MODUL PELATIHAN RADIOGRAFI SINAR-X. Oleh: Susilo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN RADIOGRAFI SINAR-X. Oleh: Susilo"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN RADIOGRAFI SINAR-X Oleh: Susilo LAB FISIKA MEDIK JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEPTEMBER

2 KATA PENGANITAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayannya, kami mampu menyelesaikan penyusunan modul pelatihan radiografi sinar-x ini. Pelatihan radiografi sinar-x ini merupakan program pelatihan yang diselenggarakan oleh Lab Fisika Medik, bidang keahlian Fisika Medis. Untuk diketahui pada bidang Fisika Medis terdapat tiga sub-bidang, yaitu Fisika Radio Diagnostik, Fisika Radioterapi dan Kedokteran Nuklir. Pelatihan radiografi ini dimaksudkan untuk memberikan ketrampilan dasar yang praktis bagi siapa saja yang ingin bekerja menggunakan sinar-x untuk keperluan pencitraan diagnostik, terutama mahasiswa Fisika Medis atau Guru Fisika. Setelah pelatihan ini peserta diharapkan mampu menyiapkan dan mengoperasikan pesawat sinar-x secara benar dan diharapkan mampu melakukan pemprosesan radiograf film (analog) dan radiograf digital yang sudah tereksposi, sehingga terbentuk cita radiografik permanen yang dapat diamati. Modul ini didesain dengan lebih menekankan aspek praktis, sementara aspek teoretis hanya dibahas sekilas sebagai pendukung saja. Jika diinginkan pemahaman lebih luas, disarankan untuk merujuk pada referensi yang dicantumkan di akhir modul. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga modul ini dapat hadir. Kami telah berusaha sebaik-baiknya dalam menyusun modul ini, namun kami penyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, sehingga kami akan sangat berterima kasih jika ada saran, komentar dan kritik untuk kebaikan pada masa-masa mendatang. Penyusun Susilo 2

3 MATERI I EKSPOSI SINAR-X TUJUAN - Peserta pelatihan memahami proses terbentuknya sinar-x - Peserta pelatihan mampu menyiapkan dan mengoperasikan sinar-x secara benar 1. Sinar-X Sinar-X merupakan gelombang elekromagnetik dan memiliki panjang gelombang antara 0,01-10 nm. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-x memiliki daya tembus yang besar. Disamping itu dengan energi yang dimilikinya sinar-x mampu mengionisasi materi yang dilaluinya karena itu sinar-x digolongkan sebagai sinar pengion. Gambar 1.1 Skema Tabung Sinar-X (Hendee WR & Ritenour ER, 2002) Sinar-X diproduksi dalam tabung hampa yang didalamnya terdapat filamen sebagai katoda dan target sebagai anoda. Skema tabung sinar-x dapat ditunjukkan pada Gambar 1.1. Filamen dipanaskan dengan arus tertentu sehingga terbentuk awan-awan elektron, karena terjadi beda potensial antara anoda dan katoda yang cukup tinggi (dalam orde kilovolt) menyebabkan elekron bergerak dengan kecepatan tinggi menuju anoda. Interaksi elektron berkecepatan tinggi dengan material target inilah yang menyebabkan terbentuknya sinar-x. Terbentuknya radiasi sinar-x sangat kecil yaitu sekitar 1% dari jumlah energi yang hilang dan selebihnya akan terbentuk panas pada plat anoda (Bushong, 1998). Urutan proses terjadinya sinar-x adalah sebagai berikut : a. Katoda (filamen) dipanaskan (lebih dari 2000 o C) sampai menyala dengan mengalirkan listik yang berasal dari transformator. b. Karena panas, elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas. c. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan oleh alat pemusat (focusing cup). d. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi. e. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada anoda target, sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-x (<1%). f. Pelindung timbal (Pb) akan digunakan untuk mencegah keluarnya sinar-x dari tabung, sehingga sinar-x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. g. Panas yang tinggi pada target akibat benturan elektron didinginkan oleh radiator pendingin. 3

4 2. Jenis sinar-x Pada tahun 1895 Wilhelm Roentgen menemukan bahwa suatu radiasi berdaya tembus besar yang tidak diketahui dihasilkan jika elektron cepat menumbuk suatu sasaran, radiasi ini disebut sinar-x. Elektron-elektron dipercepat menuju anoda karena adanya beda potensial V yang cukup tinggi dipasang antara katoda dan anoda (kutub positif). Tepat pada saat sampai di anoda, elektron telah memperoleh energi kinetik yang berasal dari perubahan energi potensial (potensial listrik) K = ev. Kecepatan elektron dari katoda berupa energi kinetik (ev) menumbuk anoda menhasilkan energi sinar X (h ) dan energi panas (Q), dinyatakan dalam persamaan sbb.: K = E sinar + panas e V = h + Q e V = h (c/λ) + Q Persamaan ini dapat ditulis sebagai: h c ev Q Dengan λ = panjang gelombang e = muatan elektron h = tetapan Planck c = laju cahaya Q = energi panas h c min e V Berdasarkan prosesnya, sinar-x dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Bremsstrahlung dan karakteristik. Spektrum sinar-x ditunjukkan oleh Gambar 1.2. Gambar 1.2 Spekfum sinar-x. Tampak sinar-x terdiri dari dua komponen yaitu sinar-x Bremsstrahlung dan sinar-x karakteristik (Hendee WR & Ritenour ER, 2002). a. Sinar-X karakteristik Sinar-X karakteristik terjadi apabila proyektil elektron berinteraksi dengan elektron pada kulit terdalam dari atom target. Sinar-X karakteristik dapat dihasilkan jika interaksi tersebut mampu mengionisasi atom target dengan melepaskan elektron pada kulit terdalam. 4

5 Kemudian elektron pada kulit lebih luar akan mengisi kekosongan pada kulit tersebut. Pada saat itulah timbul sinar-x karakteristik. Sinar-X karakteristik bersifat diskrit (Bushong, 2001). Dalam Gambar 1.2 sinar-x karakteristik ditunjukkan oleh dua spike pada energi sekitar 50 dan 70 kev. b. Sinar-X Bremsstrahlung Sinar-X Bremsstrahlung terjadi bila proyektil elektron yang menuju inti mendapat pengaruh dari medan listrik inti target. Medan ini sangat kuat karena inti tersebut mengandung banyak proton. Proyektil elektron mendekati inti atom target maka mengalami perlambatan, berubah arah dan energinya banyak yang hilang dan kemudian dipancarkan dalam bentuk sinar-x Bremsstrahlung. Sinar-X Bremsstrahlung ini merupakan spektrum yang kontinu yang diproduksi oleh perlambatan elektron yang diproduksi katoda. 3. Sifat Sinar-X Sinar-X memiliki sifat antara lain: a. Bergerak dalam lintasan lurus b. Dapat menembus bahan: makin tinggi tegangan tabung, makin besar daya tembusnya. c. Mengalami atenuasi (diperlemah) pada saat menembus bahan. Atenuasi makin besar jika bahan makin tebal, makin rapat dan makin tinggi nomor atomnya. d. Sulit menembus logam berat dengan ketebalan tertentu. e. Dapat menyebabkan pemendaran cahaya pada beberapa logam, misalnya seng sulfida dan kalsium wollframat. f. Tidak dapat ditangkap oleh panca indera tetapi dapat diketahui dengan alat detektor. g. Dapat menghitamkan film. h. Menimbulkan efek biologis pada bahan yang dilaluinya. 4. Besaran pokok dalam eksposi sinar-x Jumlah radiasi sinar-x yang ditangkap film dipengaruhi oleh: a. Tegangan Tabung (kv) Jika tegengan tabung dinaikkan maka energi sinar-x meningkat dan intensitas juga meningkat. Jika energi sinar-x meningkat maka kemampuan menembus bahan akan meningkat, sehingga sinar-x yang sampai ke film akan lebih tinggi. b. Arus Tabung (ma) Arus tabung merupakan banyaknya arus dalam tabung. Dengan meningkatkan arus tabung, maka jumlah elektron yang bergerak dari katoda menuju anoda semakin banyak. Dengan demikian sinar-x yang dihasilkan semakin banyak, sehingga meningkatkan radiasi sinar-x menuju film, akibatnya meningkatkan densitas film. c. Waktu eksposi (S) Dengan menaikkan waktu eksposi maka densitas yang dihasilkan akan meningkat. Jika waktu eksposi yang lama maka akan menyebabkan sinar-x yang ditangkap film semakin banyak. d. Luas lapangan radiasi Luas lapangan meningkat maka hamburan akan semakin besar, sehingga dosis pada satu titik akan mengalami peningkatan. Untuk lapangan standar, biasanya digunakan ukuran 10x10 cm 2. e. Jarak antara sumber sinar-x dengan film (SID). 4.1 Pendekatan Teoritik. Penelitian ini merupakan implementasi sistem pencitraan radiografi digital untuk 5

6 diagnosis fraktur tulang. Sistem radiografi konvensional memancarkan sinar-x yang dikendalikan oleh radiografer melalui tombol-tombol kv dan mas. Intensitas berkas sinar-x di rumah sakit pada umumnya tidak homogen, intensitas ditengah paling tinggi dan menurun secara gradual ke arah tepi. Berkas ini mempengaruhi citra radiograf yang dihasilkan (Kusminarto dkk., 1996). Agar berkas sinar-x bisa dianggap homogen, maka digunakan berkas yang paraxial. Paparan sinar-x mengenai obyek (tulang), sehingga menghasilkan radiograf yang bisa menggambarkan densitas dari tulang tersebut. Untuk pencitraan pada obyek yang terkena paparan (tulang normal dan tulang fraktur) dapat dijelaskan pada Gambar 1.3. I1 / I 0 exp( 1 x) I 2 / I 0 exp( 2 x) Gambar 1.3. Berkas sinar datang I o dan yang diteruskan I 1 atau I 2. Dengan digunakannya sistem Radiografi Digital dimungkinkan diciptakan suatu perangkat lunak untuk menganalisis tingkat keabuan pixel secara matematis sehingga dapat dilakukan perhitungan (ln(i 2 /I o ))/(ln(i 1 /I o )) yang menghasilkan angka-angka. ln = logaritma alam (natural logaritme) dari persamaan matematis. I 2 = tingkat keabuan Region of Interest (ROI) pada tulang yang mengalami metastasis atau tulang yang mengalami sklerosis/litik. I 1 = tingkat keabuan Region of Interest tulang normal. I o = tingkat keabuan Region of Interest background tanpa obyek. Tingkat keabuan sebanding dengan intensitas berkas sinar-x, sehingga dengan menggunakan nilai tingkat keabuan dari 0 ~ 255 dapat digunakan untuk menentukan I o, I 1 dan I 2, sehingga dapat digunakan pula untuk diagnosis metastasis tulang (Susilo, 2011). 4.2 Pesawat Sinar-X di Lab fisika Awal Maret 2012 lab Fisika UNNES mendapatkan peralatan baru berupa satu unit X- ray (biasa digunakan pada rumah-sakit Daerah atau Puskesmas), serta unit automatic processing film (Anonimous, 2012). Komponen penting dari unit X-ray tersebut antara lain: fasilitas tabung sinar-x, generator tegangan tinggi beserta control table, yang biasa disebut dengan sistem radiografi konvensional (RK), dimana citra hasil radiografnya dapat diinterpretasi melalui lightbox. Keadaan ini menunjukkan bahwa beberapa komponen radiografi konvensional baru yang baru diperoleh tersebut perlu dioptimalkan sehingga membentuk system Radiografi Konvensional (RK) yang fungsional. Peralatan sistem RK dapat ditunjukkan pada Gambar 1.4 dan

7 Gambar 1.4. Generator tegangan tinggi dan control table dari unit X-ray Gambar 1.5. Tabung sinar-x dan colimator Gambar 1.6. Bagian utama mesin 1. Pilar/tiang 2. Pegangan 3. Pengontrol 4. Pedal rem 5. Rem kaki 6. Alas 7. Penopang 8. electric beam limiting device 9. kepala tabung sinar x 10. meja kepala berputar rem kunci pas 11. voltmeter 12. lampu indicator power 13. tombol saklar 14. lampu indicator mengirim 15. daya dekat tombol 16. indicator lampu alarm 17. tombol untuk memilih V/kV 18. tegangan tinggi memilih knob 19. amperemeter 20. pemilih knob ma 21. pemilih knob waktu 22. pemilih knob tegangan 23. saklar control tangan 24. remote ALAT DAN BAHAN a. Mobile X-ray 7

