BAB III PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN SATELIT COMPASS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN SATELIT COMPASS"

Transkripsi

1 BAB III PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN SATELIT COMPASS 3.1 Sejarah Satelit COMPASS Sistem satelit navigasi merupakan infrastruktur bangunan angkasa yang sangat penting, dimana dapat memperluas rentang aktifitas manusia dan mengembangkan kemampuan bersosialisasi mereka. Satelit navigasi membawa perubahan dalam dunia politik, ekonomi, militer, teknologi dan budaya. Dengan sejarah yang panjang dan kebudayaan yang indah, China merupakan salah satu negara yang penting dalam perkembangan peradaban awal manusia. Di masa kuno, rakyat China menggunakan konstelasi rasi bintang biduk (Big Dipper) dalam penentuan arah. Mereka juga yang pertama kali menemukan alat navigasi pertama di dunia, yaitu kompas kuno (Sinan), yang mana kompas kuno itu lah yang memberi kontribusi sangat besar dalam perkembangan peradaban dunia. Dalam peradaban modern, sistem satelit navigasi COMPASS buatan mereka, akan menjadi kontribusi lainnya bagi umat manusia (CSNO, 2011). Beidou (COMPASS) Satellite Navigation System adalah sebuah proyek yang dikembangkan oleh China dalam rangka membuat sistem satelit navigasi yang independent, tidak tergantung sistem negara lainnya. Nama dari sistem ini diambil dari rasi bintang biduk (Big Dipper) dimana dalam bahasa China disebut Beidou. Konstelasi rasi bintang biduk atau Big Dipper ditunjukkan pada Gambar 3.1. Secara harfiah nama itu berarti Biduk Utara atau Northern Dipper, nama yang diberikan para astronom untuk 7 bintang paling terang dalam konstelasi Ursa Major atau The Great Bear. Sejarahnya, susunan bintang ini lah yang digunakan para astronom dalam penentuan lokasi arah bintang utara kutub. Dengan demikian, Beidou juga merupakan sebuah metafora tujuan sistem satelit navigasi. 25

2 Gambar 3.1 Rasi bintang Big Dipper (Buzzle.com, 2010) Ide pembuatan sistem satelit navigasi Beidou pertama kali dikemukakan dan dikerjakan oleh Chen Fangyun dan tim pada awal tahun 1980-an. Chen fangyun adalah seorang ilmuwan yang mengabdikan diri pada negara dalam penelitian sistem dan teknologi luar angkasa China. Beliau lahir pada tahun 1916 dan wafat pada tahun Proyek sistem satelit navigasi COMPASS merupakan ide yang lahir dari otak briliannya. Beliau sangat berperan penting dalam proses pembangunan sistem ini sampai akhir hidupnya (wikipedia.org, 2012). Sama seperti sistem GNSS lainnya yaitu GPS, GLONASS dan GALILEO, sistem ini dirancang untuk menyediakan dua layanan navigasi, yaitu pelayanan terbuka untuk pengguna komersil dan sebuah layanan komunikasi penentuan posisi, kecepatan, dan waktu untuk pihak berwenang. Untuk menuju semua kepentingan itu, menurut China Satellite Navigation Office dalam presentasinya pada tahun 2010 di Munich, China membangun sistem ini dengan kebijakan sebagai berikut : a. Openness (keterbukaan) Pada prinsip ini dijelaskan bahwa Sistem COMPASS akan menyediakan pelayanan penggunaan langsung gratis dengan kualitas tinggi kepada seluruh dunia. China juga akan berkomunikasi dan menjalin hubungan kerjasama secara terbuka dan mendalam dengan negara-negara lain dalam bidang satelit navigasi. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan kompatibilitas dan interoperabilitas diantara seluruh sistem GNSS yang ada, serta untuk mendorong kemajuan industri dan teknologi satelit navigasi dunia. 26

3 b. Independency Pemerintah China akan mengembangkan dan mengoperasikan sistem satelit navigasi COMPASS secara independent dan tidak bergantung pada pihak manapun. COMPASS nantinya juga akan menyediakan pelayanan kepada pengguna secara independent dengan kualitas pelayanan lebih tinggi pada wilayah Asia-Pasifik. c. Compatibilty (kompatibilitas) Sistem satelit navigasi COMPASS akan mengusahakan mendapatkan solusi untuk mewujudkan kompatibilitas dan interoperabilitas dengan sistem satelit navigasi lainnya yang termasuk dalam kerangka ICG (International Committee on Global Navigation Satellite Systems) dan ITU (International Telecommunication Union). Berdasarkan peraturan perlindungan pengguna dan industri saat ini, semua pengguna akan menikmati peningkatan dari sistem satelit navigasi COMPASS. d. Gradualness Untuk mengontrol dan mengatasi resiko teknis dan ekonomi, sistem COMPASS akan dikembangkan melalui tahap demi tahap yang sesuai dengan keadaan tingkatan ekonomi dan teknologi negara China. Sistem COMPASS juga akan memberikan pelayanan jangka panjang bagi pengguna dan terus menerus meningkatkan kinerja sistem untuk mewujudkan hubungan dan transisi sinyal yang mulus pada setiap tahapan. 27

4 3.2 Pembangunan Sistem COMPASS Menurut China Satellite Navigation Office (2011), proses pengembangan pembangunan sistem satelit navigasi global milik China ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu : 1. Fase I (Tahun ) Fase ini disebut Beidou Navigation Satellite Demonstration System atau Beidou- I. Pada tahun 1994, China memulai pembangunan sistem satelit demonstrasi ini. Sistem yang digunakan pada fase ini hanyalah Radio Determination Satellite System (RDSS). Pada tahun 2000 dimulailah rangkaian peluncuran sistem keluar angkasa. Satelit pertama, Beidou-1A diluncurkan pada 30 Oktober 2000, diikuti satelit kedua, Beidou-1B pada 20 Desember Satelit ketiga yang berfungsi sebagai satelit back-up, Beidou-1C diluncurkan dan menempati orbitnya 25 May Suksesnya peluncuran satelit ketiga ini juga berarti fase pertama dari pembangunan sistem satelit navigasi COMPASS telah selesai. Keberhasilan ini diikuti dengan peluncuran satelit back-up kedua, yang juga merupakan satelit terakhir pada fase pembangunan pertama, Beidou-1D pada awal tahun Pada awalnya satelit ini dilaporkan mengalami kegagalan fungsi sistem kontrol, namun berhasil diperbaiki kembali. Fungsi utama dan spesifikasi kinerja dari Beidou Navigation Satellite Demonstration System adalah sebagai berikut : a. Fungsi utama : penentuan posisi, penentuan waktu one-way dan two-way, komunikasi pesan singkat (SMS). b. Area pelayanan : China dan wilayah sekitarnya. c. Ketelitian posisi : hingga ketelitian 20 meter. d. Ketelitian waktu : 100 ns pada one way, 20 ns pada two way. e. SMS : 120 Chinese karakter per waktu. Beidou Navigation Satellite Demonstration System terdiri dari tiga komponen utama, yaitu segmen angkasa, segmen sistem kontrol, dan segmen pengguna. Segmen angkasa terdiri dari tiga satelit geostasioner (GEO) yang berada pada 80 BT, BT, dan 140 BT diatas bidang ekuator. Segmen sistem kontrol terdiri dari kontrol pusat darat dan beberapa stasiun kalibrasi. 28

5 Kontrol pusat darat bertugas untuk melengkapi penentuan orbit satelit, koreksi ionosfir, penentuan posisi pengguna, dan pusat pertukaran dan pengolahan layanan SMS pengguna. Stasiun kalibrasi di darat berguna terutama untuk menyediakan data pengolahan jarak dan parameter koreksi kepada kontrol pusat. Segmen pengguna atau user receiver termasuk di dalamnya tipe hand-held, tipe kendaraan, command type, dan tipe receiver lain, dapat melayani aplikasi penentuan posisi, menerima informasi koordinat lokasi, aplikasi pesan singkat, dan fungsi lainnya. 2. Fase II (Tahun ) Fase ini disebut juga Beidou Navigation Satellite (regional) System atau Beidou- II/COMPASS. Fungsi utama dan parameter kinerja dari Beidou Navigation Satellite (regional) System adalah sebagai berikut : a. Fungsi utama : penentuan posisi, pengukuran kecepatan, penentuan waktu one-way dan two-way, dan layanan SMS. b. Area pelayanan : China dan sebagian wilayah Asia-Pasifik, termasuk Indonesia. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.2. c. Ketelitian posisi : hingga ketelitian 10 meter. d. Ketelitian kecepatan : hingga ketelitian 0.2 m/s. e. Ketelitian waktu : 50 ns. f. SMS : 120 Chinese karakter per waktu. Gambar 3.2 Cakupan wilayah Satelit COMPASS (area warna kuning) pada fase II (China.org.cn, 2011). 29

6 Gambar 3.2 menjelaskan area cakupan sistem COMPASS pada fase kedua yaitu meliputi wilayah poligon dari 84 BT sampai 160 BT dan dari 55 LU hingga 55 LS. China telah memulai pembangunan sistem satelit navigasi COMPASS tahap kedua sejak tahun Namun, baru pada April 2007, satelit pertama Beidou fase kedua atau disebut juga satelit navigasi COMPASS yang bernama COMPASS-M1 ditempatkan pada orbit kerjanya. Satelit kedua konstelasi sistem Beidou-2 atau COMPASS yang bernama COMPASS- G2 diluncurkan pada 15 April Satelit ketiga, COMPASS-G1 dibawa ke orbit oleh kendaraan angkasa LM-3C pada 17 January Pada 2 Juni 2010, satelit keempat sukses diluncurkan ke luar angkasa. Satelit kelima, diantarkan ke orbitnya oleh kendaraan luar angkasa LM-3I dari Xichang Satellite Launch Center pada 1 Agustus Tiga bulan kemudian, tepatnya pada 1 November 2010, satelit ke enam telah mengorbit. Satelit lainnya, COMPASS-IGSO5 diluncurkan pada 1 Desember Rekapitulasi peluncuran sistem satelit navigasi Beidou/COMPASS sampai saat ini secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran I dan II. Dibagian itu akan diinformasikan mengenai detail-detail peluncuran dan parameter-parameter segmen satelit COMPASS, seperti nama dan kode satelit, tanggal peluncuran, deskripsi satelit, dan parameter teknis dari sebuah satelit pada orbitnya. Fase kedua dari tiga tahap pembangunan sistem satelit navigasi COMPASS ini akan berakhir pada tahun 2012, dimana sistem ini nantinya akan terdiri dari 14 konstelasi satelit dengan menggunakan dua metode layanan sistem satelit yaitu, Radio Determination Satellite System (RDSS) dan Radio Navigation Satellite System (RNSS), tergantung pada aplikasinya. 30

7 3. Fase III (Tahun ) Pada fase ini sistem satelit navigasi COMPASS akan terdiri dari 35 konstelasi satelit dan akan dapat menyediakan layanan penentuan posisi, navigasi, dan waktu kepada pengguna di seluruh dunia. COMPASS juga direncanakan akan menyediakan penggunaan layanan augmentasi wide area differensial dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi. a. Fungsi utama : Penentuan posisi, pengukuran kecepatan, pengukuran waktu one-way dan two-way, dan layanan SMS. b. Daerah layanan : seluruh dunia, seperti yang terlihat pada Gambar 3.3. c. Ketelitian posisi : hingga ketelitian dibawah 10 m. d. Ketelitian kecepatan : hingga 0.2 m/s. e. Ketelitian waktu : hingga 20 ns. Tahap III Tahap II Tahap I Gambar 3.3 Area cakupan sistem Beidou (Chengqi, 2012) Gambar 3.3 mengilustrasikan tahap cakupan area yang akan dilayani oleh sistem COMPASS dari fase I hingga fase III. Terlihat daerah cakupan pada fase I adalah wilayah regional China, cakupan pada fase II adalah wilayah Asia-pasifik, dan akhirnya sistem COMPASS akan beroperasi dan melayani pengguna di seluruh dunia pada fase III. 31

8 Sistem COMPASS pada tahap ketiga ini akan menggunakan layanan Radio Determination Satellite System (RDSS) dan Radio Navigation Satellite System (RNSS). Radio Determination Satellite System (RDSS) dapat memberikan informasi baik parameter lokasi maupun waktu kepada para pengguna (X,Y,Z,T), dan juga dapat melayani layanan pesan singkat di antara pengguna pada saat yang sama. Radio Navigation Satellite System (RNSS) dapat menyediakan informasi lokasi pengguna, kecepatan, dan parameter waktu (X,Y, Z, Vx, Vy, Vz, dan T). Pada Gambar 3.4 dapat dilihat keseluruhan skema rencana pengembangan dan pembangunan sistem Beidou dari lokal hingga global seperti yang telah dijelaskan. Gambar 3.4 Skema pembangunan sistem Beidou (Chengqi., 2012) 32

9 3.3 Aplikasi Sistem COMPASS Sejak secara resmi melayani pengguna pada tahun 2003, sistem satelit navigasi COMPASS telah banyak digunakan dalam berbagai bidang khususnya oleh pemerintah dan masyarakat China. Selain itu sistem COMPASS juga penting dalam hal navigasi, penentuan waktu, dan komunikasi, khususnya ketika sistem komunikasi terrestrial tidak bekerja. Menurut China National Administration of GNSS and Applications (CNAGA), pengguna Sistem COMPASS meningkat dari tahun ke tahun (Gambar 3.5), hal ini menunjukkan betapa tingginya antusiasme konsumen terhadap sistem ini. Jumlah pengguna Gambar 3.5 Grafik peningkatan pengguna sistem COMPASS (CNAGA, 2009) tahun Melalui pembangunan sistem Beidou yang terintegrasi, sistem ini akan dapat mengintegrasikan sumber daya nasional melalui penggunaan di berbagai sektor perdagangan dan wilayah, serta perpindahan dari layanan tunggal atau perseorangan menjadi layanan terpadu seperti skema yang terlihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Transisi aplikasi sistem COMPASS (Chengqi, 2012) 33

10 Sistem satelit navigasi melayani para pengguna untuk berbagai macam aplikasi menggunakan dua sistem atau metode, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu Radio Determination Satellite System (RDSS) dan Radio Navigation Satellite System (RNSS). Datadata dan informasi yang dihasilkan sistem satelit navigasi COMPASS akan melewati beberapa tahap manajemen sebelum sampai kepada para pengguna. Skema integrasi manajemen informasi sistem COMPASS itu ditunjukkan oleh Gambar 3.7. Pertama, berbagai sensor mengumpulkan informasi yang akan diolah lebih lanjut. Kemudian informasi dikirim ke terminal pengguna yang selanjutnya diteruskan ke satelit. Lalu satelit mentransmisikan informasi itu ke sistem informasi COMPASS agar dapat diinterpretasikan. Hasil data olahan diteruskan ke pusat manajemen pengguna. Disini data dikelompokkan berdasarkan aplikasi atau sensor yang mengirimkannya. Kemudian dikirimkan lagi ke sistem informasi COMPASS agar diteruskan ke satelit. Akhirnya, satelit mentransimisikan data itu ke terminal pengguna. Pengguna pun mendapatkan informasi yang diinginkan. Gambar 3.7 Skema integrasi aplikasi sistem COMPASS (Shusen, 2012) 34

11 Saat ini sistem COMPASS telah memainkan peranan penting dalam berbagai bidang seperti transportasi, kelautan dan perikanan, pemantauan hidrologi, ramalan meteorologi, pencegahan kebakaran hutan, pengaturan waktu untuk telekomunikasi, distribusi tenaga, mitigasi bencana, keamanan nasional dan banyak bidang lainnya. Beberapa dari perananperanan itu dijelaskan sebagai berikut. a. Bidang Transportasi Aplikasi COMPASS dalam bidang transportasi telah dibangun sejak saat sistem satelit Beidou I atau Beidou Navigation Satellite Demonstration System mulai aktif. Seperti sistem monitoring satelit navigasi untuk transportasi umum di Xinjiang, sistem monitoring infrasruktur jalan raya (Gambar 3.8), serta sistem monitoring jadwal dan posisi kapal di pelabuhan. Sebagai contoh, tujuan utama dari sistem monitoring untuk transportasi umum, khususnya mobil adalah untuk memberikan informasi bagi semua kendaraan yang sedang beroperasi agar mengurangi terjadinya kemacetan lalu lintas. Kuncinya terletak pada transmisi data dari mobil di jalan ke pusat informasi. COMPASS RDSS bertindak sebagai radio komunikasi dan sumber informasi posisi yang pertama. Gambar 3.8 Road infrastructure safety monitoring system (Jingnong, 2011) 35

12 b. Bidang Kelautan dan Perikanan Dalam bidang kelautan dan perikanan, fasilitas pelayanan informasi kelautan dan perikanan semakin meningkat dengan adanya sistem COMPASS. Informasi mengenai posisi kapal, real-time monitoring, penyelamatan darurat, distribusi kapal pancing di dalam dan luar pelabuhan, serta pelayanan administrasi perikanan lainnya dapat disediakan oleh COMPASS secara cepat dan efisien. Sebagai contoh, penggunaan sistem COMPASS dalam pelayanan monitoring kapal pancing diilustrasikan dengan skema pada Gambar 3.9. Gambar 3.9 Beidou Integrated Marine Information Service System (Shusen, 2012) Dalam gambar terlihat sinyal yang dipancarkan oleh terminal-terminal yang ada pada kapal diterima oleh pusat informasi. Kemudian informasi sinyal itu diolah dalam jaringan sistem (network platform) yang terintegrasi dengan pusat kontrol data sistem COMPASS, sistem satelit kelautan, pusat data pesan singkat berbasis CDMA/GSM, dan pusat informasi transmisi gelombang pendek. Hasil olahan sinyal berupa data posisi didistribusikan kembali kepada terminal-terminal yang tadinya memancarkan sinyal. Skema ini dilakukan berulang sehingga membentuk monitoring posisi kapal secara real-time (Shusen, 2012). 36

13 Selain itu, masih banyak lagi fungsi lainnya, seperti sistem alarm berbahaya saat cuaca buruk, pemantauan dan pelacakan kapal, dll. Lebih kurang orang nelayan China telah menggunakan Sistem COMPASS pada kapal mereka dan sekitar orang lagi memakaikannya pada telepon genggam. Sejak tahun 2007, lebih dari 500 kapal pancing telah selamat dari kecelakaan berkat adanya alarm berbahaya yang disediakan oleh sistem COMPASS (Jingnong, 2011). c. Bidang Konservasi Air Sistem satelit navigasi COMPASS menjadi bagian dari Hydrological Data Collection System (Gambar 3.10) yang digunakan China dalam bidang konservasi air. Sistem ini menggunakan transmisi real-time untuk memberikan informasi perkiraan air di wilayah pengunungan, dimana telah meningkatkan akurasi mengenai ramalan bencana dan membantu program perencanaan serta penjadwalan pengontrolan bencana banjir dan kekeringan. Contohnya penggunaan pada sungai Yang-Tze seluas km² yang sangat diperlukan pemerintah untuk mendapatkan laporan kondisi perairannya, atau pemantauan otomatis dan laporan atas stasiun pembangkit hidroelektrik di hilir Sungai Jinsha dengan cakupan km² (Shusen, 2012). Gambar 3.10 Beidou hydrological data collection system (Jingnong, 2011) 37

14 d. Bidang Meteorologi Di bidang peramalan cuaca, serangkaian peralatan dan terminal sistem Beidou telah dikembangkan. Berbagai macam sistem praktis telah berhasil dibuat untuk mengatasi masalah pengiriman transmisi data otomatis bagi Kantor Administrasi Meteorologi China, stasiun cuaca pusat, dan sejumlah stasiun cuaca lokal. Macam-macam data dan informasi yang dihasilkan aplikasi peramalan cuaca, yaitu : a. Transmisi informasi digital otomatis antara pemerintah nasional pusat, regional, serta berbagai stasiun cuaca dan meteorologi. b. Visualisasi peta distribusi stasiun cuaca berbasis Geographic Information System (GIS). c. Transmisi informasi ke ratusan COMPASS sistem terminal. Salah satu contoh sistem COMPASS dalam aplikasi peramalan cuaca yang dibangun pemerintah China adalah di Gunung Everest seperti yang terlihat pada Gambar Sistem ini diinformasikan sangat membantu dalam pengamatan meteorologi untuk Olimpiade Beijing tahun 2008 (Jingnong, 2011). Gambar 3.11 Meteorological observation system at Mount Everest (Jingnong, 2011) 38

15 e. Bidang Pencegahan Kebakaran Hutan Fasilitas peringatan bahaya kebakaran berdasarkan sistem COMPASS didukung oleh Biro Kehutanan Nasional China. Sistem ini dapat mengirimkan data posisi real time dari dan ke semua pemadam kebakaran, kendaraan dan pesawat terbang, membuat peta digital terkait, dan membuat semua objek itu berhubungan melalui pesan singkat. Sistem pencegahan kebakaran hutan berbasis COMPASS terdiri dari beberapa komponen, yaitu temperature sensor, Beidou data collection device, Beidou satellite, Command Center, dan Beidou hand-held yang diilustrasikan oleh Gambar Gambar 3.12 COMPASS forestry fire prevention system (Jingnong, 2011) Apabila terjadi kebakaran maka sensor suhu yang dipasangi COMPASS terminal akan mengirimkan sinyal ke Beidou data collection device. Kemudian perangkat ini menginformasikan sinyal ke command center agar diolah lalu nantinya diteruskan ke satelit Beidou melalui pemancar. Informasi yang ada di satelit di distribusikan ke semua Beidou han-held yang dipegang oleh para penyelamat. Akhirnya dari informasi ini dapat diketahui posisi titik terjadinya kebakaran (Jingnong, 2011). 39

16 f. Sinkronisasi waktu Dalam sinkronisasi waktu untuk sistem telekomunikasi, keberhasilan pelaksanaan program Beidou Two-way Demonstration telah memberikan terobosan pada beberapa sektor kunci, seperti teknologi kabel panjang jarak jauh dan sistem basis waktu satelit terpadu. Beberapa hal penting lainnya dalam aplikasi sistem Beidou untuk sinkronisasi waktu, adalah : a. Beidou/GPS dual-mode time synchronization devices. b. Embedded Beidou/GPS timing module Timing. c. Timing test of CDMA network in 7 provinces of southeast coast. d. Percobaan yang sukses pada 200 stasiun dasar. e. Telah digunakan selama 4 tahun. f. Ketelitian sinkronisasi kecil dari 100 ns. Dengan mengambil keuntungan dari layanan waktu berakurasi tinggi yang disediakan oleh COMPASS, tingkat kecelakaan yang disebabkan oleh akurasi waktu seperti penjadwalan kereta dan tingkat kerusakan fasilitas-fasilitas seperti pembangkit listrik adalah 0. Fakta ini melebihi standar kerusakan fasilitas yang ditetapkan oleh Internasional (Shusen, 2012). g. Bidang Distribusi Tenaga Listrik Dalam bidang ini, keunggulan sistem COMPASS dalam sinkronisasi waktu yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi, telah menciptakan suatu aplikasi dasar dalam menganalisis kecelakaan listrik, sistem peringatan dini, dan sistem perlindungan listrik. Contohnya pada sistem pemeriksaan dan pemantauan untuk saluran transmisi daya 500 kilovolt China yang membentang total sepanjang 3000 km dan memiliki menara inspeksi sebanyak 4000 buah. Sistem ini dapat memberikan pengiriman informasi inspeksi real-time keamanan, perekaman staf, perekaman kendaraan dan helikopter kepada instansi atau pengguna yang bersangkutan (Shusen,2012). 40

17 h. Bidang Mitigasi Bencana Di bidang mitigasi bencana, kemampuan laporan navigasi, penentuan posisi, dan layanan komunikasi SMS dari sistem satelit navigasi COMPASS, telah menyediakan pelayanan real time bencana nasional hingga meningkatkan respon cepat bantuan bencana darurat dan kemampuan pengambilan keputusan. Hal ini dapat terwujud karena sistem ini memungkinkan pengiriman komunikasi dan laporan serta pemberitahuan informasi bencana yang cepat. Contohnya pada gempa bumi yang terjadi di Wenchuan, Provinsi Sichuan dan di Yushu, Provinsi Qingshai. Pada gempa itu, jalan lokal dan infrastruktur telekomunikasi hancur lebur. Namun dengan adanya sistem COMPASS, komunikasi dari pemerintah pusat ke daerah bencana tidak pernah putus. Pada Gambar 3.13 terlihat petugas penyelamat sedang mengirimkan informasi dan laporan dari tempat kejadian menggunakan receiver COMPASS (Jingnong, 2011). Gambar 3.13 Penggunaan sistem COMPASS pada saat gempa bumi di Wenchuan 2011) (Jingnong, 41

18 3.4 Kerjasama Internasional Dalam laporan yang dikeluarkan oleh China Satellite Navigation Office pada akhir tahun 2011, pertukaran teknologi dan kerja sama internasional untuk sistem satelit navigasi COMPASS akan dilakukan dengan cara aktif dan pragmatis. Kerja sama itu sejalan dengan kebijakan luar negeri China yang fokus pada tugas-tugas dasar dan tujuan strategis dalam pembangunan sistem satelit navigasi mereka, serta menggunakan sumber daya melalui pasar domestik dan internasional yang terkoordinasi. Kegiatan ini akan berlangsung secara bertahap, tidak diskriminatif, dan selektif sesuai dengan keseluruhan rencanan pengembangan sistem satelit navigasi China. Juga akan dibangun atas dasar kesetaraan, saling menguntungkan, saling melengkapi, pembangunan bersama, dan prinsip-prinsip yang berlaku umum di hukum internasional. Sistem satelit navigasi COMPASS akan bersikap ramah dan terbuka, aktif melakukan kegiatan pertukaran teknologi dan kerjasama internasional, serta berkonsultasi dengan negara lain yang memiliki sistem satelit navigasi. Hal ini dilakukan dalam rangka mempromosikan kompatibilitas dan interoperabilitas sistem satelit navigasi global. China juga akan mendukung sumber daya yang ada secara global, dan berbagi manfaat perkembangan satelit navigasi melalui kerja sama dengan negara yang tidak mempunyai sistem satelit navigasi. Kerjasama internasional yang dilakukan oleh China di bidang satelit navigasi dimulai sejak 1990-an. Dalam jangka waktu hampir 20 tahun, berbagai bentuk kegiatan telah dilakukan dengan hasil yang ekstensif. Pada tahun 1994, di bawah naungan International Telecommunication Union (ITU), China memulai koordinasi frekuensi sistem satelit navigasi Beidou/COMPASS. Informasi jaringan satelit telah disampaikan sesuai dengan rencana dan kemajuan konstruksi sistem COMPASS. Koordinasi frekuensi internasional telah dilakukan tahap demi tahap. China secara aktif telah berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan satelit navigasi dunia, Hal ini dilakukan dengan cara mendukung program kerjasama dalam kompatibilitas dan interoperabilitas GNSS, pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan GNSS, peningkatan kinerja dan teknologi, aplikasi, standar internasional, penerbangan sipil dan maritim, serta deteksi gangguan dan mitigasi layanan terbuka GNSS. 42

19 Untuk mengembangkan sistem Beidou menjadi lebih baik, China juga melakukan kegiatan koordinasi frekuensi bilateral dengan Eropa (GALILEO), Amerika Serikat (GPS) dan Rusia (GLONASS). Juga secara aktif mengambil bagian dalam Konferensi Komunikasi Radio Dunia, serta mengikuti berbagai pertemuan kelompok kerja dan riset ITU. Menurut China Satellite Navigation Office (CSNO), kegiatan kerjasama dan koordinasi yang pernah dilakukan China dengan negara atau organisasi penyedia layanan GNSS lainnya adalah sebagai berikut : a. Kerjasama bilateral dengan Amerika Serikat (GPS) Gambar 3.14 Ilustrasi koordinasi antara COMPASS dengan GPS (CSNO, 2010) Telah dilaksanakan tiga pertemuan yang membahas tentang koordinasi kompatibilitas frekuensi, yaitu : a. Pertemuan I diadakan di Jenewa, Swiss, pada bulan Juni b. Pertemuan II diadakan di Xi an, China, pada bulan May c. Pertemuan III diadakan di Jenewa, Swiss, pada bulan Oktober 2008 b. Kerjasama bilateral dengan Rusia (GLONASS) Gambar 3.15 Ilustrasi koordinasi antara COMPASS dengan GLONASS (CSNO, 2010) Hanya ada sekali pertemuan yang diadakan oleh kedua negara di bidang satelit navigasi yaitu dalam rangka koordinasi kompatibilitas frekuensi, diadakan di Moskow, Rusia, pada Januari

20 c. Kerjasama bilateral dengan Eropa (GALILEO) Gambar 3.16 Ilustrasi koordinasi antara COMPASS dengan GALILEO (CSNO, 2010) Artikel mengenai sistem COMPASS di situs wikipedia.org menyebutkan, pada Oktober 2004 China memutuskan untuk bergabung dengan European GALILEO Positioning System dan menginvestasikan kekayaan sebesar 230 million (USD296 million) pada proyek GALILEO. China secara resmi ikut serta dalam proyek pembangunan sistem satelit navigasi GALILEO setelah menandatangani Agreement on the Cooperation in the GALILEO program between the GALILEO joint Undertaking (GJU) and the National Remote Sensing Centre of China (NRSCC). Pada masa ini dipercaya bahwa sistem Beidou milik China hanya akan digunakan dalam bidang militer. Berdasarkan kesepakatan itu, pada Desember 2004 didirikanlah China GALILEO Industries (CGI) sebagai kontraktor utama keterlibatan China dalam program GALILEO. Namun pada tahun 2008 China mengumumkan ketidaknyamanannya berada dalam aturan proyek GALILEO dan memutuskan untuk bersaing dengan GALILEO pada pasar asia melalui sistem Beidou mereka. Beberapa pertemuan antara kedua negara dalam bidang satelit navigasi adalah sebagai berikut : a. Dalam hal koordinasi kompatibilitas frekuensi. a. Pertemuan I diadakan di Beijing, China, pada bulan Mei b. Technical Working Group dalam hal kompatibilitas dan interoperabilitas. b. Pertemuan I diadakan di Beijing, China, pada bulan September c. Pertemuan II diadakan di Beijing, China, pada bulan Desember d. Pertemuan III diadakan di Brussels, Belgia, pada Juni

21 China, sebagai anggota penting komite nternasional dalam hal Global Navigation Satellit System atau International Committee of GNSS (ICG), telah berpartisipasi dalam setiap Rapat Majelis Umum ICG dan Forum Penyedia ICG. Pada tahun 2007, China menjadi salah satu dari empat penyedia inti yang ditunjuk oleh organisasi. Berfokus pada kompatibilitas dan interoperabilitas, China telah melakukan pertukaran yang luas dan kerjasama aktif dengan sistem satelit navigasi lainnya di dunia. China juga bertindak sebagai pengatur dan penyelenggara pertukaran pelajar internasional di bidang satelit navigasi, yang juga termasuk konferensi American Institute of Navigation (ION), International Symposium on GNSS (ISGNSS), Munich Satellite Navigation Summit, dan forum serta konferensi internasional lainnya. Konferensi akademik China di bidang satelit navigasi diadakan setiap tahun, bersama-sama dengan forum dan seminar lainnya. China membentuk, mendorong, dan mendukung lembaga-lembaga penelitian dalam dan luar negeri, perusahaan industri, universitas, dan organisasi sosial, di bawah bimbingan kebijakan pemerintah untuk melakukan pertukaran internasional, koordinasi, dan kegiatan kerjasama dengan negara lain dan organisasi internasional dibidang kompatibilitas dan interoperabilitas, standar satelit navigasi, kerangka koordinat, referensi waktu, dan pengembangan aplikasi serta penelitian ilmiah, contohnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar Gambar 3.17 The Asia-Pacific Space Cooperation Organization (APSCO) 2nd meeting tahun 2009 (Jingnong, 2011) 45

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem satelit navigasi adalah sistem yang digunakan untuk menentukan posisi di bumi dengan menggunakan teknologi satelit. Sistem ini memungkinkan sebuah alat elektronik

Lebih terperinci

GPS (Global Positioning Sistem)

GPS (Global Positioning Sistem) Global Positioning Sistem atau yang biasa disebut dengan GPS adalah suatu sistem yang berguna untuk menentukan letak suatu lokasi di permukaan bumi dengan koordinat lintang dan bujur dengan bantuan penyelarasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat dengan bantuan penyelarasan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 7. Satelit

Pokok Bahasan 7. Satelit Pokok Bahasan 7 Satelit Pokok Bahasan 7 Pokok Bahasan Sistem komunikasi satelit Sub Pokok Bahasan Jenis-jenis satelit Link budget Segmen bumi Segmen angkasa Kompetensi Setelah mengikuti kuliah ini mahsiswa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

SISTEM SATELIT NAVIGASI COMPASS

SISTEM SATELIT NAVIGASI COMPASS SISTEM SATELIT NAVIGASI COMPASS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pada Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika Oleh: Fandi Firsta Adilla Tamsin 151 08 060

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS PENENTUAN POSISI DENGAN GPS Disampaikan Dalam Acara Workshop Geospasial Untuk Guru Oleh Ir.Endang,M.Pd, Widyaiswara BIG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jln. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai spektrum

Lebih terperinci

ILMU SAINS DALAM BIDANG TRANSPORTASI DAN TEKNIK NAVIGASI

ILMU SAINS DALAM BIDANG TRANSPORTASI DAN TEKNIK NAVIGASI ILMU SAINS DALAM BIDANG TRANSPORTASI DAN TEKNIK NAVIGASI IIN YUNIARSIH (1757021008) MITHA VALENTINA T.P(1757021009) VALANTINA DEWI ANGGITA SARI (1757021007) Sains transportasi Sains Transportasi adalah

Lebih terperinci

Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit

Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar pada mata kuliah Sistem Komunikasi Satelit prodi S1 Teknik Telekomunikasi. Oleh

Lebih terperinci

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM UU no. 4 Tahun 2011 tentang INFORMASI GEOSPASIAL Istilah PETA --- Informasi Geospasial Data Geospasial :

Lebih terperinci

1.International Space Center

1.International Space Center 10 PROYEK TERMAHAL DI DUNIA 1.International Space Center Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) adalah sebuah fasilitas riset yang dikembangkan secara internasional saat ini sedang berada di Orbit bumi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Global Positioning System (GPS) 2.1.1 Pengertian GPS Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tertib administrasi bidang tanah di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah tersebut memuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penetuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT U M U M Spektrum frekuensi radio dan orbit satelit merupakan sumber

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM Dandy Firdaus 1, Damar Widjaja 2 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok,

Lebih terperinci

MENGENAL GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) SEJARAH, CARA KERJA DAN PERKEMBANGANNYA. Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem navigasi yang

MENGENAL GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) SEJARAH, CARA KERJA DAN PERKEMBANGANNYA. Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem navigasi yang MENGENAL GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) SEJARAH, CARA KERJA DAN PERKEMBANGANNYA A. Pengertian Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Penerima GPS memperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA I. UMUM Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia telah

Lebih terperinci

Rencana Strategis BMKG Tahun

Rencana Strategis BMKG Tahun 2012, No.167 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BMKG NOMOR : KEP.06 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 Desember 2011 Rencana Strategis BMKG Tahun 2010-2014 5 2012, No.167 BMKG TUGAS POKOK dan FUNGSINYA Dasar Hukum Fungsi

Lebih terperinci

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super BAB 11 MICROWAVE ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai antenna microwave desain, aplikasi dan cara kerjanya. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI 1.1 "Wajib" digunakan dalam Lampiran untuk menunjukkan suatu ketentuan, penerapan yang seragam

Lebih terperinci

PARTISIPASI INDONESIA DALAM PEMBAHASAN SISTEM SATELIT NAVIGASI GLOBAL (GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM) DALAM SIDANG UNCOPUOS

PARTISIPASI INDONESIA DALAM PEMBAHASAN SISTEM SATELIT NAVIGASI GLOBAL (GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM) DALAM SIDANG UNCOPUOS Partisipasi Indonesia dalam Pembahasan...(Dina Prasetyaningsih) PARTISIPASI INDONESIA DALAM PEMBAHASAN SISTEM SATELIT NAVIGASI GLOBAL (GLOBAL NAVIGATION SATELLITE SYSTEM) DALAM SIDANG UNCOPUOS Dina Prasetyaningsih

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang

Lebih terperinci

Studi Working Party. a. Deteksi pesan AIS dari satelit b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan

Studi Working Party. a. Deteksi pesan AIS dari satelit b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan AGENDA ITEM 1.10 Latar Belakang Agenda item 1.10 bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alokasi frekuensi dalam rangka mendukung pelaksanaan system keselamatan kapal dan pelabuhan serta bagian-bagian terkait

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1814, 2017 BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN. Sistem Komunikasi Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN NOMOR 19 TAHUN 2017

Lebih terperinci

MODUL 3 GEODESI SATELIT

MODUL 3 GEODESI SATELIT MODUL 3 GEODESI SATELIT A. Deskripsi Singkat Geodesi Satelit merupakan cabang ilmu Geodesi yang dengan bantuan teknologi Satelite dapat menjawab persoalan-persoalan Geodesi seperti Penentuan Posisi, Jarak

Lebih terperinci

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi GPS (Global Positioning System) Global positioning system merupakan metode penentuan posisi ekstra-teristris yang menggunakan satelit GPS sebagai target pengukuran. Metode ini dinamakan penentuan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc www.pelagis.net 1 Materi Apa itu GPS? Prinsip dasar Penentuan Posisi dengan GPS Penggunaan GPS Sistem GPS Metoda Penentuan Posisi dengan GPS Sumber Kesalahan

Lebih terperinci

Satelit. Tatik yuniati. Abstrak.

Satelit. Tatik yuniati. Abstrak. Satelit Tatik yuniati tatikyuniati10@yahoo.co.id Abstrak Terdapat banyak definisi yang diberikan berhubung dengan perkataan satelit. Ianya bergantung kepada sudut mana definisi itu diberi samaada dari

Lebih terperinci

SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA TEKNIK ELEKTRO

SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA TEKNIK ELEKTRO SATELIT I WAYAN ANGGA MEI SEDANA YOGA 1115313002 TEKNIK ELEKTRO Pengertian satelit Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Satelit juga dapat disebut

Lebih terperinci

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) III. 1 GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Global Positioning System atau GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit [Abidin, 2007]. Nama

Lebih terperinci

batas tersebut akan ada peringatan bawah telah melewati batas yang sudah ditentukan tersebut. Sistem ini diharapkan kita mampu mengetahui secara cepat

batas tersebut akan ada peringatan bawah telah melewati batas yang sudah ditentukan tersebut. Sistem ini diharapkan kita mampu mengetahui secara cepat SISTEM PEMANTAU POSISI KENDARAAN PENGIRIMAN BARANG BERBASIS GPS DAN SMS Prof. Dr. I Wayan Simri Wicaksana, SSi., MEng., 1 Eko Supriyanto 2 1. Dosen Universitas Gunadarma 2. Mahasiswa Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1585, 2015 KEMEN-ESDM. Izin Usaha Pertambangan. Mineral. Batubara. Wilayah. Pemasangan Tanda Batas. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Salah satu kegiatan eksplorasi seismic di darat adalah kegiatan topografi seismik. Kegiatan ini bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 13/P/M.KOMINFO/8/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SATELIT

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 13/P/M.KOMINFO/8/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SATELIT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 13/P/M.KOMINFO/8/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SATELIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV) 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unmanned Surface Vehicle (USV) Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV) merupakan sebuah wahana tanpa awak yang dapat dioperasikan pada permukaan air.

Lebih terperinci

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station) On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station) Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 MODUL

Lebih terperinci

Memantau apa saja dengan GPS

Memantau apa saja dengan GPS Memantau apa saja dengan GPS (Global Positioning System) Dalam film Enemy of The State, tokoh pengacara Robert Clayton Dean (diperankan oleh Will Smith) tiba-tiba saja hidupnya jadi kacau-balau. Ke mana

Lebih terperinci

ILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI. PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si

ILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI. PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si ILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si PENGERTIAN ILMU UKUR WILAYAH (IUW) : Bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88, 2012 METEOROLOGI. KLIMATOLOGI. GEOFISIKA. Penyelenggaraan. Pengamatan. Pengelolaan Data. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5304)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1989 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1989 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1989 TENTANG TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

Komputer dan Masyarakat

Komputer dan Masyarakat Komputer dan Masyarakat Penggunaan Komputer dan Internet di Kehidupan Masyarakat APRIL 21, 2016 UNIVERSITAS MERCUBUANA Yogyakarta Oleh: Gerson Dullosa Utama 14111053 Daftar Isi Contents Daftar Isi... i

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1509, 2016 KEMENHUB. Pelayanan Informasi Meteorologi Penerbangan. Bagian 174. Peraturan Keselamatan Penerbangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1989 (3/1989) Tanggal: 1 APRIL 1989 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1989 (3/1989) Tanggal: 1 APRIL 1989 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 3 TAHUN 1989 (3/1989) Tanggal: 1 APRIL 1989 (JAKARTA) Sumber: LN 1989/11; TLN NO. 3391 Tentang: TELEKOMUNIKASI Indeks: PERHUBUNGAN. TELEKOMUNIKASI.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan penggunaan lahan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan penggunaan lahan dalam sektor permukiman dan industri mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base).

BAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Navigasi merupakan hal yang sangat penting dalam lalu lintas udara untuk mengarahkan pesawat dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam prakteknya pesawat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan terhentinya arus lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM TRACKING ARMADA

BAB III SISTEM TRACKING ARMADA BAB III SISTEM TRACKING ARMADA Pada Bab ini akan dibahas mengenai penjelasan tentang konsep sistem tracking armada, baik itu klasifikasi tracking maupun perbandingan sistem tracking armadanya. 3.1 KLASIFIKASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari biasanya akan ada kesulitan ketika mencari objek pada suatu area tertentu yang tertutup. Misalnya saat mencari anak di dalam mall yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik 83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara jenis fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur yang ditentukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN SARANA TRANSMISI TELEKOMUNIKASI INTERNASIONAL PADA SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT (SKKL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa untuk meningkatkan peranan telekomunikasi dalam menunjang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI [LN 1999/154, TLN 3881]

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI [LN 1999/154, TLN 3881] UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI [LN 1999/154, TLN 3881] BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 47 11 ayat (1) 1, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda

Lebih terperinci

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 Pengukuran Detil Situasi dan Garis Pantai

Lebih terperinci

COMMAND CENTER DAN DATA WAREHOUSE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010

COMMAND CENTER DAN DATA WAREHOUSE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010 COMMAND CENTER DAN DATA WAREHOUSE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010 RAPAT KOORDINASI DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN YOGYAKARTA, 20-23 OKTOBER 2010 PENDAHULUAN Kementerian Perhubungan sebagai

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI SISTEM PENJEJAKAN POSISI DENGAN GPS MELALUI JARINGAN GSM-CSD BERBASIS VISUAL BASIC TUGAS AKHIR

PEMROGRAMAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI SISTEM PENJEJAKAN POSISI DENGAN GPS MELALUI JARINGAN GSM-CSD BERBASIS VISUAL BASIC TUGAS AKHIR PEMROGRAMAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI SISTEM PENJEJAKAN POSISI DENGAN GPS MELALUI JARINGAN GSM-CSD BERBASIS VISUAL BASIC TUGAS AKHIR Oleh YULIANTO SETIAWAN 0405230515 TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UU 3/1989, TELEKOMUNIKASI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 3 TAHUN 1989 (3/1989) Tanggal: 1 APRIL 1989 (JAKARTA) Sumber: LN 1989/11; TLN NO. 3391 Tentang: TELEKOMUNIKASI Indeks: PERHUBUNGAN. TELEKOMUNIKASI.

Lebih terperinci

GPS(GLOBAL POSITIONING SYSTEM) DALAM GRAF

GPS(GLOBAL POSITIONING SYSTEM) DALAM GRAF GPS(GLOBAL POSITIONING SYSTEM) DALAM GRAF Pada jaman sekarang ini teknologi satelit sudah semakin maju dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh yakni GPS (Global Positioning System)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Global Positioning System(GPS) merupakan sistem navigasi satelit gratis yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Sistem ini menggunakan 24 satelit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara maju lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara maju lainnya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi perikanan sudah sangat berkembang pesat di negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara maju lainnya. Nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri, transportasi merupakan salah satu aktivitas utama dalam sistem logistik dan memiliki peranan yang penting dalam perusahaan. Transportasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMATAN DAN PENGELOLAAN DATA METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga nuklir merupakan salah satu jenis energi yang saat ini menjadi alternatif energi potensial. Pemanfaatan teknologi nuklir saat ini telah berkembang di berbagai

Lebih terperinci

TELEKOMUNIKASI SATELIT

TELEKOMUNIKASI SATELIT TELEKOMUNIKASI SATELIT Asep Munawarudin Asep.munawardudin@raharja.info Abstrak Satelit adalah salah satu media komunikasi yang banyak digunakan saat ini. Sebagai salah satu media yang banyak digunakan,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SFEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SFEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2000 TENTANG PENGGUNAAN SFEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi data telah menjadi layanan utama pada sistem telekomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi data telah menjadi layanan utama pada sistem telekomunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perkembangan teknologi saat ini kebutuhan manusia untuk informasi data semakin berkembang. Perkembangan teknologi ini mengganti komunikasi suara yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1991 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1991 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1991 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa untuk lebih meningkatkan peranan telekomunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gempa bumi merupakan bencana alam yang berdampak pada area dengan cakupan luas, baik dari aspek ekonomi maupun sosial. Pada beberapa tahun terakhir, banyak peneliti

Lebih terperinci

AKUISISI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DENGAN KOMPUTER PADA MODEL KAPAL SEBAGAI SARANA PENELITIAN

AKUISISI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DENGAN KOMPUTER PADA MODEL KAPAL SEBAGAI SARANA PENELITIAN AKUISISI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DENGAN KOMPUTER PADA MODEL KAPAL SEBAGAI SARANA PENELITIAN Muh. Taufiqurrohman Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang terus berkembang saat ini, kebutuhan manusia akan informasi mencakup banyak hal, salah satunya adalah kebutuhan akan informasi lokasi.

Lebih terperinci

GLOBAL POSITION SYSTEM (GPS)

GLOBAL POSITION SYSTEM (GPS) MAKALAH GLOBAL POSITION SYSTEM (GPS) Diajukan Untuk Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Radar dan Navigasi Nama : Djatnika Permana Tingal NIM : 086712251011 Jurusan : Teknik Elektro SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang letaknya tepat pada ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Selain itu, Indonesia

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor: 166, Tambahan Le

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor: 166, Tambahan Le No.606, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Telekomunikasi Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serikat untuk membuat penilai infrastruktur di Australia. sekalipun pemerintah SBY sudah membentuk MP3EI untuk pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Serikat untuk membuat penilai infrastruktur di Australia. sekalipun pemerintah SBY sudah membentuk MP3EI untuk pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Amerika Serikat, sejak tahun 1998, ASCE telah mempublikasikan tiga laporan struktur dan sejumlah laporan status yang dimutakhirkan datanya sehingga berpotensi untuk

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si PERTEMUAN 14 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si POKOK BAHASAN Pengertian dampak konvergensi media pada kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI KHUSUS UNTUK KEPERLUAN INSTANSI PEMERINTAH ATAU BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING Jarot Mulyo Semedi disampaikan pada: Workshop Continuing Professional Development (CPD) Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota Jakarta, 7 Oktober 2016 Isi Presentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan salah satu perusahaan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi

Lebih terperinci

PEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA

PEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA PEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA By : I PUTU PRIA DHARMA APRILIA TARMAN ZAINUDDIN ERNIS LUKMAN ARIF ROHMAN YUDITH OCTORA SARI ARIF MIRZA Content : Latar Belakang Tujuan Kondisi Geografis Indonesia Metode

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG Winardi Puslit Oseanografi - LIPI Sekilas GPS dan Kegunaannya GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAMATAN DAN PENGELOLAAN DATA METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S. Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang) Jl. Raden Saleh, 43 jakarta 10330 Phone : 62.021.3143080 Fax. 62.021.327958 E-mail : Coremap@indosat.net.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan metode terestris dan ekstra-terestris. Penentuan posisi dengan metode terestris dilakukan dengan

Lebih terperinci

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 PERNYATAAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN FEDERASI RUSIA KEDIAMAN PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS

BAB II PROSES BISNIS BAB II PROSES BISNIS 2.1. Proses Bisnis Utama PT Rahadjasa Media Internet (RadNet) merupakan perusahaan penyedia jasa layanan internet (Internet Service Provider-ISP). Seiring dengan berkembangnya waktu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

AKUISISI DATA TITIK GEOARKINDO 2016

AKUISISI DATA TITIK GEOARKINDO 2016 AKUISISI DATA TITIK GEOARKINDO 2016 BEBERAPA CARA AKUISISI DATA TITIK CAGAR BUDAYA Akuisisi Data Titik Menggunakan GPS GPS Handheld GPS Geodetik Akuisisi Data Titik dari Peta Tematik Arkeologi Akuisisi

Lebih terperinci