Karakteristik Contoh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karakteristik Contoh"

Transkripsi

1 Karakteristik Contoh Umur dan Jenis Kelamin Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir pada saat individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun Hurlock (1999). Menurut Yusuf dalam Kusumaningrum (2006), masa usia sekolah dasar dibagi menjagi dua fase, yaitu masa kelas rendah berumur 6 sampai 9 tahun dan masa kelas tinggi 12 sampai 13 tahun. Menurut Tarwotjo (1990) diperkirakan diseluruh Indonesia setiap tahun terdapat lebih dari anak penderita xeroftalmia tingkat berat akibat KVA. Pengambilan contoh dipilih secara criteria inklusi berusia 7-9 tahun, dikarenakan pada usia ini anak sudah tidak mendapat suplementasi vitamin A sehingga diharapkan hasil yang didapat akurat. Contoh merupakan siswa yang duduk dikelas dua sekolah dasar di desa cibeber kecamatan Leuwiliang. Sebanyak 8.8% contoh berumur 7 tahun, sebanyak 47.1% contoh berumur 8 tahun dan sebanyak 44.1% contoh berumur 9 tahun. Umur terendah contoh 7 tahun dan umur tertinggi contoh adalah 9 tahun. Adapun sebaran umur dan jenis kelamin contoh disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Umur dan Jenis Kelamin contoh Umur jenis kelamin Total n % n % n % n % laki-laki perempuan total Berdasarkan Tabel 7 contoh merupkan anak Sekolah Dasar Negeri Angsana I berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 37 contoh. Sebanyak 58.8% contoh berjenis kelamin laik-laki dan 41.2% berjenis kelamin perempuan. Dalam penelitian ini contoh berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada contoh berjenis kelamin perempuan. Menutut Muhilal dan Sulaeman (2004) tidak ada perbedaan antara angka kecukupan vitamin A pada anak laki-laki dan permpuan yaitu sebesar 500 µg RE/hari. Akan tetapi menurut WHO 1995 laju pertumbuhan dan kebutuhan vitamin A sejak lahir hingga usia 10 tahun pada anak laki-laki secara konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga 83

2 Parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga contoh antara lain pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga dan pendapatan perkapita keluarga contoh. Pendidikan dan pekerjaan orang tua contoh yang diukur adalah dari kepala keluarga contoh (ayah). Kondisi sosial ekonomi keluarga contoh penting diketahui dalam penelitian untuk lebih mengetahui karakteristik contoh. Data kondisi sosial ekonomi merupakan data sekunder diperoleh berdasarkan wawancara oleh enumerator. Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua Jenjang pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan. Adapun jenjang pendidikan tersebut yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, diploma, S1, dan S2. Pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan kepala keluarga contoh. Berdasarkan klasifikasi jenjang pendidikan tersebut 8.8% orang tua contoh tidak sekolah, sebanyak 26.5% tidak tamat SD, 55.9% tamat SD dan 8.8% tamat SMP. Pendidikan orang tua contoh sebagian besar adalah tamat SD, hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan orang tua contoh. Pendidikan orang tua contoh masih tergolong rendah sehingga memungkingkan pengetahuan tentang pemilihan ragam makanan yang dikonsumsi juga rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Soewondo & Sadi (1990) yang mengemukakan semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin luas wawasan berfikirnya, sehingga lebih banyak informasi yang diserap. Hal tersebut akan berdampak positif terhadap ragam pangan yang dikonsumsi. Menurut Riyadi (2006) keadaan gizi seseorang banyak ditentukan oleh perilaku pengasuhannya, apabila pendidikan dan pengetahuan dalam berbagai bidang gizi yang dimiliki orang tua baik maka keadaan gizi anak juga baik. Tingkat pendidikan orang tua contoh merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap asupan makanan dan status gizi contoh. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan. Pekerjaan orang tua contoh sebagian besar adalah buruh tani yaitu sebanyak 47.1%. Pekerjaan lain yang cukup banyak dilakukan oleh orang tua contoh adalah buruh non tani sebanyak 32.4%. Selain kedua pekerjaan tersebut pekerjaan orang tua contoh antara lain adalah 8.8% tidak bekerja, 2.9% petani, 84

3 2.9% pedagang dan 5.9% bergerak dibidang pelayanan jasa. Sebaran jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua contoh disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Jenjang pendidikan dan pekerjaan orang tua contoh Pendidikan Pekerjaan tidak sekolah tidak tamat SD SD SMP Total n % n % n % n % n % tidak bekerja petani pedagang buruh tani buruh non tani PNS jasa total Pekerjaan orang tua contoh sebagian besar bergerak disektor pertanian dan perdagangan. Hal ini dapat disebabkan jenjang pendidikan orang tua contoh sebagian besar adalah tamat SD dengan pendidikan tertinggi orang tua contoh hanya tamat SMP sehingga pekerjaan yang dimiliki juga tidak beragam. Hasil ini sejalan dengan penelitian Engel et al (1994). Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar. Besar Keluarga dan Pendapatan Menurut BKKBN (1998), jumlah anggota keluarga dapat diklasifikasikan sebagai besar keluarga dalam tiga kategori, yaitu kecil (<4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (>7 orang). Berdasarkan kategori besar keluarga teresebut sebanyak 2.9% termasuk dalam keluarga kecil, sebanyak 82.4% termasuk dalam katergori keluarga sedang dan sebanyak 14.7% termasuk dalam kategori keluarga besar. Sebagian besar keluarga contoh termasuk dalam kategori besar keluarga sedang (5-7) anggota keluarga. Besar anggota keluarga akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan pangan dan non pangan yang akan meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian Lumeta (1987) semakin besar anggota keluarga maka kebutuhan pangan yang harus tercukupi semakin meningkat, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pangan keluarga akan tinggi. Sebaran besar keluarga dan pendapatan perkapita contoh dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Besar keluarga dan pendapatan perkapita contoh 85

4 pendapatan perkapita besar keluarga kecil sedang Besar Total n % n % n % n % Miskin tidak miskin Total Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung pada jenis pekerjaan kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga contoh digolongkan menjadi keluarga miskin dan tidak miskin. Menurut BPS (2009), standar Garis Kemiskinan untuk Provinsi Jawa Barat, kategori miskin ada pada pendapatan per kapita <Rp dan tidak miskin > Rp Berdasarkan standar garis kemiskinan tersebut sebanyak 61.8% keluraga contoh termasuk dalam kategori keluarga miskin dan sebanyak 38.2% keluarga contoh termasuk dalam kategori keluarga tidak miskin Pendapatan keluarga yang rendah akan berpengaruh terhadap daya beli pangan sehari-hari. Sebagian besar keluarga contoh berpendapatan rendah atau termasuk dalam ketegori keluarga miskin. Menurut Riyadi et al. (1990) hal tersebut memungkinkan daya beli terhadap makanan menjadi rendah dan konsumsi pangan keluarga akan berkurang. Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian Martianto dan Ariani (2004) tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Status Gizi Berdasarkan Antropometri Status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (utilisasi) zat-zat gizi makanan (Riyadi 1995). Menurut Almatsier (2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Gibson (2005) mendefinisikan status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, peyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Untuk menghitung status gizi diperlukan data antropometri contoh meliputi data tinggi badan (TB), berat badan (BB) dan data karakteristik yaitu umur contoh. Berikut adalah Tabel 10 sebaran TB, BB dan umur contoh. Tabel 10 Rata-rata tinggi badan, berat badan, umur dan status gizi contoh 86

5 Parameter Rata-rata+SD (Min-maks) Tinggi Badan (cm) Berat Badan (kg) Umur (tahun) Z-skor BB/U Z-skor TB/U Z-skor BB/TB Berdasarkan tabel diatas rata-rata tinggi badan contoh dengan kisaran cm. Rata-rata berat badan contoh dengan kisaran kg sedangkan rata-rata umur contoh adalah dengan kisaran 7-9 tahun. Rata-rata z-skor BB/U contoh sebesar , rata-rata z- skor TB/U sebesar dan rata-rata z-skor BB/TB sebesar Pengukuran status gizi contoh didasarkan pada parameter BB/TB dihitung menggunakan rumus Z-score (Gibson 1990). Pengukuran antropometri terbaik menurut Soekirman (2000) adalah menggunakan indikator BB/TB karena ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Artinya anak yang BB/TB kurang dikategorikan sebagai kurus (wasted). Status gizi berdasarkan indikator indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) menunjukkan status gizi seseorang pada masa yang relative lama. Indeks TB/U relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam kurun waktu pendek. Sebaran status gizi berdasarkan antropometri contoh disajikan pada Tabel 11 berikut. Tabel 11 Status gizi berdasarkan antropometri contoh status gizi (BB/TB) status gizi(tb/u) Normal kurus Total n % n % n % Normal Pendek Total Hasil pengukuran status gizi berdasarkan BB/TB contoh menunjukkan sebanyak 5.9% contoh tergolong dalam status gizi kurang dan sebanyak 94.1% contoh tergolong status gizi baik. Hasil perhitungan status gizi berdasarkan TB/U contoh menunjukkan sebanyak 52.9% contoh tergolong normal dan 47.1% contoh tergolong pendek. Kekurangan gizi dalam waktu lama akan membahayakan kesehatan. Menutut Apriaji 1986 banyak faktor yang 87

6 mempengaruhi status gizi diantaranya faktor eksternal meliputi konsumsi pangan, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, latar belakang sosial budaya serta kebersihan lingkungan. Selain faktor eksternal juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu status kesehatan, umur, dan jenis kelamin. Gizi kurang terjadi karena konsumsi energi memang tidak mencukupi kebutuhan sehingga mengakibatkan hampir seluruh zat gizi lainnya ikut berkurang. Menurut Almatsier gangguan gizi disebabkan oleh masalah primer dan sekunder. Faktor primer, yakni susunan makanan kurang berkualitas dan kurang kuantitasnya, dan faktor sekunder adalah semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Menurut Hardinsyah & Martianto (1992) ada tiga yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu kualitas dan ragam pangan yang tersedia dari produksi, pendapatan dan tingkat pengetahuan gizi. Hal ini menunjukkan bahwa telaah tentang konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Konsumsi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat gizi. Kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2003). Pengukuran konsumsi pangan contoh dilakukan dengan metode food recall dimana pewawancara menanyakan apa yang telah dikonsumsi oleh responden. Wawancara dilakukan berdasarkan suatu daftar pertanyaan atau kuisioner. Hasil pencatatan wawancara kemudian diolah, dikembalikan kepada bentuk bahan mentah dan dihitung zat-zat gizinya berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Perhitungan zat gizi konsumsi pangan dalam penelitian ini mennggunakan DKBM Asean. Masing-masing zat gizi dijumlahkan dan dihitung rata-rata konsumsi setiap hari. Rata-rata konsumsi, AKG dan tingkat kecukupan yang merupakan persentase hasil perhitungan dari konsumsi dibagi AKG disajikan pada Tabel

7 Tabel 12 Rata-rata konsumsi, AKG dan tingkat kecukupan gizi Energi dan zat gizi Variabel Konsumsi zat gizi Konsumsi (kkal/hari) 912 Energi Protein Lemak Vitamin A AKG (gram/hari) 1800 Tingkat kecukupan (%) 50.7 Konsumsi (g/hari) 29.3 AKG (gram/hari) 45 Tingkat kecukupan (%) 65.1 Konsumsi (g/hari) 27.8 AKG (gram/hari) 50 Tingkat kecukupan (%) 55.7 Konsumsi (mg/hari) AKG (mg/hari) 500 Tingkat kecukupan (%) 46.9 Berdasarkan tabel rata-rata konsumsi contoh untuk energi sebesar 912 kkal yang mencukupi 50.7% dari rata-rata AKG untuk energi contoh sebesar 1800 kkal. Rata-rata konsumsi protein contoh sebesar 29.3 g yang mencukupi 65.1% dari rata-rata AKG untuk protein contoh sebesar 45 g. Rata-rata konsumsi lemak contoh sebesar 27.8 g yang mencukupi 55.7% dari rata-rata AKG untuk lemak sebesar 50 g. Konsumsi lemak berasal dari sumber protein hewani sebesar 10.9% dari AKG lemak sebesar 50 g. Rata-rata konsumsi vitamin A contoh sebesar mg yang mencukupi 46.9% dari rata-rata AKG untuk vitamin A contoh sebesar 500mg. Konsumsi vitamin A contoh berasal dari sumber protein hewani sebesar 9.1% dari AKG vitamin A sebesar 500mg. Tingkat kecukupan gizi juga mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi zat gizi yang cukup sesuai dengan angka kebutuhan gizi yang dianjurkan untuk setiap individu akan mengakibatkan status gizi yang baik pada seseorang. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh secara keseluruhan hanya memenuhi separuh dari kebutuhan energi dan zat gizi yang dibutuhkan. Energi dan protein berperan secara timbal balik antara keduanya terhadap pertumbuhan anak. Kurang gizi merupakan hasil akhir kesinambungan mekanisme perubahan anatomi dan penurunan fungsi tubuh akibat kekurangan asupan energi dan zat gizi (Waterlow et al 1992) Konsumsi Energi, Protein dan Lemak 89

8 Anak usia sekolah dasar mempunyai sifat yang berubah-ubah terhadap makanan, selalu ingin mencoba makanan yang baru dikenalnya dan secara umum mereka tidak pernah mengalami masalah dalam hal nafsu makan (Komalasari 1991). Anak-anak memerlukan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan untuk melakukan kegiatan (internal dan eksternal), aktivitas dan mempertahankan daya tahan tubuh (Hardinsyah & Martianto 1992). Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi, protein dan lemak contoh dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi,protein dan lemak Energi Protein Lemak Kategori n % n % n % defisit tingkat berat defisit tingkat sedang defisit tingkat ringan Normal Kelebihan total Berdasarkan tingkat kecukupan energi, sebanyak 85.3% contoh termasuk dalam kategori defisit tingkat berat, 5.9% termasuk dalam kategori defisit tingkat sedang, 2.9% termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan dan 5.9% termasuk dalam kategori normal. Berdasarkan tingkat kecukupan protein, sebanyak 67.6% contoh termasuk dalam kategori defisit tingkat berat, sebanyak 11.8% termasuk dalam kategori defisit tingkat sedang, sebanyak 8.8% termasuk defisit tingkat ringan, sebanyak 8.8% termasuk kategori normal dan sebanyak 2.9% termasuk dalam kategori kelebihan. Berdasarkan tingkat kecukupan lemak contoh, sebanyak 70.6% contoh termasuk dalam kategori defisit tingkat berat, sebanyak 5.9% termasuk dalam kategori defisit tingkat sedang, sebanyak 5.9% termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan, sebanyak 11.9% termasuk dalam kategori normal dan 5.9% termasuk dalam kategori kelebihan. Kebutuhan gizi merupakan sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan. Sebagian besar contoh termasuk dalam kategori defisit tingkat berat untuk energi dan lemak sedangkan untuk protein termasuk dalam kategori defisit tingkat ringan. Kekurangan konsumsi zat gizi dari kebutuhan normal jika berlangsung dalam jangka waktu lama dapat membahayakan kesehatan (Hardinsyah & Martianto 1992). Beberapa faktor yang 90

9 dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pangan contoh antara lain umur, jenis kelamin, berat badan, dan kondisi sosial ekonomi keluarga (Komalasari 1991). Kondisi sosial ekonomi keluarga contoh sebanyak 59.5% tergolong dalam kategori miskin dapat menjadi salah satu faktor rendahnya konsumsi pangan contoh. Hal ini sejalan dengan penelitian Martianto dan Ariani (2004) tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya. Tingkat Kecukupan Konsumsi Vitamin A Sumber vitamin A adalah bahan makanan yang berasal dari hewani, terutama minyak ikan laut yang berasal dari hati ikan. Sumber vitamin A yang lazim dikonsumsi ialah susu segar dan telur. Secara tidak langsung vitamin A berasal dari pigmen tumbuhan berupa senyawa-senyawa karotena, yang dalam saluran pencernaan diubah menjadi vitamin A (Moeljoharjo 1993). Pangan hewani yang berasal dari ternak adalah sumber gizi yang dapat daiandalkan untuk mendukung perbaikan gizi masyarakat yang kaya akan vitamin A. Termasuk kedalam pangan hewani adalah telur, daging, susu dan ikan (Khomsan 2004). Jumlah dan jenis konsumsi bahan pangan yang mengandung vitamin A akan mempengaruhi tingkat kecukupan vitamin A contoh. Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan vitamin A disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan vitamin A Kategori n % kurang cukup Total Berdasarkan tingkat kecukupan vitamin A contoh sebanyak 76.5% termasuk dalam kategori kurang dan 23.5% termasuk dalam kategori cukup. Frekuensi makan dapat menunjukkan tingkat kecukupan konsumsi gizi. Semakin tinggi frekuensi makan, maka semakin besar kemungkinan terpenuhinya kecukupan gizi. Frekuensi makan pada seseorang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan kondisi ekonomi lemah. Hal ini disebabkan orang dengan kondisi ekonomi yang lebih tinggi memiliki daya beli yang tinggi sehingga dapat mengkonsumsi makanan dengan frekuensi lebih tinggi. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin A contoh untuk pangan sumber protein hewani, nabati, sayur dan buah disajikan pada Tabel

10 Tabel 15 Frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin A contoh Sumber Rata-rata+SD Pangan >1x/hari 1 x/hari 3 x/minggu <3x/minggu <1 x/minggu tidak pernah P. hewani P. nabati Sayur Buah Rata-rata konsumsi pangan sumber vitamin A contoh adalah kurang dari satu kali seminggu. Frekuensi rata-rata+sd adalah untuk sumber protein hewani, untuk protrein nabati, untuk sayur, dan untuk buah. Cerminan kebiasaan makan individu atau keluarga merupakan fungsi dari pola konsumsi pangan individu atau keluarga. Salah satu aspek kebiasaan makan adalah frekuensi makan per hari (Khomsan 1993). Berdasarkan lampiran 4 grafik tentang perbandingan skor frekuensi dan kandungan vitamin A bahan pangan, tingginya kandungan vitamin A tidak selalu diimbangi dengan tingginya frekuensi konsumsi pangan sumber vitamin A tersebut. Status Vitamin A Vitamin A dan metabolismenya dalam spectrum yang luas mempunyai fungsi biologis antara lain adalah esensial untuk penglihatan, reproduksi, fungsi imun serta berperan penting dalam diferensiasi seluler, proliferasi dan pemberian isyarat (Signaling). Selain itu Vitamin A juga berperan penting dalam proliferasi dan aktivasi limfosid (Stipanuk 2000). Vitamin A mempunyai peran atau fungsi umum dan fungsi yang khas. Vitamin A mutlak dalam memelihara sel-sel epitel dan memberikan rangsangan bagi pertumbuhan sel-sel baru. Vitamin A juga memelihara ketahanan tubuh terhadap infeksi, juga menyebabkan sel hidup lebih lama dan menghambat proses penuaan. Fungsi Vitamin A yang paling banyak diketahui ialah pada fungsi penglihatan (Moeljoharjo 1993). Pengukuran status vitamin A contoh dilakukan dengan cara mengukur kadar retinol dalam darah. Pengukuran retinol darah dilakukan dengan metode Concurrent Liquid Chromatographic Assay of Retinol. Analisis tersebut menggunakan alat HPLC dengan menginjeksi sampel secara terpisah. Kelebihan menggunakan alat HPLC adalah dapat membedakan retinol dari retinil ester sedangkan metode lain hanya mengukur total serum vitamin A. 92

11 Angka kecukupan vitamin A adalah jumlah vitamin A yang harus dikonsumsi per hari untuk mempertahankan status vitamin A pada level memuaskan atau cukup. Klasifikasi penilaian status vitamin A menurut Sommer dan West (1996) dengan mengukur kandungan vitamin A dalam serum, dikatakan normal jika 20 µg/dl, low jika µg/dl, defisient jika< 10 µg/dl. Berdasarkan klasifikasi tersebut sebanyak 73.5% contoh memiliki status vitamin A dalam kategori rendah dan 26.5% contoh memiliki status vitamin A dalam kategori normal. Status vitamin A contoh disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Status vitamin A contoh Status vitamin A n % Rendah normal Total Sebagian besar contoh mempunyai status vitamin A yang rendah. Status vitamin A yang rendah dalam tubuh berdampak pada integritas mukosa epitel terganggu sehingga akan meningkatkan kerentanan terhadap kuman patogen di mata dan saluran nafas serta saluran pencernaan. Menurut Brody (2004) menurunnya sel goblet dalam usus dapat menurunkan kemampuan sistem untuk menahan organisme pathogen. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi retinol serum antara lain adalah umur, jenis kelamin, ras, asupan lemak yang rendah dalam makanan serta kekurangan zinc. Defisiensi vitamin A pada anakanak berhubungan dengan angka infeksi dan angka kematian (Sommer dan West 1996; Beaten et al 2004). Kehilangan simpanan vitamin A dapat terjadi karena asupan vitamin A tidak mencukupi selama satu periode waktu tertentu. Kehilangan vitamin A tersebut juga akan meningkat dengan infeksi yang menyertai. Laju pemakaian vitamin A oleh jaringan tertentu dapat menunjukkan adanya adaptasi terhadap ketersediaan vitamin A yang berkurang. Adaptasi homeostatik ini berfungsi untuk mempertahankan kadar vitamin A yang relatife konstan dalam darah Hartono (2009). Status Imun dan Morbiditas 93

