BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Dalam rangka pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Bangkulu Utara dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan ( ) tidak ringan, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi untuk mencapai masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara menuju Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat : Pertama, capaian laju pertumbuhan ekonomi sekitar 4 6% selama periode belum cukup untuk mewujudkan tujuan masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara yang sejahtera. Untuk menciptakan pembangunan yang relevan, pembangunan memerlukan akselerasi pertumbuhan ekonomi mencapai di atas 6,5% per tahun dalam lima tahun mendatang untuk mencapai target pertumbuhan yang maksimal. Kedua, penyebaran fasilitas kesehatan belum merata antar kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara. Akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama bagi masyarakat miskin belum merata. Ketiga, kondisi infrastruktur jalan dan jembatan sebagian rusak berat, sehingga pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan merupakan dimensi yang sangat penting dalam rangka pertumbuhan ekonomi. Perbaikan kerusakan jalan dan jembatan merupakan pendukung utama dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Bengkulu Utara. Keempat, Kabupaten Bengkulu Utara yang termasuk dalam daerah lempeng Indo Austronesia merupakan daerah rawan bencana gempa bumi, sehingga Kabupaten Bengkulu Utara termasuk dalam daerah rawan bencana, dalam pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara perlu dipertimbangkan untuk siaga bencana. Kelima, angka kemiskinan Kabupaten Bengkulu Utara mengalami penurunan, pada Tahun 2006 angka kemiskinan Kabupaten Bengkulu Utara mencapai 26,18% dan pada Tahun 2008 menurun menjadi 22,74%. Angka kemiskinan Kabupaten Bengkulu Utara masih lebih tinggi dari angka kemiskinan nasional pada Tahun 2008 sebesar 14,15%. Keenam, dalam rangka ketahanan pangan, cukup besarnya terjadi perubahan alih fungsi lahan dari lahan persawahan ke tanaman perkebunan dan tanaman lainnya. Alih fungsi lahan ini menyebabkan penurunan luas lahan tanaman pangan, sehingga menggangu produktifitas tanaman pangan. Ketujuh, tingkat pelayanan kepada masyarakat dirasakan belum optimal, untuk itu pada Tahun peningkatan pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara perlu ditingkatkan terutama pada sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur jalan dan jembatan, irigasi dan sumber daya energi listrik. IV-1

2 4.1. Permasalahan Pembangunan Permasalahan di Bidang Pendidikan Permasalahan yang ada di bidang pendidikan antara lain: 1. Tingkat pendidikan penduduk relatif rendah dan belum merata; 2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas serta belum optimalnya penyebaran tenaga guru; 3. Masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup besar antar kelompok masyarakat; 4. Fasilitas pelayanan pendidikan khususnya untuk jenjang pendidikan menengah pertama dan yang lebih tinggi belum tersedia secara merata; 5. Kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik; 6. Masih belum maksimalnya penyediaan sarana dan prasarana pendidikan; 7. Kualitas tenaga pendidik yang relatif rendah Permasalahan di Bidang Kesehatan Permasalahan yang ada di bidang kesehatan antara lain: 1. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan belum optimal; 2. Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya; 3. Masih rendahnya kinerja sumber daya manusia di bidang kesehatan; 4. Masih rendahnya akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; 5. Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah; 6. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah; 7. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang dan tidak merata; 8. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal; 9. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal; Permasalahan di Bidang Pekerjaan Umum Permasalahan yang ada di bidang pekerjaan umum antara lain: 1. Masih banyaknya jalan baik jalan negara, provinsi maupun kabupaten yang rusak; 2. Masih banyaknya irigasi teknis dan jembatan yang rusak; 3. Kondisi alat-alat berat yang sudah tidak memungkinkan untuk beroperasi; 4. Banyaknya jalan desa dan lingkungan yang rusak; 5. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga fasilitas jalan, jembatan, dan irigasi; 6. Masih minimnya dana untuk pembangunan maupun pemeliharaan infrastruktur (jalan, jembatan, dan irigasi); 7. Masih rendahnya peran masyarakat dalam mendukung program kebersihan dan pertamanan; 8. Masih banyaknya masyarakat yang belum terlayani dalam hal air bersih; 9. Masih banyaknya jaringan perpipaan air bersih yang sudah tua dan memerlukan pemeliharaan; 10. Banyaknya gorong-gorong yang sudah rusak. IV-2

3 Permasalahan di Bidang Perumahan Permasalahan yang ada di bidang perumahan antara lain: 1. Masih adanya permukiman masyarakat yang kurang layak; 2. Masih terbatasnya jumlah investor yang menginvestasikan dananya ke bidang perumahan; 3. Belum adanya Rencana Pengembangan Pembangunan Perumahan Dan Pemukiman Daerah (RP4D) Kabupaten Bengkulu Utara Permasalahan di Bidang Perhubungan Permasalahan yang ada di bidang perhubungan antara lain: 1. Banyaknya angkutan barang yang membawa barangnya tidak sesuai dengan klas jalan; 2. Masih kurangnya rambu-rambu lalu lintas pada ruas jalan kabupaten; 3. Masih kurangnya papan penunjuk arah Permasalahan di Bidang Lingkungan Hidup Permasalahan yang ada di bidang lingkungan hidup antara lain: 1. Kurangnya kuantitas sumber daya manusia yang dapat melakukan pemantauan lingkungan secara berkala, untuk mengukur kualitas lingkungan; 2. Masih terbatasnya alat laboratorium untuk mengukur tingkat kualitas lingkungan; 3. Belum adanya sanksi yang tegas terhadap perusahaan/ pelaku usaha yang merusak lingkungan; 4. Masih banyaknya perambahan hutan pada kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas dan hutan lindung Permasalahan di Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil Permasalahan yang ada di bidang kependudukan dan catatan sipil antara lain: 1. Masih tingginya laju pertumbuhan penduduk; 2. Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk; 3. Penyebaran penduduk yang tidak merata pada masing-masing wilayah; 4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan remaja tentang hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi; 5. Rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana; 6. Masih kurangnya akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana dan masih lemahnya institusi daerah dalam menunjang pelaksanaan program keluarga berencana; 7. Belum serasinya kebijakan kependudukan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan; 8. Belum tertatanya administrasi kependudukan dalam rangka membangun sistem pembangunan, pemerintahan dan pembangunan yang berkelanjutan; IV-3

4 9. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya dokumen kependudukan dan tertib administrasi belum memadai; 10. Belum tersedianya bank data sebagai basis data kependudukan; 11. Meningkatnya jumlah pengangguran terbuka; 12. Berkurangnya lapangan kerja formal di perkotaan dan pedesaan; 13. Banyaknya pekerja yang bekerja di lapangan kerja yang kurang produktif Permasalahan di Bidang Penanaman Modal Permasalahan yang ada di bidang penanaman modal antara lain: 1. Prosedur perizinan investasi relatif panjang dan membutuhkan biaya tinggi; 2. Regulasi investasi yang belum maksimal dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif; 3. Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur penunjang investasi; 4. Kurang optimalnya jaminan kepastian hukum terhadap iklim usaha investor Permasalahan di Bidang Kebudayaan Permasalahan yang ada di bidang kebudayaan antara lain: 1. Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan; 2. Belum adanya konsep, kebijakan dan strategi kebudayaan nasional yang dapat dijadikan rujukan dalam memajukan kebudayaan daerah; 3. Masih lemahnya ketahanan budaya daerah dalam menghadapi budaya asing (luar) dan media masa juga belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya pembentukan watak dan jati diri bangsa; 4. Belum adanya pedoman perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kebudayaan; 5. Masih lemahnya tenaga pengelola kebudayaan yang profesional; 6. Hasil-hasil penelitian kebudayaan belum dimanfaatkan secara optimal; 7. Data dan informasi kebudayaan belum dikelola secara profesional Permasalahan di Bidang Kepemudaan dan Olah Raga Permasalahan yang ada di bidang kepemudaan dan olah raga antara lain: 1. Prestasi olahraga dalam berbagai cabang dan event olahraga baik pada tingkat provinsi maupun nasional masih belum memuaskan; 2. Pembinaan dan pembibitan olahraga serta peningkatan prestasi olahraga belum didukung ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga; 3. Jumlah dan mutu sumber daya manusia pelaku olahraga belum mamadai; 4. Belum terintegrasinya pembinaan dan pembibitan olahraga masyarakat untuk olahraga prestasi; 5. Masih terbatasnya sarana dan prasarana olahraga masyarakat untuk menunjang olahraga prestasi; 6. Pembudayaan dan pemasyarakatan olahraga sebagai bagian dari upaya pembentukan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, belum menumbuhkan kepedulian masyarakat; 7. Peningkatan kesegaran jasmani belum dilaksanakan secara terpadu, terarah dan terpola, sehingga hasilnya kurang memuaskan baik bagi peningkatan IV-4

5 kesehatan dan kebugaran masyarakat sejak dini, maupun dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktivitas kerja masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara; 8. Organisasi atau lembaga keolahragaan yang ada, kualitas dan kinerjanya masih sangat memprihatinkan, karena pada umumnya belum dikelola secara profesional dan sungguh-sungguh; 9. Kesejahteraan dan jaminan penghargaan bagi atlet, pelatih dan pembina olahraga yang berprestasi, menjadi salah satu masalah yang menyebabkan bidang olahraga kurang diminati untuk dijadikan sebagai profesi yang menjamin masa depan; 10. Belum adanya sistem pendanaan yang sistematis dan berkesinambungan Permasalahan di Bidang Pertanian Permasalahan pokok bidang pertanian diantaranya: 1. Sulitnya petani untuk mendapatkan sarana produksi; 2. Harga sarana produksi yang cukup tinggi; 3. Tingginya tingkat fluktuatif harga harga produksi petani; 4. Produk pertanian tidak mampu bersaing dengan daerah lain; 5. Tingginya angka alih fungsi lahan dari sawah ke perkebunan; 6. Masih rendah ketersediaan sarana akses infrastruktur jalan usaha tani; 7. Terbatasnya modal petani untuk berusaha tani; 8. Terbatasnya akses masyarakat tani untuk mendapatkan akses permodalan; 9. Kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi; 10. Lemahnya kelembagaan dan posisi tawar petani yang berakibat pada panjangnya tata niaga dan belum adilnya sistem pemasaran; 11. Lahan pengusahaan petani relatif sempit sehingga pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan dan kurang mendorong upaya peningkatan produksi; 12. Masih rendahnya sistem alih teknologi dan diseminasi teknologi pengolahan produk pertanian sehingga produktifitas dan nilai tambah produk pertanian rendah; 13. Tingginya ketergantungan pada beras dan rentannya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga; 14. Lemahnya koordinasi antar stakeholder dan birokrasi untuk pembangunan bidang pertanian; 15. Masih rendahnya sumber daya manusia yang bekerja pada sektor pertanian; 16. Harga jual hasil pertanian masih rendah; 17. Tingginya biaya pemasaran; 18. Minimnya sarana dan upaya penelitian bidang pertanian Permasalahan Sektor Perkebunan Permasalahan sektor perkebunan ini diantaranya: 1. Banyaknya perkebunan rakyat yang sudah tua dan rusak, yang perlu diremajakan; 2. Rendahnya produktifitas perkebunan rakyat: a. Petani masih terbatas menggunakan bibit unggul; IV-5

6 b. Sulitnya petani untuk mendapatkan bibit unggul serta tingginya harga bibit unggul; c. Kurangnya kesadaran petani dalam pemeliharaan kebun; d. Kurangnya informasi dan kemampuan penciptaan peluang pasar. 3. Masih rendahnya penggunaan sarana teknologi baik untuk budidaya, maupun pengolahan hasil produksi perkebunan; 4. Lemahnya kelembagaan dan posisi tawar petani yang berakibat pada panjangnya tataniaga dan belum adilnya sistem pemasaran; 5. Masih rendahnya sumber daya manusia perkebunan; 6. Masih terdapat perkebunan besar swasta yang bermasalah; 7. Rendahnya kesadaran pemilik kebun-kebun kecil (maksimal 25 Ha) untuk mengurus izin usaha perkebunan; 8. Terbatasnya akses petani ke sumber daya produktif termasuk permodalan dan layanan usaha; 9. Lahan pengusahaan petani relatif sempit sehingga pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan dan kurang mendorong upaya peningkatan produksi; 10. Masih rendahnya sistem alih teknologi dan diseminasi teknologi pengolahan produk perkebunan sehingga produktifitas dan nilai tambah produk perkebunan rendah; 11. Akses pasar rendah, disebabkan oleh belum dimanfaatkannya informasi pasar secara optimal, masih tingginya peranan tengkulak dalam pemasaran, tidak adanya pasar lelang dan minimnya infrastruktur pendukung pemasaran; 12. Sistem pemasaran kurang efisien; 13. Kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi Permasalahan Pokok Bidang Kehutanan Permasalahan pokok bidang kehutanan diantaranya: 1. Tingginya laju deforestasi akibat perambahan hutan, illegal logging, dan kebakaran hutan; 2. Masih rendahnya kegiatan rehabilitasi dan perlindungan hutan; 3. Kurangnya tenaga personil pembinaan dan pengamanan hutan (polisi hutan, PPNS, penyuluh kehutanan dan petugas lapangan lainnya); 4. Kurangnya sarana dan prasarana pengamanan hutan; 5. Masih banyaka ketidakjelasan tata batas kawasan hutan; 6. Belum optimalnya sistem pengelolaan hutan secara berkelanjutan; 7. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengawasan dan pengolahan hutan masih rendah; 8. Rendahnya nilai hasil hutan non kayu yang sebenarnya berpotensi untuk meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar kawasan hutan; 9. Tingginya ancaman terhadap kerusakan keanekaragaman hayati; 10. Lemahnya penegakan hukum bidang kehutanan. IV-6

7 Permasalahan Pokok Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Permasalahan pokok bidang energi dan sumber daya mineral diantaranya: 1. Masih banyaknya masyarakat yang belum memperoleh fasilitas listrik; 2. Masih terbatasnya jaringan listrik yang disediakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN); 3. Belum optimalnya pelayanan listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN); 4. Masih kurangnya pembinaan dan pengawasan kegiatan usaha pertambangan; 5. Kurangnya ketaatan perusahan untuk melaksanakan reklamasi; 6. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kerusakan lingkungan karena usaha pertambangan; 7. Minimnya ketersediaan data potensi pertambangan yang akurat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); 8. Lemahnya penegakan peraturan bidang energi dan sumber daya mineral; 9. Eksploitasi bahan galian yang tidak ramah lingkungan dan tidak berkelanjutan, masih adanya pemilik izin usaha pertambangan yang belum menempatkan dana reklamasi Permasalahan Pokok Bidang Pariwisata Permasalahan pokok bidang pariwisata diantaranya: 1. Belum terdatanya objek-objek pariwisata yang potensial secara rinci; 2. Belum terjalinnya koordinasi yang baik antara pemerintah daerah serta industri pariwisata untuk menangani pariwisata daerah secara terpadu; 3. Belum terolahnya objek-objek dan kawasan potensial pariwisata; 4. Perencanaan pariwisata yang masih parsial; 5. Belum adanya pengembangan sistem informasi kepariwisataan; 6. Belum tercapainya keterpaduan berbagai sektor untuk secara bersama mengembangkan pariwisata; 7. Belum tersosialisasinya rencana pengembangan pariwisata ke berbagai sektor, instansi dan lembaga terkait lainnya Permasalahan Pokok Bidang Kelautan Dan Perikanan Permasalahan pokok bidang kelautan dan perikanan diantaranya: 1. Masih rendahnya ilmu pengetahuan dan teknologi pembudidaya ikan; 2. Belum optimalnya sarana pembenihan, baik balai benih ikan (BBI) maupun UPR sehingga belum didapatkannya benih yang bermutu, dengan jumlah yang cukup dan berkelanjutan; 3. Dana operasional Balai Benih Ikan (BBI) masih sangat kecil; 4. Kurangnya biaya dan sarana petugas penyuluh; 5. Mahalnya harga pakan ikan; 6. Lemahnya sistem pemasaran ikan budidaya; 7. Kebijakan pengelolaan pulau kecil terluar (Pulau Enggano dan Pulau Mega) masih belum optimal; 8. Konflik pemanfaatan ruang wilayah laut; 9. Degradasi garis pantai dan terumbu karang; 10. Kurang pengawasan perizinan kapal; 11. Lemahnya permodalan nelayan; 12. Masih kurangnya sarana dan prasarana perikanan tangkap; IV-7

8 13. Rendahnya mutu hasil perikanan tangkap; 14. Kurangnya sarana prasarana yang menunjang pemasaran ikan segar; 15. Rendahnya ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pengolahan hasil perikanan; 16. Kurangnya tenaga profesional pengolahan hasil perikanan; 17. Lemahnya manajemen informasi pemasaran ikan; 18. Lemahnya pengawasan terhadap sumber daya kelautan dan perikanan, karena keterbatasan dana; 19. Sarana pengawasan/kapal patroli yang ada tidak dapat beroperasi karena mengalami rusak berat; 20. Illegal fishing yang dilakukan oleh kapal asing (luar daerah) maupun nelayan lokal. Pelanggaran nelayan lokal dalam hal penggunaan alat tangkap terlarang, bahan terlarang, dan pelanggaran jalur penangkapan; 21. Masih terbatasnya jumlah personil yang terlatih Permasalahan di Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Permasalahan yang ada di bidang koperasi dan usaha kecil menengah antara lain: 1. Rendahnya produktivitas, sehingga menimbulkan kesenjangan antara pelaku usaha kecil, menengah dan besar: a. Rendahnya kualitas sumber daya manusia UMKM khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi dan pemasaran; b. Rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. 2. Terbatasnya variasi usaha maupun produk yang dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan bersifat umum/ tidak unik; 3. Industri belum tumbuh berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki sehingga sulit bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain; 4. Terbatasnya akses UMKM terhadap sumber daya produktif, terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi dan pasar; 5. Masih rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi UMKM; 6. Kurang kondusifnya iklim usaha, diantaranya adalah : (a). Ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur perizinan yang mengakibatkan besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perizinan dan timbulnya berbagai pungutan tidak resmi, (b). Praktek bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat, (c). Lemahnya koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM dan belum optimalnya peran dunia perbankan dalam pembinaan UMKM Permasalahan Pada Sektor Peternakan Permasalahan yang ada pada sektor peternakan antara lain: 1. Lemahnya manajemen usaha peternakan, terutama ternak besar; 2. Terbatasnya petugas Inseminasi Buatan (IB), serta sarana dan prasarana; 3. Belum optimalnya pelayanan kesehatan hewan; 4. Pola usaha tani tradisional dengan melepas ternak ke alam terbuka tanpa pengawasan menimbulkan tingginya serangan penyakit dan gangguan keamanan ternak itu sendiri; IV-8

9 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berkecimpung di sub sektor peternakan baik di bidang manajemen usaha peternakan maupun teknis peternakan; 6. Kurangnya pengawasan terhadap kualitas pakan ternak Permasalahan Di Bidang Investasi Permasalahan yang ada di bidang investasi diantaranya: 1. Peruntukan lahan untuk kegiatan usaha yang ditentukan pemerintah masih banyak yang terlantar dan tidak dipergunakan secara produktif oleh investor; 2. Terbatasnya ketersediaan infrastruktur penunjang investasi; 3. Kurang optimalnya jaminan kepastian hukum terhadap iklim usaha bagi investor Permasalahan di Bidang Aparatur Permasalahan yang ada di bidang aparatur diantaranya: 1. Kelembagaan pemerintah masih belum sepenuhnya berdasarkan prinsip organisasi yang efisien dan efektif; 2. Penerapan manajemen kepegawaian belum mampu mendorong peningkatan profesionalitas dan kinerja aparatur; 3. Masih banyaknya celah terjadinya penyimpangan yang mengarah pada penyalahgunaan wewenang dalam birokrasi; Permasalahan di Bidang Hukum Permasalahan yang ada di bidang hukum diantaranya: 1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan penegakan hukum; 2. Masih sering terjadinya pelanggaran hukum dengan dasar ketidaktahuan masyarakat terhadap hukum Isu Strategis Merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau belum dapat diselesaikan pada periode jangka menengah sebelumnya dan memiliki dampak penting dan krusial jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan sehingga perlu diatasi secara bertahap dalam perencanaan pembangunan jangka menengah ke depan ( ). Adapun isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara, yaitu : 1. Masih rendahnya pendapatan perkapita Untuk melihat tingkat kemakmuran penduduk Kabupaten Bengkulu Utara, salah satu indikatornya adalah pendapatan perkapita. Meskipun pendapatan perkapita tidak secara riil menggambarkan kesejahteraan masyarakat orang per orang atau pemerataan pendapatan. Perkembangan pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara sejak Tahun cenderung mengalami kenaikan. Pada Tahun 2006 pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara sebesar Rp ,24,- dan meningkat menjadi Rp ,71 pada Tahun 2007 dan IV-9

10 bertambah menjadi Rp ,24 pada Tahun 2008 dan Tahun 2009 meningkat menjadi Rp ,95,- dan pada Tahun 2010 menjadi Rp ,07,-. Dilihat dari pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara meningkat dari Tahun 2006 sampai Tahun 2009, tetapi jika dibandingkan dengan pendapatan perkapita Provinsi Bengkulu, pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara masih rendah, yaitu pada Tahun 2006 pendapatan perkapita Provinsi Bengkulu sebesar Rp , Tahun 2007 sebesar Rp , pada Tahun 2008 sebesar Rp dan Tahun 2009 sebesar RP Berdasarkan kondisi tersebut di atas, kondisi pendapatan perkapita Kabupaten Bengkulu Utara masih rendah, maka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara maka isu peningkatan pendapatan per kapita menjadi prioritas pada pembangunan Bengkulu Utara. 2. Kualitas sumber daya manusia masih rendah Kondisi indek pembangunan manusia Kabupaten Bengkulu Utara mengalami peningkatan dari Tahun 2006 sampai Tahun 2009 yaitu sebesar 69,80, Tahun 2007 sebesar 69,87, Tahun 2008 sebesar 70,63 dan Tahun 2009 sebesar 70,98. Walaupun Indek Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan dari Tahun , namun jika dibandingkan dengan IPM Provinsi maka IPM Kabupaten Bengkulu Utara masih rendah. Pada Tahun 2006, IPM Provinsi Bengkulu 71,30, Tahun 2007 meningkat menjadi 71,57, Tahun 2008, turun menjadi 71,52 dan Tahun 2009 meningkat menjadi 72,50. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi isu strategis dalam pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara. 3. Masih rendahnya aksesibilitas pelayanan kesehatan Jumlah sarana dan prasarana bidang kesehatan seperti puskesmas dan pustu juga menjadi indikator peningkatan kuantitas layanan kesehatan kepada penduduk. Jika dilihat dari posisi dan rasio jumlah penduduk juga menunjukkan adanya peningkatan pemerataan. Pada Tahun 2009, jumlah sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara berjumlah 631 unit, untuk puskesmas telah berjumlah 19 puskesmas dan pustu berjumlah 102 unit. Bengkulu Utara juga mempunyai rumah sakit lapangan di Pulau Enggano yang dibangun pada Tahun Berdasarkan jumlah sarana dan prasarana di Kabupaten Bengkulu Utara sudah cukup memadai, namun karena faktor geografis dan luasnya wilayah Kabupaten Bengkulu Utara maka pelayanan belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata Umur Harapan Hidup (UHH). Umur harapan hidup masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara sejak Tahun mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006, umur harapan hidup penduduk Bengkulu Utara adalah 68,8 tahun dan pada tahun berikut meningkat menjadi 69,09 tahun, kemudian menjadi 69,17 tahun pada Tahun Pada Tahun 2009 terjadi penambahan, UHH menjadi sebesar 69,35. Meskipun terjadi trend peningkatan namun jika dibandingkan dengan capaian rata-rata provinsi, UHH penduduk Kabupaten Bengkulu Utara masih lebih rendah. UHH Provinsi Bengkulu Tahun 2006 sebesar 68,9, pada Tahun 2007, turun menjadi 69,2, Tahun 2008 meningkat menjadi 70,10 dan Tahun 2009 meningkat menjadi 70,15. IV-10

11 Dari hal tersebut di atas, dapat dilihat bahwa tingkat kesehatan masyarakat Bengkulu Utara berdasarkan Indikator UHH masih lebih rendah jika dibandingkan dengan UHH provinsi. 4. Kualitas dan kuantitas infrastruktur masih rendah (jalan, jembatan, listrik dan irigasi) Panjang jalan seluruh Kabupaten Bengkulu Utara pada Tahun 2006 mencapai 641,99 Km dengan kondisi 55% Baik, 35% kondisi sedang, 20% kondisi rusak berat. Tahun 2007 panjang jalan Kabupaten 661,89 Km dengan kondisi baik 45%, kondisi sedang 35% dan 25% kondisi rusak berat. Pada 2008 panjang jalan Kabupaten Bengkulu Utara mencapai 671,37 Km, dengan kondisi 55% baik, 25% kondisi sedang dan 20% rusak berat. Sedangkan pada Tahun 2009 panjang jalan Kabupaten Bengkulu Utara mencapai 666,67 Km. Kondisi jalan Kabupaten Bengkulu Utara pada Tahun 2009 kondisi baik 45%, Kondisi sedang 30%, dan 25% kondisi rusak berat. Kondisi jalan Kabupaten Bengkulu Utara pada kondisi baik, pada Tahun ,07 % turun menjadi 9,19 % pada Tahun Hal ini disebabkan pada Tahun 2007 Kabupaten Bengkulu Utara mengalami gempa bumi yang sangat dahsyat, yang menyebabkan banyaknya infrastruktur jalan, jembatan, irigasi, sekolah dan sarana kesehatan rusak berat. Untuk itu pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bengkulu Utara difokuskan kepada pembangunan jalan, jembatan, irigasi, sekolah dan sarana kesehatan serta sarana infrastruktur lainnya pada peiode RPJMD ini. 5. Daerah Kabupaten Bengkulu Utara termasuk daerah rawan bencana Kabupaten Bengkulu Utara secara geologis terletak pada jalur pertemuan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia dimana pertemuan antara dua Lempeng tersebut berada di Samudera Indonesia dan merupakan daerah subduksi berpotensi sebagai sumber gempa bumi tektonik serta Patahan Semangko pada bagian barat dari Pulau Sumatera membujur dari arah utara ke arah selatan, maka pada umumnya wilayah Kabupaten Bengkulu Utara merupakan daerah rawan bencana alam gempa bumi. Apabila pusat gempa (epicentrum) tersebut berada di lautan maka dapat berakibat terjadinya tsunami. Dengan panjang pantai (termasuk pantai Enggano) sekitar 239,1 Km dan ketinggian rata-rata kurang dari 30 meter dari permukaan laut maka kawasan pesisir Bengkulu Utara juga merupakan daerah rawan bencana tsunami, yaitu desa-desa pesisir mulai dari Kecamatan Air Napal, Air Besi, Lais, Batik Nau, Ketahun sampai Kecamatan Putri Hijau serta Pulau Enggano. Sebagian besar terletak pada pesisir pantai. Hampir semua desa yang berada di kawasan pesisir potensial terkena bencana tsunami, yaitu desa tepi pantai mulai dari Kecamatan Air Napal, Air Besi, Lais, Air Padang, Batik Nau, Ketahun sampai Kecamatan Putri Hijau. Kawasan Rawan Bencana Longsor, bahaya longsor merupakan ancaman bencana alam yang mempunyai cakupan paling luas dibanding ancaman bahaya alam lainnya di Kabupaten Bengkulu Utara. Sebagian besar penyebab longsor diduga karena penggundulan hutan atau areal dengan kemiringan di atas 30%. Dari seluruh kecamatan yang ada hanya Kecamatan Padang Jaya dan Kerkap yang mempunyai potensi longsor. IV-11

12 Kawasan rawan banjir, sebagian besar terdapat di Kecamatan Lais, Batik Nau, Air Besi dan kawasan pesisir lainnya. Penyebab utama dari banjir pada kawasan tersebut adalah karena kerusakan kawasan tangkapan air, sehingga terjadi surface run off (limpasan) yang tinggi sehingga badan sungai tidak mampu menampung limpasan pada wilayah cekungan/datar. Meskipun demikian untuk kawasan banjir di Kecamatan Lais, Batik Nau, Air Besi dan kawasan pesisir lainnya juga disebabkan karena daerah cekungan yang cukup luas, sehingga pada saat musim hujan juga terjadi genangan (banjir) yang luas. Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara berada di Pulau Sumatera yang merupakan wilayah rawan terhadap bencana alam gempa bumi. Hal ini dikarenakan Pulau Sumatera berada pada jalur pertemuan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo- Australia, dimana pertemuan antara dua lempeng tersebut berada di Samudera Indonesia dan merupakan daerah subduksi berpotensi sebagai sumber gempa bumi tektonik. Apabila gempa bumi terjadi dengan pusat gempa (epicentrum) di lautan maka dapat berakibat terjadinya tsunami, mengingat wilayah Kabupaten Bengkulu Utara memiliki panjang pantai (termasuk pantai Enggano) sekitar 239,1 Km dan ketinggian rata-rata kurang dari 30 meter dari permukaan laut, maka Kabupaten Bengkulu Utara merupakan daerah rawan tsunami. Sementara itu di daratan Pulau Sumatera juga terdapat sumber gempa tektonik lainnya berupa Patahan Semangko pada bagian Barat dari Pulau Sumatera membujur dari arah utara ke arah selatan. Selain itu secara vulkanik, Kabupaten Bengkulu Utara juga rawan terhadap bencana gempa bumi vulkanik yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi yang ada di Pulau Sumatera. 6. Masih tingginya angka kemiskinan Pada Tahun 2006 persentase penduduk miskin di Kabupaten Bengkulu Utara berjumlah 26,18%, sedangkan pada Tahun 2007 menurun menjadi 24,99%. Pada Tahun 2006 ke Tahun 2007 terjadi penurunan persentase penduduk miskin 1,19%. Sedangkan dari Tahun 2007 ke Tahun 2008 persentase penduduk miskin Bengkulu Utara menurun dari 24,99% pada Tahun 2007 menjadi 22,74% pada Tahun 2008, penurunannya mencapai 2,25%. Jika dibandingkan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu persentase penduduk miskin Bengkulu Utara lebih tinggi. Pada Tahun 2006 persentase penduduk miskin Bengkulu Utara mencapai 26,18%, sedangkan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu 24,72%. Masih tingginya persentase penduduk miskin di Kabupaten Bengkulu Utara disebabkan karena sebagian besar masyarakat tidak memiliki lahan pertanian produktif, sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi dan tidak bersekolah, kondisi seperti ini terjadi turun-temurun. Penduduk miskin terbanyak di Kabupaten Bengkulu Utara berada di daerah terisolir dan sulit dijangkau transportasi umum, sehingga hal ini menyebabkan akses pendidikan dan kesehatan masih belum maksimal diperoleh oleh penduduk miskin di daerah tersebut. 7. Ketahanan pangan Kontribusi sub sek sektor ketahanan pangan terhadap perekonomian daerah cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Secara riil, hal ini antara lain disebabkan oleh tingginya tingkat konversi lahan dari lahan tanaman pangan menjadi lahan non tanaman pangan, khususnya tanaman perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan milik perusahaan besar swasta. IV-12

13 Sementara kecenderungan petani melakukan konversi lahan tersebut antara lain disebabkan oleh masih rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha tani tanaman pangan. Terjadinya konversi pada lahan sawah beririgasi teknis, terutama disebabkan tidak tercukupinya air irigasi secara memadai dan berkelanjutan, serta tingginya gangguan hama penyakit tanaman. Implementasi dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah hal mendesak dalam rangka antisipasi konversi lahan tersebut serta dalam rangka peningkatan ketahanan pangan di Kabupaten Bengkulu Utara di masa yang akan datang. 8. Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik yang baik Pelayanan publik dewasa ini telah menjadi isu yang semakin strategis karena kualitas kinerja birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan ekonomi dan politik. Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan kinerja birokrasi akan bisa memperbaiki iklim investasi di Kabupaten Bengkulu Utara. Kinerja birokrasi pelayanan publik di Kabupaten Bengkulu Utara sering mendapat sorotan dari masyarakat menjadi determinan/faktor penentu yang penting dalam mendukung investasi. Kondisi yang diharapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik antara lain semakin meningkatnya kualitas pelayanan publik dalam wujud pelayanan yang cepat, mudah, berkeadilan, berkepastian hukum, transparan, aman, tepat, biaya yang wajar, dan dapat dipertanggungjawabkan serta menghilangkan peluang pungutan tidak resmi. Disamping itu perlu diupayakan pola-pola pelayanan yang efektif yang memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan. Pemanfaatan dan pengembangan E-Government di lingkungan instansi pemerintah dengan didukung penyediaan sarana dan prasarana, SDM yang memadai serta data dan informasi yang akurat, diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat menunjang kualitas pelayanan. 9. Pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya. Dalam pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara pada masa yang akan datang maka berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. Pengembangan sektor perkebunan juga ditandai oleh semakin meningkatnya investasi swasta di bidang perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara. Sampai dengan Tahun 2010 terdapat sebanyak 23 Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang terdiri dari 12 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi kelapa sawit, 5 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi karet dan 6 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi kakao, dengan luas konsesi seluruhnya mencapai Ha. Sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Bengkulu Utara memiliki peran yang cukup signifikan terhadap pembentukan PDRB dan menduduki peringkat ketiga kontribusinya. Pada Tahun 2006 kontribusi sektor ini sebesar 14,08%, meningkat menjadi 14,30% pada Tahun 2006 dan naik menjadi 15,55% pada Tahun Namun pada Tahun 2008 terjadi penurunan menjadi 12,06%. Penurunan ini disebabkan sebagian potensi bahan galian tambang masuk dalam kabupaten pemekaran. IV-13

14 Kondisi Kabupaten Bengkulu Utara sebagian besar bergerak dalam sektor pemanfaatan sumber daya alam sebagaimana tersebut di atas, maka dalam pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara pada masa yang akan datang berorientasi pada pembangunan yang berwawasan lingkungan. IV-14

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015 MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah No Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Kebijakan Umum Sasaran Indikator Sasaran Program Kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Wonosobo tahun 2012 merupakan periode tahun kedua dari implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013 Halaman : i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 4.1. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Kabupaten Lebak serta isu strategis, maka ditetapkan prioritas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam menjabarkan dan mengimplementasikan Visi dan Misi Pembangunan Kota Banjar Tahun 2014-2018 ke dalam pilihan program prioritas di masing-masing

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Sebagai bagian penutup dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Lamandau Tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Kabupaten Lamandau telah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 Visi Otonomi daerah dengan desentralisasi kewenangan yang ada mengedepankan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berkontribusi pada pengembangan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012 Halaman : i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumberdaya sesuai dengan kewenangan atau mandat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi

Lebih terperinci

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi, misi, tujuan, dan sasaran RPJMD Provinsi Utara dapat tercapai dengan efektif tepat guna dan efisien selama lima tahun ke depan apabila strategi dan arah kebijakan

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2011-2016 adalah: BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi Tahun Terwujudnya Kabupaten Kuantan Singingi yang Bersih, Efektif, Religius, Cepat, Aman, Harmonis,

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMK Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi Visi merupakan kondisi ideal masa depan yang menantang, yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan, berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini. Kondisi

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode VISI, MISI dan AGENDA PRIORITAS Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Periode 2016-2021 1 INDIKATOR MAKRO KOTA SAMARINDA TARGET TAHAP 3 RPJPD KOTA SAMARINDA 2005-2025 PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS KOTA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Agus Bastian,

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam perumusan strategi didasarkan pada kriteria : 1. Strategi yang realistis untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan 2. Menganalisis dan mengevaluasi faktor faktor

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Untuk mewujudkan misi pembangunan daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan strategi kebijakan, maka dibutuhkan adanya kebijakan umum dan program

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam upaya mewujudkan Misi maka strategi dan arah kebijakan yang akan dilaksanakan tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut. 6.1. MISI 1 : MENINGKATKAN PENEGAKAN SUPREMASI

Lebih terperinci