PERANAN H.ABDULLAH AHMAD DALAM PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN H.ABDULLAH AHMAD DALAM PEMBAHARUAN PENDIDIKAN"

Transkripsi

1 PERANAN H.ABDULLAH AHMAD DALAM PEMBAHARUAN PENDIDIKAN Sangkot Nasution Dosen Tetap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sumatera Utara Jl. Williem Iskandar Psr. V Medan Estate, Medan Abstrak: Islamic education in the future of one side will be faced with the challenges of current science and technology that continues to evolve, being on the other side will keep in touch with the socio-cultural values of society that is constantly changing. The problem is now up to us, but if the best alternative is desired, then we must be open to the changes that occur to the left idak fundamental values of Islam. For that, we must be able to express again our nation's treasures of Islamic education and menginterprestasikannya in a new language that is positive on the present and future as a contribution to our national education system. This means education reform efforts ever attempted Islam as Abdullah Ahmad will continue to happen. Kata Kunci: Abdullah Ahmad, Pembaharuan Pendidikan. A. Pendahuluan Dalam sejarahnya, pembahuruan pendidikan Islam di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak awal abad ke-20. Fenomena ini di satu sisi muncul sebagai upaya untuk memperkenalkan berbagai hal yang baru sebagai pengaruh pemikiran baru yang berkembang didunia Islam lainnya dengan maksud memperbaiki apa-apa yang sudah ada dan terbiasa dilakukan dalam praktekpraktek pendidikan Islam sebelumnya. Namun dari sisi lain fenomena ini juga dilatorbelakangi oleh sikap responsive umat Islam, terutama tokoh-tokoh pendidikannya, untuk mengakomodasi, mengantisipasi dan menciptakan berbagai tindakan baru dalam menjawab tantangan dan perubahan zaman yang terus berputar Dalam fragmentasi sejarah pendidikan Islam di Indonesia, tercatat sejumlah tokoh yang berjasa besar dan telah memainkan peran penting dalam usaha pembaharuan pendidikan Islam. Diantara tokoh penting tersebut adalah DR. H. Abdullah Ahmad B. Latar Belakang Pendidikannya Abdullah Ahmad yang dilahirkan di Padang panjang tahun 1978 adalah anak H. Ahmad, seorang ulama minangkabau yang senantiasa mengajarkan agama di surau-surau di samping sebagai seorang saudagar kain bugis. Semenjak kecil ia didik agama oleh ayahnya dan setelah balig ia dimasukkan ke sekolah kelas dua (sekolah yang diperuntukkan bagi kaum pribumi) di Padang panjang. Karena 200

2 Sangkot Nasution: Peranan H.Abdullah Ahmad Dalam Pembaharuan Pendidikan ayahnya tergolong ulama yang berpikiran modern, maka ia sangat menginginkan agar Abdullah Ahmad kelak menjadi orang yang terpelajar dan memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang agama. Setelah Abdullah Ahmad berusia 17 tahun, ia berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji (1895). Disana ia melanjutkan pelajaran agama pada syeikh Ahmad Khatib yang juga berasal dari Minangkabau dan guru-gurunya yang lain (Yunus,1979: 156). Ia dikirim ayahnya untuk belajar di mekkah karena di Minangkabau sendiri belum ada sekolah agama yang teratur waktu itu, sedang nama mekkah sangat terkenal dan sudah banyak orang Minangkabau belajar kesana (Djaja, 1996: 679). Selama empat tahun beliau belajar disana, kemudian pada tahun 1899 ia kembali pulang ke Minangkabau dan mulai mengajar di surau jembatan besi di Padang Panjang yang merupakan cikal bakal organisasi Sumatera Thawalib C. Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam (Konsepsi, Realitas dan Kendala Yang Dihadapi) Sejak masa muda, Abdullah Ahmad telah melakukan kontak intelektual dengan kaum terpelajar, seperti siswa-siswa sekolah menengah pemerinthan di Padang dan sekolah dokter di Jakarta dan memberikan bantuannya dalam kegiatan Jong Sumatranen Bond (Noer,1980:47). Kontak itu dilakukan secara tatap muka dan melalui surat menyurat, terutama dengan gurunya Syeikh Ahmad khatib di mekkah dan sahabatnya syekh Tahir jalaluddin, pemimpin madrasah Al Iqbal dan majallah al Imam di Singapura, serta melalui perantaraan media cetak seperti majalah dan surat kabar. Kontaknya dengan berbagai pemikiran cukup berpengaruh terhadap karakteristik pribadi dan tercermin didalam gerakan dan pusat perhatiannya dikemudian hari. Abdullah Ahmad adalah seorang organisator (Djajam,1966: 705), jurnalis Islam (Hamka, 1982:100), politikus, pragmatis dan pengurus sekolah yang tidak terima dilingkungan agama yang tradisional (Steenbrink, 1986: 50). Disamping itu ia adalah juga seorang tokoh terkemuka dalam bidang agama yang berperan penting dalam gerakan permurnian agama Islam untuk unsur-unsur bid ah (Schrieke, 1973: 5562). Kendati demikian, ketokohan yang paling menonjol adalah teletak pada bidang pendidikan (Steenbrink, 1986: 41). Pendidikan Islam dalam kacamata Abdullah Ahmad, bukannlah hanyak sekedar proses pewarisan pengetahuan agama Islam kepada peserta didik dengan praktek-praktek yang kaku (tradisional) sebagaimana dilakukan selama ini, tetapi pendidikan Islam dipahaminya sebagai upaya fasilitatif yang harus mampu menyediakan dan memungkinkan bagi tercipnya situasi atau lingkungan yang kondusif dimana potensi-potensi dasar yang dimiliki anak didik dapat berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yang terus maju. Itulah sebabnya ketika pada tahun 1909 ia mendirikan sekolah adabiyah (Adabiyah School) di Padang, yang selain mengajarkan ilmu agama juga mengajarkan ilmu-ilmu keduniaan yang datang dari barat guna menciptakan calon-calon ulama yang pandai ber- 201

3 إءا :ااا اد ٢ د ٢٠١٤ bahasa berilmu barat demi meninggikan agama Islam dimata dunia (Djaja, 1966: 703). Sebagaimana telah disebutkan pada uraian yang lewat, bahwa aktifitas Abdullah ahmad dibidang pendidikan sebenarnya dimulai ketika ia kembali dari mekkah dan mengajarkan agama di surau jembatan besi Padang panjang menurut sistem lama (tradisional). Kemudian didirikan sekolah agama (madrasah) dengan menggunakan meja, bangku dan papan tulis (Yunus, 1979 :156). Usahanya ia mendapat tantangan yang serius dari kalangan masyarakat, terutama ulama tradisional (kolot) yang beranggapan bahwa penggunaan meja, bangku dan papan tulis adalah perbuatan orang kafir yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. (Bid ah) Usahanya yang pertama untuk mengadakan pembaharuan terhadap pendidikan Islam dipadang panjang akhirnya gagal dikarenakan belum adanya kesiapan mental dan pikiran masyarakat dalam menerima perubahan, sehingga pada awal berdirinya dilaporkan hampir tidak ada muridnya (Steenbrink, 1986: 39). Kendati demikian, Abdullah Ahmad tidak berputus asa. Ketika ia diberi kepercayaan untuk menggantikan paman yang meninggal dunia, untuk memimpin sebuah surau dipadang pada tahun 1909, ia kemudian mendirikan sekolah Adabiyah disana. Inilah sekolah Islam yang pertama menggunakan sistem klasikal dan memakai bangku, meja dan papan tulis (Yunus, 1979:63). Orientasi lembaga pendidikan yang didirikan Abdullah Ahmad, menurut hemat penulis, aksentuasinya diarahkan kepada upaya menciptakan kemungkinan yang lebih besar bagi peserta didik untuk dapat menemukan propil dirinya sendiri yang lebih aktual dalam konteks lingkungan dan waktu dimana mereka sedang atau akan mengambil peran dalam hidupnya. Itulah agaknya yang menyebabkan sebagian orang menganggap Abdullah Ahmad lebih mementingkan pendidikan umum dari pendidikan agama (Steenbrink, 1986: 39). Padahal menurut hemat penulis, Abdullah Ahmad adalah seorang yang memiliki ketajaman daya analitis dalam membaca peta bumi, sosio politik dan soio kultural bangsa indonesia, khusunya umat Islam, sehingga ia menguasai seni bermain dalam rangka mencapai tujuan mencapai tujuan strategis yang telah dirumuskannya. Hipotesisis diatas agaknya tidaklah terlalu berlebihan, sebab pada tahun 1915 ketika sekolah Adabiyah diubah menjadi H.I.S Adabiyah, maka inilah HIS pertama di minangkabau yang memasukkan pelajaran agama dalam rencana pembelajarannya. Sekolah ini pada tahun 1916 diakui oleh pemerintahan kolonial Belanda sebagai HIS pertama yang didirikan oleh Organisasi Islam, yang setahun kemudian mendapat subsidi penuh gubernemen (Steenbrink 1986: 39-40). Dengan jalan demikian, ia berharap dapat memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah pemerintahan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman umat Islam terhadap ajaran agamanya. Strategi Abdullah Ahmad untuk memberikan pendidikan yang layak dan terbuka bagi seluruh umat Islam ternyata tidak terpaku pada HIS adabiyah nya. Tetapi walaupun pemerintaan Belanda memberlakukan politik gradualisme yang 202

4 Sangkot Nasution: Peranan H.Abdullah Ahmad Dalam Pembaharuan Pendidikan ekstrim, dengan mengusahakan pendidikan yang sesederhana mungkin bagi anak anak indonesia serta mempersulit lahirnya sekolah-sekolah yang berkualitas, namun Abdullah Ahmad dengan seni bermainnya berhasil mendapat restu dari pemerintahan kolonial belanda untuk mendirikan sekolah. Pada tahun 1920, Abdullah Ahmad menghimpin seluruh alim ulama Minangkabau dan berhasil mendirikan persatuan guru-guru agama Islam (PGAI) yang bertujuan untuk mengatur seluruh sekolah agama dalam rancangan yang satu menurut putusan PGAI (Djaja, 1996: 703). Disamping itu tujuan PGAI adalah untuk memperkuat persatuan antar alim ulama dan menghilangkan tentangan antara satu dan lainnya (Yunus, 1979:94). Meskipun untuk mempersatukan alim ulama dinilai kurang berhasil teralisir, namun PGAI berhasil menaungi dan menyeragamkan sistem pendidikan pada sekolah-sekolah Islam yang ada di Padang ketika itu. Dari sisi ini tampaknya bahwa usaha-sauah pembaharuan pendidikan Islam yang dimotori Abdullah Ahmad dinilai cukup berhasil. PGAI merupakan wadah perkumpulan guru-guru agama Islam pertama dibawah pimpinan Abdullah Ahmad, pada tahun 1930 berhaisl mendirikan gedung pemeliharaan anak yatim dan gedung normal Islam untuk membentuk calon-calon guru agama Islam, dan untuk memimpinya sebagai direktur diserahkan kepada Mahmud Yunus. Normal Islam mendapat sambutan yang hangat dari kalangan pelajar Muslim, karena selain belajar ilmu agama, mereka juga diberikan ilmu umum dan bahasa arab menurut sistem baru serta ditambah dengan ilmu pendidikan dan keguruan. Inilah sekolah guru Islam yang pertama menurut sistem baru, memiliki gedung besar dan aula serta alat-alat ilmu alam, kimia, ilmu hayat, dan falak yang tidak kalah dengan sekolah pemerintahan belanda ketika itu (Yunus, 1979: 158). Dalam proses pendirian normal Islam, maka peran serta teramat penting telah dimainkan oleh Abdullah Ahmad. Ia adalah seorang cerdik yang memiliki wawasan luas, diplomat yang ulung dan ahli strategi bermain yang sulit ditebak sepak terjangnya. Dalam pikiran Abdullah Ahmad, kebodohan adalah merupakan sumber dari segala penderitaan dan seluruh bangsa indonesia, sehingga mereka menjadi mangsa, yang empuk bagi kaum imperialis. Jalan terbaik untuk mengantisipasi kondisi yang demikian adalah dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat. Mereka harus dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang tangguh agar mampu berperan positif dalam kehidupannya. Itulah sebabnya mengapa Abdullah Ahmad merasa perlu menempuh berbagai cara asal umat Islam memperoleh pendidikan yang layak dan memadai, walaupun untuk itu ia harus menerima tuduhan dari sebahagian orang yang sebahagian menyebutnya bekerja sama dengan kolonial belanda Perhatian Abdullah Ahmad terhadap pendidikan umat Islam sangatlah besar. Hal ini tampak dari aktifitas-aktifitasnya kependidikannya yang tidak hanya membatasi diri pada lembaga-lembaga pendidikan formal. Dalam konteks ini tampanya Abdullah ahmad benar-benar menunjukkan kesungguhannya untuk 203

5 إءا :ااا اد ٢ د ٢٠١٤ mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan agama sampai kepada dimensi masyarakat secara keseluruhan. Disamping menerbitkan majalah dengan nama Al-Munir dan mengarang berbagai buku, ia juga aktif memberikan pelajaran kepada masyarakat yang diadakan setiap minggu. Sistem pemebelajaran yang diterapkannya berupa debatings club (Djaja,1966:704) adalah metode pendidikan Islam baru, dimana kepada para pelajarnya diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya dan berdialog secara terbuka tentang berbagai hal yang menyangkut masalah agama. Majalah al-munir sendiri banyak memuat artikel yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, yang diantaranya banyak yang berhubungan secara langsung dengan konsep-konsep baru dalam bidang pendidikan, umpamanya seorang guru dalam mendidik harus memperhatikan taraf pemikiran anak, serta masalah masalah yang berhubungan dengan pendidikan dan perubahan sosial (Al-Munir, Tahun I No. 8: 97). Hal ini sangat bertentangan dengan praktek pendidikan agama yang berlaku pada waktu itu, dimana para pelajarnya hanya duduk mendengarkan materi yang diberikan guru serta kurang diberikan kesempatan untuk mempersoalkan berbagai hal yang berhubungan dengan agama karena dianggap tabu dan kurang hormat kepada guru. Pembaharuan yang dilakukan Abdullah ahmad dalam aspek ini membangkitkan perhatian dari berbagai kalangan. Ada yang menanggapi secara positif dan ada pula yang sebaliknyaa, tetapi yang pasti adanya persaingan diantara alim ulama dan ilmuan muslim ketika itu membuka era baru bagi kemajuan berkompetisi untuk sama-sama memajukan dan meningkatkan kualitas umat Islam Islam telah memasuki zaman, situasi sosial dan kultural yang berbeda dengan awal zaman kelahirannya, harus dapat menjawab tantangan kehidupan manusia yang senantiasa berkembang. Karena itu, karakter Islam yang absolut dan universal serta tidak terkait oleh ruang dan waktu serta perlu diinterpretasikan agar Islam tidak kehilangan identitas dalam menghadapi perkembangan dan perubahan masyarakat. Untuk itu Abdullah Ahmad sangat heran mengapa ada umat Islam yang melarang menggunakan akal pikiran dalam menterjemahkan pesan-pesan agama. (Schrieke, 1973: 59) padahal ia adalah karunia tuhan yang paling tinggi. Pengetahuan tentang sejarah telah membawanya kepada kesimpulan bahwa di dalam agama-agama lain telah terlahir suatu kategori atheis dan orangorang yang acuh tak acuh terhadap agama, karena agama tidak berkembang sejajar dengan perkemabgan intelektual (Schrieke, 1973: 59). Karenanya umat Islam perlu didik mendaya gunakan akal pikirannya guna mengaktualisasikan diri sebagai abdun dan khalifah Allah SWT. dimuka bumi Aktifitas-aktifitas Abdullah Ahmad sebagai tokoh pembaharuan baik dalam bidang pendidikan maupun agama, dalam sejarahnya telah berpengaruh luas tidak hanya terbatas diminangkabau, tetapi juga di pulau jawa melalui organisasi Muhammadiyah (Steenbrink, 1986: 42 dan 55). Bahkan tidak sampai disitu, kartika pada tahun 1926 ia bersama H.A. Karim Amrullah yang berangkat sebagai duta indonesa dalam kongres Islam sedunia di kairo mendapat gelar doktor fiddin (Doktor Honoris Causa) atas jasa-jasanya dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas umat Islam disumatera (Hamka, 1982:160) 204

6 Sangkot Nasution: Peranan H.Abdullah Ahmad Dalam Pembaharuan Pendidikan Akhirnya tokoh pendidikan Islam ini meninggal dunia dipadang pada bulan November 1933 dengan meninggalkan karya-karya besar bagi merintis jalan dan menjiwai semangat pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. D. Penutup Pendidikan Islam pada masa mendatang dari satu sisi akan dihadapkan pada tantangan arus IPTEK yang terus berkembang, sedang dari sisi lain akan terus bersentuhan dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang terus berubah. Dalam hal ini setidak-tidaknya ada dua kemungkinan yang akan terjadi, yang pertama, pendidikan Islam akan terbawa arus IPTEK dan perubahan nilainilai sosial budaya masyarakat. Kedua, pendidikan Islam akan memberi warna positif terhadap perkembangan IPTEK dan perubahan nilai-nilai sosial. Permasalahannya kini terserah pada kita, namun apabila alternatif terbaik yang diinginkan, maka kita harus membuka diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dengan idak meninggalkan nilai-nilai asasi Islam. Untuk itu, kita harus mampu mengungkapkan kembali khazanah pendidikan Islam bangsa kita dan menginterprestasikannya dalam bahasa yang baru agar bernilai positif pada masa kini dan mendatang sebagai sumbangan terhadap sistem pendidikan nasional kita. Ini berarti usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam sebagaimana pernah diupayakan Abdullah Ahmad akan terus terjadi. DAFTAR PUSTAKA Djaja, Tamar, (1966), Pusaka Indonesia II, Jakarta: Bulan Bintang. Hamka, (1982), Ayahku, Jakarta: Umminda. Kedutaan Besar RI. (1983), Pendidikan Islam Di Indonesia dan Mesir, Buku I Cairo. Majalah Al-Munir, Tahun 1 No. 8,12 Juli Noer, Deliar, (1980), Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta: LP3ES. Schrike, B.J.O. (1973), Pergolakan Agama Di Sumatera Barat, Jakarta : Bhratara. Sumard, Muljanto, (1977), Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia, , Jakarta : LPIAK, Departemen Agama. Yunus, Mahmud, (1979), Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara. 205

Peranan H. Abdul Karim Amrullah dalam gerakan pembaruan Islam di Minangkabau awal abad XX. Oleh : Rudi Sutrisna NIM K BAB I PENDAHULUAN

Peranan H. Abdul Karim Amrullah dalam gerakan pembaruan Islam di Minangkabau awal abad XX. Oleh : Rudi Sutrisna NIM K BAB I PENDAHULUAN Peranan H. Abdul Karim Amrullah dalam gerakan pembaruan Islam di Minangkabau awal abad XX Oleh : Rudi Sutrisna NIM K 4402514 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika melihat gerakan Islam di Minangkabau

Lebih terperinci

kemajuan suatu negara ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan warga negaranya. Selain itu

kemajuan suatu negara ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan warga negaranya. Selain itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang paling utama bagi negara dan bangsa, karena kemajuan suatu negara ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan warga negaranya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, kemudian pembaharuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, kemudian pembaharuan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Madrasah di Sumatera Barat di mulai awal abad ke- 20 yang merupakan tempat awal tumbuh dan berkembangnya pergerakan pembaharuan pemikiran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL 86 BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL 4.1. Analisis Pelaksanaan Pengajian Tafsir Al-Qur an di Desa Jatimulya Kec.

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH 1 BUPATI PADANG LAWAS SAMBUTAN BUPATI PADANG LAWAS PADA PEMBUKAAN KADERISASI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) KABUPATEN PADANG LAWAS AULA HOTEL MARWAH MINGGU 31 JANUARI 2016 BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi

Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi (1860-1916 M) Imam Masjidil Haram Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi merupakan salah satu ulama besar Nusantara kelas dunia. Puncak karier ulama asal Ranah Minang (Minangkabau)

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum legislatif telah dilaksanakan pada 9 april 2014 lalu oleh Negara Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi. Pemilihan legislatif yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan nasional pada hakikatnya mencari nilai tambah melalui pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau kualitas manusia utuh jasmaniah rohaniah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan koloniaisme memegang peranan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. bingkai akhlakul karimah. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya tentang tujuan pendidikan Islam yang terutama dan tertinggi

BAB IV ANALISA. bingkai akhlakul karimah. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya tentang tujuan pendidikan Islam yang terutama dan tertinggi BAB IV ANALISA A. Analisa Konsep Pendidikan Islam Perspektif Mahmud Yunus Pemikiran Mahmud Yunus tentang Pendidikan Islam yang dipadukan dengan pengetahuan umum tidak bisa dilepaskan dengan bingkai akhlakul

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Jakarta, 30 Juni 2011 Kamis, 30 Juni 2011

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Jakarta, 30 Juni 2011 Kamis, 30 Juni 2011 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Jakarta, 30 Juni 2011 Kamis, 30 Juni 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN ISRA' MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW TANGGAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam harus dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam harus dapat menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu realita kependidikan yang telah membudaya dikalangan sebagian bangsa, terutama dikalangan sebagian besar umat Islam yang merupakan golongan mayoritas

Lebih terperinci

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan Mendidik Anak Menuju Surga Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Tugas Mendidik Generasi Unggulan Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam proses perubahan dan pertumbuhan manusia. Perubahan dan pertumbuhan kepada

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM AWAL ABAD 20 (Studi Kasus di Sumatera Barat) Rini Rahman

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM AWAL ABAD 20 (Studi Kasus di Sumatera Barat) Rini Rahman MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM AWAL ABAD 20 (Studi Kasus di Sumatera Barat) Rini Rahman MKU FIS Universitas Negeri Padang Email: rinirahman1978@gmail.com Abstract The modernisation of Surau is marked by

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Sumatera Selatan; Yth. Ketua DPRD

Lebih terperinci

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat Saya melihat Prof.Dr.Hj. Tutty Alawiyah adalah sosok pejuang dan sekaligus pendidik sepanjang hayat. Sebagai seorang putri ulama besar, beliau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama bahwa sumber utama pendidikan. Islam sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci al-qur an dan Sunnah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bersama bahwa sumber utama pendidikan. Islam sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci al-qur an dan Sunnah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bersama bahwa sumber utama pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci al-qur an dan Sunnah Rasulullah Saw., serta pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu kedatangannya pada awal abad ke - 7 Masehi. Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena pada saat usia dini adalah saat yang paling peka dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena pada saat usia dini adalah saat yang paling peka dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang paling tepat untuk menanamkan pendidikan, karena pada saat usia dini adalah saat yang paling peka dalam pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta munculnya media-media massa yang serba canggih ini, dengan segala kemajuannya menawarkan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHMI DENGAN PARA PESERTA MUSABAQAH

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, sebagaimana kita ketahui merupakan suatu sarana yang amat penting dalam menyampaikan suatu ide maupun pesan. Melalui bahasa kita dapat berkomunikasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH CABANG BLIMBING DAERAH SUKOHARJO

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH CABANG BLIMBING DAERAH SUKOHARJO SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH CABANG BLIMBING DAERAH SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Ushuluddin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya umat Islam sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Manusia yang ingin mencapai tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

Usaha Kaum Mudo Minangkabau dalam Pembaharuan

Usaha Kaum Mudo Minangkabau dalam Pembaharuan Konselor Volume 5 Number 3 September 016 ISSN: Print 141-9760 Online 541-5948 Received July 7, 016; Revised Augustuss 7, 016; Accepted September 30, 016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Usaha

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Pondok Pesantren Al Manaar Batuhampar Kecamatan Akbaliru Kabupaten

BAB IV KESIMPULAN. Pondok Pesantren Al Manaar Batuhampar Kecamatan Akbaliru Kabupaten BAB IV KESIMPULAN Pondok Pesantren Al Manaar Batuhampar Kecamatan Akbaliru Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan tempat pendidikan Islam yang berlanjutan dari Surau Syekh Abdurrahman yang berdiri pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar. Dari keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang sangat

Lebih terperinci

NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA

NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA Pusdiklat BPS RI Rubrik : Tulisan WI NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA 12 Juni 2013, 1:07:38 oleh erya NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA Oleh : Erya Afrianus

Lebih terperinci

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry : Article Review Judul Artikel : Perubahan Sosial dan Kaitannya Dengan Pembagian Harta Warisan Dalam Perspektif Hukum Islam Penulis Artikel : Zulham Wahyudani Reviewer : Anna Rizki Penerbit : Jurnal Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah peradaban manusia, pendidikan diciptakan sebagai alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri seseorang. Pendidikan adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan dan menyelaraskan pembangunan dan kemajuan, maka nilai akhlak harus tetap dilestarikan dan ditanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bercorak modern di Indonesia, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan para ulama atau tokoh-tokoh Islam, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan diharapkan dapat mengahasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab, dan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih cenderung melakukan ijtihad politik praktis ketimbang menjalankan perjuangan triologi khtitah Tarbiyah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan KKN Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

Pusat Peragaan IPTEK Biologi Medan

Pusat Peragaan IPTEK Biologi Medan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara tertulis dalam sebuah artikel Dra. Ani M. Hasan menyebutkan bahwa abad ke-21 merupakan abad bagi Ilmu Pengetahuan. Para peramal masa depan (futurist) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi dan modernisasi membawa perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dan segala peradaban serta kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut

Lebih terperinci

sanjungan di kalangan para pemimpin Islam dunia. BAB V PENUTUP Beliau mendapat pendidikan awal di Sekolah Melayu Anchi di Miri.

sanjungan di kalangan para pemimpin Islam dunia. BAB V PENUTUP Beliau mendapat pendidikan awal di Sekolah Melayu Anchi di Miri. 89 Menurut Tunku lagi, tokoh ini mempunyai perawakan yang lemah lembut, kuat bekerja dan mempunyai latar belakang agama yang kuat. Kejayaan tokoh ini dibidang dakwah di Sarawak, kata Tunku, mengkagumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudirman (2010) menjelaskan bahwa wakaf merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam karena pahala wakaf akan terus mengalir meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat. Masyarakat terdiri dari beberapa keluarga yang saling hidup berdampingan, dan mereka hidup bertetangga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan umat manusia mengalami perubahan yang sangat pesat. Perubahan ini tidak hanya berdampak positif pada ranah kehidupan

Lebih terperinci

HMI dan Golongan Menengah Ekonomi

HMI dan Golongan Menengah Ekonomi Sumber : Opini Harian Yogya Post Selasa Pon 26 Agustus 1997 HMI dan Golongan Menengah Ekonomi Oleh ANAS URBANINGRUM PEMBANGUNAN nasional yang tegak di atas dua pilar, stabilitas politik dan pertumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pendidikan. Untuk itu setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci sempurna sekaligus paripurna, terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6666 ayat, 77.934 kosa kata dan 333.671 huruf. Untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah berasal dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Secara etimologi Alqurān berasal dari kata qara-a yaqra-u ( قرا - يقرا ) yang berarti membaca. Sedangkan Alqurān sendiri adalah bentuk maṣdar dari qara-a yang berarti bacaan.

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, 07-9-09 Senin, 07 September 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Â PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QURAN 1430 H DI ISTANA BOGOR, JAWA BARAT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya membentuk manusia Indonesia seutuhkan tidak hanya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya membentuk manusia Indonesia seutuhkan tidak hanya dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya membentuk manusia Indonesia seutuhkan tidak hanya dapat dicapai dari peningkatan pendidikan dan pelatihan di jalur pendidikan formal. Pembentukan SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang dakwah Islam, pendidikan dan sosial kemasyarakatan, mendirikan lembaga pendidikan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu pula dengan agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang memberi pesan untuk menjadikan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014 Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SILATURAHIM DAN BUKA PUASA BERSAMA DENGAN PARA PIMPINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

Oleh. Soekirno. Tantangan Budaya Baca dan Perbukuan Nasional. Tantangan Budaya Baca dan Perbukuan Nasional

Oleh. Soekirno. Tantangan Budaya Baca dan Perbukuan Nasional. Tantangan Budaya Baca dan Perbukuan Nasional Tantangan Budaya Baca dan Perbukuan Nasional Oleh Soekirno Hari ini (14 September) adalah Hari Kunjung Perpustakaan. Dunia mencatat peradaban maupun budaya bisa maju pesat, sebagai dampak positif buku

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum MA Negeri Kendal 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Cikal bakal MAN Kendal tidak lepas dari para pendiri dan tokoh masyarakat, yang terdiri tiga unsur,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berpengaruh terhadap semua dimensi kehidupan. sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. dan berpengaruh terhadap semua dimensi kehidupan. sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan persoalan strategis bagi suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas bukan hanya penting bagi upaya melahirkan individu dan masyarakat terpelajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak proses menuju perkembangan manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat bagaimana kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Pendidikan yang diberikan kepada anak sebagaimana yang dikonsepkan melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat sebuah metode yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta PENDIDIKAN DAN STRATEGI KEBUDAYAAN MENUJU INDONESIA BERKEMAJUAN Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta INDONESIA BERKEMAJUAN SEBUAH KONSEP DARI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat terbelenggu oleh kolonialisasi Belanda. Semua aktifitas pendidikan Islam dibatasi dan diawasi. Kondisi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Al-Qur'an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama ajaran Islam yang menjadi petunjuk kehidupan umat manusia yang diturunkan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat diambil. kesimpulan yang merupakan akhir dari penulisan skripsi ini tentang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat diambil. kesimpulan yang merupakan akhir dari penulisan skripsi ini tentang BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan akhir dari penulisan skripsi ini tentang modernisasi sistem pesantren yang tawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Problematika Umat Disebabkan Penurunan Kualitas Pendidikan Islam Problematika umat manusia dewasa ini telah menjalar ke setiap lini kehidupan. Dari aspek moral

Lebih terperinci