PENAMPILAN REPRODUKSI TIGA JENIS AYAM LOKAL JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENAMPILAN REPRODUKSI TIGA JENIS AYAM LOKAL JAWA BARAT"

Transkripsi

1 PENAMPILAN REPRODUKSI TIGA JENIS AYAM LOKAL JAWA BARAT SOEPARNA, KUNDRAT HIDAJAT dan TITA D. LESTARI Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK Penelitian mengenai penampilan reproduksi tiga jenis ayam lokal Jawa Barat telah dilaksanakan di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam jantan, yang terdiri dari tiga strain lokal yaitu, dan. Masing-masing strain lokal diwakili oleh 8 (delapan) ekor. Seluruh ayam jantan yang digunakan dalam penelitian ini didatangkan dari tempat aslinya. Ayam dari Cianjur, ayam dari Ciamis, dan ayam dari Pamanukan, Subang. Peubah-peubah yang diamati selama penelitian laboratoris meliputi volume semen, ph semen, konsentrasi sperma total dan motilitas sperma. Pengambilan data dilakukan setiap minggu selama delapan minggu. Setelah pengumpulan data kualitas semen secara in vitro diperoleh, semen dari seluruh pejantan diuji periode fertil spermanya menggunakan 240 ekor ayam petelur strain Super Harco. Masing-masing pejantan diuji oleh 10 ekor betina. Pakan yang diberikan kepada ayam-ayam penelitian adalah pakan ayam petelur komersial yang mengandung protein kasar 16% dan 2850 kcal ME/kg. Setiap ekor ayam jantan memperoleh 125 gram/ekor/hari yang diberikan dua kali dalam bentuk pasta. Air minum diberikan secara ad libitum. Pengukuran peubah penelitian seluruhnya dilakukan secara manual. Penghitungan konsentrasi sperma total dan konsentrasi sperma mati dilakukan menggunakan pipet haemacytometer dan kamar hitung Neubauer. Larutan NaCl 3% digunakan untuk melakukan penghitungan konsentrasi sperma total, sedangkan BPSE digunakan dalam penghitungan konsentrasi sperma mati serta pengenceran semen untuk inseminasi untuk pengukuran periode fertil sperma. Setiap ekor ayam betina yang berumur 25 minggu diinseminasi dengan 0,25 ml semen cair yang mengandung 100 juta sperma motil. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan Sidik Ragam. Adapun perbedaan nilai yang terjadi pada setiap strain ayam lokal diuji menggunakan Uji Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian menunjukan bahwa ayam memiliki kualitas semen, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, yang paling baik dibandingkan dengan ayan dan ayam. Ayam yang memiliki ukuran tubuh paling besar akan memiliki jaringan testicular yang lebih besar dari dua jenis ayam lainnya sehingga mampu menghasilkan kuantitas semen yang lebih banyak. Ayam juga memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan tempat penelitian serta sistem pemeliharan selama penelitian. Keeratan hubungan antara hewan dengan manusia (animal-human relationship) ayam juga lebih baik sehingga sangat berperan dalam mengatasi cekaman (stress) selama penampungan semen sehingga kualitas semennya menjadi lebih baik. Seleksi yang dilakukan secara terus menerus ke arah kualitas suara (salah satu karakter seks sekunder jantan) pada ayam secara tidak langsung berpengaruh terhadap pencapaian kualitas dan kuantitas semennya. Penelitian ini juga menunjukan bahwa motilitas sperma merupakan parameter yang paling baik untuk menentukan kualitas sperma secara in vitro. Adapun apabila pengukuran kualitas semen dilakukan secara in vivo, maka lebih tepat menggunakan parameter periode fertil sperma. Kata kunci: Ayam lokal, penampilan reproduksi PENDAHULUAN Ayam lokal Indonesia yang lazim pula disebut sebagai ayam Kampung, ayam Buras, atau ayam Sayur memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pemenuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Ayam lokal ini pada umumnya dipelihara secara semi intensif atau ekstensif di perdesaan. Bagi golongan masyarakat tertentu, daging ayam lokal tersebut memiliki cita rasa yang sangat spesifik dan tidak tergantikan oleh daging ayam ras yang harganya lebih murah. Ayam lokal Indonesia yang pada umumnya merupakan keturunan dari ayam Hutan Merah (Gallus gallus) (PRAWIROKUSUMO, 1978; ICHINOE, 1982; AINI, 1990; CRAWFORD, 1990) terdiri dari banyak strain lokal. Sampai saat ini paling tidak sudah ada 21 jenis ayam lokal yang mulai diidentifikasi (NATAAMIJAYA, 1993). Sebagian dari ayam lokal teridentifikasi tersebut berada di Jawa Barat, yaitu ayam 105

2 Banten, ayam Burgo (Cirebon), ayam Ciparage (Karawang), ayam Wareng (Indramayu), ayam (Cianjur dan Sukabumi), ayam (Ciamis), ayam Lamba (Garut) dan ayam (Pamanukan Subang). Ayam merupakan ayam lokal Jawa Barat dikenal sebagai ayam penyanyi yang memiliki kemurnian relatif tinggi. Hal itu merupakan konsekuensi tidak langsung dari aktivitas pemuliabiakan tradisional yang dilakukan masyarakat Cianjur dan Sukabumi ke arah penampilan suara selama puluhan tahun. Ayam juga merupakan ayam lokal yang memiliki ukuran tubuh terutama jantannya paling besar diantara ayam lokal di Jawa Barat. Pada saat ini bobot ayam jantan dewasa berkisar antara 3,50 5,50 kg, sedang ayam betina 2,5 3,5 kg (MANSJOER, S.S. et al., 1990; ANONYMOUS, 1994). Menurut penuturan para peternak sepuh di daerah Cianjur dan Sukabumi, bobot badan ayam jantan di masa lalu lebih tinggi lagi, yaitu dapat mencapai 7,5 kg. Ayam betina mulai bertelur pada umur 5,5 7 bulandengan produksi 14,33 butir dalam setiap periode bertelur tau sekitar butir/tahun. Telur ayam memiliki bobot rata-rata 42,20 gram/butir dengan fertilitas dan daya tetas telur sebesar 76,60% dan 80% (MANSJOER et al., 1990; 1994; NATAAMIJAYA, 1993; ANONYMOUS, 1994). Informasi mengenai potensi reproduksi ayam jantan sampai saat ini belum banyak terungkap. Ayam merupakan ayam lokal yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Penampilan fisiknya agak mirip dengan ayam sabung (Bangkok), hanya variasi warna bulu serta bentuk jengger dan/atau pialnya sangat lebar. Ayam tersebut mendapat perhatian dan pemeliharaan yang lebih baik sehubungan dengan produksi telurnya dapat mencapai butir/periode peneluran. Masa istirahat antara satu periode peneluran dengan periode peneluran berikutnya relative pendek serta bobot telur yang mencapai 43,87 ± 1,25 gram merupakan daya tarik lain dari ayam tersebut. Fertilitas dan daya tetas telurnya mencapai 80,40% dan 78,20% (NATAAMIJAYA, 1993). Adapun informasi produktivitas dan kemampuan reproduksi ayam jantannya belum tergali. Ayam adalah ayam lokal Jawa Barat yang berkembang secara alamiah di Desa Rancahilir, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang. Penampilan morfologik ayam jantan lebih mendekati postur ayam sabung (Bangkok). Perawakannya masif dengan tungkai yang kokoh. Aspek yang membedakan ayam dengan ayam Bangkok adalah keberagaman warna bulu dan bentuk jengger dan/atau pialnya. Penampilan ayam betina dewasanya pun lebih mendekati ayam Bangkok betina. Ayam jantan dewasa memiliki berat badan 2,50 3,50 kg, sedangkan betina dewasanya memiliki berat badan sekitar 1,70 kg. Ayam betina mulai bertelur pada umur 5 6 bulan dengan berat telur sekitar 37 gram/butir. Tingginya keanekaragaman hayati ayam lokal di Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya merupakan peluang bagi pelaku pemuliaan ternak mengembangkan strain ayam baru berbasis potensi lokal. Hal ini dilandasi oleh karakteristik ayam lokal yang sangat adaptif dengan kondisi iklim tropis dan sistem pemeliharaan yang tidak rumit serta potensi-potensi lainnya yang belum tergali, seperti daya tahannya terhadap penyakit tertentu. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan 30 ekor ayam jantan yang terdiri dari 10 ekor ayam, 10 ekor ayam, dan 30 ekor ayam yang berumur antara 10 sampai 12 bulan. Ayam-ayam tersebut diperoleh dari peternak di Kabupaten Cianjur, Ciamis, dan Subang Jawa Barat. Bobot badan rata-rata ayam 3,376 kg, ayam 2,514 kg, dan ayam 2,340 kg. Masing-masing ayam dipelihara dalam kandang individu yang ditempatkan dalam ruangan seluas 30 m 2. Masing-masing kandang individu yang berbahan rangka kayu dengan dinding dan alas bilah-bilah bambu berukuran panjang 80 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 70 cm. Ruangan tersebut dilengkapi dengan dua buah exhauster fan. Adapun pencahayaan sepenuhnya menggunakan cahaya alami. Ayam-ayam jantan penelitian diberi pakan petelur komersial yang mengandung 26% 106

3 protein kasar dan kcal ME/kg. Setiap ekor memperoleh pakan sebanyak 120 gram/hari yang diberikan dua kali yaitu pukul dan pukul Pakan diberikan dalam bentuk pasta. Adapun air minum diberikan secara ad libitum. Seluruh ayam penelitian diberikan kesempatan exercise dua kali dalam seminggu, masing-masing selama dua jam (dari jam ). Ayam-ayam tersebut dikeluarkan secara bergiliran dari kandang individu dan dilepaskan dalam ranch kecil yang berukuran 50 m 2. Penampungan semen dilakukan secara artifisial dengan cara pengurutan yang merupakan modifikasi dari metode yang dikembangkan oleh BURROWS dan QUINN (1935). Penampungan semen untuk keperluan evaluasi kualitas semen secara in vitro dilakukan selama delapan minggu dengan frekuensi satu kali per minggu. Adapun penampungan pada minggu ke-sembilan dan ke-sepuluh dilaksanakan untuk keperluan pengujian periode fertil sperma secara in vivo melalui inseminasi buatan. Seluruh kegiatan penampungan dan evaluasi semen dilaksanakan pada sore hari (pukul ). Begitu pula dengan pelaksanaan inseminasi. Semen yang diperoleh dari hasil penampungan kemudian dicatat kualitas makroskopiknya (volume, warna, kekentalan, bau dan ph). Setelah itu dievaluasi secara mikroskopik yang meliputi konsentrasi sperma total dan konsentrasi sperma matinya. Penghitungan konsentrasi sperma dilaksanakan menggunakan pipet Haemacytometer dan kamar hitung Neubauer. Penghitungan konsentrasi sperma total memakai larutan Natrium Klorida 3% yang diberi pewarna Eosin, sedangkan larutan Beltsville Poultry Semen Extender (SEXTON, 1977; BOOTWALLA, and MILES, 1992) digunakan dalam mengencerkan semen untuk penghitungan jumlah sperma mati. Penentuan motilitas sperma dilakukan berdasarkan perbandingan konsentrasi sperma hidup (selisih dari konsentrasi sperma total dengan konsentrasi sperma mati) dengan konsentrasi sperma total. Larutan yang sama juga dipakai mengencerkan semen untuk keperluan inseminasi. Penentuan periode fertil sperma dilaksanakan pada 240 ekor ayam betina petelur strain Super Harco yang berumur 25 minggu. Setiap ekor pejantan diuji dengan 10 ekor ternak betina. Ayam-ayam betina tersebut diinseminasi dengan semen sebanyak 0,25 ml yang mengandung 100 juta sperma motil. Telur-telur yang dioviposisikan mulai hari ke-2 setelah inseminasi dikoleksi, diberi tanda berdasarkan individu betina, hari peneluran, dan kode pejantan. Telur-telur yang terkumpul dibersihkan dari kotoran kemudian disimpan dalam ruangan yang suhunya diatur pada 15 o C. Telur-telur yang sudah terkumpul, setiap tiga hari diinkubasi. Pada hari ke-5 masa inkubasi diperiksa fertilitasnya melalui pengamatan perkembangan embrionya. Penentuan periode fertil sperma dilakukan dengan jalan melihat telur fertil terakhir yang dihasilkan pada hari ke-n setelah pelaksanaan inseminasi. Data mengenai bobot badan mingguan ayam jantan, kualitas semen dan periode fertil sperma diuji secara statistik menggunakan Daftar Sidik Ragam. Adapun korelasi antara satu peubah dengan peubah lain diuji menggunakan matriks korelasi. Perbedaan yang terdapat dalam satu peubah dievaluasi dengan LSD. Model matematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Y = µ + α i + β j +ε ij + δ k + α i δ k + β j δ k + ε ijk, dimana Y = dependent variable µ = means α i = pengaruh minggu observasi β j = pengaruh individu ε ij = error of i and j δ k = pengaruh strain α i δ k = interaksi antara minggu ke-i dan strain k β j δ k = interaksi antara individu j dan strain k ε ijk = error of data ijk Data penelitian tersebut diolah menggunakan Program Statistik SX 3.1 (NH Analytical Software). HASIL DAN PEMBAHASAN Korelasi Umum Berdasarkan matriks korelasi yang dibuat, terdapat hubungan yang cukup kuat antara bobot badan dengan volume semen (r = 0,5238) dan antara bobot badan dengan 107

4 motilitas sperma (r = 4527). Sedangkan korelasi antara volume semen dengan konsentrasi sperma total dan motilitas sperma hanya memiliki nilai r = 0,2526 dan r = 0,2371. Rataan hasil pengamatan penampilan reproduksi tiga jenis ayam lokal selama delapan minggu disajikan pada Tabel berikut: Tabel 1. Karakteristik semen ayam,, dan Variabel yang diamati Bobot badan (kg) 3,515 Aa 2,515 Bb 2,446 Bc Volume semen (ml) 0,48 A 0,33 b 0,32 b ph semen 7,42 b 7,42 b 7,63 A Konsentrasi sperma total (juta sel/ml) 3.160,30 AB 3.031,40 B 3.262,30 A Motilitas sperma ( % ) 78,52 A 71,95 B 60,08 C Periode fertil sperma(hari) 15,88 A 14,40 AB 12,91 B Keterangan: Huruf besar (superscript) yang berbeda ke arah kolom dalam baris yang sama menunjukan perbedaan sangat nyata (P < 0,01); sedangkan huruf kecil menunjukan perbedaan nyata (P < 0,05) Perkembangan bobot badan ayam Pengamatan perkembangan bobot badan ayam jantan dilakukan setiap minggu untuk melihat tingkat kecukupan pakan yang diberikan. Ketiga strain ayam lokal yang dijadikan subjek penelitian menunjukkan peningkatan berat badan secara konstan. Ayam menunjukkan peningkatan berat badan yang paling tinggi, diikuti oleh strain. Adapun ayam mengalami sedikit penurunan pada minggu ke-empat dan ke-lima. Hasil analisis statistik mengenai berat badan menunjukan bahwa masing-masing variabel, yaitu strain ayam, individu ayam dan minggu observasi menunjukkan perbedaan nyata satu dengan yang lainnya. Uji LSD memperkuat bahwa bobot badan ayam sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi dari pada ayam dan ayam. Adapun ayam nyata (P <0,05) lebih berat dari pada ayam. Perbedaan tersebut selain disebabkan oleh faktor genetik, kemungkinan disebabkan oleh tingkat kemampuan ayam-ayam tersebut beradaptasi terhadap lingkungan serta sistem pemeliharaan. Ayam di tempat asalnya sudah terbiasa dikandangkan sepanjang hari dengan pemberian pakan yang lebih menjamin kebutuhan fisiologik ayam. Adapun ayam dan ayam tampaknya belum dapat beradaptasi sebaik ayam karena selain pola pemeliharaan di tempat asal sangat berbeda dengan apa yang mereka alami di tempat penelitian. Keadaan lingkungan tempat penelitian pun sangat berbeda dengan tempat asalnya. Volume semen Informasi mengenai volume semen yang ditampung secara mingguan disajikan pada Gambar 2. Secara keseluruhan, volume semen dari ketiga strain ayam mengalami penurunan pada penampungan minggu kedua dan ketiga. Volume semen ayam selama penelitian relatif konstan, sedangkan dua jenis ayam lainnya mengalami penurunan yang sangat tajam pada penampungan minggu kedua. Setelah itu kembali normal meskipun volumenya tidak dapat kembali pada tingkat penampungan pertama. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa antara strain ayam terdapat perbedaan yang sangat nyata di mana ayam menempati posisi paling tinggi diikuti oleh ayam dan ayam. Adapun antara kedua strain terakhir secara statistik tidak menunjukan adanya perbedaan. Mengacu pada pendapat LAKE (1981), bobot sepasang testes ayam jantan yang aktif secara seksual mencapai 1% dari berat badan totalnya. Ayam tampaknya akan memiliki ukuran testes yang paling besar dibandingkan dengan dua ayam jenis lainnya. Konsekuensi dari keadaan tersebut ayam mampu memproduksi semen lebih banyak daripada ayam-ayam yang berukuran 108

5 tubuh lebih kecil seperti dan. Volume semen yang diperoleh secara artifisial selain tergantung pada umur dan bangsa ayam (BAKST dan BAHR, 1993), juga dipengaruhi oleh kebiasaan ayam menjalani proses penampungan semen secara artifisial dan tingkat keahlian operator yang merangsang dan mengurutnya (FUJIHARA, 1992). Melihat sistem pemeliharaan ayam yang menekankan keeratan hubungan antara pemilik dengan ayam peliharaannya atau animalhuman relationship (SIEGEL, 1993), maka tingkat stress ayam ketika menjalani proses penampungan secara buatan akan lebih rendah dibandingkan dengan ayam dan ayam. ph semen ph semen tiga jenis ayam lokal yang ditampung selama delapan minggu disajikan pada Gambar 3 berikut ini. Ayam memiliki ph yang agak alkalis pada penampungan pertama sampai ketiga. Akan tetapi secara rata-rata pada penampungan keempat sampai ke delapan phnya relatif konstan. Adapun ayam mengalami peningkatan ph pada penampungan kedua dan bergerak mendekati nilai 7 pada periode akhir penelitian. Sedangkan ayam memiliki ph yang lebih alkalis dari kedua jenis ayam sebelumnya Bobot badan (grams) Gambar 1. Bobot badan mingguan tiga jenis ayam lokal Jawa Barat Gambar 2. Volume semen mingguan tiga jenis ayam lokal Jawa Barat Volume semen (ml) Gambar 2. Volume semen mingguan tiga jenis ayam lokal Jawa Barat 109

6 ph Gambar 3. ph semen mingguan tiga jenis ayam lokal Jawa Barat Konsentrasi Sperma (10 juta sell/ml) Gambar 4. Konsentrasi sperma total tiga jenis ayam lokal Jawa Barat Secara statistik, ayam memiliki ph yang sangat nyata (P < 0,01) lebih alkalis dibandingkan dengan ayam dan. Adapun ph semen antara ayam dan tidak berbeda. Konsentrasi sperma total Rata-rata konsentrasi sperma total ayam selama delapan minggu pengamatan adalah 3.160,30 juta sel (3.037,50 juta ,50 juta) sel setiap milliliter semennya. Adapun ayam memiliki rataan konsentrasi sperma total 3.031,40 juta sel (2.712,50 juta 3.390,00 juta) sel/ml semen. Sedangkan ayam memiliki rataan konsentrasi sperma total yang lebih tinggi, yaitu 3.262,30 juta (2.981,30 juta 3.575,00 juta) sel/ml semen. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa ayam memiliki rataan konsentrasi sperma total yang sangat nyata (P < 0,01) dibandingkan dengan ayam. Akan tetapi perbedaannya dengan ayam tidak nyata. Begitu pula antara konsentrasi sperma total ayam dengan ayam. Ayam merupakan ayam asli daerah pantai utara Jawa Barat, tepatnya dari Desa 110

7 Rancahilir Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang. Temperatur lingkungan harian di daerah tersebut jauh lebih panas dibandingkan dengan tempat asal ayam (Ciamis), apalagi dengan daerah Cianjur kota. Kondisi klimatologik tempat penelitian (Jatinangor) yang sedikit lebih hangat dari Cianjur dan lebih dingin dibandingkan dengan wilayah pantai utara Jawa Barat serta Ciamis kemungkinan merupakan salah satu stimulator yang membuat ayam mengalami proses spermatogenesis lebih aktif. Faktor temperatur lingkungan tersebut telah terbukti menurunkan tingkat spermatogenesis pada ternak (ORTAVAN, dkk., 1969; PINEDA, 1989; GARNER dan HAFEZ, 1993). Motilitas sperma Rataan motilitas sperma ayam penelitian selama delapan minggu pengamatan menunjukan bahwa ayam memiliki nilai motilitas sperma yang paling tinggi, yaitu 78,52% (74,38-81,25 %), diikuti oleh ayam sebesar 71,95% (65,00-76,25%) dan ayam sebesar 60,08% (42,50-73,75%). Ketiga jenis ayam dalam penelitian ini memperlihatkan pola motilitas sperma mingguan yang berbeda. Ayam memperlihatkan pola yang relative konstan dari minggu pertama sampai akhir penelitian, diikuti oleh ayam, Adapun ayam memperlihatkan fluktuasi motilitas sperma yang unik dari minggu ke minggu dengan kecenderungan yang terus membaik. Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa motilitas sperma ayam sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan motilitas sperma ayam. Motilitas sperma ayam juga sangat nyata (P < 0,01) lebih tinggi dari pada motilitas sperma ayam. Motilitas sperma (%) Gambar 5. Motilitas sperma tiga jenis ayam lokal Jawa Barat Perbedaan motilitas sperma tersebut selain merupakan salah satu karakter reproduksi dari setiap jenis ayam yang diteliti, juga erat kaitannya dengan faktor ph, baik ph semen maupun ph larutan pengencer yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Beltsville Poultry Semen Extender yang memiliki nilai 7,50. Semen ayam yang lebih alkalis dari ayam dan, juga memiliki rentang perbedaan ph yang lebih lebar terhadap larutan BPSE, yaitu 0,13. Adapun semen ayam dan ayam rata-rata hanya memiliki perbedaan sebesar 0,08. Periode fertil sperma Kemampuan sperma ayam, yang digunakan dalam penelitian ini, untuk membuahi sel telur bevariasi menurut jenis (strain) maupun individu di dalam masing-masing strain. Ratarata periode fertil sperma ayam adalah 15,88 ± 5,58 hari ( 6 25 hari); ayam 14,40 ± 4,99 hari (6 23 hari); dan ayam 12,91 ± 4,45 hari (6 21 hari). 111

8 Berdasarkan hasil analisis statistik, periode fertil sperma ayam sangat nyata (P < 0,01) lebih lama dari pada periode fertil sperma ayam. Adapun antara ayam dan ayam serta ayam dan ayam tidak menunjukan perbedaan lamanya periode fertil. Pencapaian periode fertil sperma ayam yang lebih lama dibandingkan dengan dua strain ayam Jawa Barat lainnya merupakan manifestasi dari kualitas semen ayam yang secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan semen ayam dan. Meskipun jumlah sperma motil yang diinseminasikan adalah sama (100 juta sel) untuk setiap ekor betina, jumlah sperma ayam yang mampu mencapai sperm nest di daerah infundibulum kemungkinan besar lebih banyak dibandingkan dengan sperma ayam dan. Mekanisme di dalam saluran reproduksi ayam betina hanya memfasilitasi pengangkutan sperma motil menuju lipatanlipatan penyimpanan di bagian infundibulum. Adapun sperma yang mati tidak akan mampu mencapai daerah penyimpanan yang berdekatan tengan tempat berlangsungnya proses fertilisasi tersebut (WISHART, 1984; WISHART dan PALMER, 1985; BRILLARD, 1992). KESIMPULAN 1. Ayam merupakan strain ayam local Jawa Barat yang memiliki karakteristik semen paling baik, dibandngkan dengan ayam dan ayam, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Ada tiga kemungkinan untuk menjelaskan fenomena tersebut: a. Bobot tubuh berperan penting sebagai penentu produksi semen. Ternak yang memiliki ukuran tubuh lebih besar akan memiliki jaringan testikular lebih besar yang pada akhirnya lebih mampu menghasilkan semen dalam volume yang lebih besar pula. b. Tingkat adaptasi hewan terhadap lingkungan klimatologik dan sistem pemeliharaan, serta animal-human relationship ayam yang lebih baik dibandingkan dengan ayam dan ayam merupakan faktor-faktor yang memperkuat produksi semen, baik secara kualitatif maupun kuantitif. c. Ayam memiliki status genetik lebih baik sebagai hasil proses seleksi dan pemuliabiakan selama beberapa generasi. Proses seleksi ayam jantan yang diarahkan pada kualitas suara yang merupakan salah satu karakter seks sekunder jantan secara tidak langsung berpengaruh terhadap produksi dan kualitas semen. 2. Motilitas sperma merupakan parameter terbaik untuk menduga kualitas semen secara in vitro. Adapun pengujian secara in vivo, periode fertil sperma merupakan parameter yang paling baik untuk menentukan kualitas semen ayam secara keseluruhan. DAFTAR PUSTAKA AINI, I Indigenous chicken production in South-East Asia. World s Poultry Science Journal, 46: ANONYMOUS Kokok mengundang kedatangan Pangeran Jepang. Trubus, 299. Jakarta. Indonesia. pp ANONYMOUS Spesies Ayam dan Varietasnya. Trubus, 299 (Supplement). Jakarta. Indonesia. pp BAHR, J.M. and M.R. BAKST Poultry. In: HAFEZ, E.S.E. (Ed.). Reproduction in Farm Animals. 6 th edition. LEA and FEBIGER. Philadelphia. pp BOOTWALLA, S.M. and R.D. MILES Developments of diluents for domestic fowl semen. World s Poultry Science Journal, 48: BRILLARD, J.P Sperm storage and transport following natural mating and artificial insemination. Poultry Science, 72: BRILLARD, J.P and M.R. BAKST Quantification of spermatozoa in the spermstorage tubules of turkey hens and the relation to the sperm numbers in the perivitelline layer of eggs. Biology of Reproduction, 43: CRAWFORD, R.D Origin and history of poultry species, Pages 1-41, In: Poultry Breeding and Genetics, R.D. CRAWFORD (ed.). Elsevier. Amsterdam. 112

9 FUJIHARA, N Accessory reproductive fluids and organs in male domestic birds. World s Poultry Science Journal, 48: GARNER, D.L. and E.S.E. HAFEZ Spermatozoa and Seminal Plasma. In: HAFEZ, E.S.E. (Ed.). Reproduction in Farm Animals. 6 th edition. LEA and FEBIGER. Philadelphia. pp ICHINOE, K Introduction. In: ICHINOE (Ed.) Physiological and Ecological Studies on Jungle Fowls. Tokyo University of Agriculture. pp LAKE, P.E Male genital organs. In : Form and Function in Birds. Vol. 2. A.S. King and J. MCLELLAND (eds.). Academic Press. New York. pp MANSJOER, S.S Genetic characters and performance of Indonesian native chickens. Bogor Agricultural University. Bogor. Indonesia. MANSJOER, S.S. MANSJOER, S.H.S. SIKAR and S. DARWATI Pencarian galur murni ayam Kampung, ayam dan ayam Bangkok, dalam usaha pelestarian sumber genetik ayam di Indonesia. Institut Pertanian Bogor. MANSJOER, S.S., S.H. SIKAR, B. JUNIMAN, R. HERLINA, S. DARWATI and GATOT. M A Study on the Immunogenetic Response towards New Castle Disease in Indonesian Native Chicken. Bogor Agriculture University. Indonesia. NATAAMIJAYA, A.G Pengamatan terhadap status Ayam, Nunukan, Kedu, Gaok dan, di pedesaan serta eksplorasi kemungkinan keberadaan ayam Buras langka lainnya. Paper. Seminar Nasional Pengembangan Ternak Ayam Buras melalui wadah Koperasi Menyongsong PJPT II. Universitas Padjadjaran. Bandung. NATAAMIJAYA, A.G., HARYONO, E. SUMANTRI, P. SITORUS, M. KUSNI, SUHENDAR, and SUBARNA Karakteristik morfologis delapan breed ayam bukan ras (Buras) langka. Seminar Nasional Pengembangan Ternak Ayam Buras melalui wadah Koperasi menyongsong PJPT II. Padjadjaran University. Indonesia. ORTAVANT, R., M. COUROT, and M.T. HOCHEREAU Spermatogenesis and morphology of the spermatozoon. In: COLE, H.H. and P.T. CUPPS (Eds.) Reproduction in domestic animals. Academic Press. New York, London. pp PINEDA, M.H Male reproduction. In: MCDONALD, L.E. and M.H. PINEDA (Eds.). Veterinary endocrinology and reproduction. LEA and FEBIGER. Philadelphia, London. pp PRAWIROKUSUMO, S Problem to improve small scale native chickens management in South-East Asia countries. Proceeding XIII World s Poultry Congress. Japan. pp SEXTON, T.J A new poultry semen extender. 1. Effect of extension on the fertility of chicken semen. Poultry Science, 56: SIEGEL, P.B Behavior-genetic analyses and poultry husbandry. Poultry Science, 72: 1-6. WISHART, G.J Effect of lipid peroxide formation on sperm motility, ATP content, and fertilizing ability. Journal of Reproduction and Fertility, 71: WISHART, G.J. and F.H. PALMER Correlation of the fertilizing ability of semen from individual male fowls with sperm motility and ATP content. British Poultry Science, 27:

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN J. Agroland 15 (1) : 63-67, Maret 2008 ISSN : 0854 641X KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN Oleh : Ridwan

Lebih terperinci

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS KADIRAN, R.DENNY PURNAMA DAN SUHARTO Balai Penelitian Ternak Bogor,Po.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan mengenai periode fertil spermatozoa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 7 11

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 7 11 JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 7 11 Pengaruh Lama Penyimpanan Semen Cair Ayam Buras pada Suhu 5 0 C terhadap Periode Fertil dan Fertilitas Sperma (The Storage Time Effect of The Local Chicken

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA

KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA CHARACTERISTICS OF HATCHING EGGS OF RAMBON AND CIHATEUP DUCKS AT DIFFERENT MEETING DURATION

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station Local Duck Breeding and Production Station merupakan suatu unit pembibitan dan produksi itik lokal yang berada

Lebih terperinci

Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR DARI AYAM PETELUR HASIL INSEMINASI BUATAN MENGGUNAKAN SEMEN AYAM KAMPUNG YANG DIENCERKAN DENGAN BAHAN BERBEDA [The Fertility and Hatchability of Egg of Layer Artificially

Lebih terperinci

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi terhadap kualitas semen dimaksudkan untuk menentukan kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen tersebut diproses lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, ph dan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi sperma,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam lokal di Indonesia adalah kekayaan alam yang merupakan aset nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung disebut juga dengan istilah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah 1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Hubungan Bobot Badan dengan Konsentrasi, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah dilaksanakan pada bulan Juli -

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS PENGENCER SEMEN TERHADAP MOTILITAS, ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA AYAM BURAS PADA PENYIMPANAN SUHU 5 o C

PENGARUH JENIS PENGENCER SEMEN TERHADAP MOTILITAS, ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA AYAM BURAS PADA PENYIMPANAN SUHU 5 o C J. Agroland 15 (3) : 229-235, September 2008 ISSN : 0854 641X PENGARUH JENIS PENGENCER SEMEN TERHADAP MOTILITAS, ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA AYAM BURAS PADA PENYIMPANAN SUHU 5 o C Effect

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MOTILITAS DAN FERTILITAS SPERMATOZOA AYAM KATE LOKAL

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MOTILITAS DAN FERTILITAS SPERMATOZOA AYAM KATE LOKAL PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MOTILITAS DAN FERTILITAS SPERMATOZOA AYAM KATE LOKAL Oleh: Dadang Mulyadi Saleh dan Agus Yuniawan Isyanto Abstract Effect of semen storage time on the motility and fertility

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab Ayam Arab berasal dari Belgia yang disebut dengan nama Brakel Kriel yang termasuk ke dalam galur ayam petelur unggul di Belgia. Produksi telur ayam Arab setara dengan ayam Leghorn,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung dikenal sebagai jenis unggas yang mempunyai sifat dwi fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. Wahju (2004) yang menyatakan bahwa Ayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)

Lebih terperinci

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 10 (1):52-58 ISSN 1410 5020 Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer Quality of Semen Crossbreed Boer Goat M. Hartono Universitas Lampung ABSTRACT The research was

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat akan daging domba setiap tahunnya terus meningkat.

Lebih terperinci

PENGARUH DEPOSISI SEMEN BEKU ITIK TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA ITIK

PENGARUH DEPOSISI SEMEN BEKU ITIK TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA ITIK PENGARUH DEPOSISI SEMEN BEKU ITIK TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA ITIK (The Effect of Insemination Sites of Muscovy Frozen Semen on the Fertility and Fertile Period of Duck Spermatozoa)

Lebih terperinci

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai April 2012 bertempat di Indira Farm Hamtaro and Rabbit House, Istana Kelinci, dan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC J. Agroland 16 (2) : 187-192, Juni 2009 ISSN : 0854 641X PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC The Effect of Semen Diluter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur. 23 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan terhadap sifat rontok bulu dan produksi telur dilakukan sejak itik memasuki periode bertelur, yaitu pada bulan Januari 2011 sampai Januari 2012.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak unggas penghasil telur, daging dan sebagai binatang kesayangan dibedakan menjadi unggas darat dan unggas air. Dari berbagai macam jenis unggas air yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR Oleh : Nilawati Widjaya Dosen Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya ABSTRACT This study

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF HETI RESNAWATI dan IDA A.K. BINTANG Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor ABSTRAK Pengembangan ternak ayam lokal sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo Lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki bentuk tubuh memanjang, memiliki sungut dengan permukaan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN (The Effects of Scrotal Diameter and Testical Volume in Semen Volume and

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing Peranakan Etawah atau kambing PE merupakan persilangan antara kambing kacang betina asli Indonesia dengan kambing Etawah jantan yang berasal dari daerah Gangga,

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PENAMPUNGAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA AYAM BANGKOK

PENGARUH FREKUENSI PENAMPUNGAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA AYAM BANGKOK PENGARUH FREKUENSI PENAMPUNGAN SEMEN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA PADA AYAM BANGKOK The Effect of Frequency Semen Collection on Spermatozoa Quality of Bangkok s Chicken Muhammad Hijriyanto 1 Dasrul 2,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dipelihara dan dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara tradisional. Salah satu bangsa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai

Lebih terperinci

Karakteristik Produksi dan Fertilitas Telur Itik Rambon dan Cihateup Hasil Kawin Alam dengan Lama Pencampuran Jantan dan Betina Berbeda

Karakteristik Produksi dan Fertilitas Telur Itik Rambon dan Cihateup Hasil Kawin Alam dengan Lama Pencampuran Jantan dan Betina Berbeda Karakteristik Produksi dan Fertilitas Telur Itik Rambon dan Cihateup Hasil Kawin Alam dengan Lama Pencampuran Jantan dan Betina Berbeda Characteristics of Egg Productions and Fertilities of Rambon and

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS SPERMA YANG DIENCERKAN DENGAN NaCl FISIOLOGIS TERHADAP FERTILITAS TELUR PADA INSEMINASI BUATAN AYAM KAMPUNG

PENGARUH DOSIS SPERMA YANG DIENCERKAN DENGAN NaCl FISIOLOGIS TERHADAP FERTILITAS TELUR PADA INSEMINASI BUATAN AYAM KAMPUNG PENGARUH DOSIS SPERMA YANG DIENCERKAN DENGAN NaCl FISIOLOGIS TERHADAP FERTILITAS TELUR PADA INSEMINASI BUATAN AYAM KAMPUNG THE EFFECT OF SPERM DOSES DILUTED IN PHYSIOLOGICAL NaCl ON EGG FERTILITY IN NATIVE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR A. Winarto dan N. Isnaini Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Abstrak

Lebih terperinci

FERTILITAS TELUR AYAM ARAB HASIL INESMINASI BUATAN MENGGUNAKAN SEMEN DARI FREKUENSI PENAMPUNGAN BERBEDA

FERTILITAS TELUR AYAM ARAB HASIL INESMINASI BUATAN MENGGUNAKAN SEMEN DARI FREKUENSI PENAMPUNGAN BERBEDA FERTILITAS TELUR AYAM ARAB HASIL INESMINASI BUATAN MENGGUNAKAN SEMEN DARI FREKUENSI PENAMPUNGAN BERBEDA ANDRE ADIKA ANKANEGARA SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG

PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG PENGARUH KRIOPROTEKTAN DMA, DMF DAN GLYCEROL PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN AYAM KAMPUNG (Effect of DMA, DMF, and Glycerol Cryoprotectant on Frizing of Native Chicken Semen) S. SOPIYANA 1, S. ISKANDAR 1,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Suatu penelitian untuk mengetahui penggunaan kuning telur itik

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PERFORMANS REPRODUKSI ITIK TEGAL SEBAGAI DASAR SELEKSI [Relationship Between Morphology Characteristics and Reproduction Performance of "Tegal" Duck as Based

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras petelur Lohman)

Lebih terperinci

II. SEJARAH PEMBENTUKAN AYAM KUB-1

II. SEJARAH PEMBENTUKAN AYAM KUB-1 II. SEJARAH PEMBENTUKAN AYAM KUB-1 A. Keberadaan Ayam Kampung di Indonesia Ayam Kampung merupakan hasil domestikasi ayam Hutan Merah (red jungle fowl/gallus gallus) yang telah dipelihara oleh nenek moyang

Lebih terperinci

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 39-44 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini dapat dilihat dari keanekaragaman

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik 21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik Rambon Jantan dan 20 ekor Itik Cihateup Betina, 4 ekor

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

ARTIKEL PENGARUH PROPORSI TELUR HASIL IB (AYAM BANGKOK DAN AYAM BROILER) DALAM MESIN OTOMATIS

ARTIKEL PENGARUH PROPORSI TELUR HASIL IB (AYAM BANGKOK DAN AYAM BROILER) DALAM MESIN OTOMATIS ARTIKEL PENGARUH PROPORSI TELUR HASIL IB (AYAM BANGKOK DAN AYAM BROILER) DALAM MESIN OTOMATIS Oleh: ANDI ARVIAN NURCAHYO 11.1.04.01.0007 Dibimbing oleh : 1. Dr. Fitriani, S. Pt., MP. 2. Sapta Andaruisworo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A.

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A. SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A. 1. Pokok Bahasan : Jenis dan tipe ayam komersial A.2. Pertemuan minggu ke : 6 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1. Ayam tipe petelur 2. Ayam tipe pedaging 3. Ayam tipe dwiguna

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Produksi Ternak Ruminansia Kecil Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi, Bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Ayam lokal di Indonesia telah lama dikembangkan oleh masyarakat Indonesia dan biasanya sering disebut dengan ayam buras. Ayam buras di Indonesia memiliki perkembangan

Lebih terperinci

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA Tatap mukake 6 PokokBahasan: KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti Kuantitas dan Kualitas Sperma pada berbagai ternak Mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan

Lebih terperinci

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi Ayam Nunukan adalah sumber plasma nutfah lokal Propinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya sudah sangat langka dan terancam punah. Pola pemeliharaan yang kebanyakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower. Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan

Lebih terperinci

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Abdul Azis, Anie Insulistyowati, Pudji Rahaju dan Afriani 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi

Lebih terperinci

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG HASNELLY Z., RINALDI dan SUWARDIH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jl. Mentok Km 4 Pangkal Pinang 33134 ABSTRAK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN EPIDIDIMIS, ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN VOLUME SEMEN PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (The

Lebih terperinci

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN E DAN MINERAL Zn TERHADAP KUALITAS SEMEN SERTA FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR KALKUN LOKAL [The Effect of Vitamin E and Zinc Suplementation on the Quality of Semen, Egg Fertility

Lebih terperinci

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin Program Studi Peterenakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas

Lebih terperinci

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C (MOTILITY AND VIABILITY SPERMATOZOA OF CHICKEN IN DILUENTGLUCOSE EGG YOLK PHOSPHAT IN STORAGE3-5

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB Totok B Julianto dan Sasongko W R Ayam KUB Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), masih digemari oleh masyarakat baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS 1. PENDAHULUAN Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak

Lebih terperinci

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI (Increasing Balinese Native Chicken Productivity by Production Selection Pattern) NYM SUYASA, SUPRIO GUNTORO, I.A. PARWATI dan RAIYASA Balai

Lebih terperinci

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C IDEAL GLUCOSE DOSAGE ON EGG YOLK PHOSPHATE BUFFER FOR MAINTAINING SEMEN TURKEYS QUALITY IN

Lebih terperinci

BOBOT POTONG, BOBOT BAGIAN EDIBLE DAN IN EDIBLE AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

BOBOT POTONG, BOBOT BAGIAN EDIBLE DAN IN EDIBLE AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT BOBOT POTONG, BOBOT BAGIAN EDIBLE DAN IN EDIBLE AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT SLAUGHTER, EDIBLE AND IN EDIBLE WEIGHT OF LOCAL CHICKENS JIMMY S FARM CIPANAS DISTRICT CIANJUR

Lebih terperinci

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal SUPLEMENTASI ASAM AMINO LISIN DALAM RANSUM BASAL UNTUK AYAM KAMPUNG PETELUR TERHADAP BOBOT TELUR, INDEKS TELUR, DAYA TUNAS DAN DAYA TETAS SERTA KORELASINYA DESMAYATI ZAINUDDIN dan IDA RAUDHATUL JANNAH

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian evaluasi pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan yang berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember

Lebih terperinci

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT (Artificial Insemination Application Using Sexed Sperm in West Sumatera) EKAYANTI M. KAIIN, M. GUNAWAN dan BAHARUDDIN TAPPA Pusat Penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM

PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM (DIFFERENCE OF SEMEN VOLUME, CONCENTRATION, AND THE SPERM CELLS

Lebih terperinci

lebih dari 219 juta ekor (1992) dan merupakan 63,79% dari jumlah semua unggas yang dibudidayakan di Indonesia secara nasional dengan kontribusi daging

lebih dari 219 juta ekor (1992) dan merupakan 63,79% dari jumlah semua unggas yang dibudidayakan di Indonesia secara nasional dengan kontribusi daging PEMANFAATAN TEKNOLOGI IB DALAM MENUNJANG KEGIATAN PENELITIAN PADA AYAM BURAS DI BALITNAK CIAWI R. DENNY PURNAMA DAN ENDANG WAHYU Balai Penelitian Ternak, PO Box 221. Bogor 16002 RINGKASAN Perubahan yang

Lebih terperinci

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT HASNELLY Z. dan RAFIDA ARMAYANTI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Makin, M. Dan Suharwanto, D., Performa Sifat Produksi dan Reproduksi Performa Sifat-Sifat Produksi Susu dan Reproduksi Sapi Perah Fries Holland Di Jawa Barat (Milk Production and Reproduction Performance

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi pemberian pakan dan periode pemberian pakan terhadap performa ayam buras super dilaksanakan pada September 2016 sampai dengan November

Lebih terperinci

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang 20 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 TernakPercobaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak domba lokal jantan umur 2 tahun sebagai sumber penghasil sperma yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah

Lebih terperinci