PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN JIWA NASIONALISME DI SMA NEGERI 1 LAWANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN JIWA NASIONALISME DI SMA NEGERI 1 LAWANG"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN JIWA NASIONALISME DI SMA NEGERI 1 LAWANG Restisa Indah Septiani Universitas Negeri Malang Indah.restisa@yahoo.com. ABSTRAK: Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pelaksanaan program pengembangan diri yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri 1 Lawang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di SMA Negeri 1 Lawang. Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program pengembangan diri yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme adalah kegiatan terprogram dan kegiatan tidak terprogram. Kegiatan terprogram melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan kegiatan tidak terprogram melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, dan kegiatan keteladanan. Pelaksanaan program pengembangan diri yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme salah satunya adalah pada pelaksanaan kegiatan terprogram melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler yaitu: Paskibra, Pramuka, PMR, Kesenian, Keolahragaan yang dilaksanakan pada setiap hari Sabtu dan wajib diikuti oleh semua siswa kelas X dan kelas XI Kata Kunci: Pengembangan diri, Nasionalisme. Terkait dengan peningkatan mutu pendidikan pemerintah terus berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah dengan diluncurkannya Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No 24 tahun Peraturan tersebut memuat beberapa hal penting diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang kemudian dikenal di masyarakat pendidikan dengan istilah KTSP. Di dalam KTSP, struktur kurikulum 1

2 yang dikembangkan mencakup tiga komponen yaitu: (1) Mata Pelajaran; (2) Muatan Lokal dan (3) Pengembangan Diri. Sejak diberlakukan kurikulum yang mendasarkan pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan ini maka pada setiap satuan pendidikan (sekolah) diberikan kewenangan seluas-luasnya untuk melaksanakan kurikulum pendidikan seusai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Hal ini berdampak kepada struktur kurikulum yang dikembangkan dan model kurikulum yang dijalankan. Sehingga tidak dipungkiri lagi bahwa pada pelaksanaan komponen pengembangan diri akan sangat bervariasi tergantung kepada pemahaman sekolah dalam menterjemahkan program pengembangan diri untuk siswa pada satuan pendidikannya. Menurut Sulistyowati (2012:60), Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang sedang dihadapi saat ini, terlihat rasa nasionalisme dan patriotisme khususnya di kalangan pemuda semakin memudar, sehingga dapat mempengaruhi watak dan kepribadian generasi penerus bangsa saat ini. Para pemuda sebagai salah satu kekuatan bangsa di bidang pendidikan Indonesia dianggap memiliki rasa nasionalisme yang rendah. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan di kalangan pemuda melecehkan simbol nasionalisme dan patriotisme, misalnya, siswa pada saat upacara bendera masih banyak siswa yang tidak memaknai dari upacara tersebut. Selain itu banyak ditemukan siswa yang sering tidak mematuhi peraturan di dalam sekolah, siswa masih banyak yang kurang memahami akan budaya asli yang mereka miliki sendiri, justru kebanyakan siswa lebih tertarik dengan budaya yang kebarat-baratan, yang menurut mereka lebih modern dari pada budaya mereka sendiri. 2

3 Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan situasi yang terjadi pada siswa di SMA Negeri 1 Lawang. SMA Negeri 1 Lawang telah mewadahi potensi yang ada di diri siswa, dengan tidak kurang dari 21 jenis pengembangan diri yang mencakup bidang-bidang keterampilan, seni, olahraga, jurnalistik, musik/band, karawitan, marching band, gambar grafik, teater/drama, bahasa jepang, mandarin, perisai diri, karate, kungfu, kempo, membatik, badminton/bulu tangkis, basket, bola volly, sepak bola, dan Paskibra (PARA). Sebagai contoh, prestasi siswa pengembangan diri karate yang ikut dalam PORKAB pada tanggal Desember 2008 yang pelaksanaannya oleh kabupaten Malang yang bertempat di Pakis,SMA Negeri 1 Lawang yang mewakili kecamatan Lawang dan kecamatan Singosari memperoleh 10 medali emas, 4 medali perak, dan 3 medali perunggu. Selain itu SMA Negeri 1 Lawang berpartisipasi dalam kirab budaya, dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Malang yang ke 1248, SMA Negeri 1 Lawang mengeluarkan pengembangan diri PARA dan Kungfu dengan Barongsai yang memukau masyarakat. Dalam upaya meraih prestasi baik akademis maupun non akademis, SMA Negeri 1 Lawang memperoleh sebutan yang terbaik. Sebagai bukti lainnya inilah, ketika pemilihan para personil pasukan pengibar bendera merah putih di ulang tahun kemerdekaan yang ke 63 Kabupaten Malang, siswa-siswi SMA Negeri 1 Lawang terpilih 4 orang personil pasukan pengibar bendera tersebut pun pula ditingkat Kecamatan Lawang. Dari contoh di atas terlihat sikap nasionalisme siswa di SMA Negeri 1 Lawang yang begitu tinggi, sehingga penulis tertarik untuk menjadikan SMA Negeri 1 Lawang sebagai objek penelitian, dan oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian mendalam mengenai Pelaksanaan Program Pengembangan Diri sebagai Upaya Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme di SMA Negeri I Lawang bertujuan untuk mengkaji dan membahas pentingnya pelaksanaan program pengembangan diri kepada peserta didik untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme. Dengan merujuk fenomena di atas sebagai latar belakang masalah, maka yang menjadi perhatian penulis untuk di teliti adalah: (1) Apa saja program pengembangan 3

4 diri yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri I Lawang; (2) Bagaimana pelaksanaan program pengembangan diri sebagai upaya menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri I Lawang; (3) Apa faktor pendukung dalam pelaksanaan program pengembangan diri sebagai upaya menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri I Lawang; (4) Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan diri sebagai upaya menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri I Lawang; (5) Bagaimana upaya yang dilakukan dari pihak sekolah untuk mengatasi kendala pelaksanaan program pengembangan diri guna menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri I Lawang.. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Menurut Narbuko (2003:44) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan mengiterpretasi. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian,paparan) mengenai situasi kejadian-kejadian (Suryabrata,1998: 19). Sedangkan tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala (Umar, 1999: 29). Alasan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti ingin mendeskripsikan fenomena pelaksanaan program pengembangan diri sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Selain itu akan diteliti secara langsung pada sumber data di SMA Negeri I Lawang, resensi untuk pendekatan, akan dipelajari, ditelaah tentang pelaksanaan progam pengembangan diri untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri I Lawang. Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang telah dekemukakan, maka kehadiran peneliti dalam penelitian lapangan di SMA Negeri I Lawang mutlak diperlukan. Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, menganalisis, menyimpulkan dan akhirnya melaporkan hasil penelitian. Penelitian 4

5 kualitatif deskriptif memerlukan sumber berupa informan, peristiwa, dan dokumendokumen terkait yang dipakai sebagai landasan untuk melakukan analisis. Dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dipakai terdiri dari tiga macam metode yaitu pengamatan (observasi), wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau trianggulasi (Sugiyono, 2008:68). Dalam hal ini pengamatan yang akan diteliti yaitu bagaimana pelaksanaan program pengembangan diri sebagai upaya menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri I Lawang, penelitian yang digunakan yaitu dengan catatan lapangan, yang nantinya akan digunakan peneliti yang berisi peristiwa dan pengalaman yang dilihat serta dicatat selengkap mungkin saat penelitian berlangsung. Selain itu kegiatan ini menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan. Panduan tersebut hanya memudahkan dalam melakukan wawancara, penggalian data, dan informasi. Sedangkan dalam studi dokumentasi, peneliti akan melengkapi data berupa dokumen tertulis yaitu melaui Program OSIS dan Profil Sekolah mengenai program pengembangan diri yang dimanfaatkan untuk menafsirkan data yang diperoleh. Model yang dipakai adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman (1992:20-23). Dalam model ini terdapat tiga komponen analisis meliputi, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Dalam proses ini peneliti bergerak di antara tiga analisis, sesudah pengumpulan data sesuai unitnya dengan menggunakan waktu yang tersisa dalam penelitian. Tahaptahap penelitian meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan laporan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Program Pengembangan Diri yang dapat Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme di SMA Negeri 1 Lawang Program pengembangan diri menurut Sulistyowati (2012:60-61) meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen, yaitu Pelayanan konseling dan Ekstrakurikuler. Sedangkan dalam 5

6 kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik yang meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan, dan kegiatan keteladanan. Berikut ini adalah beberapa kegiatan terprogram melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme siswa a. Paskibra (PARA) b. Pramuka c. PMR d. Pengembangan Diri dalam Bidang Kesenian e. Pengembangan Diri dalam Bidang Keolahragaan Peneliti juga menemukan kegiatan tidak terprogram yang merupakan program pengembangan diri yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme yaitu: 1. Kegiatan Rutin melalui Upacara Bendera di setiap hari Senin 2. Kegiatan Spontan melalui penerapan 3S. 3. Serta melalui Kegiatan Keteladanan yang dilakukan sehari-hari di lingkungan sekolah. Semua komponen yang ada di sekolah turut berpartisipasi dalam program pengembangan diri guna menumbuhkan sikap nasionalisme siswa, baik itu Kepala Sekolah, Guru, maupun Siswa. Hal ini berdasarkan atas Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi yang memuat pengembangan diri dalam struktur kurikulum, dibimbing oleh konselor, dan guru/tenaga kependidikan yang disebut Pembina. Selain itu menurut pendapat dari Sulistyowati (2012:60) yang menyatakan bahwa kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/dilaksanakan oleh monselor, guru dan atau tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya. Sulistyowati (2012:61) menyatakan bahwa secara khusus, pengembangan diri bertujuan untuk menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan pembinaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian. 6

7 Pelaksanaan Program Pengembangan Diri sebagai Upaya Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme di SMA Negeri 1 Lawang Pelaksanaan program pengembangan diri yang terprogram pada semua kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Lawang dilaksanakan pada hari Sabtu mulai jam sampai jam istirahat selesai sekitar jam WIB. Kegiatan pengembangan diri ini wajib diikuti oleh semua siswa kelas X dan kelas XI. Berdasarkan kebijakan sekolah yang tertuang dalam kebijakan sekolah dalam KTSP, setiap siswa diwajibkan mengikuti satu jenis pengembangan diri. Ada beberapa pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Lawang yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme, diataranya adalah: Yang pertama adalah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler karawitan dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme siswa, karena di dalam pelaksanaannya, terdapat wadah serta bimbingan kepada siswa untuk mendalami dan mempelajari secara baik tentang memainkan karawitan yang merupakan alat musik tradisional karya bangsa Indonesia, seperti dengan siswa belajar dan mengenal tentang lancaran dan tekhnik nabuh dalam setiap instrumen. Siswa melakukan penambahan teknik klenangan untuk bonang serta mempelajari tentang pengetahuan karawitan Jawa Timur-an. Siswa melakukan latihan dengan sangat lihai dan siswa terlihat senang dan bangga dalam memainkan alat musik tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler ini bisa menumbuhkan jiwa nasionalisme karena, dengan memainkan alat-alat musik tradisional yang merupakan hasil dari ciptaan bangsa kita sendiri, itu merupakan wujud dari rasa cinta kita terhadap hasil karya bangsa Indonesia, terlihat dari siswa memainkan karawitan dengan senang dan bangga. Yang kedua adalah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR, di dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini, siswa mengadakan kegiatan donor darah, untuk disumbangkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Dalam kegiatan ini, semua siswa, guru, khalayak umum diperbolehkan menyumbangkan darahnya asalkan sudah memenuhi syarat dan kriteria yang sudah ditentukan, yaitu usia minimal 17 tahun, berat badan minimal 45 kg, tidak menderita tekanan darah tinggi maupun rendah, tidak memiliki penyakit keturunan, bagi perempuan tidak sedang 7

8 datang bulan, serta calon pendonor diharuskan sudah makan sebelum mendonorkan darah. Kegiatan donor darah yang dilakukan secara rutin tiga bulan sekali, yang bekerja sama dengan PMI. Kegiatan ini mencerminkan jiwa nasionalisme, karena dengan adanya kegiatan mendonorkan darah itu merupakan wujud peduli siswa terhadap sesama yang membutuhkan, rasa saling tolong menolong, dan wujud rasa cinta mereka kepada tanah air Indonesia dan jiwa sosial yang tinggi dengan mengorbankan sebagian dari darahnya untuk disumbangkan. Yang ketiga adalah Paskibra (PARA). Kegiatan PARA dilakukan di lapangan SMA Negeri 1 Lawang, siswa melakukan kegiatan latihan rutin baris-berbaris yang diikuti oleh siswa kelas X dan kelas XI. Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap hari Sabtu mulai pukul sampai waktu istirahat selesai pukul WIB yang dibimbing oleh pelatih PARA yang dulunya alumni SMA Negeri 1 Lawang dan juga pernah menjadi pengurus dalam ekstrakurikuler Paskibra. Siswa yang mengikuti kegiatan ini harus selalu siap untuk menjadi petugas Upacara, baik itu di setiap hari Senin, di Hari-Hari Besar Nasional, siap jika ditunjuk untuk menjadi petugas Paskibra baik itu di tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun Nasional. Siswa diharuskan bersikap disiplin, kompak, serta semangat dalam menjalani latihan. Dengan melaksanakan kegiatan ini diharapkan siswa dapat menumbuhkan sikap disiplin dan sikap nasionalisme serta mengajarkan siswa untuk mengabdi kepada negara. Yang keempat adalah kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. Dalam pelaksanaannya siswa diberi tentang materi kepramukaan yang bertujuan memberikan ilmu serta wawasan mengenai Pramuka, sumber pengetahuan yaitu buku-buku Pramuka dan pengalaman Dewan Kerja Ambalan. Kegiatan yang secara rutin dilaksanakan pada setiap hari Sabtu, yang berbentuk diskusi, sharing antar anggota, serta merencanakan masalah kegiatan yang akan dilakukan. Dengan kegiatan tersebut maka akan memupuk rasa kekeluargaan, keakraban dan kerukunan. Hal tersebut merupakan salah satu cerminan dari sikap nasionalisme yaitu persatuan dan kesatuan. Namun kenyataannya siswa yang mengikuti kegiatan ini kurang maksimal dalam melaksanakannya, beberapa siswa ada yang tiba-tiba keluar dari keanggotaannya sebagai pengurus Pramuka untuk mengikuti ekstrakurikuler yang 8

9 lain. Hal ini membuat keanggotaan di dalam Pramuka SMA Negeri 1 Lawang menjadi berkurang. Terlihat bahwa siswa kurang bersungguh-sungguh dan kurang menghayati makna dalam mengikuti kegiatan tersebut. Karena hal ini bisa mengakibatkan merosotnya rasa kebersamaan, kepemimpinan, dan kepedulian sosial dalam diri siswa. Yang keenam adalah kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang olah raga, siswa yang mengikuti pengembangan diri olah raga yaitu basket, bulu tangkis, kungfu, Perisai Diri (silat), dan Kempo yang dilaksanakan pada setiap hari Sabtu. Dengan keikutsertaan siswa dalam bidang olahraga, diharapkan siswa mempunyai rasa bangga terhadap bangsa Indonesia, karena bela negara dan rasa bangga terhadap bangsa Indonesia merupakan cerminan dari sikap nasionalisme. Berdasarkan SK Mendikbud Nomor : 0461/U/1984 dan SK Dirjen Dikdasmen Nomor : 226/C/Kep/O/1992 serta Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan yang dikeluarkan oleh a.n. Dirjen Dikdasmen Direktur Pembinaan Kesiswaan Jakarta, Mei Kegiatan pengembangan diri merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur kegiatan siswa lain. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Diri sebagai Upaya Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme di SMA Negeri 1 Lawang Iskandar Agung (2011: 63-65) menyatakan bahwa faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler meliputi: pembentukan tim pengembang, tugas pokok dan fungsi yang dijalankan, pembinanaan kerjasama dan dukungan orang tua siswa dan masyarakat, pembiaan materi dan narasumber ekstrakurikuler yang relevan, penyiapan sarana dan prasarana dan fasilitas kebutuhan ekstrakurikuler, penentuan jenis kegiatan ekstrakurikuler sesuai bakat dan minat siswa, pengembangan proses evaluasi, serta pemantauan, pengawasan dan revisi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler oleh tim pengembang menjadi masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler selanjutnya. Menurut Sulistyowati (2012: 64-68) faktor pendukung dalam kegiatan tidak terprogram yaitu apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap dari siswa yang 9

10 kurang baik, maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi, pembuatan aturan, tata tertib, penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) untuk mengontrol pelaksanaan kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan di sekolah. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Diri sebagai Upaya Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme di SMA Negeri 1 Lawang Kendala kegiatan ekstrakurikuler terletak pada fasilitas atau tempat yang kurang mendukung, kurangnya dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, siswa yang cenderung pasif dan enggan melakukan kegiatan ekstrakurikuler, kurang adanya kepedulian dari orang tua siswa dan masyarakat setempat, serta kurang adanya motivasi dan dukungan dari guru. Upaya yang Dilakukan dari Pihak Sekolah untuk Mengatasi Kendala Pelaksanaan Program Pengembangan Diri Guna Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme di SMA Negeri 1 Lawang Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah guna menumbuhkan jiwa nasionalisme siswa yaitu: untuk meningkatkan kesadaran siswa, siswa dipanggil secara khusus oleh pihak sekolah yang bersangkutan untuk dibimbing dan dimintai keterangan, diberikan bimbingan khusus dari pembina ekstrakurikuler masingmasing, siswa diarahkan/dimasukkan pada pengembangan diri yang sesuai dan cocok dengan bakat dan minat siswa. Sedangkan untuk kendala dalam keterbatasan fasilitas, sekolah berusaha untuk memberikan dana secara rutin kepada setiap kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan upaya sekolah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam kegiatan tidak terprogram (kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan keteladanan) yaitu; (a) pembuatan aturan, tata tertib, penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) untuk mengontrol pelaksanaan kegiatan tidak terprogram di sekolah; (b) guru senantiasa memberikan contoh dan tauladan serta memberikan motivasi yang baik kepada siwanya dari segi pakaian, cara berbicara dan cara berbahasa yang baik kepada siapa saja;(c) adanya bimbingan dari guru BK ke setiap kelas dan selalu mensosialisasikan kepada siswa tentang attitude yang seharusnya dilakukan oleh siswa atau perilaku akhlak yang baik yang harus dilakukan oleh siswa. 10

11 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian mengenai pelaksanaan program pengembangan diri yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme adalah: 1. Program pengembangan diri yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme di SMA Negeri 1 Lawang adalah melalui kegiatan terprogram dan kegiatan tidak terprogram. Kegiatan terprogram disini meliputi kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme siswa, yaitu Paskibraka (PARA), Pramuka, PMR, Pengembangan diri dalam bidang kesenian (karawitan, paduan suara, seni tari tradisional), pengembangan diri dalam bidang olah raga (bola basket, kungfu, bola voli, sepak bola, bulu tangkis, karate, perisai diri, kempo). Kegiatan tidak terprogram yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme siswa meliputi kegiatan rutin, yaitu melalui kegiatan Upacara Bendera pada setiap hari Senin, berdoa saat memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran di sekolah, serta menjalankan tugas piket kelas. Lalu kegiatan tidak terprogram melalui kegiatan spontan yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme yaitu dengan penerapan sistem 3S dengan cara pembiasaan agar warga sekolah menerapkan Salim, Senyum, Sapa. Kemudian kegiatan tidak terprogram melalui kegiatan keteladanan yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme yaitu selalu berbahasa yang baik jika berbicara kepada siapa saja, datang tepat waktu, adanya lomba guru teladan dan guru favorit, lomba siswa teladan dan siswa favorit. 2. Pelaksanaan program pengembangan diri sebagai upaya menumbuhkan jiwa Nasionalisme terdiri dari kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Pelaksanaan kegiatan terprogram melalui kegiatan ekstrakurikulerdilaksanakan pada setiap hari Sabtu mulai jam sampai jam istirahat selesai sekitar jam WIB. Kegiatan pengembangan diri ini wajib diikuti oleh semua siswa kelas X dan kelas XI. Salah satu contoh kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalismeadalah dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dapat menumbuhkan 11

12 jiwa nasionalisme, karena dari beberapa program yang dilakukan oleh pengembangan diri Pramuka seperti dalam pelaksanaan latihan dasar-dasar kepemimpinan, caraka, perkemahan, Persiapan dan pelaksanaan HUT Pramuka dan HUT kemerdekaan RI dan lain-lain dapat memupuk siswa untuk berjiwa mandiri, rela berkorban, rasa peduli antar sesama khususnya dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme atau cinta tanah air dalam diri siswa. Pelaksanaan Kegiatan tidak terprogram yang dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme salah satu contohnya melalui kegiatan rutin yaitu pelaksanaan Upacara Bendera pada setiap hari Senin yang dapat mengingatkan kepada siswa akan jasa para pahlawan yang dapat membangkitkan rasa semangat kebangsaan, disiplin, dan rasa cinta tanah air pada diri siswa. Semua komponen yang ada di sekolah turut berpartisipasi dalam program pengembangan diri guna menumbuhkan sikap nasionalisme siswa, baik itu Kepala Sekolah, Guru, maupun Siswa 3. Faktor pendukung pelaksanaan program pengembangan diri terprogram melaluikegiatan ekstrakurikuleryaitu:(a) adanya semangat dan antusias siswa dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler; (b) adanya latihan rutin pada setiap hari Sabtu;(c) adanya pembina ekstrakurikuler yang ikut andil dan mendampingi siswa, memberikan bimbingan, serta selalu melakukan koreksi dan evaluasi dalam pelaksanaan latihan kegiatan ektrakurikuler;(d) adanya bakat dan kreatifitas siswa yang menunjang;(e) adanya sarana prasarana dan fasilitas yang memadai pada bidang ekstrakurikuler tertentu. Faktor pendukung dalam kegiatan tidak terprogram (kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan keteladanan) yaitu: (a) siswa selalu mengindahkan aturan dan tata tertib sekolah; (b) siswa selalu menerapkan 3S (Senyum, Salim, Sapa) dengan sesama dan guru; (c)beberapa guru selalu memberikan motivasi dan contoh baik kepada siswanya;(d) guru selalu menegur atau memberikan sanksi yang tegas jika siswa salah dan melanggar aturan. 4. Kendala yang dihadapi pada program pengembangan diri terprogram melalui kegiatan ekstrakurikuler yaitu pada pelaksanaan ekstrakurikuler tertentu ada 12

13 kekurangan dalam hal: (a) keterbatasan tempat pada beberapa bidang estrakurikuler;(b) sumber dana yang kurang;(c) peran dan kepedulian orang tua yang kurang; (d)kurang adanya kesadaran siswa dan merosotnya jiwa sosial siswa;(e) kepedulian siswa yang semakin lama semakin menurun; (f) ada beberapa guru yang kurang bisa memotivasi siswanya akan begitu pentingnya keikutkesrtaan siswa dalam pengembangan diri. Kendala kegiatan tidak terprogram baik dalam kegiatan rutin, kegiatan spontan, maupun kegiatan keteladanan terletak pada: (a) pengaruh pergaulan siswa yang kurang baik; (b) kurangnya kesadaran dari beberapa siswa untuk berperilaku baik dan mematuhi tata tertib sekolah; (c) kurangnya kepedulian siswa terhadap lingkungan. 5. Upaya sekolah yang dilakukan untuk mengatasi kendala pelaksanaan program pengembangan diri yang terprogram melalui kegiatan ekstrakurikuler yaitu:(a)sekolah telah berusaha untuk memberikan dana secara rutin kepada setiap kegiatan ekstrakurikuleragar kebutuhan fasilitas ekstrakurikuler bisa terealisasi; (b) pihak sekolah telah berupaya untuk memberikan sosialisasi kepada orang tua siswa mengenai kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan oleh sekolah; (c) siswa dipanggil secara khusus oleh pihak sekolah yang bersangkutan untuk dibimbing dan dimintai keterangan, lalu diberikan bimbingan khusus dari pembina ekstrakurikuler masing-masing, dan kemudian siswadiarahkan/ dimasukkan pada pengembangan diri yang sesuai dan cocok dengan bakat dan minat siswa. Upaya sekolah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam kegiatan tidak terprogram (kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan keteladanan) yaitu; (a) pembuatan aturan, tata tertib, penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) untuk mengontrol pelaksanaan kegiatan tidak terprogram di sekolah; (b) guru senantiasa memberikan contoh dan tauladan serta memberikan motivasi yang baik kepada siwanya dari segi pakaian, cara berbicara dan cara berbahasa yang baik kepada siapa saja;(c) adanya bimbingan dari guru BK ke setiap kelas dan selalu 13

14 mensosialisasikan kepada siswa tentang attitude yang seharusnya dilakukan oleh siswa atau perilaku akhlak yang baik yang harus dilakukan oleh siswa. Saran Berdasarkan hasil penulisan skripsi ini, saran yang diajukan kepada: 1. Disarankan kepadakepala SMA Negeri 1 Lawang untuk selalu memberikan motivasi dan dukungan baik dalam segi material maupun non material kepada semua warga sekolah demi kelancaran dalam pelaksanaan program pengembangan diri guna menumbuhkan jiwa nasionalisme siswa. 2. Disarankan kepadaguru SMA Negeri 1 Lawang untuk mampu mengintegrasikan dan bisa memotivasi siswanya akan begitu pentingnya keikutkesrtaan siswa dalam pengembangan diri agar pelaksanaan program pengembangan diri dapat berjalan dengan masimal, 3. Disarankan kepadasiswauntuk selalu mengembangkan dan mengindahkan sikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari, seperti apa yang telah didapat siswa dalam pelaksanaan program pengembangan diri di sekolah 4. Disarankan bagi pihak orang tua siswa agar bisa mendorong dan memotivasi siswa untuk mengembangkan jiwa nasionalisme melalui program pengembangan diri, baik itu mendukung siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler maupun dalam kegiatan tidak terprogram di sekolah. 5. Disarankan pada mahasiswa jurusan Hkn untuk meneliti lebih lanjut atau lebih dalam mengenai pengaruh pelaksanaan program pengembangan diri bagi siswa. DAFTAR RUJUKAN Agung, Iskandar Pendidikan Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Bestari Buana Murni Depdiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas. Narbuko, Cholid, Abu Achmadi Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. 14

15 Bandung: CV Alfabeta. Suryabrata, S Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Suslistyowati, Endah Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama Umar, Husain Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Universitas Negeri Malang Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian Edisi Keempat. Malang: Biro administrasi Perencanaan, dan Sistem Informasi bekerja sama dengan UM PRESS 15

16

PENDIDIKAN FORMAL PROGRAM INTRAKURIKULER PROGRAM KOKURIKULER PROGRAM EKSTRAKURIKULER

PENDIDIKAN FORMAL PROGRAM INTRAKURIKULER PROGRAM KOKURIKULER PROGRAM EKSTRAKURIKULER Hedi Ardiyanto Hermawan PENDIDIKAN FORMAL PROGRAM INTRAKURIKULER PROGRAM KOKURIKULER PROGRAM EKSTRAKURIKULER PROGRAM EKSTRAKURIKULER Kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pendidikan, seni dan teknologi yang sangat pesat, hal ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan intrakulikuler

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Hakikat Ekstrakurikuler

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Hakikat Ekstrakurikuler BAHAN AJAR Mata Kuliah : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309 Materi : Hakikat Ekstrakurikuler A. Pengertian. 1. Depdikbud (1994): kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH FELANA RIZKITA SHINTAWATI NIM

SKRIPSI OLEH FELANA RIZKITA SHINTAWATI NIM PELAKSANAAN EKSTRAKURIKULER TARI TRADISIONAL REMO BOLET SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO SKRIPSI OLEH FELANA RIZKITA SHINTAWATI NIM 108811410299

Lebih terperinci

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER I. PENDAHULUAN Pasal 3 Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan karena masalah pendidikan memuat hal mendasar menyangkut semua aspek

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

ANALISIS EKTRAKULIKULER SENI TRADISIONAL REOG TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ANALISIS EKTRAKULIKULER SENI TRADISIONAL REOG TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ANALISIS EKTRAKULIKULER SENI TRADISIONAL REOG TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Eka Kristiyasari Abstrak Sekolah wajib mengadakan ekstrakulikuler

Lebih terperinci

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Karim

PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Karim JPM IAIN Antasari Vol. 1 No. 1 Juli Desember 2013, pp. 1-8 PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM BIMBINGAN BELAJAR DAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Abstrak Prestasi belajar merupakan

Lebih terperinci

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Landasan Pengembangan Diri UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3 tentang tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta)

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta) ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN 2014-2015 (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagaian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan yang didapat dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dikaji dengan berbagai pendapat para ahli dan penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas siswa menjadi yang lebih baik. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai memaknai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan sepakbola dalam bentuknya sekarang ini telah melewati proses perkembangan yang sangat pesat, baik dari segi peraturan pengorganisasian maupun sistem

Lebih terperinci

BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan

BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI A. Pengertian Program Pengembangan Diri Pengembangan diri adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran wajib yang merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, kualitas sumber daya manusia pun harus terus ditingkatkan

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah : 178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan di antaranya adalah : 1. Implementasi Otsus Papua di Kabupaten

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN DAN PENGEMBANGAN PERANAN ALUMNI

PEDOMAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN DAN PENGEMBANGAN PERANAN ALUMNI BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN DAN PENGEMBANGAN PERANAN ALUMNI I. Pembinaan Akhlak dan Moral 1. Tujuan Pembinaan Pembinaan akhlak dan moral bertujuan agar mahasiswa IAIN memiliki kepribadian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia sekolah belakangan ini menjadi sorotan masyarakat, seperti yang baru beberapa bulan ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Umum SMA Negeri 14 Surabaya SMA Negeri 14 Surabaya berdiri pada tanggal 8 Oktober 1981. Pada saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan kemampuan, kekuatan

Lebih terperinci

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penunjang keberhasilan pembangunan, selain itu pendidikan yang telah berkembang juga menggambarkan tingkat kemajuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa di sekolah yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa di sekolah yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa di sekolah yaitu melalui kegiatan di luar sekolah, kegiatan untuk membina bakat, minat, dan keterampilan siswa.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OSIS : MENGUPAS TUNTAS TENTANG OSIS LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN OSIS TINGKAT KOTA MAGELANG

PENGELOLAAN OSIS : MENGUPAS TUNTAS TENTANG OSIS LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN OSIS TINGKAT KOTA MAGELANG PENGELOLAAN OSIS : MENGUPAS TUNTAS TENTANG OSIS LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN OSIS TINGKAT KOTA MAGELANG Jumat, 04 Januari 008 PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asep Tantan Triatna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asep Tantan Triatna, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warganegara Indonesia diharapkan memiliki nasionalisme yang tinggi karena dengan nasionalisme yang tinggi dapat menunjukan eksistensi bangsa dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya proses

Lebih terperinci

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*)

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*) Universitas Negeri Yogyakarta FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*) NPma.2 untuk mahasiswa NAMA MAHASISWA : Nur Aktafiyani Gusriyana PUKUL : 09.00 s/d selesai NO. MAHASISWA : 13207241014 TEMPAT OBSERVASI

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK oleh : Lani Widia Astuti & Eka Jayadiputra Program Studi PPKn Universitas Islam Nusantara, Bandung ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi seseorang untuk dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat

Lebih terperinci

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER

PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER PELUANG BISNIS BIMBINGAN EKSTRA KURIKULER Disusun Oleh : N A M A : MUHAMMAD GEA ALRASYID N I M : 11. 02. 8027 PROGRAM STUDI JURUSAN : LINGKUNGAN BISNIS : D3 MI ABSTRAK Peluang Bisnis Bimbingan Ekstrakurikuler

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN ETIKA BERLALU LINTAS PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak

BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak peminatnya dari semua kalangan. Mulai dari anak-anak sudah dimasukan di perguruan-perguruan pencak silat

Lebih terperinci

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal.

PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN. Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 2. Mewujudkan pendidikan kesehatan yang optimal. PROFIL UKS SMA NEGERI 3 KUNINGAN 3.1. Visi Mewujudkan warga SMA Negeri 3 Kuningan yang sehat lahir dan batin. 3.2. Misi 1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat belajar. 2. Mewujudkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR Bertika Kusuma Prastiwi, S.Pd.Jas, M.Or Dosen PJKR bertikakusuma@gmail.com Abstrak Tujuan dari artikel ini untuk menginformasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO 64 BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bangsa yang unggul adalah bangsa yang dapat memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dengan baik bagi kesejahteraan rakyatnya serta memiliki sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab menyiapkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan oleh pembangunan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan belajar tatap muka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Beberapa kesimpulan menjawab rumusan masalah tentang pemahaman nilai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Beberapa kesimpulan menjawab rumusan masalah tentang pemahaman nilai BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Beberapa kesimpulan menjawab rumusan masalah tentang pemahaman nilai bela negara pada generasi muda dan sejauhmana implikasinya terhadap ketahanan pribadi dan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

mewujudkan siswa untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru Guru / Karyawan / Siswa

mewujudkan siswa untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru Guru / Karyawan / Siswa A. JADWAL KEGIATAN Rincian kegiatan kesiswaan tahun pelajaran / : N0 JENIS KEGIATAN SASARAN ( TUJUAN ) BULAN 1 PPDB Terpenuhinya kuota kelas JULI Penyelenggaraan 2 MPLS 3 Peringatan hari besar nasional

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK

INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA DINAS PEDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA JL.Ratu Kalinyamatan No 1 Demaan, Jepara TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BERKARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BERKARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BERKARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan siswa di luar kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler dapat memberikan pengaruh terhadap minat, bakat

Lebih terperinci

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia.

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme rela

Lebih terperinci

OKK TAHUN 2010 UNDIKSHA PANITIA PELAKSANA 0KK TAHUN 2010 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TERSEDIA:

OKK TAHUN 2010 UNDIKSHA PANITIA PELAKSANA 0KK TAHUN 2010 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TERSEDIA: UNDIKSHA OKK TAHUN 2010 PANITIA PELAKSANA 0KK TAHUN 2010 TERSEDIA: Jadwal Acara Tata tertib Form Minat dan Bakat Contact Person: WIJAYA : 085739088874 SARASWATI : 081805339217 BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi 1. Profil SMP Negeri 1 Jetis

A. Analisis Situasi 1. Profil SMP Negeri 1 Jetis BAB I PENDAHULUAN Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, maka tanggung jawab mahasiswa dalam pendidikan adalah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan

Lebih terperinci

8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA 8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA Disadari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam akselerasi pembangunan termasuk pula dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Faktor menurut kamus sinonim Balai Bahasa Indonesia ( Ishak,1989:65) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Faktor menurut kamus sinonim Balai Bahasa Indonesia ( Ishak,1989:65) adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Faktor Pendukung Faktor menurut kamus sinonim Balai Bahasa Indonesia ( Ishak,1989:65) adalah hal yang menyebabkan pendukung atau latar belakang dari suatu tindakan,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA KOORDINATOR EKSTRAKURIKULER SMP ITUS JALAKSANA TAHUN AJARAN 2015/2016 SMP ITUS

PROGRAM KERJA KOORDINATOR EKSTRAKURIKULER SMP ITUS JALAKSANA TAHUN AJARAN 2015/2016 SMP ITUS PROGRAM KERJA KOORDINATOR EKSTRAKURIKULER SMP ITUS JALAKSANA TAHUN AJARAN 2015/2016 SMP ITUS A. LANDASAN BAB I PENDAHULUAN Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional : 1. Pasal

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PATROLI KEAMANAN SEKOLAH (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah di SMK Negeri 2 Sragen Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat

Lebih terperinci

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sebelum tim KKN-PPL UNY 2014 diterjunkan ke lapangan dalam hal ini SMA N 2 Wates, Tim PPL terlebih dahulu melakukan observasi ke sekolah, hal ini dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Janawi (2013), pendidikan adalah proses manusia mengenali diri dengan segala potensi yang dimilikinya dan memahami apa yang sedang dihadapinya dalam

Lebih terperinci

(Analisis Isi 2014/2015) persyaratan. Sarjana S-1. Diajukan Oleh: A220110047

(Analisis Isi 2014/2015) persyaratan. Sarjana S-1. Diajukan Oleh: A220110047 MUATAN MATERI PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA DAN PELAKSANAANNYA DALAM PROSESS PEMBELAJARAN (Analisis Isi Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Siswa Kelas VIII Terbitan Kemendikbud

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme Sultan Mahmud Badaruddin II yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme Sultan Mahmud Badaruddin II yang BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran sejarah dengan mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme Sultan Mahmud Badaruddin II yang dilakukan oleh peneliti,

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan peneliti pada kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di SMA Negeri 1 Rajagaluh, tentang Peranan Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Salah satu sekolah yang menjadi tempat PPL UNY Yogyakarta adalah SMA PIRI 1 Yogyakarta yang terletak di Jalan Kemuning 14 Yogyakarta. Secara garis besar SMA PIRI 1

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013 LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013 Disusun oleh : Nama : Damar Aji Widiarso NIM : 3101409034 Prodi. : Pend Sejarah FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Sejarah Bani Tamim adalahsekolah yang didirikan oleh KH.MT.Aroji,S.Pd.I dan berdiri pada tanggal 15 November 2010, terletak di Provinsi Banten, kecamatan Sindang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang sangat berpotensi membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuankemampuan yang dimilikinya. Selain mendididik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal, dimana jalur pendidikan ini dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis yang dialami bangsa Indonesia tidak hanya krisis ekonomi maupun politik, tapi lebih dari itu, bangsa kita tengah mengahadapi krisis karakter atau jati diri yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, penulis memperoleh beberapa temuan penelitian yang kemudian dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan

Lebih terperinci

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. 1. STANDAR ISI 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. E. 91%-100% guru mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai salah satu lembaga yang menghasilkan tenaga kependidikan telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang sangat penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM BAB II STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. MATA PELAJARAN Pelaksanaan pendidikan di SMA Negeri 1 Bogor tahun pelajaran 2009/2010 menggunakan Kurikulum SMA Negeri 1 Bogor program IPA dan IPS, baik untuk kelas

Lebih terperinci

2. Keadaan Fisik Sekolah

2. Keadaan Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan suatu bentuk usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran yang merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa UNY

Lebih terperinci

PRAKTEK BAIK IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMPN 1 MEDAN DI SAMPAIKAN OLEH: DRA.HJ. SITI HAFSAH, MA

PRAKTEK BAIK IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMPN 1 MEDAN DI SAMPAIKAN OLEH: DRA.HJ. SITI HAFSAH, MA PRAKTEK BAIK IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMPN 1 MEDAN DI SAMPAIKAN OLEH: DRA.HJ. SITI HAFSAH, MA PROFIL SMP NEGERI 1 MEDAN JL. BUNGA ASOKA NO. 6 MEDAN TELP. 061-8217461 FAKS. 061-8222401

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI KEGIATAN HISBUL WATHAN (HW) (Studi Kasus di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk selalu mencintai tanah air, bangsa dan negaranya sebagai wujud kesetiaan terhadap negara Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI (Studi Kasus Sanggar Seni Sekar Jagad Desa Kotakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci