebebasan adalah sesuatu yang terjadi kepada setiap orang melalui orang lain. Menjadi bebas berarti membebaskan orang lain (No one can think of freedom as a substance or as something individualistic. Freedom is simply something that happen to me through the other. Being free means being free for the other). Format pendidikan era globalisasimenurut Hermawan sebagai berikut : (1) Cyber (E-Learning)adalah pembelajaran melalui teknologi computer atau internet. Teknologi belajar ini bisa juga disebut pembelajaran berbasis WEB (Web-Based Instruction), (2) Pembelajaran jarak jauh (open and distance learning)merupakan model belajar dimana guru dan siswa tidak belajar di dalam suatu tempat dan waktu yang samaserta tidak bertatap muka secara langsung, namun demikian mereka berkomunikasi secara 2 arah yang dilakukan dengan berbagai cara dan bantuan dari teknologi komunikasi dan informasi, (3) Quantum Learning merupakan metode belajar yang disesuaikan dengan cara kerja otak manusia,(4) Cooperative Learningmerupakan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan kerjasama secara maksimal dan masing-masing siswa belajar satu dengan yang lain, (5) Society Technology Science (STS). Pendekatan ini termasuk pembelajaran IPA dan IPS di SD. Dalam pembelajaran IPA.Konsep ini merupakan gerakan interdisipliner yang relatif baru dikembangkan untuk mengintegrasikan permasalahan dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan masyaraka, (6) Accelerated Learning merupakann suatu kemampuan menyerap dan memahami informasi baru secara cepat serta mempertahankan informasi tersebut.penguasaan metode belajar akselerasi dapat meningkatkan kemampuan belajar secara lebih efektif. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka pendidikan di era globalisasi tidak dapat bertumpu pada tradisi atau kebiasaan senang dengan zona nyaman. Pendidikan era global harus siap bersaing dan menerima tantangan-tangan sejalan dengan lingkungan social, ekonomi dan politik yang terus berubah.tradisi yang enggan mempromosikan diri, enggan memanfaatan teknologi komunikasi seperti internet untuk pengelolaan pendidikan dan enngan membangun hubungan baikdengan masyarakat, tentu saja kurang adaptif dengan keadaan globalisasi. Salah satu hal penting dalam pendidikan adalah kurikulum yang berkualitas. Karena curriculum is the heart of education. Pendidikan yang bermutu tidak bisa dilepaskan dari kurikulum yang bermutu.sehubungan dengan hal tersebut, maka pembuatan kurikulum suatu bangsa harus benar-benar mempertimbangkan kebutuhan dan tantangan masa depan bangsa itu sendiri. Kurikulum sendiri menurut Saylor, Alexander dan Lewis (1974) adalah segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar baik dalam ruangan kelas, maupun di luar sekolah. Harrold B, Alberty (1965) menyatakan bahwa kurikulum adalah semua kegiatan yang diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah (all activities that are provided for the students by the school). Karakteristik dari kurikulum sendiri menurut William Schubert (1986) terdiri atas: 1) kurikulum sebagai bahan belajar (Subject Matter) yaitu gambaran kurikulum paling tradisional yang menggambarkan suatu kurikulum sebagai suatu kombinasi bahan untuk 28

12 membentuk kerangka isi materi yang diajarkan, 2) kurikulum adalah seperangkat pengalaman (curriculum as experience) dalam hubungan dengan pendidkan semua pengalaman tersebut telah direncanakan secara khusus dengan cara penulisan kurikulum tetapi banyak pengalaman ditemukan dan didapatkan anak didik dalam konteks pendidikan yang biasanya lebih penting daripada yang telah direncanakan, 3) kurikulum sebagai sebuah maksud/keinginan (curriculum as intention) segala usaha yang mengarah pada perencanaan kurikulum yang memperlihatkan bahwa para pendidik membuat satu strategi yang disengaja melalui wacana-wacana, tujuan dan sasaran untuk kemajuan pendidikan, 4) kurikulum yang merefleksikan suatu kebudayaan masyarakat tertentu (curriculum as cultural reproduction) peranan suatu sekolah yang banyak diargumentasikan dan akibat adanya kurikulum adalah menyampaikan pengetahuan dan nilai-nilai yang penting untuk digunakan oleh suatu generasi ke generasi yang sukses. Namun harus diingat, sebaik apapun konsep kurikulum yang dibuat, realisasinya sangat tergantung pada kualitas manajemen pendidikan di sekolah. Berdasarkan survey ini, mentalitas pengelolaan sekolah dasar diwarnai oleh mentalitas mempertahankan zona aman dan nyaman, maka untuk sebuah kurikulum baru yang akanditerapkan di sekolah, tidak akan mudah dijalankan sebelum para pengelola pendidikan memiliki mentalitas siap menghadapi tantangan-tangan baru yang membawa perubahan kea rah lebih baik. KESIMPULAN Era globalisasi membawa perubahan dalam segala bidang, termasuk dalam manajemen pendidikan sekolah dasar.berdasarkan survey, manajemen pendidikan sekolah dasar, khsusnya di Bogor Jawa Barat sudah berjalan dengan baik. Namun survey ini menemukan bahwa untuk dapat memenangkan persiagan di era globalisai, terdapat hal-hal yang kurang mendukung seperti adanya kebiasaan untuk tetap mempertahankan zona nyaman, seperti keenganan untuk berpromosi dan menggunakan teknologi komunikasi dalam system informasi manajemen pendidikan. Kebiasaan mempertahankan zona nyaman ini membawa konsekwensi bahwa untuk apapun perubahan, termasuk perubahan kurikulum akan mengalami hambatan dalam realisasinya selama kebiasaan itu mendominasi dalam manajemen pendidikan di sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Alberty, Harold B. (1965).Reorganizing the high school curriculum. New York: The Macmillan Company. Asep Herry Hernawan, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. UT Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Fantini Mario, Regaining Excellence in Education Charles Merrill. Petrick Slattery Curruculum Development in The Postmodern Era. New York : Informa Taylor and Francis Group. Saylor, J. Galen; Alexander, William M.; dan Lewis,Arthur J Curriculum planning for better teaching and learning. New York: Holt Rinehart and Winston. Selo Sumarjan, Masyarakat dan Manusia Dalam Pembangunan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Tim Dosen Manajemen UPI, Manajemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung. William Henry Schubert, Curriculum: Perspective, Paradigm, and Possibility.Macmillan Publishing Company. 29

13 30

Pendidikan Abad 21 dan Kurikulum 2013: Survey terhadap Guru-guru Sekolah Dasar Mengenai Wacana Perubahan Kurikulum 2013

Pendidikan Abad 21 dan Kurikulum 2013: Survey terhadap Guru-guru Sekolah Dasar Mengenai Wacana Perubahan Kurikulum 2013 Pendidikan Abad 21 dan Kurikulum 2013: Survey terhadap Guru-guru Sekolah Dasar Mengenai Wacana Perubahan Kurikulum 2013 Rais Hidayat dan Yuyun Elizabeth Patras Abstrak Kurikulum 2013 belum memberikan respon

Lebih terperinci

Kurikulum Berbasis TIK

Kurikulum Berbasis TIK PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prihantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prihantini, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keberagaman potensi daerah. Potensi setiap daerah memiliki karakteristik keunggulan masing-masing,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS SISWA (Improving Students Intelligence and Creativity)

PENINGKATAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS SISWA (Improving Students Intelligence and Creativity) PENINGKATAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS SISWA (Improving Students Intelligence and Creativity) Sri Saparahayuningsih Lecturer at FKIP Bengkulu University email: srisaparahayu@yahoo.co.id Abstract Improving

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Deskripsi variabel a. Kepemimpinan kepala sekolah dengan dimensi orientasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, kegunaan penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan. Untuk

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, kegunaan penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan. Untuk I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus masalah dan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya era global memunculkan beberapa aspek perubahan, salah satunya yaitu aspek kehidupan, begitu pula dalam dunia pendidikan baik umum maupun pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS SISWA TERAMPIL IPTEK DENGAN EDUKASI KOMPUTER BAGI SISWA SD DI DUSUN WONOLELO

PENINGKATAN KUALITAS SISWA TERAMPIL IPTEK DENGAN EDUKASI KOMPUTER BAGI SISWA SD DI DUSUN WONOLELO Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 2, Mei 2013 Halaman 94-98 PENINGKATAN KUALITAS SISWA TERAMPIL IPTEK DENGAN EDUKASI KOMPUTER BAGI SISWA SD DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI KREATIVITAS ANAK. Syahril Chaniago *

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI KREATIVITAS ANAK. Syahril Chaniago * MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI KREATIVITAS ANAK Syahril Chaniago * ABSTRACT Many people in society are not satisfied with the quality of education in our country. Obviously we often hear phrases

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak bisa dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak bisa dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Tuntutan global menyeret

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA Made Juniantari 1, Ni Putu Sri Ratna Dewi 2, Ni Luh Pande Latria Devi 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini umumnya bangsa-bangsa yang memiliki kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan berkompetisi di pasar bebas.

Lebih terperinci

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Kebijakan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kebijakan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Intan Ahmad Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Yogyakarta, 03 Desember 2016 1 Kesiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan. Berhasil tidaknya suatu pembangunan tergantung pada sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membawa dampak bagi segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan membawa persaingan yang semakin

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna. Beberapa definisi yang kerap kali dijumpai antara lain : kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan, pemenuhan

Lebih terperinci

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BESUKI TAHUN PELAJARAN 2012 / Mirna Winarni 1 Nur Cholifatuzzahro, S.Pd. 2

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BESUKI TAHUN PELAJARAN 2012 / Mirna Winarni 1 Nur Cholifatuzzahro, S.Pd. 2 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI POKOK MAKHLUK HIDUP DAN PROSES KEHIDUPAN SEMESTER I KELAS II DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BESUKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik mengenai isi pembelajaran yang disampaikan disekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik mengenai isi pembelajaran yang disampaikan disekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam dunia pendidikan banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satunya agar siswa dapat memahami dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani

Lebih terperinci

Diah Pitaloka Handriani SMP Negeri 1 Surakarta

Diah Pitaloka Handriani SMP Negeri 1 Surakarta 22-200 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI LINGKUNGAN KELAS VII H SMP NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

IMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **)

IMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **) IMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **) Dalam Oxford Advanced Learner s Dictionary dinyatakan bahwa implikasi memiliki

Lebih terperinci

Lerning to live together in peace and harmony C. Tinjauan Pustaka

Lerning to live together in peace and harmony C. Tinjauan Pustaka A. Judul : PENYULUHAN PENGEMBANGAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) YANG BERORIENTASI PADA BROAD BASED EDUCATION (BBE) UNTUK GURU-GURU SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat models bagi

BAB I PENDAHULUAN. demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat models bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi di abad XXI ini, diperlukan persiapan sumber daya manusia yang merupakan kunci utama untuk memetik kemenangan dalam persaingan era globalisasi

Lebih terperinci

PROPOSAL BEST EDUCATION SYSTEM PENERAPANSISTEM INFORMASI PENDIDIKAN. PADA SEKOLAH-SEKOLAH / LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA

PROPOSAL BEST EDUCATION SYSTEM PENERAPANSISTEM INFORMASI PENDIDIKAN.  PADA SEKOLAH-SEKOLAH / LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA PROPOSAL PENERAPANSISTEM INFORMASI PENDIDIKAN BEST EDUCATION SYSTEM www.besteducation.web.id PADA SEKOLAH-SEKOLAH / LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA Education is the most powerful weapon which you can use

Lebih terperinci

Kata Kunci: Hasil Belajar, Keterampilan Proses,, Media Lingkungan,, Metode Eksperimen, Pembelajaran IPA. Abstract

Kata Kunci: Hasil Belajar, Keterampilan Proses,, Media Lingkungan,, Metode Eksperimen, Pembelajaran IPA. Abstract 1 Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi Panas dan Bunyi Menggunakan Metode Eksperimen dengan Media Lingkungan pada Siswa Kelas IV SDN Sukowiryo 01 Jelbuk

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Suatu Perspektif Manajemen Kepala Sekolah)

INOVASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Suatu Perspektif Manajemen Kepala Sekolah) INOVASI PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Suatu Perspektif Manajemen Kepala Sekolah) Oleh: Drs.H. Johar Permana, M.A. Pendahuluan Apakah pendidikan Indonesia itu? Apakah pendidikan milik (orang) Indonesia? Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk mengikuti perkembangannya. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL SKRIPSI Oleh : Siti Nurjanah NIM K4307049 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu kurikulum itu sangat tergantung kepada bagaimana kurikulum itu dilaksanakan atau diimplementasikan. Sebaik apa pun kurikulum secara tertulis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN

PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN Handout Perkuliahan PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN Program Studi PGSD Program Kelanjutan Studi Semester Gasal 2011/2012 Kelas G, H, dan I. Oleh: Samsuri E-mail: samsuri@uny.ac.id Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

TUGAS GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM

TUGAS GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2011 VOL. XII NO. 1, 59-67 TUGAS GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM Azhar M. Nur Dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Abstract Teacher as a curriculum developer

Lebih terperinci

KAJIAN TUMBUH-KEMBANG KEWIRAUSAHAAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (Studi Kasus : Usahatani Sayur-Mayur di Kecamatan Sukaraja Kabupaten

KAJIAN TUMBUH-KEMBANG KEWIRAUSAHAAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (Studi Kasus : Usahatani Sayur-Mayur di Kecamatan Sukaraja Kabupaten KAJIAN TUMBUH-KEMBANG KEWIRAUSAHAAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (Studi Kasus : Usahatani Sayur-Mayur di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi) SARI Konsep pengembangan wilayah, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TIRON 02

PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TIRON 02 PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TIRON 02 Cahyo Indarti SDN Tiron 02 Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi

BAB I PENDAHULUAN. Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses penguasaan suatu konsep di dalam upaya memperkaya informasi dan ilmu pengetahuan, telah banyak digunakan berbagai solusi untuk mencari tahu bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

Dewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas...

Dewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas... 27 Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pokok Bahasan Konduktor dan Isolator SDN Semboro Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013 (The Application

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

ALTERNATIF STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SDN 1 NGADIREJO KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG

ALTERNATIF STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SDN 1 NGADIREJO KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG ALTERNATIF STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SDN 1 NGADIREJO KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kemitraan antara Sekolah dan Masyarakat Secara etimologi kata kemitraan berasal dari kata mitra yang artinya pasangan kerja, atau partner usaha. (Widodo,2002:441). Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi ini adalah masa

Lebih terperinci

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA MATA KULIAH DASAR UMUM PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (Upaya Pelestarian Bahasa Indonesia bagi Generasi Muda) Welsi Damayanti Universitas

Lebih terperinci

Diajukan oleh: ALFIAN CHANDRA PUSPITA A

Diajukan oleh: ALFIAN CHANDRA PUSPITA A IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH 1 KETELAN SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikategorikan untuk pelayanan pelanggan loyal yang sangat mengesankan para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL Disusun Oleh: Eva Riyanti 12416241011 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perubahan paradigma masyarakat dari lokal menjadi global. Masyarakat awalnya hanya berinteraksi dalam suatu kelompok tertentu, tetapi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESADARAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS TESIS

PENINGKATAN KESADARAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS TESIS PENINGKATAN KESADARAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) 1 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Perkembangan Teknologi melalui Penerapan Model Kooperative Tipe CIRC di SDN Kebonsari 03 Jember (The Improvement

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan persepsi..., Reza Baizuri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan persepsi..., Reza Baizuri, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembahasan tentang kepemimpinan telah menjadi pembahasan hangat di berbagai ranah disiplin ilmu, ilmu sosial (social science), humaniora, ilmu politik, psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris

Lebih terperinci

Ramli Nugroho Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta

Ramli Nugroho Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta Tuliskan Judul Artikel (3 kata). (Nama Penulis) PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS 1 MELALUI PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 TEMON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Pengembangan SDM membawa misi peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan keberlangsungan hidup organisasi karena budaya terkait dengan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. dan keberlangsungan hidup organisasi karena budaya terkait dengan nilai-nilai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budaya organisasi adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan dan keberlangsungan hidup organisasi karena budaya terkait dengan nilai-nilai bersama yang diyakini

Lebih terperinci

PROPOSAL BEST EDUCATION SYSTEM PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN. PADA SEKOLAH-SEKOLAH / LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA

PROPOSAL BEST EDUCATION SYSTEM PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN.  PADA SEKOLAH-SEKOLAH / LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA PROPOSAL PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN BEST EDUCATION SYSTEM www.besteducation.web.id PADA SEKOLAH-SEKOLAH / LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA Education is the most powerful weapon which you can

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan, berbagai bentuk tindakan, dan berbagai peristiwa. Pendidikan berlangsung di berbagai tempat dan lingkungan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai pendidikan, maka tidak bisa dilepaskan dari peranan sekolah sebagai wadah penggemblengan generasi penerus, dan peranan pendidik sebagai

Lebih terperinci

untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan

untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan PJJ& TIK untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan Direktorat Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, KEMENRISTEKDIKTI, 2017 Uwes A. Chaeruman Pendidikan Jarak Jauh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, memanfaatkan

Lebih terperinci

PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI KOTA SEMARANG

PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI KOTA SEMARANG PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI KOTA SEMARANG oleh Fine Reffiane, Henry Januar Saputra, Moh. Aniq Kh.B., Husni Wakhyudin, Arfilia Wijayanti Universitas PGRI Semarang khairulbasyar@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB I GURU DALAM FROFESINYA

BAB I GURU DALAM FROFESINYA 1 BAB I GURU DALAM FROFESINYA Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta diklat mampu: 1. menjelaskan tugas sebagai profesi; 2. menyebutkan persyaratan profesional guru; 3. menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses terencana dilakukan oleh golongan tertentu dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan kesejahteraan, menciptakan perdamaian. Ciri

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 1 SIDOMUKTI

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 1 SIDOMUKTI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 1 SIDOMUKTI Widiayu Septiani 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret Kampus Kebumen Jalan Kepodang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kewarganegaraan pada hakekatnya adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati

Lebih terperinci

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK. a b c d e 1

STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK. a b c d e 1 KISI-KISI UKG MAPEL SOSIOLOGI PROFESIONAL 2015 No Kompetensi Utama KOMPETENSI INTI GURU STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK Indikator Esensial/ Indikator Pencapaian

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI Oleh: DEDE KURNIA YUZA NPM. 1010013411153 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang. terpenting adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang. terpenting adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG RINGKASAN TESIS Diajukan kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU BAHASA INGGRIS DI SMP N 10 PADANG

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU BAHASA INGGRIS DI SMP N 10 PADANG PENINGKATAN KOMPETENSI GURU BAHASA INGGRIS DI SMP N 10 PADANG Rika Yulianti Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Teacher Competencies are a set of professional standards which should be owned

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku pembelian masyarakat dari tradisional menjadi modern serta populasi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku pembelian masyarakat dari tradisional menjadi modern serta populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi ekonomi Indonesia yang semakin bertumbuh dan pergeseran perilaku pembelian masyarakat dari tradisional menjadi modern serta populasi penduduk yang besar menjadikan

Lebih terperinci

T E S I S. Oleh : SUTADI NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Sistem Pendidikan

T E S I S. Oleh : SUTADI NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Sistem Pendidikan PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, HUBUNGAN ANTAR GURU, DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG T E S I S Oleh : SUTADI NIM : Q 100

Lebih terperinci