BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/Menkes/ Per/XI/2005 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan. 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan. 3. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan. 4. Perumusan kebijakan dan perizinan yang berkaitan dengan dengan obat dan makanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi. 6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. 1

2 B. Visi, Misi, Strategi Utama, Sasaran Departemen Kesehatan dan Nilai-nilai 1. Visi Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Yaitu adalah suatu kondisi dimana masyarakat Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit, termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. 2. Misi Misi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Membuat Rakyat Sehat. Dimana dalam hal ini Departemen Kesehatan harus mampu sebagai penggerak dan fasilitator pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, untuk membuat rakyat sehat, baik fisik, sosial, maupun mental/jiwanya. 3. Strategi Utama 4 Strategi Utama (Grand Strategy) dari Departemen Kesehatan adalah : 1. Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat 2. Meningkatkan Akses Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan yang berkualitas 3. Meningkatkan System Surveillance Monitoring dan Informasi Kesehatan 4. Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan 2

3 4. Sasaran Departemen Kesehatan Departemen Kesehatan memiliki 17 sasaran utama sebagai penjabaran dari 4 strategi utama di atas, yaitu : 1. Seluruh desa menjadi desa siaga 2. Seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat 3. Seluruh keluarga sadar gizi 4. Setiap orang miskin mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu 5. Setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat resiko tinggi terlindung dari penyakit 6. Di setiap desa tersedia SDM Kesehatan yang kompeten 7. Di setiap desa tersedia cukup obat essensial & alkes dasar 8. Puskesmas & jejaring dapat menjangkau dan dijangkau masyarakat di wilayah kerjanya 9. Pelayanan kesehatan di setiap RS, Puskesmas & jaringannya memenuhi standar mutu 10. Setiap kejadian penyakit dilaporkan secara cepat dan tepat pada kades/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat 11. Setiap KLB dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat & tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat 12. Semua sediaan farmasi, makanan & perbekalan kesehatan memenuhi syarat 13. Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan 14. Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia 15. Pembangunan Kesehatan memperoleh prioritas penganggaran Pemerintah Pusat dan Daerah 16. Anggaran Kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya Pencegahan dan Promosi Kesehatan 3

4 17. Terciptanya Sistem Jaminan Pembiayaan Kesehatan terutama bagi masyarakat miskin Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertanggung jawab langsung terhadap 2 diantara 17 sasaran di atas, yaitu sasaran ke-7 dan ke-12, yaitu : 1. Di setiap desa tersedia cukup obat essensial & alkes dasar 2. Semua sediaan farmasi, makanan & perbekalan kesehatan memenuhi syarat 5. Nilai-nilai Berdasarkan semangat yang menjiwai Visi dan Misi yang telah dirumuskan, maka nilai-nilai yang diyakini dan ingin dibangun serta diterapkan adalah sebagai berikut : BERPIHAK PADA RAKYAT : memahami dan ikut merasakan masalah yang dihadapi dan mau berpartisipasi misalnya pengadaan obat-obatan /vaksin yaitu obat buffer stock Propinsi/Kabupaten/Kota, obat buffer stock Pusat, obat flu burung, obat untuk keluarga miskin dan obat oseltamivir. Revitalisasi Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota se Indonesia. BERTINDAK CEPAT DAN TEPAT : mengenali harapan masyarakat dan memenuhi janji secara tepat waktu, menunjukkan rasa hormat, komitmen, dan mendorong partisipasi karyawan dalam pelayanan masyarakat. KERJASAMA TIM : bekerja dalam kebersamaan jauh lebih baik dari pada bekerja sendiri-sendiri. INTEGRITAS YANG TINGGI : bekerja dengan ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh dan bermoral tinggi. 4

5 TRANSPARAN DAN AKUNTABILITAS : melaksanakan tugas secara transparan dan hasil kerja dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggung-gugatkan kepada publik. 5

6 BAB II PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN Sebagaimana di tuangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 331/Menkes/SK/V/2006 tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun , Program Obat dan Perbekalan Kesehatan bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika. Tugas dari Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan Keputusan Menkes Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut maka Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi yaitu (1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan; (2) Pelaksanaan kebijakan di bidang bina penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan; (3) Penyusunan Standard, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penggunaan obat rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan; (4) Perumusan kebijakan dan perizinan yang berkaitan dengan obat dan makanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (5) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dan (6) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. Adapun susunan organisasi di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah (1) Sekretariat Direktorat Jenderal ; (2) Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional; (3) ) Direktorat Bina Farmasi Komunitas 6

7 dan Klinik; (4) ) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; dan (5) Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan. 1. Kegiatan Pokok Kegiatan pokok Program Obat dan Perbekalan Kesehatan tahun yang dilaksanakan adalah: 1. Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan 2. Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan 3. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit 4. Peningkatan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan 2. Kegiatan Indikatif Kegiatan Indikatif Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Tahun yang dilaksanakan meliputi : 1) Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan : a) Menyusun dan menerapkan kebijakan peningkatan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan yang terus diperbaharui dan diimplementasikan serta dimonitor dan dievaluasi secara reguler dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan, pengembangan dan intersektoral; b) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam manajemen suplai dan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan sektor publik di pelayanan kesehatan dasar; c) Menjamin akses terhadap obat essensial sebagai hak asasi manusia; 7

8 d) Mengintegrasikan obat tradisional/komplementer dan alternatif kedalam sistem pelayanan kesehatan nasional setelah memenuhi persyaratan; e) Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional/ komplementer dan alternatif; f) Meningkatkan pemerataan obat esensial, termasuk obat-obat untuk HIV/AIDS, malaria, TB, penyakit anak dan penyakit tidak menular; g) Meningkatkan dana publik untuk obat sejalan dengan mekanisme sadar biaya (cost containment mechanism); h) Meningkatkan pemerataan obat melalui pengembangan perbantuan; i) Meningkatkan manfaat obat dalam jaminan kesehatan sosial dan pembiayaan pra-bayar; j) Menyusun kebijakan harga obat dan informasi perubahan harga obat; k) Mengimplementasikan kebijakan obat generik; l) Mendorong pengembangan produksi dalam negeri; m) Meningkatkan Cara Pengadaan Obat Yang Baik (Good Procurement Practices) dan efisiensi pengadaan obat; n) Menjamin ketersediaan dan mencegah penyalahgunaan Narkotik & Psikotropik; o) Melaksanakan dan memonitor regulasi dibidang obat dan perbekalan kesehatan secara efektif; p) Meningkatkan sistem manajemen dan pertukaran informasi. 2) Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan : a) Menyusun dan menerapkan kebijakan peningkatan mutu, keamanan dan kemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan yang terus diperbaharui dan diimplementasikan serta dimonitor dan dievaluasi secara reguler dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan, pengembangan dan intersektoral; 8