8 b. Kaset c. Film d. Stepwedge Step wedge adalah sebuah benda yang terbuat dari Al dengan bentuk yang bertingkat dengarn ketebalan yang berbeda-beda. Apabila Step Wedge di eksposi oleh sinar-x maka akan dihasilkan densitas yang berbeda pada tiap tingkatan. CARA KERJA a. Menghubungkan power kabel sinar-x dan sumber listrik b. Menekan tombol ON pada panel pesawat sinar-x c. Mengatur posisi tabung sinar-x pada posisi yang tepat d. Meletakkan kaset pada posisi yang tepat (catatan: proses peletakan film pada kaset harus dilakukan di kamar gelap) e. Menyalakan lampu lokalisasi untuk memastikan posisi kaset f. Mengatur jarak sumber-kaset (SID) menggunakan measuring tape (misal pada jarak 100 cm) g. Mengeset luas lapangan radiasi sesuai keinginan (misal 10 x10 cm 2 ) h. Meletakkan fantom stepwedge pada posisi yang tepat i. Mengeset nilai kv, ma dan s sesuai standar j. Melakukan persiapan eksposi dengan menekan tombol eksposi (setengah pada tombol ekposi selama 2,5-15 detik untuk model lain) k. Melakukan eksposi dengan menekan penuh tombol eksposi saat terdengan suara beep, beep (untuk tombol eksposi di lab fisika Unnes langkah ini tidak diperlukan). l. Selanjutnya film siap diproses 8

9 MATERI II PEMPROSESAN FILM TUJUAN - Peserta pelatihan memahami pemprosesan film dengan baik - Peserta pelatihan mampu melakukan pemprosesan film yang sudah tereksposi, sehingga terbentuk citra radiografik permanen yang dapat diamati. 1. FILM Film radiografi merupakan lembar radiograf yang digunakan sebagai media pencatat hasil gambaran setelah ditembus oleh Sinar-X. Menurut strukturnya ada dua macam, yaitu double emulsi (emulsi terdapat pada kedua sisi film) dan single emulsi (emulsi hanya tedapat pada suatu sisi film saja). Adapun struktur film double emulsi adalah : l. Supercoat 2. Emulsi 3. Subratum 4. Base 3. Subratum 2. Emulsi l. Supercoat Gambar 2. l. Struktur Film Double Emulsi (Meredith, 1972) a. Supercoat (Lapisan Pelindung) - Bahan : Gelatin Bening - Fungsi : Sebagai proteksi emulsi yang sensitif terhadap kerusakan mekanik serta menjaga lapisan emulsi dari cahaya yang merusak. - Letak : Di atas emulsi film b. Emulsi - Bahan : Kristal perak halida + gelatin (yang terbuat dari kulit dan tulang hewan yang dipadatkan) - Fungsi : Media perekam bayangan - Letak : Di antara supercoat dan substratum layer c. Sabratum Layer - Bahan : Celulosa Acetat + gelatin - Fungsi : Perekat antara emulsi dan film base - Letak : Di antara emulsi dan film base 9

10 d. Lapisan Dasar Film (Film Base) - Bahan : Pertama kali dipakai cellulose nitrat dengan sifat mudah terbakar, patah dan robek, kemudian ditemukan cellulose asetat dengan sifat lebih baik (safety base) dan di temukan lagi bahan dengan sifat lebih baik yang tipis tetapi kuat yaitu polyester. - Fungsi : Lapisan dasar film yang dapat menstransmisikan cahaya sehingga gambaran dapat dilihat. Biasanya ditambahkan wama tertentu untuk membuat mata tidak lelah, seperti warna biru. 2. Pemprosesan Film Secara Manual. Pemprosesan film yang dilakukan dikamar gelap merupakan tahap akhir dari proses pembuatan radiograf. Pemprosesan film mempunyai tujuan untuk membuat sebuah citra radiografik permanen yang dapat diamati. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan yang teliti karena bayangan laten yang dihasilkan oleh sinar-x sangat sensitif dengan cahaya dan faktor lingkungan. Pemprosesan film pada tahap akhir ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: automatic processing dan manual processing, tetapi keduanya memiliki prinsip yang sama dalam tahapan-tahapannya yaitu, developping, rinsing (tahap ini hanya ada di manual processing), fixing, washing dan drying. a. Tahap Developing Tahap ini adalah tahap pembangkitan yang merupakan tahap awal dari proses pencucian dari radiograf. Fungsi utamanya adalah mengubah bayangan laten menjadi gambaran tampak yang dapat dilihat oleh mata. Prosesnya adalah mereduksi butiran perak halida yang terkena eksposi menjadi perak metalik, sedangkan butiran perak halida yang tidak tereksposi sebagian besar tidak berubah. Kristal perak halida yang terkena eksposi memiliki bintik kepekaan yang mengandung atom-atom perak. Fungsi atom-atom perak di dalam bintik menjadikan elektron (e - ) dari pembangkit dengan ion perak positif (Ag+). Setiap kristal perak bromida didalam emulsi dikelilingi oleh benteng ion-ion bromida bermuatan negatif (Br) dan cenderung menolak elektron dari pembangkit. Kristal yang tekena eksposi memiliki celah dalam benteng elektron dimana bintik bayangan laten terbentuk. Hal ini menyebabkan ion pembangkit menembus melalui celah yang rawan tersebut. Adapun faktor-faltor yang mempengaruhi kerja developer, yaitu: a.1 Keadaan larutan pembangkit Densitas radiograf yang dihasilkan tergantung pada logam perak yang dibentuk pada emulsi film. Mutu pembangkitan tergantung pada dua hal, yaitu karakteristik emulsi dan aktivitas developer. Aktivitas developer dipengaruhi oleh: - Komposisi developing agent - Konsentrasi dari larutan developing agent - ph larutan - Konsentrasi dan restrainer dan anti foggant a.2 Suhu larutan Pembangkit Suhu larutan pembangkit memberikan pengaruh yang nyata terhadap keaktifan bahan yang digunakan. Pembangkitan semakin aktif jika suhu semakin tinggi. Secara umum akfivitas developer naik akibat suhu, sehingga densitas dan kontras radiograf pun dapat berubah. Film akan menghasilkan gambaran standar jika suhu developer yang konstan bisa dipertahankan. Pabrik-pabrik developer untuk manual proeessing merekomendasikan bahwa suhu 20 o C adalah suhu yang mampu menghasilkan gambaran optimum. Developer ini bisa memberikan toleransi untuk dua atau tiga derajat diatas atau dibawah standar. a.3 Waktu Pembangkit 10

11 G.J.Van der Plats yang menyatakan bahwa waktu pembangkitan optimum dapat ditentukan dengan suhu setandar 20 o C atau 68 o F dengan waktu optimal dari pembangkitan yaitu selama empat menit. b. Tahap Rinsing Tahap pembilasan yang hanya terdapat pada manual processing. Fungsinya untuk menetralisir sisa cairan developer yang masih menempel pada film supaya tidak masuk ke larutan fixer. Artinya developer yang bersifat basa akan dinetralkan oleh air sebelum masuk ke larutan fixer yang bersifat asam. c. Tahap Fixing Tahap fixing sebagai tahap penetapan radiograf, berfungsi untuk menetapkan gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida tanpa merubah perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara diubah menjadi perak yang komplek. Tujuan lain dari tahapan ini adalah menghentikan aksi lanjutan dari larutan pembangkit, sekaligus mengeraskan kembali emulsi film. Pengerasan ini sangat di perlukan baik untuk perlindungan dari kerusakan ataupun mengendalikan pembengkakan akibat penyerapan uap air. d. Tahap Washing Tahap ini adalah tahap pencucian yang dilakukan setelah tahap penetapan. Fungsinya untuk menghilangkan sisa-sisa bahan yang terbawa oleh emulsi dipermukaan film saat proses penetapan terjadi. Sebab, apabila cairan kimiawi itu tidak dihilangkan maka emulsi akan berwarna kuning kecoklatan, adanya sisa-sisa garam yang mengkristal pada film, sehingga hal ini mengganggu hasil gambaran radiograf. e. Tahap Drying Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari siklus pengolahan film. Tujuanya pengurangan kadar air dalam film. Dalam proses drying, cairan dalam film tidak dihilangkan 100 persen, namun kurang lebih masih tersisa l0 hingga 15 persen untuk mempertahankan kelembaban dan struktur film, karena film yang sangat kering akan mudah retak dan mudah patah. Produk akhir dari proses pengolahan film adalah radiograf yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda dan tanda-tanda kotoran. Proses drying menggunakan mesin yang mengalirkan udara panas. Proses drying dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan aliran udara yang melalui film. Drying dilakukan pada suhu sekitar 40 o C hingga 50 o C. Semakin rendah kelembaban udara maka makin banyak air yang dapat terangkat dari film. Aliran udara memegang peranan lebih penting daripada suhu drying, karena telah terbukti, udara yang mengalir dengan suhu rendah lebih cepat mengeringkan film daripada udara panas yang diam ALAT DAN BAHAN - Kaset ukuran 18x24 - Film ukuran 18x24 - Lampu safelight - Hanger - Dryer - Tiga buah tangki - Cairan developer - Cairan fixer - Air 11

12 CARA KERJA a. Menyiapkan larutan developer, fixer dan air. Memasukkan masing-masing pada tangki. - Penyiapan cairan developer: larutan developing agent (kode A) sekitar 5 liter, dicampur dengan replenishment (kode B) sekitar 250 ml dan buffer (kode C) sekitar 250 ml. Lalu dimasukkan ke dalam tangki dan diisi air sehingga volume sekitar 20 liter. - Penyiapan larutan fixer: larutan fixing agent (kode A) sekitar 4 liter dicarnpur dengan replenishment agent (kode B) sekitar 250 ml. Lalu dimasukkan kedalam tangki dan ditambahkan air sehingga volume sekitar 20 liter. - Untuk keperluan rinsing dan washing, air dimasukkan ke dalam tangki hingga sekitar 40 liter. b. Memastikan ruangan benar-benar gelap (jika lampu masih nyala harus dimatikan dan jika ada lubang sehingga cahaya masuk, harus ditutup). c. Membawa film yang sudah dieksposi dibawa ke ruang gelap untuk diproses d. Menyalakan lampu safelight agar orang yang memproses film bisa melihat. e. Mengeluarkan film dari kaset f. Memasang film pada hanger g. Memasukkan film pada cairan development selama 5-20 detik h. Membilas film dengan air. Pada tahap ini, film diangkat dan diturunkan sekitar 5 kali. Air untuk membilas sudah harus diganti jika sudah digunakan sekitar 50 film. i. Memasukkan film pada cairan fixing selama detik j. Mencuci film dengan air (dalam hal ini, digunakan air yang sama saat melakukan pembilasan atau rinsing) k. Mengeringkan film dengan alat pengering 3. Pemrosesan Film Secara Otomatis Pemrosesan film mengubah bentuk citra laten tak-tampak menjadi citra tampak yang permanen. Citra tampak diproduksi dengan mengurangi ion perak dalam kristal yang terpapar menjadi perak metalik hitam. Perak metalik pada film nampak hitam terdiri dari warna perak berkilauan yang lazim sebab kristal perak menjadi sangat kecil yang menghamburkan cahaya dan bukan memantulkannya. Pemrosesan film terdiri dari empat langkah: pengembangan, fixing, pencucian, dan pengeringan. Pemroses otomatis dapat mengangkut film melalui empat langkah pemrosesan dalam 90 detik (s) atau kurang. Gambar 2.2 menunjukkan suatu gambaran skematik dari pemroses otomatis. Sistem transport mengambil film dari baki melalui suatu rangkaian penggulung kedalam tangki pengembangan, tangki fixer, tangki pencucian, dan akhirnya kamar pengeringan. Setiap langkah pemrosesan adalah penting dalam memproduksi suatu radiograf kualitas-diagnostic. Gambar 2.2. Gambaran skematis dari langkah pemroses otomatis (Fosbinder, 2002) 12

13 MATERI III RADIOGRAFI DIGITAL (RADIG) TUJUAN - Peserta pelatihan memahami pemprosesan radiograf digital dengan baik - Peserta pelatihan mampu melakukan pengolahan citra setelah proses eksposi, sehingga terbentuk citra radiografik digital permanen yang dapat diamati. 1. Perangkat Keras Radig. Operasional peralatan radiografi akan menghasilkan suatu foto atau radiograf digital yang dapat diinterpretasi oleh dokter atau radiolog. Apabila ada indikasi kelainan anatomi pada foto rontgen, hasil analisis atas foto tersebut dapat dijadikan landasan bagi upaya untuk menegakkan diagnosis, sehingga kualitas pemeriksaan medis dapat ditingkatkan dan dampaknya dapat meningkatkan uji laboratorium menggunakan sinar-x. Secara skematis, rancang bangun sistem Radiografi Digital yang disusun dilukiskan seperti pada Gambar 3.1. Gambar tersebut menjelaskan tentang sistem Radiografi Konvensional (RK) yang telah dimodifikasi menjadi sistem Radiografi Digital (Radig) berbasis Intensifying Screen dengan mode radiografi sebagai suatu unit pencitraan seperti yang ada di rumah-sakit. Upaya modifikasi yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya ini adalah membangun tabung kedap cahaya (light tight tube) dibelakang intensifying screen agar bayangan obyek bisa ditangkap oleh kamera DSLR untuk ditampilkan radiograf pada layar monitor PC (Gambar 3.2). Dengan sistem Radig ini maka pemrosesan film radiografi konvensional tidak diperlukan lagi Gambar 3.1. Diagram alir Sistem Pencitraan Radiografi Digital modifikasi dari Sistem Radiografi Konvensional 13

14 Gambar 3.2. Unit tabung penangkap gambar dalam sistem RD 2. Perangkat Lunak Berbasis Matlab. Membangun sistem RD telah dilakukan melalui penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tahun 2013, sedang implementasi di RS dilakukan lewat penelitian tahun Hasil sistem Radig yang dibangun tahun 2013 dan 2014 berupa hardware dan software. Hardware berupa model prototipe tabung kedap cahaya berbasis intensifying screen dan detector CMOS sebagai penangkap gambar. Sedang software berupa pemrograman GUI dari Matlab yang dapat digunakan untuk perbaikan kontras citra radiograf digital serta sekaligus menghitung dan menampilkan histogram, MSE (Mean Square Error) dan PSNR (Peak Signal to Noise Ratio). Tampilan citra asli dari paparan obyek, citra yang mengalami perbaikan kontras, histogram dan nilai parameternya ditunjukkan pada Gambar Gambar 3.3. Tampilan citra asli dan hasil, histogram, MSE dan PSNR. 14

15 Detail radiograf dapat juga ditunjukkan dengan serat-serat yang tampak pada citra yang diamati (region of interest ROI), sedang resolusi citra dapat ditunjukkan dengan menentukan ROI tertentu (crop) kemudian di perbesar (zoom) sampai luasan tertentu, tetapi citra tetap tidak pecah. Ini menunjukkan bahwa file citra radiograf resolusi yang cukup tinggi, hasilnya lebih baik bila dibandingkan dengan hasil radiograf sebelumnya (Susilo dkk, 2007) Software yang dibangun mempunyai tampilan yang menarik, dan dapat menghitung perbandingan antara kontras dan noise dari citra yang diperoleh atau Contras to Noise Ratio (CNR), dimana CNR adalah ukuran nilai kontras citra secara kunatitatif. ALAT DAN BAHAN a. Mobile X-ray b. Labtop c. Stepwedge Step wedge adalah sebuah benda yang terbuat dari Al dengan bentuk yang bertingkat dengarn ketebalan yang berbeda-beda. Apabila Step Wedge di eksposi oleh sinar-x maka akan dihasilkan densitas yang berbeda pada tiap tingkatan. CARA KERJA a. Menghubungkan power kabel sinar-x dan sumber listrik b. Menekan tombol ON pada panel pesawat sinar-x c. Mengatur posisi tabung sinar-x pada posisi yang tepat d. Menyalakan lampu lokalisasi untuk memastikan posisi kaset e. Mengatur jarak sumber-kaset (SID) menggunakan measuring tape (misal pada jarak 90 cm) f. Mengeset luas lapangan radiasi sesuai keinginan (misal 10 x10 cm 2 ) g. Meletakkan fantom stepwedge pada posisi yang tepat h. Mengeset nilai kv, ma dan s sesuai standar i. Melakukan eksposi dengan menekan penuh tombol eksposi saat terdengan suara beep, beep (melakukan ekposi sinar-x dan pemotretan dengan kamera secara bersama). j. Selanjutnya file radiograf siap ditampilkan dan diproses dengan pengolah citra. REFERENSI 1. Bushong, S.C., Radiologic Science for Technologists Physics Biology and Pratection. Seventh Edition. St Louis: Mosby Inc. (2001) 2. Bushberg, J.T., dkk., "The Essential Plrysics of Medical Imaging", Lippincott Williams & Wilkins, Philadelpia. USA (2002) 3. Dendy, P.P. and Heaton B., "Physics for Diagnostic Radiology", Instifute of Physics Publishing, Bristol & Philadelpia (1999) 4. Dowsett D.J. and Johnston R., "The Plrysics of Diagnostic Imaging", Hodder Amold, London (2006). 5. Fosbinder, R.A, Kesley C.A Essentials of Radiologic Science. McGraw-Hill Companies, Inc. 6. Hendee V.R.& and Ritenuor 8.R., "Medical Imaging Plqtsics", Wiley Liss, USA (2002) 7. Johns, H.E., and Qunninghamo J.R., The Physics of Radiology", Charles C Thomas Publisher, Illiois, USA (1983). 8. Susilo, Kusminarto, Suparta, G.B. Nugroho W, Swakarma, I.K Pengembangan sistem radiografi digital untuk pemeriksaan medis. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti. Jakarta 15

16 9. Susilo, Sunarno Rancang bangun stepwedge aluminium dengan teknik radiografi sinar-x. Laporan Penelitian Terapan DIPA Unnes. 10. Susilo, Supriyadi, Sutikno, Sunarno Rancang bangun sistem pencitraan radiografi digital mobile untuk pengembangan lab fisika medik dalam mendukung program konservasi Unnes. Laporan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Dikti Jakarta. 11. Wolbarst, A.8., Physics of Radiology", Medical Physics Publishing, Madison, Wisconsin (2005). 16

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB XIV ARUS BOLAK BALIK Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kamar Gelap Dalam proses radiografi processing room atau kamar gelap merupakan salah satu pendukung penting dalam menunjang keberhasilan pemotretan. Disebabkan karena dalam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33 PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33 Zoucella Andre Afani 1, Ni Nyoman Rupiasih 1* 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER

ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 73-78 ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER

Lebih terperinci

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY PNGARUH RADIASI HAMBUR TRHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KTBALAN OBYK DAN LUAS LAPANGAN PNYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY KONSNTRASI FISIKA MDIK, JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATMATIKA DAN ILMU PNGTAHUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Prinsip Kerja Sinar-X Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke

Lebih terperinci

UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL

UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL Oky Didik Raharjo, Much.Azam, Ngurah Ayu Ketut Umiati Jurusan Fisika Undip ABSTRACT Have been researched result test of Mini Medical automatic

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan pengambilan gambar, pencucian film dan pengendalian mutu film radiografi POKOK BAHASAN : Pengambilan gambar, pencucian film dan pengendalian

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN ph CAIRAN DEVELOPER DENGAN PENAMBAHAN ANTARA NaOH DAN Na2CO3 TERHADAP DENSITAS CITRA

PENGARUH PENINGKATAN ph CAIRAN DEVELOPER DENGAN PENAMBAHAN ANTARA NaOH DAN Na2CO3 TERHADAP DENSITAS CITRA Youngster Physics Journal ISSN : 233-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 214, Hal 23-28 PENGARUH PENINGKATAN CAIRAN DEVELOPER DENGAN PENAMBAHAN ANTARA NaOH DAN Na2CO3 TERHADAP DENSITAS CITRA Edwin Zusagka, Heri Sutanto,

Lebih terperinci

Physics Communication

Physics Communication Rodhotul Muttaqin dkk / Phys. Comm. 1 (1) (217) Phys. Comm. 1 (1) (217) Physics Communication http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pc Uji banding kualitas citra radiograf sistem radiografi digital

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1.Dasar dasar Fisika sinar-x Sinar-X atau sinar Rontgen ditemukan oleh W.C.Rontgen pada tahun 1895 merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek (

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI JUWAIRIAH NIM : 110821007 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

OPTIMASI CAIRAN PEMBANGKIT MESIN PENCUCI FILM RADIOGRAF PADA LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES

OPTIMASI CAIRAN PEMBANGKIT MESIN PENCUCI FILM RADIOGRAF PADA LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES OPTIMASI CAIRAN PEMBANGKIT MESIN PENCUCI FILM RADIOGRAF PADA LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES Diah Rahayu Ningtias, Susilo, Sutikno Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX Youngster Physics Journal ISSN : 3-737 Vol. 4, No., Januari 5, Hal 33-38 ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX Aulia Narindra Mukhtar dan Heri Sutanto

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY Cicillia Artitin, Suryono dan Evi Setiawati Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang E-mail

Lebih terperinci

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021) ALAT UKUR RADIASI Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta 10350 Telepon : (021) 230 1266 Radiasi Nuklir Secara umum dapat dikategorikan menjadi: Partikel bermuatan Proton Sinar alpha

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Setiyono 1, M. Azam 2 dan Evi Setiyawati 2 1. RSUD 2. Jurusan Fisika, Universitas Diponegoro Semarang Abstract The study of influence

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol. 6, No. 3, Juli 003, hal. 63-70 Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf Darmini 1, Ngurah Ayu dan Muhammad Nur 3,4 1. Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 12., No.1, Januari 2009, hal 1-5 KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF Setiyono 1, M. Azam 2 dan Evi Setiyawati 2 1. RSUD 2. Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion (X-ray) untuk melakukan diagnosis tanpa harus dilakukan pembedahan. Sinar-X akan ditembakkan

Lebih terperinci

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI. Ghita Hadi Hollanda, drg

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI. Ghita Hadi Hollanda, drg RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI Ghita Hadi Hollanda, drg Pokok Bahasan Dental X-ray Machine Film Dental Prosesing Film Radiologi Kedokteran Gigi Ilmu yang mempelajari penggunaan radiasi, terjadinya sinar x,

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan fisika radiasi sebagai dasar dalam diagnosa Roentgenografi. POKOK BAHASAN : Fisika radiasi Sub pokok bahasan : 1. Konsep dasar sinar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UJI PROFISIENSI CITRA HASIL EKSPOSI SISTEM RADIOGRAFI DIGITAL DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika oleh

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 89-94 STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF Ahmas Sudin *, Zaenul Muhlisin dan Hendri Widiyandari Jurusan

Lebih terperinci

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh :

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh : Sinar X (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh : Nur Izzati R. (120210102026) Nanda Nurarivikka F. (120210102029) Novida Ismiazizah (120210102090) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN MEDIA PEMBELAJARAN KELISTRIKAN BERBASIS LIVEWIRE UNTUK GURU MGMP FISIKA KABUPATEN SEMARANG

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN MEDIA PEMBELAJARAN KELISTRIKAN BERBASIS LIVEWIRE UNTUK GURU MGMP FISIKA KABUPATEN SEMARANG DANA DIPA FMIPA LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN MEDIA PEMBELAJARAN KELISTRIKAN BERBASIS LIVEWIRE UNTUK GURU MGMP FISIKA KABUPATEN SEMARANG Oleh: Drs. Mosik, M.S 195807241983031001 Ketua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi sangat cepat pertumbuhannya dari suatu negara, perkembangan tersebut hampir menyeluruh disegala bidang terutama dibidang kelistrikan. Sejak berkembangnya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN RADIOGRAFI DIGITAL UNTUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES

RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN RADIOGRAFI DIGITAL UNTUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN RADIOGRAFI DIGITAL UNTUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES Susilo 1, Supriyadi 1, Sutikno 1, Sunarno 1, Rudi Setiawan 2 1) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG Ahmad Faesol, Yusron Adi Utomo Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email : yusronadi17@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh. 1. Pendahuluan Sinar X adalah jenis gelombang elektromagnetik. Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895, ia menemukan secara tidak sengaja sebuah gambar asing dari generator

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EKSPOSI MESIN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES

PENENTUAN FAKTOR EKSPOSI MESIN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES PENENTUAN FAKTOR EKSPOSI MESIN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES SKRIPSI di sajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika oleh YULIANTI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI)

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI) ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI) SKRIPSI Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah menciptakan inovasi terhadap perkembangan sistem radiografi konvensional ke sistem radiografi digital. Sistem radiografi berawal dari penemuan

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 PENGARUH VARIASI JARAK DETEKTOR, LUAS LAPANGAN RADIASI DAN POSISI DETEKTOR DARI PUSAT BERKAS RADIASI MENGGUNAKAN MULTI PURPOSE

Lebih terperinci

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi Ayu Wita Sari 1* dan Enggel Fransiska 2 Intisari Telah dilakukan penelitian tentang hubungan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan sinar-x pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895 memberikan hal yang sangat berarti dalam perkembangan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 3, Juli 2015, Hal 225-230 STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF Ahmas Sudin, Hendri Widiyandari dan Zaenul Muhlisin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 SINAR- X Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik didefenisikan sebagai sesuatu gelombang yang terdiri atas gelombang listrik dan gelombang magnit. Pada gambar 2.1 berikut ditunjukkan

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains SURYA

Lebih terperinci

UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Arnefia Mei Yusnida dan Suryono Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X BAB II DASAR TEORI 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X Sinar-X yang dipancarkan dari sistem pembangkit sinar-x merupakan pancaran foton dari atom. Pancaran foton tiap satuan luas disebut penyinaran. Foton-foton

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MODEL UJI NILAI TEBAL PARUH (HVL) PESAWAT KONVENSIONAL SINAR-X MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PEMBUATAN MODEL UJI NILAI TEBAL PARUH (HVL) PESAWAT KONVENSIONAL SINAR-X MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 1, No. 4, Juli 2013, Hal 101-106 PEMBUATAN MODEL UJI NILAI TEBAL PARUH (HVL) PESAWAT KONVENSIONAL SINAR-X MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Hayat Mulyana

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sinar-X Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang

Lebih terperinci

DENSITOMETER FILM RADIOGRAFI PORTABEL BERBASIS MIKROKONTROLER ABSTRAK

DENSITOMETER FILM RADIOGRAFI PORTABEL BERBASIS MIKROKONTROLER ABSTRAK Balza Achmad,dkk. Densitometer Film Radiografi Portabel Berbasis Mikrokontroler DENSITOMETER FILM RADIOGRAFI PORTABEL BERBASIS MIKROKONTROLER Balza Achmad ), Viktorinus Hardianto ) dan Agus Arif ) ) Lab.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI DENSITAS CITRA MENGGUNAKAN GRID BERGERAK (MOVING GRID) POSISI HORISONTAL DAN VERTIKAL

PERBANDINGAN NILAI DENSITAS CITRA MENGGUNAKAN GRID BERGERAK (MOVING GRID) POSISI HORISONTAL DAN VERTIKAL Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 1, No. 4, Juli 2013, Hal 143-150 PERBANDINGAN NILAI DENSITAS CITRA MENGGUNAKAN GRID BERGERAK (MOVING GRID) POSISI HORISONTAL DAN VERTIKAL Supriyati 2), Wahyu

Lebih terperinci

Unnes Physics Journal

Unnes Physics Journal UPJ 3 (1) (2014) Unnes Physics Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj OPTIMASI FAKTOR EKSPOSI PADA SISTEM RADIO OPTIMASI FAKTOR EKSPOSI PADA SISTEM RADIOGRAFI GRAFI DIGITAL MENGGUNAKAN ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan faktor faktor pembentuk dalam radiografi POKOK BAHASAN : Faktor faktor pembentuk radiografi Sub pokok bahasan : 1. Interaksi antara sinar

Lebih terperinci

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Oleh : NANANG SURIANSYAH ABSTRACT It has been analysed that the influence of the ratio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi sinar-x telah mengalami pengembangan ke arah radiografi sinar-x digital dimana teknik pencitraannya memanfaatkan sensor digital untuk menangkap citra (Ko

Lebih terperinci

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ Oleh : Agus Purwanto Sumarna JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI Rahmayanti, Bualkar Abdullah, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sejarah Penemuan Sinar-X Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Rontgen pada tanggal 8 November 1895. Pada saat Rontgen menyalakan sumber

Lebih terperinci

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma A. PENDAHULUAN Pada umumnya suatu instrumen atau alat (instalasi nuklir) yang dibuat dengan didesain atau direncanakan untuk dapat

Lebih terperinci

PEREKAYASAAN DENSITOMETER DIGITAL BERBASIS MATLAB UNTUK MENDUKUNG UNNES BERWAWASAN KONSERVASI

PEREKAYASAAN DENSITOMETER DIGITAL BERBASIS MATLAB UNTUK MENDUKUNG UNNES BERWAWASAN KONSERVASI LAPORAN PENGEMBANGAN PENELITIAN BERBASIS KONSERVASI PEREKAYASAAN DENSITOMETER DIGITAL BERBASIS MATLAB UNTUK MENDUKUNG UNNES BERWAWASAN KONSERVASI Oleh: Prof.Dr.rer.nat. Wahyu Hardyanto, M.Si-NIP 196011241984031002

Lebih terperinci

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti di mana Objek terekam pada permukaan Fotosensitif,

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

SEMINAR REGIONAL KFGama TEKNOLOGI RADIOGRAFI DIGITAL, PELUANG DAN TANTANGANNYA

SEMINAR REGIONAL KFGama TEKNOLOGI RADIOGRAFI DIGITAL, PELUANG DAN TANTANGANNYA SEMINAR REGIONAL KFGama TEKNOLOGI RADIOGRAFI DIGITAL, PELUANG DAN TANTANGANNYA Oleh: Prof. Dr. Susilo, M.S DISAMPAIKAN PADA SEMINAR REGIONAL KOMUNITAS FISIKA GAJAGMADA (KFGama) Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi Latar Belakang Radiasi nuklir tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia oleh karena itu alat ukur radiasi mutlak diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur radiasi

Lebih terperinci

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL

KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL REFERAT KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI KONVENSIONAL OLEH : Budi Windarta PEMBIMBING : dr. Bambang Purwanto Utomo, Sp Rad. PPDS I RADIOLOGI FKUGM YOGYAKARTA 2014 1 PENDAHULUAN 1 KUALITAS RADIOGRAF YG TINGGI

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Feni Fitriyani 1, Suharyana 1, Muhtarom 2

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara 4 BAB II DASAR TEORI.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X Sinar-X yang dipancarkan dari sistem pembangkit sinar-x merupakan pancaran foton dari interaksi elektron dengan inti atom di anoda. Pancaran foton tiap

Lebih terperinci

KAJIAN RADIOGRAFI DIGITAL TULANG TANGAN

KAJIAN RADIOGRAFI DIGITAL TULANG TANGAN Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 16, No. 1, Januari 2013, hal 15-20 KAJIAN RADIOGRAFI DIGITAL TULANG TANGAN Susilo a, *, Wahyu Setia Budi b, Kusminarto c dan G.B. Suparta c a Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET PANDUAN PENGGUNAAN KIT ATOM-INTI Oleh : Sukardiyono dan Yusman Wiyatmo Disampaikan pada Pelatihan Kepala Laboratorium Fisika SMA Kabupaten Kebumen dan Purworejo 11 Agustuas 2012 PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma)

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma) LAMPIRAN A Pada pesawat Rontgen digital faktor eksposisi dibuat dengan menggunakan tegangan tabung tetap yaitu sebesar 60 kv dengan memvariasikan kuat arus 50 ma sampai 400 ma, dengan ma tetap yaitu 10

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-14 CAKUPAN MATERI 1. TEORI RELATIVITAS KHUSUS. EFEK FOTOLISTRIK 3. GELOMBANG DE BROGLIE 4. ATOM HIDROGEN 5. DIAGRAM

Lebih terperinci

10-3 mk). Hubungan tersebut disebut Hukum pergeseran Wien, yang dinyatakan oleh Wilhelm Wien ( ). (Baca juga : Radiasi Panas)

10-3 mk). Hubungan tersebut disebut Hukum pergeseran Wien, yang dinyatakan oleh Wilhelm Wien ( ). (Baca juga : Radiasi Panas) Hukum Pergeseran Wien, Hukum Radiasi Planck, Bunyi, Rumus, Contoh Soal, Jawaban, Radiasi Benda Hitam, Intensitas, Frekuensi, Teori, Fisika - Berikut ini adalah materi lengkapnya : 1. Hukum Pergeseran Wien

Lebih terperinci

PERHITUNGAN NILAI DOSIS DAN KONTRAS CITRA COMPUTED RADIOGRAPHY (CR) DENGAN VARIASI KETEBALAN DAN KOMBINASI JENIS FILTER

PERHITUNGAN NILAI DOSIS DAN KONTRAS CITRA COMPUTED RADIOGRAPHY (CR) DENGAN VARIASI KETEBALAN DAN KOMBINASI JENIS FILTER PERHITUNGAN NILAI DOSIS DAN KONTRAS CITRA COMPUTED RADIOGRAPHY (CR) DENGAN VARIASI KETEBALAN DAN KOMBINASI JENIS FILTER Dessy Dian Monita Pardede dan Evi Setiawati Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Gambar Radiografi Menurut ( carlton 2001 ) Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan, tetapi hanya yang benar-benar sinar-x

Lebih terperinci

PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI. Evi Yusita Nim

PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI. Evi Yusita Nim PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI Evi Yusita Nim. 080921004 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

1. Gejala Listrik Statis

1. Gejala Listrik Statis 1. Gejala Listrik Statis Gejala kelistrikan diawali dengan diamatinya benda-benda yang secara tidak terduga mampu saling tarik-menarik. Batang plastik yang sudah digosok-gosokkan ke kain yang halus teramati

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat analisis sebagai berikut : 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik Departemen Teknik Mesin Sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Radiasi adalah pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X MK DIFRAKSI SINAR-X SEKILAS SEJARAH PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si William Roentgen menemukan sinar-x yang memiliki sifat: 1. Merambat dengan lintasan lurus 2.

Lebih terperinci

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik yang dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam rentang frekuensi yang luas. Sebagai sebuah gejala gelombang, gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

DASAR-DASAR RADIOLOGI

DASAR-DASAR RADIOLOGI DENTAL RADIOGRAFI Prinsip dan Teknik BAB 1 DASAR-DASAR RADIOLOGI 1.1. SEJARAH S inar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas Wurzburg, Jerman. Saat itu ia melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat analisis sebagai berikut : 1. Tempat pengambilan data bertempat di Laboratorium Bahan Teknik Departemen Teknik Mesin Sekolah

Lebih terperinci

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP Pengaruh Teknik Tegangan Tinggi Terhadap Entrasce Skin Exposure( ESE ) dan Laju Paparan Radiasi Hambur Pada Pemeriksaan Abdomen Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan

Lebih terperinci

PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2

PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2 PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2 1. Pada rangkaian berikut, masing - masing hambatan adalah 6. Tegangan baterai 9 Volt, sedangkan hambatan dalam baterai diabai kan. Arus I adalah. a. 0,5 I A b. 1 A c.

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

Analisis Kurva Karakteristik Image Plate Computed Radiography (CR) Sebagai Indikator Sensitifitas Terhadap Sinar-X

Analisis Kurva Karakteristik Image Plate Computed Radiography (CR) Sebagai Indikator Sensitifitas Terhadap Sinar-X PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 4 Analisis Kurva Karakteristik Image Plate Computed Radiography (CR) Sebagai Indikator Sensitifitas Terhadap Sinar-X Nurul Jannah, Bidayatul Armynah, dan Bualkar Abdullah

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EKPOSI PADA PEMBANGKIT SINAR-X KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

PENENTUAN FAKTOR EKPOSI PADA PEMBANGKIT SINAR-X KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY (Santoso, dkk.) PENENTUAN FAKTOR EKPOSI PADA PEMBANGKIT SINAR-X KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Sugeng Santoso 1*, M. Haddin 1, Eka Nuryanto 1, Ary Sulistyo Utomo 2 1 Jurusan Magister Teknik

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci