BAB I PENDAHULUAN. memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008). detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008). detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008). Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005). Sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan kosmetik. Kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada beberapa bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit dan kosmetik yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sebenarnya penggunaan kosmetik ini boleh sepanjang tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak 1

2 2 merusak kehamilan. Untuk menghindari efek samping dari kosmetik maka dianjurkan kepada ibu hamil agar sebaiknya mengkonsultasikan terlebih dahulu hal tersebut kepada spesialis kulit. Sering kali memang kosmetik berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil, masalah yang sering terjadi adalah tubuh lebih mudah berkeringat mengingat meningkatnya proses metabolisme pada tubuh. Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat menghambat dan mengganggu perkembangan janin bahkan dapat menyebabkan keguguran. Itulah bahayanya apabila ibu hamil salah memilih kosmetik, untuk menghindari hal tersebut, perlu pengetahuan tentang kandungan-kandungan zat bernahaya yang terdapat pada kosmetik (Fajar, 2012). Menurut Media Konsumen (2006), belakangan ini jenis kosmetik yang banyak digunakan oleh ibu hamil adalah produk bleaching cream yang dikenal sebagai kosmetik pemutih. Produk ini banyak diminati karena menjanjikan dapat memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat. Hasil sampling dan pengujian kosmetik tahun 2008 terhadap sampel kosmetik menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24%) tidak memenuhi syarat, diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan dilarang terutama Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin B yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah. (Deviana, 2009). Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Jepang bahwa 60% wanita Jepang dan 75% perempuan Cina masih menginginkan warna kulit yang lebih putih/cerah dari warna kulit aslinya, meskipun mereka telah

3 3 memiliki kulit yang putih. Menurut Indarti (2002), mengutip Shannon (1997) hasil test yang dilakukan di Amerika menggambarkan bahwa 88% ibu hamil yang berusia >19 tahun ke atas berusaha mempercantik diri dengan menggunakan kosmetik. Mereka merasa bahwa kosmetik tersebut membuat mereka lebih cantik dan percaya diri (Purnamawati, 2009). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan ibu hamil terhadap bahaya kosmetik saat ini masih sangat kecil, hal ini disebabkan karena ibu hamil tidak pernah melakukan konsultasi kedokter spesialis kulit berkaitan dengan produk kosmetik yang mereka gunakan. Saat hamil, tidak ada salahnya bagi para ibu untuk tetap tampil cantik dan menawan. Namun, dalam hal pemilihan kosmetik saat hamil haruslah hati-hati, mengingat bahan yang terkandung di dalam kosmetik tersebut apakah berbahaya atau tidak bagi kehamilan (Fajar, 2012). Di Provinsi Aceh jumlah ibu hamil yang menggunakan kosmetik berbahaya meningkat dari tahun ketahun, pada tahun 2010 jumlah ibu hamil yang menggunakan kosmetik sebanyak 1892 orang, pada tahun 2012 sebanyak 1902 orang. Hal ini disebabkan karena banyak produk-produk kosmetik yang dijual seperti kosmetik pemutih wajah sudah beredar luas di Aceh, selain itu bagi ibu hamil yang tidak cocok, maka akan timbul flek merah dan gatal-gatal dimuka (Dinkes Aceh, 2011). 3

4 4 Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya, terhadap 10 orang ibu hamil, 7 orang ibu hamil cenderung memiliki masalah dengan kulit, terutama kulit wajah seperti timbulnya hiperpigmentasi atau noda hitam. Hiperpigmentasi timbul karena adanya berbagai sebab antara lain faktor usia, perawatan yang salah dan paparan sinar matahari secara langsung. Berbagai macam merek kosmetika yang beredar dipasaran telah menarik minat ibu-ibu khususnya ibu hamil di daerah tersebut untuk menggunakannya, mereka cenderung mencoba-coba dan berharap kulitnya menjadi putih dan cantik. Kaum ibu-ibu tersebut menggunakan kosmetik sebagai solusi masalah hiperpigmentasi kulitnya tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan dampak dari kosmetik tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti terbatasnya informasi/pengetahuan terhadap bahaya kosmetik pada masa kehamilan. Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya Terahdap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun suatu rumusan masalah yaitu Adakah Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya

5 5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun Tujuan khusus a. Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun b. Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun c. Untuk Mengetahui Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Lain Dapat melanjutkan penelitan mengenai Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil dengan lebih baik dan berwawasan luas serta dengan menambahkan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan judul. 5

6 6 2. Bagi Instansi Pendidikan Sebagai bahan informasi kepada pembaca tentang bahaya kosmetik pada kehamilan. 3. Bagi tenaga kesehatan Sebagai bahan penyuluhan dalam upaya memberikan stimulasi terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pengaruh bahaya kosmetik pada kehamilan.

7 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kosmetik 1. Pengertian Kosmetik Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan.menurut Tranggono sambil mengutip Jellinek dkk (1970) perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005). Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Retno, 2011). Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti ketrampilan menghias, mengatur.defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk 7

8 8 membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008). Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu - bukan hanya obat.selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan bahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh: preparat antiketombe,, antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna kulit (untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat, preparat pengeriting rambut dan lain-lain. 2. Tujuan Penggunaan Kosmetik Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namun juga kepraktisannya didalam penggunaannya (Djajadisastra, 2005). Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit

9 9 dan rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan factor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Djajadisastra, 2005). Seseorang yang menggunakan produk kosmetik tentulah karena adanya daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan terhadap fungsi dari kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian kosmetik itu. Konsumen haruslah selektif dalam memilih produk kosmetik sehingga dampak negatif dari pemakaian kosmetik seperti, kulit wajah menjadi kusam, pucat, kering, pecah-pecah, dan dampak lain dapat dihindari (Djajadisastra, 2005). Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005). 3. Efek samping kosmetik Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang tidak aman pada kulit maupun system tubuh, antara lain: 9

10 10 a. Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik karena salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan. Sejumlah deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik impor Pearl Creamyang mengandung merkuri) dapat langsung menimbulkan reaksi iritasi (Tranggono dkk, 2007). b. Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali, kadang-kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun tidak bagi yang lain (Tranggono dkk, 2007). c. Fotosensitisasi: reaksi negative muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan, zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu bersifat photosensitizer (Tranggono dkk, 2007). d. Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang berminyak. Terutama di negara-negara tropis seperti di Indonesia karena kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri (Tranggono dkk, 2007). e. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik melalui penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau

11 11 penyerapan lewat kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetik itu bersifat toksik (Tranggono dkk, 2007). f. Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh yang lain. Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit (Tranggono dkk, 2007). 4. Penggolongan Kosmetik Kosmetik yang beredar di pasaran sekarang ini dibuat dengan berbagai jenis bahan dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang digunakan dan cara pengolahannya, kosmetik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern. Kosmetik yang beredar di Indonesia ada dua macam yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern (Tranggono dkk, 2007). a. Kosmetik Tradisional. Kosmetik tradisional adalah kosmetik alamiah atau kosmetik asli yang dapat dibuat sendiri langsung dari bahanbahan segar atau yang telah dikeringkan, buah-buahan dan tanamtanaman disekitar kita. Cara tradisional ini merupakan kebiasaan atau tradisi yang diwariskan turun-temurun dari leluhur atau nenek moyang kita (Tranggono dkk, 2007). 11

12 12 b. Kosmetik Modern. Kosmetik modern adalah kosmetik yang diproduksi secara pabrik (laboratorium), dimana telah dicampur dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetik tersebut agar tahan lama, sehingga tidak cepat rusak (Tranggono dkk, 2007). B. Bahan Kosmetik Yang Berbahaya Bagi Ibu Hamil Beberapa jenis kosmetika dari bahan sintesis harus diwaspadai karen a dapat melewati plasenta dan masuk ke otak janin sehingga mengganggu perkembangan janin. Berikut ini kandungan zat dalam kosmetik yang harus dihindari ketika sedang hamil: 1. Benzoil peroksida, ditemukan dalam banyak produk yangdigunakan untuk mengobati jerawat termasuk kategori C yang sebiknya di hindari. 2. Salicylic acid (BHA atau beta hydroxxy acid), bahan ini dalam produk yang digunakan untuk anti penuaan dan mengobati jerawat. 3. Retinol A, merupakan bentuk vitamin A yang digunakan mengobati jerawat dan pengelupasan kulit mati. Dosis tinggi vitamin A terbukti dapat mengganggu perkembangan bagi. 4. Parabéns, yaitu pengawet yang sangat umum digunakan banyak produk perawatan kulit. Penelitian klinis menunjukkan adanya hubungan bahan ini dengan efek buruk pada system reproduksi bayi laki-laki. 5. Assutane,obat jerawat ini beresiko menyebabkan janin lahir cacat yang serius dan kemungkinan keguguran. 6. Hidrokortison,krip topical ini mengakibatkan janin lahir cacat dan jenis keracunan.

13 13 7. Dioksana, Ini merupakan bahan bahaya yang tercantum pada setiap produk perawatan kulit karena merupakan bahan sintetis lain berbabis minyak bumi. Bahan ini dapat menyebabkan kanker dan pengaruh efek samping pada perkembangan janin. 8. Cream Hair Removers, kemungkinan bahan ini dapat diserap ke dalam kulit sehingga harus dihindari selama kehamilan. Bahaya merkuri (Hg) pada kosmetik adalah dapat mengakibatkan memperlambat pertumbuhan janin, mengakibatkan keguguran (kematian janin dan mandul), flek hitam pada kulit akan memucat (seakan pudar) dan bila pemakaian dihentikan, flek itu dapat / akan timbul lagi & bertambah parah (melebar). Selain itu juga menimbulkan Efek rebound yaitu memberikan respon berlawanan (kulit akan menjadi gelap/kusam saat pemakaian dihentikan). Untuk wajah yang tadinya bersih lambat laun akan timbul flek yang sangat parah (lebar) dan yang palig parah dapat mengakibatkan kanker kulit. C. Kehamilan Kehamilan adalah proses alami yang terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum yang tumbuh berkembang di uterus selama hari atau minggu. Dan masa kehamilan dibagi ke dalam 3 trimester. Tanda - tanda kehamilan dapat diperhatikan sebagai berikut : Amenorrehoe (tidak dapat haid) ; wanita harus dapat mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT), agar dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) dengan memakai rumus dari Naeglee, yaitu HTTP adalah + 13

14 14 7 hari, - 3 bulan, 1 tahun dari hari pertama haid terakhir. Mual dan muntah ; biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan pertama (Depkes RI, 2006). Menurut Wiknjosastro (2005), kehamilan adalah pertemuan sperma, ovum dan terjadi pembuahan dalam rahim. Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kuhartanti, 2004). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid terakhir (Hanifa, 2000). Bila mual dan muntah sering terjadi disebut hiperemesis. Mengidam (ingin makanan khusus) terutama pada triwulan pertama. Anoreksia(Tidak ada selera makan). Fatique (lelah). Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, hal ini disebabkan pengaruh hormon esterogen dan progesteron yang merangsang duktus dan areoli mamae. Frekuensi buang air kecil meningkat, disebabkan oleh karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang mulai membesar. Konstipasi (susah buang air besar), karena otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid. Perut membesar, karena terjadi pembuahan di dalam uterus. Tanda kejang, segmen bawah rahim melunak. Teraba Ballotemen. Reaksi kehamilan positif (Roestam, 2002). 1. Tanda-tanda kehamilan Gejala kehamilan tidak pasti : a. Tidak haid, adalah gejala pertama yang dirasakan oleh seorang wanita yang menyadari kalau dirinya sedang hamil. Penting untuk dicatat

15 15 tanggal hari haid terakhir guna menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal kelahiran. Rumus sederhana menentukan tanggal kelahiran yaitu ditambah 7 sedangkan bulan dikurangi 3, dihitung dari tanggal pertama haid terakhir. b. Mual dengan diikuti muntah ataupun tidak sering terjadi pada bulanbulan pertama kehamilan c. Mengidam atau menginginkan sesuatu baik itu makanan, minuman atau hal-hal yang lain. d. Gangguan buang air besar karena pengaruh hormonal e. Sering kencing terutama bila kehamilan sudah besar f. Kadang-kadang wanita hamil bisa pingsan dikeramaian terutama pada bulan-bulan awal kehamilan g. Tidak ada nafsu makan, mungkin ada hubungannya dengan mualmual di atas Tanda kehamilan tidak pasti: a. Perubahan warna kulit menjadi lebih gelap dari sebelumnya yang kirakira terjadi di atas Minggu ke 12 kehamilan. b. Keputihan atau keluarnya cairan berlebihan dari vagina karena pengaruh hormonal c. Gusi bengkak terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan d. Perubahan payudara menjadi lebih besar e. Pembesaran perut terutama tampak jelas setelah kehamilan 14 minggu f. Tes kehamilan memberikan hasil positif. 15

16 16 Tanda pasti kehamilan: a. Pada perabaan di bagian perut disarakan adanya janin serta gerak janin. b. Bila didengarkan menggunakan alat Doppler maka akan terdengar detak jantung janin c. Pada pemeriksaan USG dilihat gambaran janin d. Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran rangka janin Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil permbuahan sel telur oleh sperma (Suhartanti, 2004). Untuk mengetahui pembagian jumlah paritas maka dapat dibagi menjadi sebagai berikut : 1. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil 2. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viabel) 3. Primigravida adalah seseorang wanita yang hamil untuk pertama kali 4. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi 5. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali 6. Multipara atau pleutipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel beberapa kali (sampai 5 kali) 7. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup mati (Rustam, 2000).

17 17 D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kosmetik Menurut Djajadisastra (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kosmetik antara lain sebagai berikut: 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimilik manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencangkup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga mencangkup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistematis dan metodis (Notoatmodjo, 2007).Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pangetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur (Ircham Mochfoedz, 2005). Menurut Muhammad Ali (2005), pengetahuan adalah segala yang diketahui mengenai sesuatu hal. Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, bermula dari pengetahuan akan sesuatu dan mengetahui manfaatnya maka akan timbul sikap positif.pengetahuan didapat dengan menggunakan motivasi-motivasi yang benar dari informasi yang ada. Innováis yang kompleks membutuhkan cara-cara memperoleh pengetahuan yang lebih baik, jika jumlah pengetahuan yang diinginkan cukup dan tidak dikembangkan guna memperoleh status 17

18 18 perubahan (innováis), maka hasil yang diinginkan tidak tercapai.menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan : a. Tahu (Know) Tahu diartikan mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

19 19 d. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo (2003) juga menyatakan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru (berprilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek), Interest dimana orang mulai tertarik pada stimulus.evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya 19

20 20 stimulus tersebut pada dirinya). Hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi. Trial mencoba berprilaku baru dan Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya terhadap stimulus. Namun dapat disimpulkan bahwa perubahan prilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas apabila penerimaan prilaku baru atau adaptasi prilaku melalui proses seperti ini, dimana disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka prilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya prilaku tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Widianti (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Pengalaman. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. 2. Tingkat pendidikan. Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah. 3. Keyakinan. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

21 21 4. Fasilitas. Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain. 5. Penghasilan. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik. 6. Sosial budaya. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, pengetahuan tertentu tentang kesehatan mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan pribadi terjadi. Tetapi tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila seseorang mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilikinya. Dari pernyataan diatas, jelaslah bahwa semakin tingginya pengetahuan seorang ibu, maka semakin bertambah tinggi kepercayaan seseorang kepada kita dalam menggunakan jasa yang kita berikan, sebagaimana diketahui tugas seorang bidan adalah merupakan tugas jasa atau menjual jasanya. Jasa tanpa adanya keyakinan dan pelayanan (service) yang baik yang kita tampilkan, maka orang lain tidak akan tunduk dan tertarik terhadap produk jasa yang kita tawarkan. Untuk 21

22 22 mengetahui pengukuran pengetahuan maka dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:tinggi jika %, sedang jika 56-75%, dan rendah jika <55% (Notoatmodjo, 2007). Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang bahaya kosmetik pada masa kehamilan akan berakibat terhadap risiko kehamilan yang tidak benar sehingga lebih sering meremehkannya dan menimbulkan dampak yang negatif pada bayi. Oleh karena itu, tinggi rendahnya pendidikan ibu jelas mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap penggunaan kosmetik yang berbahaya terhadap jenin. (Anton, 2007). 2. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

23 23 luar.notoatmodjo (2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan yaitu : a. Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. b. Perilaku sakit (illnes behavior) Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam hal memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang 23

24 24 berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2007) yaitu : 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas pengahayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultance antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Sebenarnya penggunaan kosmetik ini boleh, sepanjang tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak merusak kehamilan. Untuk menghindari efek samping dari kosmetik maka dianjurkan kepada ibu hamil agar sebaiknya mengkonsultasikan terlebih dahulu hal tersebut kepada spesialis kulit. Sering kali memang kosmetik berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil, masalah yang sering terjadi adalah tubuh lebih mudah berkeringat mengingat meningkatnya proses metabolisme pada

25 25 tubuh. Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat menghambat dan mengganggu perkembangan janin bahkan dapat menyebabkan keguguran. Itulah bahayanya apabila ibu hamil salah memilih kosmetik, untuk menghindari hal tersebut, perlu pengetahuan tentang kandungankandungan zat bernahaya yang terdapat pada kosmetik 3. Sosial Budaya Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau kepercayaan masyarakat terhadap pengalaman masa lalu, pengaruh teman setempat tinggal dan pengaruh dari keluarga. Sarwono (2009) mengatakan bahwa, sosial budaya dapat di kategorikan dari positif dan negatif, jika pengaruh masyarakat positif terhadap pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan, maka akan terdorong untuk memanfaatkan dan melakukan kunjungan ke puskesmas, akan tetapi sebaliknya jika pengaruh masyarakat negatif, maka semakin kurang semangat atau bahkan tidak mau memanfaatkan pusatpusat pelayanan kesehatan, karena mereka kurang yakin akan yang didasarkan pada pengalaman masa lalu yang tidak baik. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Azwar (2010) menyebutkan, sosial budaya masyarakat berpengaruh terhadap pemilihan baik sulit untuk dihilangkan, dan sudah terbiasa, akan tetapi jika sosial budaya masyarakat baik sulit untuk dihilangkan, dan sudah terbiasa dengan hal-hal yang baik serta menyadari bahwa pentingnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baik dan selalu 25

26 26 disiplin dalam hidup bersih dan sehat. Kebudayaan terhadap penggunaan kosmetik sangat besar pengaruhnya, terumata di zaman yang serba modern seperti sekarang, hal ini disebabkan karena pengaruh social budaya didapat melalui media cetak dan elektronik. Tindakan ibu hamil menggunakan kosmetik pada era kekinian tidak lagi dapat diposisikan menjadi bagian dari budaya. kosmetik telah dijadikan sebagai teman dalam kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi lebur dengan tindakan merias diri yang dicitrakan banyak periklanan sebagai bagian dari gaya hidup, citra seseorang, hingga menjadi semacam stimulus bagi peningkatan kualitas hidup. Dengan demikian, kosmetik dan tindakan merias diri pada masa sekarang tidak bisa dipisahkan secara tegas.

27 27 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Hal ini disebabkan karena jenis pemilihan kosmetik dari bahan sintetis harus diwaspadai karena dapat melewati plasenta dan masuk keotak janin sehingga mengganggu perkembangan janin, sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan alat kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup keuntungan/manfaat dari kosmetik itu sendiri, namun juga kepraktisannya didalam penggunaannya (Djajadisastra, 2009). Berdasarkan kerangka konsep inilah peneliti mencoba untuk melihat pengaruh pengetahuan, perilaku dan sosial budaya terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Perilaku Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Sosial Budaya Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 27

28 28 B. Definisi Operasional Tabel 3.2 Definisi Operasional N o Variabel Variabel Dependen 1. Penggunaan kosmetik pada ibu hamil Definisi Operasional Sesuatu yang digunakan oleh ibu hamil untuk memperindah diri Variabel Independen Segala sesuatu 2. Pengetahuan yang diketahui ibu tentang bahaya penggunaan kosmetik 3. Perilaku Tingkah laku ibu terhadap penggunaan kosmetik 4. Sosial budaya Suatu kpercayaan ibu terhadap penggunaan kosmetik Cara Ukur Membagikan kuesioner dengan kriteria : - Baik, jika x 3, 1 - Kurang Baik, jika x< 3, 1 Membagikan kuesioner dengan kriteria : - Baik, jika x 7, 4 - Kurang Baik, jika x< 7, 4 Membagikan kuesioner dengan kriteria : - Baik, jika x 8, 4 - Kurang Baik, jika x< 8, 4 Membagikan kuesioner dengan kriteria : - Mendukung x 3, 4 - Tidak Mendukung x< 3, 4 Alat Ukur Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Hasil Ukur - Baik - Kurang baik - Baik - Kurang Baik - Baik - Kurang Baik - Mendukung - Tidak Mendukung Skala Ukur Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal

29 29 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian analitik, dengan pendekatan crossectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel (dependen dan independen) diteliti sekaligus pada waktu yang sama yaitu melihat pengaruh pengetahuan, perilaku dan sosial budaya terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010), populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya sebanyak 38 ibu. 2. Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya sebanyak 38 ibu. Dengan kriteria sebagai berikut : a. Ibu hamil 0-9 bulan b. Ibu yang bersedia dijadikan responden 29

30 30 C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 20 sampai dengan tanggal 25 Agustus D. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data primer yaitu data yang didapat dari hasil kuesioner secara langsung terhadap ibu hamil. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari keuchik, puskesmas atau kader. 2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan kepada responden dengan cara menyebarkan kuesioner. E. Instrumen Penelitian Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dalam bentuk multiple chosice dan checklist yang terdiri dari 22 pertanyaan dengan perincian sebagai berikut: a. Untuk sub variabel pengetahuan terdiri dari 10 item pertanyaan yaitu no 1 s/d 10 untuk jawaban yang benar memperoleh nilai 2, jawaban yang salah

31 31 nilainya 1, dan 0 apabila tidak ada jawaban dengan menggunakan skala ordinal b. Untuk sub variabel perilaku terdiri dari 7 item pertanyaan yaitu no 1 s/d 7 untuk jawaban SS memperoleh nilai 4, S memperoleh nilai 3, RR memperoleh nilai 2, TS dan STS memperoleh nilai 1 dan jawaban yang salah nilainya 0 dengan menggunakan skala ordinal. c. Untuk sub variabel sosial budaya terdiri dari 5 item pertanyaan yaitu no 1 s/d 5 untuk jawaban yang benar memperoleh nilai 1 dan jawaban yang salah nilainya 0 dengan menggunakan skala ordinal. d. Untuk sub variabel penggunaan kosmetik pada ibu hamil terdiri dari 3 item pertanyaan yaitu no 1 s/d 3 untuk jawaban (a) memperoleh nilai 2, untuk jawaban (b) memperoleh nilai 1, dan untuk jawaban (c) memeproleh nilai 0 dengan menggunakan skala ordinal. F. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data yang sudah didapat selanjutnya diolah melalui langkah sebagai berikut: (Sudjana, 2005) a. Editing yaitu, memeriksa data-data yang terkumpul apakah sudah terisi secara sempurna atau belum benar cara pengisiannya, dengan meneliti kembali kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau mengumpulkan data. b. Coding yaitu memeriksa kode-kode tertentu kepada masing-masing kategori atau jawaban yang diberikan oleh responden. 31

32 32 c. Transfering yaitu memindahkan jawaban atau kode jawaban ke dalam media tertentu. d. Tabulating yaitu memasukkan data atau menyusun data dalam bentuk tabel serta data diolah secara diskriptif dan disajikan dalam bentuk persentase. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Setelah dilakukan pengolahan data, maka hasil penelitian dilakukan analisa yang bersifat univariat, menurut Budiarto (2002), setelah dilakukan pengumpulan data maka selanjutnya data tersebut diolah sebagai berikut: Keterangan : x x n x = nilai rata-rata responden x = jumlah data n = jumlah responden Setelah diolah, selanjutnya data yang telah di masukan ke dalam tabel distribusi frekuensi ditentukan persentase perolehan (P) untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2005), yaitu: fi P = x100% n

33 33 Keterangan : P fi n : persentasi : frekuensi yang teramati : jumlah sampel Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dapat dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut: 1. Kategori baik apabila x 7,4, 2. Kategori kurang apabila x< 7,4 Untuk mengetahui perilaku dapat dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut: 1. Kategori baik apabila x 8,4, 2. Kategori kurang apabila x< 8,4 Untuk mengetahui sosial budaya dapat dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut: 1. Mendukung x 3,4, 2. Tidak Mendukung x< 3,4 Untuk mengetahui penggunaan kometik dapat dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut: 1. Baik x 3,1, 2. Kurang baik x< 3,1. 33

34 34 b. Analisa Bivariat Analisa yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diolah dengan komputer menggunakan program SPSS, untuk menentukan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen melalui uji che-square tes (x 2 ) untuk melihat hasil kemaknaan (Cl) 0,05 (95%). Dengan ketentuan bila nilai p =0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, adapun ketentuan yang pakai pada uji statistik adalah: 1. Ha diterima bila nilai p < 0,05 maka ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. 2. Ha ditolak bila nilai p > 0,05 maka tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen Pengolahan data diinterpretasikan menggunakan nilai probabilitas dengan kriteria sebagai berikut: a. Bila pada tabel 2x2, dan tidak ada nilai E (harapan) <5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction. b. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) <5, maka uji yang digunakan adalah Fisher Exact. c. Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, dan lain-lain, maka digunakan uji Person Chi-Square.

35 35 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara geografis Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Aceh, dengan batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Pasar Lamno 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Bak Paoh 3. Sebelah Selatan berbatassan dengan Cot Dulang 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Bak Paoh Berdasarkan data dari kantor Keuchik Desa Keutapang Kecamatan Jaya, Jumlah penduduk sebanyak 495 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 254 jiwa dan perempuan sebanyak 241 jiwa dengan 155 Kepala Keluarga (KK). B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Keutapang Kecamatann Jaya Kabupaten Aceh Jaya dan pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 25 agustus 2013 dengan cara membagikan kuesioner kepada 38 orang ibu. berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 38 responden didapat hasil sebagai berikut : 35

36 36 1. Analisa Data a. Analisa Univariat 1. Pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 No. Pengetahuan F % Baik Kurang Baik ,5 60,5 Jumlah Sumber : Data Primer (Diolah, 2013) Berdasarkan dari tabel 4.1. diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori kurang baik yaitu 23 orang (60,5%). 2. Perilaku terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 No. Perilaku F % Baik Kurang Baik ,4 52,6 Jumlah Sumber : Data Primer (Diolah, 2013) Berdasarkan dari tabel 4.2. diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku responden paling banyak berada pada kategori kurang baik yaitu 20 orang (52,6%).

37 37 3. Sosial Budaya terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Budaya Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 No. Sosial Budaya F % Mendukung Tidak Mendukung ,6 68,4 Jumlah Sumber : Data Primer (Diolah, 2013) Berdasarkan dari tabel 4.3. diatas dapat disimpulkan bahwa sosial budaya responden paling banyak berada pada kategori tidak mendukung yaitu 26 orang (68,4%). 4. Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 No Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Positif Negatif F % ,3 73,7 Jumlah Sumber : Data Primer (Diolah, 2013) Berdasarkan dari tabel 4.4. diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kosmetik pada ibu hamil paling banyak berada pada kategori positif yaitu 28 orang (73,7%). 37

38 38 b. Analisa Bivariat a. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil No. Tabel 4.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 Pengetahuan Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Jumlah P Positif Negatif f % f % F % 1. Baik 6 40,0 9 60, Kurang Baik 4 17, , Total Sumber : Data Primer (Diolah, 2013) Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dari 23 responden yang berpengetahuan kurang baik ternyata penggunaan kosmetik negatif pada ibu hamil sebanyak 82,6%. Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,003, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun value 0,003

39 39 b. Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Tabel 4.6. Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 No. Perilaku Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Jumlah Positif Negatif f % f % F % 1. Baik 3 16, , Kurang Baik 7 35, , Total Sumber : Data Primer (Diolah, 2013) P value 0,002 Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa dari 20 responden yang berperilaku kurang baik ternyata penggunaan kosmetik negatif pada ibu hamil sebanyak 65%. Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,002, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara perilaku terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun

40 40 c. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Tabel 4.7. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013 No. Sosial Budaya Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Jumlah Positif Negatif f % f % F % 1. Mendukung 4 33,3 8 66, Tidak 6 23, , Mendukung Total Sumber : Data Primer (Diolah, 2013) P value 0,004 Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa dari 26 responden pada katagori sosial budaya dengan tidak mendukung dan penggunaan kosmetik negatif pada pada ibu hamil sebanyak 76,9%. Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,004, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara sosial budaya terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun C. Pembahasan 1. Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (40,0%) penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik dan 9 orang (60,0%) kurang baik.

41 41 Sedangkan dari 23 responden dengan pengetahuan kurang baik 4 orang (17,4%) penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik sedangkan 19 orang (82,6%) kurang baik. Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,003, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anton (2007) yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang bahaya kosmetik pada masa kehamilan akan berakibat terhadap risiko kehamilan yang tidak benar sehingga lebih sering meremehkannya dan menimbulkan dampak yang negatif pada bayi. Oleh karena itu, tinggi rendahnya pendidikan ibu jelas mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap penggunaan kosmetik yang berbahaya terhadap jenin. Menurut Muhammad Ali (2005), pengetahuan adalah segala yang diketahui mengenai sesuatu hal. Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, bermula dari pengetahuan akan sesuatu dan mengetahui manfaatnya maka akan timbul sikap positif. Pengetahuan didapat dengan menggunakan motivasi-motivasi yang benar dari informasi yang ada. Innováis yang kompleks membutuhkan cara-cara memperoleh pengetahuan yang lebih baik, jika jumlah pengetahuan yang 41

42 42 diinginkan cukup dan tidak dikembangkan guna memperoleh status perubahan (innováis), maka hasil yang diinginkan tidak tercapai. Pengetahuan merupakan pemahaman secara internal berdasarkan fakta-fakta ilmiah, pengalaman atau kepercayaan tradisonal. Pengalaman menunjukkan bahwa pengetahuan itu penting tetapi tidak cukup untuk mengubah suatu tindakan karena ada faktor lain yang mempengaruhinya seperti persepsi, motivasi, keterampilan/keahlian dan lingkungan. Pengetahuan terhadap sejumlah teori-teori yang ada biasanya membantu pada program perencanaan dan menjelaskan hubungan diantar faktofaktor yang berbeda sehingga mempengaruhi prilaku dan perubahannya (Notoatmodjo, 2007). Menurut asumsi peneliti bahwa kurangnya pengetahuan ibu hamil terhadap penggunaan kosmetik disebabkan karena ibu kurang mendapatkan informasi berkaitan dengan bahaya kosmetik selama masa kehamilan, selain itu ibu tidak pernah konsultasi masalah penggunaan kosmetik selama masa hamil pada dokter spesialis sehingga ibu menggunakan kosmetik sesuai dengan keinginannya tanpa mengetahui efek dari kosmetik tersebut. 2. Perilaku Responden Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 responden dengan perilaku baik sebanyak 3 orang (16,7%) penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik dan 15 orang (83,3%) kurang baik.

43 43 Sedangkan dari 20 responden dengan perilaku kurang baik 7 orang (35,0%) penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik serta 13 orang (65,0%) kurang baik. Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,002, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara perilaku terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fajar (2012), bahwa sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan kosmetik, kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada beberapa bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit dan kosmetik yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sering kali memang kosmetik berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil, masalah yang sering terjadi adalah tubuh lebih mudah berkeringat mengingat meningkatnya proses metabolisme pada tubuh. Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat menghambat dan mengganggu perkembangan janin bahkan dapat menyebabkan keguguran. Menurut Djajadisastra (2005), mengatakan bahwa penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan 43

,Jurnal Karya Tulis Ilmiah

,Jurnal Karya Tulis Ilmiah ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah PENGARUH PENGETAHUAN, PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PENGGUNAAN KOSMETIK PADA IBU HAMIL DI DESA KEUTAPANG KECAMATAN JAYA KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2013 Mawaddah Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Kosmetik Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, rongga mulut antara lain untuk membersihkan,

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG DWI SUKRISTIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat digemari terutama oleh kalangan remaja-remaja, baik pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat digemari terutama oleh kalangan remaja-remaja, baik pria maupun wanita. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemutih/pencerah kulit adalah salah satu produk kosmetik yang digunakan untuk mencerahkan atau menghilangkan pewarnaan kulit yang tidak diinginkan. Di beberapa negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetika muncul di pasaran.

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kehamilan. 2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan bisa menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif bagi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan bisa menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif bagi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya penampilan perempuan dalam berbagai media baik media cetak maupun media elektronik tidak seluruhnya menggambarkan ruang lebih lebar untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Kosmetik pemutih merupakan suatu sediaan atau paduan bahan yang digunakan pada bagian luar badan yang berfungsi untuk mencerahkan atau merubah warna kulit sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus, I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus, artinya, upaya untuk memperindah tubuh manusia secara keseluruhan, mulai dari rambut, mata,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

MASA PRANATAL. Siti Rohmah Nurhayati

MASA PRANATAL. Siti Rohmah Nurhayati MASA PRANATAL Siti Rohmah Nurhayati 1 Tahapan Perkembangan Janin dalam Kandungan Permulaan kehidupan manusia dapat ditinjau secara psikologis dan biologis Secara psikologis kehidupan manusia dimulai pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

Hidrokinon dalam Kosmetik

Hidrokinon dalam Kosmetik Hidrokinon dalam Kosmetik Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kosmetik 1. Pengertian Kosmetik Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari

Lebih terperinci

Kurnia Mutiara. Prodi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah ABSTRAK

Kurnia Mutiara. Prodi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah ABSTRAK ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah HUBUNGAN PARITAS, PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN BOUNDING ATTACHEMENT PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BEREUNEUN KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013 Kurnia Mutiara Prodi

Lebih terperinci

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi HUBUNGAN PARITAS DAN PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI RS. KIA KOTA BANDUNG BULAN SEPTEMBER 2011 Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. KUISIONER PERILAKU PEKERJA PEREMPUAN PENYAPU JALAN DALAM MEMILIH KOSMETIKA UNTUK MENCEGAH TERJADINYA MELASMA DI KOTA MEDAN TAHUN 2011 I. Identitas Responden 1. Nama : II. Karakteristik 1. Umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan Persalinan atau Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui jalan lahir vagina ke dunia luar ( Wiknjosastro,

Lebih terperinci

Maulina. Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan

Maulina. Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan HUBUNGAN PENDIDIKAN, PARITAS DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS KEUMALA 2013 Maulina Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

PADA LIMA MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL

PADA LIMA MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL ANALISIS KESESUAIAN IKLAN PRODUK KOSMETIK DENGAN Kep.Men.Kes RI No: 386/Men.Kes/SK/IV/1994 PADA LIMA MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009 SKRIPSI Oleh : ANDI PURWANTO

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10051 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME MONITORING EFEK SAMPING KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh: YUSTINI MARIS

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA PASANGAN USIA SUBUR Retno Palupi Yonni Siwi (STIKes Surya Mitra Husada Kediri)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu kelebihan yang diberikan oleh Sang. Pencipta, Maha Kuasa kepada kaum wanita yang membedakannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu kelebihan yang diberikan oleh Sang. Pencipta, Maha Kuasa kepada kaum wanita yang membedakannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Kehamilan merupakan suatu kelebihan yang diberikan oleh Sang Pencipta, Maha Kuasa kepada kaum wanita yang membedakannya dengan kaum laki-laki. Sehingga tidak jarang kehamilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Acara Serta Kendala Implementasinya. Cet.1(Jakarta: Kencana 2008). Hal.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Acara Serta Kendala Implementasinya. Cet.1(Jakarta: Kencana 2008). Hal.1. 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dan pembangunan nasional diiringi dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat memicu meningkatnya kebutuhan masyarakat akan produk barang

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*) HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR Fitryana. M Mahasiswi Pada STIKes

Lebih terperinci

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TRUMON KECAMATAN TRUMON KABUPATEN ACEH SELATAN Cut Septiana Elvandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Perilaku : - Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah digunakan oleh manusia yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL TETY RINA ARITONANG PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan sebagainya. Bahasa dianggap sebagai sarana yang paling utama dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecantikan merupakan bagian terpenting dari gaya hidup wanita. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecantikan merupakan bagian terpenting dari gaya hidup wanita. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecantikan merupakan bagian terpenting dari gaya hidup wanita. Setiap wanita ingin tampil sempurna dan melakukan bermacam-macam cara agar dapat tampil menarik di depan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) 2.1.1 Definisi Lanjut usia merupakan proses dari tumbuh kembang yang akan dijalami setiap individu, yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM Lisastri Syahrias Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Batam ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN MEMERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS Nurhayati* Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang mempunyai prevalensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

ROKOK DAN IKLAN ROKOK BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap dan pengetahuan siswa SLTP Dharma Pancasila Medan tentang rokok dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan ( knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK. 00.06.42.0255 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

TANDA-TANDA KEHAMILAN

TANDA-TANDA KEHAMILAN Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kehamilan Kode : BD 301 Dosen : Rosmainun, M.Kes Materi: 1. Menjelaskan tentang tanda tidak pasti kehamilan 2. Menjelaskan tentang tanda kemungkinan kehamilan 3. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN Danik Dwiyanti, Erni Susilowati Akademi Kebidanan YAPPI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013 Tri Tunggal 1, Syamsuddin Alan 2, Hj.Chairiyah 3 ABSTRAK

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Elfanny Sumai 1, Femmy Keintjem 2,

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar ABSTRAK Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar Maya Felistine Fanghoy 1, Erfina 2, Sri Syatriani 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN 213 Ade Rochyatun Utami 1, Istichomah 2, Meyliya Qudrani 3 D III Kebidanan Politeknik Harapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi menengah ke atas. Hingga nilai beli terhadap sesuatu yang sekunder

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI RUANG NIFAS RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Purnamawati*, Istiqomah 1, Siti Hateriah 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Masa Nifas Masa nifas disebut juga masa postpartum yaitu waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses yang kompleks. Selama masa kehamilan kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu, salah satunya adalah mual dan muntah (Tiran, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu di Universitas Jember Yonita 2015 yang berjudul hubungan pengetahuan, sikap terhadap motivasi mahasiswa untuk bertindak menggunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI Dian Pratitis, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

2011, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemer

2011, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemer No.923, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Efek Samping Kosmetika. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.12.11.10051

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan produk kosmetik lebih banyak yang berasal dari alam. Tetapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan produk kosmetik lebih banyak yang berasal dari alam. Tetapi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari zaman dahulu sampai sekarang, kosmetik dibutuhkan oleh semua orang untuk menunjang penampilan, terutama oleh kaum wanita. Tetapi kosmetik pada zaman sekarang

Lebih terperinci

NURJANNAH NIM

NURJANNAH NIM FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PICKY EATER (SULIT MAKAN) PADA ANAK BALITA DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

Kesehatan Masyarakat Gamping I sudah terjangkau oleh BPJS bagi

Kesehatan Masyarakat Gamping I sudah terjangkau oleh BPJS bagi 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Lokasi Penelitian Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping I beralamat didusun Delingsari,desa Ambarketawang, kecamatan Gamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci