PENGARUH MONEY POLITIC TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN SIMEULUE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MONEY POLITIC TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN SIMEULUE"

Transkripsi

1 PENGARUH MONEY POLITIC TERHADAP PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN SIMEULUE KOMISI PEMILIHAN UMUMM KABUPATEN SIMEULUE TAHUN 2015

2 i KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, sumber segala kekuasaan dan kehendak di semesta alam, yang mengajari manusia dari apa yang tak pernah diketahuinya. Shalawat beserta Salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, para sahabat dan pengikutnya, Amin Ya Rabbal Alamin. Penelitian dan kajian money politic dalam konteks Pemilihan Umum baik Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRA dan DPRK maupun Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, karya tulis ini didasari Surat Ketua KPU RI Nomor 155/KPU/2015 tanggal 06 April 2015 perihal Pedoman Riset tentang Partisipasi dalam Pemilu dan Surat Ketua KIP Aceh Nomor 273/1034 tanggal 12 Mei 2015 perihal Tindak Lanjut Pertemuan tentang Pedoman Riset Partispasi Masyarakat Dalam Pemilu. Menyelesaikan karya tulis ini bagi kami, rasanya merupakan suatu anugerah yang sangat berharga dan hampir hampir tak terbayangkan. Harus diakui setelah melalui proses panjang dan dengan usaha yang cukup melelahkan, karya tulis ini akhirnya dapat hadir di hadapan pembaca. Terkait dengan penyusunan karya tulis ini, upaya-upaya yang telah dilakukan KPU Kabupaten Simeulue adalah melaksanakan riset ataupun penelitian agar mengetahui penyebab terjadinya fenomena politik uang (money politic) dalam penyelenggaraan pemilihan umum 2014 di Kabupaten Simeulue. Kami menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu diperlukan kritik dan saran dari berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kinerja KPU Kabupaten Simeulue. Semoga upaya yang telah dilakukan mendapat Rahmat dan Hidayah dari Allah SWT. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Sinabang, Juli 2015 Ketua, CHAIRUDDIN. T, SE

3 i Daftar Isi Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi i ii Bab I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian. 4 E. Telahaan Pustaka.. 4 F. Kerangka Teoritik. 5 G. Metode Penelitian.. 6 H. Sistematika Pembahasan. 9 Bab II DESKRIPSI PENELITIAN DAN OBYEK PENELITIAN.. 10 A. Letak Geografis B. Keadaan Penduduk C. Keadaan Tingkat Kesejahteraan.. 11 D. Jumlah Pemilih. 12 E. Tata Pemerintahan Desa. 13 Bab III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan Bab IV KESIMPULAN DAN SARAN Daftar Pustaka Lampiran - Lampiran i

4 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pengertian Money Politics ada beberapa alternatif pengertian. Diantaranya, suatu upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagibagikan uang baik milik pribadi partai politik dan tim sukses untuk mempengaruhi suara pemilih (vooters). Pengertian ini secara umum ada kesamaan dengan pemberi uang atau barang kepada seseorang karena memiliki maksud tertentu yang tersembunyi dibalik pemberian itu. Jika tujuan tertentu tidak ada maka pemberian uang atau hadiah akan dilakukan. Pratek semacam ini jelas bersifat ilegal dan merupakan kejahatan, konsekwensinya apabila ditemukan bukti-bukti terjadinya praktek politik uang akan terjerat undang-undang anti suap yang terdapat pada pasal 73 ayat 3 Undang-undang No.3 Tahun 1999 dengan hukuman maksimal 3 tahun penjara. Perpolitikan lokal selalu melahirkan dinamik, hal ini menuntut partai politik (parpol) sebagai instrumen demokrasi harus menyelaraskan platform politiknya terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Tak sedikit perubahan tersebut menjadi tantangan bagi parpol. Sebut saja bagi golongan Putih (golput) yang muncul akibat ketidak percayaan kelompok ini kepada parpol, kini di masayarakat juga muncul kecendrungan menginginkan figur-figur baru sebagai pemimpin, tentunya figur yang membawa perubahan. Hal ini membuktikan masyarakat masih bersifat apatis menantikan perbaikan dan bosan dengan janji-janji politik, keberadaan golput di sejumlah pemilu maupun

5 2 pemilihan kepala daerah makin mengukuhkan ketidakpastian kepada rakyat terhadap janji parpol. Secara global jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun lalu memprediksikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parpol turun drastis, ini akibat masyarakat memandang komitmen pertanggungjawaban parpol terhadap konstituennya masih sangat minim sehingga membuat para pemilih menjadi tidak respek terhadap parpol. Dengan adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap para calon pemimpin memberikan efek negatif bagi para elit-elit dengan menghambur-hamburkan uang dalam waktu sekejab demi kekuasaan semata dan sebaliknya adalah sangat menggiurkan bagi masyarakat meskipun sesaat, karena itu juga masyarakat merasa berhutang budi pada calon yang memberikan uang tersebut. Dengan cara Money Politics hanya calon yang memiliki dana besar yang dapat melakukan kampanye dan sosialisasi ke seluruh Indonesia, ini memperkecil kesempatan bagi kandidat perorangan yang memiliki dana terbatas walaupun memiliki integritas tinggi sehingga mereka tidak akan dikenal masyarakat yang saat ini Kabupaten Simeulue memerlukan pergantian elite politik Panwas secara bertingkat dari pusat, provinsi, kabupaten kota hingga kecamatan juga saling mengawasi. Panwas pusat dapat menegur dan menghentikan panwas provinsi demikian pula dari tingkat provinsi kepada kabupaten/kota atau panwas kabupaten/kota kepada panwas tingkat kecamatan dan desa. Penyelenggaran Pemilhan Umum harus siap karena Pemilihan Kepala Daerah Mendatang menampilkan kultur politik dari partai oriented ke kandidat oriented, sementara dengan kondisi yang ada kandidat kepala daerah dan wakil Kepala Daerah

6 yang ada harus mampu mendanai partai sebagai timbal balik pencalonan. Akibatnya 3 terjadi perlombaan untuk mengumpulkan uang dari berbagai sumber sehingga mendorong adanya korupsi pada tingkat masyarakat. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut : 1. Apakah Money Politics dalam Pemilihan Umum 2014? 2. Bagaimana Money Politics Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRA dan DPRK maupun Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah? 3. Sejauh Mana Praktik Money Politics Pada Pemilihan Umum Tahun 2014? 4. Mengapa Money Politics dapat menjadi ancaman? C. TUJUAN PENELITIAN Secara Umum, Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk menjelaskan apakah Money Politics (Politik Uang) 2. Untuk mengetahui bagaimana money politik pada Pemilu tahun 2014 di Kabupaten Simeulue. 3. Untuk menjelaskan sejauh mana pengaruh Money Politic terhadap partisipasi Politik pada Pemilu 2014 di Kabupaten Simeulue.

7 4 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis - Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti peneliti lain yang ingin mengembangkan dunia sosial dan politik. - Penelitian ini di harapakan dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan permaslahan sejenis atau bersangkutan. 2. Manfaat Praktis. - Untuk pembelajaran bagi masyarakat agar lebih aktif dalam berpartisipasi mengikuti pemilu. - Agar pemerintah lebih aktif mensosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat baik kalangan atas, menengah, ataupun bawah mengenai pentingnya penjoblosan pemilu. E. TELAAHAN PUSTAKA 1. Karya Miriam Budiarjo dengan Judul Partisipasi Politik Tahun Karya Mirian Budiarjo dengan judul Partisipasi & Partai Politik Sebuah Bunga Rampai Tahun Karya Samuel P. Huntington dan Joal Nelson Partisipasi Politik di Negara Berkembang

8 4. Karya Saiful Huda Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilukada 2012 Kabupaten Pati (Studi Kasus di Desa Tegal Harjo Kecamatan Trangkil). 5 F. KERANGKA TEORITIK 1. Teori Politik Uang (Money Politik) Politik uang (money politik) adalah semua tindakan yang disengaja oleh seseorang atau kelompok dengan memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang supaya menggunakan hak pilihnya dengan cara memilih calon tertentu atau tidak menggunakan hak pilihnya dengan tidak memilih calon atau dengan sengaja menerima atau memberi dana kampanye dari atau kepada pihak-pihak tertentu. 2. Teori Partisipasi Politik Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam berdemokrasi. Partisipasi merupakan taraf partisipasi warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan politik baik yang bersifat aktif maupun pasif bersifat langsung maupun yang tidak langsung guna mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam masyarakat untuk tujuan tertentu. 3. Teori Keagamaan Mengenai money politic, sejauh ini semua agama yang ada di Indonesia tidak setuju dengan praktek tersebut, dikarenakan praktek money politic adalah praktek suap menyuap yang bertentangan dengan norma-norma agama sehingga praktek tersebut dapat dikatakan perbuatan haram yang tidak sesuai dengan ajaran agama, khususnya ajaran agama Islam yang tertuang dalam Al Qur an, surat Al Maidah ayat 42 dan surat Al Baqarah ayat 188.

9 6 G. METODE PENELITIAN. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang terjun langsung ke lokasi yang menjadi obyek penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan metode Kuantitatif dengan penyebaran quisioner (angket) kepada responden. 2. Sifat Penelitian. Sifat penelitian yang digunakan oleh tim dalam menyusun makalah ini adalah Emoiris Analitik, yaitu suatu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan, menjelaskan dan memaparkan fakta fakta seadanya (faat finding) serta menemukan koreksi antara yang satu dengan yang lainnya yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teori atau kaidah umum yang telah berlaku. 3. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, tim menggunakan pendekatan sosiologi politik yaitu pendekatan yang lebih mengukur atau menilai sosial politik masyarakat Kabupaten Simeulue dengan menggunakan bantuan teori yang sesuai atau berhubungan dengan judul penelitian yaitu Pengaruh Money Politic Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilu Tahun 2014 di Kabupaten Simeulue. 4. Subjek Penelitian Penelitian adalah untuk menentukan individu ataupun kelompok yang menjadi obyek dalam penelitian itu sendiri sangatlah penting.

10 7 Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah masyarakat Kabupaten Simeulue yang dianggap sudah dapat memilih dalam pemilu 2014 yang kemudian diambil sample 200 responden yaitu 20 orang per kecamatan. 5. Sumber Data. a. Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, yaitu mengumpulkan data primer dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam bentuk quisioner (angket). b. Data Sekunder. Data sekunder merupakan data atau informasi kedua yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data itu berupa Dokumen Dokumen seperti rekapitulasi jumlah pemilih, jumlah TPS, jumlah responden maupun aktivitas sosial dan politik masyarakat. Selain itu data sekunder lainnya dengan melakukan kajian pustaka yang bersumber dari buku-buku, karya ilmiah, jurnal, koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 6. Teknik Pengumpulan Data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalan rangka mencapai tujuan penelitian untuk memperoleh data tersebut, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

11 8 a. Observasi. Suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap suatu obyek yang di teliti dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh politik uang terhadap partisipasi politik masyarakat Kabupaten Simeulue pada pemilu Dengan hasil observasi ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memetakan pertanyanpertanyaan (quisioner) yang akan disebutkan kepada sejumlah responden. b. Daftar Pertanyaan/angket (quisioner) Daftar pertanyaan ( quisioner) adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk tujuan khusus yang memungkinkan seorang analis untuk mengumpulkan data dan pendapat dari para responden yang telah dipilih. Daftar pertanyaan ini kemudian akan dibagikan kepada para responden yang akan mengisinya sesuai dengan pendapat mereka. Teknis penyebaran angket (kuisioner) kepada sejumlah orang yang dijadikan sample menggunakan metode Purposive Random Sampling, yakni tekni pengambilan sample diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseoarang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitinya. c. Wawancara. Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh data tambahan dan memperkuat hasil quisioner dalam penelitian ini. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan metode wawancara santai (tidak terstruktur) dengan beberapa orang yang memang

12 berkapasitas dan patut untuk dimintai keterangan mengenai permasalahan yang peneliti ambil Analisis Data. Data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian dimaksudkan untuk mengetahui atau menjawab dari pokok masalah dalam penelitian ini. Analis data ini digunakan untuk mengolah data yang telah ditemukan peneliti selama melakukan penelitian yang nantinya akan dirumuskan dan dapat mengambil kesimpulan tentang permasalahan yang diteliti. H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Untuk memudahkan dalam membaca Makalah ini, Penulis merancang serta membuat Sistematika Pembahasan sebagai berikut: BAB I adalah Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan, telahaan pustaka, kerangka teoritik metode penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II adalah Dekrepsi Daerah penelitian dan obyek penelitian yang meliputi letak geografis, keadaan penduduk, keadaan tingkat kesejahteraan jumlah pemilih, tata pemerintahan desa. BAB III adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV adalah Kesimpulan dan Saran.

13 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Respoden Penelitian Sebelum dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang pengaruh money politik terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum 2014 di Kabupaten Simeulue, terlebih dahulu akan dibahas tentang karakteristik responden penelitian sebagai berikut: Tabel 3.1 Karakteristik Responden Penelitian No Karakteristik Responden Kategori Frekuensi Prosentase (%) 1. Umur Tahun 43 22, Tahun , Tahun 45 23,1 61 Tahun ke atas 7 3,6 Jumlah Jenis Kelamin Laki-Laki ,4 Perempuan 46 23,6 Jumlah Agama Islam Non Islam - - Jumlah Pendidikan SD 32 16,4 SLTP 49 25,1 SMU 86 44,1 Diploma 14 7,2 Strata ,2 Jumlah Pekerjaan Swasta 74 37,9 PNS 17 8,7 Petani 49 25,1 Nelayan 7 3,6 IRT 29 14,9 Lain-lain 19 9,7 Jumlah Sumber: data primer diolah, 2015

14 Berdasarkan karakteristik responden penelitian yang merupakan masyarakat Kabupaten Simeulue diketahui bahwa dari karakteristik umur responden sebagian besar responden penelitian berumur antara Tahun (51,3%) dan hanya 7 responden (3,6%) yang mempunyai umur 61 tahun ke atas. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Simeulue yang mempunyai hak pilih dari Pemilihan Umum termasuk dalam kategori usai dewasa dan produktif, sehingga pola pemikiran dan pertimbangan dalam melakukan pemilihan terhadap partai politiknya sudah matang. Pada kategori jenis kelamin dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat peserta pemilihan umum di Kabupaten Simeulue mempunyai jenis kelamin laki-laki, hal ini terlihat dari responden penelitian bahwa 76,4% atau 149 orang mempunyai jenis kelamin laki-laki dan hanya 23,6% atau 46 orang mempunyai jenis kelamin perempuan. Banyaknya responden dengan jenis kelamin laki-laki ini menunjukkan partisipasi lakilaki dalam mengikuti pemilihan umum tahun 2014 di Kabupaten Simeulue cukup besar, hal ini dikarenakan laki-laki merupakan tulang punggung keluarga yang mempunyai kewajiban menentukan masa depan keluarga, sehingga dengan mengikuti pemilihan umum dapat merubah kesejahteraan keluarga. Karakteristik responden penelitian dilihat dari agama diketahui bahwa seluruh responden penelitian ini beragama Islam (100%), hal ini disebabkan mayoritas masyarakat di Kabupaten Simeulue menganut

15 agama Islam, dan agama Islam menjadi agama mayoritas di Negara Indonesia yang penyebarannya hampir merata di seluruh pelosok Nusantara. Distribusi tingkat pendidikan responden penelitian yang merupakan warga Kabupaten Simeulue diketahui bahwa sebagian besar responden penelitian mempunyai pendidikan terakhir pada tingkat SMU (44,1%) dan untuk pendidikan pada tingkat Diploma maupun Strata-1 hanya 7,2% atau 14 responden. Hal ini menunjukkan bahwa program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah Indonesia sudah cukup berhasil, karena hampir sebagian besar masyarakat di Kabupaten Simeulue sudah mendapatkan pendidikan maksimal sampai dengan tingkat SLTP, meskipun hanya sebagian kecil masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Dilihat dari sektor pekerjaan, mayoritas masyarakat di Kabupaten Simeulue mempunyai pekerjaan pada sektor swasta. Hal ini terlihat dari distribusi data responden penelitian sebanyak 74 responden (37,9%) mempunyai pekerjaan pada sektor swasta dan hanya 3,6% atau 7 responden yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan. Swasta merupakan sektor pekerjaan yang menjadi favorit masyarakat di Kabupaten Simeulue, hal ini disebabkan dengan semakin baik pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Simeulue, maka semakin berkembang pula industri-industri yang dapat menyerap sumber daya manusia, sehingga dengan

16 pertimbangan resiko yang rendah, banyak masyarakat di Kabupaten Simeulue yang bekerja pada sektor swasta. 2. Pengaruh Money Politik terhadap Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014 di Kabupaten Simeulue Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh money politik terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum 2014 di Kabupaten Simeulue dilakukan secara deskriptif, dengan analisis ini diharapkan dapat diketahui kecenderungan masyarakat di Kabupaten Simeulue dalam pemilihan umum Adapun analisis terkait dengan status terdaftar sebagai pemilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum/Wakil Presiden tahun 2014 diketahui sebagai berikut: 1,03% 0,51% 0,51% 97,95% Terdaftar Tidak Terdaftar Tidak Tahu Ragu-Ragu Gambar 3.1 Status Terdaftar sebagai Pemilih pada Pemilihan Umum Terkait dengan status terdaftar sebagai pemilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan

17 Pemilihan Umum/Wakil Presiden tahun 2014 diketahui bahwa 97,95% masayrakat di Kabupaten Simeulu menyatakan sudah terdaftar dalam status terdaftar sebagai pemilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum/Wakil Presiden tahun 2014 dan hanya 0,51% yang tidak terdaftar sebagai peserta dalam pemilihan umum tahun Hal ini menunjukkan bahwa kerja keras Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai panitia penyelenggara pemilihan umum di Kabupaten Simeulu sudah cukup berhasil dalam melakukan pendataan, sehingga hampir seluruh masyarakat yang mempunyai hak pilih mempunyai kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya melalui pemilihan umum, selanjutnya tanggapan masyarakat terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 diketahui sebagai berikut: 0,51% 99,49% Ikut Memilih Tidak Ikut Memilih Gambar 3.2 Partisipasi dalam Pemilihan Umum

18 Dalam kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 diketahui bahwa hampir seluruh responden (99,49%) menyatakan ikut berpartisipasi dalam masyarakat dalam pemilihan umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden tahun Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dalam kegiatan Pemilihan Umum sangat tinggi, hal ini tentunya disebabkan tingginya minat masyarakat dalam menginginkan perubahan pemerintah menuju yang lebih baik. Dengan adanya partisipasi masyarakat ini, maka pemerintahan yang ada merupakan cermin dari harapan masyarakat Indonesia. Namun, di sisi lain ada sebagian kecil masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya, penyebabnya dapat dilihat pada diagram sebagai berikut: 5,64% 19,49% 12,31% 48,21% 14,36% Tidak Terdaftar dalam Daftar Pemilih Tidak Percaya dengan Partai Politik dan Kandidat Calon Tidak Mendapat Undangan Memilih dari PPS Ada Pekerjaan Lain Tidak Menjawab Gambar 3.3 Alasan Tidak Berpartisipasi dalam Pemilihan Umum

19 Pada kenyataannya meskipun sudah dilakukan pendataan secara mendalam dan terperinci, masih ada beberapa masyarakat yang enggan untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum, adapun alasan tidak menggunakan hak pilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Simeulue dan Pemilihan Umum Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 sebagian besar disebabkan karena tidak terdaftar dalam daftar pemilih. Adanya sebagian masyarakat yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih ini sangat dimungkinkan terjadi karena masih banyak masyarakat di Indonesia yang secara administrasi belum mempunyai Kartu Keluarga atau Kartu Tanda Penduduk. Masyarakat merasa bahwa Kartu Keluarga atau Kartu Tanda Penduduk belum merasa butuh dengan hal tersebut, sehingga adanya masyarakat yang tidak terdaftar dalam daftar pemilihan umum ini menyebabkan mereka tidak dapat berpartisipasi dalam menyampaikan hak suaranya, adapun alasan lain adalah ada pekerjaan lain (12,3%). Adapun pendapat masyarakat tentang pentingnya mengikut pemilihan umum dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berikut:

20 1,54% 2,05% 1,54% 21,54% 73,33% Sangat Perlu Perlu Tidak Perlu Tidak Mau Tahu Tidak Menjawab Gambar 3.4 Tingkat Kepentingan dalam Pemilihan Umum Pendapat masyarakat di Kabupaten Simeulue tentang tingkat kepentingan dalam mengikut pemilihan umum diketahui bahwa mayoritas masyarakat memandang sangat perlu untuk berpartisipasi dalam kegiatan Pemilihan Umum (73,3%) dan hanya sebagian kecil dari masyarakat yang memandang pemilihan umum tidak perlu (2,1%) dan bahkan ada masyarakat yang tidak mau tahu dengan kegiatan pemilihan umum (1,5%). Tingginya jumlah masyarakat yang menganggap penting untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum ini disebabkan masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mulai sadar dalam berdemokrasi, sehingga untuk dapat menyampaikan aspirasinya dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemilihan umum. Adanya beberapa masyarakat yang mengaggap tidak perlu atau tidak mau tahu dengan kegiatan pemilihan umum ini lebih disebabkan karena faktor pengetahuan yang rendah tentang pemilihan umum, sehingga dibutuhkan sosialisasi yang lebih

21 mendalam kepadan masyarakat tentang urgency berpartisipasi dalam pemilihan umum. Terkait dengan hal itu, tanggapan masyarakat tentang adanya sosialisasi politik dari Partai Politik dalam Pemilihan Umum Legislatif/Pilpres 2014 kepada masyarakat diketahui distribusinya sebagai berikut: 3,08% 14,36% 33,33% 49,23% Ada Ada Tetapi Sebagian Partai Tidak Ada Tidak Tahu Gambar 3.5 Sosialisasi Politik pada Masyarakat Sosialisasi politik dari Partai Politik dalam Pemilihan Umum Legislatif/Pilpres 2014 kepada masyarakat senantiasa dilakukan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemilihan umum, hal ini terbukti bahwa mayoritas masyarakat di Kabupaten Simeulue menyatakan adanya sosialisasi politik yang dilakukan oleh sebagian partai (49,23%), namun hanya 3,08% yan menyatakan sosialisasi politik tidak ada. Besarnya sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai ini sangat logis dilakukan, karena dengan adanya sosialisasi politik ini masyarakat mulai mengenai tentang partai-partai yang akan berpartisipasi dalam kegiatan pemilihan umum, sehingga dengan adanya sosialisasi politik ini

22 masyarakat paham tentang visi dan misi yang menjadi tujuan utama partai politik tersebut berpartisipasi dalam pemilihan umum. Adanya sebagian kecil masyarakat yang tidak mengetahui adanya sosialisasi politik ini lebih dimungkinkan karena faktor kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat dan lebih mementingkan kehidupan sendiri, karena hampir di seluruh pelosok daerah senantiasa dilakukan sosialisasi terkait dengan kegiatan pemilihan umum. Sosialisasi politik ini tentunya tidak terlepas dari adanya pihak keluarga dan teman yang memberikan pengaruh dalam menentukan hak pilih pada pemilu legislatif/pilpres tahun 2014 di Kabupaten Simeulue sebagai berikut: 1,03% 5,64% 31,28% 53,33% 8,72% Sangat Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Tahu Tidak Menjawab Gambar 3.6 Sosialisasi Politik oleh Pihak Keluarga dan Teman Adanya sosialisasi dari pihak keluarga dan teman baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh dalam menentukan hak pilih pada pemilu legislatif/pilpres tahun 2014 di Kabupaten Simeulue, namun adanya kedewasaan dari masyarakat yang memahami secara benar arti pemilihan umum maka diketahui bahwa

23 sebagian masyarakat di Kabupaten Simeulue tidak berpengaruh dengan adanya sosialisasi politik yang dilakukan oleh keluarga dan teman (53,3%), namun meskipun seperti itu masih cukup besar pula masyarakat yang masih sangat terpengaruh dengan adanya keluarga dan teman (31,1%). Adanya masyarakat yang masih sangat terpengaruh dengan pihak keluarga dan teman yang memberikan pengaruh dalam menentukan hak pilih pada pemilu legislatif/pilpres tahun 2014 di Kabupaten Simeulue ini disebabkan masih banyak masyarakat yang lebih mengutamakan tokoh dalam masyarakat dan apabila seruan itu disampaikan oleh tokoh masyarakat atau keluarga dan teman akan memberikan dampak yang besar dalam mempengaruhi suara dalam pemilihan umum. Keberhasilan pemilihan umum masih sangat sulit sekali dengan adanya politik uang (money politic), adapun pendapatan masyarakat di Kabupaten Simeulue dengan adanya calon legislatif Tahun 2014 atau tim suksesnya yang memberi uang atau hadia dalam melakukan kampanye agar dipilih diketahui sebagai berikut: 26,67% 1,03% 5,13% 14,36% 52,82% Ada Tidak Ada Tidah Tahu Ragu-Ragu Tidak Menjawab Gambar 3.7 Pemberian Uang atau Hadiah dari Calon Legislatif

24 Keberadaan calon anggota legislatif yang curang dalam pemilihan umum dengan memberikan uang atau hadiah dalam kegiatan kampanye memang masih sulit untuk dihindari, hal ini terlihat bahwa masih ada 14,4% masyarakat yang mendapatkan uang atau hadiah dari calon legislatif atau tim suksesnya dalam kegiatan kampanye, namun meskipun seperti itu mayoritas masyarakat di Kabupaten Simeulue menyatakan bahwa kegiatan pembagian uang atau hadiah dari calon legislatif atau tim suksesnya tidak ada (52,8%). Adanya sebagian kecil masyarakat di Kabupaten Simeulue yang masih menerima uang atau hadiah dari calon legislatif atau tim suksesnya dalam kegiatan kampanye ini sangat mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi yang senantiasa menjerat masyarakat Indonesia, sehingga dengan kondisi semacam ini tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan kecuali menerima uang atau hadiah yang diberikan oleh calon legislatif atau tim suksesnya pada saat kampanye. Hal inipun juga terjadi pada pemlihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2014 sebagai berikut: 1,03% 12,82% 4,62% 11,79% 69,74% Ada Tidak Ada Tidah Tahu Ragu-Ragu Tidak Menjawab Gambar 3.8 Pemberian Uang atau Hadiah dalam Pilpres

25 Adanya politik uang (money politik) sedikit berkurang pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun Hal ini diketahui bahwa dari responden penelitian masih terdapat 11,79% tim sukses dari calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 yang memberi uang atau hadiah dalam melakukan kampanye, namun 69,74% masyarakat menyatakan bahwa dalam kampanye tim sukses dari calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 tidak memberi uang atau hadiah. Penurunan kegiatan politik uang yang dilakukan dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 ini disebabkan masing-masing calon wakil presiden dan wakil presiden memiliki kredibilitas yang kuat, sehingga tanpa adanya politik uang, masyarakat sudah dapat menentukan calon presiden dan wakil presiden yang akan memberikan kemajuan pada masyarakat Indonesia. Tingginya partisipasi masyarakat di Kabupaten Simeulue dalam menggunakan hak pilih saat pemilihan umum legislatif dan Pilpres 2014 tentunya ini bukan hal yang kebetulan, berbagai faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut: 1,54% 4,62% 1,03% 0,51% 92,31% Sadar Akan Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara Karena Memperoleh Imbalan Uang, Hadiah Ajakan Keluarga, Teman dan Timses Partai Tertentu Ikut-Ikutan Tidak Menjawab Gambar 3.9 Faktor Partisipasi dalam Pemilu Legislatif dan Pilpres

26 Saat ini masyarakat sudah mulai memahami tentang kehidupan berdemokrasi, sehingga dalam kegiatan pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden tahun 2014 tidak mudah untuk diintervensi dari berbagai pihak terkait dengan hak pilihnya. Hal ini terlihat dari faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan hak pilih saat pemilihan umum legislatif dan Pilpres 2014 lebih dari 90% masyarakat karena sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara (92,31%) dan hanya 1,54% yang melakukan pemilihan karena faktor imbalan hadiah dan uang. Tingginya kesadaran masyarakat atas hak dan kewajiban sebagai warga negara ini tidak terlepas dari nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan kepada masyarakat untuk senantiasa berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga saat ini kegiatan kampanye dapat dilakukan dengan berbagai media, diantaranya adalah sebagai berikut: 0,51% 6,15% 0,51% 33,85% 58,97% Televisi, Radio dan Surat Kabar Kampanye Lapangan Terbuka Pertemuan Langsung dengan Calon di Ruang Tertutup Tidak Ingat Tidak Menjawab Gambar 3.10 Media dalam Kegiatan Kampanye Dengan adanya kemajuan teknologi informasi, maka pola kegiatan kampanye yang dilakukan untuk melakukan sosialisasi politik kepada

27 masyarakat sangat beranekaragam, hal ini terlihat bahwa 33,85% masyarakat menyatakan bahwa kampanye yang dilakukan dalam pemilu legislatif diketahui melalui televisi, radio dan surat kabar, namun sebagian besar masyarakat mengetahui kampanye dalam pemilihan umum legislatif dilakukan dengan kampanye lapangan terbuka (58,97%). Kegiatan kampanye yang dilakukan di lapangan terbuka ini menjadi pilihan bahwa para calon anggota legislatif karena dapat mengumpulkan masa dalam jumlah yang besar serta efektif dalam menyampaikan orasi atau visi dan misi dari calon anggota legislatif, sehingga mampu berpengaruh langsung terhadap masyarakat. Meskipun seperti itu, dalam kegiatan kampanye masih ada sebagian calon tim sukses yang membagikan uang atau hadiah sebagaimana distribusi sebagai berikut: 1,03% 10,26% 15,38% 37,44% 35,90% Ada Tidak Ada Tidak Tahu Kurang Tahu Tidak Menjawab Gambar 3.11 Pembagian Uang atau Hadiah oleh Tim Sukses Pembagian uang atau hadiah yang dilakukan oleh tim sukses calon anggota legislatif di Kabupaten Simeulue memang tidak dapat dihindari, terbukti bahwa 15,38% masyarakat pernah mendengar atau melihat tim

28 sukses dari calon anggota legislatif yang membagikan uang atau hadiah. Namun meskipun seperti itu sebagian besar masyarakat di Kabupaten Simeulue yaitu sebesar 35,90% dan 37,44% menyatakan tidak tahu dan tidak ada calon anggota legislatif yang membagikan uang atau hadiah. Masih adanya calon anggota legislatif yang membagikan uang atau hadiah kepada masyarakat ini tidak terlepas dari sanksi yang kurang tegas diberikan oleh pemerintah kepada bakal calon anggota legislatif yang benar-benar terbukti melakukan money politik, karena hampir di setiap daerah isu-isu terkait dengan pembagian uang atau hadiah dari tim sukses calon anggota legislatif senantiasa muncul, adapun sikap masyarakat terkait dengan hal itu sangat beragam, diantaranya adalah sebagai berikut: 1,03% 29,23% 11,28% 21,03% 37,44% Dibiarkan Menegur Melaporkan Diam-Diam Saja Tidak Menjawab Gambar 3.12 Sikap Masyarakat dengan Politik Uang Sikap masyarakat terkati dengan adanya kegiatan calon atau tim sukses yang memberikan hadiah atau uang kepada masyarakat sangatlah beragam, namun diketahui di Kabupaten Simeulue terdapat 21,03% yang berusaha menegur dan 37,44% yang melaporkan kepada pihak berwenang.

29 Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Simeulue tidak bertindak apatis terhadap perilaku-perilaku atau tindakan curang dengan memberikan uang atau hadiah kepada masyarakat. Masyarakat sadar bahwa kegiatan-kegiatan semacam itu akan menjadikan pemilihan umum menjadi tidak berkualitas, sehingga akan menghasilkan pemimpin yang tidak berkredibilitas tinggi. Tingkat kesadaran yang tinggi ini tidak terlepas dari alasan kuat masyarakat dalam menentukan pilihan calon anggota legislatif/presiden dan wakil presiden sebagai berikut: 1,03% 11,79% 44,62% 1,54% 41,03% Melihat dari Media Berdasarkan kampanye Tertutup Tidak Menjawab Berdasarkan Kampanye Terbuka Memiliki Pilihan Sendiri Gambar 3.13 Faktor Penentu dalam Pemilihan Banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pemilihan calon anggota legislatif maupun presiden dan wakil presiden. Faktor-faktor tersebut timbul baik dari dalam diri maupun dari faktor dari luar masyarakat. Salah satu faktor kuat yang menentukan masyarakat di Kabupaten Simeulue dalam memilih calon anggota legislatif maupun presiden dan wakil presiden adalah memiliki pilihan sendiri (44,62%), namun tidak sedikit pula masyarakat yang menentukan pilihan

30 berdasarkan kampanye yang dilakukan secara terbuka (41,03%). Hal ini menunjukkan bahwa pada hakikatnya masyarakat di Kabupaten Simeulue sudah mulai sadar dan mampu mengklasifikasikan calon legislatif dan presiden/wakil presiden secara seksama, sehingga dengan kemampuan tersebut masyarakat sudah mampu melakukan pemilihan berdasarkan pilihan sendiri, meskipun masih banyak juga masyarakat yang menentukan pilihan berdasarkan kampanye terbuka. Adapun faktor yang paling mempengaruh masyarakat di Kabupaten Simeulue dalam memilih diketahui sebagai berikut: 5,64% 4,62% 6,15% 83,59% Figur Calon Karena Keluarga Partai Politik yang Mendukung Karena ada Hadiah atau Imbalan Gambar 3.14 Faktor Utama Pemilih Dalam melakukan pemilihan terhadap calon anggota legislatif maupun presiden dan wakil presiden sebenarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat membentuk atau merubah pola pemilihan pada masyarakat. Berdasarkan distribusi tentang faktor utama yang mempengaruhi pola pemilihan masyarakat di Kabupaten Simeulue dikatahui bahwa sebagian masyarakat melakukan

31 pemilihan disebabkan karena faktor figur calon (83,59%) dan hanya sebesar 4,62% yang menjadikan imbalan uang atau hadiah sebagai faktor utama yang menentukan keputusan memilih. Ini memberikan gambaran bahwa masyarakat di Kabupaten Simeulue benar-benar melakukan pemilihan terhadap calon legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden berdasarkan pada figur calon yang mempunyai kredibilitas untuk memimpin, adapun masih adanya masyarakat yang menjadikan imbalan uang atau hadiah sebagai faktor utama ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tersebut tentang pentingnya dilakukan pemilihan umum, sehingga mereka merasa tidak terlalu penting melihat figur calon yang ada. Figur calon merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan, karena banyak pertimbangan dari figur calon yang menjadi dasar masyarakat dalam menentukan pilihan, diantaranya adalah: 6,15% 2,56% 28,21% 63,08% Visi/Misi Calon Nama Baik dan Latar Belakang Calon Hubungan Kekerabatan dengan Calon Memperoleh Imbalan Uang atau Hadiah Gambar 3.15 Pertimbangan Memilih Calon Salah satu pertimbangan masyarakat dalam memilih calon legislatif atau presiden dan wakil presiden disebabkan karena pada faktor figur

32 calon, dan inipun juga sangat beraneka ragam alasan yang disampaikan. Berdasarkan persepsi masyarakat di Kabupaten Simeulue dikatahui bahwa hampir sebagian masyarakat menentukan pilihan pada figur calon berdasarkan visi/misi calon (63,08%) dan hanya 2,56% yang memilih figur calon karena mendapatkan imbalan uang atau hadiah. Visi dan misi calon anggota legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden merupakan sebuah paradigma yang menjadi acuan masyarakat dalam melakukan pilihan. Visi dan misi calon akan menjadi gambaran dari pola kepemimpinan yang akan dilakukan kedepan apabila terpilih, sehingga dengan mempertimbangan visi dan misi dari calon anggota legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden, masyarakat akan memahami pola kepemimpinan yang akan dilakukan kedepan. Namun tetap saja adanya politik uang dalam masyarakat tidak dapat dinafikan, diantaranya dengan memberikan imbalan uang atau hadiah kepada anggota keluarga sebagai berikut: 29,74% 4,10% 10,26% 55,90% Pernah Tidak Pernah Tidak Tahu Ragu-Ragu Gambar 3.16 Imbalan Hadiah atau Uang pada Keluarga

33 Keluarga juga menjadi salah satu faktor bagi masyarakat yang dapat merubah atau menentukan arah pemilihan kepada calon anggota legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden. Oleh karena itu, meskipun secara individu masyarakat tidak terpengaruh dengan adanya politik uang, namun anggota keluarga yang memiliki pemahaman rendah tentang politik dapat saja terjerumus untuk menerima imbalan uang atau hadiah dari tim sukses. Hal ini terlihat bahwa 10,26% dari responden penelitian diketahui bahwa anggota keluarganya pernah menerima imbalan uang atau hadiah dari para peserta pemilihan umum, namun diketahui bahwa mayoritas masyarakat di Kabupaten Simeulue tidak pernah anggota keluarganya pernah menerima imbalan uang atau hadiah dari para peserta pemilihan umum (55,90%). Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah melalui berbagai media yang ada telah berhasil memberikan pendidikan demokrasi, sehingga hampir seluruh masyarakat dapat memahami kerugian dari politik uang, adapun umumnya kegiatan politik uang dilakukan pada waktu-waktu sebagai berikut: 9,23% 3,08% 37,44% 40,51% 9,74% Pada Hari H Seminggu Sebelum Hari H Tidak Menjawab Malam Hari H Jauh Sebelum Hari H Gambar 3.17 Waktu Pelaksanaan Politik Uang

34 Kegiatan money politik (politik uang) dilakukan oleh calon maupun tim sukses calon dan tidak mengenal waktu, bahkan selama ada kesempatan hal itu akan dilakukan. Namun menurut pendapat masyarakat di Kabupaten Simeulue mayoritas masyarakat pernah melihat, mendengar seorang calon atau tim sukses yang memberikan uang atau hadiah kepada masyarakat jauh sebelum hari H (40,51%) dan hanya sebagian kecil dari calon atau tim sukses yang memberikan uang atau hadiah kepada masyarakat pada hari H. Tingginya jumlah calon atau tim sukses yang memberikan uang atau hadiah pada jauh hari sebelum hari H ini disebabkan tingkat kewaspadaan aparatur pemerintahan pada hari-hari yang jauh dari hari H masih bersifat longgar jika dibandingkan dengan pada hari H, sehingga kesempatan tersebut dimanfaatkan secara maksimal oleh para calon atau tim sukses untuk membagikan uang atau hadiah untuk keberhasilan mereka. Upaya yang dilakukan oleh calon atau tim sukses yaitu dengan mendatangi dan mengajak untuk memenangkan salah satu calon, hal ini terlihad dari distribusi sebagai berikut:

35 2,56% 3,08% 0,51% 35,90% 57,95% Pernah Tidak Pernah Tidak Tahu Kurang Tahu Tidak Menjawab Gambar 3.18 Kedatangan Calon atau Tim Sukses Berbagai upaya akan senantiasa dilakukan oleh calon atau tim sukses untuk menang dalam pemilihan umum, salah satunya adalah mendatangi calon memilih untuk memenangkan salah satu calon. Berdasarkan persepsi dari masyarakat di Kabupaten Simeulue diketahui bahwa 35,90% masyarakat pernah didatangi oleh calon atau tim sukses untuk mengajak memenangkan salah satu calon dan sebagian masyarakat berpendapat bahwa calon atau tim sukses tidak pernah mendatangi masyarakat untuk mengajak memenangkan salah satu calon (57,95%). Adanya calon atau tim sukses yang mendatangi masyarakat untuk mengajak memenangkan salah satu calon ini masih dianggap sebagai cara yang cukup efektif dalam meningkatkan jumlah suara, karena sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang akan merasa sungkan apabila didatangi dan dimohon bantuannya, dan bagi sebagian masyarakat bahkan justru mendatangi calon peserti pemilihan umum, sebagaimana gambar berikut:

36 0,00% 10,26% 0,51% 15,90% 73,33% Pernah Tidak Pernah Tidak Tahu Tidak Mau Tidak Menjawab Gambar 3.19 Mendatangi Calon atau Tim Sukses Adanya kebutuhan perekonomian yang cukup mendesak terkadang memaksa masyarakat untuk mendatangi calon atau tim sukses dalam pemilihan umum untuk mendapat imbalan uang atau hadiah sehingga dapat membantuk perekonomian. Hal ini terlihat dari hasil distribusi menunjukkan bahwa 15,90% masyarakat di Kabupaten Simeulue rela mendatangi calon atau tim sukses, namun sebagian masyarakat menyatakan tidak pernah untuk mendatangi calon atau tim sukses (73,33%). Tingginya jumlah masyarakat di Kabupaten Simeulue yang tidak mendatangi calon atau tim sukses pemilu ini disebabkan karena tingginya kesadaran masyarakat akan arti sebuah demokrasi, sehingga mereka tidak akan menjual suaranya dengan harga yang murah hanya dengan imbalan uang atau hadiah. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggaran pemilihan umum sebagai berikut:

37 1,03% 1,03% 1,54% 23,59% 72,82% Sangat Bermanfaat Tidak Bermanfaat Tidak Menjawab Bermanfaat Sangat Tidak Bermanfaat Gambar 3.20 Sosialisasi Penyelenggara Pemilu Sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu tentunya akan memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan ruang lingkup kegiatan pemilihan umum, diantaranya juga adalah berbagai tindakan black campain dan politik uang yang sering kali merebak di seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu lebih dari 90% masyarakat yang merasakan akan manfaat sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu, dan hanya sebagian kecil yang merasakan keberadaan penyelenggaran pemilu tidak memberikan manfaat bagi masyarakat. Tingginya tingkat manfaat yang diperoleh masyarakat dari adanya sosialisasi penyelenggara pemilu ini disebabkan masyarakat menjadi lebih paham bagaimana tata cara dalam mengikuti kegiatan pemilu dan tindakan atau langkah-langkah yang tepat dilakukan untuk menghindari kecurangan dalam kegiatan pemilu, sehingga tingkat kepuasan masyarakat dengan hasil Pemilihan Umum di Kabupaten Simeulue cukup tinggi sebagaimana distribusi berikut:

38 0,51% 1,03% 12,31% 5,13% 81,03% Sangat Puas Puas Tidak Puas Sangat Tidak Puas Tidak Menjawab Gambar 3.21 Kepuasan Hasil Pemilu di Kabupaten Simeulue Pelaksanaan kegiatan Pemilihan Umum di Kabupaten Simeulue dirasa sudah sangat bagus dan mencapai keberhasilan, hal ini terlihat dari pendapat masyarakat yang menyatakan bahwa 81,03% merasa puas dan 5,13% merasakan sangat puas terhadap hasil pemilihan umum di Kabupaten Simeulue, meskipun terdapat 12,31% masyarakat yang masih merasa tidak puas terhadap hasil pemilihan umum di Kabupaten Simeulue. Tingginya tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil Pemilihan Umum di Kabupaten Simeulue ini menunjukkan bahwa masyarakat dapat melakukan pemilihan secara jujur dan adil serta pemilihan dilakukan secara langsung, umum, bebas dan rahasia, adapun masih adanya beberapa masyarakat yang menyatakan tidak puas dengah hasil pemilihan umum ini dirasa masih wajar, karena masih adanya isu-isu terkait dengan politik uang yang merebak di kalangan masyarakat, sehingga hasil pemilihan umum sedikit dirasa ada kekurangan.

39 B. Pembahasan 1. Money Politik dalam Pemilihan Umum MoneyPolitics merupakan suatu upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagi-bagikan uang baik milik pribadi atau partai unatuk mempengaruhi suara pemilih (vooters). Pengertian ini secara umum ada kesamaan dengan pemberian uang atau barang kepada seseorang karena memiliki maksud politik yang tersembunyi dibalik pemberian itu. Jika maksud tersebut tidak ada, maka pemberian tidak akan dilakukan juga. Praktik semacam itu jelas bersifat ilegal dan merupakan kejahatan. Konsekuensinya para pelaku apabila ditemukan bukti-bukti terjadinya praktek politik uang akan terjerat undang-undang anti suap. Perpolitikan lokal selalu melahirkan dinamika. Hal ini menuntut partai politik (parpol) sebagai instrumen demokrasi harus menyelaraskan platform politiknya terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat, sehingga masyarakat muncul kecenderungan menginginkan figur-figur baru sebagai pemimpin.hal ini membuktikan bahwa masyarakat sudah letih menanti perbaikan dan bosan dengan janji-janji politik. Dengan adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap para calon pemimpin memberikan efek negatif bagi para elit-elit dengan menghamburhamburkan uang dalam waktu sekejap, demi kekuasaan semata. Dan sebaliknya adalah sangat menggiurkan juga bagi masyarakat meskipun

40 sesaat, karena itu juga masyarakat merasa berhutang budi pada calon yang memberikan uang tersebut. Dengan cara Money Politics hanya calon yang memiliki dana besar yang dapat melakukan kampanye dan sosialisasi ke seluruh Indonesia. Ini memperkecil kesempatan bagi kandidat perorangan yang memiliki dana terbatas, walaupun memiliki integritas tinggi sehingga mereka tidak akan dikenal masyarakat. Panwas secara bertingkat dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan juga saling mengawasi. Panwas pusat dapat menegur dan menghentikan Panwas provinsi. Demikian pula dari tingkat provinsi kepada kabupaten/kota atau Panwas kabupaten/kota kepada Panwas tingkat kecamatan. Penyelenggara pemilu harus siap karena pemilihan presiden mendatang menampilkan perubahan kultur politik dari partai oriented ke kandidat oriented. Sementara dengan kondisi yang ada, kandidat presiden harus mampu mendanai partai sebagai imbal balik pencalonan. Akibatnya yang muncul adalah perlombaan untuk mengumpulkan uang dari berbagai sumber dan tidak mendorong pemberantasan korupsi yang dibutuhkan masyarakat. 2. Money Politik Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum Dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum secara umum, banyak terjadinya perbuatan politik uang (Money Politics) yang ikut mewarnai acara pesta dan peta demokrasi yang berlangsung di negara

41 ini. Money Politics banyak membawa pengaruh akan peta perpolitikan Nasional serta juga dalam proses yang terjadi dalam pesta politik. Dalam norma standar demokrasi, dukungan politik yang diberikan oleh satu aktor terhadap aktor politik lainnya didasarkan pada persamaan preferensi politik dalam rangka memperjuangkan kepentingan publik. Dan juga setiap warga negara mempunyai hak dan nilai suara yang sama (satu orang, satu suara, satu nilai). Namun, melalui Money Politics dukungan politik diberikan atas pertimbangan uang dan sumber daya ekonomi lainnya yang diterima oleh aktor politik tertentu. Dalam politik uang (Money Politics) pemilihan kepala daerah baik untuk mengisi jabatan Gubernur atau Wakil Gubernur, jabatan Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota terdapat beberapa hal yang mungkin tidak di ketahui oleh umum. Praktek politik ini sangat tertutup yang hanya di ketahui oleh para calon atau orang-orang yang berada disekitarnya. Dalam permainan politik uang (Money Politics), seorang calon kepala daerah berserta tim suksesnya (TIMSES) harus menguasai benar kondisi di lapangan. Pertimbangan hati-hati ini dilakuakan oleh para calon agar uang yang tersedia diberikan kepada orang yang tepat sasarannya. Kalau penggunaan uang tidak hati-hati bukan hanya salah sasaran berakibat uang hilang percuma saja, tetapi sangat beresiko apabila informasi jatuh kepada mereka yang tidak dapat dipercaya, dalam pemberian uang kepada pemilih dalam membeli suara calon pemilih.

42 Apabila uang jatuh kepada kelompok yang tidak dapat dipecaya, maka boleh jadi akan menjadi bumerang apabila kelak terpilih dengan suara terbanyak akan mendapat perlawanan dari kelompok yang kalah. Terutama banyaknya pengungkitan dari pihak lawan akan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak kandidat yang menang dalam pemilihan kepala daerah. Pada semua tingkatan yang ada. Biasanya kelompok yang kalah akan berusaha mendapatkan bukti-bukti tentang adanya bukti praktek uang (Money Politics) tersebut guna mereka untuk mencari keuntungan bagi pihakpihak kandidat yang kalah dalam acara pesta demokrasi tersebut. Dalam pelaksanaan Pemilu perlu ditampakan bahwa asas jurdil ini merupakan sesuatu yang benar-benar diterapkan.melihat pengertian asas Jurdil ini disatu pihak dan asas Luber pihak lain, keduanya memiliki pengertian yang berbeda, namun sangat erat kaitannya. Dalam pembahasan ini maka sewajarnyalah sebuah Pemilu harus menggunakan asas JURDIL dan LUBER, guna terciptanya sebuah demokrasi serta pesta demokrasi yang sehat dan sesuai dengan amanat UUD 1945 dan juga sesuai dengan amanat rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari praktek KKN. Dalam pilkada yang ada maupun pemilu secara umum maka asas ini (JURDIL serta LUBER) hanyalah sebuah slogan belaka, karena pada dasarnya Money Politics merupakan sebuah sistem yang tidak akan pernah hilang dalam proses demokrasi Indonesia dan hal ini akan terus menerus terjadi dan dilakukan oleh para calon dan Jurkam serta Timses masing-

43 masing calon dalam pilkada dan pemilu guna mencari perhatian serta suara dari para calon pemilih untuk memenangkan mereka dalam PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) dan PEMILU (Pemilihan Umum). Walaupun adanya partai politik yang berasaskan Islam akan tetapi praktek Money Politics ini tetap ada walau dikemas dalam agenda yang sangat rapi. Akan tetapi juga ada juga partai politik yang memang benar-benar mereka tidak melakukan politik uang (Money Politics). Oleh karena itu, pemegang kedaulatan adalah pemilik uang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri dan bukan lagi rakyat mayoritas. Di tengah gelombang demokratisasi yang gencar belakangan ini, maraknya Money Politics bisa mempermudah masuknya penetrasi politik melalui uang. Maka dengan demikian, Pilkada dengan sistem Money Politics akan terus terjadi kejadian yang paling umum dalam praktek politik uang (Money Politics) adalah pembelian suara menjelang hari pemilihan,artinya, masing-masing calon mengadakan pendekatan kepada para anggota DPRD. Pendekatan dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui perantara orang ketiga. Pada saat inilah transaksi dilakukan baik dengan memberikan uang kontan ataupun dengan suatu janji atau pemberian atas pemberian. Ada hal yang menarik bahwa umumnya para anggota DPRD lebih menginginkan uang kontan dari pada cheque. Akibatnya, jangan heran kalau uang kontan berdampak lebih ampuh dibandingkan dengan penggunaan selembar cheque. Karena itu harga suara itu sangat mahal apabila seorang bakal calon kepala daerah berasal dari anggota TNI/

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India menjadikan Pemilihan Kepala Daerah sebagai salah satu indikator pelaksanaan demokrasi berbasis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum hampir tidak mungkin dilaksanakan tanpa kehadiran partai-partai politik di tengah masyarakat. Keberadaan partai-partai politik juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 tahun ke atas atau telah menikah. Responden tersebut telah memiliki

Lebih terperinci

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sebelumnya pemilihan Calon /wakil Gubernur Sumatera sudah terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. karena sebelumnya pemilihan Calon /wakil Gubernur Sumatera sudah terlaksana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan secara langsung bukanlah hal yang baru bagi rakyat Indonesia, karena sebelumnya pemilihan Calon /wakil Gubernur Sumatera sudah terlaksana pada tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014

Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia. Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Lembaga Survei Indonesia - IFES Indonesia Survei Nasional Pasca Pemilihan Umum Presiden 2014 Oktober 2014 Temuan Utama Masyarakat Indonesia secara umum memberikan penilaian yang positif terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. HASIL RISET PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 Solo, 20 November 2013 Yth. Menteri Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELANTIKAN PANWASLU KECAMATAN SE- KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 TANGGAL 10 JUNI 2015

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELANTIKAN PANWASLU KECAMATAN SE- KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 TANGGAL 10 JUNI 2015 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELANTIKAN PANWASLU KECAMATAN SE- KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 TANGGAL 10 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Untuk menganalisis mengapa masyarakat memilih tidak menggunakan hak pilihnya dalam pilkades (golput) diuraikan

Lebih terperinci

IMAGOLOGI POLITIK SKRIPSI. Oleh : WAHYUDI AULIA SIREGAR NIM : : Drs. P. Anthonius Sitepu, MSi

IMAGOLOGI POLITIK SKRIPSI. Oleh : WAHYUDI AULIA SIREGAR NIM : : Drs. P. Anthonius Sitepu, MSi IMAGOLOGI POLITIK (Studi Deskriptif Tentang Opini Publik Terhadap Pencitraan Politik Dalam Meningkatkan Tingkat Elektabilitas Politik Pada Pemilu Presiden 2009 di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

Draft Peraturan KPU tentang Pencalonan Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESI

Draft Peraturan KPU tentang Pencalonan Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESI Draft Peraturan KPU tentang Pencalonan Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESI TAHAPAN DALAM PENCALONAN 1. Pendaftaran Bakal Calon 2. Uji Publik 3. Pendaftaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015 TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015 Oleh : Tedi Erviantono (Dosen Prodi Ilmu Politik FISIP Universitas Udayana) Disampaikan dalam Munas Forum Dekan FISIP se Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUKUM KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi pelanggaran Pemilihan Gubernur Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon 95 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon Kepala Daerah dalam pilkada Sidoarjo 2010 Pemilihan kepala daerah secara langsung

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah

I. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dibangun dan dibentuk dari desa. Desa adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Desa telah memiliki sistem dan mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini informasi dapat di akses dengan sangat mudah. Informasi dapat di akses melalui media elektronik seperti televisi, radio,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan perilaku pemilih memiliki signifikansi yang kuat. Terdapat hubungan positif antara konsumsi

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Bab ini menjelaskan tentang: A. Ketahui Visi, Misi dan Program Peserta Pemilu. B. Kenali Riwayat Hidup Calon.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berakhirnya masa jabatan Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Republik Indonesia maka dimulai jugalah acara pesta demokrasi pemilihan umum untuk presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN

FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN FINAL REPORT RISET PERILAKU POLITIK PEMILIH PADA PEMILU KEPALA DAERAH, PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN DI WILAYAH KABUPATEN MADIUN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MADIUN Alamat e-mail Website : Jl.Raya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Pelanggaran. Kode Etik. Daerah. Pemeriksaaan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

MAKALAH ISLAM. Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU

MAKALAH ISLAM. Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU MAKALAH ISLAM Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU 1 April 2014 Makalah Islam Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU Ahmad Munif (Dosen STAI Indonesia Jakarta) Jum at, 9 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN Oleh: PUSAT STUDI DEMOKRASI DAN HAM ( PuSDekHAM ) FISIP UNISDA LAMONGAN 2015 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI....2 PENGANTAR..3 METODE....5 TEMUAN.6

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG PENGUMUMAN. NOMOR : 94/KPU-Kab /VII/2015

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG PENGUMUMAN. NOMOR : 94/KPU-Kab /VII/2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG PENGUMUMAN NOMOR : 94/KPU-Kab-011.329047/VII/2015 TENTANG PENDAFTARAN PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI BANDUNG TAHUN 2015 Dalam rangka Pemilihan Bupati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa adalah istilah yang digunakan sampai sekarang untuk jenis media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas.

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU

BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU A. Golput Dalam Pemilu Menurut Islam Pemilu beserta hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraannya

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Pemerintahan Daerah dalam. Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemilukada perlu dilakukan untuk

I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Pemerintahan Daerah dalam. Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemilukada perlu dilakukan untuk I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Pemerintahan Daerah dalam pasal 56 dan pasal 119 serta Peraturan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB III DATA RESPONDEN

BAB III DATA RESPONDEN BAB III DATA RESPONDEN A. JENIS KELAMIN RESPONDEN Penelitian ini sebagian besar mengambil kelompok laki-laki sebagai responden. Dari 8 responden yang diwawancarai dan yang ikut FGD, terdapat orang responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN (KERAHASIAAN TERJAMIN) Nomor Angket :... (Diisi peneliti)

IDENTITAS RESPONDEN (KERAHASIAAN TERJAMIN) Nomor Angket :... (Diisi peneliti) IDENTITAS RESPONDEN (KERAHASIAAN TERJAMIN) Nomor Angket :... (Diisi peneliti) Usia :... Tahun Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan Tingkat Pendidikan : 1. SD/MI/Kebawah 4. D1/D2/D3/D4 2. SMP/MTs 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan pesta, yang di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2014. Pemilu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu 7 BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu Utara Untuk melaksanakan tuntutan agenda reformasi Tahun 1998 di bidang politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beranekaragam, mulai dari Presiden, Wakil

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau seringkali disebut Pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci