DAMPAK PEMEKARAN KABUPATEN TANA TORAJA TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN, KEUANGAN, PELAYANAN PUBLIK DAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK PEMEKARAN KABUPATEN TANA TORAJA TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN, KEUANGAN, PELAYANAN PUBLIK DAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH"

Transkripsi

1 DAMPAK PEMEKARAN KABUPATEN TANA TORAJA TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN, KEUANGAN, PELAYANAN PUBLIK DAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH THE IMPACT OF THE EXPANSION OF THE TANA TORAJA TO PERFORMANCE OF THE ECONOMY, FINANCE, PUBLIC SERVICE AND LOCAL GOVERNMENT AGENCIES Inda Afriani 1, A. Karim Saleh 2, Sanusi Fattah 2 1 Staf Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,Kabupaten Tana Toraja, 2 Staf Pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Inda Afriani Sampe Pemda Kabupaten Tana Toraja HP : / Indha_e@yahoo.com

2 Abstrak Sejak otonomi daerah dan desentralisasi fiscal mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2011, pemekaran daerah kabupaten, kota dan propinsi menjadi suatu fenomena, sejak saat itu jumlah daerah terus bertambah.. Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak dari pemekaran yang terjadi utamanya terhadap daerah induk. Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif, maka data yang diperoleh dalam penelitian tersebut di analisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Analisa data kualitatif adalah suatu analisis yang didasarkan pada argumentasi kualitatif logika, namun materi argumentasi didasarkan pada data yang diperoleh melalui kegiatan teknik perolehan data. Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Tana Toraja sebagai daerah induk sudah layak untuk dimekarkan baik dari segi kinerja perekonomian daerah, kinerja keuangan pemerintah daerah, kinerja pelayanan public, dan kinerja aparatur pemerintah daerah Kata Kunci : Pemekaran, kinerja, ekonomi, keuangan, pelayanan public, aparatur. Abstract Since fiscal decentralization and region autonomy starting was implemented on January 1, 2011 the expansion of cities, counties,regionn and province became a phenomenon, since then the number of region growing. This research was conducted to look at the impact of the expansion that occurred primarily at the parent area. According to the type of research used descriptive research, then the data obtained in the research analysis using qualitative data analysis techniques. Qualitative data analysis is an analysis that is based on qualitative logic of argumentation, but the matter of argument based on the data obtained through tehe activities of engineering data. Based on the overall results of the study it can be concluded that the Tana Toraja as the parent area is already eligible for expanded as a result both in the terms of the performance of the economy of region, the financial performance of local government, public service performance and the performance of local government reform. Key word : expansion, performance, economics, finance, public service, apparatus

3 PENDAHULUAN Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia, ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigm dan system pemerintahan yang becorak monolitik sentralistik di pemerintah pusat kea rah system pemerintahan yang desentralistik (local democracy) di pemerintah daerah. Efek dari system pemerintahan seperti ini memberikan keleluasaan kepada daerah dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta, prakarsa dan aspirasi masyrakat sendiri atas dasar pemerataan dan keadilan serta sesuai dengan kondisi,potensi dan keragaman daerah (Koswara, 1998). Aturan pelaksanaan pemekaran diatur dalam PP nomor 129 tahun 2000 tentang kriteria pemekaran dan persyaratan pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah (Juanda, 2007). Pada perkembangannya PP nomor 129 Tahun 2000 ini direvisi menjadi PP Nomor 78 Tahun 2007 tentang kriteria dan persyaratan pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah. Terdapat beberapa alasan kenapa pemekaran wilayah sekarang menjadi salah satu pendekatan yang cukup dimintai dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintah daerah dan peningkatan pelayanan publik, antara lain keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam wilayah kewenangan yang terbatas. Pendekatan pelayanan melalui pemerintah daerah yang baru diasumsikan akan lebih dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintah induk dengan cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas (Hermanislamet, 2005). Melalui proses perencaaan pembangunan pada skala yang lebih terbatas, maka pelayanan publik sesuai kebutuhan local akan lebih tersedia, mempercepat pertumbuhan ekonomi penduduk setempat melalui perbaikan kerangka pengembangan ekonomi daerah berbasis potensi lokal (Hermanislamet, 2005). Dengan dikembangkannya daerah yang otonom maka akan memberikan peluang untuk menggali berbagai potensi ekonomi daerah yang baru yang selama ini tidak tergali, penyerapan tenaga kerja secara lebih luas di sektor pemerintah dan pembagian kekuasaan di bidang politik dan pemerintahan. Kenyataan politik selama ini juga mendapat dukungan yang besar dari masyrakat sipil dan dunia usaha, karena berbagai peluang ekonomi baru baik secra formal maupun informal menjadi lebih tersedia sebagai dampak ikutan dari pemekaran wilayah. Menurut hasil evaluasi terhadap aspek pelayanan publik, khususnya infrastruktur dasar, studi LAN pada tahun 2005 menunjukkan bahwa rasio panjang jalan keseluruhan

4 dengan luas wilayah mengalami penurunan Sedangkan pada bidang kesehatan dan pendidikan terjadi peningkatan infrastruktur yang cukup berarti. Kemudian, dalam hal demokrasi lokal yang dilihat dari penggunaan hak pilih pada pemilu, angka partisipasi cukup tinggi. Meski studi ini tidak secara langsung berkaitan dengan daerah pemekaran, secara umum daerah induk, daerah DOB dan daerah yang tidak mekar menunjukkan kecenderungan yang hampir sama. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum tidak ada satupun daerah DOB yang bisa dikelompokkan dalam kategori mampu, meski penataan berbagai aspek pemerintahan untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan telah sesuai dengan pedoman yang ada. Penyebabnya adalah pemerintahan DOB kurang mampu merumuskan dengan tepat kewenangan ataupun urusan yang akan dilaksanakan agar sesuai dengan kondisi, karakteristik daerah serta kebutuhan masyarakat. Salah satu kabupaten di Indonesia yang mengalami pemekaran adalah Kabupaten Tana Toraja. Berdasarkan aspirasi yang terus berkembang seiring dengan dinamika masyarakat serta adanya dukungan dan keinginan politik pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan dukungan berbagai pihak, maka melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 21 Juli 2008 ditetapkan UU No.28 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Toraja Utara di Provinsi Sulawesi Selatan yang diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun 2008 nomor 101 dengan demikian secara administrasi pemerintahan wilayah kab. Tana Toraja terbagi 2 menjadi Kabupaten Tana Toraja sebagai induk dan Kabupaten Toraja Utara sebagai daerah otonom naru. Setelah dilakukan pemekaran luas wilayah Tana Toraja menjadi 2.954,3 km 2 yang terdiri dari 19 kecamatan 112 lembang dan 47 kelurahan. Tujuan dari penelitian untuk melihat dampak pemekaran terhadap kinerja perekonomian daerah, kinerja keuangan pemerintah daerah, kinerja pelayanan public, kinerja aparatur pemerintah daerah. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada data sekunder dimana diperoleh melalui dokumentasi berupa buku-buku, hasil penelitian terdahulu.

5 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dara kualitatif yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap pertama, pengumpulan data yang diperolej dengan melakukan studi kelayakan dari berbagai kepustakaan, tahap kedua adalah penilaian data yang berpedoman pada prinsip validitas otentitas dan realibilitas setelah itu dilanjutkan pada tahap penafsiran data, menginterprestasikan data dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. HASIL Kinerja Perekonomian Daerah Berdasarkan data yang diperoleh peneliti nampak bahwa setelah pemekaran PDRB Kab. Tana Toraja terus meningkat penurunan hanya terjadi pada tahun peralihan antara PDRB perkapita Kabupaten Tana Toraja cenderung berfluktuasi namun dalam interval 10 tahun penelitian mengalami peningkatan, sementara angka kemiskinan selama tahun penelitian mengalami penurunan yang signifikan Berdasarkan table 1 diatas dapat dilihat bahwa sebelum permekaran daya cipta lapangan kerja tidak terlalu besar. Data yang diperoleh terjadi lonjakan yang cukup tajam pada tahun penyumbang terbesar adalah di lapangan usaha pertanian, hal ini memperlihatkan bahwa semakin tahun kemampuan dan pemahaman masyarakat toraja yang sebagian besar adalah petani terhadap cara bercocok tanam yang benar semakin tinggi hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan sebesar 3.55% pada tahun tersebut, dan hal itu pun berlaku setelah pemekaran semakin tahun semakin meningkat. Kesejahteraan masyarakat pun semakin tinggi saat sesudah pemekaran. Dari hasil perhitungan nampak bahwa kinerja perekonomian daerah di Kabupaten Tana Toraja terus mengalami peningkatan. Penurunan terjadi hanya pada saat masa peralihan pada waktu pemekaran dan setelah itu tahun berikutnya kembali mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat Indeks Kinerja Ekonomi Kabupaten Tana Toraja dari tahun 2002 sampai tahun 2011, mengalami peningkatan yang signifikan. Indek Kinerja Ekonomi Kabupaten Tana Toraja sebelum pemekaran berfluktuasi. Peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2008, dimana pada tahun 2007 sebesar 24,73 dan pada tahun 2008 menjadi 28,67 atau meningkat sebesar 3,94. Sedangkan Indeks Kinerja Ekonomi setelah pemekaran terus meningkat kecuali saat masa transisi pada tahun 2009 yang mengalami penurunan sebesar 3,33 dimana menjadi 25,34, namun pada tahun 2010 kembali mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 4,55 menjadi 29,89.

6 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Peneliti menghitung Indeks Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Tana Toraja. Perhitungan indeks kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Tana Toraja dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, dapat disimpulkan bahwa setelah pemekaran Kabupaten Tana Toraja sudah bisa mandiri, sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3. Indeks Kinerja Keuangan Pemerintah pada tahun 2002 sebesar 35,87 sedangkan pada tahun 2011 sebesar 52,95. Hal itu berarti Indeks Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Tana Toraja selama tahun penelitian mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 17,08. Kinerja Pelayanan Publik Bidang pendidikan dalam hal ini mencakup fasilitas pelayanan pendidikan, khususnya untuk jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan lanjutan yang belum tersedia secara merata, serta ketersediaan tenaga pendidik baik itu secara kuantitas maupun kualitas. Pada bidang kesehatan, setelah pemekaran fasilitas kesehatan terus meningkat. Penurunan terjadi karena hampir sebagian dari fasilitas dan tenaga kesehatan yang dulunya dikuasai oleh kabupaten induk harus terbagi dua dengan daerah pemekaran baru. Ketersediaan tenaga kesehatan erat kaitannya dengan kebijakan nasional. Ketersediaan pelayanan infrastruktur juga memainkan peranan yang penting dalam pembangunan daerah. Infrastruktur tidak saja diperlukan untuk mendukung roda kegiatan ekonomi tetapi juga untuk mendukung kegiatan pemerintah yang bersifat administrative, kegiatan pelayanan publik, serta menjadi satu instrument untuk meningkatkan lalu lintas informasi serta kegiatan lainnya. Penurunan pada tahun 2009 terjadi karena pembagian panjang jalan dan infrastruktur dengan Kabupaten Toraja Utara. Data yang ada kualitas jalan di Kabupaten Tana Toraja terus membaik. Pemekaran yang terjadi membawa perbaikan dan pembangunan ruas jalan baru, namun kualitas jalan dengan ruas jalan yang ada tetap harus menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Tana Toraja. Ketiga sektor diatas, merupakan hal yang utama dalam mengevaluasi kinerja pelayanan publik terutama dalam evaluasi dampak pemekaran. Dapat kita lihat pada table 4 tentang perkembangan variabel-variabel tersebut. Berdasarkan variabel-variabel peneliti menghitung indeks kinerja pelayanan publik yang merupakan satu hal yang erat kaitannya dengan pemekaran daerah guna melihat kualitas pelayanan publik yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jelas bahwa

7 pembangunan fasilitas publik seyogianya dibarengi dengan peningkatan dan efektivitas pelayanan publik itu sendiri, sehingga dapat dengan optimal mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada tabel nampak bahwa perkembangan pelayanan publik di Kabupaten Tana Toraja masih rendah, terutama setelah pemekaran terjadi penurunan yang sangat drastis. Hal ini menjadi gambaran bahwa masih kurang optimalnya pelayanan publik di Kabupaten Tana Toraja. Belum maksimalnya pelayanan publik disebabkan antara lain dikarenakan kurang efektifnya penggunaan dana. Dengan adanya pemekaran membuat dana yang tersedia menjadi lebih besar untuk luas wilayah daerah. Seharusnya pemerintah daerah meningkatkan pelayanan publik terutama dalam bidang pendidikan dengan menambah jumlah sekolah dan guru. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendekatkan pelayanan pemerintah dengan masyarakat. kurangnya tenaga layanan publik.dalam hal ini pemerintah Tana Toraja masih kekurangan jumlah tenaga pelayanan baik itu tenaga pendidik maupun tenaga kesehatan yang memiliki kualitas yang optimal. Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Secara kuantitas jelas setelah pemekaran jumlah aparatur mengalami penurunan yang cukup signifikan karena banyak terjadi mutasi. Saat pemekaran terjadi, aparatur di Kabupaten Tana Toraja sebagian besar beralih ke kabupaten pemekaran yakni Kabupaten Toraja Utara. Berdasarkan penelitian tingkat pendidikan sarjana (S1) sudah menjadi syarat wajib untuk menjadi aparatur di Kabupaten Tana Toraja, hal ini terlihat pada tahun 2011 aparat yang berpendidikan minimal sarjana (S1) sebesar 57,28 persen dari total jumlah PNS. Kesempatan untuk meningkatkan kualitas melalui jenjang pendidikan pun dibuka oleh pemerintah Kabupaten Tana Toraja. Dari sisi pertumbuhan terlihat kualitas aparatur sesudah pemekaran terus mengalami perbaikan. Pada bidang pendidikan, jumlah tenaga pendidik secara menyeluruh sudah memenuhi kuota, dimana pada tahun 2011 terdapat 67,57 persen tenaga guru dari jumlah PNS yang ada di Kabupaten Tana Toraja. Persentase guru sebagaimana data dalam tabel di atas sudah memenuhi kuota, namun dalam distribusi dan penempatan guru tersebut belum merata dimana pada daerah-daerah terpencil yang jauh dari ibukota kabupaten masih kekurangan tenaga guru.

8 Pada bidang kesehatan persentasenya sangat kecil, walaupun didalamnya sudah ada peningkatan jumlah dokter, bidan, dan perawat. Salah satu penyebabnya adalah adanya peningkatan fasilitas kesehatan di Kabupaten Tana Toraja. Masalah yang terjadi ada bidang kesehatan adalah mendapatkan dokter untuk ditempatkan di Puskesmas di daerah terpencil yang jauh dari ibu kota kabupaten. Selama ini kebutuhan dokter dan bidan untuk daerah terpencil diisi oleh Dokter dan bidan PTT dengan masa kerja hanya 2 tahun. Indeks kinerja aparatur pemerintah daerah di atas nampak bahwa indeks kinerja aparatur di kabupaten Tana Toraja cukup stabil walaupun pada masa peralihan sempat mengalami penurunan selama beberapa tahun namun kembali meningkat pada tahun 2010 dan 2011, walaupun peningkatan yang dialami tidak terlalu besar, hal ini disebabkan karena ketidaksesuaian antara aparatur yang dibutuhkan dengan yang tersedia. Ini terjadi khususnya pada tenaga ahli seperti dokter spesialis. Calon aparatur yang tersedia justru tidak berminat untuk bekerja di pemerintah daerah yang lokasi penempatan jauh dari pusat kota, kualitas dari aparatur yang tidak memadai, memang sudah menjadi syarat wajib untuk menjadi PNS di Kabupaten Tana Toraja adalah harus berpendidikan minimal S1, namun masih ada aparatur yang memiliki kualitas dan kinerja yang tidak berbanding lurus dengan pendidikan yang dimiliki dan kemampuan yang dibutuhkan oleh daerah, kurangnya jam kerja yang diberlakukan oleh pemerintah daerah kabupaten Tana Toraja. Aparatur di Tana Toraja bekerja dibawah delapan jam per hari. Kurangnya sanksi yang diberikan kepada aparatur dan kurangnya panutan dari atasan langsung khususnya. PEMBAHASAN Pada kinerja perekonomian daerah nampak bahwa setelah pemekaran peningkatan terus terjadi ini berarti pertumbuhan ekonomi di Tana Toraja terus meningkat hal ini juga menandakan bahwa keputusan untuk dilakukannya pemekaran adalah tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Juanda (2007) kebijakan pembangunan ekonomi daerah penekanannya didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia dan sumber fisik secara local. Pemekaran mengakibatkan perhatian pemerintah terhadap masyarakat dan daerahdaerah yang termasuk dalam wilayah Tana Toraja lebih terpusat dan terarah, karena ruang lingkupnya semakin kecil, sehingga pemerintah lebih konsen dalam setiap penanganannya. Ini adalah salah satu dari sisi positif seperti yang dikatakan Smith (1985) pada bukunya Decentralisasi, The Territorial Dimension of the state.

9 Hal inipun terjadi pada indeks kinerja keuangan pemerintah yang mengalami peningkatan IKKP selama tahun penelitian, terjadi pada tahun 2005 sampai 2008 dan tahun Peningkatan itu cenderung dipengaruhi oleh kemandirian keuangan daerah dan kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang tepat dalam mendorong peningkatan perekonomian daerah. Ketergantungan fiskal pada tahun 2006 mengalami peningkatan, namun tidak mempengaruhi IKKP karena pemerintah daerah juga mendorong peningkatan pendapatannya dan mengalokasikan pada belanja modal sarana dan prasarana sektor publik dan sektor ekonomi. Dalam mengevaluasi hasil atau dampak pemekaran Kabupaten Tana Toraja tidak luput dari evaluasi kinerja pelayanan publik yang mengutamakan pelayanan bidang pendidikan, bidang kesehatan, dan Infrastruktur Jalan. Dengan adanya pemekaran ini pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Tana Toraja lebih giat melakukan perbaikan-perbaikan dalam bidang pendidikan. Setelah pemekaran jumlah ketersedian tenaga pendidik dan fasilitas pendidikan lebih memadai dan mulai berimbang dengan dengan jumlah anak didik yang ada. Pada infrastruktur jalan pada saat pemekaran terjadi penurunan karena kesemua infrastruktur harus dibagi dua dengan Toraja Utara sebagai daerah pemekaran baru Pada kinerja aparatur pemerintah daerah, pendidikan aparatur menggambarkan kualitas aparatur yang pada akhirnya berpengaruh pada perbaikan kebijakan maupun pelaksanaan program-program pemerintah daerah. Sebagai indikator digunakan persentase aparatur dengan pendidikan minimal S1. Apabila komposisi jumlah aparatur berpendidikan minimal sarjana meningkat, maka diasumsikan semakin baik pula kualitas aparatur yang ada di pemerintah daerah. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja ekonomi daerah, Kabupaten Tana Toraja memiliki potensi sumber daya yang lebih siap baik dari pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan hasil indeks kinerja keuangan pemerintah daerah dapat dilihat bahwa ketergantungan fiskal semakin menurun setelah pemekaran. Hal ini merupakan indikasi bahwa Kabupaten Tana Toraja sebagai kabupaten induk mendapat manfaat positif dari lepasnya sebagian wilayah Tana Toraja. Kinerja Pelayanan publik di Tana Toraja masih dalam kategori kurang maksimal terutama di bidang pendidikan dan kesehatan kualitas tenaga pelayanan publik yang belum optimal. Indeks kinerja aparatur setelah pemekaran mulai ada peningkatan. Namun tetap yang harus menjadi perhatian bagi

10 pemerintah adalah kualitas dari aparatur haruslah disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan kedisiplinan aparatur. Secara umum pemekaran Kabupaten Tana Toraja sudah layak. Jika dipandang dari keempat variabel yang telah dievaluasi, hanya Indeks Pelayanan Publik yang tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada pemerintah Kabupaten Tana Toraja, antara lain agar meningkatkan PAD, namun jangan menjadikan PAD sebagai alasan untuk memberatkan masyarakatnya. Pemerintah harus lebih kreatif untuk mencari dan menggali potensi sumber-sumber PAD, pemerintah Kabupaten Tana Toraja harus lebih selektif dalam menempatkan aparatur di bidangnya, hal ini untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan publik, terutama tenaga guru yang sudah maksimal, pemerintah Kabupaten Tana Toraja membuka kesempatan bagi aparatur untuk menikmati jenjang pendidikan sesuai dengan tanggung jawab mereka di instansi mereka masing-masing. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. (1999). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah.. (2000). Undang-undang Republik Indonesia No 22 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.. (2004). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.. (2004). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Bappenas dan UNDP.( 2008). Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Wilayah 31 Januari 2010 Cheema, G. Shabbir dan Rondinelli, Dennis A (Ed), (1983). Decentralization and Development : Policy Implementation in Developing Countries, Sage Publications, London. Juanda, B. (2007). Pemekaran Daerah Serta Implikasinya Terhadap APBN. Jurnal Ekonomi, Volume XXV, Edisi Oktober 2007: Juanda, B. (2007). Dampak Pemekaran Daerah Terhadap APBN, Perkembangan Kinerja Daerah Otonom Baru dan Strategi Pendanaannya. Workshop Kebijakan Pendanaan Daerah Otonom Baru Departemen Keuangan RI. Bandar Lampung Koswara, G, (1998), Kebijaksanaan Desentralisasi Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Daerah Dalam Pembangunan Administrasi Indonesia, Smith. (1985). Decentralisasi, The Territorial Dimension of the state (london UK, Allen and Unwin), London UK.

11 Tabel 1. Variabel Kinerja Perekonomian Daerah Kab. Tana Toraja tahun TAHUN PDRB NON- MIGAS (HARGA KONSTAN 2000) (ECGI) PDRB PER KAPITA (WELFI) RASIO PDRB KAB THDP PDRB PROP (ESERI) Sumber: BPS Kab. Tana Toraja Tabel 2. Indeks Kinerja Ekonomi Kab. Tana Toraja ANGKA KEMISKINAN (POVEI) TAHUN INDEKS KINERJA EKONOMI (IKE) Sumber : Data diolah

12 Tabel 3. Indeks Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Tana Toraja TAHUN Indeks Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (IKKP) , Sumber : Data diolah Tabel 4. Variabel Kinerja Pelayanan Publik Kab. Tana Toraja Tahun BEFI AEFI BETI AETI PHFI PHOI PRQI Keterangan: BEFI : Jumlah siswa per sekolah pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). AEFI : Jumlah siswa per sekolah pada tingkat pendidikan lanjutan (SMA). BETI : Jumlah siswa per guru pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). AETI : Jumlah siswa per guru pada tingkat pendidikan lanjutan (SMA). PHFI : Rasio ketersedian fasilitas kesehatan terhadap 10 ribu penduduk. PHOI : Rasio ketersedian tenaga kesehatan terhadap 10 ribu penduduk.

13 PRQI : Persentase panjang jalan dengan kualitas baik terhadap keseluruhan panjang ruas jalan. Sumber: Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas PU, dan BPS, Data diolah Tabel 5. Indeks Kinerja Pelayanan Publik Tahun Indeks Kinerja Pelayanan Publik (PPI) Sumber : data diolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah dan Desentralisasi Otonomi daerah dan desentralisasi memiliki kaitan erat dengan pemekaran wilayah. Kebijakan otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu harapan cerah bagi pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki kesempatan untuk mengelola,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mulai dilaksanakan pada tanggal 1 januari 2001, pemekaran daerah kabupaten dan kota dan juga propinsi menjadi suatu

Lebih terperinci

Pemekaran Daerah : Kebutuhan Atau Euforia Demokrasi? UNTUNGNYA PEMEKARAN. Disusun Oleh : Agunan P. Samosir 1 ABSTRAKSI

Pemekaran Daerah : Kebutuhan Atau Euforia Demokrasi? UNTUNGNYA PEMEKARAN. Disusun Oleh : Agunan P. Samosir 1 ABSTRAKSI Pemekaran Daerah : Kebutuhan Atau Euforia Demokrasi? UNTUNGNYA PEMEKARAN Disusun Oleh : Agunan P. Samosir 1 ABSTRAKSI Tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat pemekaran daerah untuk peningkatan kemandirian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang rendah dan cenderung mengalami tekanan fiskal yang lebih kuat,

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang rendah dan cenderung mengalami tekanan fiskal yang lebih kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya kapasitas fiskal suatu daerah menunjukan tingkat kemandirian daerah yang rendah dan cenderung mengalami tekanan fiskal yang lebih kuat, namun bukan berarti

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU

KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU The Impact Of Regional Divisions To Economic Disparity Among Coastal Regions In Bengkulu Province

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan otonomi daerah memberikan ruang kepada daerah untuk mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga pemberian pelayanan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PEMEKARAN DAERAH

STUDI EVALUASI PEMEKARAN DAERAH Version of July 4, 2007 STUDI EVALUASI PEMEKARAN DAERAH Building and Reinventing Decentralized Governance Project Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bekerjasama dengan United Nation Development Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara 25. Perhitungan Analisis Shift-Share Kecamatan Aek Natas Tahun 2006-2010... 145 26. Perhitungan Analisis Shift-Share Kecamatan Kualuh Hulu Tahun 2006-2010... 148 27. Perhitungan Analisis Shift-Share Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas pemerintah secara profesional untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem pemerintahan Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini memaparkan sejarah dan kondisi daerah pemekaran yang terjadi di Indonesia khususnya Kota Sungai Penuh. Menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan daerah dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Buku ini diterbitkan oleh BRIDGE (Building and Reinventing Decentralised Governance) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

Buku ini diterbitkan oleh BRIDGE (Building and Reinventing Decentralised Governance) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) STUDI EVALUASI DAMPAK PEMEKARAN DAERAH 2001-2007 JULI 2008 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) BEKERJA SAMA DENGAN UNITED NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP) ISBN: 978-979-17554-1-2 Buku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Daerah didasarkan asas otonomi daerah dengan mengacu pada kondisi dan situasi satuan wilayah yang bersangkutan.dengan daerah tidak saja mengurus rumah tangganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program di segala bidang secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan yang dihadapi dewasa ini dan di masa mendatang mensyaratkan perubahan paradigma kepemerintahan, pembaruan sistem kelembagaan, peningkatan kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dan banyak provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota, kecamatan, kelurahan dan dibagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistim pemerintahan daerah hampir di seluruh wilayah Republik Indonesia di dalam pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan daerahnya. Salah satu tujuan dari pembangunan diantaranya adalah meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP KINERJA EKONOMI DAN KINERJA PELAYANAN PUBLIK DI KOTA SERANG

EVALUASI DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP KINERJA EKONOMI DAN KINERJA PELAYANAN PUBLIK DI KOTA SERANG DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3 Tahun 213, Halaman 1-13 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (online) : 2337-3814 EVALUASI DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP KINERJA EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Sebagai organisasi nirlaba, lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Sebagai organisasi nirlaba, lembaga pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga pemerintahan merupakan organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur kepentingan bangsa dan negara. Lembaga pemerintahan dibentuk umumnya untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang.

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan otonomi daerah diberlakukan sejak tanggal 1 januari 2001 membawa implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Desentralisasi dengan memberikan otonomi ke pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Desentralisasi dengan memberikan otonomi ke pemerintah daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara kesatuan yang menerapkan Sistem Pemerintah Desentralisasi dengan memberikan otonomi ke pemerintah daerah. Otonomi Pemerintah Daerah adalah delegasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai masalah, potensi, aspirasi dan prioritas kebutuhan masyarakat di daerah, karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, aksesibilitas

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH Tri Prastiwi 1 Muhammad Arfan 2 Darwanis 3 Abstract: Analysis of the performance of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang secara terus menerus menuju pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagian masyarakat Indonesia mendukung dengan adanya berbagai tuntutan

I. PENDAHULUAN. sebagian masyarakat Indonesia mendukung dengan adanya berbagai tuntutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menyikapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 lalu, sebagian masyarakat Indonesia mendukung dengan adanya berbagai tuntutan reformasi di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi Daerah di Indonesia dimulai dengan bergulirnya Undang- Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI DAMPAK PEMEKARAN DAERAH

STUDI EVALUASI DAMPAK PEMEKARAN DAERAH STUDI EVALUASI DAMPAK PEMEKARAN DAERAH 2001-2007 JULI 2008 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) BEKERJA SAMA DENGAN UNITED NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP) ISBN: 978-979-17554-1-2 Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternalitas, mengoreksi ketidakseimbangan vertikal, mewujudkan pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. eksternalitas, mengoreksi ketidakseimbangan vertikal, mewujudkan pemerataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transfer antarpemerintah merupakan fenomena umum yang terjadi di semua negara di dunia terlepas dari sistem pemerintahannya dan bahkan sudah menjadi ciri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong

Lebih terperinci

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN 2010-2015 Oleh: Febby Randria Ramadhani Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Muhammadiya Malang Email: febby.randria@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Otonomi daerah yang berarti bahwa daerah memiliki hak penuh dalam mengurus rumah tangganya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten atau Kota untuk mengembangkan potensi ekonominya. Oleh karena itu pembangunan daerah hendaknya dilaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang ada di Indonesia merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi berkelanjutan. Seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran ) ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran 2006-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDAMPAK PADA KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH. Rosmiaty Tarmizi. Abstract

PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDAMPAK PADA KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH. Rosmiaty Tarmizi. Abstract JURNAL Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No. 1, September 2010 Halaman 123-128 PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDAMPAK PADA KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH Rosmiaty Tarmizi Abstract Demands for reform in all fields are

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan pajak akan senantiasa meningkat jika tarif pajak didasarkan dengan tarif pajak yang progresif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi ciri yang paling menonjol dari hubungan keuangan antara pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi ciri yang paling menonjol dari hubungan keuangan antara pemerintahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transfer antarpemerintah merupakan fenomena umum yang terjadi di semua negara di dunia terlepas dari sistem pemerintahannya dan bahkan sudah menjadi ciri yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus pada PEMDA Grobogan periode 2006-2008) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN )

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN ) ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN 2010-2014) ANALYSIS OF THE PERFORMANCE OF FINANCIAL MANAGEMENT AND DEGREE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pertumbuhan..., Edi Tamtomo, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pertumbuhan..., Edi Tamtomo, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan reformasi di Indonesia, otonomi daerah mulai diberlakukan. Hal ini salah satunya ditandai dengan adanya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup segala bidang yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rusyadi, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia, pemerintah daerah memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengelola sendiri pengelolaan pemerintahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UU No. 32 tahun 2004) dengan persyaratan wilayah tersebut memiliki. penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. (UU No. 32 tahun 2004) dengan persyaratan wilayah tersebut memiliki. penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan 1 1.1. Latar Belakang Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Perubahan paradigma pembangunan yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik dan otonomi daerah, hal ini mendorong pemekaran wilayah dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandangan umum mengakui bahwa pemerintahan yang sentralistik semakin kurang populer, karena ketidakmampuannya untuk memahami secara tepat nilainilai daerah atau sentimen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa Orde Baru, harapan yang besar dari pemerintah daerah untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak sendiri ternyata semakin jauh dari kenyataan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Otonomi selalu dikaitkan atau disepadankan dengan pengertian kebebasan dan kemandirian. Sesuatu akan dianggap otonomi jika ia menentukan diri sendiri, membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah pada prinsipnya lebih berorientasi kepada pembangunan dengan berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan daerah untuk mengatur

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Alasan paling mengemuka dalam wacana pemekaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah dalam mengelola potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat ekonomi lemah berupa ketimpangan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah untuk kemandirian keuangan daerah. Hal ini membuat topik tentang kemandirian keuangan daerah

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas )

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas ) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas ) penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*) ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN Haryani 1*) 1) Dosen FE Universitas Almuslim Bireuen *) Haryani_68@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan APBD Pada dasarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah permasalahan umum yang dihadapi oleh setiap negara. Tujuan negara untuk memajukan kesejahteraan umum terkendala oleh karena kemiskinan yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu penyerahan kewenangan yang diberikan dari pemerintah pusat yang mana dalam pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu bentuk harapan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. 1. Untuk model kesehatan, kinerja perekonomian daerah,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah sangat berdampak pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah sangat berdampak pada berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Otonomi daerah merupakan kebijakan pemerintah dalam hal pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan daerah sangat berdampak pada berbagai aspek. Salah satu aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah maupun Negara.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah maupun Negara. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dambaan semua daerah maupun Negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan gambaran hasil kerja pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

Lebih terperinci

Kemampuan anggaran pendapatan desa: studi komparatif pada Desa Tanjung Mulia dan Desa Ujung Tanjung di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan anggaran pendapatan desa: studi komparatif pada Desa Tanjung Mulia dan Desa Ujung Tanjung di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan anggaran pendapatan desa: studi komparatif pada Desa Tanjung Mulia dan Desa Ujung Tanjung di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi Andri Apriyanto; Parmadi; Erni Achmad Prodi Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KETERGANTUNGAN FISKAL PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PADA ERA OTONOMI DAERAH

ANALISIS KETERGANTUNGAN FISKAL PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PADA ERA OTONOMI DAERAH ANALISIS KETERGANTUNGAN FISKAL PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PADA ERA OTONOMI DAERAH Sanusi Fattah & Irman (Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin) ABSTRACT This study aims to determine

Lebih terperinci

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda ABSTRAKSI Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat

Lebih terperinci