TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA MTs ASY SYIFA KELAS IX BERDASARKAN TEORI PIAGET
|
|
- Devi Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA MTs ASY SYIFA KELAS IX BERDASARKAN TEORI PIAGET Harry Dwi Putra STKIP Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kesesuaian tahap perkembangan kognitif Piaget terhadap siswa kelas IX di MTs Asy Syifa di Desa Kertamukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Penulis memilih sekolah tersebut karena berada pada level sedang dan kemampuan siswanya heterogen. Subjek dari penelitian ini adalah siswa sebanyak 35 orang yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan dengan usia antara 14 sampai 16 tahun. Penelitian ini menggunakan instrumen Test of Logical Operations (TLO) dalam matematika. TLO telah diuji coba validitas dan reliabilitasnya oleh Leongson & Limjap. TLO terdiri dari 14 soal dan siswa diberi waktu menjawab semua soal selama 45 menit. Penulis menyusun kembali urutan soal-soal tersebut dari mudah hingga sukar agar siswa tidak langsung merasa kesulitan menjawab soal pada permulaan. Berdasarkan asumsi yang telah diutarakan, penulis menyimpulkan bahwa hanya 5 siswa berada pada tahap operasi formal, sedangkan 30 siswa lainnya berada pada tahap operasi kongkrit. Keadaan ini tidak sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget sebagaimana yang diujikan pada anak-anak Barat yang berusia 11 tahun ke atas sudah sampai pada tahap operasi formal. Hasil dari penelitian ini hanya berlaku pada 35 siswa kelas IX MTs Asy Syifa yang diberi soal TLO. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di SLTP lainnya pada kelas tiga ke atas untuk mengukur tahap perkembangan kognitif siswa, apakah telah sampai pada tahap operasi formal, sebagaimana yang dijelaskan dalam teori Piaget. Kata Kunci: Tahap Perkembangan Kognitif Piaget, Test of Logical Operations. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Berhasil tidaknya proses belajar mengajar salah satunya dipengaruhi oleh kesesuaian antara materi pelajaran dan tingkat kemampuan berpikir siswa. Menurut Piaget (Dahar, 1989) bahwa setiap individu akan mengalami tahap perkembangan kognitif dan siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia dapat dikatakan mempunyai tingkat perkembangan kognitif operasional formal, dikarenakan telah berusia rata-rata di atas 11 tahun. Pada tingkat tersebut, anak-anak dapat menggunakan operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks (dapat berpikir abstrak). Jean Piaget sering disebut sebagai ahli Ilmu Jiwa dan Biologi bangsa Swiss. Ada pula yang mengatakan bahwa ia bukan ahli Ilmu Jiwa karena tidak bersekolah untuk mejadi ahli Ilmu Jiwa, tetapi ia banyak menggunakan istilah-istilah Ilmu Jiwa. Piaget merupakan ahli Zoologi melalui sekolah. Bidang utamanya adalah Falsafah dan Biologi (Ruseffendi, 2006). Piaget mengadakan penelitian kepada anak-anak Barat, dimulai dengan penelitian kepada anaknya sendiri. Dari penelitiannya timbul teori belajar yang biasa dikenal Teori Perkembangan Mental Manusia. Kata mental biasanya disebut juga dengan intelektual atau kognitif. Teori ini disebut teori belajar karena berkenaan dengan kesiapan anak untuk mampu belajar. Piaget menetapkan ragam dari tahap-tahap perkembangan kognitif manusia dari lahir sampai dewasa serta 224 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
2 ciri-ciri dari setiap tahap tersebut. Menurut teorinya, perkembangan kognitif manusia itu tumbuh secara kronologis (urutan waktu) melalui empat tahap tertentu yang berurutan. Empat tahap yang dimaksudkan dari teori perkembangan kognitif Piaget (Ruseffendi, 2006), sebagai berikut: 1. Tahap sensori motor (dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun). 2. Tahap preoperasi (umur dari sekitar 2 tahun sampai sekitar 7 tahun). 3. Tahap operasi kongkrit (umur dari sekitar 7 tahun sampai sekitar 11 sampai 12 tahun atau lebih). 4. Tahap operasi formal (umur dari sekitar 11 tahun sampai dewasa). Menurut Ruseffendi (2006) bahwa sebaran umur setiap tahap ini adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin terdapat perbedaan antara anak yang satu dengan anak yang lain dari suatu masyarakat. Lagi pula, teori Piaget ini hanya berlaku bagi masyarakat Barat. Atherton (2011) menjelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget dalam tabel 1, sebagai berikut: Stage Sensori-motor (Birth-2 yrs) Pre-operational (2-7 years) Concrete operational (7-11 years) Formal operational (11 years and up) Tabel 1. Stages of Cognitive Development Piaget Characterized by Differentiates self from objects. Recognizes self as agent of action and begins to act intentionally: e.g. pulls a string to set mobile in motion or shakes a rattle to make a noise. Achieves object permanence: realizes that things continue to exist even when no longer present to the sense (pace Bishop Berkeley). Learns to use language and to represent objects by images and words. Thinking is still egocentric: has difficulty taking the viewpoint of others. Classifies objects by a single feature: e.g. groups together all the red blocks regardless of shape or all the square blocks regardless of colour. Can think logically about objects and events. Achieves conservation of number (age 6), mass (age 7), and weight (age 9). Classifies objects according to several features and can order them in series along a single dimension such as size. Can think logically about abstract propositions and test hypotheses systematically. Becomes concerned with the hypothetical, the future, and ideological problems. Piaget menyatakan bahwa anak-anak dianggap siap mengembangkan konsep atau materi khusus jika memperoleh skemata yang diperlukan, hal ini berarti anak-anak tidak dapat belajar (mengembangkan skemata) apabila tidak memiliki keterampilan kognitif, artinya proses belajar mengajar menjadi terhambat bila penalaran formal siswa tidak sesuai dengan yang diperlukan. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan kognitif siswa untuk menguji kesesuaian tahap-tahap Piaget tersebut. Penulis melakukan penelitian kepada siswa kelas IX di MTs Asy Syifa Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana tahap perkembangan kognitif matematika siswa kelas IX di MTs Asy Syifa menurut tahap perkembangan kognitif Piaget? 1.3. Asumsi Dalam penelitian ini, penulis memiliki asumsi-asumsi, sebagai berikut: 1) Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, siswa kelas IX MTs Asy Syifa (setara kelas 3 SLTP) yang berusia antara 14 sampai 16 tahun berada pada tahap operasi formal. 2) Berdasarkan pendapat Ruseffendi (2006: 148) yang menyatakan bahwa: Dilihat dari segi umur anak di SLTP kita, sebagian daripada mereka tahap berpikirnya belum masuk ke dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 225
3 tahap operasi formal. Sebab itu, nampaknya tahap berpikir formal ini aman bila dikenakan kepada murid SLTP kelas III ke atas Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah kesesuaian tahap perkembangan kognitif Piaget terhadap siswa kelas IX di MTs Asy Syifa dalam matematika. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat bagi guru bidang studi matematika kelas IX MTs Asy Syifa untuk mengetahui tahap perkembangan kognitif siswa yang diajarnya, sehingga dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tingkat kognitif siswa. 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif, yang berusaha mencari kesesuaian tahap perkembangan kognitif Piaget pada siswa kelas IX MTs Asy Syifa. Penelitian ini menggunakan instrumen Test of Logical Operations (TLO) dalam matematika. TLO telah diuji coba validitas dan reliabilitasnya oleh Leongson & Limjap (2003). TLO terdiri dari 14 soal dan siswa diberi waktu menjawab semua soal selama 45 menit. Penulis menyusun kembali urutan soal-soal tersebut dari mudah hingga sukar agar siswa tidak langsung merasa kesulitan menjawab soal pada permulaan. Tipe soal TLO terdiri dari keproporsionalan, klasifikasi, pola barisan, kompensasi, logika penggandaan, peluang, dan hubungan. Dalam mengerjakan TLO dituntut kemampuan bernalar siswa, karena semua soalnya sudah dipelajari siswa di jenjang sebelumnya. Melalui TLO ini, perkembangan kognitif siswa dapat diketahui. Hasil jawaban siswa dinilai berdasarkan pedoman penskoran TLO dalam Schoenfeld s Scoring Continuum (Leongson & Limjap, 2003)yang disajikan dalam tabel 2, sebagai berikut: Tabel 2. Pedoman Penskoran TLO Nilai Keterangan 0 Siswa tidak melakukan usaha apapun untuk menyelesaikan masalah. Siswa melakukan sedikit usaha dalam bentuk sketsa, memperlihatkan hubungan, 1 mengetahui kebutuhan data, atau membuat penjelasan untuk menyelesaikan masalah. Siswa menunjukkan pemahaman masalah melalui representasi yang dibuat dan 2 melakukan usaha awal setengah jalan untuk menyelesaikan masalah. Siswa melakukan hal yang baik dalam masalah, masalah hampir terselesaikan, dan 3 solusi benar namun masih terdapat kesalahan. 4 Siswa menyelesaikan masalah secara lengkap dan terpecahkan dengan benar. Hasil skor TLO siswa dikelompokkan berdasarkan tahap kognitif Piaget (Leongson & Limjap, 2003), seperti pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Pengelompokan Tahap Kognitif Piaget Berdasarkan Skor TLO Tahap Kognitif Piaget Skor TLO Tahap Operasi Kongkrit Awal 0-14 Tahap Operasi Kongkrit Akhir Tahap Operasi Formal Awal Tahap Operasi Formal Akhir Rerata pencapaian siswa dalam memahami tipe soal TLO dikategorikan pada tabel 4, sebagai berikut: 226 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
4 Tabel 4. Kategori Pemahaman Tipe Soal TLO Kategori Rerata Skor Soal Pemahaman Rendah 0 2,16 Pemahaman Kurang 2,17 4,16 Pemahaman Cukup 4,17 6,16 Pemahaman Tinggi 6, Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IX di MTs Asy Syifa sebanyak 35 orang yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan dengan usia antara 14 sampai 16 tahun. Lokasi Penelitian di Desa Kertamukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Penulis memilih sekolah tersebut karena berada pada level sedang dan kemampuan siswanya heterogen. Selain itu, lokasi dari MTs Asy Syifa ini sangat efisien bagi penulis dalam melakukan penelitian. 3. Hasil Penelitian dan dan Pembahasan Sebelum penulis membahas hasil penelitian ini, terlebih dahulu ditampilkan beberapa foto yang memperlihatkan keadaan siswa ketika mengerjakan soal-soal TLO, sebagai berikut: Berdasarkan hasil skor TLO dari 35 siswa MTs Asy Syifa yang diolah menggunakan Microsoft Excel diperoleh bahwa tidak ada siswa yang berada pada tahap operasi formal akhir, 5 siswa berada pada tahap operasi formal awal, 27 siswa berada pada tahap operasi kongkrit akhir, dan 3 siswa berada pada tahap operasi kongkrit awal. Jika dibuat histogramnya menggunakan Minitab 16 diperoleh gambar 1, sebagai berikut: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 227
5 Gambar 1. Histogram Skor TLO Siswa Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa distribusi skor TLO dari 35 siswa menyerupai kurva normal. Sesuai dengan pendapat Galton (Ruseffendi, 2006: 112) bahwa perbedaan kepandaian, kemampuan untuk memerintah, tinggi, berat, dan lain-lain bila dibuat distribusinya maka akan berupa distribusi yang pada masa kini disebut distribusi normal. Dengan demikian, dari sekelompok anak sebarang (yang tidak dipilih khusus) terdapat sejumlah anak-anak yang berbakat hebat yang ada di atas kelompok sedang (menengah) yang jumlahnya sama dengan anak-anak tidak pandai di bawah anak-anak yang sedang itu. Gambar 2 di bawah ini, menunjukkan skor TLO siswa yang berdistribusi normal dengan menggunakan Minitab 16. Gambar 2. Distribusi Skor TLO Siswa Gambar 2 di atas memperlihatkan bahwa distribusi skor TLO siswa selalu mendekati garis normal. Berdasarkan uji Anderson Darling dengan diperolehnya nilai P-Value sebesar 0,340 (kecil besar dari alfa 0,05) disimpulkan bahwa skor TLO siswa berdistribusi normal. Apabila dilihat dari gender siswa, seorang siswa laki-laki dan 4 orang siswa perempuan yang berada pada tahap operasi formal awal, 5 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan berada pada tahap operasi kongkrit akhir, sedangkan siswa yang berada pada tahap operasi kongkrit 228 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
6 awal semuanya perempuan sebanyak 3 orang. Ruseffendi (2006: 237) dalam penelitiannya menemukan bahwa pada umumnya sikap siswa wanita (di kelas 3 SMP dan 1 SMA) terhadap matematika itu kurang positif dibandingkan dengan pria. Pemahaman siswa terhadap tipe soal TLO disajikan pada tabel 5, sebagai berikut: Tabel 5. Rerata Pemahaman Siswa Terhadap Tipe Soal TLO Tipe Soal No. Soal Rerata Kategori Keproporsionalan 1 dan 2 2,42 Pemahaman Kurang Klasifikasi 3 dan 4 1,21 Pemahaman Rendah Pola Barisan 5 dan 6 1,19 Pemahaman Rendah Kompensasi 7 dan 8 2,34 Pemahaman Kurang Logika Penggandaan 9 dan 10 1,54 Pemahaman Rendah Peluang 11 dan 12 0,61 Pemahaman Rendah Hubungan 13 dan 14 1,76 Pemahaman Rendah Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa pemahaman siswa kurang pada tipe soal keproporsionalan dan kompensasi, sedangkan pemahaman siswa pada tipe soal klasifikasi, pola barisan, logika penggandaan, peluang, dan hubungan tergolong rendah. Jika diurut lagi berdasarkan rerata pemahaman siswa terhadap tipe soal TLO maka tipe soal yang lebih dipahami siswa adalah keproporsionalan (2,42), kompensasi (2,34), hubungan (1,76), logika penggandaan (1,54), klasifikasi (1,21), pola barisan (1,19), dan peluang (0,61). Rendahnya pemahaman siswa terhadap soal-soal yang diujikan berdampak negatif terhadap perkembangan kognitifnya. Apabila dilihat rerata pemahaman siswa berdasarkan tahap perkembangan kognitifnya diperoleh data seperti pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Rerata Pemahaman Siswa Terhadap Tipe Soal TLO Berdasarkan Perkembangan Kognitif Tipe Soal Rerata Perkembangan Kognitif Siswa Formal Awal Kongkrit Akhir Kongkrit Awal Keproporsionalan 2,80 2,43 2,00 Klasifikasi 2,00 1,17 0,33 Pola Barisan 1,50 1,15 1,00 Kompensasi 4,00 2,22 0,67 Logika Penggandaan 2,70 1,44 0,50 Peluang 1,30 0,54 0,17 Hubungan 2,90 1,67 0,67 Rerata 2,46 1,52 0,76 Pemahaman Kurang Rendah Rendah Berdasarkan tabel 6 di atas, diperoleh rerata pemahaman siswa pada tahap operasi formal awal di setiap tipe soal TLO selalu lebih baik dari siswa pada tahap operasi kongkrit akhir dan tahap operasi kongkrit awal. Demikian juga pemahaman siswa pada tahap operasi kongkrit akhir selalu lebih baik dari pemahaman siswa pada tahap operasi kongkrit di setiap tipe soal TLO. 4. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian ini, berdasarkan asumsi yang telah diutarakan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa siswa kelas IX MTs Asy Syifa sebanyak 35 orang dengan usia 14 sampai 16 tahun belum semuanya berada pada tahap operasi formal. Hanya 5 siswa berada pada tahap operasi formal, sedangkan 30 siswa lainnya berada pada tahap operasi kongkrit. Keadaan ini tidak sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget sebagaimana yang diujikan pada anak-anak Barat yang berusia 11 tahun ke atas sudah sampai pada tahap operasi formal. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 229
7 Hasil dari penelitian ini hanya berlaku pada 35 siswa kelas IX MTs Asy Syifa yang diberi soal TLO. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di SLTP pada kelas tiga atau jenjang sekolah menengah lainnya untuk mengukur tahap perkembangan kognitif siswa, apakah telah sampai ke tahap operasi formal, sebagaimana yang dijelaskan dalam teori Piaget. Ruseffendi (2006: 148) menyatakan bahwa tahap berpikir formal ini lebih aman bila dikenakan kepada murid SLTP kelas tiga ke atas. DAFTAR PUSTAKA Atherton, J. S. (2011). Learning and Teaching; Piaget's Developmental Theory. [Online]. Tersedia di: Diakses 18 September 2011 Dahar, R. W. (1997). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga..Leongson & Limjap (2003). Test of Logical Operations. Filipina: University Bataan Polytechnic State College and De La Salle University. Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. 230 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII BERDASARKAN TEORI PIAGET DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN
JPPM Vol. 1 No. 2 (217) TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII BERDASARKAN TEORI PIAGET DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN Indrie Noor Aini 1), Nita Hidayati 2) Pendidikan Matematika
Lebih terperinciMENGUKUR TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA SMA MENGGUNAKAN OPERASI LOGIKA PIAGET (Konfirmasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget)
MENGUKUR TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA SMA MENGGUNAKAN OPERASI LOGIKA PIAGET (Konfirmasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget) Cecep Anwar H. F. Santosa Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Agustina, Ika Wahyuni, Skripsi: Profil Pengajuan Soal Matematika. Kelamin, Surabaya: UNESA, 2013.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Ika Wahyuni, Skripsi: Profil Pengajuan Soal Matematika Siswa Kelas VII SMP Pada Materi Perbandingan Ditinjau Dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan Perbedaan Jenis Kelamin, Surabaya:
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini digolongkan dalam penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala, penelitian secara langsung
Lebih terperinciPEMETAAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET SISWA SMA MENGGUNAKAN TES OPERASI LOGIS (TOL) PIAGET DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN
PEMETAAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET SISWA SMA MENGGUNAKAN TES OPERASI LOGIS (TOL) PIAGET DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN Muhamad Badrul Mutammam 1, Prof. Dr. Mega Teguh Budiarto, M.Pd Jurusan Matematika,
Lebih terperincia. Apakah sains? b. Jenis pengetahuan 1) declartive 2) contextul 3) procedural c. Tujuan sains di SD Page 1 of 12
Sains di SD a. Apakah sains? b. Jenis pengetahuan 1) declartive 2) contextul 3) procedural c. Tujuan sains di SD Page 1 of 12 Apakah sains?
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan strategi Think Talk Write
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang dipilih adalah penelitian kuasi eksperimen, karena subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti menerima keadaan
Lebih terperinciMake-believe play is used to create and express all kinds of mental images
Lanjutan dari 1 Object Permanence The A-not-B effect Ages 2 6 years Very egocentric, only their perception cover eyes and you are gone Cannot see world from others point of view 1. Centration- fixed on
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL TES KETERAMPILAN PENALARAN FORMAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH PERKULIAHAN PENGANTAR DASAR MATEMATIKA
12 PERBANDINGAN HASIL TES KETERAMPILAN PENALARAN FORMAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH PERKULIAHAN PENGANTAR DASAR MATEMATIKA Utu Rahim dan Hasnawati Jurusan PMIPA /Matematika FKIP Unhalu, Kampus Bumi Tridharma
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan),
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini tidak dilakukan dilakukan pengacakan
Lebih terperinciTEORI BELAJAR PIAGET
TEORI BELAJAR PIAGET Pendahuluan Dewasa ini masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah bahwa strategi pembelajaran di kelas masih didominasi oleh paham strukturalisme atau behaviorisme atau objektivisme
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 1. Project based learning (PjBL) dalam penelitian ini menggunakan. dipresentasikan kepada orang lain.
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan untuk menghindari kesalah pahaman, maka perlu diberikan definisi operasional yaitu: 1.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA DALAM OPERASI LOGIS BERDASARKAN TEORI PIAGET DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA DALAM OPERASI LOGIS BERDASARKAN TEORI PIAGET DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ARTIKEL PENELITIAN Oleh: ALVINI BAKARA NIM F04111032 PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KOGNITIF TEORI PIAGET. Farida Harahap, M.Si
PERKEMBANGAN KOGNITIF TEORI PIAGET Farida Harahap, M.Si Biografi Piaget Lahir 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Switzerland Wafat 16 Sept.1980 Pendidikan: PhD dari University of Neuchatel di bidang biologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam meneliti status suatu objek, kondisi, atau
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penguasaan konsep siswa melalui Lembar Kerja Rumah (LKR) dan tes proses
61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian dan sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui profil penguasaan
Lebih terperinciKelas Eksperimen : O X O
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen terdapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut menjadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kelomprok kontrol pretes-postes (pre-test post-test control group
44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan disain penelitian berbentuk kelomprok kontrol pretes-postes (pre-test post-test control group
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen pada pendekatan kuantitatif. Menurut Ruseffendi (2010: 52) pada metode kuasi
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN TEKNIK BISNIS BERISIKO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT.
PENGARUH PENERAPAN TEKNIK BISNIS BERISIKO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Elvina Rina*), Rina Febriana**), Anny Sovia**) *) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang memperoleh pembelajaran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak menggunakan kelompok kontrol (Fraenkel, 1993: 245). Subyek penelitian berjumlah satu
Lebih terperinciKEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP DI BANDUNG BARAT
JPPM Vol. 11 No. 1 (018) KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP DI BANDUNG BARAT Harry Dwi Putra 1), Hikmal Setiawan ), Devina Nurdianti 3), Indah Retta 4), Amaliya Desi 5) Pendidikan Matematika IKIP
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian didahului dengan meneliti penguasaan matematika dan konten pedagogik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).
BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembelajaran matematika, di antaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically). Pengembangan kemampuan ini sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua kelompok subjek penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Pada penelitian ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak, melainkan peneliti menerima keadaan subjek apa adanya, sehingga penelitian ini
Lebih terperinciPeningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization
Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa
52 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi Kuasi Eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities
22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs)
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Maja Majalengka Tahun Pelajaran
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ETNOMATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP
Pengembangan bahan ajar. (Fadila Dyah R.) 69 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ETNOMATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIAL BASED ON ETHNOMATHEMATICS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, diperlukan langkah-langkah penyelidikan yang tepat dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan)
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP 1) Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya Abstract Geometry is a part of mathematics that
Lebih terperinciInfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012
Abstrak PENERAPAN TEORI PERKEMBANGAN MENTAL PIAGET PADA KONSEP KEKEKALAN PANJANG Oleh : Idrus Alhaddad Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Khairun Ternate e-mail: Idrus_ekal@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Hasilnya diolah menggunakan uji korelasi, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan dari proses belajar mengajar adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) siswa. Untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
Lebih terperinciPANDUAN PENULISAN MAKALAH ANALISIS PROBLEMATIKA MATEMATIKA SD. Oleh: Harry Dwi Putra, M.Pd.
Cimahi, 19 Mei 2017 PANDUAN PENULISAN MAKALAH ANALISIS PROBLEMATIKA MATEMATIKA SD Oleh: Harry Dwi Putra, M.Pd. harrydp.mpd@gmail.com Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi A. Makalah disusun dengan format,
Lebih terperinciISSN: ISSN:
ISSN: 1907-4336 ISSN: 1907-4336 REMEDIASI MENGGUNAKAN PROGRAM FLASH PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT Indah Wahyuni Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas remediasi
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING
PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN TIPE JIGSAW Cucu Komaryani
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari peranan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bab III menjelaskan tentang hal-hal yang terkait dengan metodologi
48 BAB III METODE PENELITIAN Bab III menjelaskan tentang hal-hal yang terkait dengan metodologi penelitian, desain penelitian, waktu, lokasi, dan subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
Lebih terperinciPENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 28 PADANG Oleh: Sri Widiawati * ), Delsi K ** ), Yulyanti Harisman
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode penelitian yang digunakan
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik melalui Metode Inkuiri Model Alberta
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik melalui Metode Inkuiri Model Alberta Depi Setialesmana Pendidikan Matematika,FKIP,UNSIL, depi_setia23@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPROFIL PENALARAN PESERTA DIDIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN SKRIPSI
PROFIL PENALARAN PESERTA DIDIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trends In International Mathematics and Sciencel Study (TIMSS) adalah studi internasional tentang prestasi sains dan matematika siswa. Studi ini dikoordinasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. masalah (problem solving) matematis siswa dengan menerapkan model
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan pembelajaran matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan kemampuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekivalen. Ruseffendi (2010) mengungkapkan bahwa desain kelompok kontrol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Kabupaten Garut pada siswa kelas X semester I Tahun Ajaran 2012/2013. Sesuai dengan rekomendasi guru
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode Week experiment dengan the one group pretest posttest design digunakan dalam penelitian ini karena menggunakan satu kelompok perlakuan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. postes (post-test only control group), sebanyak 3 kelompok. Kelompok
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Disain penelitian ini adalah disain kuasi eksperimen berbentuk disain kelompok kontrol hanya postes
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menyelidiki pengaruh
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menyelidiki pengaruh pembelajaran geometri dengan Wingeom dalam peningkatan kemampuan spasial dan penalaran
Lebih terperinciPEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET
PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian yang digunakan adalah hubungan sebab akibat yang didalamnya ada dua
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG BILANGAN CACAH
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG BILANGAN CACAH Yunni Arnidha Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email: s2arnidha@gmail.com Abstract This study aims to
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu
44 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan),
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 OLEH EKO BUDIONO K4308085 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
UNION: Jurnal Pendidikan Matematik, Vol 5 No 1, Maret 2017 PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER Ahmad Sofyan Program Studi Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tujuan penelitian ini menguji pendekatan Brain-Based Learning dan pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis serta motivasi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA
Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, p.636 PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA Harry Dwi Putra Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi harrydp.mpd@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan beberapa siswa SMA kemala Bhayangkari Surabaya kelas XII pada tanggal 17 April
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar siswa masih beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. 1 Anggapan ini akan berpengaruh terhadap keseluruhan proses dalam mempelajari matematika
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif. Think Pair Share, Numbered Heads Together, Hasil Belajar
PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIII SMPN 13 MATARAM TAHUN AJARAN 2015/2016
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang dikembangkan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaaan metode eksperimen ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran kooperatif teknik tari bambu yang disertai dengan LKS pemecahan masalah terhadap kemampuan
Lebih terperinciHubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hayatun Nufus Pendidikan Matematika Universitas Islam Riau, Pekanbaru ya2tunnufus@yahoo.com Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A.
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab-akibat variabel bebas
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG
PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG Rahayu Ernita*, Anny Sovia**, Dewi Yuliana Fitri ** *)Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN O X O
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, yang merupakan bentuk desain dari Quasi Eksperimental, di mana subjek penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMPN 1 PRAMBON KELAS VIII PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR THE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil, manusia telah mengenal matematika dalam bentuk yang paling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sejak kecil, manusia telah mengenal matematika dalam bentuk yang paling sederhana saat melakukan perhitungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut dikarenakan
Lebih terperinciPengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Dewi Nurrizki, Reviandari Widyatiningtyas,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan menggunakan penelitian eksperimen diharapkan, setelah menganalisis hasilnya kita dapat melihat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Pembelajaran IPA terpadu model connected merupakan model pembelajaran terpaduyang memadukan beberapa bidang studiyaitu biologi, kimia, fisika
Lebih terperinciPEMBELAJARAN PERKALIAN PECAHAN MENGGUNAKAN PLASTIK MIKA DI KELAS V Oleh : Helni Indrayati 1, Ratu Ilma Indra Putri 2, Somakim 3 139
PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DISERTAI STRATEGI WHAT IF Oleh : Harry Dwi Putra... 131 PEMBELAJARAN PERKALIAN PECAHAN
Lebih terperinciREMEDIASI MENGGUNAKAN PROGRAM FLASH PADA MA- TERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT. Indah Wahyuni
REMEDIASI MENGGUNAKAN PROGRAM FLASH PADA MA- TERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT Indah Wahyuni (Jurusan Tarbiyah STAIN Jember, Email: wahyuni17@gmail.com) Abstract: The purpose of this study is to determine
Lebih terperinciKEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)
KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS) Siti Machmurotun Chilmiyah (sitimachmurotun@gmail.com) Aunillah
Lebih terperinciPeningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software Geogebra
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 3 No. 1, Maret 2017 Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software
Lebih terperinciABSTRAK MODEL ARIES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR COGNITIF SISWA
ABSTRAK MODEL ARIES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR COGNITIF SISWA Cornelia Pary, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon, 085243270658, E-mail: cornelia_pary@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain kuasieksperimen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang digunakan pada pembelajaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tujuan penelitian ini untuk membandingkan kemampuan literasi matematis level 3 dan self-efficacy siswa melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Perlakuan terhadap variabel bebas hasilnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental (Sugiyono, 008: 114). B. Desain Penelitian Adapun desain penelitian dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuntitatif dengan desain penelitian kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subyek tidak dikelompokkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Depdiknas (2006:417) Mata pelajaran matematika salah satunya bertujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran matematika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi
Lebih terperinci