9 b) Melindungi aspek-aspek kesehatan masyarakat dengan mempertimbangkan kesepakatan internasional, regional, dan bilateral; c) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang produksi dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan; d) Meningkatkan sistem jaminan mutu dibidang obat dan perbekalan kesehatan; e) Melaksanakan Post-marketing surveillance mengenai keamanan obat dan perbekalan kesehatan yang berkesinambungan; f) Menurunkan peredaran obat-obat substandar dan obat palsu; g) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi, serta mengembangkan networking. 3) Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit : a) Menyusun dan menerapkan kebijakan peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit yang terus diperbaharui dan diimplementasikan serta dimonitor dan dievaluasi secara reguler dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan, pengembangan dan intersektoral; b) Melindungi aspek-aspek kesehatan masyarakat dengan mempertimbangkan kesepakatan internasional, regional, dan bilateral; c) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia kefarmasian melalui pelaksanaan jabatan fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker; d) Menjamin akses terhadap obat esensial sebagai hak asasi manusia; e) Menerapkan etik profesi dan mengimplementasikan praktek anti-korupsi dalam sektor kefarmasian; 9

10 f) Mengintegrasikan obat tradisional/ komplementer dan alternatif kedalam sistem pelayanan kesehatan nasional setelah memenuhi persyaratan; g) Menyusun dan memperbaharui norma, standar, dan pedoman pelayanan kefarmasian di komunitas dan rumah sakit; h) Melaksanakan dan memonitor regulasi dibidang pelayanan kefarmasian secara efektif; i) Meningkatkan sistem manajemen dan pertukaran informasi; j) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi, serta mengembangkan networking; k) Menyelenggarakan pelatihan tentang pelayanan kefarmasian yang baik. 4) Peningkatan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan : a) Menyusun dan menerapkan kebijakan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang terus menerus diperbaharui dan diimplementasikan serta dimonitor dan dievaluasi secara reguler, dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan, pengembangan dan intersektoral; b) Melindungi aspek-aspek kesehatan masyarakat dengan mempertimbangkan kesepakatan internasional, regional, dan bilateral; c) Melakukan advokasi kerasionalan penggunaan obat oleh profesi kesehatan dan konsumen; d) Menyusun dan mendesiminasikan daftar obat essensial, pedoman klinis, dan formularium; e) Menyebarluaskan informasi obat yang independen dan dapat dipercaya; f) Mendorong promosi obat yang bertanggungjawab dan etis kepada profesi kesehatan dan konsumen; g) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan konsumen; 10

11 h) Membentuk komite obat dan terapi di institusi kesehatan tingkat nasional maupun daerah; i) Menyusun pedoman pencegahan resistensi antibiotika; j) Meningkatkan kerasional penggunaan obat melalui pendekatan strategi cost-effective 3. Sasaran a. Ketersediaan obat essensial-generik di sarana pelayanan kesehatan = 95% b. Anggaran untuk obat essensial-generik di sektor publik = Rp ,- /kapita/tahun (setara 2 US$ dengan asumsi 1 US$ = Rp ,- ) 4. Kebijakan a. Peningkatan kualitas sarana pelayanan kefarmasian di desa b. Peningkatan kualitas sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan c. Peningkatan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan khususnya di sektor publik yang lengkap jenis, jumlah cukup dan mudah diperoleh setiap saat dengan harga terjangkau dan kualitas terjamin d. Pelaksanaan perizinan dalam rangka perlindungan terhadap penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi standar mutu, keamanan dan kemanfaatan e. Penyelenggaraan pelayanan farmasi yang berkualitas melalui penerapan jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker serta pelaksanaan pendidikan berkelanjutan f. Penyelenggaraan pembinaan, advokasi dan promosi penggunaan obat rasional antara lain melalui pengembangan sumber daya kesehatan yang tersedia g. Pelaksanaan harmonisasi standar bidang kefarmasian dan alat kesehatan dengan standar regional maupun internasional 11

12 5. Strategi a. Melakukan regulasi dibidang obat dan perbekalan kesehatan b. Mengoptimalkan industri farmasi berbasis keanekaragaman sumber daya alam dan keunggulan daya saing c. Meningkatkan penerapan standar mutu, keamanan dan kemanfaatan serta kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan d. Meningkatkan profesionalitas tenaga farmasi e. Memberdayakan komite farmasi dan terapi serta pelaksanaan komunikasi, informasi dan edukasi 6. Pembiayaan Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan dibiayai melalui : 1) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2006 sebesar Rp ,- (lima ratus lima puluh enam milyar lima ratus empat belas juta delapan ratus tujuh puluh ribu rupiah). 2) DIPA Luncuran Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada tahun anggaran 2006 mendapat DIPA Luncuran sebesar Rp ,-. 3) DIPA Dekonsentrasi Program Bina kefarmasian dan alat kesehatan yang dilaksanakan oleh provinsi dibiayai melalui DIPA Dekonsentrasi sebesar Rp ,-. 4) DIPA Tugas Pembantuan adalah sebesar Rp ,- untuk rehabilitasi dan sarana Gudang Farmasi Kabupaten/Kota Program Obat dan Perbekalan Kesehatan untuk anggaran tahun 2006 di 32 Propinsi. 5) Dana Hibah Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun

13 No Sumber Kegiatan Alokasi Realisasi % Keterangan Dana 1 JICS Procurement of Drugs/ Medical & Equipment in NAD 2 JICS Emergency relief good (Medicine and Equipment) in Sumatera 3 JICA Pelatihan Pengelolaan Obat 4 JICA Pelatihan Pengelolaan Obat Kab/Kota JPY Rp JPY Rp Dilaksanakan oleh JICS melalui PT SUMITOMO JPY JPY 100 Dilaksanakan Rp Rp oleh JICS melalui PT KIMIA FARMA Rp Rp ,49 Dilaksanakan oleh Dit Bina Oblik dan Perbekkes Rp Rp ,85 Dilaksanakan oleh Dit Bina Oblik dan Perbekkes Tabel -1: Daftar Kegiatan Yang Dibiayai Dana JICS dan JICA 13

14 ALOKASI DAN REALISASI KEGIATAN PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN TAHUN ,000,000,000 96,01% 500,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000,000 ALOKASI REALISASI 100,000,000,000 85,14% 89,34% 0 DITJEN BINFAR DAN ALKES DEKON TUGAS PEMBANTUAN Grafik-1: Alokasi Anggaran dan Realisasi Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Tahun

15 BAB III SUMBER DAYA A. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang bertugas di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan sampai akhir tahun 2006 berjumlah 186 orang, dengan perincian pejabat struktural 64 orang, jabatan fungsional 6 orang dan tenaga staf sebanyak 116 orang. Yang bertugas di Sekretariat Ditjen Binfar dan Alkes berjumlah 76 orang, terdiri dari pejabat struktural 18 orang, jabatan fungsional 8 orang dan staf 50 orang, sedangkan yang berkedudukan dimasing-masing Direktorat adalah 1). Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional berjumlah 24 orang, terdiri dari pejabat struktural 11 orang, dan staf 13 orang, 2). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik berjumlah 27 orang, terdiri dari pejabat struktural 11 orang dan staf 16 orang, 3). Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan berjumlah 30 orang, terdiri dari pejabat struktural 11 orang dan staf 19 orang, 4). Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berjumlah 29 orang, terdiri dari pejabat strukural 13 orang, dan staf 16 orang. Berdasarkan pendidikan dapat dikelompokkan S2 (pasca sarjana) 34 orang, Apoteker 49 orang, Dokter umum 3 orang, Dokter Gigi 1 orang, Sarjana Hukum 5 orang, Sarjana Ekonomi 4 orang, Sarjana Sosial 12 orang, Sarjana Teknik 2 orang, Sarjana Komputer 1 orang, Sarjana Pendidikan 1 orang, Diploma/D3 Farmasi 15 orang, Sarjana Muda lain 3 orang, SMF 6 orang, SLTA 48 orang, SLTP 2 orang. 15

16 PETA PENDIDIKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN BINFAR DAN ALKES S/D TAHUN Pasca Sarjana Apt Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Hukum Sarjana Ekonomi Sarjana Sosial Sarjana Teknis Sarjana Komput er Sarjana D3 Farmasi Pendidikan Sarjana Muda Lainnya SM F SLTA SLTP SDM Grafik-2: Peta SDM Ditjen Binfar dan Alkes Menurut Pendidikan Tahun 2006 Pelatihan yang diikuti oleh pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah berdasarkan diklat penjenjangan (struktural) adalah 2 orang yang mengikuti Diklat Kepemimpinan Tingkat III (SPAMA) dan 2 orang yang mengikuti Diklat Kepemimpinan Tingkat IV (ADUM) sedangkan berdasarkan Diklat Fungsional adalah 30 orang mengikuti peningkatan dan ketrampilan strategic leadership dengan pendekatan learning organization, 21 orang mengikuti ujian sertifikasi pembekalan pengadaan barang dan jasa, 3 orang mengikuti teknik Manajemen bagi eselon III dan IV, 1 orang mengikuti Workshop Nasional Analisis Jabatan Standar Kompetisi Jabatan dan Evaluasi Jabatan, 16

17 31 orang mendapatkan Piagam Penghargaan dari Presiden RI Satyalancana Karya Satya XX Tahun dan 14 orang mendapatkan piagam Penghargaan dari Menteri Kesehatan RI Bakti Karya Husada Dwi Windu. B. Keuangan Realisasi Keuangan : 1. DIPA Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Anggaran pada DIPA Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2006 sebesar Rp ,- terdiri dari DIPA sekretariat 2006 dan DIPA luncuran tahun 2005 digunakan untuk 1). membiayai operasional pendukung program teknis kefarmasian sebesar Rp ,-, (termasuk didalamnya pengadaan obat buffer stock pusat, buffer stock propinsi dan obat untuk bencana) dengan realisasi sebesar Rp ,- (96,64%); 2). Program Bina Penggunaan Obat Rasional sebesar Rp ,- dengan realisasi Rp ,- (95,84 %); 3). Program Bina Farmasi Komunitas dan Klinik sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (91,14 %); 4). Program Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (80,03 %); serta 5). Program Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (90.66 %) 17

18 NO Program Kegiatan Alokasi Realisasi Rupiah % 1 Penunjang Teknis , ,64 2 Dana Luncuran Bina POR ,84 3 Bina Farkomnik , ,14 4 Bina Oblik & Perbekes , ,03 5 Bina Prodis Alkes Jumlah ,01 Tabel-2: Alokasi dan Realisasi Anggaran DIPA Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2006 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN PERSATUAN KERJA DITJEN BINFAR DAN ALKES TAHUN 2006 (dalam ribu rupiah) 600,000,000 96,64% 500,000, ,000, ,000, ,000,000 ALOKASI REALISASI 100,000,000 90,66% 74,91% 95,84% 91,14% 80,03% - Dit Bina Prodis Alkes Set Ditjen Binfar Dan Alkes Dana Luncuran Dit Bina POR Dit Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Dit Bina Obat Publik dan Bekkes Grafik-3: Alokasi Anggaran dan Realisasi DIPA Ditjen Binfar dan Alkes Tahun

19 2. DIPA Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Dana Dekonsentrasi adalah dana-dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan, dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Program Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dilaksanakan oleh provinsi dibiayai melalui DIPA Dekonsentrasi juga sebesar Rp ,- dengan jenis kegiatan sebagai berikut: NO Jenis Kegiatan Dana 1. Biaya Operasional Monitoring Rp ,- Ketersediaan Obat 2. Biaya Operasional Gudang Obat Rp ,- Propinsi & Gudang Farmasi Kab/Kota 3. Peningkatan Program Kefarmasian Rp ,- dan Alat Kesehatan J U M L A H Rp ,- Tabel-3: Alokasi DIPA Dekonsentrasi Tahun 2006 Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. DIPA Tugas Pembantuan adalah sebesar Rp ,- Alokasi setiap Propinsi tidak sama. Laporan pelaksanaan kegiatan DIPA Dekonsentrasi dan DIPA Tugas Pembantuan diatur 19

20 dalam Peraturan Menteri Keuangan No: 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Pelaporan realisasi DIPA Dekonsentrasi dan dan DIPA Tugas Pembantuan belum optimal karena sumber daya manusia di propinsi kurang memahami Sistem pelaporan menggunakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) serta prosedur pelaporannya. Satker di Propinsi/ Kabupaten/Kota tidak memberikan laporan penggunaan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan tersebut ke tingkat eselon 1 (satu) sebagaimana mestinya. 20

21 BAB IV REALISASI KEGIATAN TAHUN 2006 A. REALISASI KEGIATAN DUKUNGAN DAN OPERASIONAL: 1. Program Dukungan Administrasi dan Operasional Program kefarmasian 1.1 Sumber Daya Manusia Sekretariat Ditjen Binfar dan Alkes terdiri dari 4 bagian yaitu 1). Bagian Umum dan Kepegawaian, 2) Bagian Program dan Informasi, 3). Bagian Keuangan dan 4). Bagian Hukum dan Organisasi. Sumber daya manusia yang ada di sekretariat Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan berjumlah 76 orang, terdiri dari pejabat struktural 18 orang, jabatan fungsional 8 orang dan staf 50 orang. 1.2 Keuangan Anggaran Sekretariat Ditjen Binfar dan Alkes tahun 2006 sebesar Rp ,-dengan realisasi sebesar Rp ,- (96,64%) dan dana luncuran sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (74.91 %). 1.3 Sarana dan Prasarana 1) Melakukan pemeliharaan/perbaikan sarana kerja/kantor Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, termasuk renovasi gudang obat pusat. 2) Pengadaan obat buffer stock pusat, buffer stock propinsi dan obat bencana 3) Pengadaan sarana dan prasarana kantor termasuk alat pengolah data, kendaran operasional, pembangunan gudang obat pusat. 21

22 1.4 Regulasi dan Registrasi 1) Penyusunan peraturan Perundang-undangan tentang 1) Obat, bahan obat dan perbekalan kesehatan; 2) Peraturan Perundangundangan narkotika, psikotropika dan bahan berbahaya; 3) Peraturan Perundang-undangan bidang Obat Tradisional; 4) Peraturan Perundang-undangan tentang Kosmetika, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; 5) Peraturan Perundang-undangan tentang makanan dan minuman; 6) Peraturan Perundang-undangan tentang tenaga kefarmasian dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Apotik. 2) Peningkatan pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan melalui kegiatan promosi, pameran, dokumentasi dan publikasi kepada masyarakat melalui media elektronik dan media cetak. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam hal ini Bagian Hukum dan Organisasi menangani izin Usaha yaitu izin Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF), Pedagang Besar Bahan Baku farmasi (PBBBF), Industri Obat Tradisional dan Industri Kosmetika yang diproses Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Surat Keputusan izin usahanya ditandatangani oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sampai Bulan Desember tahun 2006 Total usulan 204 buah, izin yang telah diterbitkan 187 buah. Secara rinci usulan yang diterima PBF 150 buah ijin yang diterbitkan 137 buah, usulan PBBBF 27 buah sedangkan izin yang diterbitkan 25 buah, usulan Industri Farmasi 8 buah semua telah diterbitkan izinnya, usulan Industri Obat Tradisional 9 yang diterbitkan 8 buah, dan usulan Industri Kosmetika 10 buah yang telah terbit 9 buah. Pada prinsipnya semua berkas yang masuk diproses dan paling lambat 12 (dua belas) hari kerja terhitung setelah berkas lengkap SK 22

23 perizinan sudah diterbitkan tetapi ada beberapa berkas yang masih dalam proses karena ada beberapa persyaratan yang belum lengkap. DATA PROSES PERIZINAN PBF, PBBBF, INDUSTRI FARMASI, OBAT TARDISIONAL, KOSMETIKA TAHUN PBF PBBBF INDUSTRI OBAT TARDISIONAL KOSMETIKA JML. PERMOHONAN IZIN TERBIT Grafik-4 : Realisasi Perizinan PBF, PBBF, Industri Farmasi, Obat Tradisional, dan Kosmetika Tahun Selain izin usaha, Ditjen Binfar dan Alkes juga menerbitkan izin import/eksport prekursor, psikotropika dan narkotika, yang meliputi izin Importir Produsen (IP Prekursor) 31 buah, Importir Produsen Psikotropika (IP-Psikotropika) 14 buah, Importir Produsen Narkotika (IP-Narkotika) 1 buah khusus untuk PT.Kimia Farma, Importir terdaftar Prekursor (IT-Prekursor) 2 buah, Importir terdaftar Psikotropika (IT- Prekursor) 39 buah, Eksportir Produsen Prekursor (EP-Prekursor) 3 buah, Eksportir Produsen Psikotropika (EP-Psikotropika) sebanyak 2 buah, Surat Persetujuan Import (SPI) Prekursor 195 buah, Surat Persetujuan Impor (SPI) Psikotropika 139 buah, Surat Persetujuan Impor (SPI) Narkotika 29 buah, Surat Persetujuan Eksport (SPE) Prekursor 18 buah, Surat Persetujuan Eksport (SPE) Psikotropika 10 23

24 buah. Selama tahun 2006 jumlah total izin yang dikeluarkan sebanyak 453 buah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: KATEGORI PREKURSOR/ JUMLAH PSIKOTROPIKA/NARKOTIKA IP PREKURSOR/ 31 IP PSIKOTROPIKA 14 IP NARKOTIKA 1 SPI PREKURSOR/ 195 SPI PSIKOTROPIKA 139 SPI NARKOTIKA 29 SPE PREKURSOR/ 18 SPE PSIKOTROPIKA 10 EP PREKURSOR/ 3 EP PSIKOTROPIKA 2 IT PREKURSOR/ 2 IT PSIKOTROPIKA 9 Jumlah 453 Tabel-4: Daftar Perizinan Prekursor, Psikotropika, dan Narkotika yang Diterbitkan Tahun 2006 Perundang undangan Tahun 2006 telah diterbitkan peraturan bidang kefarmasian diantaranya : 1) Kepmenkes RI No.068/Menkes/SK/II/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik pada Label Obat. 2) Kepmenkes RI No.069/Menkes/SK/II/2006 tentang Pencantuman Harga Eceran Tertinggi (HET) pada Label Obat. 3) Kepmenkes RI No.314/Menkes/SK/V/2006 Perubahan Atas Kepmenkes No. 068/Menkes/SK/II/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat. 4) Kepmenkes RI No.370/Menkes/SK/V/2006 tentang Perubahan Atas Kepmenkes No. 314/Menkes/SK/V/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada label Obat. 5) Kepmenkes RI No.336/Menkes/SK/II/2006 tentang Harga obat Generik. 24

25 6) Kepmenkes RI No.487/Menkes/SK/VII/2006 tentang Perubahan Atas Kepmenkes No.336/Menkes/SK/V/2006 tentang harga Jual Obat Generik. 7) Kepmenkes RI No.720/Menkes/SK/IX/2006 tentang Harga Obat Generik. Sedangkan peraturan bidang kefarmasian yang sedang diproses adalah: 1) Rancangan Keputusan presiden tentang Retroviral 2) Rancangan Undang-undang tentang Narkotika 3) RPP tentang Prekursor 4) RPP tentang Pekerjaan Kefarmasian 5) Rancangan Kepmenkes tentang Bahan Tambahan Makanan. 1.5 Pengembangan Program Melakukan pengumpulan, pemutakhiran data, pemantauan, evaluasi, penilaian dan monitoring terhadap pelaksanaan program bina kefarmasian dan alat kesehatan serta survey pencapaian indikator kinerja program obat dan perbekalan kesehatan. Hasil dari kegiatan ini adalah terkumpulnya data kefarmasian secara nasional yang dapat menggambarkan pelaksanaan program kefarmasian dan pencapaian indikator program di propinsi Melakukan penyusunan program dan rencana kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dari kegiatan ini telah tersusun Rencana Kerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) program obat dan perbekalan kesehatan dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun

26 1.5.3 Penyelenggaraan pertemuan Rapat Konsultasi Nasional dalam rangka perumusan komitmen dan rekomendasi bidang program Obat dan Perbekalan Kesehatan Melaksanakan pembinaan/bimbingan teknis program bina kefarmasian dan alat kesehatan Pengembangan informasi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan pembuatan Software Sistem Pengelolaan Data, pada tahun ini difokuskan pada pengelolaan data pelaporan PBF, Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika Perumusan Kebijakan teknis program kefarmasian dengan pertemuan yang melibatkan pelaksana program di daerah. 1.6 Realisasi Kegiatan 1) Terlaksananya administrasi umum di Sekretariat Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2) Tersusunnya naskah buku lainnya: a. Tersusunnya indikator dan evaluasi keberhasilan program obat dan perbekalan kesehatan di 33 propinsi di Indonesia b. Tersusunnya laporan tahunan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2006 c. Terlaksananya pembuatan himpunan peraturan perundangundangan di bidang farmasi dan alat kesehatan dalam bentuk buku. d. Terlaksananya revisi buku kumpulan peraturan jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker. e. Tersusunnya Kebijakan Obat Tradisional 3) Terlaksananya pengadaan buku-buku perpustakaan 4) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan fungsional a. Terlaksananya Bimbingan teknis jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker di 33 propinsi. b. Terlaksananya pembahasan dan penilaian tim penilai jabatan fungsional Apoteker & Asisten Apoteker. 26

27 c. Tercapainya Peningkatan Kompetensi Tim Penilai jabatan fungsional Apoteker & Asisten Apoteker. d. Tercapainya Peningkatan Ketrampilan dengan pelatihan emotional spritual quotient bagi pejabat dengan 20 orang kelas eksekutif dan 40 orang kelas profesional. e. Terlaksananya Peningkatan kemampuan di Bidang Perencanaan. f. Terlaksananya Pelatihan Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker 5) Terlaksananya pengadaan makanan/minuman penambah daya tahan tubuh. 6) Terlaksananya pelantikan/pengambilan sumpah jabatan 7) Terlaksananya pembinaan administrasi pengelolaan kepegawaian. a. Tersusunnya pemutakhiran data kepegawaian b. Terlaksananya percepatan penyelesaian sistem informasi manajemen kepegawaian (SIMKA) bagi PNS c. Terlaksananya Daftar Urut Kepangkatan (DUK) pegawai negeri sipil d. Tersusunnya formasi pegawai Ditjen Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan. 8) Tersusunnya sistem informasi pendayagunaan aparatur negara. Terlaksananya penyuluhan dan peningkatan profesionalitas jabatan fungsional administrasi kesehatan di Jawa Barat 9) Terlaksananya pengadaan pakaian dinas pegawai Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 10) Tersusunnya/terkumpulnya/terlaksananya pengolahan/updating/analisa data dan statistik di 33 propinsi 11) Tersusunnya program dan rencana kerja/teknis/program a. Tersusunnya substansi materi promosi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. b. Tersusunnya program kefarmasian di daerah perbatasan di Jawa Barat 27

28 c. Tersusunnya program kefarmasian di daerah bencana 12) Terlaksananya penyusunan program dan rencana kerja Setditjen Binfar dan Alkes. 13) Terlaksananya penyusunan/perumusan sistem dan prosedur teknis. Terlaksananya penyusunan/perumusan sistem dan prosedur teknis kebijakan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang diikuti oleh 33 propinsi. 14) Terlaksananya pembinaan dan evaluasi hasil-hasil pemeriksaan (LHP) dan tindak lanjut 15) Terlaksananya penyelenggaraan humas dan protokol 16) Terlaksananya pameran/visualisasi/publikasi dan promosi. a. Penyusunan buletin Infarkes Ditjen Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan. b. Terlaksananya Press Tour mengikuti kunjungan kerja Menteri Kesehatan/ Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan ke Propinsi/Kabupaten/Kota c. Terlaksananya pameran Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan d. Terlaksananya promosi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui berbagai media yaitu media TV, penyiaran spot iklan melalui TV, dialog interaktif dan built in TV, media massa, siaran melalui radio di 32 propinsi, poster, stiker dan leaflet 2 muka. 17) Terlaksananya Penyuluhan dan penyebaran informasi a. Tersosialisasinya sistem pelaporan PBF di 6 Propinsi yaitu propinsi Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan dan Riau dengan mengundang 40 PBF per-propinsi. b. Tersosialisasinya Kebijakan Obat Nasional c. Tersosialisasinya sistem pelaporan narkotika d. Tersosialisasinya peraturan perundang-undangan bidang farmasi yang baru 28

29 18) Terlaksananya Evaluasi Program dan Penyusunan Laporan 19) Terlaksananya Penyelenggaraan ceramah/ diskusi/ seminar/ sarasehan Terlaksananya Seminar Lokakarya Nasional dalam rangka Kebijakan Obat Tradisional 20) Terlaksananya rapat-rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan kelompok kerja a. Terlaksananya rapat-rapat koordinasi/kerja/dinas/pimpinan kelompok kerja b. Terlaksananya Konsultasi pemantapan monitoring dan evaluasi program Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan c. Terlaksananya konsultasi lintas sektor evaluasi program kesehatan program Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 21) Kerjasama antar instansi pemerintah/swasta/ lembaga terkait 22) Terlaksananya Penatausahaan, pembukuan verifikasi & pelaksanaan anggaran a. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). b. Tersusunnya petunjuk teknis pelaksana anggaran c. Tersusunnya petunjuk teknis pertanggungjawaban pengelolaan keuangan d. Tersusunnya Harga Perhitungan Sendiri (HPS)/Owner Estimate (OE). e. Tersusunnya Pembukuan dan verifikasi pertanggung jawaban keuangan semester I dan II f. Terlaksananya rekonsiliasi data Perhitungan Anggaran (PA) semester I dan II g. Terlaksananya tindak lanjut hasil pembukuan dan verifikasi pertanggungjawaban keuangan. h. Terevaluasinya pelaksana anggaran 23) Terlaksananya penelitian klasifikasi, registrasi, penerapan sistem kearsipan. a. Terevaluasinya penerapan kearsipan. 29

30 b. Terlaksananya Penataan berkas dan sistem kearsipan dinamis di Sekretariat Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. c. Terlaksananya Penataan berkas dan sistem kearsipan dinamis di Tingkat Eselon II Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. d. Terlaksananya pembinaan pengelolaan kearsipan elektronik. 24) Terlaksananya pengepakan/pengiriman/pengangkutan barang 25) Terlaksananya koordinasi penyusunan peraturan perundangundangan dan bantuan hukum. a. Terlaksananya review/inventaris peraturan perundangan Bidang Obat, Bahan Obat (Prodis ijin edar) dan bidang Perbekalan Kesehatan. b. Terlaksananya review/inventaris peraturan perundangundangan di bidang narkotik, psikotropik dan bahan berbahaya. c. Terlaksananya review/inventaris peraturan perundangundangan Bidang Obat Tradisional. d. Terlaksananya review/inventaris peraturan perundangundangan kosmetika, alat kesehatan dan PKRT. e. Terlaksananya review/inventaris peraturan perundangundangan Bidang makanan dan minuman, obat tradisional dan lain-lain. f. Terlaksananya pemantauan penanganan kasus hukum pengaduan masyarakat Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. g. Terlaksananya pembuatan naskah akademik untuk RPP tentang Tenaga Kefarmasian dan Apotik. h. Terlaksananya review peraturan perundang-undangan tentang Tenaga Kefarmasian dan RPP tentang Apotik. 26) Terlaksananya pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan. 30

31 a. Terlaksananya pembinaan perbendaharaan dalam rangka peningkatan SDM b. Tersusunnya Buku Petunjuk Tambahan Pelaksanaan Anggaran c. Tersusunnya bahan nota keuangan d. Tersusunnya peraturan perundang-undangan di bidang keuangan e. Terlaksananya bimbingan teknis pengelolaan keuangan f. Tersusunnya laporan realisasi g. Terlaksananya penyuluhan bendaharawan di bidang pengelolaan keuangan di Departemen Keuangan 27) Terlaksananya Perencanaan/implementasi/pengelolaan sistem akuntansi pemerintah a. Terlaksananya Pembinaan sistem akuntansi pemerintah dalam rangka peningkatan SDM b. Terlaksananya pengolahan data Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) semester I dan II c. Terlaksananya rekonsiliasi Data Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) semester I dan II d. Tersusunnya buku laporan realisasi anggaran dan neraca TK Eselon I e. Terlaksananya technical asistence Sistem Akuntansi 28) Terlaksananya pembinaan penerimaan negara bukan pajak a. Terlaksananya penyusunan dan pembahasan target PNBP b. Terlaksananya penyusunan dan pembahasan rancangan penetapan biaya PNBP untuk pelayanan prodis alkes c. Terlaksananya penyusunan dan pembahasan final besaran tarif PNBP untuk pelayanan prodis alkes. d. Terlaksananya rekonsiliasi realisasi PNBP untuk perhitungan anggaran semester I dan II. 29) Terlaksananya pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan. 31

32 a. Tersusunnya hasil pendataan dan penataan barang milik/kekayaan negara berbasis SAAT. b. Tersusunnya buku petunjuk penatausahaan barang milik/kekayaan negara di lingkungan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. c. Terlaksananya pembuatan protap penghapusan dan protap mekanisme penyerahan dan penerimaan barang. d. Terlaksananya pembuatan protap pengamanan instalasi prasarana gedung. e. Terlaksananya Pembuatan protap pemeliharaan dan peminjaman barang milik/ kekayaan negara f. Terlaksananya Pembuatan protap pemakaian ruang rapat dan protap permintaan barang habis pakai. g. Terlaksananya Pembuatan protap mekanisme pelaporan barang persediaan obat-obatan Bufferstock. h. Tersusunnya rencana kebutuhan dan sertifikasi barang milik negara tahun i. Menghadiri rapat koordinasi kegiatan administrasi dan pengelolaan perlengkapan. j. Tersusunnya laporan kegiatan pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan 3 triwulan. 30) Analisis/pengkajian pengembangan organisasi dan tata laksana yaitu tersusunnya Lakip Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 31) Terlaksananya pengembangan kelembagaan a. Terlaksananya pengembangan sumber daya manusia Kehumasan b. Terlaksananya pembekalan dan pemantapan program National Health Account Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. c. Meningkatnya ketrampilan leadership dengan pendekatan Learning Organization bagi pejabat Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 32

33 d. Terlaksananya pemantapan dan pembekalan sistem pelaporan PBF. e. Meningkatnya kemampuan di bidang operasional website Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. f. Meningkatnya kemampuan di bidang pengelolaan website. g. Terlaksananya Pemutakhiran data Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. h. Terlaksananya assement pelayanan farmasi di daerah perbatasan. i. Terlaksananya assement pelayanan farmasi di daerah pasca bencana. j. Terlaksananya rapat konsultasi teknis program Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan k. Terlaksananya pertemuan dalam rangka penyusunan pemantapan program dekonsentrasi Tahun l. Terselenggaranya perizinan sarana produksi dan distribusi farmasi. m. Tersusunnya kebutuhan obat di propinsi n. Tersusunnya bahan raker DPR, Pidato Presiden. o. Terlaksananya Pemantapan kinerja program dekonsentrasi. p. Terlaksananya pemantapan dan pembekalan sistem pelaporan narkotika. q. Terlaksananya pengembangan kemampuan di bidang hukum. 32) Terlaksananya pengadaan obat-obatan/vaksin yaitu obat Buffer Stock Propinsi/Kabupaten/Kota, Obat Buffer Stock Pusat, obat flu burung, obat untuk keluarga miskin dan obat oseltamivir. 33) Terlaksananya pembangunan gudang/lapangan penumpukan barang 34) Terlaksananya pengadaan perlengkapan sarana gedung 35) Terlaksananya pengadaan alat pengolah data. 36) Terlaksananya Pengadaan kendaraan bermotor roda-2. 37) Terlaksananya Pengadaan kendaraan bermotor roda-4 / roda-6 / roda

34 38) Terlaksananya pencetakan/penerbitan/pengadaan/laminasi. 39) Terlaksananya fasilitasi penguatan organisasi yaitu tersosialisasinya organisasi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 40) Terlaksananya pemantauan dan evaluasi a. Terlaksananya monitoring dan evaluasi hasil kegiatan promosi. b. Terlaksananya pemantauan dan analisa anggaran. c. Terlaksananya evaluasi dan kompilasi ketersediaan data di lingkungan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. d. Terlaksananya pemantauan revitalisasi GFK. e. Terlaksananya survey implementasi WOD ke 15 Propinsi. f. Terlaksananya survey implementasi laporan narkotika. g. Terlaksananya pembahasan/evaluasi dan penyusunan laporan dan pelaksanaan KW-SPM. h. Terlaksananya survey pencapaian indikator program Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun i. Terlaksananya survey ketersediaan obat di GFK. j. Terlaksananya pemantauan/monitoring/evaluasi peraturan perundang-undangan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. k. Terlaksananya pemantauan kinerja kewenangan wajib standar pelayanan minimum. B. PROGRAM BINA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL 1. Tujuan Untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan obat essensial nasional di setiap fasilitas kesehatan masyarakat, melindungi masyarakat dari resiko pengobatan irasional dan meningkatkan mutu, efisiensi dan efektifitas pelayanan farmasi. 2. Sasaran Untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan obat essensial nasional, melakukan promosi, pembinaan dan advokasi untuk 34

35 meningkatkan kemandirian masyarakat dalam penggunaan obat rasional dan obat essensial nasional, menyusun peraturan perundang-undangan dan mengembangkan SDM kesehatan untuk meningkatkan penggunaan obat rasional dan obat essensial nasional dan sasaran program dititikberatkan pada produsen obat, penjual obat, pemerintah dan daerah, tokoh masyarakat, pembuat iklan serta dengan sektor terkait. 3. Realisasi Kegiatan 3.1. Tersusunnya Formularium Spesialistik Penyakit Mata dengan dicapainya penyusunan Formularium Spesialistik Penyakit Mata dan peningkatan penggunaan obat rasional khususnya di bidang kesehatan mata Tersusunnya Profil Penggunaan Obat Generik di Rumah Sakit Pemerintah di 10 propinsi dengan dicapainya penyusunan profil penggunaan obat generik di Rumah Sakit Pemerintah Tersusunnya Profil Penggunaan Narkotika di 10 Rumah Sakit Propinsi/Kabupaten dengan tercapainya evaluasi implementasi pelaporan penggunaan narkotika, mengetahui jumlah dan jenis narkotika yang digunakan dan dibutuhkan serta meningkatkan penggunaan narkotika secara rasional di sarana kesehatan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Tersusunnya Data Formularium Puskesmas Berdasarkan Pola Penyakit diselenggarakan di Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Jambi dengan dicapainya penyusunan formularium mandiri bagi Puskesmas Kabupaten/Kota dan peningkatan penggunaan obat rasional khususnya di Puskesmas kabupaten/kota Tersusunnya Petunjuk Teknis Pelabelan Generik dan Harga Obat yang dilaksanakan di Jawa Tengah dengan dicapainya penyusunan petunjuk teknis tentang pelabelan generik, penerapan kebijakan Menteri Kesehatan tentang pelabelan generik dan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai obat. Kegiatan ini diikuti oleh Biro Hukum dan Organisasi 35

36 (Depkes), Industri obat, Direktorat Bina Obat Publik, dan Direktorat Farmasi Komunitas dan Klinik Tersusunnya Rencana Program dan Evaluasi Hasil Penyusunan Perencanaan Program dengan dicapainya mekanisme pelaksanaan program pembinaan POR dan hasil guna dan daya guna yang maksimal Terlaksananya Lomba Poster Penggunaan Obat Generik dan Antibiotika di Bali dan Penyelenggaraan Pameran Poster HKN dengan dicapainya peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan obat generik dan antibiotik, peningkatan pengetahuan masyarakat dalam penggunaan POR, identifikasi masalah dalam pengetahuan obat rasional, dan pengurangan penggunaan obat yang tidak rasional. Kegiatan ini diikuti oleh guru dan pelajar SMU di 15 propinsi Terlaksananya Pembudayaan dan Pemasyarakatan Sosialisasi Kebijakan Teknis di propinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan dicapainya pelaksanaan sosialisasi kebijakan teknis dan program dalam rangka peningkatan penggunaan obat rasional, identifikasi masalah dalam penggunaan obat rasional, dan penurunan penggunaan obat yang tidak rasional. Kegiatan ini diikuti oleh Dinas Kesehatan Propinsi Terlaksananya Evaluasi Implementasi Permenkes tentang Pelabelan Generik pada Kemasan Produk Obat dengan dicapainya perolehan data mengenai kepatuhan terhadap peraturan pemerintah tentang pelabelan generik, penerapan kebijakan Menkes tentang pelabelan generik, peningkatan penggunaan obat generik, dan peningkatan keterjangkauan obat bagi masyarakat. Kegiatan ini diikuti oleh organisasi profesi (IDI,ISFI), LSM (YLKI), dan pakar profesi Terlaksananya Evaluasi Implementasi Penggunaan Narkotika di Sarana Kesehatan di Bali dengan dicapainya perolehan data kebutuhan narkotika di rumah sakit, mengetahui besaran 36

37 kebutuhan narkotika di rumah sakit, mengetahui jenis narkotika yang dibutuhkan dan untuk menjamin ketersediaan oleh rumah sakit, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Direktorat Pelayanan Medik Terlaksananya Evaluasi Implementasi Pelaporan Penggunaan Psikotropika di Sarana Kesehatan di Sumatera Barat. Kegiatan ini diikuti oleh rumah sakit, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Direktorat Pelayanan Medik Terlaksananya Rapat Konsultasi KFT di Rumah Sakit dalam rangka Peningkatan Tugas dan Fungsi di RSUP di Makassar dengan dicapainya perolehan gambaran tentang masalah pelaksanaan tugas dan fungsi KFT di Rumah Sakit, mendapatkan masukan tentang kendala-kendala dalam implementasi KFT Rumah Sakit serta upaya-upaya pemecahannya, meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi KFT, dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Kegiatan ini diikuti oleh Dinas kesehatan 15 propinsi dan KFT Rumah Sakit Pendidikan Terlaksananya Bimbingan Teknis POR bagi dokter puskesmas di 5 propinsi yaitu propinsi Maluku Utara, Gorontalo, Papua, Nusa Tenggara Timur dan Nangroe Aceh Darussalam dengan dicapainya peningkatan kemampuan tenaga pelatih bagi dokter puskesmas dalam rangka peningkatan penggunaan obat rasional, memperoleh tenaga pelatih POR di kabupaten/kota, dan menyebarluaskan berbagai upaya penerapan penggunaan obat rasional. Kegiatan ini diikuti oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Terlaksananya Pembekalan Tenaga Perawat Puskesmas di Kabupaten/Kota dalam Meningkatkan POR di propinsi Sulawesi Selatan, 12 kab/kota di propinsi Jawa Tengah, 8 kab/kota di propinsi Bali, 10 kab/kota di propinsi Jawa Barat dengan dicapainya peningkatan kemampuan tenaga pelatih bagi perawat puskesmas dalam rangka peningkatan penggunaan 37

38 obat rasional, memperoleh tenaga pelatih POR di kabupaten/kota dan meningkatkan penggunaan obat rasional. Kegiatan ini diikuti oleh perawat Dinas Kesehatan Propinsi dan perawat Dinas Kesehatan Kabupaten/kota Terlaksananya Pembekalan Tenaga Dokter Puskesmas Kabupaten/Kota dalam Meningkatkan POR di 8 kabupaten/kota propinsi Sumatera Selatan, 8 kabupaten/kota di propinsi Bangka Belitung, 12 kabupaten/kota di propinsi kepulauan Riau, 6 kabupaten/kota di propinsi Nusa Tenggara Barat, propinsi Papua, propinsi Sulawesi Tenggara, propinsi Kalimantan Selatan dengan dicapainya peningkatan kemampuan tenaga pelatih bagi dokter puskesmas dalam rangka peningkatan penggunaan obat rasional, memperoleh tenaga pelatih penggunaan obat rasional di kabupaten/kota dan menyebarluaskan berbagai upaya penerapan penggunaan obat rasional. Kegiatan ini diikuti oleh Dokter Dinas Kesehatan Propinsi dan dokter Dinas Kesehatan kabupaten/kota Terlaksananya Penggalangan Peningkatan Kerjasama Tim Penggerak POR di Surabaya dengan dicapainya peningkatan kerjasama tim dalam rangka POR, tercapainya pengertian masing-masing personil terhadap POR dan tercapainya kerjasama tim dalam rangka peningkatan POR Terlaksananya Pengadaan Alat Pengolah Data dengan dicapainya peningkatan motivasi kinerja di lingkungan Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional dan terlaksananya motivasi kinerja di lingkungan Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional Terlaksananya Pencetakan/Penerbitan/Penggandaan/Laminasi dengan dicapainya peningkatan jenis dan jumlah buku terbitan Direktorat Bina POR, terlaksananya pencetakan dan penerbitan buku dan terlaksananya motivasi kinerja di lingkungan Direktorat Bina POR oleh Direktorat Bina POR. 38

39 3.19. Terlaksananya Pertemuan bilateral dengan ASEAN dengan dicapainya peningkatan kerjasama bilateral Negara ASEAN di daerah perbatasan dalam bidang pelayanan kesehatan dan tercapainya kesamaan pandang antara Negara ASEAN untuk mengatasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah perbatasan dan terbentuknya masyarakat yang sehat sejahtera di daerah perbatasan antara Negara-negara ASEAN Terlaksananya Pertemuan Multilateral dengan Negara ASEAN, China, Jepang dan Australia Terlaksananya Pertemuan Internasional WHO di Geneva Terlaksananya Supervisi Pelaksanaan Program Dekon di 15 Propinsi dengan dicapainya peningkatan koordinasi dan sinkronisasi program antara pusat dan daerah dan terlaksananya koordinasi dan sinkronisasi kesepakatan program antara pusat dan daerah. Kegiatan ini diikuti oleh Dinas Kesehatan Propinsi Terlaksananya Evaluasi Harga Obat Generik dan Branded Generik di tingkat Apotek di Yogyakarta dengan dicapainya evaluasi terhadap rasionalisasi harga obat generik dan branded generik, dan peningkatan keterjangkauan dan akses obat generik dan branded generik. Kegiatan ini diikuti oleh tim evaluasi harga obat, Ditjen Yanmedik, Dinas Kesehatan Propinsi, dan KFT Rumah Sakit Terlaksananya Rasionalisasi Harga Obat Generik di FK UGM dengan dicapainya rasionalisasi harga obat generik, tersusunnya daftar harga obat generik yang telah dirasionalisasi dan peningkatan keterjangkauan dan akses obat generik pada masyarakat. Kegiatan ini diikuti oleh Tim evaluasi harga obat, Ditjen Bina Yanmedik, Dinas Kesehatan Propinsi dan pakar dan praktisi terkait di RS Pendidikan Terlaksananya Rasionalisasi Harga Obat Essensial di FK UNAIR dengan dicapainya rasionalisasi harga obat essensial, tersusunnya daftar harga obat essensial yang telah 39

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT dan atas berkat dan karunianya Buku Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Lebih terperinci

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RANCANGAN REVISI PP 38/2007 DAN NSPK DI LINGKUNGAN DITJEN BINFAR DAN ALKES Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DISAMPAIKAN PADA SEMILOKA REVISI PP38/2007 DAN NSPK : IMPLIKASINYA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan, merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya menjamin

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--0/AG/2014 DS 0221-0435-5800-5575 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Plt. Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Plt. Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DITJEN BINFAR DAN ALKES KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JL. H.R. RASUNA SAID

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: TAHUN 2009

TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: TAHUN 2009 RANCANGAN TATA HUBUNGAN KERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR: TAHUN 2009 DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.1-/216 DS771-654-627-359 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 DENGAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08/PRT/M/2010 TANGGAL 8 JULI 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2008 18 Januari 2008 Tentang: ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DAFTAR ISI PENGANTAR I. Direktorat

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI Pasal 721 Badan Pembinaan Konstruksi mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PELAYANAN PUBLIK DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN

PELAYANAN PUBLIK DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN PELAYANAN PUBLIK DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Binfar dan Alkes Kementerian Kesehatan RI Direktorat Bina Produksi

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN BUPATI KABUPATEN JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

KATA PENGANTAR. Jakarta, 31 Januari 2013 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS, KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2012 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Lebih terperinci

Rapat Konsultasi Teknis

Rapat Konsultasi Teknis DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Edisi I Bulan Februari 2009 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Rapat Konsultasi Teknis Program Obat dan Perbekkes Pertemuan Persiapan Pelaksanaan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2009

DRAFT RANCANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2009 DRAFT RANCANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2009 DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2010

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.-/216 DS634-9258-3394-618 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran tahun 2007 dengan realisasinya, mencakup unsur-unsur pendapatan dan belanja. Realisasi

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Palu, 31 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Makassar, 24 April 2014

Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Makassar, 24 April 2014 PROGRAM DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN 2014 Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Makassar, 24 April 2014 O U T L I N E Dasar Hukum Struktur Organisasi

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP 03 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP 03 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP 03 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI,

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 NOMOR SP DIPA-18.1-/215 DS791-3632-6284-16 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 30 Januari 2015 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS,

KATA PENGANTAR. Jakarta, 30 Januari 2015 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKRETARIS, KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2014 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DIREKT0RAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DIREKT0RAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DIREKT0RAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ARAH KEBIJAKAN Program peningkatan pelayanan kefarmasian diarahkan untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM R.I NOMOR M.HH-05.OT TAHUN 2010 TANGGAL 30 DESEMBER 2010

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM R.I NOMOR M.HH-05.OT TAHUN 2010 TANGGAL 30 DESEMBER 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM R.I NOMOR M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 TANGGAL 30 DESEMBER 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN HUKUM

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-024.01-0/AG/2014 DS 9132-7519-8746-7060 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GARUT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN 1 Biro Perencanaan dan Data 1. Bagian Program dan Anggaran Menyusun rencana, program, anggaran,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/M-IND/PER/11/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-018.01-0/AG/2014 DS 6100-9979-1830-7597 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM. 43 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); - 2-3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kebijakan Peningkatan Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian Rapat Koordinasi Nasional Padang, 16 Maret 2015 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur pendukung tugas Pemerintah

Lebih terperinci