12 Intregritas respon imun sering dinilai dengan cara mengukur kadar berbagai jenis kelas immunoglobulin didalam serum seseorang. Imunoglobulin dapat ditemukan dalam darah, limpa, dan usus. IgG adalah antibodi yang paling banyak ditemukan dan mencakup sekitar 80% dari semua imunoglobulin dalam darah. Respon imun diukur dengan menganalisis titer IgG total terhadap contoh darah anak. Menurut Kindt et al (2007) metode yang paling sensitif untuk menganalisis (jumlah antibodi yang dapat dideteksi) adalah primary binding test yang merupakan suatu metode pengukuran langsung yang dilakukan pada interaksi antibodi-antigen. Salah satu metode yang termasuk dalam primary binding test adalah metode ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Menurut Roitt (1991) Imunogllobulin G merupakan komponen utama immunoglobulin dalam serum. Menurut Kurniati (2004) kriteria IgG dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu IgG rendah jika kadar titer IgG IU/ml, kadar IgG cukup jika kadar titer IgG > IU/ml dan kadar IgG tinggi jika kadar titer IgG >1.5 IU/ml. Sebanyak 52.9% contoh mempunyai kadar titer IgG tinggi, 41.2% rendah dan 2.9% cukup. Tingginya kadar titer IgG contoh dapat disebabkan kondisi kesehatan contoh dalam keadaan kurang baik atau terdapat infeksi. Antibodi hanya akan muncul apabila ada antigen yang masuk kedalam tubuh oleh karena itu tidak semua contoh mempunyai kadar titer IgG tinggi. Kadar titer IgG contoh yang tinggi semakin baik untuk melindungi tubuh dalam pertahanan terhadap infeksi. Sistem imun spesifik hanya dapat menghancurkan antigen yang telah dikenalnya (Kresno 2001). Sistem imunitas selular memegang peranan penting dalam pertahanan terhadap infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman intrasel contohnya virus, riketsia, mikrobakteria, dan beberapa protozoa. Antibodi yang lepas dapat ditemukan dalam serum. Terjadinya respon imun humoral oleh karena infeksi dengan toksoid atau virus/bakteri yang dimatikan/dilemahkan (Kresno 2001). Antibody berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta antitoksik (Baratawijaya dan Garna 2002). Kondisi imunitas menentukan kualitas hidup terhadap lingkungan disekitar manusia yang mengandung berbagai jenis unsur pathogen yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada anak normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen karena tubuh memiliki sistem imun yang memberikan respons dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur pathogen. Bellanti & Joseph (1993) menyatakan defisiensi zat gizi 94

13 termasuk zat gizi mikro dapat menyebabkan sangat berkurangnya reaktifitas seluler pada pertumbuhan anak. Status imun contoh menurut kadar titer IgG dan morbiditas disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Status Imun dan morbiditas contoh status imun skor morbiditas tinggi cukup rendah Total n % n % n % n % tinggi Sedang Rendah Total Morbiditas merupakan salah satu variabel yang mencerminkan status kesehatan. Morbiditas ini meliputi prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular. Perhitungan morbiditas berdasarkan kondisi atau keadaan kesehatan contoh yang didasarkan atas frekuensi dan lama sakit. Jenis penyakit yang diamati dalam penelitian ini adalah penyakit infeksi, meliputi demam, flu, infeksi karena luka, dan jenis infeksi lainnya. Menurut perhitungan interval kelas Sugiono (2009) skor morbiditas dikategorikan menjadi rendah (<4), sedang (4-7) dan tinggi ( 8). Skor morbiditas diperoleh berdasarkan frekuensi sakit dikalikan dengan lama hari sakit kemudian diklasifikasikan sesuai kelas interval. Berdasarkan tabel 17 sebanyak 55.9% contoh memiliki skor morbiditas rendah, sebanyak 2.9% mempunyai skor morbiditas sedang dan 41.2% memiliki skor morbiditas tinggi. Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah penyakit, manusia, dan lingkungan. Gangguan keseimbangan diantara ketiga faktor tersebut menimbulkan gangguan kesehatan yang menyebabkan penurunan derajat kesehatan seseorang (Subandriyo & Hartanti 1994). Angka kesakitan (morbiditas) lebih mencerminkan keadaan kesehatan sesungguhnya, sebab kejadian kesakitan mempunyai hubungan yang erat dengan berbagai faktor lingkungan, seperti perumahan, air minum dan kebersihan serta faktor kemiskinan, kekurangan gizi serta pelayanan kesehatan di daerah tersebut Subandriyo (1993). Hubungan Status Gizi Berdasarkan Antropometri dengan Status Vitamin A 95

14 Status gizi seseorang merupakan refleksi dari mutu makanan yang dimakan sehari-hari. Menurut Astawan & Wahyuni (1988). Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, peyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan (Gibson 2005). Susunan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tubuh dapat menciptakan status gizi yang memuaskan. Menilai status gizi seseorang dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut. Vitamin A adalah sekelompok senyawa organik komplek yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif kecil tetapi sangat penting untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan. Pada umumnya vitamin A tidak dapat disintesis dari dalam tubuh. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jumlah vitamin yang cukup harus diperoleh dari asupan makanan (Linder 1992). Menurut Hartono (2000) Vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Selain itu sangat penting untuk kesehatan mata, melawan bakteri dan infeksi. Apabila kekurangan vitamin A akan mengakibatkan buta senja, peningkatan kerentanan terhadap infeksi, sering marah dan lesu. Vitamin A berfungsi membantu perkembangan tulang dan gigi, menyehatkan struktur sel pada kulit dan membran mukosa, serta membantu penglihatan. Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan (Almatsier 2000). Gizi baik mampu merubah kehidupan anak, meningkatkan pertumbuhan fisik, perkembangan mental, melindungi kesehatan sebagai pondasi untuk masa depan anak (WHO 1996). Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan yang nyata antara status gizi berdasarkan antropometri yang dinilai berdasarkan z- skor BB/TB dengan status vitamin A contoh. Hal ini dilihat berdasarkan hasil uji korelasi pearson sebesar dengan signifikansi Hasil analisis korelasi pearson hubungan status gizi dengan status vitamin A disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Hubungan status gizi berdasarkan antropometri dengan status vitamin A (kadar retinol serum µg/dl) Status Gizi Status vitamin A Korelasi pearson Signifikansi (2 tailed) Kadar retinol serum µg/dl Tanda-tanda defisiensi vitamin A dapat pula terjadi sebagai fenomena sekunder KEP tanpa tergantung apakah asupan vitamin A nya mencukupi atau tidak. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan sintesis RBP (retinol binding 96

15 protein; protein pengikat retinol) yang membuat protein tidak tersedia untuk mengangkut retinol (Ahmed dan Darton 2008). Berdasarkan pengukuran status gizi berdasarkan antropometri contoh berdasarkan BB/TB sebanyak 94.6% dalam kondisi normal sehingga tidak terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan antropometri dengan status vitamin A contoh. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi status gizi. Menurut Apriaji (1986) faktor-faktor yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang terdiri dari dua bagian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berpengaruh dari luar diri seseorang (konsumsi makan, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, latar belakang sosial budaya serta kebersihan lingkungan). Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang menjadi dasar pemenuhan tingkat kebutuhan gizi seseorang (status kesehatan, umur, dan jenis kelamin). Hubungan Status vitamin A dengan Status Imun Vitamin A dalam bahan pangan nabati berbentuk beta karoten. Menurut Simon & Macmillan (1995), beta karoten merupakan zat gizi mikro yang banyak ditemukan pada buah dan sayur. Di dalam tubuh, beta karoten dikonversi menjadi vitamin A. Beta karoten memiliki keuntungan lain yaitu sebagai antioksidan. Antioksidan adalah suatu subtansi yang dapat membantu melawan proses pembentukan radikal bebas, molekul yang tidak stabil dan dapat merusak sel. Radikal bebas yang terbentuk didalam tubuh saat metabolisme tubuh tidak normal diakibatkan faktor lingkungan seperti sinar x, merokok, konsumsi alkohol, dan zat pencemar lainnya. Aktivitas antioksidan dari beta karoten dapat meningkatkan sistem imun. Devisiensi Vitamin A pada anak-anak berhubungan dengan angka infeksi dan angka kematian. Indikator defisiensi Vitamin A antara lain dapat dilihat dari konsentrasi retinol dalam serum (Sommer dan West 1996; Beaten et al 2004). Beberapa studi menunjukkan, vitamin A dosis tinggi dapat meningkatkan respon antibodi terhadap tetanus toxoid (Semba et al 1992). Hasil penelitian Karyadi et al (2002) menunjukkan bahwa anak-anak kekurangan vitamin A berisiko mengidap penyakit pernafasan dan meningkatkan keparahan penyakit diare. Hal ini karena terganggunya sel ephitel pada sel saluran cerna dan pernafasan. Kekurangan vitamin A berdampak pada kemampuan membangkitkan respon antibodi terhadap antigen T (Semba et al 1993) dan (Semba 1994). 97

16 Vitamin A juga terbukti dapat meningkatkan respon antibodi terhadap antigen spesifik, apositosis dan menjaga intregitas lapisan mukosa (Rahman et al 1999). Peran vitamin A pada sel-sel mukosa diantaranya mukosa saluran cerna juga telah dibuktikan oleh Kotake-Nara et al (2000). Dalam penelitian ini berdasarkan hasil uji korelasi pearson menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara kadar retinol serum dengan status imun (kadar titer IgG) contoh. Hasil uji korelasi pearson sebesar dengan signifikansi sebesar dimana hasil ini lebih kecil dari standar yaitu sebesar Berikut adalah Tabel 19 hasil analisis korelasi pearson hubungan status vitamin A dengan status imun (kadar titer IgG). Tabel 19 Hubungan status vitamin A dengan status imun (kadar titer IgG) Kadar retinol serum µg/dl Status Imun Korelasi person Signifikansi (2 tailed) Kadar titer IgG Berdasarkan Tabel 19 terdapat hubungan yang nyata antara status vitamin A dengan status imun contoh dapat disebakan oleh diproduksinya antibodi dalam jumlah yang tinggi dalam tubuh. Antibodi akan muncul dan diproduksi apabila ada antigen yang masuk kedalam tubuh. Terjadinya respon imun humoral oleh karena infeksi dengan toksoid atau virus/bakteri yang dimatikan/dilemahkan (Kresno 2001). Tubuh memerlukan vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup agar sistem imun dapat berfungsi secara optimal (Wintergrest et al 2007). Zat gizi mikro mempunyai peranan yang penting dalam proses imunologi sehingga adanya defisiensi zat gizi mikro akan berpengaruh terhadap respon imun (Muis 2001). Sistem kekebalan tubuh (imunitas) memerlukan zat gizi antioksidan antara lain untuk memproduksi dan menjaga keseimbangan sel imun (hematopoises), vitamin dan mineral sebagai antioksidan untuk melawan mikroorganisme penyebab penyakit (imunitas bawaan/innate dan dapatan/adaptive). Selain vitamin A pembentukan respon imun juga membutuhkan vitamin dan mineral lain untuk pembentukan atibodi. Vitamin dan mineral tersebut antara lain vitamin E, vitamin C, vitamin B6, vitamin B12, zinc, selenium dan zat besi. Zat besi tersebut membantu pertahanan tubuh pada tiga level yaitu pertahanan fisik (kulit/mukosa), seluler dan produksi antibodi. Dibutuhkan banyak vitamin dan mineral agar pembentukan respon imun dengan optimal. Oleh karena itu 98

17 kombinasi vitamin dan mineral dapat membantu sistem perlindungan tubuh bekerja dengan optimal (Wintergrest et al 2007). Menurut Hartono (2009) kecukupan protein merupakan persyaratan bagi trasportasi pada penggunaan vitamin A secara optimal, kadar retinol serum akan menurun jika terdapat kekurangan energi protein (KEP). Tingkat kecukupan protein contoh hanya memenuhi 65.1% dan tingkat kecukupan energi contoh hanya memenuhi 50.7%. Tanda defisiensi vitamin A dapat pula terjadi sebagai fenomena sekunder KEP tanpa tergantung apakah asupan vitamin A-nya mencukupi atau tidak. Hal tersebut akan menyebabkan gangguan sintesis RBP (retinol binding protein; protein pengikat retinol) yang membuat protein tersebut tersedia untuk mengangkut retinol. Keadaan ini turut menimbulkan respon imun yang berat terhadap infeksi sebagai akibat defisiensi fungsional vitamin A maupun gangguan respon imun yang menyertai gizi kurang tersebut. Hubungan Status Imun dengan Morbiditas Kondisi imunitas seseorang akan menentukan kualitas hidup manusia. Lingkungan disekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada anak normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen karena tubuh memiliki sistem imun yang memberikan respons dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur pathogen Surono (2004). Hasil uji korelasi pearson menunjukkan tidak ada hubungan antara kadar titer IgG dengan morbiditas. Hasil uji korelasi person sebesar 0.02 dengan signifikansi sebesar Tabel hasil analisis hubungan antara status imun (kadar titer IgG) dengan morbiditas disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Hubungan status imun (kadar titer IgG) dengan morbiditas Kadar titer IgG Morbiditas Korelasi person Signifikansi (2 tailed) Frekuensi x lama sakit Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara status imun (kadar titer IgG) dengan morbiditas. Dalam keadaan sehat respon imun berfungsi secara efisien sehingga seseorang dapat terhindar dari dampak yang tidak menguntungkan akibat masuknya subtansi asing. Apabila ada kelainan dalam sistem pengaturan imunitas, seseorang mungkin tidak mampu melindungi tubuh dengan respon imun yang efisien. Akan tetapi 99

18 sebaliknya mungkin juga pada keadaan tertentu respon imun berlangsung secara berlebihan sehingga menimbulkan berbagai penyakit (Kresno 2001). Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing dan sebagainya (Shulman et al 1994; Entjang 2000). Proses terjadinya penyakit infeksi karena adanya bibit penyakit (agent) yang masuk kedalam tubuh manusia rentan (host). Morbiditas menyebakan berkurangnya aktivitas anak, menyebabkan terjadinya anoreksia, pengurangan asupan makanan dengan sengaja (Satoto 1990) Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah penyakit, manusia, dan lingkungan. Gangguan keseimbangan diantara ketiga faktor tersebut menimbulkan gangguan kesehatan yang menyebabkan penurunan derajat kesehatan seseorang. Penyebab penyakit dapat berasal dari dalam maupun luar tubuh. Daya tahan tubuh manusia akan mempengaruhi kemudahan terkena penyakit. Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia dan dapat mempengaruhi kehidupannya (Subandriyo & Hartanti 1994). Hubungan Morbiditas dengan Status Gizi Berdasarkan Antropometri Kesehatan merupakan masalah yang kompleks hingga tidak mungkin diukur semua faktor yang mempengaruhinya, baik secara langsung maupun tidak langsung, karena itu diperlukan suatu alat yang dapat memberi indikasi untuk menggambarkan keadaan kesehatan. Alat tersebut ialah indikator. Indikator kesehatan dapat digunakan untuk mengukur status kesehatan, memonitor kemajuan keadaan kesehatan dan merupakan alat bantu dalam mengadakan evaluasi program kesehatan (Depkes 2008). Keadaan kesehatan atau adanya infeksi akan berpengaruh terhadap status gizi. Penurunan keadaan gizi dan pertumbuhan akibat adanya kejadian sakit (morbiditas), mekanismenya mencakup penurunan asupan makanan, gangguan penyerapan, gangguan peningkatan kebutuhan gizi, serta peningkatan kerusakan jaringan (Latham 1997). Ada hubungan yang sinergistik antara kejadian sakit dengan status gizi. Infeksi bersama-sama penurunan asupan makanan merupakan sebab utama kurang gizi (Waterlow 1992). Hasil uji korelasi pearson sebesar dengan signifikansi 0.58 menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara morbiditas dengan status gizi berdasarkan antropometri contoh. Tabel hasil analisis hubungan antara status gizi dengan morbiditas disajikan pada Tabel

19 Tabel 21 Hubungan morbiditas dengan status gizi berdasarkan antropometri Morbiditas Status gizi Korelasi person Signifikansi (2 tailed) z-skor (BB/U) Berdasarakan Tabel 21 tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan antropometri dengan morbiditas. Sebagian besar contoh 94.1% memiliki status gizi berdasarkan antropometri normal dan 55.9% contoh memiliki skor morbiditas rendah. Sebagian besar contoh mempunyai tingkat morbiditas rendah sehingga tidak akan mempengaruhi status gizi contoh. Status gizi contoh yang baik diharapkan akan menurunkan tingkat morbiditas contoh. Akan tetapi status gizi contoh yang baik tidak disertai dengan tingkat morbiditas yang rendah pada semua contoh. Seharusnya antara status gizi dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanisme. Hal yang paling penting ialah efek langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terjadi infeksi ringan sudah akan menimbulkan kehilangan nitrogen. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu makan dan toleransi terhadap makanan. Orang yang mengalami gizi kurang, daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi rendah, sehingga mudah terkena serangan penyakit infeksi (Suhardjo 1989). Hasil uji korelasi pearson dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antar variabel yang diteliti. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan antropometri dengan status vitamin A contoh. Hal ini disebakan status gizi contoh sebagian besar dalam kondisi normal sehingga status vitamin A tidak berpengaruh terhadap status gizi contoh. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status vitamin A dengan status imun contoh. Status vitamin A contoh sebagian besar dalam kondisi rendah sehingga peranannya dalam pembentukan sistem imun juga tidak akan optimal. Pembentukan status imun tidak hanya dipengaruhi oleh status vitamin A saja, akan tetapi kombinasi vitamin dan mineral seperti vitamin C, vitamin E, vitamin B12, zinc, selenium dan zat besi dapat membantu perlindungan sistem imun secara optimal. Hasil uji korelasi pearson antara status imun dengan morbiditas contoh juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan. Status imun akan terbentuk jika terjadi infeksi didalam tubuh. Sebagian besar contoh mempunyai 101

20 tingkat morbiditas rendah, dalam keadaan sehat sistem imun akan berfungsi secara efisien. Tidak ada hubungan yang nyata antara status gizi berdasarkan antropometri dengan morbiditas contoh. Morbiditas contoh sebagian besar termasuk dalam kategori rendah sehingga tidak akan mempengaruhi status gizi contoh. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar status gizi contoh dalam keadaan normal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 34 contoh diperoleh hasil sebagian besar contoh (47.1%) berusia 8 tahun. Lebih Sebagian besar 102

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan baseline dari penelitian Dr. Ir. Sri Anna Marliyati MSi. dengan judul Studi Pengaruh Pemanfaatan Karoten dari Crude Pal Oil

Lebih terperinci

Status Imun SISTEM IMUN

Status Imun SISTEM IMUN Status Imun Imunitas Pengertian awal imunitas adalah perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi adalah perlindungan terhadap penyakit infeksi. Dalam keadaan sehat respon imun berfungsi secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS ANTROPOMETRI DAN VITAMIN A DENGAN STATUS IMUN SISWA SEKOLAH DASAR USIA 7-9 TAHUN DI CIBEBER, LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN STATUS ANTROPOMETRI DAN VITAMIN A DENGAN STATUS IMUN SISWA SEKOLAH DASAR USIA 7-9 TAHUN DI CIBEBER, LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN STATUS ANTROPOMETRI DAN VITAMIN A DENGAN STATUS IMUN SISWA SEKOLAH DASAR USIA 7-9 TAHUN DI CIBEBER, LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR Oleh Anjas Nurlina Muktiningrum I14086013 DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Tingginya angka morbiditas dan mortalitas anak merupakan akibat panjang dari rendahnya imunitas yang dapat disebabkan karena kurangnya pembentukan IgG.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut Almatsier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA BAB II T1NJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Anak Balita Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Besar uang saku

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Besar uang saku TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Menurut Hurlock (1999), anak usia sekolah dasar termasuk ke dalam fase akhir masa kanak-kanak (late childhood). Fase ini berlangsung dari usia 6 tahun dan berakhir saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang (Suhardjo, 1989). Menurut Roedjito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana pertumbuhan manusia, pada masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan dan gizinya dapat mudah terpengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.35% per tahun, sehingga setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

Kekurangan Vitamin A (KVA)

Kekurangan Vitamin A (KVA) Paper Pengantar Gizi Masyarakat Kekurangan Vitamin A (KVA) Diajeng Puspa Arum Maharani 100911144 IKMA 09 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2011 KURANG VITAMIN A (KVA) Vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Status gizi..., Fildza Sasri Peddyandhari, 31 FK UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Status gizi..., Fildza Sasri Peddyandhari, 31 FK UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 4 HASIL Dari perhitungan besar sampel didapatkan sampel minimal sebesar 78 sampel, dan untuk mengantisipasi adanya responden yang masuk ke dalam kriteria eksklusi, ditetapkan menjadi 85 sampel. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Pangan sebagai sumber gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Pembangunan Indonesia kedepan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) (2005-2025) adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri,

Lebih terperinci

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita 16 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sebuah rumah tangga akan mempengaruhi strategi dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Karakteristik rumah tangga itu antara lain besar rumah tangga, usia kepala rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Anak Sekolah Dasar

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Anak Sekolah Dasar TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Mata pencaharian dapat dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Kehidupan penduduk dapat dibedakan menjadi dua corak yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Balita 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci