BAB II KOMUNIKASI DAN PRILAKU. individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KOMUNIKASI DAN PRILAKU. individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau"

Transkripsi

1 BAB II KOMUNIKASI DAN PRILAKU A. KOMUNIKASI Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia, baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Bahkan sejak manusia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat itu ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi Pengertian komunikasi Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan pasti komunis dalam kegiatan politik. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. 2 Jadi komunikasi berlangsung bila antara oaring-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Disini pengertian diperlukan agar komunikasi dapat berlangsung, sehingga hubungan mereka itu bersifat komunikatif. 1 Syaiful Bahri Djamah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2004), hlm Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 2008), Cet. VII, hlm. 3. i

2 Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. komunikasi dalam konteks ini dinamakan komunikasi atau disebut juga komunikasi masyarakat. Kecuali komunikasi transcendental, maka tanpa masyarakat, komunikasi tidak dapat berlangsung. Meski dia adalah manusia, tetapi bila hidup seoarang diri, tidak bermasyarakat, maka tidak ada komunikasi, karena dia tidak berbicara dengan siapa pun. 3 Secara pragmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakuakan secara lisan, tatap muka, atau via media massa maupun media non massa, misalnya surat, telepon, dan sebagainya. Jadi, komunikasi dalam pengertian pragmatis bersifat intensinal atau mengandung tujuan tertentu, yang diawali dengan suatu perencanaan. Entah komunikasi itu dengan maksud untuk memberi tahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain. jadi, dalam perspektif pragmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. 4 3 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. II, hlm.5. 4 A. Supraktiknya, Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis, (Yogyakarta : Kanisisus, 2003), Cet. VIII, hlm ii

3 2. Komponen komunikasi Berdasarkan pengertian komunikasi di atas, jika dilakukan analisis dengan cermat, ditemukan sejumlah komponen komunikasi yang menjadi unsur-unsur utama untuk terjadinya proses komunikasi. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut: a) Komunikator yaitu : orang yang menyampaikan pesan. Dalam hal ini komunikator boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. 5 b) Pesan yaitu : pernyataan yang didukung oleh symbol, baik verbal maupun non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. c) Komunikan yaitu : orang yang menerima pesan. Penerima pesan ini menafsirkan seperangkat symbol verbal atau non verbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia fahami. 6 d) Media yaitu : alat yang digunkan untuk menyampaikan pesan kepada penerima. e) Efek yaitu : apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. 7 Dari komponen itulah yang berinteraksi. Ketika suatu pesan disampaikan oleh komunikator dengan perantaraan media kepada komunikan, maka komunikator memformulasikan pesan yang akan disampaikannya dalam bentuk kode tertentu, yang sedapat mungkin 5 Deddy Mulyana, Op,Cit., hlm Onong Uchjana Effendy,Op,Cit., hlm Deddy Mulyana,,Op,Cit., hlm iii

4 dapat ditafsirkan oleh komunikasi dengan baik. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen (komunikator, pesan dan komunikan) tersebut. Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunika verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak-gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan lain sebagainya Tahapan komunikasi Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain, yang intinya adalah komunikasi. Bahkan orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan untuk menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. 9 Demi berhasilnya komunikasi perlu dilaksanakan secara sistematis. Tamaknya suatu formula yang biasa disebut AIDDA dapat dijadikan landasan pelaksanaan. 8 Syaiful Bahri Djamah, Op.Cit., hlm Deddy Mulyana, Op, Cit., hlm.5. iv

5 Formula AIDDA merupakan kesatuan singkatan dari tahap-tahap komunikasi. Dengan penjelasan sebagai berikut : 1. A Attention (Perhatian) Komunikasi didahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan katakata yang merangsang, tetapi juga dalam penampilan (appearance) ketika menghadapi khalayak. Senyum yang tersungging pada wajah yang cerah sudah bisa menimbulkan perhatian pada khalayak. 2. I Interest (Minat) Apabila perhatian sudah berhasil terbangkitkan, kini menyusul upaya menumbuhkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan. Karena itu komunikator harus mengenal siapa komunikan yang dihadapi D Desire (Hasrat) Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada komunikasi untuk melakukan ajakan, bujukan atau rayauan komunikator. Dalam tahap inilah yang paling berat dan sulit dilakukan oleh seseorang adalah mengungkapkan isi hati kepada orang lain. jangankan kepada teman biasa, kepada oring tua pun sulit untuk 10 Onong Uchjana Effendy,Op,Cit., hlm. 25. v

6 dilakukan bila seseorang tidak membuka diri untuk percaya kepada orang lain D Decision (Keputusan) Dalam tahap ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian dan saling percaya. Tidak ada lagi ganjalan-ganjalan, sehingga padat diambil suatu keputusan. 5. A Action (Kegiatan) Dalam tahap ini adalah tahap terakhir dimana komunikator sudah mempunyai keputusan untuk melakukan kegiatan sebagaimana diharapkan dari padanya. 12 B. PERILAKU 1. Pengertian Prilaku Siswa Sebelum menerangkan lebih jauh, terlebih dahulu ada baiknya kita mengetahui apa perilaku itu sendiri. Banyak para ahli pendidikan memberikan definisi, dianaranya : a. Menurut Prof. Dr. Bimo Walgito Perilaku dalam bahasa inggris disebut attitude, menurut psikologi perilaku merupakan aktivitas atau perbuatan sebagai respon terhadap suatu rangsangan atau stimulus dalam kehidupan sehari hari. 13 b. Menurut Dr Sarlito Wirawan Sarwono Perilaku adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu pada diri 11 Syaiful Bahri Djamah, Op.Cit., hlm Onong Uchjana Effendy,Op,Cit., hlm Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2009), cet. IV, hlm 15. vi

7 seseorang. 14 Adapun obyek-obyek perilaku dapat terarah terhadap benda-benda, manusia, peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan, norma-norma, nilai-nilai dan sebagainya. c. Menurut J.B. Waston (Amerika) dan I. Pavlov (Rusia) Bahwa tujuan dari perilaku adalah untuk menyesuaian diri dengan dunia dan lingkungan disekitarnya agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bagi kehidupannya. Berdasarkan uraian diatas bawa perilaku senantiasa diarahkan kepada suatu obyek, sesuai dengan pendapat Sarlito Wirawan Sarwono yang memberikan pengertian perilaku bahwa perilaku adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu. 15 Jadi yang dimaksud dengan perilaku siswa disini adalah segala aktivitas baik dalam bentuk perbuatan atau tindakan, ucapan atau dengan kata lain adalah akhlak siswa dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan hasil proses pembelajaran. 2. Macam-macam Perilaku Siswa Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Bimo Walgito, membedakan perilaku menjadi dua, yaitu : 14 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. V, hlm Ibid, hlm.225. vii

8 a. Perilaku yang alami atau Innate behavior Yaitu perilaku yang dibawa sejak organism dilahirkan, yang berupa reflex-refleks dan insting-insting. Perilaku yang refleks merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi serta sepontan terhadap stimulus yang mengenai organism yang bersangkutan. Misal reaksi kedip mata bila mata kena sinar yang kuat, menarik jari bila jari kena api dan sebagainya. Perilaku ini terjadi secara sendrinya, tidak diperintah oleh pusat susunan syaraf atau otak. b. Operant behavior Yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku ini dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak. Dalam ini stimulus setelah diterima oleh reseptor, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat susunan syaraf, sebagai pusat kesadaran, kemudian baru terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis ini disebut perilaku psikologis Bentuk-bentuk Perilaku Siswa Bentuk-bentuk perilaku siswa dapat dibedakan menjadi : a. Perilaku bermasalah (Problem behavior) Masalh perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam katagori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. dampak perilaku yang bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam berbagai aktivitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam katagori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi Problem behavior akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri. b. Perilaku menyimpang (Behaviour disorder) Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja 16 Bimo Walgito, Op.Cit., hlm. 15. viii

9 mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku yang menyimpan pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan todak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab Behaviour disorder lebih banyak karenapersaoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya. c. Perilaku penyesuaian diri yang salah (behavior maladjustment) Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos dan melanggar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menengah (SLTP/SLTA). d. Perilaku yang tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder) Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar atau salah. Wujud dari conductdisorder adalah munculnya cara fiker dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orang tua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punishment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja disekolah dikatategorikan dalam conduct disorder apabila ia menunculkan perilaku anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya. Selain itu conductdisorder juga dikategorikan padaremaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke permusuhan yang akan merugikan orang lain. e. Perilaku perhatian yang kurang terhadap anak hiperaktif (Attention deficit hyperactivity disorder) Attention deficit hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima implus-implus sehingga gerakan-gerakanya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja sekolah yang hyperactive biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak ix

10 berbicara, remaja yang hiyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactive sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temanya. 17 Menurut Hasan Langgulung menyebutkan bahwa perilaku secara umum memiliki 2 bentuk yaitu perilaku intelektual dan perilaku reflektif, hal ini pun sebagaimana terjadi pada siswa, terhadap kedua bentuk tersebut. Kedua bentuk tersebut adalah : a. Perilaku intelektual Perilaku intelektualmaksudnya adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu. b. Perilaku reflektif Perilaku reflektifmaksudnya adalah respon yang timbul pada manusia secara mekanisme dan tetap, seperti kedipan mata yang terkena cahaya, dan gerakan-gerakan tubuh yang kitalihat dan lainlain Karakteristik Perilaku Siswa Secara bahasa Karakter berasal dari bahasa Yunani dan latin Charassein-character, kata tersebut berarti mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Kata tersebut kemudian menujukan arti yang berbeda. 19 Dalam bahasa Inggris, Character bermakna hampir sama dengan sifat, perilaku, akhlak, watak, tabiat, dan budi pekerti. 17 Robert E Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Pustaka Al-husna Baru, 2008), hlm Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Bulding, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2008), hlm. 92. x

11 Menurut Ki Hadjar Dewantara sebagaimana yang dikutip oleh Arismantoro Mengemukakan bahwa kalimat : Runah uni mempunyai karakter batak, Tingkahlaku orang itu berkarakter luhut, kasar, suka berkorban dan lain-lain. Berarti, kata karakter mengandung makna penggambaran yang bertujuan untuk mengenalkan suatu benda atau orang berdasarkan ciri atau tanda yang dilihat. 20 Menurut Griek sebagaimana yang dikutip oleh Arismantoro mengemukakan bahwa karakter dapat di definisikan sebagai panduan dari pada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang husus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. 21 Menurut Syaikh M. Jamaluddin Mahfudzh, karakteristik tingkah laku siswa yang positif dan matang dapat dibedakan dengan karakteristik-karakteristik berikut ini : a. Mampu menguasai diri b. Berani memikul tanggung jawab dan menghargainya c. Mau bekerja sama d. Mampu saling mencintai dan mempercayai e. Mampu saling memberi dan menerima f. Bisa diajak bekerja sama dan mendorong perkembangan dan kemajuan g. Mampu memperhatikan orang lain h. Mampu menghadapi perkumpulan, ketakutan,kegelisahan, dan persaan bersalah i. Menikmati kepercayaan diri dan kemampuan menarik orang lain dan berbuat hal yang sama j. Fleksibel dalam menghadapi kenyataan. 22 Tingkah laku positif dengan semua karakteristik inilah yang mampu mewujudkan adaptasi peribadi dan sosial bagi seserang. 20 Ibid, hlm Ibid, hlm Syaikh M. Jamaluddin Mahfudzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2001), hlm. 14. xi

12 Sehingga ia punya kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat di mana ia hidup. Selain tingkah laku yang positif, siswa juga mempunyai tingkah laku yang negatif. Menurut Baharuddin, ada beberapa permasalahan siswa di sekolah yaitu antara lain : a. Perkelahian siswa dilingkungan sekolah maupun luar sekolah b. Siswa yang suka mencoret-coret c. Siswa membawa alat mainan dan buku porno d. Siswa merokok dan membawa narkoba e. Siswa tidak menggunakan seragam dan kelengkapan dengan baik. 23 Didalam upaya ketertiban siswa disekolah, tidak hanya siswa saja yang dijadikan obyek yang selalu disalahkan namun diperlukan juga manajemen sekolah yang baik agar dalam pelaksanaan ketertiban sekolah dapat berjalan dengan baik. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku Siswa Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku siswa, antara lain : a. Faktor dari dalam (Intrinsik), meliputi : 1) Intelegensi Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbedabeda. Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. Orang yang mempunyai inteligensi tinggi umumnya tidak kesulitan dalam bergaul, belajar, dan berinteraksi di masyarakat. Sebaliknya orang 23 Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 74. xii

13 yang inteligensinya rendah akan mengalami berbagai kesulitan dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan diri di masyarakat. Akibatnya terjadi penyimpanganpenyimpangan, seperti malas belajar, emosional, bersikap kasar, tidak bisa berfikir logis. 24 2) Jenis kelamin Perilaku menyimpang dapat juga diakibatkan karena perbedaan jenis kelamin. Anak laki-laki biasanya cenderung sok berkuasa dan menganggap remeh pada anak perempuan. Contohnya dalam keluarga yang sebagian besar anaknya perempuan, jika terdapat satu anak laki laki biasanya minta diistimewakan, ingin dimanja. 3) Umur Umur mempengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku sesorang. Makin bertambah umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaanya dan mampu mengendalikan emosinya. Namun kadang kita jumpai penyimpangan-penyimpangan yang dilakuakan oleh orang yang sudah berusia lanjut, sikapnya seperti anak kecil dan minta diistimewakan oleh anak-anaknya. 25 b. Faktor dari luar (Ekstrinsik), meliputi : 24 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet 24, hlm Arie Arumwardhani, Psikologi Kesehtan (Yogyakarta : Galang Press, 20011), hlm xiii

14 1) Peran keluarga (Orang tua) Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar peranannya dalam perkembangan tingkah laku anaknya. Orang tua yang menginginkan anakanaknya bertingkah laku altruistik seharusnya memulai dari dirinya sendiri beringkah laku tersebut. 2) Guru Meskipun keluarga merupakan agen sosialisasi yang utama, sekolah pun mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkah laku anak. Di sekolah, guru mungkin memudahkan memperkembangkan tingkah laku menolong dengan menggunakan beberapa teknik. Meskipun mereka mungkin tidak selalu menciptakan hubungan yang berarti dengan anak, anak-anak dapat dilatih dan diarahkan dengan menggunakan teknikyang efektif. Misalnya guru dapat mengajarkan teknik bermain peran dan menggunakan story contents. Dengan teknik ini dapat mengembangkan sensitivitas terhadap kebutuhan orang laindan menambah kemampuan role-taking dan empati. 3) Pergaulan (Teman sebaya) Yang merupakan lingkungan sosial kedua bagi anak setelah keluarga, dalam kelompok ini anak akan menemukan berbagi nilai, norma yang berbeda bahkan xiv

15 bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak mulai mengenal harga diri, citra diri dan hasrat pribadi. 26 Ketika anak tumbuh dewasa, kelompok sosial menjadi sumber utama dalam perolehan informasi, termasuk tingkah laku yang diinginkan. Meskipun kelompok teman sebaya jarang merasakan tujuan mereka sebagai pengajaran aktif., mereka dapat memudahkan perkembangan tingkah laku tersebut melalui penggunaan penguatan, pemodelan dan pengarahan. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan menerima konsep-konsep norma yang positif. Namun apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan menerima konsep-konsep yang negatife. Akibatnya akan terjadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak. 4) Media massa Media massa merupakan sarana yang efektif dan efisien untuk mendapat informasi, melalui media, seseorang dapat mengetahui keadaan dan keberadaan lingkungan dan kebudayaaan, sehingga dengan informasi tersebut dapat menambah wawasan seseorang. 27 Namun anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang norma-norma dan nilai-nilai sosial 26 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo, 2011), hlm Ibid, hlm.113. xv

16 dalam masyarakat, sering kali menerima mentah-mentah semua tanyangan yang ada di televisi. Penerimaan tayangangan -tanyangan yang negative yang ditiru mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Namun anak juga dapat mempelajari tingkah laku yang tepat dalam situasi tertentu. Televisi tidak hanya mengajarkan anak untuk mempertimbangkan berbagai tindakan, tapi juga bisa mengerti dengan kebutuhan orang lain, membentuk tingkah laku menolong, sekaligus juga memudahkan perkembangan empati. 28 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak khususnya remaja adalah individu yang memilki perilaku labil, untuk itu diperlukan pengawasan dari segenap elemen baik dari orang tua, guru maupun masyarakat sekita hlm Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta didik (Bandung : PT. Rosda Karya, 2009), xvi

PAHAMI ANAK APA ADANYA

PAHAMI ANAK APA ADANYA TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PAHAMI ANAK APA ADANYA Oleh: Eka Rezeki Amalia (06320004) JURUSAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2008 Anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB II. Reward dan Rasa Percaya Diri. berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak

BAB II. Reward dan Rasa Percaya Diri. berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak BAB II Reward dan Rasa Percaya Diri A. Reward 1. Pengertian Reward Menurut bahasa reward berasal dari bahasa inggris yang berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak sekali pendapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. antara ayah dan anak remaja pasca perceraian, berikut peneliti memberikan

BAB IV PEMBAHASAN. antara ayah dan anak remaja pasca perceraian, berikut peneliti memberikan 95 BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan data yang telah disajikan berkenaan dengan pola komunikasi antara ayah dan anak remaja pasca perceraian, berikut peneliti memberikan pembahasan atau analisis terhadap apa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan berbahasa Kemampuan berasal dari kata mampu yang bermakna cakap atau terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif data merupakan bahan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6 BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6 A. Analisis Terhadap Konsep Pendidikan Keluarga Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan utama dan pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B06210003 Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting, karena dengan komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : YUNITA AYU ARDHANI F 100 060

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting, karena pendidikan akan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga sumber daya alam di tanah air akan terolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan. Manfaat dari

Lebih terperinci

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01 Rahmawati Z, M.I.Kom kontrak perkuliahan TUGAS : 40 % MID : 30 % UAS : 30 % KEAKTIFAN : BONUS NILAI TAMBAHAN TUGAS DIKUMPULKAN ON TIME darumzulfie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KOMUNIKASI

KONSEP DASAR KOMUNIKASI KONSEP DASAR KOMUNIKASI Komunikasi adalah kebutuhan dasar manusia untuk saling berinteraksi. Melalui komunikasi kita dapat memperoleh kepuasan psikologis seperti terpenuhinya perasaan cinta, perhatian

Lebih terperinci

Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung

Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung PERAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENCEGAH TINDAK KEKERASAN ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN KLABALA KOTA SORONG Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung e-mail: deamanukily@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari proses interaksi antar individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi dengan anggota keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI KELURAHAN BEO TALAUD

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI KELURAHAN BEO TALAUD e-journal Acta Diurna Volume IV. No.5. Tahun 2015 POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI KELURAHAN BEO TALAUD Oleh: Alfon Pusungulaa Julia Pantow Antonius Boham e-mail: alfonpusungulaa91@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang sulit, dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. Masa

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang terjadi pada masa remaja mulai dari perubahan fisik, peningkatan intelegensi maupun pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa dimana perasaan remaja lebih peka, sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif dan peka terhadap diri dan lingkungannya. Remaja menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memperhatikan adalah mengarah kepada dan mempersiapkan diri untuk melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu perbuatan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17- Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-21 yaitu dimana remaja tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus. penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut :

BAB V PEMBAHASAN. dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus. penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut : BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini dilakukan dengan merujuk pada hasil paparan data dan temuan penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada uraian ini peneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 09 Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI PENIRUAN DARI MEDIA MASSA Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://mercubuana.ac.id Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu sisi pendidikan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu sisi pendidikan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan dewasa ini tidak dapat dipisahkan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu sisi pendidikan dilaksanakan agar peserta didik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

Komunikasi dan Etika Profesi

Komunikasi dan Etika Profesi Modul ke: 01Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen Komunikasi dan Etika Profesi Perspektif Komunikasi Dosen : Nia Kusuma Wardhani, S.Kom, MM. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI Modul ke: KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI Pengertian etika dasar - metode etika - kebebasan dan tanggung jawab Fakultas FASILKOM Program Studi Sistem Informasi http://www.mercubuana.ac.id Dosen: Indrajani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

BAB II GURU DAN KARAKTER SISWA

BAB II GURU DAN KARAKTER SISWA BAB II GURU DAN KARAKTER SISWA A. Guru 1. Pengertian Guru Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Lebih terperinci

EMOSI NEGATIF SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI LIMAU

EMOSI NEGATIF SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI LIMAU Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima 19/02/2013 Direvisi 26/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 EMOSI NEGATIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

TAYANGAN MARIO TEGUH GOLDEN WAYS DI METRO TV DAN KONSEP DIRI MAHASISWA

TAYANGAN MARIO TEGUH GOLDEN WAYS DI METRO TV DAN KONSEP DIRI MAHASISWA TAYANGAN MARIO TEGUH GOLDEN WAYS DI METRO TV DAN KONSEP DIRI MAHASISWA (Studi Korelasional Tayangan Mario Teguh Golden Ways di Metro TV Terhadap Konsep Diri Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU) Bonar Sibarani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar eksistensi suatu masyarakat yang dapat menentukan struktur suatu masyarakat dalam suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog BAB IV ANALISIS Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog terhadap Praktik Ruqyah Syar iyyah Di Kalimantan Selatan, berikut peneliti memberikan analisis terhadap apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia dimuka bumi termasuk bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia, sehingga dengan pendidikan itu mengubah manusia dari yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, yang mengakibatkan adanya hubungan timbal balik. Dalam interaksi

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, yang mengakibatkan adanya hubungan timbal balik. Dalam interaksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, sehingga membutuhkan interaksi dengan orang lain, yang mengakibatkan adanya hubungan timbal balik. Dalam interaksi dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal yaitu kemampuan melakukan komunikasi secara efektif (DeVito, 1989). Keefektifan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial telah dibekali naluri untuk selalu mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Interaksi tersebut diantaranya dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan berikutnya adalah mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing-masing temuan penelitian akan dibahas dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, BAB II LANDASAN TEORI A. Prilaku Moral 1. Pengertian Prilaku Moral Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

Lebih terperinci

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST BENTUK KOMUNIKASI By : Lastry. P, SST 1. KOMUNIKASI INTRAPERSONAL Komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Berfungsi : 1. Untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, mamahami dan mengendalikan diri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat saat ini adalah maraknya budaya global yang patut diwaspadai. Fenomena tersebut merupakan akibat dari adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III

2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III BAB I A. Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Pada jaman sekarang ini manusia dituntut untuk tidak hanya cerdas dalam intelektual, tapi dituntut juga untuk berkarakter, sebab karakter sebagai kepribadian

Lebih terperinci