Daftar Isi. Halaman Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Kata Pengantar... Sekilas TNBBR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Isi. Halaman Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Kata Pengantar... Sekilas TNBBR..."

Transkripsi

1 Daftar Isi Halaman Daftar Isi... i Daftar Gambar... ii Daftar Tabel... iv Kata Pengantar... 1 Sekilas TNBBR... 2 Bab I Gambaran Umum Kawasan A. Deskripsi Kawasan....4 B. Sejarah Kawasan C. Kebijakan dan Program Pengelolaan Bab II Sarana dan Prasarana A. Bangunan Kantor B. Sarana Penunjang C. Sumberdaya Manusia D. Data dan Informasi Bab III Potensi Kawasan A. Keanekaragaman Hayati B. Ekowisata dan Jasa Lingkungan Bab IV Pengelolaan Taman Nasional A. Visi dan Misi Pengelolaan... i 79

2 B. Aktivitas Pengelolaan C. Ijin Masuk Kawasan Daftar Pustaka Lampiran Daftar Gambar Gambar 1 Fisiografi permukaan kawasan.. pegunungan... 5 Gambar 2 Ilustrasi Rute Perjalanan Menuju Kawasan TNBBBR 9 Gambar 3 Sarana jalan HPH menuju...pintu masuk kawasan 11 Gambar 4 Bagan Alur Sejarah Kawasan TNBBBR Gambar 5 Bangunan Kantor TNBBBR Gambar 7 Sebaran SDM TNBBBR berdasarkan tk. pendidikan 15 Gambar 8 Sungai Ella, jalur riparian... ekosistem di TNBBBR 19 Gambar 9 Flora eksotik TNBBBR Gambar 10 Pohon Benuas (kiri) dan Palam hutan (kanan) 25 Gambar 11 Jejak mamalia di TNBBBR Gambar 12 Beberapa amfibi di TNBBBR Gambar 13 Representasi kupu.. terrestrial dan riparian TNBBBR 40 Gambar 14 Trogonoptera brookiana..ditemui di..sekitar TNBBBR 42 Gambar 15 Beberapa jenis Ikan... di S. Ella (TNBBBR) Gambar 17 Berbagai hidupan liar dengan berbagai atraksinya 46 Gambar 18 TNBBBR sebagai wahana pendidikan dan riset Gambar 19 Potensi arung jeram; Sungai Ella dan Sungai Bemban 48 ii

3 Gambar 20 Lansekap puncak bukit yang mempesona Gambar 21 Representasi sosial budaya...sekitar TNBBBR Gambar 22 Upacara perkawinan dan Ricci Gambar 23 Toras dan temadu Gambar 24 Bentuk-bentuk kearifan lokal..sekitar kawasan Gambar 25 Tempat acara pembakaran mayat, Gambar 26 Sepundu (kiri) dan cucuk hari (kanan) Gambar 27 Obyek batu betanam (atas) dan Pongkal sedarah 66 Gambar 28 Air Terjun Demang Ehud Gambar 29 Air Terjun Semungga Gambar 30 Air terjun (Cahay) Kumbai (kiri) Tengkawang Gambar 31 Air terjun Mawang Gambar 32 Goa Kelasi Gambar 33 Situs kepala riam potai Kondisi di Bukit Batu Gambar 34 Rumah Betang; Gambar 35 Pelayanan kegiatan penelitian di TNBBBR Gambar 36 Pemeliharaan pal batas (kiri), Gambar 37 Inventarisasi Herpetofauna (kanan), Gambar 38 Beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat 83 Gambar 39 Kerjasama,kemitraan TNBBBR dengan WWF HoB 84 iii

4 Daftar Tabel Halaman Tabel 1 Aksesibilitas menuju kawasan... 7 Tabel 2 Beberapa mamalia dan lokasi ditemukan Tabel 3 Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak iv

5 Kata Pengantar Sebagai salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) banyak menyim pan kekayaan alam berupa panorama alam, keanekaragaman hayati baik ekosistem, flora maupun fauna khas Hutan Hujan Tropis Pegunungan yang sangat layak untuk dipertahankan keberadaannya. Selain itu kultur dan budaya masyarakat sekitar kawasan juga memberi warna bagi daya tarik kawasan TNBBBR. Penyusunan Buku Panduan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan para pihak terhadap informasi aktual mengenai keberadaan dan potensi kekayaan alam yang terdapat di kawasan TNBBBR. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak (Ir. Erwin Effendy) Kepala Balai TNBBBR Periode Tahun yang menggagas pembuatan Buku Panduan TNBBBR dan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penerbitan buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat sebagai media informasi bagi para pihak yang memerlukan informasi mengenai kawasan TNBBBR. Sintang, Agustus 2010 Dr. Ir. Widada, MM. NIP

6 Pendahuluan Sekilas TNBBBR Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) merupakan bagian dari hutan tropika yang memiliki beranekaragam flora, fauna maupun ekosistemnya. Di samping itu keadaan alamnya memiliki keunikan yang tinggi. Kawasan ini mempunyai fungsi yang amat penting, antara lain menjaga kelangsungan sumber air bagi beberapa sungai dan anak sungai, sebagai habitat satwa liar baik yang sudah maupun belum dilindungi, serta sebagai laboratorium alam bagi penelitian dan pendidikan. Kawasan ini merupakan penggabungan dua cagar alam yaitu Cagar Alam Bukit Baka yang terletak di Kalimantan Barat dengan Cagar Alam Bukit Raya yang terletak di Propinsi Kalimantan Tengah. Pemberian nama Bukit Baka memberikan identitas bukit paling tertinggi di wilayah Kalimantan Barat dan pemberian nama Bukit Raya memberikan identitas sebagai bukit tertinggi di bagian Propinsi Kalimantan Tengah. Potensi yang dimiliki Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya berupa keanekaragaman hayati, panorama keindahan kekayaan alam dan budaya masyarakat merupakan asset berharga yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata maupun penyedia jasa lingkungan. Sebagaimana kawasan pelestarian alam pada umumnya, TNBBBR yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Menyadari pentingnya keberadaan flora dan fauna di kawasan taman nasional bagi kehidupan manusia, dan juga seba2

7 gai salah satu penyusun komponen penyusun lingkungan hidup, maka perlu dilakukan upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan fisik untuk menjaga kelestariannya. Dengan demikian kekayaan alam yang tak ternilai ini dapat menjadi warisan bagi generasi yang akan datang. Untuk merealisasikan guna kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pariwisata, maka dalam pengelolaannya diutamakan untuk melindungi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati, melindungi tata guna air, dan mendukung pengembangan masyarakat di sekitar kawasan taman nasional. 3

8 Bab I Gambaran Umum Kawasan A. Deskripsi kawasan 1. Letak dan Luas Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) adalah salah satu kawasan pelestarian alam yang penunjukannya dikukuhkan melalui SK Menteri Kehutanan No 281/Kpts-II/1992 pada tanggal 26 Februari Memiliki luas Ha terbentang dari Bujur Timur dan Lintang Selatan yang secara administratif berada di Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Luas kawasan taman nasional yang masuk ke dalam Propinsi Kalimantan Barat (Kalbar) sebesar Ha, sedangkan di Propinsi Kali mantan Tengah (Kalteng) Ha. Kawasan TNBBBR di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang dan Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat, sedangkan di bagian 4

9 selatan, timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tengah. Kawasan ini mempunyai nilai utama sebagai daerah tangkapan air (catchment area) yang menjadi sumber aliran Sungai Melawi dan Kapuas di Kalbar serta Sungai Katingan di Kalteng. 2. Topografi Kawasan TNBBBR merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Schwaner dengan fisiografi berupa pegunungan patahan. Ketinggian yang bervariasi di daerah ini berkisar antara 100 m sampai dengan m di atas permukaan laut (m. dpl). Puncakpuncak dengan ketinggian lebih dari m. dpl di dalam kawasan TNBBBR meliputi Bukit Panjake (1.450 m. dpl), Bukit Lesung (1.600 m. dpl), Bukit Panjing (1.620 m. dpl), Bukit Baka (1.617 m. dpl), Bukit Melabanbun (1850 m. dpl), Bukit Asing (1.750 m. dpl), dan Bukit Raya (2.278 m. dpl). Gambar 1. Fisiografi permukaan kawasan berupa pegunungan patahan 5

10 3. Cuaca dan Iklim Kawasan TNBBBR termasuk dalam daerah iklim A dengan nilai Q yang berkisar antara 0 sampai dengan 14 (Schmidt dan Ferguson). Curah hujan rata-rata pertahun sebesar mm dan curah hujan tertinggi pada bulan Oktober sampai bulan Mei yang mencapai 23 hari hujan/bulan. Suhu rata-rata di kawasan TNBBBR berkisar antara 22 hingga 31 C dengan kelembaban rata-rata 73%. 4. Tanah Jenis tanah yang terdapat di kasasan TNBBBR dapat digolongkan menjadi empat yaitu Tropudults; Dystropepts; Asosiasi Tropudults, Dystropepts dan Troporthods (TDT) serta Asosiasi Tropudults dan Dystropepts (TD). Tropudults banyak terdapat pada dataran berbukit-bukit kecil di barat daya, tenggara, timur laut, dan bagian tengah kawasan, dijumpai pula di daerah lereng struktural yang memanjang di bagian utara Kawasan. Dystropepts, tanah yang mempunyai kandungan bahan organik tinggi dan kapur yang rendah dapat dijumpai di pungung pegunungan berbukit yang tersebar pada bagian selatan, utara, barat laut dan tengah kawasan. Kuesta di bagian utara kawasan mempunyai jenis tanah TDT, sedangkan asosiasi TD berada pada punggung pegunungan yang terletak di bagian timur laut kawasan. 6

11 - No. A. 3. (baris3 harga /org menjadi /org No. B. 2. (harga /org menjadi /org) No. B.3 (harga /org menjadi /org No. B. 5 Jelundung Pintu Gerbang Batu Lintang menjadi Jelundung Rantau Malam-Pintu Gerbang Batu Lintang No. dari 2 hari menjadi 3 hari. 5.B.6Aksesibilitas Tabel 1. Aksesibilitas MenujuTNBBBR Kawasan Tabel 1. Aksesibilitas Menuju Kawasan yang TNBBBR sudah diperbaiki No Rute Jalur 1 2 Bukit Baka (Melalui Kalimantan Barat) 3 A. Perkiraan Biaya (Rp) 5 Jarak (Km) /Waktu (Jam) 4 1. Pontianak - Sintang Darat ± 395 km/ 9 jam /org 2. Sintang - Nanga Pinoh Darat ± 80 km /1,5 jam /org S. Melawi 1,5-2 jam /org Keterangan 6 Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum 3. Nanga Pinoh - Menukung S. Melawi 1,5-2 jam /org 3. Nanga Pinoh - Menukung S. Melawi 1,5-2 jam /org 4. Menukung - Dusun Mengkilau Darat Darat S. Mawang ± 3 jam 40 menit 5 jam /org /org /unit Jalur transportasi umum Ojek motor Ojek motor Carter Sungai 30 menit /unit Carter Darat 2 jam - - Darat 2 jam Dusun Mengkilau - Juoi Deras Joui Deras - Pintu Gerbang TN Pintu Gerbang - Visitor 7 Ha

12 8. B. Lodge Visitor Lodge - Puncak Bukit Baka Darat 4 jam - - Bukit Raya - Melalui Kalimantan Barat 1. Pontianak - Sintang Darat ± 395 km /9 jam /org 2. Sintang - Nanga Pinoh Darat ± 80 km /1, 5 jam /org S. Melawi 1,5-2 jam /org Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum 3. Nanga Pinoh - Serawai S. Melawi 6 jam /org 4. Serawai - Jelundung S. Jelundung 8 jam /unit Carter 5. Jelundung Rantau MalamPintu Gerbang Batu Lintang Darat ± 12 jam Pintu Gerbang Batu Lintang - Puncak Bukit Raya Darat ± 3 hari - - km/4 - Melalui Kalimantan Tengah Palangkaraya - Kasongan Darat ± 85 jam 2. Sampit - Kasongan Darat ± 125 km/3 jam 60, Kasongan - Tumbang Samba Darat ± 105 km/3 jam 50,000 S. Katingan 3 jam 60,000 S. Samba 1 jam 30,000 Darat 2 hari - - Darat 2 hari Tumbang Samba - Tumbang Kaman Tumbang Kaman - Tumbang Habangoi Tumbang Habangoi - Puncak Bukit Raya al 15 ; Tentang Sarana Prasarana 8; km/1 Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum

13 Kasongan - Tumbang Samba Tumbang Samba - Tumbang Kaman Tumbang Kaman - Tumbang Habangoi Tumbang Habangoi - Puncak Bukit Raya Darat km/3 jam 50,000 transportasi umum Jalur transportasi umum Jalur transportasi umum S. Katingan 3 jam 60,000 S. Samba 1 jam 30,000 Darat 2 hari - - Darat 2 hari - - Gambar 2. Ilustrasi Rute Perjalanan Menuju Kawasan TNBBBR 5 Gambar 2. Ilustrasi Rute Perjalanan Menuju Kawasan TNBBBR 9

14 Saat ini kawasan TNBBBR dapat dicapai dengan dua rute perjalanan, dari arah utara melalui Propinsi Kalimantan Barat dan dari selatan melalui Propinsi Kalimantan Tengah. Rute perjalanan menuju Bukit Baka dimulai dari Pontianak (Kalimantan Barat) menuju Sintang melalui perjalanan darat sejauh 399 Km dengan waktu tempuh sembilan jam, dari Sintang dilanjutkan dengan perjalanan menuju Nanga Pinoh (Kab. Melawi) selama dua jam, kemudian disambung menuju Nanga Popay selama dua jam, di Nanga Popay pengunjung dapat beristirahat sejenak di Logpond PT. Sari Bumi Kusuma (SBK). Dari Logpond kawasan TNBBBR dapat dicapai melalui main road PT. SBK dengan waktu dua jam. Jika pengunjung ingin mengambil alternatif perjalanan menggunakan jalur sungai, dari Sintang menuju Menukung melalui Sungai Melawi selama tiga jam menggunakan speed boat, dari Menukung menuju Dusun Mengkilau melalui Sungai Mawang selama lima jam menggunakan long boat, perjalanan dilanjutkan menuju Juoi Deras selama 30 menit, selanjutnya dengan perjalanan darat selama dua jam mencapai pintu gerbang kawasan TNBBBR. 10

15 Bukit Raya dapat dicapai melalui Propinsi Kalimantan Barat maupun Kalimantan Tengah. Perjalanan dari Propinsi Kalimantan Barat melalui Nanga Pinoh dilanjutkan menuju Serawai menggunakan speed boat selama enam jam, melewati Sungai Jelundung perjalanan dilanjutkan menggunakan long boat lebih kurang delapan jam, disambung dengan berjalan kaki selama dua jam menuju pintu gerbang Batu Lintang. Dari Kalimantan Tengah Puncak Bukit Raya dapat dicapai menggunakan jalur Palangkaraya menuju Kasongan selama satu jam perjalanan darat, Kasongan menuju Tumbang Samba melalui jala darat maupun sungai (Sungai Katingan) selama tiga jam, dilanjutkan dengan perahu klotok menuju Tumbang Kaman sekitar satu jam, dari Tumbang Kaman menuju Tumbang Habangoi selama dua hari berjalan kaki. Dari Tumbang Habangoi Puncak Bukit Raya dapat dicapai dengan pendakian selama dua hari. Gambar 3. Sarana jalan HPH menuju salah satu pintu masuk kawasan 11

16 perjalanan darat, Kasongan menuju Tumbang Samba melalui jala darat maupun sungai (Sungai Katingan) selama tiga jam, dilanjutkan dengan perahu klotok menuju Tumbang Kaman sekitar satu jam, dari Tumbang Kaman menuju Tumbang Habangoi selama dua hari berjalan kaki. Dari Tumbang Habangoi Puncak Bukit Raya dapat dicapai dengan pendakian selama dua hari. B. Sejarah Kawasan B. Sejarah Kawasan Cagar Alam Bukit Raya Luas Ha SK. Mentan No. Cagar Alam Bukit Raya Luas Ha SK. Mentan Cagar Alam Bukit Baka Luas Ha SK. Mentan No. Cagar Alam Bukit Baka Luas Ha SK. Mentan Cagar Alam Bukit Baka Luas Ha SK. Menhut Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Luas Ha SK. Menhut Gambar 4. Bagan Alur Sejarah Kawasan TNBBBR Gambar 4. Bagan Alur Sejarah Kawasan TNBBBR Dua kawasan cagar alam yang menjadi cikal bakal TNBBBR adalah Cagar Alam Bukit Raya (SK Menteri 7 Pertanian No. 409/Kpts/ Um/6/1978) dan Cagar Alam Bukit Baka (SK Menteri Pertanian No.1050/Kpts/Um/12/1981) yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Seiring dengan terbitnya kebijakan pemerintah yang bergulir dari masa ke masa pada akhirnya digabungkan dan ditunjuklah kedua kawasan cagar alam tersebut menjadi taman nasional dan berada di bawah tanggungjawab Unit Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. 12

17 C. Kebijakan dan Program Pengelolaan Dalam Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) Balai TNBBBR Kebijakan dan Program pengelolaan taman nasional dititikberatkan pada beberapa prioritas pengelolaan seperti pengawetan ekosistem, pengamanan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam dan pemberdayaan masyarakat yang seluruhnya bertujuan untuk mempertahankan kelestarian manfaat kawasan. Upaya pangawetan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan disesuaikan dengan zonasi kawasan yang terbagi menjadi zona inti, zona rimba dan zona pemanfaatan. Upaya pengawetan tersebut ditempuh melalui perlindungan, pengamanan dan inventarisasi. Pada zona inti dilakukan penelitian dan pengembangan untuk menunjang pengelolaan, selain penelitian dan pengembangan pada zona rimba juga dilakukan pembinaan habitat dan populasi satwa. Untuk zona pemanfaatan, penelitian dan pengembangan lebih ditujukan untuk menunjang pariwisata alam. 13

18 Bab II Sarana dan Prasarana Gambar 5.. Bangunan Kantor TNBBBR (Kantor SPTN II Kasongan Kalteng (kiri), kantor Resort Belaban Kalbar (tengah), Kantor Balai TNBBBR, Sintang Kalbar (kanan) A. Bangunan Kantor Berdasarkan SK. Menhut No. 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997 menetapkan bahwa pengelolaan kawasan TNBBBR dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) taman nasional yang berkantor di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, yang kemudian diperkuat melalui SK. Menhut No. 6186/Kpts-II/2002 mengenai peningkatan dari eselon IV ke eselon III, sehingga status unit berubah menjadi Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Saat ini TNBBBR memiliki sebuah kantor Balai yang terletak di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, serta memiliki dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN), SPTN I berkedudukan di Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat dan SPTN II berkedudukan di Kasongan Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah. 14

19 B. Sarana Penunjang Selain bangunan kantor yang dimiliki TNBBBR, terdapat juga sarana penunjang pengelolaan lainnya yang letaknya tersebar baik di dalam maupun sekitar kawasan taman nasional. Sarana yang terdapat di dalam kawasan antara lain berupa Jalur Patroli/ wisata, Shelter, dan Visitor Lodge. Sarana yang terdapat di sekitar kawasan berupa Pos Jaga, Pondok kerja, Menara Pengawas, Visitor Center, Pusat Informasi, Rumah Anggrek dan sarana penunjang lainnya. C. Sumber Daya Manusia Dalam pengelolaan TNBBBR, Balai Taman Nasional disokong oleh sumber daya manusia professional yang menguasai bidang keahliannya masing-masing. Sebagian besar SDM tersebut telah mengenyam dan pelatihan profesi di bidang kehal 16 baris ke-6pendidikan ; hutanan. pegawai yang 70 orangtotal diganti menjadi 66sampai orang. saat ini terdaftar di bagian kepegawaian Balai TNBBBR lebih kurang sebanyak 66 orang yang Gambar halspesifikasi 16 tentang SDM diganti dengan Gambar hal mempunyai pendidikan SMA atau sederajat, Diploma, 16. Sarjana dan Magister (Pasca Sarjana) III 24 IV-A Polhut 2 PEH 17 Penyuluh Non Struktural 15

20 D. Data dan Informasi Setiap kegiatan survei dan penelitian yang dilakukan baik oleh internal Balai TNBBBR maupun pihak lainnya telah memberikan sumbangsih berupa data dan informasi tentang kawasan, baik itu berupa data keanekaragaman hayati, kependudukan, potensi ekowisata dan jasa lingkungan. Data-data yang ada antara lain telah dihimpun dalam sebuah Buku Informasi Statistik Balai TNBBBR yang dicetak pada tahun Selain itu, sejak tahun 2008 Balai TNBBBR telah membentuk Tim Database, yang berperan mengumpulkan, menyusun, menyimpan, menyajikan data dan informasi yang dibutuhkan bagi pengelolaan serta berkedudukan di kantor Balai. Namun demikian, masih banyak data dan informasi kawasan yang belum tergali dengan mendalam. Untuk itu, TNBBBR sampai saat ini masih menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk bersama-sama melakukan eksplorasi kawasan untuk kepentingan pengelolaan. 16

21 Bab III Potensi Kawasan Taman Nasional A. Keanekaragaman Hayati 1. Keanekaragaman Ekosistem Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan serangkaian gugusan pegunungan dengan beranekaragam ekosistem dengan vegetasi hutan yang masih baik dan relatif utuh. Ekosistem yang terbentuk di dalam kawasan taman nasional se17

22 suai dengan perubahan topografi dan bentang alam. Berbagai tipe ekosistem masing-masing dicirikan oleh munculnya tumbuhan dominan yang mencirikannya. Keanekaragaman dari tipe ekosistem yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya secara umum terbagi dalam empat tipe ekosistem, yaitu: a. Ekosistem hutan Dipterocarpaceae dataran rendah, terle tak pada ketinggian m dpl, diperkirakan luasnya mencapai hektar atau sekitar 46%. b. Ekosistem hutan dataran tinggi, terletak pada ketinggian m dpl, diperkirakan seluas ,26 hektar atau 23,6%. c. Ekosistem hutan pegunungan terletak pada ketinggian di atas m dpl, tipe ekosistem tersebut seluas hek tar atau 30%. d. Ekosistem hutan lumut, vegetasi lumut terdapat pada pun cak-puncak bukit, terletak pada ketinggian m dpl ke atas atau m ke bawah puncak gunung yang memiliki ketinggian m dpl. Dari hasil analisis Citra Landsat/satelit Imagery (1995), yang mengklasifikasikan tipe ekosistemnya mengacu pada Van Steenis (1984), diketahui bahwa Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya memiliki tiga tipe ekositem, yaitu: Zona tropika, Zona pegunungan bawah dan Zona pegunungan atas. Di antara ketiga tipe ekosistem yang terdapat di dalam TNBBBR tersebut, ekosistem pegunungan bawah memiliki keragaman jenis (Jumlah individu) pohon serta keseragaman individu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua zona lainnya. 18

23 tersebut, ekosistem pegunungan bawah memiliki keragaman jenis (Jum m pegunungan bawah memiliki keragaman jenis (Jumlah individu) pohon serta keseragaman individu yang lebih tinggi dibandingk rta keseragaman individu yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua zona lainnya. lainnya. Gambar 8. Pemandangan sungai Ella (kiri atas) dan Salah satu Laboratorium Alam (kanan) ngan sungai Ella (kiri u Laboratorium Alam Gambar 8. Pemandangan sungai Ella (kiri atas) dan Salah satu Laboratorium Alam 13 (kanan) 2. Keanekaragaman Flora Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) mempunyai keanekaragaman ekosistem dan kekayaan jenis flora dan fauna yang 13 tinggi. Ditinjau dari tingkat keanekaragaman jenisnya, mulai tingkat semai dan tumbuhan bawah, pancang, tiang dan pohon, berdasarkan indeks Shannon-Wienner Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya memiliki keanekaragaman jenis flora yang tinggi (BPKH Samarinda & Lembaga Penelitian UNPAR, 1998; Himakova 2008). Selain itu, Nooteboom (1987) menemukan 817 jenis dalam 139 famili. James K Jarvie et al. (1996) menemukan 154 species dari 357 marga dari 135 famili. Penelitian serupa dilakukan pula oleh LIPI tahun

24 Hasil awal dari penelitian tumbuhan dan ekologi yang telah dipublikasikan Nooteboom (1987) dari jalur Timur taman nasional hingga ke Puncak Bukit Raya menunjukkan karakteristik vegetasinya berupa hutan dipterocarpaceae dataran rendah pada ketinggian 400 m dpl, dimana Dipterocarpaceae mendominasi > 30% tajuk hutannya. Di atas 400 m dpl, jumlah Dipterocarpaceae mengalami penurunan dan didominasi oleh hutan Fagaceous. Sedangkan wilayah pegunungannya didominasi oleh Vegetasi Ericoid, dan pada ketinggian di atas m dpl didominasi oleh hutan moss. 20

25 Hutan Dataran Rendah m d.p.l) Hutan dataran rendah merupakan hutan yang kaya akan berbagai jenis flora yang berasal dari berbagai masyarakat tumbuhan. Keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi tedapat pada hutan dataran rendah untuk semua tingkat pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena pada hutan dataran rendah lebih banyak tumbuhan yang mampu hidup dan menyesuaikan diri. Komposisi jenis pohon pada hutan dataran rendah di dominasi oleh suku Dipterocarpaceae dan merupakan salah satu vegetasi yang tergolong luas penyebarannya di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Tipe hutan vegetasi ini diketemukan pada topografi datar hingga bergelombang di bagian selatan dan utara kawasan taman nasional. Pada hutan dataran rendah juga ditemukan hutan campuran Dipterocarpaceae dan Agathis. Tipe hutan ini tumpang tindih dengan hutan Diterocarpaceae campuran sehingga seolah-olah tampak membentuk satu tipe hutan. Akan tetapi kelompok Agathis ini tampak menyebar dalam bentuk kelompokkelompok di dalam kawasan hutan Dipterocarpaceae. Gambar 9. Flora eksotik TNBBBR 21

26 Pada tahun 1924, naturalis Stanforte dan Tage Derauf untuk pertama kali menemukan bunga Rafflesia tuan-mudae Becc. Di lereng Bukit Birang Merabai pada ketinggian 700 m dpl, Hans Winkler (1927) menemukan bunga raksasa tersebut. Khusus bunga parasit raksasa ini merupakan bunga parasit raksasa yang dilindungi dan diduga memiliki persamaan dengan jenis yang ditemukan di Gunung Kinabalu Malaysia. Selain itu di dalam Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya juga ditemukan beranekaragaman jenis bunga Anggrek. Jenis pohon yang menyusun vegetasi hutan dataran rendah (ekosistem tropika) terdiri dari jenis-jenis khas dan jenis-jenis umum. Menurut Puslitbang Biologi (1994), jenis khas tersebut adalah Dipterocarpus oblongifolius, Salacca zalacaa, Nauclea rivularus, Osmoxylon helleborinum, Pinanga rivularis, Sauraria angustifolia, Dipteris lobiana, Asplenium sabaquatile, Tectaria hosei, dan Bolbitis sinuatar. Adapun jenis umum di antaranya Pandanus sp, Elaeocarpus glaber, Ficus ribes, Ficus microcarpa, Ficus macrostyla, Michelia sp, Mangifera spp., Ixora sp, Diospyros sp, Antidesma sp, Medinella sp, Artocarpus altilis, Pometia pinata, Pterospermum sp, Rhododendron sp, Schefflera sp, Dilenia beccariana, Lithocarpus cooertus dan Knema sp Pada hutan dataran rendah banyak terdapat pohon-pohon tertentu yang bernilai ekonomis untuk bahan kayu gergajian/ pertukangan, meubel, kayu energy, veneer, plywood, pulp/kertas, dan lain-lain seperti : Bintangur (Callophyllum kunsteri), Benuang (Octomeles sumatrana), Bengkirai (Shorea laevifolia), Geronggang (Cratoxylon spp), Kapur (Dryobalanops spp), Keladan (Dryobalanops beccarii), Keruing (Dipterocarpus spp), Medang (Litsea spp), Meranti (Shorea spp), Resak (Shorea atrinervosa), dll. Selain itu terdapat pula pohon yang digunakan oleh masyarakat setempat 22

27 sebagai penghasil buah, seperti dari marga (genus) Annonaceae, Artocarpus, Diospyros, Myristicaceae dan Euphorbiaceae. Selain itu, tersedia pula tanaman sebagai sumber obat tradisional yang sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Tanaman yang dimaksud antara lain Psychotria sp (suku Rubiaceae) disebut pula Bungon Pemeceh daunnya digunakan sebagai obat kontrasepsi, Eurycoma longifolia (suku Simaroubaceae) atau Pasak Bumi dan Evodia sp. atau Seloang Belum kedua jenis tersebut akarnya dimanfaatkan sebagai obat kuat/ perangsang sahwat (tonik), Mucuna biplicata (suku Papilionae) atau Ramoy dengan buah berambut dan berwarna kemerahan digunakan sebagi obat diare. Kawasan ini juga menyediakan berbagai jenis liana yang sebagian telah digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan, Kanyong digunakan sebagai racun pada ujung tombak atau ujung anak panah, ditemukan di dekat Rumbang Riang, Tumbang Rabulus dan Tumbang Tosah pada ketinggian 400 m dpl, Bayan Akah, liana yang mempunyai kulit berwarna kuning, kulitnya digunakan sebagai pemantik api, Rotan (Calamus javanicus), Pandan (Pandanus tectonus), Kulit Kapuk (Artocarpus elasicus) digunakan sebagai bahan kerajinan tangan untuk keperluan sehari-hari, dan Sengkubak (Pycnarrhena cauliflora (Miers) Diels), daunnya digunakan sebagai penyedap rasa oleh masyarakat suku Dayak sekitar kawasan. 23

28 Hutan Dataran Tinggi (1.000 m m d. p. l.) Daerah hutan dataran tinggi umumnya mempunyai curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan hutan dataran rendah serta mempunyai topografi yang lebih curam. Jenis yang tergolong langka seperti Hugonia sp (Suku Linacaceae) juga ditemukan di kawasan ini. Tumbuhan tersebut merupakan jenis yang penting di daerah Afrika, sejauh ini ditemukan dua jenis di daerah Asia yaitu satu jenis di Srilangka dan satu jenis lainnya ditemukan di India selatan. Di Indonesia penyebaran genus ini sangat sedikit, diketahui di Kalimantan dan koleksinya sangat terbatas. Di kawasan TTNBBBR tipe hutan ini dapat ditemui pada bukit-bukit yang mempunyai ketinggian kurang dari m.d.p.l. Keanekaragaman dan komposisi jenis pohon pada tipe hutan ini berasal dari suku Dipterocarpaceae dan Araucariaceae yang tersebar secara berkelompok. Salah satu jenis dari suku Araucariaceae yang dapat ditemukan pada tipe hutan hutan dataran tinggi yaitu Agathis sp. Di sekitar puncak Bukit Birang Merabai yang terletak pada ketinggian antara m dpl (ekosistem pegunungan bawah), ditemukan tipe hutan Kerangas dengan dominasi oleh jenis-jenis dari suku Myrtaceae, terutama jenis Syzigium vericundum, Syzigium racemosa, Syzigium paludosum, Syzigium steenisii, Syzigium antisepticum, Syzigium fastigiatum, Syzigium rhamphyphyllum, Syzigium rostratu, dan Syzigium lineatum. Beberapa jenis bunga anggrek dapat ditemukan pada tipe hutan ini. Jenis-jenis anggrek tersebut diantaranya Agrostophyllum haseltii, Bulbophyllum obscorum, Coelogyne septemcostata, Dendrochylium davindiatum, Eria cepifolia, Liparis condylobulbon, Pholidota carnea, Thelasis carinata. 24

29 dapat ditemukan pada tipe hutan ini. Jenis-jenis anggrek tersebut diantaranya Agrostophyllum haseltii, Bulbophyllum obscorum, Coelogyne septemcostata, Dendrochylium davindiatum, Eria cepifolia, Liparis condylobulbon, Pholidota carnea, Thelasis carinata. Gambar 10. Pohon10. Benuas (kiri) dan Palam Hutan (kanan) Gambar Pohon Benuas (kiri) dan Palam Hutan (kanan) Ekspedisi yang dilakukan oleh Nooteboom pada tahun 1983 banekspedisi yang dilakukan oleh Nooteboom pada tahun 1983 banyak yak menemukan species yang keberadaannya permenemukan species (jenis) yang(jenis) keberadaannya baru pertama kali baru dicatat di tama kali dicatat di Indonesia dan sangat mungkin beberapa jenis Indonesia dan sangat mungkin beberapa jenis di antaranya merupakan jenis baru. Sebagai suatu bukti yaitujenis dengan ditemukannya Palma (Arenga di antaranya merupakan baru. Sebagaijenis suatu bukti yaitu regroflorescens) merupakan jenis yang sama dengan jenis yang ada di Serawak dengan ditemukannya jenis Palma (Arenga regroflorescens) merdan merupakan new record untuk di Indonesia. Jenis Symplocos yang sering upakan jenis yang sama dengan jenis yang ada di Serawak dan dijumpai di sekitar Rumbang Riang adalah merupakan jenis baru (new species) merupakan new record untuk di Indonesia. Jenis Symplocos dan besar kemungkinan merupakan Taxa yang baru. yang sering dijumpai di sekitar Rumbang Riang adalah merupakan jenis baru (new species) dan besar kemungkinan merupakan Taxa yang baru. 18 Hutan Pegunungan (> m dpl) Hutan pegunungan merupakan hutan yang tumbuh dengan ketinggian lebih dari m dpl. Komposisi tegakan berasal dari suku Myrtaceae, Sapotaceae, Podicarpaceae, dan Ericaceae. Di 25

30 TNBBBR kelompok hutan pegunungan umumnya terdapat pada puncak-puncak perbukitan. Misalnya Bukit Baka dan Bukit Raya serta puncak bukit-bukit yang mempunyai ketinggian lebih dari m dpl. Semakin tinggi mendaki di dalam hutan pegunungan semakin banyak ditemukan jenis-jenis flora yang juga terdapat pada hutan dataran rendah dan hutan dataran tinggi. Namun jumlah total floranya menunjukkan kecenderungan semakin berkurang. Daundaun pepohonan pada umumnya menjadi berkurang jumlahnya dan umumnya lebih langsing daripada tempat yang lebih rendah, tumbuhan epifitnya biasanya lebih kecil, hampir semuanya bersifat sebagai terna dan kebanyakan terbatas pada paku-pakuan dan lumut atau tumbuhan cryptogamae yang lebih rendah tingkatannya. Tetapi tumbuhan memanjat serta epifita dalam hutan pegunungan bagian atas sering kali berlimpah-limpah jumlahnya. Keunikan dan kekhasan tipe hutan pegunungan yaitu ditemukannya vegetasi lumut pada puncak-puncak bukit di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Lumut-lumut epifitik cenderung terdapat dalam jumlah yang melimpah-limpah dan tumbuh subur, dimana kabut selalu terdapat dalam hutan ini dan dalam hutan yang lebih tinggi letaknya. Di lereng Bukit Raya, yaitu pada ketinggian hingga m dpl (ekosistem pegunungan atas) juga ditemukan hutan tipe Kerangas dengan komposisi jenis antara lain: suku Euphorbiaceae dengan jenis Aporosa sp., suku Sapotaceae dengan jenis Palaquium dasyphyllum, suku Lauraceae dengan jenis Litsea densifolia, suku Euphorbiaceae dengan jenis Baccaurea racemosa dan suku Fagaceae dengan jenis Lithocarpus ewyckii. Pada ketinggian m di daerah puncak Bukit Raya ditemukan family Ericaceae. Jenis-jenis dari suku ini antara lain : Diplycosia 26

31 kemulensis, Rhododendron nervusolum, R. quadrasianum, R. verticillata, Vaccinium claoxylon dan V. clementis. Jenis-jenis lainnya juga diketemukan adalah Nephentes ephippiata, Burmannia longifolia, Calamus javansis, Melastomata sp, Ficus discoidea, Myrica javanica, Leptospermum flavescens, Rubus alpertris, Hedyotis sp, dan Polyosma sp. Hutan Lumut Vegetasi lumut terdapat pada puncak-puncak bukit, terletak pada ketinggian m dpl ke atas atau m ke bawah puncak gunung yang memiliki ketinggian m dpl. Terdapat lumut-lumut epifitik dalam jumlah yang melimpah dan tumbuh subur. Vegetasi lumut tersebut secara karakteristik selalu menyelimuti batang-batang dan juga bergelantungan dari hampir setiap titik yang memungkinkan. Sehingga lumut-lumut tersebut terlihat jauh lebih menarik daripada tipe vegetasi hutan lainnya di dalam taman nasional, sehingga hutan tipe ini disebut dengan nama hutan lumut. Pada daerah puncak Bukit Raya, hutan lumut tersebut dapat ditemui yaitu pada ketinggian m dpl. Kondisi tempat tumbuh dan pepohonan yang tedapat di daerah ini diselimuti oleh lumut yang sangat tebal. Jenis-jenis pohon yang mendominasi daerah ini yaitu dari suku Ericaceae yang jenis-jenis pohonnya antara lain: Rhododendron nervulosum, Rhododendron quadrasianum, Rhododendron verticillata, Caccinium claoxylon, dan Vaccinium clementi, serta jenis-jenis yang tergolong pada suku Rubiaceae seperti Hedyotis sp., Randia sp., dan Urophyllum sp. Selain jenis-jenis yang mendominasi tersebut, jenis pohon lain yang juga ditemukan di sini, antara lain adalah Leptospernum flavescens, Xanthomyrtus sp., Myrica javanica, Melastoma sp, Dicus discoidea, Rubus alpestris, Plysoma sp., Burmannia longifolia, serta jenis Palma dan Li27

32 ana seperti Calamus javensis dan Nepenthes ephippita. Selain itu pada daerah sekitar puncak Bukit Raya tersebut dapat ditemukan beberapa jenis anggrek seperti Appendicula alba, Trichostosia laceolaris dan Trichostosia velutina. 3. Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman jenis fauna yang terdapat di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dapat dikatakan sangat tinggi, hal ini tercermin dari jalur jalan patroli menuju ke Bukit Raya, jenis satwa yang berhasil di data yaitu berjumlah 221 jenis yang terdiri dari 65 jenis mamalia, 140 jenis aves (burung), 9 jenis reptilia, dan 7 jenis amfibia. Dari sepuluh hari explorasi ragam burung pada sekitar jalur patroli Bukit Baka (prasurvey, 2008), ditemukan 108 jenis termasuk didalamnya 32 jenis yang dilindungi. Himakova (2008), di sekitar jalur patroli Bukit Baka menginventarisir 28 jenis mamalia, 84 jenis burung, terdiri dari 28 suku dan 64 marga, 61 jenis herpeto- 28

33 fauna yang terdiri dari 29 jenis amfibi dari 6 famili dan 32 jenis reptil dari 11 famili, dan tercatat pula 40 jenis kupu-kupu dalam 4 famili, yaitu papilionidae (4 jenis), nymphalidae (20 jenis), pieridae (10 jenis) dan lycaenidae (6 jenis). Mamalia Sebagian besar jenis-jenis mamalia yang terdapat di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan mamalia yang telah dilindungi baik oleh IUCN, konvensi CITES dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun Dari dua riset terhadap mamalia di TNBBBR, menyatakan bahwa jenis-jenis mamalia yang ada sebagian besar mempunyai penyebaran yang cukup merata, artinya sebagian besar mamalia dapat ditemukan di banyak bagian di TNBBBR (Himakova 2008; BPKH Samarinda & UNPAR 1998), kecuali jenis Orangutan dan Bekantan hanya dapat ditemukan di tempat-tempat tertentu (BPKH Samarinda & UNPAR 1998). Adanya berbagai tipe hutan dan tingginya tingkat keragaman jenis (densitas) tumbuhan serta ditinjau dari letaknya yang hampir di tengah-tengah Pulau Kalimantan, diperkirakan bahwa kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya merupakan tempat pertemuan daerah jelajah serta tempat tinggal dan mencari makan 29

34 jenis-jenis mamalia besar Borneo. Gambar 11. Jejak mamalia di TNBBBR; Sarang Beruang Madu (kiri), 2 ekor anakan suku sciuridae (mamalia), bekas cakaran beruang madu (kanan atas); foto Himakova 2008 Jenis mamalia yang terdata pada sumber database TNBBBR (2008) antara lain adalah Orangutan (Pongo pygmaeus), Owa Kelawet (Hylobates muelleri), Owa Ungko (Hylobates agilis), Lutung Merah (Presbytis rubicunda), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina), Singapuar/Tarsius (Tarsius bancanus), Kukang/malu-malu (Nycticebus coucang), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Landak raya (Hystrix brachyura), Landak butun (Hystrix crassispinis) Babi berjenggot (Sus barbatus), Beruang Madu (Helarctos malayanus) Trenggiling peusing (Manis javanica), Pelanduk kancil (Tragulus javanicus), Pelanduk napu (Tragulus napu) Kijang muncak (Muntiacus muntjac), Rusa Sambar (Cervus unicolor), berbagai jenis bajing, tupai, jelarang dan musang. Riset di lembah Bukit Asing di dalam kawasan menemukan Bekantan dalam jumlah besar (BPKH Samarinda & UNPAR 1998), namun belum ada data terkini mengenai keberadaan satwa tersebut di TNBBBR. 30

35 Di tinjau dari status perlindungannya, maka sebagian besar mamalia tersebut merupakan mamalia yang dilindungi. Status perlindungan dari beberapa mamalia yang terdapat di kawasan taman nasional antara lain adalah : Di tinjau dari status perlindungannya, maka sebagian besar mamalia tersebut merupakan mamalia yang dilindungi. Status perlindungan dari beberapa mamalia yang terdapat di kawasan taman nasional antara lain adalah : 1. Appendix I CITES, Endangered/Genting (IUCN), PP No. 7 Tahun 1999 yaitu: Orang utan/mawas, Kelempiau, Owa kelawat, Owa Ungko. 2. Appendix I CITES, VU (IUCN), dilindungi PP No. 7 Tahun 1999, yaitu : Macan Dahan dan Beruang madu. 3. Appendix II CITES dan Endangered (IUCN) yaitu Trenggiling Peusing. 4. Appendix II CITES, Vulnerable IUCN dan Dilindungi PP No. 7 Tahun 1999 yaitu :), Kukang, Beruk 5. Appendix II CITES dan Lower Risk/Near Threatened (IUCN) yaitu : Monyet ekor panjang, Lutung Merah, Jelarang, dll. Tabel 2. Beberapa mamalia dan lokasi ditemukannya di TNBBBR No. Jenis Nama Ilmiah Orangutan Kelempiau Pongo pygmaeus Hylobates agilis Kelasi Beruang Madu Tarsius Presbytis rubicunda Helarctos malayanus Tarsius bancanus Rusa Sambar Kijang 8. Landak Cervus unicolor Muntiacus muntjac Hystrix brachyura Lokasi ditemukan Bukit Berujan, Bt. Simat Ht dataran rendah hingga pegunungan Km 37, sekitar main road PT. SBK Sekitar stasiun Kaburai, Bt Baka Hulu sungai Ella, sekitar Sungai Labang Tempat agak terbuka Wilayah Juoi, Belaban Lereng Birang Merabai Beberapa spesies mamalia penting di TNBBBR seperti Orangutan, Owa kelawat, Beruang madu dan Lutung merah, karena selain merupakan spesies yang dilindungi, keberadaannya cukup dominan ditemukan. a. Orangutan (Pongo pygmaeus) Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya, yaitu Gorila, Simpanse dan Bonobo hidup di 31

36 Beberapa spesies mamalia penting di TNBBBR seperti Orangutan, Owa kelawat, Beruang madu dan Lutung merah, karena selain merupakan spesies yang dilindungi, keberadaannya cukup dominan ditemukan. a. Orangutan (Pongo pygmaeus) Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya, yaitu Gorila, Simpanse dan Bonobo hidup di Afrika. Kurang dari tahun yang lalu orangutan dapat dijumpai diseluruh Asia Tenggara dari Pulau Jawa diujung selatan sampai ujung utara Pegunungan Himalaya dan Cina bagian selatan. Namun saat ini Orangutan hanya dapat ditemukan di Sumatra dan Kalimantan. Para ahli sepakat untuk menggolongkan Orangutan yang hidup di Sumatra sebagai Pongo abelii sedangkan Orangutan yang hidup di Kalimantan sebagai Pongo pygmaeus. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterocarpus, perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Kalimantan, Orangutan dapat ditemukan hingga ketinggian 500 m dpl, sedangkan kerabatnya di Sumatera dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada ketinggian m dpl. Umumnya Orangutan menyukai hutan tropis dataran rendah sebagai tempat hidup terutama dataran aluvial di sekitar daerah aliran sungai dan hutan rawa gambut (Dephut, 2007). Umumnya Orangutan adalah satwa soliter, namun anakan akan tetap tinggal bersama induknya sampai berumur 5-6 tahun. Orangutan aktif pada siang hari (diurnal). Distribusi Orangutan umumnya lebih banyak dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Mereka hidup di atas pohon (arboreal) namun pada Orangutan jantan kaliman32

37 tan terkadang turun ke tanah untuk mencari makanan. Sebagai satwa pemakan buah, Orangutan sangat penting sebagai agen penyebar biji sehingga menjamin keberlangsungan regenerasi hutan. Kondisi populasi Orangutan saat ini sangat mengkhawatirkan. Orangutan Kalimantan saat ini telah masuk dalam kategori genting/endangered sedangkan Orangutan Sumatera berada dalam kategori kritis/critically endangered. Menurut data Dephut (2004), jumlah populasi Orangutan Kalimantan hanya sekitar ekor. Populasi tersebut tidak berada dalam habitat yang berkesinambungan melainkan terfragmentasi dalam beberapa kawasan dengan ukuran populasi yang berbeda-beda. b. Owa kelawat (Hylobates muelleri) Owa kelawat atau Kelampiau merupakan satwa endemik yang hanya dapat ditemukan di Kalimantan. Distribusi Owa kelawat meliputi sebelah utara Sungai Kapuas dan sebelah timur Sungai Barito. Jenis ini juga tercatat ada di Serawak, Sabah, Brunei, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan sedikit di Kalimantan Barat (Nijman, 2005). Owa kelawat hidup pada hutan dataran rendah hingga perbukitan sampai pada ketinggian m terutama hutan dipterocarpaceae. Menurut Payne et al. (2000), Owa kelawat juga dapat ditemukan di hutan yang telah ditebang pilih. Jenis ini aktif pada siang hari (diurnal) dan akan menghentikan aktivitasnya dua jam sebelum petang. Owa kelawat hidup di atas pohon (arboreal) dan memakan buah-buahan yang telah masak, dedaunan muda dan serangga kecil. Umumnya jenis ini hidup berkelompok dengan jumlah 3-5 ekor. Penurunan populasi, kerusakan habitat dan daer- 33

38 ah penyebaran yang terbatas di pulau Kalimantan menyebabkan Owa kelawat temasuk dalam kategori Appendix I CITES, artinya penjualannya hanya dapat dilakukan setelah melalui proses pengaturan atau kajian yang sangat ketat dengan maksud tidak menambah tingkat tekanan terhadap kemampuan hidupnya (survival) dan hanya bisa dilakukan dengan alasan yang sangat kuat. Owa kelawat juga temasuk dalam kategoi endangered/genting. Owa kelawat menghadapi ancaman kepunahan sangat gencar di alam. c. Beruang madu (Helerctos malayanus) Beruang madu merupakan jenis beruang yang paling kecil di dunia. Beruang madu tersebar dibeberapa negara yaitu Indonesia, Malaysia, Laos, Thailand, Myanmar, Kamboja, Vietnam dan Bangladesh (Mills dan Servheen, 1991 dalam Fitzgerald dan Krausman, 2002). Beruang madu yang ada di Indonesia hanya terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan. Mamalia ini merupakan mamalia yang unik dari berbagai mamalia yang ada di kawasan TNBBBR, hal ini dapat dilihat dari perilakunya yang sulit untuk ditebak oleh manusia dan mamalia ini memiliki tanda lengkung di lehernya yang berwarna kuning/orange. Tanda inilah yang menjadi ciri khususnya. Beruang madu dewasa memiliki berat sekitar kg dengan panjang kepala dan badan mencapai mm serta panjang ekornya antara mm (Dathe, 1975 dalam Fitzgerald dan Krausman, 2002). Menurut Payne dan Andau (1991) dalam Fitzgerald dan Krausman (2002), Beruang madu biasa ditemukan di daerah hutan dipterocarpaceae atau di daerah hutan rawa dan pegunungan rendah. Namun, kemungkinan untuk berjumpa dengan beruang madu secara langsung di hutan sangatlah kecil. Biasanya Beruang madu 34

39 sering meninggalkan jejak berupa cakaran di batang pohon. Beruang madu mencakar batang pohon dimaksudkan untuk mengasah kukunya dan untuk menandai daerah jalajahnya seperti halnya karnivora lainnya. Pohon yang terkena cakaran beruang madu mengalami kerusakan yang cukup parah dan tinggi, cakaran tersebut dapat mencapai tinggi orang dewasa. Saat ini mamalia yang menyukai madu dan rayap ini sering diburu oleh manusia untuk diperdagangkan. Biasanya cairan empedu atau daging beruang madu ini diambil untuk dijadikan obat, sedangkan kuku atau giginya dijadikan aksesoris manusia. Oleh karena itu, keberadaan populasi Beruang madu mulai terancam sehingga mamalia ini masuk ke dalam daftar CITES dengan status Appendix I. Selain ancaman dari perburuan, ancaman dari konversi lahan dan penebangan liar merupakan ancaman berikutnya. Menurut Wong (2002), kondisi fisik yang buruk dan tingkat kematian sejumlah beruang yang diamati selama penelitian disebabkan oleh kelangkaan buah. Padahal, keragaman dan ketersediaan buah merupakan faktor penting bagi stabilitas nutrisi Beruang madu (Meijaard et al., 2006). Selain itu, ancaman tersebut berdampak menimbulkan terjadinya konflik antara Beruang madu dan manusia sehingga menimbulkan kerugian di kedua belah pihak. Akibatnya Beruang madu memiliki resiko kepunahan yang cukup tinggi dalam waktu dekat ini. Dan akhirnya Beruang madu pun terdaftar dalam list IUCN dengan status rawan (vulnerable). d. Lutung merah (Presbytis rubicunda) Lutung merah adalah salah satu primata berekor yang hidup di pulau Kalimantan. Selain di pulau Kalimantan Lutung merah tersebar di pulau Sumatera, Pulau Karimata dan sebagian di Sabah, Malaysia (BEBSIC, 2005). Lutung merah ini biasanya hidup berkoloni 35

40 dan makanannya berupa daun daun muda, biji bijian dan liana (Payne, 2000). Hal ini serupa dengan lutung jenis lainnya. Namun lutung merah ini terbilang unik karena memiliki perbedaan dengan lutung lainnya. Hal ini terlihat dari perbedaan bulunya yang berwarna kemerahan dan wajahnya yang agak kebiruan. Kini keunikan yang dimiliki satwa ini akan terancam dengan adanya penebangan liar, konversi lahan, perburuan dan perdagangan ilegal di pulau Kalimantan. Akibat adanya penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan relung ekologi lutung ini bertambah kecil. Dan akhirnya pun lutung ini pergi ke luar relung ekologinya untuk mencari makan seperti ke perkebunan warga. Selain itu, perburuan dan perdagangan pun menjadi faktor lainnya yang dapat mengancam keberadaan satwa khas Kalimantan ini. Namun hingga saat ini Lutung merah masih terdaftar di IUCN dengan status konsentrasi rendah (Least consentration) dan menurut CITES satwa ini masih berstatus Appendix II. Hal ini terjadi karena populasi Lutung merah di pulau Kalimantan masih cukup banyak dan ancaman ancaman tersebut bukanlah suatu ancaman yang cukup besar bagi keberadaan satwa khas Kalimantan ini. Burung (Aves) Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya juga kaya akan jenis-jenis burung dan merupakan habitat penting bagi beranekaragam burung yang dilindungi di Kalimantan. Data terakhir (Himakova, 2008) menyatakan bahwa Bukit Baka memiliki enam jenis Enggang/ Rangkong dari tujuh jenis enggang famili Bucerotidae yang dilindungi di Kalimantan (Mardiastuti & Julia, 2008). Keenam jenis eng- 36

41 gang dimaksud adalah Enggang Klihingan (Anorrhinus galeritus), Julang Jambul-hitam (Aceros corrugates), Julang Emas (Aceros undulatus), Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) dan Rangkong Gading (Buceros vigil). Kelima jenis enggang lainnya merupakan Appendix II, jenis terakhir merupakan jenis burung yang dilindungi Undang-undang Satwa Liar Indonesia dan termasuk appendix I CITES, yaitu Rangkong Gading. Jenis rangkong hanya dapat bersarang dan berkembang biak pada pohon-pohon besar dan tinggi, kehadiran rangkong menandai masih utuhnya habitat di dalam kawasan ini. Terdapat suku lainnya yang memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu Pycnonotidae sebanyak 6 jenis. Data terakhir juga menyebutkan terdapat 7 jenis burung yang merupakan endemik kawasan Kalimantan, 19 jenis burung yang dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999, 5 jenis burung dari suku bucerotidae termasuk kedalam Appendix II dan 1 jenis termasuk ke dalam Appendix I (Himakova 2008). Sebagian besar jenis burung yang terdapat di kawasan Taman Nasional Rukit Baka-Bukit Raya tersebar luas di seluruh kawasan dari ketinggian m dpl dan untuk m dpl ke atas hanya pada jenis-jenis tertentu saja. Pada beberapa tempat di sepanjang jalan patroli serta di punggung-punggung perbukitan kecil sering ditemukan tempat bermain Burung Ruai (Argusianus argus). Menurut informasi dari masyarakat, Burung Sengayan (Rollulus rouloul) yang tercatat di Red data Book IUCN dan Burung Buah (Lophura ignita) banyak ditemukan saat musim buah tengkawang. Hal yang cukup menarik dari jenis-jenis burung yang terdata antara lain adalah ditemukannya 2 jenis burung yang tergolong new record untuk Indonesia yaitu Punai Imbuk (Chalcohap indica) dan Uncal Merah (Nlacropygia phasianella) di samping itu dalam suatu survei tersebut tercatat 8 jenis burung endemik Borneo dan 52 jenis 37

42 burung yang dilindungi baik peraturan perundangan Satwa Liar Indonesia maupun CITES. Herpetofauna Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya juga memiliki potensi herpet yang cukup tinggi dan sebagian termasuk dalam jenis-jenis langka. Penelitian yang cukup penting berhasil menemukan Capapuya (Barbourula kalimantanensis) species katak yang sudah dalam katagori Kritis (Critically Endangered). Katak tersebut merupakan katak terkecil di dunia yang tidak memiliki paru-paru (Bickford et al, 2007). TNBBBR dan areal sekitar PT. Sari Bumi Kusuma (wilayah sekitar TNBBBR bagian Kalbar) merupakan habitat utama dari populasi katak tanpa paru-paru (Mistar, 2008). Species ini sangat sensitif terhadap perubahan ekosistem dan tidak mampu hidup di air yang keruh. Jenis katak ini merupakan bioindikator lingkungan yaitu air. Selain itu eksplorasi herpetofauna ditemukan langsung di TNBBBR adalah terdapat 7 jenis amfibi yang termasuk ke dalam status near treathened (NT) menurut IUCN dan hanya ada 1 jenis yang berstatus Vulnerable (VU), sedangkan sisanya merupakan amfibi yang mempunyai status Least Concern (LC). Untuk reptil, terdapat 4 jenis dari 2 famili yang termasuk dalam kategori Appendix II CITES, jenis-jenis tersebut adalah Amyda cartilaginea, Heosemuy spinosa, Malayemys subtrijuga dan Ortilia borneensis. Eksplorasi jenis herpet menunjukkan bahwa Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya banyak memiliki jenis-jenis yang unik dan langka, misalnya saja untuk bangsa Anura (Kodok dan Katak) yaitu seperti Megaphrys nasuta (Katak Bako) yang memiliki kelopak mata dan kulit hidung yang mencuat ke atas sehingga seolaholah katak yang mempunyai besar sebesar telapak tangan orang dewasa ini mempunyai 3 buah tanduk di atas kepalanya. Lain lagi 38

43 berwarna coklat krem yang cerah memiliki kelenjar p dengan Kalophrtirtus pleurostigma yang mempunyai warna sangat menarik yaitu separoh badan bagian bawahnya berwarna merah hati dan separoh bagian atas berwarna coklat krem yang cerah memiliki kelenjar perekat pada kulitnya. Gambar 12. Beberapa amfibi di TNBBBR ; Megophrys nasuta (kanan atas), Kalophrynus pleurostigma (kiri atas) Barbourula kalimantanensis (kiri bawah), Rana hosii (kanan bawah) Beberapa amfibi di TNBBBR ; Megophrys nasuta ( Kalophrynus pleurostigma (kiri yaitu atas) Barbourula Jenis Reptilia yang dianggap langka Varanus prasinus (Bi-kaliman awakrana hijau) ditemukan di rawa-rawa yang terletak dekat Stasiun bawah), hosii (kanan bawah) Riset Kaburai. Selain itu terdapat pula Mabuya sp. (Bengkarung) mempunyai garis-garis melintang dari ujung kepala hingga pang- s Reptilia yang dianggap langka yaitu Varanus prasin mukan di rawa-rawa yang 39terletak dekat Stasiun Ris terdapat pula Mabuya sp. (Bengkarung) mempunya

44 kal ekor dengan warna biru metalik dan kuning cerah, jenis ini juga ditemukan di dekat Stasiun Riset Kaburai. Serangga, Kupu-kupu dan Ikan Gambar 13. Representasi kupu-kupu yang dapat ditemukan di daerah terrestrial dan riparian TNBBBR ; Pareronia valeria (kiri atas), Junonia hedonia (kanan atas), Hebomia glaucippe (kiri bawah), dan Trogonoptera brookiana (kanan bawah). Selain herpet TNBBBR juga memiliki potensi serangga yang cukup tinggi. Pada tajuk-tajuk pohon banyak terdapat serangga ranting dan daun (Phasmida) seperti Bactrododerma aculiferum (Belalang Ranting) dengan bentuk yang bervariasi, serta begitu juga halnya dengan Serangga Daun (Phyllium spp.) dapat berubah warna tergantung kelembaban dan bentuk daun pohon yang didiaminya. Di tengah-tengah rimbunnya pepohonan akan selalu terdengar berbagai macam bunyi serangga dan yang paling domi40

45 nan adalah suara dari jenis jenis Tongeret (Orzcotzlmpana spp.) dan Jangkrik (Hornoegryllus spp.). Jenis jenis serangga yang dapat ditemukan di sepanjang sungai yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Bukit Bakit Bukit Raya yaitu berbagai jenis dari bangsa Capung (Odonata) seperti Sibar-sibar Betina (Anax parthenope), Sibar-sibar Putih Susu (Orthetrccm sp.), Sibar-sibar Cincin Mas (Cordulegastor boltonir), Sibarsibar Raja (Anax imperatorj), dan Sibar-sibar Merah Hitam yang bersal dari suku Libelluliadae. Jenis Sibar-sibar yang sangat menar-ik adalah Sibar-sibar Hijau (Lestes sponsa) vang mempunyai tubuh ramping dan berwarna zamrud dengan sayap mengkilap apabila tertimpa matahari. Sepanjang sungai yang berbatu-batu sering terlihat kupu-kupu jantan dari berbagai jenis menghisap air yang menetes dari sela-sela batu. Selain itu, jenis kupu-kupu yang dapat ditemukan dikawasan TNBBBR antara lain adalah Papilio nephelus, Trogonoptera brookiana, Chupa erymanthis, Mycalesis horsfieldi, Ypthima nynias, Ypthima pandocus, Appias lyncida, Eurema hecabe, Eurema sari, Hebomia glaucippe dan Pareronia valeria. Famili Nymphalidae merupakan jenis yang paling dominan ditemukan. Selain tersedianya vegetasi pakan di kawasan TNBBBR juga didukung oleh kondisi udara yang bersih dan cahaya matahari yang cukup. Cahaya sangat diperlukan oleh kupu-kupu yang merupakan satwa berdarah dingin. Cahaya akan memberikan energi panas sehingga suhu tubuhnya meningkat dan metabolisme tubuh lebih cepat. Trogonoptera brookiana dari famili papilionidae merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang banyak ditemukan serta dilindungi undang-undang di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 576/Kpts/Um/8/1980 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 (Noerjito, 2001) dan didaftarkan dalam Appendix II dari CITES (CITES, 2005). 41

46 Gambar 14. Trogonoptera brookiana kupu-kupu dilindungi dan cukup mudah ditemui di area terbuka di sekitar TNBBBR Sedangkan jenis ikan yang sering ditemui, yaitu dari famili Cypriniciae, dengan jenis-jenis: seluang (Osteochilus spilurus), baung (Mystus micracanthus), adung (Hampala macrolepidota), Puntiopliotes waandersi, Lambocheilos bo, Lambocheilos lehat, Tor tambra, Hampala banaculata, Puntioplites waandersi, Chelonodon patoca dan Famili Crustaceae, terdiri dari Potomidae dan Palacomonidae, dengan jenis-jenis Macrobracium sp. dan Pilimanus sp. Berdasarkan survey (2008), di wilayah TNBBBR bagian Kalbar diketahui bahwa spesies ikan didominasi oleh Familia Cyprinidae yaitu sebanyak 58,82.%. Species dominan yang ditemukan pada semua stasiun adalah ikan semah (Tor tambra), Neogastromyzon nieuwenhuisii, Gastromyzon fasciatus dan ikan seluang (Rasbora caudimaculata). Sebagian besar species yang ditemukan berpotensi sebagai ikan konsumsi. 42

47 Gambar 15. Beberapa jenis Ikan yang sering di temukan di S. Ella (TNBBBR); Tor tambra (kiri atas), Leiocassis stenomus (kanan atas), Neogastromyzon neuiwenhuisii (kiri bawah), dan Hampala bimcaulata (kanan bawah) B. Ekowisata dan Jasa Lingkungan TNBBBR memiliki banyak potensi ekowisata dan jasa lingkungan yang dapat dinikmati pengunjung diantaranya adalah Pemandangan Alam (Landscape), atraksi satwa, arung jeram, widyawisata, Pendakian (Hiking) dan wisata budaya. 1. Pemandangan Alam (Landscape) Panorama alam di kawasan taman nasional didominasi terutama oleh deretan pegunungan dan hutan tropis basah. Keindahan pemandangan lebih menarik lagi disaksikan apabila seseorang sudah melakukan pendakian dan berada di puncak bukit. Landscape kawasan di TNBBBR pun cukup bervariasi. Dimulai dari hamparan berbagai bukit sampai dengan banyaknya aliran sungai yang ada di TNBBBR. 43

48 Pemandangan yang membentang berwarna hijau seolah tanpa akhir rnemperlihatkan bentangan hutan dan struktur tajuknya yang tersusun, terlihat sungguh menakjubkan. Keindahan panorama alamnya tentu menjadi daya tarik utama untuk menghadirkan pengunjung/wisatawan. keberadaan Bukit Raya sebagai bukit tertinggi di Kalimantan (Wilayah Indonesia) dengan ketinggian m dpl, tentu menyajikan pemandangan yang cukup mengesankan, hal ini dapat dilihat dari daerah ketika melintasi Km 85 jalan HPH PT. Sari Bumi Kusuma menuju Desa Rangan Kawit. Gambar 16. Sebagian landscape kawasan TNBBBR) 44

49 2. Atraksi Satwa Bagi para pengamat satwa liar Taman Nasional Bukit Baka dan Bukit Raya dapat menikmati atraksi satwa. Atraksi satwa dapat dinikmati antara lain Bird Watching, hidupan liar berbagai satwa, dengan menyusuri trail wisata yang telah di buat sepanjang 25 Km yang berada pada Km 35 jalan PT. SARI BUMI KUSUMA. Jenis satwa yang dapat di jumpai ialah sebagai berikut : pada jenis mamalia terdapat beruang madu (Helarctus malayanus), pelanduk (Tragulus napu), kancil (Tragulus sp.), kijang (Muntiacus muntjak), rusa sambar (Cervus unicolor), binatang malam/tarsius (Tarsius bancanus), orang utan (Pongo pygmaeus), kelasi/lutung merah (Presbytis rubicunda), ungko (Hylobates agilis), wau-wau (Hylobates lar), kelempiau (Hylobates muelleri dan Hylobates agilis) dll. Pada jenis burung antara lain terdapat enggang gading (Buceros Vigil) yang merupakan maskot Kalimantan Barat, enggang badak (Buceros rhinoceros), enggang hitam (Anthracoceros malayanus), kuau kerdil kalimantan (Polyplectron schleiermacheri), elang bondol (Haliaetus Indus) dll. 45

50 Gambar 17. Representasi berbagai hidupan liar dengan berbagai atraksinya. 3. Widyawisata dan Wisata Minat Khusus Widyawisata juga dapat dilakukan di sekitar kawasan TNBBBR yang memiliki keindahan alam. Sambil menerima materi pendidikan tentang lingkungan dan konservasi alam peserta juga dapat menikmati rekreasi berupa pemandangan alam dan lingkungan yang teduh dan sejuk. Contoh kegiatan widyawisata yakni pendidikan lingkungan dan konservasi misalnya kegiatan school visit. Yang tujuannya diantaranya adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman yang paling mendasar kepada siswa-siswa ten46

51 tang apa itu lingkungan, mengapa dan bagaimana lingkungan harus dikelola dan dilindungi secara arif dan bijaksana. Selain itu juga untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa-siswa tentang apa itu konservasi, bagaimana dan di mana konservasi dilakukan serta siapa bertanggung jawab. Gambar 18. TNBBBR sebagai wahana pendidikan dan riset 4. Arung Jeram Potensi arung jeram di sekitar maupun di dalam kawasan TNBBBR cukup tinggi, hal ini didukung oleh banyaknya aliran sungai yang banyak memiliki jeram yang sangat indah dan menantang. Di banyak tempat di sekitar maupun dalam kawasan potensi olahraga tersebut dapat dengan mudah ditemui. Arung jeram merupakan kegiatan wisata alam sambil berolahraga yang cukup menarik dan menantang. Bagi pengunjung yang mempunyai hobi olahraga 47

52 arung jeram dan berjiwa petualang dapat menyalurkan kegiatan ini. Arung jeram tersebut antara lain dapat dilakukan di sepanjang sungai Ella Hulu dengan riam yang menarik diantaranya Riam (Guhung) Bindang yang dapat ditempuh ± 3 menit berjalan kaki dari tepi sebelah kiri jalan koridor PT. SBK di km 26. Selain itu, arung jeram juga dapat dilakukan di sepanjang jalur sungai Bemban yang terdapat di desa Tumbang Tundu, Batu Panahan sampai kawasan TNBBBR serta sepanjang jalur sungai Taei dari desa Tumbang Taei menuju kawasan TNBBBR yang berada di wilayah Marikit kabupaten Katingan propinsi Kalimantan Tengah. Gambar 19. Potensi arung jeram di TNBBBR; Sungai Ella Riam Guhung (kiri) dan Sungai Belaban (kanan) 48

53 5. Pendakian Bagi para pengunjung/wisatawan yang berjiwa adventure, dengan melakukan pendakian ke Bukit Raya (2.278 m dpl) merupakan perjalanan yang cukup menantang. Puncak Bukit Raya mempunyai pemandangan yang sangat mengesankan dengan ekosistem hutan termasuk mamalia dan jenis burung dapat disaksikan oleh para pengunjung/ wisatawan dalam perjalanannya menuju puncak. Pendakian ke Bukit Baka Pada ketinggian 463 m dpl diketemukan tumbuhan yang pada umumnya terdapat di dataran rendah seperti kelompok Dipterocarpaceae dan jenis kayu Ulin. Pemandangan air dengan batubatuan cukup besar dari sungai juoi yang deras, cukup menarik serta ikan-ikan dari berbagai jenis antara lain ikan lele, ikan Semah dan ikan Putih. Pada ketinggian 503 m dpl. Pohon-pohon besar sudah mulai mendominir pada ketinggian ini seperti Kompassia sp., Shorea sp., jenisjenis satwa seperti Tupai dan Burung Enggang Badak serng terlihat terbang di sekitar tempat ini. Memasuki kawasan hutan tengah pegunungan (lower mountain forest) pada ketinggian 517 m dpl, dahulu ditandai dengan bangunan shelter, namun saat ini karena kelembaban yang sangat tinggi shelter ini sudah hancur. Pada bagian ini sangat menarik terutama dari pemandangan aliran airnya. Di tempat ini terdapat dua buah air terjun dengan ketinggian ± 2 m dan ± 7 m. kondisi air terjun san- 49

54 gat bersih dan pemandangan indah dari batu-batuan. Selain itu terdapat ikan-ikan besar yang tidak diketemukan pada tempat di atasnya meskipun kandungan air di sana cukup besar. Dari tempat ini perjalanan dilanjutkan ke shelter ketiga (saat ini kondisinya juga telah rusak) yang dimulai dengan pendakian bukit cukup tajam. Memasuki kawasan hutan gunung tinggi (upper mountain forest) dengan ketinggian 973 m dpl suhu udara cukup dingin dan terasa lembab di malam hari. Di lokasi ini ditemukan beraneka jenis burung antara lain Enggang badak, Murai Batu dan spesies burung lainnya. Satwa mamalia seperti Kelempiau banyak dijumpai pada ketinggian ini. Batu-batuan besar/cadas dapat ditemukan pada lereng-lereng perbukitan, air di hulu dengan batu-batuan yang dihiasi oleh vegetasi lumut. Pohon Durian yang besar dan tinggi terdapat di sini. Bagi pendaki yang akan melanjutkan perjalanan, agar lebih waspada terhadap pacet penghisap darah karena mulai memasuki hutan gunung tinggi jenis pacet menjadi sangat banyak. Memasuki kawasan hutan kabut (coldly forest) pada ketinggian m dpl hampir mencapai puncak Bukit Baka. Kondisi hutan dipenuhi kabut-kabut dan hampir menutupi setiap ruangan yang terbuka terutama pada pagi hari sampai pukul WIB dan sore hari mulai pukul WIB, ditambah lagi dengan dengan cuaca mendung yang membuat kabut semakin tebal. suhu udara dapat mencapai 17 pada malam hari dan rata-rata 20,9 C di siang hari. Di sekitar puncak Bukit Baka dapat ditemukan jenis satwa seperti Kancil (Tarsis bancanus), Musang Belang dan Monyet Pirang. Pe- 50

55 mandangan air terjun dengan ketinggian ± 30 m, namun kandungan air di bawahnya kecil juga ditemukan di sini. Vegetasi lumut dan paku-pakuan mendominasi komposisi tumbuhan di sekitar puncak Bukit Baka, juga ditemukan kelompok hutan suku Podocarpaceae dan Agathis. Pacet penghisap darah semakin banyak ditemukan disini. Pendakian ke Bukit Raya Perjalanan ke Desa Nanga Jelundung dimulai dari Nanga serawai yang hanya bisa ditempuh menggunakan long boat untuk sampai ke hulu sungai Serawai. Lama perjalanan sekitar 8 jam menggunakan long boat. Tetapi apabila kondisi air Sungai Serawai cukup pasang dapat menggunakan speed boat untuk mempercepat perjalanan. Dari Dusun Nanga Jelundung perjalanan dilanjutkan menuju dusun Rantau Malam dan Dusun Rumokoy. Kedua dusun ini masih dapat ditempuh dengan long boat / speed boat, bila kondisi hulu Sungai Serawai pasang. Dusun Rumokoy merupakan dusun terakhir yang dijumpai di Desa Nanga Jelundung bila hendak menuju kawasan Bukit Raya. Apabila keadaan air tidak memungkinkan untuk dilalui longboat, maka satu-satunya cara adalah dengan berjalan kaki. Setelah Dusun Rumokoy tidak ada lagi pemukiman penduduk, kecuali lading-ladang dan hutan sekunder bekas perladangan hingga ke daerah Batu Lintang. Batu Lintang merupakan nama daerah yang diambil dari sebuah batu besar yang melintang memotong sebagian besar Sungai Serawai. Di daerah ini terdapat suatu dataran tepat di pinggir Sungai 51

56 Serawai yang biasa bagi pendaki dijadikan tempat berkemah. Dari Batu lintang perjalanan dilanjutkan menuju Bukit Mehipit di ketinggian 550 m dpl. Selama perjalanan, akan memasuki kawasan hutan primer datarn rendah Dipterocarpaceae. Di kawasan ini juga terdapat banyak tempat istirahat yang cukup strategis, karena tersedianya air bersih yang berasal dari sungai-sungai kecil, dan terdapat tanah datar untuk mendirikan tenda. Lokasi umum dijadikan tempat beristirahat adalah di pinggiran Sungai Seletup, Sungai Penyikong dan sungai Merah. Selanjutnya, dari kawasan Bukit Mehipit perjalanan menuju ke Ut (hulu) Labang. Daerah ini dapat juga dijadikan tempat beristirahat, yaitu di pinggiran sungai Labang di Lembah Birang (bukit) Merabai. Tempat ini memang kerap kali dijadikan sebagai tempat berkemah menuju puncak Bukit Raya oleh para pendaki gunung maupun penduduk yang mencari Gaharu. Di sekirat Ut Labang potensi sumber air mulai berkurang, satu kendala yang sering ditemui adalah terbatasnya air bersih terutama pada musim kemarau. Kalaupun ada tempat sumber air, cukup jauh letaknya yaitu di ketinggian m dpl di lereng Birang merabai atau sekitar 3 jam jalan kaki dari Ut Labang. Alternative lainnya yang cukup ideal untuk tempat beristirahat bila menuju puncak Bukit Raya adalah sekitar tapal batas Kalimantan Barat Kalimantan Tengah yakni di daerah Soa Tohotung dan di bawah tebing cadas puncak Bukit Raya pada ketinggian 2000 m dpl. Lama perjalanan ke Soa tohotung sekitar 9 jam dengan berjalan kaki dari Ut Labang dan sekitar 11 jam ke tebing cadas. Setelah mencapai puncak Birang Merabai pada ketinggian 52

57 1.460 m dpl, kondisi jalan sedikit menurun hingga ketinggian m dpl dan selanjutnya naik hingga mencapai puncak Bukit Raya. Di antara puncak Birang Merabai dengan tempat rendah tersebut (1.420 m dpl) yakni pada ketinggian m dpl terdapat lokasi strategis untuk memandang atau memotret puncak Bukit Raya. Dari lokasi ini dapat dilihat dengan jel;as keseluruhan puncak Bukit Raya besrta lembahnya. Hal ini dimungkinkan karena berada persis di ata stebing cadas yang menghadap lereng dan puncak Bukit Raya. Di bagian lembah terdengar sayup-sayup gemuruh Sungai serawai Satu-satunya jalan menuju puncak bukit yang cukup melelahkan dan menantang bila mengikuti jalur Ut Labang adalah pada ketinggian m dpl., yakni dari bawah jempol hingga puncak jempol. Jempol adalah salah satu puncak di Bukit Raya yang letaknya berdekatan dengan puncak Bukit Raya tertinggi (2.278 m dpl). Bila dilihat secara sekilas, profil puncak Bukit Raya tampak menyerupai tangan yang hendak bersalaman tetapi ujung jari menghadap ke atas. Diistilahkan jempol karena menyerupai posisi ibu jari, sedangkan puncak tertinggi diibaratkan empat jari lainnya dalam posisi rapat dan terpisah dari ibu jari. Lereng jempol relative terjal, bahkan untuk mencapai puncak Bukit Raya harus memutar sedikit ke utara kemudian kembali ke timur. Hal ini dilakukan untuk menghindari tebing cadas yang posisinya tegak lurus. Jalan memutar yang ditempuh juga relative tegak lurus, tetapi masih bisa berpegangan pada batang-batang atau akar pohon. Perjalanan yang melelahkan terutama untuk mencapai jempol akan terasa sirna bila telah mencapai puncak Bukit Raya. Pemandangan yang indah menakjubkan dan udara segar disertai dengan rangkaian pegunungan di sekitarnya akan dilihat denga jelas dari Bukit Raya. 53

58 Gambar 20. Lansekap Puncak Bukit yang mempesona 6. Wisata Budaya Masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya sebagian besar merupakan masyarakat suku Dayak yang mempunyai kehidupan sosial dan budaya yang cukup menarik. Antara lain upacara/ritual adat mulai dari kelahiran bayi, perkawinan, pesta panen padi, kematian, memberlakuan aturan adat dalam kehidupan sehari-hari, kepercayaan terhadap satwa-satwa tertentu, pemanfaatan bagian tumbuhan atau satwa sebagai obat, adat 54

59 gotong royong dalam menggarap ladang, dan lain sebagainya. Ragam budaya masyarakat Dayak sekitar kawasan TNBBBR dapat di lihat dari dua sisi yaitu masyarakat Dayak yang berada di wilayah Kalimantan Barat yaitu terdiri dari Dayak Ransa, Dayak Limbai, Dayak Kenyilu, Dayak Kubing dan Dayak Ot Danum, tersebar di berbagai desa seperti Belaban Ella, Nanga Siyai dan Nanga Jelundung. Masyarakat Dayak yang tinggal di sekitar kawasan TNBBBR yang berada di wilayah Kalimantan Tengah terdiri dari suku Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun, Dayak Ot Danum, Dayak Ulun Pangin, Dayak Osa, yang tersebar di berbagai desa seperti Desa Tumbang Kaburai, Desa Batu Panahan, Desa Tumbang Tundu dan Desa Tumbang Taei. Gambar 55. Representasi sosial budaya masyarakat sekitar kawasan Gambar 21. Representasi sosial budaya masyarakat sekitar kawasan Berbagai upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku Dayak di sekitar TNBBBR wilayah Kalimantan Barat yaitu : a). pesta akhir 55 yaitu antara bulan Mei-Juni. b). tahun : biasa dilakukan setelah masa panen, gawai masuk (selamatan daun padi) : dilakukan ketika akan menanam padi, c). upacara perkawinan : upacara perkawinan ini disebut tijak tikar rikuk atau

60 Berbagai upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku Dayak di sekitar TNBBBR wilayah Kalimantan Barat yaitu : a). pesta akhir tahun : biasa dilakukan setelah masa panen, yaitu antara bulan Mei-Juni. b). gawai masuk (selamatan daun padi) : dilakukan ketika akan menanam padi, c). upacara perkawinan : upacara perkawinan ini disebut tijak tikar rikuk atau nikah kacang yaitu pernikahan yang sah secara adat, d). Gawai Ngensudah (Upacara Kematian) : yaitu upacara untuk orang meninggal yang dilakukan untuk memutuskan hubungan dengan orang yang telah meninggal. e). Upacara Gawai : dilakukan untuk anak yang baru lahir, dilakukan Gawai atau suatu upacara memandikan anak yang pertama kali di sungai sebagai bentuk perkenalan anak dengan sungai, dilakukan agar anak tersebut terbiasa dengan air dan ketika merantau ke luar pulau tidak mendapat celaka ketika berada di laut ataupun tempat yang terdapat airnya. Gambar 56. Upacara perkawinan, Ricci (kiri atas, Ricci = kumpulan batang kayu ulin, satu batang melambangkan satu ulun=1 denda) 56

61 Bentuk kebudayaan yang terdapat pada masyarakat Dayak lainnya yang berada di sekitar TNBBR di wilayah KalBar adalah a). Pesta Daun Padi, dilakukan sebelum masa tanam padi dengan tujuan supaya mandapat restu dan tidak ada halangan. b). Pesta Bunga Padi : dilakukan pada saat padi mulai tumbuh bunga padi dengan tujuan supaya padi dapat dipanen dan tidak terkena hama. c). Pesta Ngelamat Batu : dilakukan setelah panen pada saat setelah panen dengan tujuan untuk mensyukuri hasil panen yang didapat. Biasanya dilaksanakan pada bulan Juni, d) upacara adat kematian Pesta Selesai Kubur (setelah 40 hari kematian), Pesta Penyemenan ; pembuatan patung yang menyerupai almarhum terbuat dari kayu ulin yang disebut temaduk. Pembuatan patung hanya dapat dilakukan oleh orang yang berilmu saja karena pada saat penancapan patung harus ada tengkorak manusia. Tetapi pada jaman sekarang cukup dengan tengkorak babi, sapi atau kerbau. Gambar 57. Toras (kiri) dan Temadu (kanan); Foto oleh : KPE kapak Gambar 23. Toras (kiri) dan Temadu (kanan); Foto oleh : KPE kapak 57 Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Belaban adalah

62 Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Belaban adalah antara lain : a). Mengkeramatkan burung Cucak rowo dan burung enggang, hal ini karena bulu burung enggang sering digunakan dalam berbagai upacara adat. b). Masih memanfaatkan tumbuhan sebagai obat-obatan. c). Adanya kepercayaan bahwa bila dalam perjalanan terdengar bunyi kijang maka menandakan celaka. Pantangan di hutan pada saat ada teman mandi di sungai, kita yang menunggu tidak boleh berkata lama banget mandinya karena akan ada jin yang datang menyerupai teman yang mandi. Kemudian jika makan tidak boleh bakar siluang/kemenyan karena akan ada orang pintar yang mencari dan akhirnya menjadi celaka. d). Tidak boleh melangkahi tali Mandau, apabila dilangkahi dengan sengaja maka akan terjadi celaka berdarah pada orang yang melangkahinya. e). Kepala rusa yang mempunyai tanduk dengan 5 cabang dipercayai mempunyai kekuatan untuk melindungi Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Nanga Siyai adalah antara lain : memanfaatkan rotan untuk membuat bubu yang digunakan untuk menangkap ikan, menggunakan beberapa jenis tumbuhan untuk mengobati penyakit, setiap bayi yang baru lahir tidak boleh dilihat oleh orang luar, namun apabila umurnya sudah satu minggu sudah boleh. Hal ini dilakukan agar sang bayi yang kondisinya masih rentan tidak terkena hal-hal jahat. e). Bayi yang sudah berumur dua bulan dipotong rambutnya dan dimandikan di sungai dengan tujuan untuk menyelamatkan bayi dari gangguan hal-hal jahat. 58

63 Gambar 24. Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat sekitar kawasan Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNBBBR yang berada di wilayah Kalimantan Tengah sebagian besar terdiri dari suku Dayak dengan berbagai kelompok suku, seperti kelompok suku Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun, Dayak Ot Danum, Dayak Ulun Pangin, Dayak Osa, yang tersebar di berbagai desa seperti Desa Tumbang Kaburai, Desa Batu Panahan, Desa Tumbang Tundu dan Desa Tumbang Taei. Karya budaya penduduk asli suku dayak tersebut berupa alat keseniaan tradisional seperti gong dan kecapi serta kerajinan tangan lainnya seperti amak (tikar/lampit dari rotan, purun atau pandan), etang (lanjung), topi lebar yang dibuat dari daun sejenis pandan, 59

64 bakul, bubu dari bambu, hiasan pada sarung dan gagang mandau (parang) yang terbuat dari bahan rotan yang sudah dihaluskan, terdapat pula Barung (lumbung padi) yang terbuat dari kulit kayu sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Kegiatan ini hanya bersifat individu sehingga tidak memberikan hasil yang besar. Masyarakat adat di Desa Tumbang Tundu dan Tumbang Tae masih mengenal ritual adat seperti pembakaran mayat. Pelaksanaannya tergantung dari permintaan orang tersebut sebelum meninggal atau adat keturunan dari nenek moyang mereka. Ritual pembakaran mayat dapat dilaksanakan sewaktu-waktu apabila keluarga yang meninggal sudah mampu. Masyarakat setempat khususnya penganut Agama Hindu Kaharingan selalu melakukan Tiwah yaitu penggalian kubur dan pengangkatan tulang belulang untuk disimpan ke dalam sandung yang dibuat seperti rumah-rumah kecil dan selalu dipasangi kain kuning atau merah yang dipasang di depan rumah sebagai tempat sesajen dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Acara Tiwah dilaksanakan hanya sekali setiap ada orang yang meninggal. Terdapat pula patung-patung leluhur yang terbuat dari kayu ulin/ belian dan di pasak kayu lainnya yang ditancapkan pada tanah baik secara berpasangan maupun sendiri yang juga dianggap keramat oleh masyarakat Kaharingan. Selain itu, bangunan adat berupa rumah betang yang sering dipergunakan sebagai tempat acara adat masyarakat Kaharingan juga masih dapat ditemui. 60

65 meninggal. Terdapat pula patung-patung leluhur yang terbuat dari kayu ulin/belian dan di pasak kayu lainnya yang ditancapkan pada tanah baik secara berpasangan maupun sendiri yang juga dianggap keramat oleh masyarakat Kaharingan. Selain itu, bangunan adat berupa rumah betang yang sering dipergunakan sebagai tempat acara adat masyarakat Kaharingan jga masih dapat ditemui. Gambar Tempat acara mayat (kiri), Sandung kanan), Patung Gambar Tempat acarapembakaran pembakaran mayat (kiri), Sandung kanan), Patung dari kayu ulin (bawah) dari kayu ulin (bawah) 45 Masyarakat desa sekitar kawasan yang berada di wilayah Kalteng yaitu masyarakat Desa Tumbang Kaburai terdiri dari 9 sub suku dayak, yaitu Dayak Dohoi, Dayak Kahayan, Dayak Katingan, Dayak Kubing, Dayak Nyadung, Dayak Malahui, Dayak Tangun dan Dayak Ot Danum. Setiap sub suku dayak tersebut mempunyai perbedaan bahasa, seperti bahasa konjoi, jawau, singkong dan ella. Walaupun memiliki perbedaan bahasa, namun komunikasi antar penduduk tetap dapat terjadi. Sama seperti di Desa Belaban Kalimantan Barat, di Desa Tumbang kaburai Kalimantan Tengah juga terdapat pernikahan kacang atau ampar ketika rikuk. Prosesnya pun hampir sama dimana pihak pria harus membayar ulun sampai membuka tuak pamali. Untuk penduduk yang meninggal, dilakukan dua upacara adat terhadap 61

66 Malahui, Dayak Tangun dan Dayak Ot Danum. Setiap sub suku dayak tersebut mempunyai perbedaan bahasa, seperti bahasa konjoi, jawau, singkong dan ella. Walaupun memiliki perbedaan bahasa, namun komunikasi antar penduduk tetap dapat terjadi. Sama seperti di dibakar Desa Belaban Kalimantan DesasetTumbang mayatnya, yaitu dan dikubur. DalamBarat, AgamadiHindu kaburai Kalimantan Tengah juga terdapat pernikahan kacang atau elah mayat dibakar, maka yang tersisa hanya abu dari tulangnya. ampar ketika rikuk. Prosesnya pun hampir sama (tempat dimana pihak priaabu). harus membayar Abu tersebut disimpan di sandung menaruh Sebeulun sampai membuka tuak pamali. Untukditinggal penduduk meninggal, lum ditaruh di sandung, keluarga yang harusyang membuat dilakukansepundu, dua upacara adat terhadap mayatnya, yaitu dibakar dan dikubur. sepundu merupakan patung berbentuk manusia. ApaDalam Agama Hindu setelah mayat dibakar, maka yang tersisa hanya abu dari bila tidak mampu membuat sepundu, maka dapat dibarengkan tulangnya. Abu tersebut disimpan di sandung (tempat menaruh abu). Sebelum warga lain yang ditinggalkan. Pembuatan satu sepundu ditaruh didengan sandung, keluarga yang ditinggal harus membuat sepundu, sepundu dapat digunakan untuk sepuluh kematian. merupakan patung berbentuk manusia. Apabila tidak mampu membuat sepundu,setelah maka abu dapat dibarengkan dengan warga ditinggalkan. ditaruh di sandung, dilakukan tiwah.lain Tiwahyang merupakan Pembuatan satu sepundu dapat digunakan untuk sepuluh kematian. upacara untuk melepas arwah dengan tujuan untuk memutuskan Setelah abu ditaruh di sandung, dilakukan tiwah. Tiwahmaka merupakan hubungan dengan dunia. Apabila tiwah tidak dilaksanakan, upacara untuk melepas arwah dengan tujuan untuk memutuskan hubungan arwah yang bersangkutan masih berada di dunia. Ketika tiwah dengan dunia. Apabila tiwah tidak dilaksanakan, maka arwah yang dilaksanakan, hewan seperti sapi dan kerbau ditombak oleh ahli bersangkutan masih berada di dunia. Ketika tiwah dilaksanakan, hewan warisdan di temadu dibuat. oleh Penduduk puntemadu turut diundang seperti sapi kerbauyang ditombak ahli sekitar waris di yang dibuat. apabila tingkat ekonominya memadai. Setelah hewan di tombak, Penduduk sekitar pun turut diundang apabila tingkat ekonominya memadai. para tamu menari di posisi hewan yangdi ditombak dibarengi Setelah hewan di tombak, para tamu menari posisi hewan yanglagu ditombak (krungut-krungut). dibarengidacih lagu dacih (krungut-krungut). Gambar 26. Sepundu (kiri) dan Cucuk hari (kanan) Gambar 26. Sepundu (kiri) dan Cucuk hari (kanan) 4662

67 Penduduk setempat masih mempercayai makhluk halus ada di sekitar mereka sehingga membangun rumah keramat. Rumah keramat berbentuk rumah mini dimana didalamnya terdapat piring, gelas dan tempurung kelapa. Piring digunakan untuk menaruh nasi yang diberi kunyit dan daging, gelas untuk arak dan tempurung kelapa untuk abu atau dupa. Di depannya ada patung yang menandakan sebagai tuan rumah atau keluarga dengan ada satu raja dimana terdapat bapak, ibu dan anak. Terdapat pula batu yang disebut patok berfungsi sebagai tanda. Membuktikan bahwa tidak bernyawa namun kekal, beda dengan manusia. Terdapat juga panduan untuk ramalan hari yang bernama cucuk hari. Panduan ini digunakan untuk mengetahui apa yang akan kita hadapai ketika keluar rumah. Kondisi yang dihadapi dapat berupa beruntung (mendapatkan uang yang banyak) sampai celaka di jalan. Beberapa bentuk kearifan lokal masyarakat di Desa Tumbang Kaburai adalah sebagai berikut : a). Menjaga keberadaan pohonpohon besar yang sudah berumur panjang, dipercayai apabila pohon tersebut ditebang maka si penebang akan terkena bala atau musibah. b). Masyarakat juga dilarang memakan kodok dan trenggiling. c). Mengeramatkan buaya putih d). Masih menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional. e). Hampir semua satwa yang ada di sekitar penduduk tidak dikonsumsi, terutama burung Enggang. Karena burung ini dianggap keramat oleh penduduk. Namun untuk jenis Kelasi/lutung merah (Presbytis rubicunda) biasanya dikonsumsi penduduk. 63

68 B. Obyek Wisata TNBBBR memiliki banyak potensi obyek wisata yang dapat dinikmati baik yang terdapat di dalam maupun luar /sekitar kawasan. Berdasarkan data (Database TNBBBR 2008), Obyek Wisata yang berada di dalam kawasan antara lain adalah : situs/sejarah (Batu Betanam, pongkal sedarah), pemandangan alam (lansekap), atraksi satwa baik (mamalia, burung), air terjun (Demang Ehud, Botas dalam, Semungga, Nokan Kelabot), dan sumber air panas. Di samping itu, Obyek Wisata yang berada di sekitar (luar) kawasan antara lain adalah : Air Terjun/Cahay (Nokan Nakong, Nokan Nayan, Nokan Dei, Kuhui, Kumbai,Tengkawang, Kepuak, Mawang, Ambun, Nokan Nanga Dunut, Seruhoi, Kiham Bahe), situs/sejarah (Batu Kapal, Batu air nangis, situs kepala riam potai), Goa-goa (Kelasi, Pundan & Kelelawar), dan rumah betang. 1. Obyek Wisata Di Dalam Kawasan TNBBBR Situs/ sejarah (Batu betanam, Pongkal sedarah) Batu betanam dapat dijangkau dari main road PT. SBK KM 39 menyusuri sungai Ella selama ± 2 jam dan terletak persis di tepi sungai Ella. Objek ini terdapat pada lereng bukit kecil di pinggir sungai Ella, dimana banyak ditemukan batu besar dan kecil yang di tanam tegak ke tanah. Pada lokasi tersebut dijumpai juga miniatur rumah adat atau rumah panggung mini sebagai tempat untuk memberikan sesajen. Objek ini merupakan bukit dimana banyak ditemukan batu tertanam di tanah yang dapat di temui pada radius 500 meter dari pusatnya, yaitu rumah panggung mini yang berisi sesajen. Batu yang tertanam ada yang berumur ratusan tahun mulai dari ukuran yang kecil sampai besar. 64

69 Sejarah lokasi ini pada awalnya merupakan perbatasan antara dua lokasi konflik dua suku, yakni suku Dayak di Kalimantan Barat dan suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah. Konflik tersebut dilakukan dengan cara saling membunuh dengan cara memenggal kepala musuhnya yang terkenal dengan istilah ngayau. Setelah sekian lama, akhirnya suku dayak di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah mencoba untuk berdamai. Usaha damai tersebut dilakukan di batu betanam dimana diantara kedua belah pihak saling menanam batu sebagai tanda tidak ada lagi aksi ngayau. Sehingga timbul kepercayaan di kalangan penduduk apabila pendatang baru melewati batu betanam maka pengunjung tersebut harus menanam batu. Apabila tidak menanam batu maka akan mengakibatkan pendek umur. Pangkal Sedarah terletak di KM 39 dengan akses yang sama seperti akses menuju Batu Betanam. Hanya saja, untuk menuju Pangkal Sedarah membutuhkan waktu tempuh ±1 jam melalui jalan setapak. Batu Betanam dan Pangkal Sedarah mempunyai sejarah yang berkaitan. Dahulu ketika terjadi konflik antara suku dayak di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang saling mengayau (memenggal kepala manusia), kepala hasil ngayau dicuci di sungai yang disebut Pangkal Sedarah. Pangkal sedarah merupakan sungai yang menurut penduduk airnya berwarna merah, namun ketika diambil airnya akan menjadi bening. Berdasarkan survey, saat ini kondisi obyek sudah tidak berupa sungai lagi, tetapi hanya berupa kubangan sebagai tempat berkubangnya babi hutan. 65

70 Gambar 27. Obyek batu betanam (atas) dan Pangkal Sedarah Air Terjun (Demang Ehud, Air Terjun Sungai Batas Dalam, Air Terjun Semungga dan Air Nokan Kelabot) Air terjun Demang Ehud terletak di hulu Sungai Ella tepatnya pada koordinat LS dan BT berada di di Desa Nanga Siyai Kecamatan Menukung Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat. Dari Desa Nanga Siyai lokasi ini dapat ditempuh dengan jalan darat melalui jalan koridor PT. SBK sampai di km 51 atau dapat juga melalui km 54. Dari km 51 atau 54 perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki selama ± 8 jam melalui jalur patroli dengan 66

71 kondisi jalan menanjak selama ± 6 jam, kemudian jalan menurun selama ± 2 jam. Agar dapat menikmati indahnya air terjun ini sambil beristirahat hendaknya kita menginap di sekitar air terjun. Perlu persiapan perbekalan dan fisik yang baik bila kita hendak menuju ke air terjun ini mengingat kondisi jalan yang lumayan berat untuk para pengunjung. Air terjun Demang Ehud memiliki ketinggian ± 36 meter dan bertingkat-tingkat dengan air yang jernih dan memiliki debit air yang cukup besar (18,097 m3/detik) sehingga suara gemuruhnya sudah terdengar dari kejauhan. Kondisi alam yang masih alami, udara sejuk dan segar, sungai yang berbatu - batu besar serta tumbuhan dan satwa liar adalah bonus yang bisa kita nikmati di lokasi ini. Jika beruntung kita dapat menjumpai rusa, kijang dan mamalia lainnya. Gambar 28. Air Terjun Demang Ehud (Foto oleh : TNBBBR) 67

72 Air terjun Sungai Batas Dalam terletak di hulu sungai Ella Tingang anak Sungai Ella. Dari Desa Nanga Siyai. Untuk menuju lokasi air tejun kita bisa melalui jalan darat (jalan koridor T. SBK) sampai km 39, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui jalan rintisan melewati Sungai Ella Tingang selama 6 jam perjalanan. Air terjun ini memiliki ketinggian ± 40 meter dengan air yang jernih dan lumayan deras. Air terjun Nokan Kelabot terletak di hulu sungai Serawai (didalam kawasan TN), dapat ditempuh dengan berjalan kaki ± 10 jam dari Rantau Malam. Air terjun Semungga terletak di lembah Bukit Semungga dan merupakan anak Sungai Ella tepatnya pada koordinat LS dan BT termasuk dalam wilayah kerja pos Siyai, dan secara administratif berada di Desa Nanga Siyai Kecamatan Menukung Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat. Dibandingkan air terjun lainnya, air terjun ini lebih mudah dijangkau karena dengan hanya berjalan kaki dari Camp PT. SBK di km 35 setelah menyebrangi sungai Ella setelah 30 menit menyusuri anak sungai Ella kita sudah sampai di lokasi air terjun ini. Air terjun Semungga memiliki ketinggian ± 5 meter dengan air yang berwarna jernih dan pada bagian bawahnya membentuk kolam yang cukup dalam dan bisa digunakan untuk berenang. Air di dalam kolam terlihat berwarna hijau namun jernih. Lokasinya yang dihimpit bukit dengan bebatuan besar yang licin membuat kita harus ekstra hati-hati di lokasi ini. 68

73 Gambar 29. Air Terjun Semungga (Foto oleh : TNBBBR) Sumber Air Panas Sumber air panas ini berdiameter ± 1 meter, terletak di Sapan Apui yang termasuk dalam kawasan TNBBBR yang berbatasan dengan desa Batu Panahan wilayah Marikit kabupaten Katingan propinsi Kalimantan Tengah. Dari desa Batu Panahan (Kalimantan tengah) dapat dicapai melalui transportasi air dengan menggunakan Klotok menyusuri sungai Bembang dan dilanjutkan dengan berjalan kaki hingga sampai di lokasi. Menurut adat istiadat masyarakat di sekitar sumber air panas ini, batu-batu yang berada disekitarnya dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. 69

74 2. Obyek Wisata di Sekitar Kawasan Air Terjun (Nokan Nakong, Nokan Dei, Kuhui, Kumbai, Tengkawang, Kepuak Air, Landau Mumbung, Mawang, Mengkilau,Nokan Nanga Dunut, Nokan Seruhoi, Kiham Bahe, Ambun, dan Nokan Kahawe) Air Terjun Nokan Nakong secara administrasi pemerintahan berada di Desa Tumbang Kaburai Kecamatan Katingan Hulu Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tengah. Air terjun ini berada di hulu sungai Bahae Bukit Asing yang terletak di ketinggian 290 m dari permukaan laut. Lokasi air terjun Nokan Nakong cukup mudah dijangkau. Dari Desa Belaban Ella dapat ditempuh dengan kendaraan darat sampai KM 64 (sungai Bahae) dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri aliran sungai Bahae ke arah Bukit Asing selama ± 3 jam menuju lokasi air terjun. Menurut cerita masyarakat setempat arti kata Nokan Nakong berasal dari kata Nokan yang berarti air terjun, sedangkan Nakong adalah nama seorang pertapa di Bukit Asing yang pertama kali menemukan air terjun ini. Air terjun Nokan Nakong memiliki ketinggian ± 40 m dengan lebar ± 5 m. Dibawah air terjun membentuk sebuah kolam/telaga dengan lebar ± 20 m sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan kolam renang bagi pengunjung. Hempasan air yang jernih dari ketinggian ± 40 m tersebut menimbulkan suara gemuruh air yang menyenangkan untuk dinikmati. Air Terjun Nokan Dei terletak di ujung desa Remukoy Kecamatan Serawai dengan ketinggian ± 8 m dan terdiri dari 2 buah yaitu sisi kiri dan kanan (kembar). Aliran sungainya berasal dari kaki bukit Mahipit. 70

75 Cahay (air terjun) Kuhui terletak di hulu sungai Kuhui Dusun Siyai, memiliki 3 tingkatan dengan debit air yang cukup besar. Air terjun ini tidak dipengaruhi oleh musim dan sangat menantang untuk didaki setiap sisinya dan dapat digunakan sebagai tempat perkemahan. Air terjun ini dapat ditempuh melalui pinggir jalan koridor PT. SBK tepatnya dari jembatan Sungai Kuhui dusun Siyai, berjalan kaki selama ± 1 jam 30 menit menyusuri Sungai Kuhui ke arah hulu. Air terjun (Cahai) Kumbai terletak di Desa Siyai, dapat ditempuh dari Dusun Siyai menggunakan motor/klotok selama ± 15 menit melalui sungai Ella menuju muara sungai kecil dan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama ± 15 menit menuju lokasi air terjun. Meskipun hanya memiliki satu tingkat terjunan air, akan tetapi air terjun ini memiliki 2 air terjun yang bersebelahan dengan air terjun air terjun yang langsung jatuh ke tanah, masyarakat percaya akan bah yang langsung jatuhinikecukup tanah, masyarakat percaya bahwa terterjun angker dan dahulu dijadikan tempatair bersemedi. jun ini cukup angker dan dahulu dijadikan tempat bersemedi. Gambar 30. Air terjun (Cahay) Kumbai (kiri) air terjun Tengkawang (kanan) (Foto oleh : TNBBBR) Gambar 30. Air terjun (Cahay) Kumbai (kiri) air terjun Tengkawang (kanan) (Foto oleh : TNBBBR) Air terjun Tengkawang tidak terlalu memiliki debit air yang seperti umumnya, terutama pada musim kemarau. Tinggi dari air terju meter dengan lebar ±4 meter. Keistimewaan air terjun ini adalah m 71 yang tidak terlihat secara langsung tingkatann tujuh tingkat air terjun dilihat dari bawah. Untuk mengetahui tingkatannya, pengunjung harus

76 hwa air g tinggi un ± 40 memiliki nya jika naik ke Air terjun Tengkawang tidak terlalu memiliki debit air yang tinggi seperti umumnya, terutama pada musim kemarau. Tinggi dari air terjun ± 40 meter dengan lebar ±4 meter. Keistimewaan air terjun ini adalah memiliki tujuh tingkat air terjun yang tidak terlihat secara langsung tingkatannya jika dilihat dari bawah. Untuk mengetahui tingkatannya, pengunjung harus naik ke setiap tingkatan air terjunnya. Lokasi air terjun dapat ditempuh ± 20 menit berjalan kaki dari tepi sebelah kanan jalan koridor PT. SBK di km 26. Air terjun (Cahay) Kepuak memiliki ketinggian ± 30 m dan disekitarnya merupakan kawasan hutan. Air terjun ini terletak di hulu sungai Jelumpang Desa Belaban Ella Dusun Sungkup. Lokasi air terjun dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama ± 3 jam dari Dusun Sungkup. Air terjun Landau Mumbung dapat ditempuh dari Dusun Landau Mumbung berjalan kaku selama ± 10 menit. Air terjun Mawang memiliki ketinggian ± 8 m dengan debit air yang besar, tidak dipengaruhi musim, terdapat kolam di bagian bawahnya dan dapat digunakan untuk berenang. Di bagian dalam (belakang) air terjun terdapat goa yang tidak dalam sehingga kita dapat berdiri di belakang air terjun tersebut. Air terjun Mawang terletak di hulu sungai Mawang dapat ditempuh dengan menyeberangi sungai Mentatai menggunakan sampan dari kampung Mawang Mentatai Dusun Nusa Poring, masuk ke arah sungai Mawang dan menyusurinya dari muara sungai menuju hulu, dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju air terjun (bila air surut). Perjalanan dapat ditempuh ± 22 menit. Air terjun Mengkilau memiliki debit air yang tidak terlalu besar dan airnya tergantung musim hujan. Air terjun ini sering dikunjungi oleh kaum muda untuk berekreasi. Lokasi air terjun dapat ditempuh dengan berjalan kaku dari dusun Mengkilau ± 30 menit. 72

77 berekreasi. Lokasi air terjun dapat ditempuh den sun Mengkilau ± 30 menit. Gambar 31. Air Terjun Mawang (Foto oleh : TNBBBR) Gambar Terjun Mawang (Foto oleh TNBBBR) Air 31. terjun Air (Cahay) Ambun memiliki terjunan air setinggi ± 30: meter, sehingga bila dilihat dari bawah air terjun akan tampak seperti titik-titik embun. Konon sejarahnya dinamakan Ambun karena saat itu ada sepasang kekasih yang sedang berpacaran diatas air terjun, karena asiknya berpacaran si perempuan yang bernama Ambun tergelincir dan jatuh ke bawah. Oleh sebab itu air terjun tersebut dinamakan Cahay Ambun. Air terjun ini secara administratif pemerintahan terletak di desa Nanga Jelundung Kecamatan Serawai, dapat ditempuh dari kampung tabai Ahun dengan berjalan kaki selama ± 45 menit melalui jalan rintisan. erjun (Cahay) Ambun memiliki terjunan air setinggi a dilihat dari bawah air terjun akan tampak sepe on sejarahnya dinamakan Ambun karena saat itu a sedang berpacaran diatas air terjun, karena asikny n yang bernama Ambun tergelincir dan jatuh ke terjunair tersebut dinamakan Cahay Ambun. Air terj terjun Nokan Nanga Dunut terletak di desa Nanga Jelundung pemerintahan terletak di dari desa Jelundung Kecamatan Serawai, dapat ditempuh dusunnanga Labang Penabah pat ditempuh dari kampung tabai Ahun dengan b 73 menit melalui jalan rintisan.

PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Oleh : Dr. Ir. Widada, MM (Kepala BTNBBBR) Ekspose HoB, Pontianak, Hotel Santika 16-17 Pebruari 2011 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah TN. Bukit Baka Bukit

Lebih terperinci

PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA 2018-2027 Kasongan, 28 Agustus 2017 Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya mengadakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

OWA KELAWAT (Hylobates muelleri) SEBAGAI OBYEK WISATA PRIMATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

OWA KELAWAT (Hylobates muelleri) SEBAGAI OBYEK WISATA PRIMATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA 1 OWA KELAWAT (Hylobates muelleri) SEBAGAI OBYEK WISATA PRIMATA DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Afroh Manshur, M. Yunus A. Saputra, Fadhilah Iqra Mansyur Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara) POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara) BALAI PENELITIAN KEHUTANAN AEK NAULI PENDAHULUAN Ekowisata berkembang seiringin meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati dan memilki banyak kawasan konservasi. Cagar Alam (CA) termasuk

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Alam Kabupaten Pandegalang dan Serang Propinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI GUNUNG ASEUPAN Dalam Rangka Konservasi Dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam (Supriatna dan Wahyono, 2000), dan Sumatera merupakan daerah penyebaran primata tertinggi, yaitu

Lebih terperinci

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran Satwaliar Kelompok Mamalia Kawasan Gunung Parakasak memiliki luas mencapai 1.252 ha, namun areal yang berhutan hanya tersisa < 1%. Areal hutan di Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya serta memiliki sifat-sifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA PERIODE 2010 s/d 2029

RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA PERIODE 2010 s/d 2029 RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA PERIODE 2010 s/d 2029 KABUPATEN : SINTANG MELAWI KATINGAN PROVINSI : KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH Kepala Balai Ir. Erwin Effendy

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang membentang di wilayah 10 Kabupaten dan 2 Provinsi tentu memiliki potensi wisata alam yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK

IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK 17 IV. KONDISI UMUM LOKASI PRAKTEK 4.1. Sejarah dan Status Kawasan Kawasan Taman Nasional Lore Lindu berasal dari tiga fungsi kawasan konservasi, yaitu : a. Suaka Margasatwa Lore Kalamanta yang ditunjuk

Lebih terperinci

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR A. Latar Belakang dan Dasar Pelaksanaan Kebakaran pada Kawasan Hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Status Kawasan Kawasan ini ditunjuk berdasarkan Besluit Van Der Gouverneur General Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10 Januari 1933 dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis 19 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02 42,01 s/d 105⁰ 13 42,09 BT dan

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia dan menjadi salah satu pulau yang memiliki keragaman biologi dan ekosistem yang tinggi (MacKinnon, 1997). Hakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan satwa endemik di Kalimantan Tengah. Distribusi owa (H. albibarbis) ini terletak di bagian barat daya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Lokasi a. Letak dan Luas Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike secara administratif berada di Dusun Pancur Nauli Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi Propinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Lawu adalah gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini mempunyai ketinggian 3265 m.dpl. Gunung Lawu termasuk gunung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dibuktikan dengan terdapat berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan endemik yang hanya dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, dan taman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 75 Telp. / Fax ( 0565 ) 23521 Sintang 78611

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Gunung Leuser Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan sebagai kawasan strategis karena kawasan penyangga ini memiliki peranan yang sangat besar dalam melindungi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang (tersebar di Pulau Sumatera), Nycticebus javanicus (tersebar di Pulau Jawa), dan Nycticebus

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PARAKASAK Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sancang, Kecamatan Cibalong,, Jawa Barat, merupakan kawasan yang terletak di Selatan Pulau Jawa, yang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Hutan Sancang memiliki

Lebih terperinci

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017

BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN POLICY BRIEF Volume 11 No. 05 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lereng selatan Gunung Merapi meliputi Taman Nasional Gunung Merapi merupakan salah satu kawasan konservasi yang ada di Yogyakarta. Kawasan ini memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Brazil merupakan salah satu negara dengan flora

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora dan fauna serta kehidupan liar lain yang mengundang perhatian berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri. Tercatat lebih dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah tropis dan mempunyai hutan hujan tropis yang cukup luas. Hutan hujan tropis mempunyai keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI Individual Density of Boenean Gibbon (Hylobates muelleri)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna (Syarifuddin, 2011). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan alam semesta salah satunya adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan. Baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Semuanya hidup saling ketergantungan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Orangutan Sumatera Orangutan berasal dari bahasa melayu yaitu orang hutan. Orangutan Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan satu-satunya kera

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Orangutan merupakan hewan vertebrata dari kelompok kera besar yang termasuk ke dalam Kelas Mamalia, Ordo Primata, Famili Homonidae dan Genus Pongo, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Owa Jawa atau Javan gibbon (Hylobates moloch) merupakan jenis primata endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999). Dalam daftar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bambu merupakan salah satu taksa yang sangat beragam dan mempunyai potensi ekonomi yang tinggi. Bambu termasuk ke dalam anak suku Bambusoideae dalam suku Poaceae. Terdapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : masyarakat adat, Suku Dayak Limbai, Goa Kelasi, aturan adat, perlindungan sumberdaya hutan

ABSTRAK. Kata kunci : masyarakat adat, Suku Dayak Limbai, Goa Kelasi, aturan adat, perlindungan sumberdaya hutan 1 PERAN ATURAN ADAT SUKU DAYAK LIMBAI DALAM PERLINDUNGAN SUMBERDAYA HUTAN : STUDI KASUS GOA KELASI DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Nurul Iman Suansa, Amrizal

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi 19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Syzygium merupakan marga dari suku Myrtaceae (jambu-jambuan) yang memiliki jumlah spesies yang sangat banyak. Tercatat kurang lebih 1200 spesies Syzygium yang tumbuh

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa didasarkan pada

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa didasarkan pada 4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah KPHL Model Gunung Rajabasa Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Rajabasa didasarkan pada Besluit Residen Nomor 307 Tanggal 31 Maret 1941 seluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Fauna merupakan bagian dari keanekaragaman hayati di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya, BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang beragam. Wilayahnya yang berada di khatuistiwa membuat Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN 1 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PERESMIAN PROGRAM MECU (MOBILE EDUCATION CONSERVATION UNIT) DAN PENYERAHAN SATWA DI DEALER FORD ROXY MAS HARI JUMAT TANGGAL 11 MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tanaman cenderung identik dengan tanaman yang seragam dan seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan, yang memiliki peran yang

Lebih terperinci

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan Asrianny, Arghatama Djuan Laboratorium Konservasi

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI

III. KONDISI UMUM LOKASI III. KONDISI UMUM LOKASI 3.1. Sejarah Kawasan Berawal dari Cagar Alam Gunung Halimun (CAGH) seluas 40.000 ha, kawasan ini pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL Kabupaten Bantul adalah kabupaten yang terletak di bagian Selatan Barat daya Provinsi D.I. Yogyakarta. Kawasan ini terletak antara 07 44 04 08 00

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Hayati Tanah Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem pada suatu daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar 17.000 pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau menjadikan Indonesia berpotensi memiliki keanekaragaman habitat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan dikenal sebagai salah satu Megabiodiversity Country. Pulau Sumatera salah

Lebih terperinci

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA Jito Sugardjito Fauna & Flora International-IP Empat species Great Apes di dunia 1. Gorilla 2. Chimpanzee 3. Bonobo 4. Orangutan Species no.1 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam PP No. 6 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diartikan sebagai wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luas daratan Indonesia hanya meliputi 1,32% dari seluruh luas daratan

BAB I PENDAHULUAN. Luas daratan Indonesia hanya meliputi 1,32% dari seluruh luas daratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luas daratan Indonesia hanya meliputi 1,32% dari seluruh luas daratan bumi, namun World Conservation Monitoring Center yang bermarkas di Inggris menempatkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP. 21 BAB V HASIL 5.1 Distribusi 5.1.1 Kondisi Habitat Area penelitian merupakan hutan hujan tropis pegunungan bawah dengan ketinggian 900-1200 m dpl. Kawasan ini terdiri dari beberapa tipe habitat hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan erat dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara, yang pada masa lalu didominasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan sebagai habitat mamalia semakin berkurang dan terfragmentasi, sehingga semakin menekan kehidupan satwa yang membawa fauna ke arah kepunahan. Luas hutan

Lebih terperinci

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

Lebih terperinci

KONSERVASI Habitat dan Kalawet

KONSERVASI Habitat dan Kalawet 113 KONSERVASI Habitat dan Kalawet Kawasan hutan Kalimantan merupakan habitat bagi dua spesies Hylobates, yaitu kalawet (Hylobates agilis albibarbis), dan Hylobates muelleri. Kedua spesies tersebut adalah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman hayati yang terkandung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat 111 0 39 00-112

Lebih terperinci