PENETAPAN HONORARIUM ATAS JASA HUKUM NOTARIS DETERMINATION OF LEGAL SERVICES NOTARY HONORARIUM TOP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENETAPAN HONORARIUM ATAS JASA HUKUM NOTARIS DETERMINATION OF LEGAL SERVICES NOTARY HONORARIUM TOP"

Transkripsi

1 PENETAPAN HONORARIUM ATAS JASA HUKUM NOTARIS DETERMINATION OF LEGAL SERVICES NOTARY HONORARIUM TOP Ronald Gultom, Syamsul Bachri, Farida Patittingi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Ronald Gultom Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar HP:

2 Abstrak Notaris mendapatkan honorarium dari masyarakat atas pemberian jasa hukum kepada pengguna jasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum dan prinsip kepastian hukum terhadap Notaris tentang penetapan jumlah honorarium atas jasa hukum Notaris yang diberikan diluar Undang-Undang Jabatan Notaris. Tipe penelitian bersifat normatif empiris. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara tidak terstruktur dengan mewawancarai beberapa Notaris sebagai responden. Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subyektif dari penelitian. Data yang didapat dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif kemudian dideskripsikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Notaris yang melayani jasa pembuatan akta autentik pendirian badan usaha, pada umumnya Notaris dimintakan untuk melakukan pengurusan berbagai izin dan surat-surat yang berkaitan dengan pendirian badan usaha. Bahwa pekerjaan tersebut merupakan permintaan penghadap atau para pihak. Notaris tidak bertanggung jawab atas kebenaran data berbagai izin dan surat-surat selain yang tercantum dalam akta autentik. Atas jasa Notaris untuk pekerjaan tersebut ada biaya honorarium yang dibebankan kepada penghadap atau para pihak. Penetapan honorarium berdasarkan kesepakatan penghadap atau para pihak dengan Notaris. Undang-undang Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris dan Ikatan Notaris Indonesia tidak mengatur secara tegas batasan penetapan honorarium atas pekerjaan selain pembuatan akta autentik. Kata Kunci: Notaris, honorarium, jasa, berbagai izin. Abstract Receive emoluments from the public notary of the provision of legal services to service user. This study aims to determine the legal regulation and the principle of legal certainty regarding the determination of the amount of honorarium Notary for legal services provided outside the Notary Law. Type normative empirical research. The method used in the study was not structured interview by interviewing some of the Notary as respondents. Sampling was based on a subjective judgment of the study. The data obtained were analyzed using qualitative analysis techniques described later. The results showed that the Notary services in the manufacture of authentic deed of establishment of business entities, in general Notary is requested to perform the maintenance of various permits and papers relating to the establishment of a business entity. That the job is a request users or the parties. Notary are not responsible for the accuracy of the data of various permits and letters other than those listed in the authentic deed. Notary services for the above mentioned jobs honorarium fee charged to users or the parties. Determination of the honorarium fee based on the agreement of the users or parties with Notary. Notary Law, Notary Code of Ethics and the Indonesian Notary Association do not provide specific limits for the work in addition to the honorarium fee determination deed authentic. Keywords: Notary, honorarium, services, various permits.

3 PENDAHULUAN Sepanjang tentang hal membuat akta yang ditentukan dan diatur kewenangannya dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, maka ada hak yang diterima oleh Notaris dalam bentuk honorarium. Balas jasa hukum yang diterima oleh Notaris dari penghadap atau para pihak dalam bentuk honorarium tersebut telah diatur dalam pasal 36 dan 37 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Tentang honorarium juga diatur dalam pasal 4 angka 10 Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia selanjutnya disebut INI. Bagi profesi Notaris, kode etik merupakan hal yang sangat penting dan pelaksanaan yang benar terhadap peraturan mengenai Notaris tidak mungkin dilakukan tanpa pengetahuan yang cukup (Sidharta, 2006). Notaris selama menjalankan tugas jabatannya, meskipun diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, tetapi tidak mendapat gaji dari pemerintah atau uang pensiun dari pemerintah, sehingga honorarium yang diterima Notaris sebagai pendapatan pribadi Notaris yang bersangkutan (Adjie, 2008a). Artinya ketika Notaris sedang dalam menjalankan jabatannya akan mendapatkan honorarium yang diberikan oleh masyarakat atas jasa hukum yang diberikannya. Terdapat dua asas yang mempengaruhi sistem imbalan jasa. Pertama, asas melayani sebatas upah yang diterima. Kedua, asas melayani sesuai permintaan (Sumaryono, 2003). Jabatan Notaris memungkinkan untuk melayani permintaan para penghadap mengenai pekerjaan selain pembuatan akta autentik dengan menerima honorarium yang disepakati. Inilah yang menjadi kebutuhan bahwa Notaris dalam menjalankan jabatannya tidak hanya sekedar mengandalkan mendapatkan honorarium sesuai UUJN. Tetapi ada juga honorarium yang didapatkan dari masyarakat atas jasa hukum yang diluar dari kewenangannya seperti diatur dalam UUJN. Jasa hukum bidang kenotarisan yang sebenarnya merupakan diluar kewenangan Notaris tetapi dapat dilakukan oleh Notaris dengan berpedoman pada UUJN pasal 15 angka 2 huruf e bahwa Notaris berwenang pula memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta. Penyuluhan hukum yang dimaksud disini bukan untuk masyarakat secara umum, tetapi merupakan kewajiban Notaris kepada para pihak atau penghadap dalam pembuatan akta yang dimintakan kepadanya.

4 Notaris dalam menjalankan jabatannya memberikan penyuluhan hukum dalam bentuk memberi penjelasan, memberi penerangan dan memberi pemahaman yang berkaitan dengan perbuatan hukum yang akan diterapkan dalam akta. Bentuk penyuluhan hukum yang dimaksud antara lain salah satunya adalah perbuatan yang harus dilakukan penghadap atau para pihak dari Notaris tersebut sebelum pembuatan akta maupun sesudah pembuatan akta. Perbuatan sebelum pembuatan akta adalah keterangan-keterangan dan bukti-bukti yang harus diberikan penghadap untuk keperluan pembuatan akta autentik atau akta bawah tangan yang disahkan dihadapan Notaris. Sedangkan penyuluhan hukum sesudah pembuatan akta adalah kelanjutan dari penggunaan akta tersebut termasuk pula izin-izin yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian tidak hanya hukum positif (aturan hukum yang berlaku saat ini) yang harus dikuasai atau ilmu hukum, tetapi kita juga harus memperlengkapi diri dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi dan ilmu lainnya (Adjie, 2011). Notaris sangat dibutuhkan pengetahuan hukumnya dan dapat melakukan penemuan hukum atas akta yang dibuat dihadapannya. Notaris harus cermat dan teliti menyampaikan pendapat hukumnya agar tidak membuat masyarakat bingung mana yang menjadi tanggung jawab dan kewenangan Notaris dalam menjalankan jabatannya. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang sebagai mana tersebut diatas, maka permasalahan yang hendak diteliti adalah bagaimana pengaturan hukum tentang honorarium atas jasa Notaris yang diberikan diluar kewenangan berdasarkan UUJN dan sejauh mana prinsip kepastian hukum terhadap Notaris dalam menetapkan nilai honorarium atas jasa hukum diluar kewenangan berdasarkan UUJN. Pekerjaan Notaris diluar kewenangannya adalah dalam suatu pendirian badan usaha atau badan hukum yang selalu terkait dengan permohonan pengesahan dan kelengkapan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tetapi tidak tertutup kemungkinan dalam hal-hal lainnya. Permohonan pengesahan tersebut merupakan wewenang pendiri yang dapat dilaksanakan sendiri atau dikuasakan kepada Notaris (Bahari, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum tentang honorarium yang diterima Notaris berkaitan dengan pekerjaan diluar Undang-Undang Jabatan Notaris.

5 BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kota Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur. Pertimbangan untuk memilih daerah penelitian di Kota Balikpapan adalah salah satu pintu gerbang Propinsi Kalimantan Timur, dengan adanya pelabuhan laut Semayang dan Bandara Internasional Sepinggan. Kota ini mempunyai potensi sebagai pintu masuk perekonomian ke Pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Timur dan sangat diperlukan transaksi perbuatan hukum oleh badan hukum yang banyak yang memerlukan jasa hukum Notaris. Selain itu Kota Balikpapan merupakan kota dengan penduduknya yang kebanyakan adalah pendatang yang membawa masuk modal sehingga otomatis menambah investasi dalam perekonomian dan memerlukan kepastian hukum. Sumber dan jenis data Dalam penelitian ini jenis data yang dipakai dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan undang-undang, pendekatan historis, dan pendekatan kasus yaitu perbuatan hukum. Sedangkan untuk sumber data adalah data yang terkumpul melalui studi pustaka, dokumen dan wawancara. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, melalui penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data primer dengan mempelajari tulisan atau pendapat para ahli yang dituangkan dalam buku, buku-buku literatur, jurnal serta berbagai macam peraturan perundang-undangan yang relevan dengan masalah yang diteliti dan penelitian lapangan ( field research), yaitu pengumpulan data secara langsung dari Notaris, Ikatan Notaris Indonesia melalui Pengurus Daerah dan Pemerintah Kota Balikpapan yang berhubungan dengan objek penelitian. Metode yang dipakai yaitu teknik wawancara ( interview) tidak terstruktur yang hanya memuat garis besar tentang hal yang ditanyakan, selanjutnya akan dikembangkan oleh peneliti dengan wawancara bebas, guna mendapatkan data yang dibutuhkan. Wawancara dilakukan dengan wawancara langsung ke tempat responden berada. Analisis data Sesuai dengan sifat penelitian yang deskriptif analisis, maka data yang diperoleh dari penelitian di lapangan akan diuji kebenarannya kemudian dihubungkan dan dianalisis

6 dengan menggunakan teknik analisis kualitatif kemudian dideskripsikan, yaitu dengan menggambarkan, menguraikan kemudian menjelaskan permasalahan dan persoalan yang ada dengan hukum yang berlaku. HASIL PENELITIAN Pembuatan akta autentik badan usaha dihadapan Notaris menimbulkan hak yang diterima oleh Notaris berupa honorarium atau penghargaan yang dinilai dengan alat pembayaran yang sah yaitu uang. Penetapan jumlah honorarium untuk akta autentik yang dibuat dihadapan Notaris telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris selanjutnya disebut UUJN. Hal ini terlihat jelas di Pasal 36 UUJN. Selain UUJN, untuk penetapan jumlah honorarium juga diatur dalam Kode Etik Notaris. Pekerjaan membuat akta autentik yang menjadi kewenangan Notaris juga menimbulkan pekerjaan diluar kewenangannya. Terkait dengan akta autentik pendirian badan usaha yang dibuat dihadapan Notaris, selalu berkaitan penggunaan akta yang harus dilengkapi dengan izin-izin sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Persyaratan kelengkapan izin-izin badan usaha ini disesuaikan dengan bidang usaha yang tercantum dalam akta autentik. Semakin banyak jumlah bidang usaha yang dicantumkan dalam akta autentik semakin banyak pula izin-izin yang harus dipenuhi oleh badan usaha tersebut. Permintaan dari pengguna jasa Notaris untuk setiap izin kelengkapan badan usaha kepada Notaris adalah diluar kewenangan Notaris. Jabatan Notaris sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam hal membantu menguruskan izin-izin badan usaha semata-mata sebagai bentuk pelayanan jasa hukum. Jasa hukum yang diberikan Notaris akan mendapatkan honorarium. Jasa hukum Notaris yang mendapatkan penghargaan berupa honorarium dari masyarakat dikelompokkan yaitu membuat akta autentik berdasarkan UUJN atau mengesahkan/membukukan surat-surat dibawah tangan sesuai UUJN dan mengerjakan pekerjaan sehubungan dengan pembuatan akta autentik. Menurut Ratih Wulandari, Notaris/PPAT di Kota Balikpapan, pekerjaan yang dimintakan selain pembuatan akta adalah dalam hal pendirian badan usaha perseroan. Badan

7 usaha perseroan yang berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum. Akta jenis Perseroan Komanditer (CV) sangat sering dimohonkan para pihak atau penghadap untuk dibuatkan oleh Notaris. Perseroan ini yang umum digunakan untuk usaha kecil dan menengah dalam lapangan modal usaha. Umumnya para pihak yang mendirikan usaha ini datang kepada Notaris tidak sebatas hanya pembuatan akta saja. Mereka cenderung sekaligus memohonkan selain pembuatan akta juga izin-izin kelengkapan suatu perseroan komanditer (CV) yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan hingga disebut sebagai badan usaha perseroan komanditer (CV). Hal ini sering dijumpai ketika pada waktu pembuatan akta pendirian badan usaha perseroan komanditer (CV) oleh para pihak menanyakan kepada Notaris izin-izin apa saja yang harus dilengkapi agar akta tersebut dapat dipergunakan secara hukum. Kebanyakan dari penghadap atau para pihak yang datang meminta untuk Notaris mengurus akta berikut izin-izin yang diperlukan dengan alasan keterbatasan waktu. Selain alasan keterbatasan waktu para pihak atau penghadap juga tidak memahami secara detail aturan serta tahapan pengurusan izin. Sehingga lebih mempercayakan hal tersebut diurus oleh Notaris. Pekerjaan terkait yang bisa dilayani selain akta pendirian badan usaha perseroan komanditer (CV) menurut beliau adalah Izin Gangguan (IG), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perseroan, Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) perseroan, Pengesahan Register Pengadilan Negeri, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perseroan (TDP). Hal inilah yang menimbulkan biaya honorarium tambahan selain honorarium pembuatan akta autentik pendirian badan usaha perseroan komanditer (CV) tersebut diatas, juga ada biaya honorarium pengurusan izin-izin yang dimintakan para pihak atau penghadap untuk dikerjakan oleh Notaris. Menurut Hema Loka, Notaris/PPAT di Kota Balikpapan dalam melayani pembuatan akta perseroan terbatas dan pengesahannya maka sering ada permintaan dari para pihak atau penghadap untuk meminta jasa Notaris dalam mengurus izin-izin kelengkapan suatu bentuk badan hukum perseroan terbatas. Pengurusan izin-izin semata-mata hanya bisa dilayani khusus atas permintaan para pihak atau penghadap dalam pembuatan akta yang terkait dengan bidang usaha dari perseroan terbatas. Kehendak para pihak yang memohonkan untuk dibuatkan akta autentik pendirian perseroan terbatas harus melihat bidang usaha yang akan

8 dikerjakan oleh perseroan. Setelah dipastikan bidang usaha yang akan dikerjakan oleh perseroan maka dituangkan dalam akta pendirian. Bidang usaha ini sangat menentukan bagi Notaris untuk dapat melayani permintaan pengurusan izin-izin perseroan. Pekerjaan terkait yang bisa dilayani selain akta pendirian perseroan terbatas berikut pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah Izin Gangguan (IG), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perseroan, Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) perseroan, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perseroan (TDP). Beberapa pekerjaan jasa hukum yang umumnya dimintakan oleh para pihak atau penghadap dalam pendirian akta badan usaha perseroan antara lain Izin Gangguan (IG), Izin Reklame, Izin Usaha Pariwisata, Surat izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), Tanda Daftar Industri (TDI) dan Izin Usaha Industri. Seluruh proses tahapan memperoleh perizinan sebuah perseroan diatas, diberitahukan kepada para pihak atau penghadap yang mendirikan akta pendirian dihadapan Notaris dan memohon untuk minta diuruskan berikut perizinannya oleh Notaris yang bersangkutan. Notaris akan meminta kepada penghadap atau para pihak pada waktu penandatanganan akta pendirian perseroan melengkapi persyaratan perizinan tersebut diatas, membayar biaya restribusi yang akan timbul dan membayar honorarium yang disepakati. Mengerjakan permintaan para pihak atau penghadap atas pekerjaan selain pembuatan akta, Notaris dapat mengerjakannya secara langsung terjun ke lapangan tempat instansi yang berkaitan. Namun menurut Hema Loka tidak semua pekerjaan dilakukan sendiri oleh Notaris. Biasanya pekerjaan semacam hal tersebut diatas dilakukan oleh karyawan yang bekerja di Kantor Notaris dengan tanggung jawab pekerjaan tetap pada Notaris. Tanggung jawab kebenaran data perseroan dalam izin-izin yang diurus hanya berdasarkan akta autentik, artinya Notaris tidak bertanggung jawab secara materiil selain yang dituangkan dalam akta autentik. Notaris selalu memantau dan mengawasi pekerjaan tersebut agar dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati. Pekerjaan selain pembuatan akta akan menimbulkan honorarium selain honorarium untuk biaya akta itu sendiri. Ada beberapa hal yang menjadi faktor untuk menetapkan nilai honorarium tingkat kesulitan pembuatan akta autentik, jumlah instansi yang berkaitan

9 dengan pengurusan izin perseroan, dan tingkat kesulitan pengurusan atau berapa banyak dokumen yang harus diurus. Honorarium yang timbul merupakan kesepakatan antara para pihak atau penghadap dan Notaris. Penetapan honorarium sangat bergantung pada nilai ekonomis akta. Semakin besar pencantuman nilai nominal pada akta akan menentukan jumlah honorarium yang harus dibayarkan oleh penghadap atau para pihak. Terkait dengan jumlah honorarium yang harus dibayarkan oleh penghadap, UUJN telah memberikan batasan tertinggi. Selain honorarium tersebut diatas penghadap atau para pihak juga diwajibkan membayar biaya restribusi pemasukan kepada pemerintah daerah berdasarkan aturan yang berlaku. Restribusi akan diperhitungkan dengan rumus yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tempat mengeluarkan izin. Salah satu dari faktor yang mempengaruhi jumlah nilai restribusi yang harus dibayarkan adalah luas tempat usaha perseroan. Luas tempat usaha perseroan tergantung dari luas kantor dan areal usaha perseroan. Menurut Hema Loka, Notaris/PPAT di Kota Balikpapan, permintaan pekerjaan pengurusan tidak ada kaitannya dengan pembuatan akta autentik sebaiknya tidak dilakukan Notaris. Namun dengan batasan pelayanan dalam penyuluhan hukum Notaris mengarahkan untuk dikerjakan sendiri oleh para pihak atau penghadap. Alasannya agar masyarakat atau pihak yang bersangkutan mengerti dan mau belajar proses pengurusan yang berlaku sesuai dengan aturan. Juga Notaris menyampaikan bahwa ada penghematan biaya yang dikeluarkan dibandingkan memakai jasa hukum Notaris. Karena sudah pasti Notaris akan memberikan penetapan honorarium secara subyektif untuk pekerjaan yang diminta dikerjakan Notaris diluar pembuatan akta autentik. Pekerjaan yang dikerjakan tersebut akan menimbulkan honorarium dengan pertimbangan subyektif. Pada prinsipnya tidak ada ditentukan penetapan jumlah honorarium dalam UUJN dan Kode Etik Notaris. Namun biaya honorarium tersebut akan disesuaikan dengan pengeluaran yang akan dibayarkan oleh Notaris kepada instansi terkait. Ditambah dengan biaya-biaya yang bersifat restribusi resmi yang akan dibayarkan kemudian dengan terlebih dahulu diberitahukan dan disepakati kepada para pihak atau penghadap.

10 PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa keinginan masyarakat untuk memakai jasa hukum Notaris adalah untuk memperoleh kepastian hukum. Segala tindakan dan akibat hukum yang akan terjadi bagi pihak yang melakukan perbuatan hukum adalah merupakan suatu kepastian hukum. Kepastian hukum yang diterima para pihak adalah adanya akta autentik sebagai alat pembuktian secara lahiriah, formil dan materil. Fungsi suatu akta Notaris mempunyai peran penting, baik akta sebagai alat bukti maupun akta sebagai syarat sahnya suatu peristiwa hukum (Budiono, 2013). Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum. Dengan dasar ini mereka yang diangkat menjadi Notaris harus memiliki semangat untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu Notaris tidak berarti apa-apa apabila masyarakat tidak menghendakinya (Nurita, 2012). Menjadi suatu kewajiban Notaris untuk memberikan pelayanan jasa hukum kepada masyarakat sesuai dengan UUJN. Ketika permintaan para pihak atau penghadap untuk dibuatkan akta autentik ditambah dengan pengurusan hal-hal yang berkenaan dengan akta tersebut menjadikan satu pelayanan jasa hukum tambahan oleh Notaris. Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang terlihat untuk diperhatikan oleh Notaris atas pemberian jasanya, Notaris tidak melanggar sumpah jabatan atau perbuatan melanggar hukum, persyaratan kelengkapan administrasi para pihak atau penghadap, pemberian jasa tersebut memungut honorarium yang disepakati oleh para pihak atau penghadap. Menurut pandangan penulis bahwa pekerjaan yang diminta dikerjakan oleh Notaris diluar pembuatan akta, adalah suatu keinginan atau kehendak penghadap atau para pihak untuk mendapatkan jasa pelayanan. Salah satu kewajiban Notaris adalah memberikan pelayanan sesuai ketentuan UUJN, kecuali ada alasan menolak. Alasan penolakan yang dikarenakan pekerjaan pelayanan tersebut melanggar UUJN atau perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sepanjang Notaris dengan kemampuannya dapat mengerjakan pekerjaan yang dimintakan oleh para pihak atau penghadap adalah merupakan amanah yang harus dikerjakan. Terkait honorarium atas pekerjaan itu sendiri dikembalikan kesepakatan kepada para pihak atau penghadap dengan Notaris.

11 Menurut Hema Loka, Notaris/PPAT di Kota Balikpapan, sifat melayani dan membantu yang melekat pada diri Notaris menjadikan suatu dasar bagi Notaris untuk memberikan pelayanan jasa hukum. Pada prinsipnya bahwa pelayanan jasa selain pembuatan akta autentik dan kewenangan lainnya dalam UUJN, tidak ada satu aturan yang melarang Notaris untuk memberikan pelayanan tambahan selain pembuatan akta. Dengan dasar seperti ini mereka yang diangkat sebagai Notaris harus mempunyai semangat untuk melayani masyarakat, dan atas pelayanan tersebut, masyarakat yang telah merasa dilayani oleh Notaris sesuai dengan tugas jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada Notaris (Adjie, 2008b). Pelayanan jasa hukum Notaris kepada penghadap atau para pihak terhadap pembuatan akta autentik dan pekerjaan tertentu sehubungan dengan pembuatan akta autentik adalah dua hal yang berbeda dalam penetapan honorariumnya. Notaris harus dapat membedakan hanya terhadap pembuatan akta autentik maka nilai ekonomis dan nilai sosiologis dapat diberlakukan. Sedangkan untuk pekerjaan terhadap selain pembuatan akta autentik seperti yang berhubungan dengan pengurusan perizinan, Notaris tidak wajib untuk memperhatikan nilai ekonomis dan nilai sosiologisnya. Karena pada dasarnya pekerjaanpekerjaan selain pembuatan akta dapat dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan. Seorang yang mengabdikan dirinya pada profesi mulia seperti Notaris harus memahami bahwa profesi berbeda dengan kegiatan bisnis (Anshori, 2009). Bahwa jasa Notaris sangat diperlukan untuk setiap pendirian sebuah badan usaha perseroan dengan adanya pembuatan akta autentik. Akta pendirian sebuah badan usaha perseroan harus selalu diikuti dengan pengurusan perizinan dan perpajakan atas badan usaha perseroan tersebut. Namun tidak semua Notaris bersedia untuk membantu memberikan jasa hukum pelayanan pengurusan perizinan. Notaris hanya berkewajiban mengerjakan pekerjaan berdasarkan kewenangan yang diberikan dalam UUJN. Pelayanan jasa hukum pengurusan selain pembuatan akta hanya dapat diberikan apabila ada kehendak dan permintaan dari para pihak atau penghadap. Kehendak adalah dasar dari hukum keperdataan (Budiono, 2011). Diawali dengan adanya kehendak dari para pihak untuk menuangkan dalam akta autentik menjadi perlindungan hukum bagi Notaris dalam menjalankan jabatannya. Notaris dalam menetapkan nilai honorarium pekerjaan selain pembuatan akta harus memperhatikan akibat hukum sesuai Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Miru dkk.,

12 2010). Pengaturan hukum tentang honorarium sangat dibutuhkan Notaris dalam kaitannya agar tidak terjadinya penafsiran yang berbeda antara sesama Notaris. Akibat hukum terjadinya penafsiran yang berbeda sesama Notaris akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat bagi sesama rekan profesi Notaris. Persaingan antara Notaris dalam memberikan jasa hukum hanya bisa dilakukan untuk pekerjaan selain pembuatan akta autentik. Penafsiran kepastian hukum dalam penetapan honorarium bagi Notaris dapat dilihat dari latar belakang akta yang dibuatkan dengan pekerjaan selain akta yang dimintakan. Akta yang memiliki nilai ekonomis akan berbeda dengan akta yang memiliki nilai sosial. Semakin tinggi nilai ekonomis suatu akta akan mempengaruhi nilai honorarium terhadap pekerjaan selain pembuatan akta yang dimintakan para pengguna jasa Notaris. Perbedaan nilai ekonomis dan sosial terhadap akta akan sangat mempengaruhi penafsiran Notaris yang satu dengan lainnya dalam menetapkan honorarium. Kepentingan dari pengguna jasa Notaris menimbulkan kesepakatan untuk menetapkan nilai honorarium atas pekerjaan selain pembuatan akta. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa pengaturan hukum atas jasa jabatan Notaris yang diberikan diluar Undang-Undang Jabatan Notaris belum diatur secara tegas dalam peraturan yang tertulis. Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris tidak menjelaskan adanya honorarium selain honorarium pembuatan akta. Penetapan biaya honorarium tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan antara Notaris dan pengguna jasa Notaris. Karena pada prinsipnya penetapan jumlah honorarium atas jasa Notaris selain pembuatan akta tidak diatur secara eksplisit dalam UUJN dan Kode Etik Notaris namun dalam prakteknya diberikan berdasarkan kesepakatan Notaris dan pengguna jasa Notaris. Prinsip kepastian hukum tidak menjelma dan belum ada dasar legalitas, hanya semata-mata kesepakatan Notaris dan pengguna jasa Notaris. Penetapan honorarium atas jasa Notaris diluar kewenangannya berdasarkan atas nilai ekonomis akta dan berdasarkan pertimbangan subyektif dari Notaris itu sendiri. Permintaan dan kepentingan pengguna jasa Notaris menjadi dasar untuk menetapkan honorarium selain pembuatan akta autentik. Hendaknya ada pengaturan secara jelas dan tertulis tentang penetapan honorarium oleh Notaris atas jasa hukum selain pembuatan akta. Agar Ikatan Notaris Indonesia membuat pengaturan tentang

13 honorarium atas jasa Notaris secara internal. Perlunya aturan yang tertulis tentang penetapan honorarium atas jasa Notaris agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat dan penafsiran yang berbeda. Prinsip kepastian hukum perlu diakomodasi oleh UUJN untuk kedepannya, sehingga Notaris dalam menetapkan honorarium kepada pengguna jasa Notaris memiliki dasar legalitas yang jelas dan tegas. Penetapan honorarium terhadap pekerjaan selain pembuatan akta autentik harus memperhatikan latar belakang dan kepentingan pengguna jasa Notaris. DAFTAR PUSTAKA Adjie, Habib. (2008a). Hukum Notaris Indonesia. Bandung, PT.Refika Aditama. Adjie, Habib. (2008b). Sanksi Perdata & Administratif Terhadap Notaris. Bandung, Refika Aditama. Adjie, Habib. ( 2011). Merajut Pemikiran dalam Dunia Notaris & PPAT. Bandung, Citra Aditya Bakti. Anshori, Abdul Ghofur. ( 2009). Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika. Yogyakarta, UII Press. Bahari, Adib. (2010). Prosedur Cepat Mendirikan Perseroan Terbatas. Yogyakarta, Pustaka Yustisia. Budiono, Herlien. (2011). Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan. Bandung, Citra Aditya Bakti. Budiono, Herlien. (2013). Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan Buku Kedua. Bandung, Citra Aditya Bakti. Miru, Ahmadi. dan Sutarman Yodo. (2010). Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta, Cetakan 6, Raja Grafindo Persada. Nurita, R.A.Emma. (2012). Cyber Notary. Yogyakarta, Refika Aditama. Sidharta. (2006). Moralitas Profesi hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir. Bandung, Refika Aditama. Sumaryono, E. (2003), Etika Profesi Hukum, Kanisius. Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika pembangunan nasional salah satunya adalah dengan menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di Indonesia pembangunan dilaksanakan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum...

Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum... Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum... PERAN DAN TANGGUNGJAWAB NOTARIS DALAM KEPUTUSAN PEMEGANG SAHAM DILUAR RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) BERDASAR UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang Notaris harus memiliki integritas dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi saat ini, peran notaris sebagai pejabat umum pembuat akta yang diakui secara yuridis oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa terlepas dari hubungan manusia lainnya hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan mahkluk sosial. Interaksi atau hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sistem hukum. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara hal yang sangat diperlukan adalah ditegakkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri, sebab hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan dengan tegas, dalam Pasal 1 angka 3, bahwa Indonesia adalah Negara yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan merupakan salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Banjarmasin adalah salah satu pintu gerbang kegiatan ekonomi nasional dan merupakan kota penting di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA Herianto Sinaga 1 ABSTRACT Notary public officials prosecuted as responsible for the deed he had done, even though the notary protocol

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015 KAJIAN YURIDIS PELANGGARAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA AUTENTIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 1 Oleh : Cicilia R. S. L. Tirajoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial banyak menimbulkan peristiwa maupun perbuatan hukum. Amanat Undang- Undang yang diemban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 1 ayat (3). Sebagai konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya sangat penting dalam membantu dalam memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. Notaris harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum memiliki peran sentral dalam menegakkan hukum di Indonesia, karena selain kuantitas notaris yang begitu besar, notaris dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam masyarakat, individu yang satu senantiasa berhubungan dengan individu yang lain. Dengan perhubungan tersebut diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik tersebut tidak dikhususkan kepada pejabat umum lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta. Akta yang dibuat notaris mempunyai peranan penting dalam menciptakan kepastian hukum di dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS A. Kedudukan Notaris Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL Oleh AHMAD JUARA PUTRA 137011045/MKn FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Lebih terperinci

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris; 59 dengan mencari unsur-unsur kesalahan dan kesengajaan dari Notaris itu sendiri. Hal itu dimaksudkan agar dapat dipertanggungjawabkan baik secara kelembagaan maupun dalam kapasitas Notaris sebagai subyek

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang mempunyai berbagai macam profesi yang bergerak di bidang hukum. Profesi di bidang hukum merupakan suatu profesi yang ilmunya

Lebih terperinci

KODE ETIK JABATAN NOTARIS

KODE ETIK JABATAN NOTARIS KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah : KODE ETIK JABATAN NOTARIS Fakultas/Program Studi : Hukum/Magister Kenotariatan. Kode Mata Kuliah : 531012 Dosen Pengampu : Dr. Henny Tanuwijaya, S.H., M.Si Bobot SKS :

Lebih terperinci

Oleh I Made Erwan Kemara A.A.Gede Agung Dharma Kusuma I Ketut Westra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh I Made Erwan Kemara A.A.Gede Agung Dharma Kusuma I Ketut Westra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana TANGGUNG JAWAB HUKUM NOTARIS TERHADAP AKTA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBUATNYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS Abstrak Oleh I Made Erwan Kemara A.A.Gede

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kedudukan notaris dianggap sebagai suatu fungsionaris dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kedudukan notaris dianggap sebagai suatu fungsionaris dalam 1 BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya kehidupan perekonomian dan sosial budaya masyarakat saat ini membuat kebutuhan notaris makin dirasakan perlu dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu kedudukan notaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada dunia kenotariatan. Semakin banyak masyarakat yang berkeinginan untuk menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Sebagai negara hukum pemerintah negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan adanya alat bukti tertulis dalam suatu pembuktian di Pengadilan mengakibatkan semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat yang menyangkut

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yang Dibatalkan oleh Pengadilan

Tanggung Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yang Dibatalkan oleh Pengadilan Lidya Christina W. Tanggung Jawab Notaris... 49 Tanggung Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yang Dibatalkan oleh Pengadilan Lidya Christina Wardhani Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Islam

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI NOTARIS DENPASAR

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI NOTARIS DENPASAR KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI NOTARIS DENPASAR Oleh : Made Aga Septian Prawira A.A. Istri Ari Atu Dewi Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrack

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris merupakan profesi yang terhormat dan selalu berkaitan dengan moral dan etika ketika menjalankan tugas jabatannya.saat menjalankan tugas jabatannya, Notaris

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam menjalankan hubungan hukum terhadap pihak lain akan membutuhkan suatu kesepakatan yang akan dimuat dalam sebuah perjanjian, agar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum Positif adalah Jaminan Fidusia. Lembaga jaminan kebendaan fidusia tersebut sudah digunakan di Indonesia sejak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang ; a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang; 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum memiliki peranan yang sangat berguna bagi penyelenggaraan negara maupun masyarakat, karena kedudukan notaris merupakan organ negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak dapat lepas dari etika karena dapat menjaga martabat sebagai makhluk yang sempurna. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan jasa notaris dalam masyarakat modern tidak mungkin dihindarkan. Notaris sebagai pejabat umum diangkat oleh pemerintah dan pemerintah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur atau terhormat ataupun profesi mulia (nobile officium) dan sangatlah berpengaruh di dalam tatanan kenegaraan.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling TELAAH YURIDIS PEMBUATAN WEB BLOG (BLOG) NOTARIS DI INTERNET BERDASARKAN PASAL 4 ANGKA 3 KODE ETIK NOTARIS JO PASAL 18 HURUF d KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAM NOMOR: M-01.HT.03.01 TAHUN 2003 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka diperlukanlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bertambahnya jumlah pejabat umum yang bernama Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak asing lagi dengan keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum. Oleh karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, ini berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian

Lebih terperinci

Kekuatan Pembuktian Akta Notaris yang Mengandung Kesalahan dalam Penulisan Komparisi Abstract: Abstrak: Al-Qānūn, Vol. 20, No.

Kekuatan Pembuktian Akta Notaris yang Mengandung Kesalahan dalam Penulisan Komparisi Abstract: Abstrak: Al-Qānūn, Vol. 20, No. Kekuatan Pembuktian Akta Notaris yang Mengandung Kesalahan dalam Penulisan Komparisi Budiawan Universitas Narotama Surabaya budiawan.1503@gmail.com Rusdianto Sesung Universitas Narotama Surabaya Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengaturan mengenai Lembaga Notariat diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

Lebih terperinci

ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM

ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM Rosita Ruhani E-mail : rositaruhani@gmail.com Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sebelas Maret Surakarta Mohammad

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Adjie, Habib, 2015, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Adjie, Habib, 2015, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Adjie, Habib, 2015, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS 1 (satu) bulan ~ Notaris tidak membuat akta Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Notaris tidak membuat akta, Notaris, secara sendiri atau melalui kuasanya menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL 2.1 Pengertian Akta Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta dan dalam bahasa Inggris disebut act atau deed. Secara etimologi menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat memerlukan kepastian hukum. Selain itu, memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang, seiring meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan iklim

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5896). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari arti pentingnya sebuah jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari, sehingga banyak orang yang menuangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya.

Lebih terperinci

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : Putu Prasintia Dewi Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACK Standard contract is typically made

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi posisinya sangat penting dalam membantu dalam memberikan kepastian hukum bagi masyarakat Notaris harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia merupakan Negara yang berdasar atas hukum ( rechtsstaat ) dan tidak berdasarkan kekuasaan ( machtsstaat ). Pasal 1 ayat (3) Undang

Lebih terperinci

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Penerbit dan pencetak: PT Refika Aditama (Cetakan kesatu, Juni 2011. Cetakan kedua, April

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari kehidupan manusia lainya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga terjadi interaksi sosial

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2014 HUKUM. Notaris. Jabatan. Jasa Hukum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT A. Pengertian Perseroan Terbatas Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan berasal dari kata Sero", yang mempunyai arti Saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan tanah diselenggarakan atas dasar peraturan perundangundangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan dan pendaftaran peralihannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya kehidupan manusia dalam bermasyarakat, banyak sekali terjadi hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut, baik peristiwa hukum maupun perbuatan

Lebih terperinci

ANALISIS HONORARIUM JASA HUKUM NOTARIS DAN KETENTUAN SANKSI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS.

ANALISIS HONORARIUM JASA HUKUM NOTARIS DAN KETENTUAN SANKSI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS. ANALISIS HONORARIUM JASA HUKUM NOTARIS DAN KETENTUAN SANKSI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS Hamry Theyer Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Surabaya Hamry_Theyer@yahoo.com

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi peraturan mengatur diantaranya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk dan cara kerjasama antara Notaris dengan pihak lain (bank. dan/atau perusahaan pembiayaan di Sleman

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk dan cara kerjasama antara Notaris dengan pihak lain (bank. dan/atau perusahaan pembiayaan di Sleman BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Bentuk dan cara kerjasama antara Notaris dengan pihak lain (bank dan/atau perusahaan pembiayaan di Sleman Perjanjian kerjasama yang terjadi antara Notaris dengan pihak lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi hukum termasuk di dalamnya profesi notaris, merupakan suatu profesi khusus di samping profesi luhur lainnya. Kekhususannya adalah bahwa pada hakikatnya profesi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah dilakukan penelitian sebagaimana terurai dalam hasil

BAB V PENUTUP. Setelah dilakukan penelitian sebagaimana terurai dalam hasil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian sebagaimana terurai dalam hasil penelitian dan pembahasan tersebut, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Peranan seorang notaris pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD) 1945, Pasal 1 ayat (3) yang dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prinsip Negara hukum menjamin kepastian,

Lebih terperinci

Oleh : Rengganis Dita Ragiliana I Made Budi Arsika Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT :

Oleh : Rengganis Dita Ragiliana I Made Budi Arsika Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT : PENGATURAN MENGENAI KEWAJIBAN NOTARIS DALAM MELEKATKAN SIDIK JARI PENGHADAP PADA MINUTA AKTA NOTARIS TERKAIT DENGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS ABSTRACT : Oleh : Rengganis Dita Ragiliana I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan perlindungan hukum menuntut

Lebih terperinci

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN 1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian, ketertiban,

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN RANCANGAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a. bahwa dengan semakin

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI A. Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum Dewasa ini Perseroan Terbatas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Notaris adalah pejabat umum yang diberi kewenangan menjalankan sebagian dari kewenangan negara untuk membuat alat bukti tertulis secara otentik dalam

Lebih terperinci

Akibat Hukum Penandatangan Perpanjangan Akta Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Yang Dibuat Oleh Notaris Tanpa Menghadirkan Kembali Para Pihak

Akibat Hukum Penandatangan Perpanjangan Akta Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Yang Dibuat Oleh Notaris Tanpa Menghadirkan Kembali Para Pihak Akibat Hukum Penandatangan Perpanjangan Akta Kuasa... (Wiranto) Vol. 4 No. 4 Desember 2017 * ** Akibat Hukum Penandatangan Perpanjangan Akta Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Yang Dibuat Oleh Notaris Tanpa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 7 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN

PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN OLEH I GEDE ARYA TUBWANA I MADE ARYA UTAMA COKORDE DALEM DAHANA BAGIAN HUKUM PEMERINTAHAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang jabatan notaris.

Lebih terperinci