Kurai Limo Jorong BAHAN LATIHAN MANITAH DALAM RANGKA UNTUK MELESTARIKAN TRADISI PANITAHAN KURAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kurai Limo Jorong BAHAN LATIHAN MANITAH DALAM RANGKA UNTUK MELESTARIKAN TRADISI PANITAHAN KURAI"

Transkripsi

1 CONTOH-CONTOH PANITAHAN Kurai Limo Jorong BAHAN LATIHAN MANITAH DALAM RANGKA UNTUK MELESTARIKAN TRADISI PANITAHAN KURAI Disusun kembali dari bahan-bahan tertulis yang ada oleh: M. A. Dani Jakarta

2 Kata Pengantar Pemikiran untuk menyusun buku ini bermula pada salah satu pertemuan Arisan Keluarga Tarok Dipo dalam bulan Oktober 1996 di Jakarta. Penyusun menghadiri pertemuan tersebut sebagai Urang Sumando. Pada waktu itu sebuah buku berjudul Panitahan Kurai diperlihatkan oleh Ketua Pengurus Ikatan Keluarga Tarok Dipo. Buku tersebut berupa fotokopi hasil ketikan yang disusun oleh Bapak M. Dt. Mangkuto Sutan, Panganak, Mandiangin, Bukittinggi. Menurut penuturan Bapak Dt. Mangkuto Sutan dalam buku tersebut, beliau mempelajari panitahan dari orang tua-tua di Kurai sejak tahun 1961, yaitu: Inyiak Kali Basa (Kuriman, Mandiangin), Inyiak Datuak Tumbijo (Tabek Tuo, Guguk Panjang) dan Inyiak Datuak Pucuak (Manggis, Koto Salayan). Lima tahun kemudian (1965) beliau (sebagai Urang Sumando di Kayu Kubu Panorama) ditunjuk oleh para Ninik Mamak dan Alim Ulama serta masyarakat Kubu Panorama sebagai Pengurus Mesjid Kayu Kubu Panorama sampai tahun Setelah itu atas kesepakatan bersama antara masyarakat Puhun Mandiangin dan masyarakat Puhun Guguak Panjang, berdirilah Mesjid Nurul Huda di Panganak, Mandiangin dan beliau (sebagai Mamak Rumah di Panganak) harus pula menerima amanah dari para Ninik Mamak, Alim Ulama dan masyarakat di Panganak untuk menjadi Pengurus Mesjid Nurul Huda tersebut. Selama menjadi Pengurus Mesjid, Baik di Kayu Kubu maupun di Panganak, beliau selalu mendampingi para Ninik Mamak, Alim Ulama dan masyarakat untuk menghadiri acara-acara kematian, perkawinan dan acara-acara adat lainnya, sehingga mendapat kesempatan yang lebih banyak untuk memperhatikan cara-cara persembahan dan panitahan yang lazim dilakukan. Beliau kemudian menuliskannya dan akhirnya dapat menyelesaikannya pada akhir bulan Januari Merasa tertarik, buku tersebut saya pinjam. Isinya terutama berupa contoh-contoh panitahan yang disusun dalam bentuk skenario. Langsung timbul pemikiran bahwa bilamana tradisi panitahan ingin dilestarikan oleh generasi penerus, maka cara yang paling efektif adalah dengan mengadakan latihan-latihan dengan menggunakan bahan-bahan tertulis seperti ini. Saya dan teman-teman saya yang segenerasi tidak ada yang bisa manitah, apalagi generasi setelah saya, terutama tidak lain disebabkan tidak adanya bahan/contoh tertulis untuk latihan. Namun setelah melihat secara sepintas keseluruhan isi buku, saya menemukan beberapa kesalahan ketik, maklum diketiknya belum menggunakan komputer seperti sekarang ini. Bahkan setelah saya baca halaman demi halaman ternyata ada halaman-halaman yang salah letak/susunannya sehingga saya khawatir akan membingungkan bagi mereka yang menggunakan. Oleh karena itu sejak bulan November 1996, seluruh bahan-bahan yang ada dalam buku tersebut saya susun kembali, sambil mengadakan perbaikan seperlunya dan tetap mengusahakan agar isinya dan terutama maksud yang terkandung didalamnya tidak berubah. Bahan-bahan yang terdapat dalam kata pengantar saya susun menjadi Bab tersendiri berjudul Adat-istiadat Kurai Limo Jorong. Format panitahan juga saya rubah, dengan maksud agar lebih mudah digunakan, yaitu dalam bentuk 2 kolom, kolom yang satu untuk pihak yang menyampaikan panitahan dan kolom yang lain untuk pihak yang menjawab panitahan. Disamping itu setiap babak panitahan diberi nomor urut untuk memudahkan menyebut/menunjuk suatu babak pada waktu latihan. Penyusunan buku ini sangat tergantung pada kesempatan/waktu yang ada dalam kesibukan sehari-hari, sehingga walaupun saya lakukan dengan komputer akan tetapi baru selesai dalam waktu yang lama. Saya merasa salut kepada Bapak Dt. Mangkuto Sutan yang semula menyusunnya hanya dengan menggunakan mesin tik biasa. Disamping bahan tertulis Panitahan Kurai saya juga mendapat fotokopi bahan tertulis lainnya dari Kakanda Awaluddin Dt. Rajomudo dalam bulan Agustus 1997 yang juga berupa ketikan berjudul Tambo Kurai Limo Jorong dan Jabatan Pusako Kepenghuluan. Bahan-bahan di dalamnya kemudian saya gunakan terutama untuk melengkapi Bab 01 tentang Adat-istiadat Kurai Limo Jorong. Demikianlah buku ini saya susun kembali semata-mata dengan maksud agar latihan-latihan dapat diselenggarakan dengan mudah, karena tinggal memilih salah satu judul panitahan yang ada dalam buku ini untuk digunakan dan kemudian masing-masing peserta melakukan latihan dengan membaca babak demi babak sesuai peranannya masing-masing. Lama-lama, setelah beberapa kali latihan, diharapkan panitahan akan hapal dengan sendirinya. Pertemuan-pertemuan tidak resmi seperti acara arisan keluarga, adalah saat yang tepat dan perlu dibiasakan untuk dijadikan ajang tempat latihan, terutama untuk generasi penerus yang ingin berperan serta melestarikan tradisi Panitahan Kurai. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Aziz St. Pangulu selaku Ketua Ikatan Keluarga Tarok Dipo di Jakarta dan sekitarnya yang telah bersedia meminjamkan buku Panitahan Kurai. Juga terima kasih kepada Kakanda Awaluddin Dt. Rajomudo yang telah memberikan fotokopi ketikan Tambo Kurai Limo Jorong dan Jabatan Pusako Kepenghuluan sehingga bab tentang Adat-istiadat Kurai Limo Jorong terasa menjadi lebih lengkap. Segala tegur sapa, terutama untuk perbaikan isi buku ini, sangat diharapkan dari segala pihak. Jakarta, Januari 1998 Penyusun 2 Panitahan Kurai

3 Daftar isi Kata Pengantar... 2 Daftar isi... 3 Bab Adat-istiadat Kurai Lima Jorong... 8 Kekuasaan Secara Adat... 8 Tambo (sejarah) Kurai Lima Jorong... 8 Pucuak Nan Balimo Panghulu Pucuak Nan Sambilan Panghulu Pucuak Nan Duobaleh Acara Adat Mendirikan Panghulu Daftar Niniak Mamak Bab Menjemput Jenazah Babak-01: Panitahan dimulai oleh (Pihak Bapak) kepada (Pihak Anak) bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Pihak Bapak kepada Pihak Anak Babak-02: Sutan Asa kemudian bermufakat dulu dengan dengan Penghulu dari Pihak Anak, yaitu Dt. Pangka Babak-03: Setelah itu panitahan dikembalikan oleh kepada, yaitu bahwa Pihak Bapak telah dapat mengemukakan keinginannya kepada Pihak Anak. Kemudian St Nagari menyampaikan bahwa Pihak Bapak berkeinginan untuk membawa jenazah almarhum ke rumah ransanak-nya (Pihak Bapak). Untuk dapat menjawab permintaan tersebut minta waktu lagi untuk memusyawarahkannya terlebih dahulu secara interen di Pihak Anak Babak-04: Sutan Asa lalu bermufakat dengan istri dan anak-anak almarhum dan kemudian menyampaikan hasilnya kepada Penghulu dari Pihak Anak yaitu Dt. Pangka Babak-05: Dt. Pangka kemudian meminta pendapat Ninik Mamak / Alim Ulama. Untuk itu Dt Pangka menujukan panitahan kepada Dt.Nagari agar supaya Dt. Nagari kemudian memusyawarahkannya dengan Niniak Mamak / Alim Ulama yang hadir Babak-06: Dt. Nagari bermusyawarah dengan Ninik Mamak dan Alim Ulama yang hadir. Hasilnya adalah bahwa keputusannya diserahkan kepada Penghulu dari Pihak Anak, yaitu Dt. Pangka sendiri. Selanjutnya Panitahan dikembalikan kepada Dt. Pangka Babak-07: Oleh Dt. Pangka panitahan dikembalikan kepada, yaitu tentang jawaban terhadap permintaan dari Pihak Bapak, bahwa permintaan Pihak Bapak tersebut tidak dapat dipenuhi karena kewajiban Pihak Anak untuk menyelesaikan jenazah almarhum ( bujua Anak ) adalah sama dengan kewajiban Pihak Bapak ( bujua Bapak ), sehingga Pihak Anak memohon kepada Pihak Bapak agar jenazah almarhum diselesaikan oleh Pihak Anak saja Babak-08: Setelah itu panitahan dikembalikan oleh kepada untuk meneruskan jawaban atas permintaan/keinginan dari Pihak Bapak membawa jenazah almarhum ke rumah Pihak Bapak Babak-09: kemudian bermufakat dengan Ninik Mamak dari Pihak Bapak. Dengan keputusan lah di dalam adaik (bahwa permintaan Pihak Anak untuk menyelesaikan jenazah almarhum dapat diterima) St Nagari lalu mengembalikan panitahan kepada Sutan Asa dengan menyampaikan satu permintaan lagi yaitu agar pelaksanaan pemakaman ( tanam ) mohon dapat diserahkan kepada Pihak Bapak Babak-10: Oleh dimusyawarahkan lagi dengan Pihak Anak, kemudian diteruskan lagi kepada penghulunya (Dt. Basa). Dijawab oleh Dt. Basa bahwa akan dimintakan lagi terlebih dahulu pendapat dari Ninik Mamak / Alim Ulama Babak-11: Dt. Pangka kemudian meneruskan panitahan kepada Dt. Nagari agar dimusyawarahkan dengan Niniak Mamak dan Alim Ulama yang hadir Babak-12: Maka oleh Dt. Nagari dimusyawarahkan dengan sesama Ninik Mamak Alim Ulama. Diperoleh kesepakatan bahwa seyogyanyalah Pihak Bapak yang menetapkan tempat dimana jenazah akan dimakamkan untuk kemudian Pihak Anak yang melaksanakan pemakamannya. Kesepakatan tersebut oleh Dt. Nagari kemudian diteruskan kepada Dt. Pangka Babak-13: Panitahan kemudian dikembalikan lagi oleh Dt. Pangka kepada untuk menyampaikan kesepakatan bahwa seyogyanyalah Pihak Bapak yang menetapkan tempat jenazah akan dimakamkan untuk kemudian Pihak Anak yang melaksanakan pemakamannya Babak-14: mengembalikan panitahan kepada untuk menyampaikan jawaban dari permintaaan Bapak yang ke-dua yaitu bahwa seyogyanyalah Pihak Bapak yang menetapkan tempat jenazah akan dimakamkan untuk kemudian Pihak Anak yang melaksanakan pemakamannya Bab Ameh Kampuang (Mengisi Adat) Panitahan Kurai 3

4 Babak-01: dari Pihak Si Pangka membuka panitahan kepada dari Pihak Nagari Babak-02: kemudian meneruskan panitahan kepada Niniak Mamak Nagari, yaitu Dt. Nagari Babak-03: Oleh Inyiak Dt. Nagari kemudian dibawa bermufakat dengan sesama Niniak Mamak, Alim Ulama, dalam hal ini kepada Inyiak Dt. Pucuak, dengan keputusan alah di dalam adaik Babak-04: Setelah itu panitahan dikembalikan oleh Dt. Nagari kepada Babak-05: Selanjutnya oleh panitahan dikembalikan kepada, dan kemudian menyampaikan maksud panitahan yaitu mengisi adat Babak-06: Maka oleh kemudian dibawa pula bermufakat dengan Niniak Mamak / Alim Ulama, dalam hal ini kepada Dt. Nagari Babak-07: Setelah itu dibawa pula bermufakat oleh Dt. Nagari kepada Alim Ulama, dalam hal ini Tuanku Nagari Babak-08: Tuanku Nagari kemudian bermufakat dengan sesama Alim Ulama dan setelah itu panitahan dikembalikan kepada Dt. Nagari Babak-09: Inyiak Dt. Nagari kemudian meneruskan panitahan kepada Dt. Pucuak dan diperoleh jawaban bahwa maksud panitahan yaitu permintaan dari nan pokok sarato jo nan pangka disepakati sudah di dalam adaik Babak-10: Panitahan selanjutnya dikembalikan oleh Dt. Nagari kepada Babak-11: Kemudian berdiri dua orang cerdik-pandai. Orang pertama menyalami Ninik Mamak satu persatu dan orang ke-dua memberikan uang ala kadarnya dengan urutan secara adat yaitu bajanjang naiak, batanggo turun sesuai kedudukan masing-masing Ninik Mamak. Selanjutnya mengembalikan panitahan kepada dan selesailah acara mengisi adat ini Bab Manatiang Kapan Babak-01: Panitahan dimulai oleh Pihak Anak () dengan terlebih dahulu memberi hormat (dengan cara mengangguk) kepada Ninik Mamak Pihak Bapak (Dt. Pangka) Babak-02: Kemudian menyampaikan panitahan kepada (pihak sipangkalan) Babak-03: Sebelum menjawab panitahan dari, terlebih dahulu memberi hormat (dengan cara mengangguk) kepada penghulu, ninik mamak, alim ulama nagari atau tamu Babak-04: lalu menjawab panitahan yang disampaikan oleh Babak-05: Setelah itu oleh St.Asa dibawa bermufakat dengan ninik mamak sipangkalan (Dt. Pangka) Babak-06: Kemudian oleh Dt. Pangka dibawa lagi bermufakat dengan penghulu, ninik mamak dan alim ulama (Dt. Dusun) Babak-07: Oleh Dt. Dusun kemudian dibawa lagi bermufakat dengan penghulu yang lebih tinggi (Dt. Kampung) Babak-08: Dt. Kampung kemudian bermufakat lagi dengan alim ulama nagari (Tuanku Nagari) Babak-09: Tuanku Nagari kemudian bermusyawarah dengan sesama alim ulama. Keputusannya disampaikan kepada Dt. Kampung Babak-10: Oleh Dt. Kampung panitahan diteruskan kepada Dt. Nagari (yang tertinggi kedudukannya menurut adat) untuk mengambil keputusan Babak-11: Setelah itu panitahan dikembalikan oleh Dt. Kampung kepada Dt. Dusun Babak-12: Selanjutnya Dt. Dusun mengembalikan panitahan kepada Dt. Pangka Babak-13: Dt. Pangka menyerahkan kain kapan yang telah disediakan oleh anak cucu almarhum untuk penyelenggaraan mayat. Uang yang disediakan (dibungkus dengan sapu tangan) oleh anak cucu almarhum, misalnya Rp.4.500,- diambil sekadarnya, misalnya Rp.500,-, oleh Dt. Pangka. Kemudian Dt. Pangka melanjutkan panitahan kepada untuk mengembalikan sisa uang kepada anak cucu almarhum Babak-14: Akhirnya panitahan dikembalikan oleh kepada, dan selesailah panitahan manatiang kapan ini Bab Meminta Maaf Selesai Pemakaman Babak-01: Pihak kapalo koto nan pangka () sebelum memulai panitahan dengan terlebih dahulu memberi hormat kepada ninik-mamak/alim-ulama Pihak Nagari yang hadir di pemakaman. Kemudian menyampaikan permitaan kepada Nagari melalui St. Nagari agar memaafkan segala kesalahan almarhum Babak-02: juga tidak langsung menjawab, akan tetapi seperti yang dilakukan oleh St. Asa, dia harus memberi hormat terlebih dahulu kepada Ninik Mamak Alim Ulama dari pihak Nan Pangka Babak-03: Maka bermufakat dengan meneruskan panitahan kepada alim-ulama Babak-04: Selanjutnya pihak Alim Uama (Tuanku Nagari) bermufakat dengan Ninik Mamak. Dijawab oleh Ninik Mamak bahwa jawabannya diserahkan kepada kesepakatan para 4 Panitahan Kurai

5 Alim Ulama Babak-05: MakaTuanku Nagari menyampaikan harapan dari para ahli-waris kepada ninikmamak/alim-ulama dan semua yang hadir: Assalaamu alaikum warah matullaahi wabarakaatuh! Salam nan disampaikan pado Niniak Mamak, Alim Ulama sarato Nagari nan hadir, bahwasonyo pado hari ko lah bapulang karahmatullah urang tuo kito. Harapan ahli waris, kok ado sakironyo kasalahan almarhum samaso hayaik, ahli waris minta ridho jo maaf. Baa di kito?. Dijawab oleh hadirin: Kito bari maaf dan kito mintakan pulo maaf kapado ahli waris!. Selanjutnya Tuanku Nagari mengembalikan panitahan kepada Sutan Nagari Babak-06: kemudian mengembalikan panitahan kepada Babak-07: bermufakat dengan pihak ahli-waris (St. Warih) Babak-08: Selanjutnya mengembalikan panitahan kepada Babak-09: kemudian bermufakat dengan alim-ulama nagari (Tuanku Nagari) Babak-10: Tuanku Nagari kemudian bermufakat dengan ninik-mamak nagari (Dt. Nagari).. 50 Babak-11: Tuanku Nagari selanjutnya mengembalikan panitahan kepada Babak-12: Sutan Nagari akhirnya mengembalikan panitahan kepada dan akhirnya acara ditutup dengan pembacaan do a Bab Tahlil di Hari Ke-tujuh / Mendirikan Penghulu Babak-01: Seorang cerdik-pandai () diutus untuk menuntut kepada karajo nan bapokok, silang nan bapangka () agar dibari jo panitahan (memulai pembicaraan) Babak-02: Maka dibawalah bermufakat oleh kepada Dt. Pangka Babak-03: Dt. Pangka kemudian bermufakat dengan Dt. Pucuak Pangka Babak-04: Kemudian panitahan dikembalikan oleh Dt. Pangka kepada Babak-05: Selanjutnya mengembalikan panitahan kepada Babak-06: sebagai kapalo koto nan pangka berdiri dan kemudian menyampaikan panitahan kepada sebagai kapalo koto nagari. Sebelumnya terlebih dahulu memberi hormat kepada ninik-mamak/alim-ulama nagari Babak-07: kemudian juga memberi hormat terlebih dahulu kepada ninik-mamak/alimulama dari nan pangka, kemudian baru menjawab panitahan Babak-08: bermufakat dengan pihak ninik-mamak nagari (Dt. Nagari) Babak-09: Dt. Nagari bermufakat terlebih dahulu dengan Dt. Pucuak Nagari Babak-10: Dt. Nagari kemudian mengembalikan panitahan kepada Babak-11: Selanjutnya mengembalikan panitahan kepada Babak-12: bermufakat terlebih dahulu dengan pihak ninik-mamak nagari (Dt. Nagari) Babak-13: Dt. Nagari kemudian bermufakat dengan pihak alim-ulama (Taanku Nagari) Babak-14: Tuanku Nagari selanjutnya bermufakat dengan sesama alim-ulama dan setelah itu beliau mengembalikan panitahan kepada Dt. Nagari Babak-15: Oleh Dt. Nagari panitahan diteruskan kepada Dt. Pucuak Nagari untuk mengambil keputusan Babak-16: Kemudian Dt. Nagari mengembalikan panitahan kepada Babak-17: Selanjutnya mengembalikan panitahan kepada Babak-18: kemudian bermufakat dengan ninik-mamak pihak nan pangka (Dt. Pangka) Babak-19: Dt. Pangka bermufakat lagi dengan Dt. Pucuak Pangka Babak-20: Kemudian Dt. Pangka mengembalikan panitahan kepada Babak-21: Selanjutnya mengembalikan panitahan kepada Babak-22: Maka berdirilah salah seorang cerdik-pandai bersama Dt. Asa menyalami ninik-mamak secara berjenjang naik bertangga turun. Setelah itu Dt. Asa dipersilahakan ke tempat duduknya menurut adat. Selanjutnya panitahan dikembalikan oleh kepada St. Nagari untuk mengajukan satu permintaan lagi yaitu untuk mengganti gelar beberapa orang Babak-23: kemudian bermufakat dengan ninik-mamak nagari yaitu Dt. Nagari Babak-24: Dt. Nagari selanjutnya bermufakat untuk mengambil keputusan dengan penghulu pucuk nagari yaitu Dt. Pucuak Nagari Babak-25: Dt. Nagari kemudian mengembalikan panitahan kepada Babak-26: mengembalikan panitahan kepada untuk meminta pejelasan tentang permintaan yang kedua (siapa-siapa yang akan diganti gelarnya) Babak-27: kemudian meminta kepada Pihak Nagari agar gelar atau gelar pengganti yang telah diberikan tersebut dihimbaukan di labuah nan golong dipasa nan rami Babak-28: selanjutnya bermufakat terlebih dahulu dengan ninik-mamak nagari (Dt. Nagari) Babak-29: Dt. Nagari kemudian bermufakat dengan alim-ulama nagari (Tuanku Nagari Babak-30: Babak-31: Tuanku Nagari selanjutnya bermusyawarah dengan sesama alim-ulama kemudian mengembalikan panitahan kepada Dt. Nagari Dt. Nagari kemudian bermusyawarah dengan Dt. Pucuak Nagari untuk mengambil keputusan Panitahan Kurai 5

6 Babak-32: Babak-33: Salah seorang alim-ulama/cerdik-pandai kemudian mengumumkan kepada semua yang hadir: Assalaamu alaikum w.w.! Salam nan disampaikan kapado niniak mamak, alim ulama, sarato nan hadir di tangah rumah, bahwa pado hari iko kito alah dapek datang basamo mintak mahari pangangkatan Angku Datuak Asa. Karano biaso manuruik undang, kok ketek lah banamo, kok gadang lah bagala, nan bagala bakisa gala, baparmintaan nan pangka sarato nan pokok kapado kito basamo supayo mahimbauan di labuah nan golong, di pasa nan rami. Baa dikito duh?. Dijawab oleh hadirin: Samo mailimukan malah kitoh! Selanjutnya panitahan dikembalikan oleh Dt. Nagari kepada selanjutnya mengembalikan panitahan kepada dan berakhirlah panitahan Bab Batimbang Tando (Tukar Cincin) Babak-01: Panitahan dimulai oleh kapalo koto nagari () kepada kapalo koto sipangkalan () Babak-02: meneruskan panitahan kepada mamak-rumah (St. Kayo) Babak-03: St. Kayo kemudian menyampaikan panitahan kepada Dt. Pangka untuk mengambil keputusan Babak-04: Setelah itu St. Kayo mengembalikan panitahan kepada Babak-05: Selanjutnya mengembalikan panitahan kepada Babak-06: kemudian bermufakat dengan penghulu pihak nan pangka (Dt. Pangka) Babak-07: mengembalikan panitahan kepada Babak-08: memberikan cincin atau kain kepada dan St Asa juga memberikan cincin atau kain kepada sebagai tukarannya. Setelah itu masing-masing meneruskan cincin atau kain tersebut kepada ninik-mamak masing-masing. Selanjutnya melanjutkan panitahan kepada Babak-09: bermufakat bersama-sama dengan keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan dan diperoleh keputusan untuk melaksanakan pernikahan dalam waktu 3 bulan lagi. Keputusan tersebut disampaikan dengan panitahan oleh kepada St. Nagari Babak-10: bermufakat dengan ninik-mamak nagari (Dt. Nagari) Babak-11: Akhirnya mengembalikan panitahan kepada dan selesailah panitahan Bab Mempersilahkan Makan Babak-01: Panitahan dimulai oleh pihak karajo nan bapokok silang nan bapangka () kepada pihak nagari () Babak-02: bermufakat terlebih dahulu dengan ninik-mamak/alim-ulama nagari (Tuanku Nagari) Babak-03: Oleh Tuanku Nagari kemudian dimusyawarahkan dengan sesama alim-ulama, selanjutnya disampaikan kepada ninik-mamak untuk mengambil keputusan Babak-04: Panitahan selanjutnya dikembalikan kepada Babak-05: Akhirnya mengembalikan panitahan kepada dan selesailah panitahan Bab Mohon Pamit untuk Pulang Babak-01: Panitahan dimulai oleh kapalo koto nagari () kepada kapalo koto nan pangka () Babak-02: Oleh dimufakatkan dulu dengan urang sumando, sesudah itu panitahan disampaikan kepada mamak rumah (St. Pangka) Babak-03: St. Pangka kemudian bermufakat dengan penghulu (Dt. Pangka) untuk mengambil keputusan Babak-04: Selanjutnya oleh St. Pangka panitahan dikembalikan kepada Babak-05: kemudian mengembalikan panitahan kepada Babak-06: bermufakat dengan ninik-mamak/alim-ulama (Tuanku Nagari) Babak-07: Tuanku Nagari bermusyawarah dengan sesama alim-ulama, kemudian panitahan disampaikan kepada ninik-mamak (Dt. Nagari) untuk mengambil keputusan Babak-08: Tuanku Nagari mengembalikan panitahan kepada Babak-09: mengembalikan panitahan kepada Babak-10: bermufakat dengan penghulu dari tuan rumah (Dt. Pangka) Babak-11: mengembalikan panitahan kepada Bab Tukuak-tambah : Pamitan Setelah Mengantar Marapulai Babak-01: bermufakat dengan penghulu dari tuan rumah (Dt. Pangka) dan Dt. Pangka menyerahkan tukuak tambah nya kepada Babak-02: mengembalikan panitahan kepada Babak-03: bermufakat dengan ninik-mamak nagari (Dt. Nagari) Babak-04: Akhirnya mengembalikan panitahan kepada dan selesailah 6 Panitahan Kurai

7 panitahan Bab Tukuak-tambah : Pamitan Khusus Setelah Ta ziah Babak-01: bermufakat dengan penghulu dari tuan rumah (Dt. Pangka) dan Dt. Pangka menyerahkan tukuak tambah nya kepada Babak-02: mengembalikan panitahan kepada Babak-03: bermufakat dengan alim-ulama nagari (Tk. Nagari) Babak-04: Tk. Nagari kemudian bermusyawarah dengan sesama ulama dan hasilnya kemudian disampaikan kepada ninik mamak untuk mengambil keputusan Babak-05: Tk. Nagari menyampaikan permintaan untuk datang takziah pada malam ke-dua: Assalamu alaikum, w.w.! Salam nan disampaikan kapado niniak mamak, alim ulama, sarato kito basamo. Samaso di hari nan cako alah baparmintaan kito kapado karajo nan bapokok silang nan bapangka mintak dilapeh jo hati nan suci, jo muluik nan manih. Nan jadi buah jo bari di karajo nan bapokok sialng nan bapangka tu kini, sapanjang parmintaan kito basamo alah babari di karajo nan bapokok silang nan bapangka. Tapi sungguahpun alah babari, baparmintaan juo karajo nan bapokok silang nan bapangka limpahan kamurahan kito basamo untuk datang ratik di malam nan ka-duo. Baa di kito duh? Dijawab oleh hadirin: Insya Allah. Selanjutnya Tk. Nagari mengembalikan panitahan kepada Babak-06: Akhirnya mengembalikan panitahan kepada dan selesailah panitahan Bab Tukuak-tambah : Permintaan Berdoa Sebelum Pamit Babak-01: bermufakat dengan penghulu dari tuan rumah (Dt. Pangka) dan Dt. Pangka menyerahkan tukuak tambah nya kepada Babak-02: mengembalikan panitahan kepada Babak-03: bermufakat dengan alim-ulama nagari (Tk. Nagari) Babak-04: Tk. Nagari kemudian bermusyawarah dengan sesama ulama dan hasilnya kemudian disampaikan kepada ninik mamak untuk mengambil keputusan Babak-05: Selanjutnya Tk. Nagari mengembalikan panitahan kepada Babak-06: Akhirnya mengembalikan panitahan kepada dan selesailah panitahan DAFTAR NINIK MAMAK / PENGHULU DI KURAI LIMO JORONG *** Panitahan Kurai 7

8 Kekuasaan Secara Adat Bab Adat-istiadat Kurai Lima Jorong Kekuasaan secara adat di Kurai Limo Jorong berdasarkan azas bajanjang naiak, batanggo turun, ka ateh bapucuak bulek, ka bawah baurek tunggang. Begitu pulalah kedudukan Penghulu Adat, Niniak Mamak menurut adat. Bajanjang naiak artinya: kemenakan barajo (beraja) kepada mamak (paman), mamak beraja kepada Niniak Mamak, Niniak Mamak beraja kepada Mufakat, mufakat beraja kepada Kebenaran (yang semata-mata datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala). Batanggo turun artinya: Kebenaran itu datangnya semata-mata dari Allah, dari Allah turun ke Rasul, dari rasul turun ke Alim Ulama (Niniak Mamak), dari Alim Ulama turun ke Mamak dan dari Mamak turun ke Kemenakan. Berdasarkan azas tersebut maka seorang Kemenakan harus patuh kepada nasehat yang benar dari Mamaknya, seorang Mamak harus mematuhi nasehat yang benar dari Niniak Mamak (Alim Ulama), seorang Niniak Mamak (Alim Ulama) harus patuh kepada Allah dan RasulNya yaitu atas segala perintah dan larangannya yang hakiki yang tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Kekuasaan yang paling rendah menurut adat adalah kekuasaan seorang laki-laki di rumah ransanak-nya (rumah suaudaranya yang perempuan) sebagai Mamak. Menurut kebudayaan asli Minangkabau, khususnya kebudayaan asli Kurai, seorang laki-laki berdomisili di dua tempat, yaitu di rumah anak dan di rumah ransanak. Kalau dia sedang tidak ada di tempatnya mencari nafkah atau di warung kopi tempat dia biasa berkumpul-kumpul dengan teman-temannya, mungkin dia sedang berada di rumah ransanaknya atau kalau sudah malam di rumah anaknya. Rumah anak, menurut kebudayaan asli Kurai, adalah rumah tempat tempat tinggal istri dan anakanaknya atau rumah tempat seorang laki-laki pulang setelah mencari nafkah. Pada jaman dahulu masyarakat Kurai pada umumnya adalah petani. Pagi subuh sudah berangkat ke sawah yang sudah ada sejak turun temurun. Di sawah dia adalah seorang buruh tani karena secara adat yang menguasai sawah dan segala hasil pertanian yang diperoleh dari sawah itu adalah saudaranya yang perempuan (ransanaknya). Sebagai buruh tani dia akan memperoleh sebagian dari hasil pertanian untuk dibawa pulang ke rumah anak-nya. Ada anekdot, bahwa seorang laki-laki Minang tidak pernah bertemu dengan anak-anaknya. Pagi-pagi sekali sebelum anak-anaknya bangun, dia sudah berangkat. Dia baru pulang pada malam hari setelah semua anak-anaknya sudah tidur. Sampai akhirnya setelah besar, anak-anaknya sendiri yang datang menemuinya. Anak-anaknya kemudian bingung karena Bapaknya bertanya: Kalian ini siapa...?. Rumah ransanak adalah rumah asal tempat setiap laki-laki dilahirkan. Setelah dia akil-balig, menurut kebudayaan asli Kurai, seorang anak laki-laki tidak boleh lagi tidur di rumah itu pada malam hari. Biasanya dia kemudian tidur di Surau (langgar/mushalla) bersama-sama teman-temannya yang sebaya, sampai dia menikah. Secara adat dia disebut Mamak di rumah itu. Saudaranya yang perempuan tetap tinggal dirumah itu dan disebut ransanak dari laki-laki tersebut. Kalau sudah menikah, suaminya ikut tinggal di situ dan disebut Urang Sumando dari laki-laki tersebut. Sedangkan laki-laki tersebut disebut Mamak Rumah oleh suami dari saudaranya yang perempuan (ransanaknya). Itulah sebabnya pada jaman dahulu banyak berdiri Rumah Gadang, yaitu rumah besar dengan arsitektur khas Minangkabau. Mula-mula dibangun sebuah Rumah Gadang terdiri dari beberapa kamar tidur untuk menampung semua anak-anak yang perempuan sampai menikah dan beranak-pinak di situ. Kemudian bila pada generasi yang berikutnya ada lagi beberapa orang anak perempuan, maka adalah menjadi kewajiban Mamak Rumah (dari generasi tersebut) untuk membangun lagi sebuah Rumah Gadang yang baru dan kemudian memindahkan ransanaknya (atau semua ransanak-ransanaknya karena bisa lebih dari 1 orang) beserta semua kemenakan-kemenakannya ke sana. Seorang laki-laki sebagai Mamak mempunyai kekuasaan mutlak secara adat di rumah ransanak-nya. Disamping itu, dia juga mungkin berfungsi sebagai buruh tani di sawah yang hak pengelolaannya secara adat dipegang oleh saudara-saudaranya yang perempuan. Sebagai Mamak dia mempunyai wewenang secara adat untuk membuat keputusan-keputusan yang menyangkut masalah adat. Akan tetapi sebagai buruh tani dia harus tunduk kepada ketentuan yang ditetapkan oleh saudaranya yang perempuan tentang pembagian hasil pertanian. Sebaliknya, seorang laki-laki sebagai Sumando tidak mempunyai kekuasaan apa-apa secara adat di rumah anak-nya. Kalau dia sakit, istri dan anak-anaknyalah yang merawatnya di situ. Kalaupun sampai dirawat di Rumah Sakit dan akhirnya meninggal di sana, biasanya lalu jenazahnya dibujurkan (disemayamkan) di Rumah Anak-nya, sampai semua ransanaknya datang dan disebut bujua (bujur). Tambo (sejarah) Kurai Lima Jorong 8 Panitahan Kurai

9 Berdasarkan penuturan Dt. Saribasa yang bersumber pula dari Dt. Mangulak Basa dan kemudian ditulis oleh Dt. Rangkayo Tuo, disebutkan bahwa yang mula-mula datang untuk bermukim di Kurai Limo Jorong adalah dua rombongan yang datang dari Pariangan Padang Panjang. Kedua rombongan itu yang berjumlah kurang aso saratuih (+100) orang, mula-mula menuju Tanjung Alam dalam Nagari Sungai Tarap, sesudah itu terus menuju ke suatu tempat yang bernama Padang Kurai. Disini rombongan itu kemudian terbagi dua, yaitu Rombongan Pertama menuju ke Tanjung Lasi dan Rombongan Kedua menuju ke Biaro Gadang. Rombongan pertama, yang dikepalai oleh Bandaharo nan Bangkah, dari Tanjung Lasi terus ke Kubang Putih, kemudian terus ke hilir, berhenti di suatu tempat yang dinamai Gurun Lawik (daerah Kubu Tinggi sekarang dalam Jorong Tigo Baleh). Selanjutnya perjalanan diteruskan melalui Babeloan berbelok ke Puhun (Barat) dan sampailah di suatu tempat yang kemudian diputuskan untuk bermukim di situ. Tempat itu oleh Bandaharo nan Bangkah dinamai Koto Jolong (Pakan Labuah sekarang, dalam Jorong Tigo Baleh). Rombongan yang datang dari arah Mudik (Selatan) ini adalah rombongan yang pertama yang sampai di Kurai Limo Jorong. Rombongan kedua dipimpin oleh Rajo Bagombak gelar Yang Pituan Bagonjong. Ibunda Yang Pituan Bagonjong bernama Puti Ganggo Hati dan adiknya bernama Puti Gumala Ratna Dewi juga ikut dalam rombongan. Dari Biaro Gadang, yaitu dari arah Ujung (Timur), rombongan ini kemudian menuju ke suatu tempat yang dinamai Pautan Kudo (daerah persawahan di Parit Putus sekarang ini dan menjadi pusaka turun temurun Yang Dipituan Bagonjong), yaitu tempat dimana Yang Pituan Bagonjong menambatkan kudanya untuk beristirahat terlebih dahulu. Kemudian perjalanan diteruskan menuju ke suatu tempat yang dinamai Koto Katiak dan akhirnya sampai juga di Koto Jolong. Setelah kedua rombongan berkumpul kembali maka terasa tempat permukiman tidak mencukupi untuk semua anggota rombongan, sehingga perlu diadakan musyawarah untuk bermufakat tentang pengembangannya. Dicapailah kata mufakat untuk membuat sebuah perkampungan lagi di sebelah Hilir (Utara) yang kemudian diberi nama Gobah Balai Banyak (Balai Banyak sekarang, dalam Jorong Tigo Baleh). Perkampungan ini dibatasi parit di sebelah Ujung (Timur) yang dinamai Parit Tarantang (Parik Antang sekarang, dalam Jorong Tigo Baleh) dan parit di sebelah Puhun (Barat) yang dinamai Parit Tuo (Tambuo sekarang). Setelah beberapa lama kemudian diadakan lagi mufakat untuk memilih dan mengangkat beberapa orang menjadi Tuo-tuo yang akan mengurus kedua rombongan itu sehari-harinya. Hasil mufakat menetapkan sejumlah 13 orang yang disebut Pangka Tuo, yaitu 6 orang untuk ditempatkan di Hilir (Utara) dan 7 orang untuk ditempatkan di sebelah Mudik (Selatan) dan masing-masingnya diberi gelar Datuak. Semua Pangka Tuo tersebut adalah saadaik salimbago (berada dalam satu kelembagaan) yang disebut Panghulu Nan Tigo Baleh. Dari nama kelembagaan tersebut maka daerah pemukiman itu kemudian diberi nama Tigo Baleh (Tiga Belas). Adapun 6 orang Pangka Tuo yang di Hilir (Urang Nan Anam) adalah: S Dt. Gunung Ameh / Dt. Indo Kayo S Dt. Mangkudun S Dt. Panduko Sati S Dt. Sikampuang S Dt. Mangulak Basa S Dt. Sari Basa Sedangkan 7 orang Pangka Tuo yang di Mudiak (Urang Nan Tujuah) adalah: S Dt. Rangkayo Basa S Dt. Nan Adua S Dt. Mantiko Basa / Dt. Kapalo Koto S Dt. Asa Dahulu S Dt. Maruhun S Dt. Pado Batuah S Dt. Dunia Basa Sebutan Urang Nan Anam dan Urang Nan Tujuah sampai sekarang masih tetap dipakai untuk menunjukan keutamaan gelar kepenghuluan yang bersangkutan sebagai gelar pusaka yang diwarisi dari Tuo-tuo yang mulamula datang bermukim di Kurai Limo Jorong, terutama dalam mengatur posisi duduk dalam pertemuan adat (Lihat Acara Adat Mendirikan Penghulu ). Sesuai ketentuan di ranah Minang pada umumnya, perkawinan diperbolehkan antar suku, sedangkan kesukuan ditentukan berdasarkan garis keturunan ibu. Jumlah suku seluruhnya ada 9 suku yaitu: 1. Suku Guci 2. Suku Pisang 3. Suku Sikumbang 4. Suku Jambak 5. Suku Tanjuang 6. Suku Salayan 7. Suku Simabua Panitahan Kurai 9

10 8. Suku Koto 9. Suku Malayu Dari hasil perkawinan antar suku tersebut, para pemukim di Tigo Baleh mempunyai keturunan yang makin lama makin banyak. Pemukiman yang semula hanya di dua tempat, yaitu Pakan Labuah dan Balai Banyak, meluas mulai dari daerah Parak Congkak, Ikua Labuah sampai ke Kapalo Koto. Akhirnya dalam Kerapatan Adat yang diadakan di Parak Congkak diputuskan untuk memindahkan sebagian pemukim menyeberangi parit Tambuo ke sebelah Puhun (Barat), untuk membuka tempat-tempat pemukiman baru. Seluruh daerah pemukiman, termasuk Tigo Baleh, kemudian diberi nama Kurai dan dibagi menjadi 5 bagian, masing-masing disebut Jorong atau Nagari (sehingga disebut juga Kurai Limo Jorong). Kelima jorong tersebut masing-masing kemudian diberi nama: 1. Jorong Mandiangin 2. Jorong Guguk Panjang 3. Jorong Koto Salayan 4. Jorong Tigo Baleh 5. Jorong Aur Birugo Dalam Kerapatan Adat tersebut juga diputuskan bahwa tatkala sebagian dari Panghulu nan Tigo Baleh akan meninggalkan Tigo Baleh maka kelembagaan tersebut terbagi menjadi 2 bagian yaitu Panghulu nan Tigo Baleh di Dalam dan Panghulu nan Tigo Baleh di Lua. Panghulu Nan Tigo Baleh di Dalam adalah sebagian aggota Panghulu nan Tigo Baleh yang tetap tinggal di Tigo Baleh ditambah dengan beberapa orang Tuo-tuo sebagai penghulu yang baru, semuanya berjumlah 14 orang. Sedangkan Panghulu Tigo Baleh di Luar adalah sebagian anggota Panghulu nan Tigo Baleh yang meninggalkan Tigo Baleh, ditambah dengan beberapa orang Tuo-tuo sebagai penghulu yang baru yang ikut pindah ke jorong-jorong yang lainnya, semuanya berjumlah 12 orang (Lihat Daftar Ninik Mamak / Penghulu Kurai Limo Jorong ). Selanjutnya dalam setiap Jorong diangkat masing-masing 4 orang Pangka Tuo Nagari yang secara kelembagaannya seluruhnya disebut Panghulu nan Duopuluah sebagai berikut: 1. Jorong Mandiangin - Dt. Malako Basa suku Pisang - Dt. Dadok Putiah suku Pisang - Dt. Majo Labiah suku Sikumbang - Dt. Barbangso suku Tanjuang 2. Jorong Koto Salayan - Dt. Nan Basa suku Pisang - Dt. Kampuang Dalam suku Koto - Dt. Kuniang suku Guci - Dt. Nan Gamuak suku Salayan 3. Jorong Guguak Panjang - Dt. Nagari Labiah suku Jambak - Dt. Pangulu Basa suku Jambak - Dt. Majo Sati suku Tanjuang - Dt. Subaliak Langik suku Guci 4. Jorong Aur Birugo - Dt. Majo Nan Sati suku Guci - Dt. Sunguik Ameh suku Pisang - Dt. Tan Ameh suku Jambak - Dt. Malayau Basa suku Simabua 5. Jorong Tigo Baleh - Dt. Mangkudun suku Guci - Dt. Indo Kayo Labiah suku Pisang - Dt. Rangkayo Basa suku Sikumbang - Dt. Nan Adua suku Koto Selang beberapa lama kemudian terbentuklah secara mufakat Penghulu nan Duo Puluah Anam, yaitu suatu lembaga yang akan menjalankan adat di Kurai Limo Jorong. Lembaga ini terdiri dari 26 orang penghulu, yaitu: Penghulu nan Balimo atau sekarang disebut Pucuak Nan Balimo 10 Panitahan Kurai

11 Manti nan Sambilan atau sekarang disebut Panghulu nan Sambilan Dubalang nan Duo Baleh atau sekarang disebut Panghulu nan Duo Baleh Disamping itu ada lagi yang disebut Pangka Tuo Nan Saratuih, yaitu Niniak Mamak yang di masingmasing jorong berfungsi sebagai Pangka Tuo Kubu, Pangka Tuo Hindu, Pangka Tuo Kampuang dan Pangka Tuo Banda. Pangka Tuo Kubu dan Pangka Tuo Hindu berkuasa di tempatnya (kubu) masing-masing. Pangka Tuo Kubu yang tertinggi adalah Dt. Samiak dan Dt. Balai. Pangka Tuo Kampuang berkuasa di kampung masing-masing, bekerja sama dengan Pangka Tuo Kubu dan Pangka Tuo Hindu. Dt. Panduko Sati (Tanjuang) adalah Pangka Tuo Kampuang yang tertinggi di Kurai. Pangka Tuo Banda adalah terutama berfungsi di daerah persawahan, yaitu diangkat untuk mengatur secara teknis pembagian air ke sawah-sawah. Pangka Tuo Nagari yang berkuasa penuh di Jorong (nagari) masing-masing dibantu serta bekerjasama dengan Pangka Tuo Kampuang, Pangka Tuo Kubu dan Pangka Tuo Hindu. Dalam kerjasama tersebut dipimpin oleh Penghulu Pucuak yang ada dalam Jorong yang bersangkutan. Dengan demikian maka tingkatan kepenghuluan di Kurai Limo Jorong adalah sebagi berikut: 1. Penghulu Pucuak Nan Balimo 2. Penghulu Pucuak nan Sambilan 3. Penghulu Pucuak nan Duo Baleh 4. Empat penghulu yang dianggap termasuk Nan Duo Baleh atau Nan Duo Puluah Anam. 5. Ninik Mamak Pangka Tuo Nagari 6. Ninik Mamak Pangka Tuo Kampuang 7. Ninik Mamak Pangka Tuo Kubu 8. Ninik Mamak Pangka Tuo Hindu Pangka Tuo Banda tidak termasuk dalam tingkatan kepenghuluan karena penghulu ini hanya mempunyai tugas dan kewajiban khusus menyangkut teknis pengairan dan tidak mempunyai wewenang dan tanggung jawab dari segi adat. Semuanya itu disebut Niniak Mamak nan Balingka Aua yang dengan Panghulu nan Duo Puluah Anam merupakan Pucuak Bulek Urek Tunggang dalam Lembaga Kerapatan Adat Kurai Limo Jorong. Semua penghulu disebut nan gadang basa batuah. Yang menggadangkan adalah bako dan anak pusako, yang membasakan adalah nagari dan yang menuahkan adalah anak kamanakan. Pucuak Nan Balimo Pucuak nan Balimo adalah pimpinan adat tertinggi di Kurai Limo Jorong yang aggotanya terdiri dari: - Dt. Bandaharo suku Guci - Dt. Yang Pituan suku Pisang - Dt. Sati suku Sikumbang - Dt. Rajo Mantari suku Jambak - Dt. Rajo Endah suku Tanjuang Pucuak Bulek nan Balimo diketuai oleh Dt. Bandaharo. Setiap keputusan yang telah dimufakati oleh Penghulu Pucuak nan Sembilan serta Penghulu Pucuak nan Duo Baleh mula-mula dihantarkan kepada Dt. Rajo Endah, kemudian diteruskan kepada Dt. Rajo Mantari, selanjutnya kepada Dt. Sati dan kemudian kepada Dt. Yang Pituan sebelum akhirnya kepada Dt. Bandaharo untuk diputuskan secara bulat, sarupo pisang gadang, dibukak kulik tampak isi, lalu dimakan habih-habih. Dt. Bandaharo disebut pusek jalo pumpunan ikan, mamacik kato nan bulek. Juga dikenal sebagai nan basawah gadang. Dt. Yang Pituan, dikenal sebagai nan batabuah larangan karena tugasnya untuk mengumpulkan / memanggil seluruh ninik-mamak / penghulu Kurai Limo Jorong untuk hadir dalam suatu acara adat, dibantu oleh Dt. Panghulu Sati dan Dt. Panghulu Basa. Dt. Sati, dikenal sebagai nan bapadang puhun atau bapadi sakapuak hampo, baameh sapuro lancuang dan tetap di Campago, Mandiangin, sehingga disebut juga gadang sabingkah tanah di Mandiangin. Panitahan Kurai 11

12 Dt. Rajo Mantari, dikenal sebagai nan baguguak panjang dan dikatakan gadang sabingkah tanah di Guguak Panjang. Dt. Rajo Endah, dikenal sebagai nan babonjo baru (di daerah Tarok). Panghulu Pucuak Nan Sambilan Panghulu Pucuak nan Sambilan berfungsi untuk membulatkan keputusan hasil mufakat Panghulu nan Duo Baleh, bulek sarupo Inti, sebelum dihantarkan kepada Pucuak Bulek nan Balimo. Yang termasuk Panghulu nan Sambilan adalah: - Dt. Pangulu Sati suku Tanjuang - Dt. Maharajo suku Guci - Dt. Batuah suku Sikumbang - Dt. Kayo suku Jambak - Dt. Sinaro suku Simabua - Dt. Putiah suku Pisang - Dt. Nan Baranam suku Salayan - Dt. Bagindo Basa suku Koto - Dt. Rajo Mulia suku Pisang Dt. Pangulu Sati adalah pimpinan adat Panghulu nan Sambilan. Dt. Maharajo menguatkan pimpinan adat, memimpin penyelesaian masalah-masalah adat dibantu oleh Dt. Batuah dan Dt. Kayo. Dt. Panghulu Sati, Dt. Maharajo, Dt. Batuah dan Dt. Kayo disebut manti atau Basa Ampek Balai, yang berfungsi untuk mengambil keputusan menurut adat. Dt. Sinaro bersama-sama Dt. Putiah mengambil keputusan menurut adat, salangkah indak lalu, satapak indak suruik, maampang tuhua mamakok mati dan buliah suruik lalu. Dt. Nan Baranam dikenal bataratak bakoto asiang. Dt. Bagindo Basa dikenal baparik bakoto dalam. Dt. Rajo Mulia dikenal sebagai nan bungsu dari nan sambilan. Panghulu Pucuak Nan Duobaleh Panghulu Pucuak nan Duo Baleh berfungsi untuk merumuskan keputusan hasil mufakat Panghulu nan Sambilan, mamicak-micak sarupo Pinyaram, sebelum dihantarkan kepada Panghulu Pucuak nan Sambilan. Yang termasuk Panghulu nan Duo Baleh adalah: - Dt. Malaka suku Guci - Dt. Pangulu Basa suku Sikumbang - Dt. Simajo Nan Panjang suku Tanjuang - Dt. Rangkayo Nan Basa suku Jambak - Dt. Garang suku Koto - Dt. Bagindo suku Pisang - Dt. Tan Muhamad suku Salayan - Dt. Nan Angek suku Pisang - Dt. Panjang Lidah suku Simabua - Dt. nan Labiah suku Pisang - Dt. Palimo Bajau suku Tanjuang - Dt. Tumbaliak suku Guci Balai. Dt. Malaka, Dt. Panghulu Basa, Dt. Rangkayo Basa dan Dt. Simajo nan Panjang juga disebut Basa Ampek Dt. Bagindo, dalam acara Mendirikan Penghulu adalah penghulu yang pertama menerima bagian daging dan tidak seperti untuk penghulu yang lainnya daging tersebut dicincang terlebih dahulu. Dt. Bagindo juga berfungsi menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penghulu-penghulu di Kurai Limo Jorong. Disamping itu setiap kali mengadakan pertemuan antara penghulu-penghulu, untuk acara apapun, Dt. Bagindo juga berfungsi menyediakan makanan/minuman. Untuk itu Dt. Bagindo mempunyai sawah paduan yaitu sawah yang hasilnya oleh 12 Panitahan Kurai

13 Dt. Bagindo digunakan untuk membiayai penyelenggaraan setiap pertemuan tersebut. Dt. Bagindo dibantu oleh Dt. Putiah dan Dt. Rajo Mulia. Dt. Simarajo Nan Panjang pada masa dahulu adalah penghulu yang jabatannya menguasai semua kubukubu di Kurai Limo Jorong dan menjagainya. Dt. Nan Angek dan Dt. Putiah disebut urang Pisang ampek rumah. Dt. Panghulu Basa dan Dt. Batuah disebut bagobah di Balai Banyak. Dt. Garang dan Dt. Bagindo Basa baparik Koto Dalam. Dt. Tan Muhamad disebut babingkah tanah dan adalah panghulu yang bungsu di antara Panghulu Nan Duo Baleh. Termasuk juga dalam Panghulu Nan Duo Baleh adalah Dt. Batuduang Putiah (Pisang), Dt. Nan Laweh (Pisang), Dt. Asa Basa (Jambak) dan Dt Majo Basa (Jambak). Kalau ada acara meresmikan Pangka Tuo Banda secara adat, maka ke-empat penghulu ini bekerjasama satu sama lain menjadi cancang mahandehan, lompek basitumpu. Yang tertinggi atau sebagai pimpinan dalam kerjasama di antara ke-empat penghulu ini, adalah Dt. Batuduang Putih. Acara Adat Mendirikan Panghulu Acara adat mendirikan penghulu adalah acara adat dalam rangka mengukuhkan pemakaian gelar pusaka oleh seseorang yang sebelumnya telah dicalonkan menjadi seorang Penghulu/Ninik mamak sehingga untuk selanjutnya penghulu yang bersangkutan berwenang dan bertanggung-jawab melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam menjalankan adat sesuai menurut tingkatannya di Kurai Limo Jorong. Umumnya acara adat mendirikan penghulu diadakan dalam bentuk sebuah perhelatan di sebuah Rumah Gadang yang sekurang-kurangnya berukuran tigo ruang. Rumah Gadang yang digunakan tersebut batirai balangiklangik, batabia bapaka, badulang badalamak, bacerek bacarano, baaguang batalempong, bamarawa bagaba-gaba, bapayuang-panji bapaga-jendela. Setiap rumah gadang terdiri dari tigo ririk dan tempat duduk para penghulu diatur oleh juaro sesuai menurut kategori masing-masing penghulu sebagai Panghulu Nan Tigo Baleh (lihat Daftar Niniak Mamak / Penghulu di Kurai Limo Jorong), yaitu: Ririk Satu, yaitu di sebelah biliak (ruang tidur) adalah tempat duduk yang disediakan untuk Ninik Mamak yang termasuk Panghulu Nan Anam. Ririk Duo, yaitu sebelah pintu ke kanan adalah tempat duduk yang disediakan untuk Ninik Mamak yang termasuk Panghulu Nan Tujuah. Ririk Tigo, yaitu di ruang tengah adalah tempat duduk yang disediakan untuk Ninik Mamak yang termasuk Panghulu Nan Anam & Nan Tujuah. Tergantung tingkatan gelar pusaka yang akan dikukuhkan, acara perhelatan adat Mendirikan Penghulu dibedakan atas: Mendirikan Panghulu Pucuak Nan Balimo dan atau Panghulu Pucuak Nan Sambilan Acara ini diselenggarakan dengan memotong satu ekor kerbau dan satu ekor sapi. Daging kerbau untuk dibagi-bagikan kepada seluruh Ninik Mamak di Kurai Limo Jorong, sedangkan daging sapi untuk dimasak dan kemudian dimakan habis. Mendirikan Panghulu Nan Duo Baleh Acara ini diselenggarakan dengan memotong satu ekor Sapi untuk dimasak dan kemudian dimakan habis. Mendirikan Panghulu Urek Tunggang Acara ini diselenggarakan cukup dengan menyediakan kepala kerbau untuk dimasak dan kemudian dimakan habis. Dilihat dari sifat dan latar belakang diadakannya, acara mendirikan Panghulu dapat dibedakan lagi sebagai berikut: Panitahan Kurai 13

14 Patah Tumbuah, Hilang Baganti Diadakan karena penghulu yang memakai gelar pusaka yang bersangkutan telah meninggal dunia. Patah tumbuah artinya dari yang patah itu tumbuh penggantinya, yaitu dari kapalo ka bahu, dari mamak ka kamanakan artinya calon penggantinya adalah generasi langsung dalam garis keturunan ibu. Hilang Baganti artinya bila tidak ada lagi generasi yang berikutnya secara langsung dari garis keturunan ibu atau disebut sudah punah, maka dicarikan penggantinya yang sagagang atau yang yang basabalahan gagang dari penghulu yang meninggal. Gelar pusaka yang bersangkutan dipakaikan kepada calon penggantinya pada waktu memandikan jenazah dan acara Mendirikan Penghulu dilkasanakan pada waktu tanah pemakaman masih merah. Acara ini dilaksanakan menurut adat disebut sasukek hanguih, sarandam basah, artinya perhelatan sekali habis. Hiduik Bakarilahan, Mati Batungkek Budi Diadakan karena penghulu yang memakai gelar pusaka yang bersangkutan, oleh karena sesuatu hal perlu diganti atau dipindahkan gelarnya kepada orang lain. Hiduik bakarilahan artinya penghulu yang bersangkutan sudah tidak kuasa lagi memikul tugas dan tanggung-jawab menjalankan adat, bukik nan didaki alah tinggi, lurah nan dituruni alah dalam. Acara perhelatannya menurut adat balapiak basah badaun cabiak (seperti perhelatan menyempurnakan penghulu). Yang dimaksud mati batungkek budi adalah dari mamak ke kemenakan atau ke cucu dan seterusnya dari garis keturunan ibu. Acara perhelatannya sama dengan acara perhelatan patah tumbuh hilang baganti. Gadang Balega, Pusako Basalin Yang dikatakan gadang balega yaitu kalau seorang penghulu telah sempurna menurut adat (telah berhelat ), kalau dia meninggal maka gelar pusakanya dipakaikan kepada legarannya. Yang dikatakan pusako basalain yaitu kalau seorang penghulu meninggal maka harta pusaka peninggalannya jatuh kepada warisnya menurut adat. Acara perhelatannya menurut adat cukup sesuai rukun dan syaratnya seperti perhelatan menyempurnakan penghulu. Gadang Samparono, Tungkek Badiri Yaitu bilamana seorang penghulu pucuak telah sempurna menurut adat (telah berhelat ), maka didirikan tungkek sebagai pengganti. Kalau penghulu yang bersangkutan meninggal maka tungkek tersebut dipakaikan kepada legarannya. Acara perhelatannya sama seperti perhelatan gadang balega pusako basalin. Lamah Bapandano, Condong Bapanungkek Yaitu bilamana seorang penghulu, oleh karena sesuatu hal, tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai penghulu, maka penghulu yang bersangkutan boleh mewakilkannya kepada kemenakan atau cucunya, akan tetapi wewenang dan tanggung jawab adat tetap dipegang oleh penghulu yang bersangkutan. Acaranya boleh dengan perhelatan besar atau kecil asal balapiak basah badaun cabiak. Mambangkik Batang Tarandam Yaitu memakaikan gelar pusaka yang sudah lama tidak dipakai. Perhelatannya boleh besar atau kecil atau cukup dengan bertahlil saja. Daftar Niniak Mamak Daftar Niniak Mamak / Penghulu di Kurai Limo Jorong selengkapnya, tingkat kepenghuluannya serta jorongnya sebagaimana yang tertera dalam buku Sejarah Kurai yang disusun oleh H. Muhammad Hajrat Dt. Saidi Marajo adalah seperti pada daftar yang terdapat pada bagian akhir buku ini. Daftar ini telah dilengkapi dengan bahan-bahan yang diambil dari dari bahan tertulis Tambo Kurai Limo Jorong dan Jabatan Pusako Kepenghuluan, yaitu dengan menambahkan beberapa kolom tambahan sebagai berikut: Kolom (5) dan (6) tentang kategori masing-masing Penghulu/Ninik Mamak sebagai Panghulu Nan Tigo Baleh. 14 Panitahan Kurai

15 Kolom (5) menyatakan apakah Ninik Mamak yang bersangkutan termasuk Panghulu Nan Anam atau Panghulu Nan Tujuah atau termasuk kedua-duanya. Kolom (6) menyatakan apakah Penghulu/Ninik Mamak yang bersangkutan termasuk Panghulu Nan Tigo Baleh di Dalam atau Panghulu Nan Tigo Baleh di Luar. Kolom (7) menyatakan Penghulu/Ninik Mamak yang bersangkutan Urek Tunggang dari Penghulu/Ninik Mamak yang mana. Kolom (8) menyatakan Penghulu/Ninik Mamak yang lainnya yang menjadi Tungkek dari Ninik Mamak yang bersangkutan. Berbeda dengan daftar aslinya yang dikelompokkan menurut suku, urutan Penghulu/Ninik Mamak dalam daftar ini sengaja disusun menurut urutan abjad dari semua gelar Penghulu/Ninik Mamak yang ada dengan maksud untuk memudahkan mencarinya. *** Panitahan Kurai 15

16 Bab Menjemput Jenazah Dalam acara adat menjemput jenazah ( bujua ) ini Panitahan berlangsung dalam 14 Babak dan dilakukan 1 2 antara Pihak Bapak ) dengan Pihak Anak ) yang melibatkan 4 orang sebagai berikut: : Mewakili Pihak Bapak : Mewakili Pihak Anak Dt. Pangka : Penghulu dari Pihak Anak Dt. Nagari : Ninik Mamak / Alim Ulama Nagari Babak-01: Panitahan dimulai oleh (Pihak Bapak) kepada (Pihak Anak) bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Pihak Bapak kepada Pihak Anak.! Pasambahan tibo pado Sutan! Adopun sambah jo titah nan hambo tibokan pado Sutan nan bak kini nangko, karano alah sampai ajalullah urang tuo kito pado hari nan bak kini, kok lailah nan taragak takana di Pihak Bapak kapado Pihak Anak, alah buliah bana dikatangahkan. Sakianlah pasambahan tibo pado Sutan. Alah sampai buah panitahan Sutan! Pasambahan tibo pado Sutan! Iyolah! Tapi aratinoh sambah jo titah nan cako sajo digampali, adopun nan manjadi buah panitahan di Sutan samaso di hari nan cako, karano alah sampai ajalullah urang tuo kito pado hari nan bak kini, kok lailah nan taragak takana di Pihak Bapak kapado Pihak Anak, alah buliah bana dikatangahkan. Kan baitu buah panitahan Sutan? Buah panitahan Sutan tu alah di dalam adaik. Tapi sungguahpun alah di dalam adaik, karano lai pulo nan manuruik adaik, di adaik kato nan baiyo, di elok jalan nan bamuah. Kok dibao kato jo mupakaik, mananti Sutan buah panitahan, laikoh di dalam adaik? Alah sampai buah panitahan Sutan! Tapi indak hambo ulang bana buah panitahan Sutan, kok diulang itu juo nan kadisabuik. Tan kato Sutan kamambao jo mupakaik alah di dalam adaik. Tan kato alah di dalam adaik, hambo bao malah bamupakaik. Babak-02: Sutan Asa kemudian bermufakat dulu dengan dengan Penghulu dari Pihak Anak, yaitu Dt. Pangka. Dt. Pangka Inyiak Dt. Pangka! Pasambahan tibo pado Inyiak! Tapi aratinoh sambah jo titah nan hambo tibokan kapado Inyiak bak kini nangko, karano bisiak alah kadangaran, kok imbau alah kalampauan, kok maasah alah kadangaran dorongnoh, nan kabarinoh, ikolah nan hambo japuikkan jo pasambahan kapado Inyiak. Alah sampai buah panitahan Sutan 1 ) Yaitu orang-orang yang secara adat berada di bawah kekuasaan almarhum sebagai Mamak dan penghulu-penghulu lainnya dari ransanaknya.. 2 ) Yaitu istri dan anak-anak almarhum, Mamak-rumahnya dan penghulu-penghulu lain dari pihak anak/istrinya. 16 Panitahan Kurai

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 84 TAHUN 1999) TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa meningkatnya perkembangan pembangunan di Propinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya perkembangan

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 84 TAHUN 1999 (84/1999) TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PERATURAN NAGARI SIMARASOK NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG TERITORIAL DAN ULAYAT NAGARI SIMARASOK

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU. A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan

BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU. A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan 1. Tata Letak Nagari Pariangan Kanagari Pariangan berada

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN BATAGAK PANGULU

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN BATAGAK PANGULU STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN BATAGAK PANGULU Dessy Rahmadani 1, Novia Juita 2, Hamidin 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Email: dessyrahmadani63@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN. oleh para pendiri Nagari dengan akiran an, yang menunjukkan sifat. Jadi Arifan

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN. oleh para pendiri Nagari dengan akiran an, yang menunjukkan sifat. Jadi Arifan 21 BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN A. Sejarah Nagari Nagari Aripan berasal dari kata Arif yang berarti pemurah, melapangkan, penolong, terbuka untuk menerima dan lain sebagainya. Lalu kata Arif itu

Lebih terperinci

Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah. Luhak Nan Tigo dan daerah Rantau. Luhak Nan Tigo merupakan tiga daerah

Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah. Luhak Nan Tigo dan daerah Rantau. Luhak Nan Tigo merupakan tiga daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional, daerah-daerah dalam pengaruh Minangkabau disebut Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah Luhak Nan Tigo dan daerah

Lebih terperinci

Nan Tasirek Dalam Balai Adat

Nan Tasirek Dalam Balai Adat Nan Tasirek Dalam Balai Adat Oleh : H.J. Dt. Tungga Nak diulang ulang juo kato sapatah nan manjadi usua pangka dawa, pangka kato indak hilang, kato dahulu batapati, kato kamudian kato bacari, dicari kato

Lebih terperinci

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Praktek Pewarisan Harta Pusaka Tinggi Tidak Bergerak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia.Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan, menjadikan negara ini memiliki etnis serta

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa nagari sebagai kesatuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISIAN PEMETAAN SOSIAL MASYARAKAT HUKUM ADAT (MHA) (IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI MHA SERTA MASALAH SOSIALNYA) KEBERADAAN MHA

DAFTAR ISIAN PEMETAAN SOSIAL MASYARAKAT HUKUM ADAT (MHA) (IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI MHA SERTA MASALAH SOSIALNYA) KEBERADAAN MHA DAFTAR ISIAN PEMETAAN SOSIAL MASYARAKAT HUKUM ADAT (MHA) (IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI MHA SERTA MASALAH SOSIALNYA) KEBERADAAN MHA Identitas MHA Kelembagaan MHA Ulayat MHA No Nama MHA Wilayah/Adm Populasi

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau) PENGAMBILAM KEPUTUSAN DALAM KELUARGA MENURUT BUDAYA MINANGKABAU Oleh : Dra. Silvia Rosa, M. Hum Ketua Jurusan Sastra Daerah Minangkabau FS--UA FS Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya kepemimpinan situasional. Teori yang akan dijelaskan sejalan dengan fokus penelitian yaitu gaya kepemimpinan penghulu Minangkabau.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing di dalamnya. Termasuk Indonesia yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya dengan ciri khas masing-masing.

Lebih terperinci

THE TRADITION OF AWARDING TITLES TO SUMANDO DURING A TRADITIONAL MINANGKABAU WEDDING CEREMONY IN BUKITTINGGI

THE TRADITION OF AWARDING TITLES TO SUMANDO DURING A TRADITIONAL MINANGKABAU WEDDING CEREMONY IN BUKITTINGGI 1 THE TRADITION OF AWARDING TITLES TO SUMANDO DURING A TRADITIONAL MINANGKABAU WEDDING CEREMONY IN BUKITTINGGI Sri oktaviani*, Prof Isjoni M.Si **, Dr. Bedriati Ibrahim *** Email: Srioktaviani18@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002 Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI Menimbang : a. bahwa modal dasar pembangunan Nagari yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

Adapun Monografi Kenagarian di Kecematan Bayang yang menjadi objek penelitian penulis sebagai berikut:

Adapun Monografi Kenagarian di Kecematan Bayang yang menjadi objek penelitian penulis sebagai berikut: BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KECEMATAN BAYANG 1. Monografi Kecamatan Bayang Kecamatan Bayang merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA AKAD NIKAH DAN BARALEK KAWIN DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA WALI NAGARI SUNGAI KAMUYANG Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah pusako adalah tanah hak milik bersama dari pada suatu kaum yang mempunyai pertalian darah dan diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. dimulai sejak tahun 1950-an yang ditandai dengan diadakannya Konferensi

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. dimulai sejak tahun 1950-an yang ditandai dengan diadakannya Konferensi BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Kabupaten Solok Selatan Kabupaten Solok Selatan merupakan hasil dari perjuangan panjang yang dimulai sejak tahun 1950-an yang ditandai dengan diadakannya Konferensi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Canduang 1. Kondisi Geografis Kecamatan Canduang merupakan salah satu dari beberapa kecamatan di Kabupaten Agam. Dimana wilayah ini ditetapkan menjadi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman terletak di antara 100º 21 00 Bujur Timur atau 0º

Lebih terperinci

Orang Ujung Gading. Etnografi. Nuriza Dora 1)

Orang Ujung Gading. Etnografi. Nuriza Dora 1) 1 Nuriza Dora 1) Daerah perbatasan merupakan kawasan tempat bertemunya beberapa suku bangsa beserta kebudayaannya. Pada perkembangan selanjutnya di tempat tersebut akan muncul kebudayaan baru atau percampuran

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR JAMBI PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-58 PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

SAMBUTAN GUBERNUR JAMBI PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-58 PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 SAMBUTAN GUBERNUR JAMBI PADA UPACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-58 PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI JAMBI 6 Januari 2015 Assalaamu'alaikum Wr.Wb. Yang sayo muliokan para Tuo Tengganai,

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : PESISIR SELATAN 13.01 PESISIR SELATAN 28.40 281.113 568.520 1 13.01.01 PANCUNG SOAL 14.85 14.345 29.202 2 13.01.02 RANAH PESISIR 19.424 19.339 38.63 3 13.01.03 LENGAYANG 34.645 33.969

Lebih terperinci

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ENZI PATRIANI NPM 10080297 PROGRAM

Lebih terperinci

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB Rajo Tigo Selo Rabu, 11/06/2008 10:16 WIB Rajo Tigo Selo merupakan sebuah institusi tertinggi dalam kerajaan Pagaruyung yang dalam tambo adat disebut Limbago Rajo. Tiga orang raja masing-masing terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (dalam Noviatri dan Reniwati 2010:4), pada komponenkomponen bahasa manusia, baik bahasa yang dipakai manusia di masa lampau, maupun sekarang, dijumpai

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki akses air minum yang layak adalah harapan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun masyarakat yang tinggal

Lebih terperinci

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 95/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM TEKS PIDATO BATAGAK GALA PENGHULU KARYA H. IDRUS HAKIMY DATUAK RAJO PENGHULU

NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM TEKS PIDATO BATAGAK GALA PENGHULU KARYA H. IDRUS HAKIMY DATUAK RAJO PENGHULU NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM TEKS PIDATO BATAGAK GALA PENGHULU KARYA H. IDRUS HAKIMY DATUAK RAJO PENGHULU Oleh: Rio Samudro 1, Hamidin 2, Nurizzati 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Minangkabau mempunyai generasi penerus yang merupakan parik paga nagari, yang berarti generasi yang berada dalam garis depan untuk menyelesaikan berbagai masalah di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

GELAR DATUAK. Amrizal. Pengantar

GELAR DATUAK. Amrizal. Pengantar Makna Nama Gelar Datuak... ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM Amrizal Abstract This study reviews the meaning of datuak title as an elder (penghulu)

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 94.920 11.337 15.227 8.108 9.381 16.960 17.466 20.403 33.810 87.545 229.026 2 Agam 12.508 1.280 1.426 940 1.315 1.909 2.264 1.924 3.271 9.778 27.006 3 Ampek Angkek 659 96 101 32 65 108

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 81.235 9.876 16.534 14.901 13.334 19.083 18.382 14.999 39.415 97.233 229.211 2 Agam 10.356 1.321 1.754 1.757 1.079 1.751 2.104 1.583 5.119 10.028 27.101 3 Ampek Angkek 544 87 134 113 57

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 70.974 21.356 15.763 14.547 11.518 21.113 16.941 22.192 33.751 102.074 229.158 2 Agam 9.936 1.724 1.695 1.118 1.057 2.689 2.132 2.898 3.763 11.589 27.119 3 Ampek Angkek 497 136 106 49

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 103355 8835 19432 13015 16487 18847 17899 13972 14794 99.652 228145 2 Agam 8316 978 2823 1811 3185 2407 3214 2020 2189 15.460 26971 3 Ampek Angkek 318 60 215 75 258 81 111 86 196 826 1400

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Barat 109.460 14.393 9.536 9.370 8.156 18.267 17.440 8.479 29.113 71.248 227.338 2 Agam 10.510 981 1.537 1.231 1.094 2.777 2.231 1.282 4.970 10.152 26.885

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

TRADISI PASAMBAHAN BASIGORAK

TRADISI PASAMBAHAN BASIGORAK TRADISI PASAMBAHAN BASIGORAK DALAM ADAT PERKAWINAN DI KELURAHAN PADANG TANGAH PAYOBADA KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR: ANALISIS STRUKTUR, FUNGSI, DAN KONTEKS Oleh: Sheffi Edly 1, Novia Juita 2, Andria Catri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kenegerian Rumbio Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemimpin adat kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk Ulak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 No. Urut : 06 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Thoha mendefinisikan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognisi. yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang

Thoha mendefinisikan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognisi. yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Persepsi Jalaludin Rahmat mengemukakan persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT PNPM PNPM PERAN LOKASI DAN (Rp. x 1 Agam 1 Banuhampu 900 900 720 180 2 Ampek Nagari 2.000 2.000 1.600 400 3 Baso 900 900 720 180 4 Candung 2.000 2.000 1.600 400 5 IV Angkat Candung 900 900 720 180 6 IV

Lebih terperinci

Kajian Register Bahasa Minangkabau Ragam Adat

Kajian Register Bahasa Minangkabau Ragam Adat Kajian Register Bahasa Minangkabau Ragam Adat Ena Noveria Abstract: The aim of this research is to reveal the uniqueness of the cultural style of Minangkabaunese as one of the Minangkabau language diversities.

Lebih terperinci

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Judul Skripsi JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Latar Belakang Masalah Kebudayaan selalu dibedakan dengan budaya seperti yang dibunyikan dalam

Lebih terperinci

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG A. Sejarah Desa Terantang Sekalipun Desa Terantang merupakan suatu desa kecil, namun ia tetap mempunyai sejarah karena beberapa abad yang silam daerah ini sudah di huni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal, kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam membimbing dan mengatur keluarga

Lebih terperinci

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL Oleh: MELISA 11060280 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beragam-ragam suku diantaranya suku Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap suku tersebut memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

PASAMBAHAN DALAM UPACARA KHATAM AL QURAN DI NAGARI TABEK PATAH KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR

PASAMBAHAN DALAM UPACARA KHATAM AL QURAN DI NAGARI TABEK PATAH KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR PASAMBAHAN DALAM UPACARA KHATAM AL QURAN DI NAGARI TABEK PATAH KECAMATAN SALIMPAUNG KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Nia Nadela Pratama 1, Hamidin 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK 1.1. Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin Wilayah Nagari Air Dingin adalah salah satu Nagari yang ada di Propinsi Sumatra Barat. memiliki

Lebih terperinci

Penyusunan Data Awal Master Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat

Penyusunan Data Awal Master Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat Penyusunan Data Awal Master Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Daftar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung 1. Keadaan Geografis Desa Tanjung termasuk desa yang tertua di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung sudah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT NAGARI TALANG ANAU

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT NAGARI TALANG ANAU BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT NAGARI TALANG ANAU Dalam bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana masyarakat Talang Anau. Seperti letak geografis Nagari Talang Anau, sistem sosial, adat, agama,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI KESATUAN NAGARI SITUJUAH GADANG NOMOR : 01/NSG/2002 Tentang PERUBAHAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Seperti yang diamanatkan oleh. masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Seperti yang diamanatkan oleh. masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keberagaman budaya, suku, agama, bahasa, kesenian dan adat. Dalam perkembangannya, Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

EKSPRESI MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM MENCARI KATA MUFAKAT : STUDI KASUS

EKSPRESI MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM MENCARI KATA MUFAKAT : STUDI KASUS EKSPRESI MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM MENCARI KATA MUFAKAT : STUDI KASUS Lazuardi Sumatera Barat, ISI Padangpanjang, Jl. Bundo Kanduang No. 35 Hp. 081363302500 Abstrak: Sastra daerah di Minangkabau dipaparkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM DESA PENDALIAN KECAMATAN PENDALIAN IV KOTO. Secara historis, Desa Pendalian berasal dari kata pilihan.

BAB II TINJAUAN UMUM DESA PENDALIAN KECAMATAN PENDALIAN IV KOTO. Secara historis, Desa Pendalian berasal dari kata pilihan. BAB II TINJAUAN UMUM DESA PENDALIAN KECAMATAN PENDALIAN IV KOTO A. Sejarah Desa Pendalian Secara historis, Desa Pendalian berasal dari kata pilihan. Dikala Luhak Rokan dipimpin oleh Raja yang keempat yang

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KENAGARIAN LAGAN MUDIK PUNGGASAN. Luas Nagari Lagan Mudik Punggasan lebih kurang 2122 ha/m 2 yang

BAB III MONOGRAFI KENAGARIAN LAGAN MUDIK PUNGGASAN. Luas Nagari Lagan Mudik Punggasan lebih kurang 2122 ha/m 2 yang BAB III MONOGRAFI KENAGARIAN LAGAN MUDIK PUNGGASAN A. Keadaan Geografis Lagan Mudik Punggasan merupakan salah satu nagari yang berada dalam wilayah Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PERATURAN NAGARI SIMARASOK NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT

STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT Oleh: Rafika Juliastuti 1, Syahrul R. 2, Amril Amir 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KENAGARIAN PASAR LAMA MUARA AIR HAJIKECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB III MONOGRAFI KENAGARIAN PASAR LAMA MUARA AIR HAJIKECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN 38 BAB III MONOGRAFI KENAGARIAN PASAR LAMA MUARA AIR HAJIKECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN 1. Gambaran Umum Nagari Pasar Lama Muara Air Haji Nagari Pasar Lama Muara Air Haji berada

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI BERTUTUR DALAM PASAMBAHAN MAANTAAN MARAPULAI PESTA PERKAWINAN DI ALAHAN PANJANG KABUPATEN SOLOK

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI BERTUTUR DALAM PASAMBAHAN MAANTAAN MARAPULAI PESTA PERKAWINAN DI ALAHAN PANJANG KABUPATEN SOLOK TINDAK TUTUR DAN STRATEGI BERTUTUR DALAM PASAMBAHAN MAANTAAN MARAPULAI PESTA PERKAWINAN DI ALAHAN PANJANG KABUPATEN SOLOK Oleh: Rosnilawati 1, Ermanto 2, Novia Juita 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tercipta dalam proses perkembangan budaya Minangkabau. Surau Tuo

BAB I PENDAHULUAN. yang tercipta dalam proses perkembangan budaya Minangkabau. Surau Tuo 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Surau adalah salah satu bangunan yang menunjukkan kekhasan yang tercipta dalam proses perkembangan budaya Minangkabau. Surau Tuo adalah surau yang tertua atau surau

Lebih terperinci

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK)

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK) 1 PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK) Mifta Nur Rizki Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum ABSTRAK

Lebih terperinci

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI ( KAN ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI KENAGARIAN TALANG MAUR PAYAKUMBUH

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI ( KAN ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI KENAGARIAN TALANG MAUR PAYAKUMBUH PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI ( KAN ) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI KENAGARIAN TALANG MAUR PAYAKUMBUH Oleh (ELVA SUSANTI, 1010005600032, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 02/SG/2002 TENTANG PEMUNGUTAN UANG LEGES Dengan rahmat Allah

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat demokratis tidaknya suatu negara. Walau pada saat yang lain, pemilu

BAB I PENDAHULUAN. melihat demokratis tidaknya suatu negara. Walau pada saat yang lain, pemilu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter utama

Lebih terperinci

D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan

D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan D ata A g r e g at per K e c a m ata n K a b u p aten S o l o k S e l atan Jumlah penduduk Solok Selatan berdasarkan Hasil SP2010 sebanyak 144.236 orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,03 persen per

Lebih terperinci

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor Anak perempuan tertua atau disebut juga dengan anak perempuan sulung, oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA A. Analisis Terhadap Kebiasaan Pembagian Waris Di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh 15 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh 1. Keadaan Geografis Jalur ke Ibu kota Kecamatan 4 km, Ke Ibu Kota Payakumbuh 5 km, dan Ke Ibu Kota Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU

ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU ARTIKEL PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH HARTA PUSAKO TINGGI DI NAGARI PIANGGU KECAMATAN IX KOTO SUNGAI LASI KABUPATEN SOLOK Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

-2- Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUNGO. dan BUPATI BUNGO MEMUTUSKAN :...3

-2- Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUNGO. dan BUPATI BUNGO MEMUTUSKAN :...3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT DATUK SINARO PUTIH KECAMATAN PELEPAT KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

JURNAL EKSPRE,SI SENI

JURNAL EKSPRE,SI SENI JURNAL EKSPRE,SI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan ISSN: 1412-1662 Volume 14, Nomor Dan Karya Seni 1, Juni 2012, hlm. 1 - L47 Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Nopember. Mulai Vol. 13, No. 1. Juni

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana S1 Pada Jurusan Sastra Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH:

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: PUTRI MAYA SARI 10070151 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang:a. bahwa dalam Undang - undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip matrilineal. Prinsip matrilineal maksudnya adalah mengikuti garis

BAB I PENDAHULUAN. prinsip matrilineal. Prinsip matrilineal maksudnya adalah mengikuti garis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minangkabau adalah salah satu suku diindonesia yang menganut prinsip matrilineal. Prinsip matrilineal maksudnya adalah mengikuti garis keturunan ibu dalam suatu

Lebih terperinci