PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI JIWA ENDOWMEN UNIT LINK DENGAN METODE POINT TO POINT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI JIWA ENDOWMEN UNIT LINK DENGAN METODE POINT TO POINT"

Transkripsi

1 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI JIWA ENDOWMEN UNIT LINK DENGAN METODE POINT TO POINT Erna Hayati *) *) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan ABSTRAKSI Asuransi jiwa endowmen unit link merupakan asuransi yang menggabungkan asuransi jiwa tradisional endowmen dengan unit link. Dalam asuransi jiwa endwomen unit link, selain memberikan proteksi kepada tertanggung, di dalam asuransi ini juga terdapat unsur investasi. Salah satu metode pengindeksan yang digunakan untuk menghitung premi asuransi unit link adalah metode point to point. Dalam penentuan premi asuransi jiwa endowmen unit link, sangat penting sekali dalam penentuan tingkat partisipasi karena tingkat partisipasi ini menentukan besarnya pembagian keuntungan dari hasil investasi yang akan diberikan kepada tertanggung. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat partisipasi yang optimum dan melihat perubahan tingkat partisipasi ketika jangka waktu kontrak asuransi, suku bunga, usia tertanggung dan volatilitas berubah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data saham penutupan harian PT. Astra Internasional Tbk tahun 2014 dan data suku bunga BI bulan Desember tahun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit linkdengan metode point to point semakin meningkat ketika jangka waktu kontrak asuransi semakin lama dan suku bunga bebas resiko semakin tinggi dan tingkat partisipasi semakin menurun ketika usia tertanggung semakin tua dan volatilitas semakin besar. Kata Kunci : Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link, Point To Point, Tingkat Partisipasi PENDAHULUAN Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak dapat dihindarkan dari berbagai macam resiko yang mengancam jiwanya, diantaranya adalah resiko yang disebabkan karena kecelakaan, hari tua dan kematian. Akibat dari resiko tersebut, seseorang dihadapkan pada masalah kerugian finansial. Untuk menghadapi kondisi seperti itu, maka dibutuhkan suatu jaminan finansial. Salah satu lembaga yang bisa diandalkan untuk meminimalkan resiko yang disebabkan karena kecelakaan, hari tua dan kematian adalah asuransi jiwa. Dengan asuransi jiwa maka biaya hidup seorang tertanggung dapat tetap ditopang dan memperoleh jaminan keuangan. Saat ini banyak sekali produk asuransi jiwa yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Produk asuransi jiwa yang paling diminati oleh konsumen adalah asuransi jiwa endowmen unit link. Asuransi jiwa endowmen unit link merupakan produk asuransi yang menggabungkan antara unsur proteksi dan investasi. Premi yang dibayarkan konsumen pada asuransi jiwa endowmen unit link sebagian digunakan untuk asuransi jiwa dan sebagian lagi untuk investasi diberbagai instrumen investasi seperti deposito, saham, obligasi dan lain sebagainya. Terdapat tiga metode yang umum digunakan dalam menghitung premi asuransi jiwa unit link antara lain metode point to point, annual ratchet dan high water mark. Metode point to point memiliki kelebihan dibandingkan dengan dua metode yang lain, kelebihannya adalah melindungi nasabah terhadap penurunan harga saham di tengah jalan (Hardy, 2003). Penentuan besarnya premi asuransi jiwa endowmen unit link sangat dipengaruhi sekali oleh besarnya tingkat partisipasi (Gaillardetz dan Lakhmiri, 2011), karena tingkat partisipasi ini menentukan besarnya pembagian keuntungan dari investasi yang akan diterima oleh tertanggung. Oleh sebab itu sangat penting sekali bagi perusahaan asuransi yang menjual produk unit link untuk menentukan tingkat partisipasi yang optimum sehingga pihak tertanggung dan perusahaan asuransi sama-sama memperoleh keuntungan. Menurut Perdana (2013), tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link dengan metode annual ratchet semakin

2 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September meningkat ketika jangka waktu kontrak asuransi semakin lama dan suku bunga bebas resiko semakin tinggi dan tingkat partisipasi semakin menurun ketika usia tertanggung semakin tua dan volatilitas semakin besar. Hayati (2014) dan Kholijah (2014) dalam penelitiannya juga menentukan tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link dengan menggunakan metode masing-masing point to point dan high water mark. Penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2014) dan Kholijah (2014) juga memberikan kesimpulan yang sama dengan Perdana (2013) tentang perubahan tingkat partisipasi ketika jangka waktu kontrak asuransi, suku bunga, usia tertanggung dan volatilitas berubah. Dalam penelitian Perdana (2013), Hayati (2014) dan Kholijah (2014) selain menentukan tingkat partisipasi, ketiganya juga melakukan penentuan premi asuransi jiwa endowmen unit link. Mengingat pentingnya menentukan tingkat partisipasi pada asuransi jiwa endowmen unit link, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat partisipasi yang optimum menggunakan metode point to point dan melihat perubahan tingkat partisipasi ketika jangka waktu kontrak asuransi, suku bunga, usia tertanggung dan volatilitas berubah. TINJAUAN PUSTAKA 1. Volatilitas Return Saham Volatilitas return saham (σ) merupakan standar deviasi dari log return saham pada periode tahunan. Volatilitas return saham digunakan untuk menunjukkan fluktuasi saham dan mengetahui seberapa besar resiko dari saham. Jika volatilitas besar maka harga saham cenderung fluktuasinya tinggi dan resikonya juga tinggi. Sedangkan jika volatilitasnya kecil, maka fluktuasi harga saham cenderung konstan dan kecil dan resikonya juga kecil. Rumus untuk menghitung volatilitas return saham tahunan adalah sebagai berikut (Hull, 2009): n 2 ( ui u) i 1 k x n 1 (1) Dimana u adalah log return saham, u adalah rata-rata log return saham dan k adalah banyaknya periode perdagangan dalam satu tahun. 2. Asuransi Jiwa Endowmen Asuransi jiwa endowmen atau yang disebut juga asuransi jiwa dwi guna adalah asuransi jiwa yang memberikan dua manfaat sekaligus yaitu memberikan uang pertanggungan ketika tertanggung meninggal dalam periode tertentu dan memberikan uang pertanggungan jika tertanggung masih hidup pada masa akhir pertanggungan. Nilai actuarial present value dari asuransi jiwa endowmen yaitu (Bowers, et al, 1997): 1 A x:n = A x:n + n E x (2) A x:n = n 1 v k+1 k=0 k p x q x+k + v n np x 3. Asuransi JiwaUnit Link Asuransi jiwa unit link merupakan produk asuransi yang menggabungkan unsur proteksi dan investasi dalam satu produk. Dengan menggunakan asuransi jiwa unit link, nasabah tidak perlu kesulitan lagi mendatangi dua tempat yaitu perusahaan asuransi dan perusahaan pengelola investasi. Pilihan instrumen investasinya juga beragam, dari yang resiko rendah sampai resiko tinggi, diantaranya adalah deposito, obligasi, saham dan lain sebagainya. 4. Nilai Sekarang Aktuaria dan Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link dengan Metode Point to Point Metode point-to-point adalah salah satu metode pengindeksan yang membagi indeks pada tanggal akhir kontrak dengan indeks pada awal penerbitan kontrak asuransi dan dikurangi satu. Secara matematis, metode point-to-point dapat ditulis sebagai berikut (Hardy, 2003): S t R(t) = 1 (3) S 0 Dimana S(t) adalah harga saham pada akhir kontrak asuransi dan S(0) adalah harga saham pada awal penerbitan kontrak asuransi. Struktur manfaat dari suatu investasi pada waktu t dengan point to point adalah sebagai berikut (Gaillardetz dan Lakhmiri, 2011): Dα(t) = max[min[1+ α R(t), (1 + ζ) t ], β(1 + g) t ] (4) Keterangan : Dα(t) = struktur manfaat dari suatu investasi pada waktu t

3 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September R(t) α ζ β g t = keuntungan yang diperoleh pada waktu t, dimana R(t) dihitung dengan menggunakan metode point to point. = tingkat partisipasi = tingkat suku bunga cap (batas atas) = besarnya persentase pengembalian = tingkat suku bunga jaminan = jangka waktu kontrak Nilai kontrak dari struktur manfaat menggunakan metode point to point pada waktu t(0 t n) adalah sebagai berikut (Gaillardetz dan Lakhmiri, 2011): t n Π(t,n) = e C g C S t C n t r ( n ) [(1 ) ( (1 ) ) ( ) dengan n 1 2 (1 g) (1 ) ( r )( n t) ln( ) 2 S( t) C= n t (5) dan Ф adalah fungsi densitas dari distribusi Normal Standart. Sehingga diperoleh nilai sekarang aktuaria asuransi jiwa endowmen unit link adalah sebagai berikut: n 1 A x:n = (0, k 1) kp x q x+k k 0 + Π(0,n) n p x (6) Menurut Gaillardetz dan Lakhmiri (2011), besarnya tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini: n 1 k 0 (0, k 1) kp x q x+k +Π(0,n) n p x = 1 (7) METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data simulasi. Data sekundernya berupa data probabilitas hidup mengikuti tabel mortalita Indonesia II tahun 1999, data harga penutupan saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) selama tahun 2014 dan data suku bunga BI. Penelitian ini dimulai dengan menentukan tingkat partisipasi optimum pada data simulasi, kemudian melihat perubahan tingkat partisipasi ketika jangka waktu kontrak asuransi, suku bunga, usia tertanggung dan volatilitas berubah. Pengelolahan data pada penelitian ini menggunakan Software R HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari data harga penutupan saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) selama tahun 2014 diperoleh rata-rata log return saham sebesar 0, dan diperoleh nilai volatilitas return saham sebesar 0, Data suku bunga bebas resiko yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada suku bunga Bank Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 11 Desember 2014 yang besarnya 7,75%. Selanjutnya data-data tersebut akan dikombinasikan dengan data hasil simulasi untuk menentukan tingkat partisipasi yang optimum pada asuransi jiwa endowmen unit link. Adapun diskripsi data simulasinya adalah seorang laki-laki sebagai tertanggung berusia 45 tahun akan membeli produk asuransi jiwa endowmen unit link selama 5 tahun dengan jenis investasi yang dipilih berupa saham PT. Astra Internasional Tbk (ASII). Saham dibeli pada tanggal 2 Januari 2015 dengan harga Rp ,00. Saham yang dibeli sebanyak 5 lot saham (2500 lembar saham). Tingkat Partisipasi Optimum Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link pada Investasi Saham PT. Astra Internasional Tbk. Berdasarkan data simulasi, diketahui bahwa : Usia (x) = 45 tahun Harga saham awal(s(0)) = Rp Jangka waktu kontrak(n) = 5 tahun Volatilitas(σ) = 0,27189 Suku bunga bebas resiko(r) = 0,0775 Jumlah saham(j) = 2500 Garansi(β) = 90% Suku bunga garansi (g) = 5% Setelah dilakukan perhitungan dengan bantuan software R 2.14, diperoleh tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link pada investasi saham PT. Astra Internasional Tbk yang optimum sebesar 69,58%. Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link dengan Jangka Waktu Kontrak Bervariasi Usia(x) Harga saham awal(s(0)) Jangka waktu kontrak(n) = 45 tahun = Rp = 2-20 tahun

4 Tingkat Partisipasi (%) Tingkat Partisipasi (%) Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Volatilitas(σ) = 0,27189 Suku bunga bebas resiko(r) = 0,0775 Jumlah saham(j) = 2500 Garansi(β) = 90% Suku bunga garansi (g) = 5% Dari data simulasi tersebut diperoleh tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link seperti yang tertera pada Tabel 1 dan Gambar 1 berikut ini: Tabel 1. Tingkat Partisipasi dengan Jangka Waktu Kontrak Bervariasi Jangka Waktu Kontrak (n) Tingkat Partisipasi 2 65, , , , , , , , , ,03 Grafik Tingkat Partisipasi dengan diperoleh perusahaan asuransi dan tertanggung juga semakin besar. Untuk jangka waktu kontrak yang kurang dari 5 tahun, tingkat partisipasi sudah mencapai angka lebih dari 65%. Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link dengan Usia Tertanggung Bervariasi Usia (x) = 0-95 tahun Harga saham awal(s(0)) = Rp Jangka waktu kontrak(n) = 5 tahun Volatilitas (σ) = 0,27189 Suku bunga bebas resiko(r)= 0,0775 Jumlah saham(j) = 2500 Garansi(β) = 90% Suku bunga garansi (g) = 5% Dari data simulasi tersebut diperoleh tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 2 sebagai berikut: Tabel 2. Tingkat Partisipasi dengan Usia Tertanggung Bervariasi Jangka Waktu Kontrak Bervariasi Grafik Tingkat Partisipasi dengan Usia Tertanggung Bervariasi Jangka Waktu Kontrak (tahun) Gambar 1. Grafik Tingkat Partisipasi dengan Jangka Waktu Kontrak Bervariasi Dari Tabel 1 dan Gambar 1, dapat kita ketahui bahwa semakin lama jangka waktu kontrak maka tingkat partisipasi juga semakin meningkat. Seiring dengan semakin lamanya jangka waktu kontrak asuransi, maka keuntungan yang diperoleh dari hasil investasi juga semakin besar. Sehingga proporsi keuntungan yang usia (tahun) Gambar 2. Grafik Tingkat Partisipasi dengan Usia Tertanggung Bervariasi

5 Tingkat Partisipasi (%) Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Dari Tabel 2 dan Gambar 2 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link dengan metode point to point relative sama jika usia tertanggung dibawah 70 tahun. Namun ketika usia tertanggung lebih dari 70 tahun, besarnya tingkat partisipasi semakin menurun. Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link dengan Volatilitas Bervariasi Grafik Tingkat Partisipasi dengan Volatilitas Bervariasi Usia (x) = 45 tahun Harga saham awal (S(0)) = Rp Jangka waktu kontrak(n) = 5 tahun Volatilitas(σ) = 0% - 100% Suku bunga bebas resiko(r) = 0,0775 Jumlah saham(j) = 2500 Garansi(β) = 90% Suku bunga garansi (g) = 5% Dari data simulasi tersebut diperoleh tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link seperti yang tertera pada Tabel 3 dan Gambar 3 sebagai berikut: Tabel 3. Tingkat Partisipasi dengan Volatilitas Bervariasi Volatilitas (σ) Tingkat Partisipasi ,1 95,87 0,2 80,01 0,3 66,04 0,4 55,70 0,5 48,09 0,6 42,39 0,7 38,05 0,8 34,70 0,9 32, , Volatilitas (tahun) Gambar 3. Grafik Tingkat Partisipasi dengan Volatilitas Bervariasi Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link semakin menurun ketika volatilitas return saham semakin naik. Hal ini dikarenakan semakin besar besar volatilitas return saham, maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan asuransi dengan resiko yang besar. Sebaliknya jika volatilitas return saham semakin kecil, maka resiko saham tersebut juga kecil, akibatnya keuntungan yang diperoleh juga kecil. Jadi ketika saham beresiko besar (volatilitas besar), maka tingkat kerugian yang akan diderita perusahaan juga semakin besar, sehingga tingkat partisipasi nilainya semakin kecil. Tingkat Partisipasi Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link dengan Suku Bunga Bebas Resiko Bervariasi Usia (x) = 45 tahun Harga saham awal(s(0)) = Rp Jangka waktu kontrak(n) = 5 tahun Volatilitas (σ) = 0,27189 Suku bunga bebas resiko(r) = 0% - 15% Jumlah saham(j) = 2500 Garansi(β) = 90% Suku bunga garansi (g) = 5% Dari data simulasi tersebut diperoleh tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link seperti yang tertera pada Tabel 4 dan Gambar 4 sebagai berikut:

6 Tingkat Partisipasi (%) Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Tabel 4. Tingkat Partisipasi dengan Suku Bunga Bervariasi Suku Bunga (r) Tingkat Partisipasi 0,01 10,01 0,02 10,01 0,03 14,90 0,04 33,43 0,05 46,27 0,06 56,37 0,07 64,50 0,08 71,11 0,09 76,50 0,10 80,90 0,11 84,50 0,12 87,44 0,13 89,84 0,14 91,80 0,15 93,40 Gambar 4. Grafik Tingkat Partisipasi dengan Suku Bunga Bervariasi Terlihat pada Tabel 4 dan Gambar 4, bahwa tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link semakin besar ketika tingkat suku bunga bebas resiko semakin besar. Hal ini dikarenakan suku bunga bebas resiko merupakan variabel dari fungsi diskonto, sehingga ketika suku bunga bebas resiko semakin besar, maka semakin kecil nilai fungsi diskonto dan semakin kecil pula keuntungan dari investasi tersebut. KESIMPULAN Grafik Tingkat Partisipasi dengan Suku Bunga Bervariasi Suku Bunga (tahun) Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Besarnya tingkat partisipasi optimum untuk asuransi jiwa endowmen unit link dengan metode point to point yang diikuti oleh seorang tertanggung berusia 45 tahun yang membeli saham PT. Astra Internasional Tbk sebanyak 5 lot dengan tingkat suku bunga BI 7,75%, garansi 90%, suku bunga garansi 5% dan jangka waktu kontrak 5 tahun adalah sebesar 69,58%. 2. Perubahan besarnya tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link dengan metode point to point jika jangka waktu kontrak, usia tertanggung, volatilitas return saham dan suku bunga bebas resiko bervariasi adalah sebagai berikut: a. Semakin lama jangka waktu kontrak maka tingkat partisipasi juga semakin meningkat. b. Tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link dengan metode point to point relative sama jika usia tertanggung dibawah 70 tahun dan ketika usia tertanggung lebih dari 70 tahun, besarnya tingkat partisipasi semakin menurun. c. Tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link semakin menurun ketika volatilitas return saham semakin naik. d. Tingkat partisipasi asuransi jiwa endowmen unit link semakin besar ketika tingkat suku bunga bebas resiko semakin besar. DAFTAR PUSTAKA Bowers, N.L, Gerber, H.U, Hickman, J.C, Jones, D.A dan Nesbitt, CJ, (1997), Actuarial Mathematics, Illinois : The Sociaty Actuaties, Schaumburg. Gaillardetz, P dan Lakhmiri, J.Y. (2011), A New Premium Principle For Equity- Indexed Annuities, The Journal of Risk and Insurance, Vol.78, No.1, hal Hardy, M, (2003), Investment Guarantees : Modelling and Risk Management for Equity-Linked Life Insurance, John Wiley & Sons, Inc, USA.

7 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Hayati, Erna. (2014). Penentuan Tingkat Partisipasi dan Premi Bulanan Untuk Kontrak Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link Dengan Menggunakan Metode Point to Point, Tesis Master, Jurusan Statistika FMIPA ITS, Tesis, Surabaya. Hull, J.C,(2009), Options, Futures and Other Derivatives, Pearson Prentice Hall, USA. Kholijah, Gusmi. (2014). Penentuan Tingkat Partisipasi dan Premi Tunggal Bersih Pada Kontrak Asuransi Jiwa Endowmen Unit Link Dengan Metode High Water Mark, Tesis Master, Jurusan Statistika FMIPA ITS, Tesis, Surabaya. Perdana, H. (2013). Penentuan Premi dan Tingkat Partisipasi untuk Kontrak Asuransi Jiwa Dwiguna Unit Link Dengan Menggunakan Metode Annual Ratchet, Tesis Master, Jurusan Statistika FMIPA UGM, Tesis, Yogyakarta.

8 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September TINJAUAN YURIDIS PERKARA KEPAILITAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN Dhevi Nayasari Sastradinata *) *) Dosen Fakultas Hukum Universita Islam Lamongan ABSTRAK Berlatar belakang Gejolak moneter yang mulai terjadi pada bulan Juli 1997 di Indonesia, mengakibatkan lengsernya Presiden Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei Kondisi ini telah menyebabkan utang-utang para pengusaha Indonesia dalam valuta asing, terutama terhadap kreditor luar negeri menjadi membengkak luar biasa sehingga mengakibatkan sebagian besar debitor tidak mampu membayar utang-utangnya Kata Kunci : Tinjauan Yuridis, Perkara Kepailitan PENDAHULUAN Masalah utama dewasa ini, para hakim dalam praktik menerapkan Undang-Undang Kepailitan secara legistis, mendasarkan pada syarat-syarat pailit sebagaimana termaktub dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun Sebagaimana juga Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1998 yang digantikannya, sedangkan syarat-syarat pailit tersebut tidak rasional, karena permohonan kepailitan dapat diajukan dan putusan pailit oleh Pengadilan Niaga dapat diajukan terhadap debitor yang masih solven. 1 Sebagaimana diketahui, sebelum gejolak moneter tahun 1997, Indonesia telah memiliki peraturan kepailitan, yaitu Faillissementsverordening S jo S Sekalipun sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai saat Faillissements-verordening tersebut diubah dan ditambah, syaratsyarat kepailitan sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 1 peraturan kepailitan tersebut tidak pernah dipermasalahkan oleh dunia usaha. Menurut Pasal 1 Faillissementsverordening tersebut, syarat untuk dapat mengajukan permohonan pailit adalah : setiap debitor yang berada dalam keadaan berhenti membayar kembali utang tersebut, baik atas permintaannya sendiri maupun atas permintaan seorang kreditor atau beberapa orang kreditornya, dapat diadakan putusan oleh hakim yang menyatakan bahwa debitor yang bersangkutan dalam keadaan pailit 2. Syarat-syarat pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Faillissementsverordening tersebut hanya memberikan kemungkinan untuk mengajukan permohonan pailit terhadap debitor yang telah berada dalam keadaan berhenti membayar kembali utangutangnya. Artinya, debitor tersebut telah dalam keadaan insolven.ketentuan mengenai syarat pailit sebagaimana dimaksud sebelum diatur dalam Faillissements-verordening, diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang terpisah bagi pedagang. Bagi pedagang termuat dalam peraturan tentang ketidak mampuan pedagang, yakni dalam Wet Boek van Koophandel (WvK), buku ketiga yang berjudul van de voorziening in geval van onvermogen van kooplieden. Sedang bagi orang-orang bukan pedagang, termuat dalam peraturan tentang keadaan nyata-nyata tidak mampu, yakni dalam Reglement op de Rechtsvordering (Rv), staatblad tahun 1847 nomor 52 juncto staatblad tahun 1949 nomor 63, buku ketiga, bab ketujuh yang berjudul Den staat van kennelijk onvermogen Pasal 899 sampai dengan 915. Dari sejarah sebelum diaturnya syaratsyarat pailit dalam Faillissements-verordening, meskipun masih terpisah, namun telah menyatakan bahwa syarat untuk dapat dinyatakan pailit, baik bagi pedagang maupun bagi bukan pedagang, sebagaimana dapat 1 Sutan Remy Sjahdeini. Hukum Kepailitan, penerbit : Grafiti, Jakarta, 2002, hlm Sutan Remy Sjahdeini, Op Cit., hlm. 28.

9 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September dilihat dari kedua judul ketentuan syaratsayarat pailit yakni WvK dan Rv yang berlaku pada waktu itu, adalah tidak mempunyai (onvermogen) seseorang untuk membayar utangnya.setelah tidak dipisahkan lagi ketentuan tentang syaratsyarat pailit bagi pedagang dan bukan pedagang, maka yang dimaksud dalam Faillissements-verordening (Fv) dengan setiap debitor yang dalam keadaan berhenti membayar kembali utang, sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 Faillissementsverordening, adalah setiap debitor yang dalam keadaan berhenti membayar kembali utangnya, karena tidak mampu membayar utangnya, yang terjadi karena keadaan finansialnya atau aset yang tidak cukup. Sejak diberlakukannya undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 yang kemudian diganti dengan undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, maka debitor yang masih dalam keadaan solven-pun juga dapat dimohonkan oleh kreditor untuk dinyatakan pailit asal memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 2 Undang- Undang Nomor 37 Tahun Berdasarkan pasal tersebut, seorang debitor dapat dinyatakan pailit jika mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Permasalahan mengenai syarat-syarat pailit baru muncul setelah dibentuknya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1998 sebagaimana kemudian telah diterima dan disahkan oleh DPR menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tersebut bukan sekedar menggantikan Faillissements-verordening tetapi mengubah dan menambah isinya.termasuk yang diubah dari Faillissements-verordening adalah syaratsyarat kepailitan yang disebutkan dalam Pasal 1 Faillissements-verordening. Bunyi syarat-syarat kepailitan diubah menjadi berbunyi : debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya. Dengan diubahnya syarat-syarat pailit tersebut, maka bukan hanya debitor insolven saja yang dapat diputuskan pailit oleh Pengadilan Niaga tetapi juga debitor yang masih solven.perubahan syarat-syarat pailit tersebut telah menjadi ancaman bagi perkembangan dunia usaha, yang lebih lanjut tidak mustahil dapat menimbulkan bencana bagi perekonomian nasional. Sangat disayangkan, ternyata Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang menggantikan undangundang Nomor 4 Tahun 1998 masih mengadopsi syarat-syarat pailit yang tidak berbeda dengan syarat-syarat pailit menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tersebut. Syarat-syarat pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah : Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permohonan seorang atau lebih kreditornya. UUK dan PKPU memberikan peluang bagi debitor maupun kreditor untuk mengajukan upaya perdamaian. Upaya perdamaian (accord) dapat diajukan oleh salah satu pihak guna mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara. Perdamaian (accord) dalam kepailitan diartikan sebagai suatu perjanjian perdamaian antara debitor pailit dengan para kreditor. Debitur pailit berhak untuk menawarkan perdamaian kepada seluruh kreditor berpiutangnya bersama-sama. Beberapa ketentuan menyangkut rencana perdamaian dalam UUK dan PKPU diuraikan berikut ini. Ketentuan dalam Pasal 145 UUK dan PKPU menentukan: a. Apabila Debitor Pailit mengajukan rencana perdamaian dan paling lambat 8 (delapan) hari sebelum rapat pencocokan piutang menyediakannya di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat dengan cuma-cuma oleh setiap

10 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September orang yang berkepentingan, rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera setelah selesainya pencocokan piutang, kecuali dalam hal yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147. b. Bersamaan dengan penyediaan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Kepaniteraan Pengadilan maka salinannya wajib dikirimkan kepada masing-masing anggota panitia kreditor sementara. Pasal 146 UUK dan PKPU menentukan bagi kurator dan panitia kreditor sementara masing-masing wajib memberikan pendapat tertulis tentang rencana perdamaian dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 UUK dan PKPU. Pembicaraan dan keputusan mengenai rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 UUK dan PKPU, ditunda sampai rapat berikut yang tanggalnya ditetapkan oleh Hakim Pengawas paling lambat 21 (dua puluh satu) hari. Kemudian Pasal 147 UUK dan PKPU ditunda dalam hal : Apabila dalam rapat diangkat panitia kreditor tetap yang tidak terdiri atas orangorang yang sama seperti panitia kreditor sementara, sedangkan jumlah terbanyak Kreditor menghendaki dari panitia kreditor tetap pendapat tertulis tentang perdamaian yang diusulkan tersebut; atau rencana perdamaian tidak disediakan di Kepaniteraan Pengadilan dalam waktu yang ditentukan, sedangkan jumlah terbanyak Kreditor yang hadir menghendaki pengunduran rapat. Kemudian dalam Pasal 148 UUK dan PKPU menentukan : Dalam hal pembicaraan dan pemungutan suara mengenai rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ditunda sampai rapat berikutnya, Kurator dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal rapat terakhir harus memberitahukan kepada Kreditor yang diakui atau Kreditor yang untuk sementara diakui yang tidak hadir pada rapat pencocokan piutang dengan surat yang memuat secara ringkas isi rencana perdamaian tersebut. Kemudian dalam Pasal 149 UUK dan PKPU ayat 1 dan 2 ditentukan : Ayat 1 : Pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya dan Kreditor yang diistimewakan, termasuk Kreditor yang mempunyai hak didahulukan yang dibantah, tidak boleh mengeluarkan suara berkenaan dengan rencana perdamaian, kecuali apabila mereka telah melepaskan haknya untuk didahulukan demi kepentingan harta pailit sebelum diadakannya pemungutan suara tentang rencana perdamaian tersebut. Ayat 2 : Dengan pelepasan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mereka menjadi Kreditor konkuren, juga dalam hal perdamaian tersebut tidak diterima. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, diketahui bahwa upaya perdamaian hanya berlaku terhadap kreditor konkuren (bersaing). Menurut Sunarmi hanya kreditor konkurenlah yang berhak untuk mengeluarkan suara terhadap rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitor pailit. Kreditor separatis, kreditor preferen dengan hak untuk didahulukan tidak berhak memberikan suaranya dalam rapat tentang rencana perdamaian tersebut. Jika kreditor separatis dan kreditor preferen memberikan suaranya dalam rapat rencana perdamaian, maka berarti bahwa kreditor tersebut telah melepaskan hak-hak istimewanya sebagaimana dalam KUH Perdata dan selanjutnya berubah menjadi kreditor konkuren, meskipun jika pada akhirnya rencana perdamaian tersebut tidak diterima, kreditor ini tetap menjadi kreditor konkuren. sebagaimana telah disinggung mengenai rencana perdamaian di atas, bahwa yang menawarkan perdamaian dalam kepailitan harus lah dari pihak si pailit (debitor pailit). Diajukannya rencana perdamaian ini oleh debitor pailit, disebabkan oleh karena kemungkinan alasanalasan berikut ini : a. Mungkin debitor pailit menawarkan kepada kreditornya bahwa ia akan membayar (sanggup membayar) dalam jumlah tertentu dari utangnya (tidak dalam jumlah keseluruhannya).

11 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September b. Mungkin debitor pailit akan menawarkan akor likuidasi (liquidatie accord) di mana debitor pailit menyediakan hartanya bagi kepentingan para kreditornya untuk dijual di bawah pengawasan seorang pengawas (pemberes), dan hasil penjualannya dibagi untuk para kreditor. Jika hasil penjualan itu tidak mencukupi, maka debitor pailit dibebaskan dari dalam hal membayar sisa utang yang belum terbayar. c. Mungkin debitor pailit menawarkan untuk meminta penundaan pembayaran dan diperbolehkan mengangsur utangnya untuk beberapa waktu. Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa dalam pengajuan perdamaian pada PKPU berbeda dengan pengajuan perdamaian dalam kepailitan. Perbedaan perdamaian antara perdamaian pada PKPU dan perdamaian pada kepailitan dapat dilihat dari segi waktu, penyelesaian, syarat penerimaan, dan kekuatan mengikat. Dari segi waktu, perdamaian pada PKPU diajukan diajukan pada saat atau setelah permohonan PKPU sedangkan perdamaian pada kepailitan diajukan setelah adanya putusan pailit dari majelis hakim pengadilan niaga.dari segi penyelesaian, pembicaraan penyelesaian perdamaian dilakukan pada sidang pengadilan yang memeriksa permohonan PKPU sedangkan perdamaian pada kepailitan dibicarakan pada saat verifikasi (rapat pencocokan piutang) yaitu setelah adanya putusan pailit. Dari segi syarat penerimaan, syarat penerimaan perdamaian pada PKPU harus disetujui 2/3 jumlah kreditor yang diakui dan mewakili 3/4 dari jumlah piutang. Sedangkan perdamaian dalam kepailitan harus disetujui oleh 1/2 kreditor konkuren yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui.hal ini ditegaskan dalam Pasal 151 UUK dan PKPU yang menentukan syarat berikut ini : Rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat Kreditor oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya diakui atau yang untuk sementara diakui, yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut. Selanjutnya dalam Pasal 152 UUK dan PKPU ditentukan pula syarat-syarat dalam hal : Apabila lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang hadir pada rapat Kreditor dan mewakili paling sedikit 1/2 (satu perdua) dari jumlah piutang Kreditor yang mempunyai hak suara menyetujui untuk menerima rencana perdamaian maka dalam jangka waktu paling lambat 8 (delapan) hari setelah pemungutan suara pertama diadakan, diselenggarakan pemungutan suara kedua, tanpa diperlukan pemanggilan. Pada pemungutan suara kedua, Kreditor tidak terikat pada suara yang dikeluarkan pada pemungutan suara pertama. Hasil dari rapat perundingan itu kemudian dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh hakim pengawas dan penitera pengganti. Dari segi kekuatan mengikat perdamaian pada PKPU berlaku pada semua kreditor sedangkan perdamaian pada kepailitan hanya berlaku bagi kreditor konkuren saja. Apakah perdamaian bisa dilakukan setelah adanya putusan MA yang menolak kasasi debitor pailit? Pada prinsipnya UUK dan PKPU menjamin hak debitor pailit untuk dapat menawarkan suatu perdamaian kepada semua kreditor (Pasal 144 UUK dan PKPU) 3. Akan tetapi, rencana perdamaian itu harus diajukan oleh debitor pailit paling lambat 8 (delapan) hari sebelum rapat pencocokan piutang dengan menyediakannya di Kepaniteraan Pengadilan Niaga. Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera setelah selesainya pencocokan piutang (Pasal 145 ayat 1 UUK dan PKPU). Dengan kata lain, rencana perdamaian ini diajukan setelah adanya putusan pailit terhadap debitor oleh Pengadilan Niaga. Memang debitor pailit diberikan hak untuk melakukan upaya hukum yaitu kasasi 3 Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan. Malang : UMM Press : hal 175 )

12 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September ke MA (Pasal 11 ayat 1 UUK dan PKPU), tetapi permohonan kasasi ini diajukan paling lambat 8 (delapan) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan, dengan mendaftarkan kepada Panitera Pengadilan yang telah memutus permohonan pernyataan pailit (Pasal 11 ayat 2 UUK dan PKPU).Hal ini berarti rencana pengajuan perdamaian tidak lagi dapat diajukan setelah ada putusan dari MA yang menolak kasasi yang diajukan oleh debitor pailit, karena jangka waktu untuk pengajuan rencana perdamaian telah lewat waktu. Rencana pengajuan perdamaian dalam rangka kepailitan hanya boleh dilakukan setelah putusan pailit dijatuhkan Pengadilan Niaga dan tidak boleh lewat dari 8 (delapan) hari setelah jatuhnya putusan pailit. Jadi, perdamaian tidak bisa dilakukan setelah ada putusan MA yang menolak kasasi debitor pailit. Kreditor yang telah mengeluarkan suara menyetujui rencana perdamaian atau Debitor Pailit, dapat meminta kepada Pengadilan pembetulan berita acara rapat dalam jangka waktu 8 (delapan) hari setelah tersedianya berita acara rapat. Selanjutnya menurut Pasal 156 UUK Dalam hal rencana perdamaian diterima sebelum rapat ditutup, Hakim Pengawas menetapkan hari sidang Pengadilan yang akan memutuskan mengenai disahkan atau tidaknya rencana perdamaian tersebut. Pengesahan oleh pengadilan seperti ini disebut homologasi. Sidang Pengadilan harus diadakan paling singkat 8 (delapan) hari dan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah diterimanya rencana perdamaian dalam rapat pemungutan suara atau setelah dikeluarkannya penetapan Pengadilan dalam hal terdapat kekeliruan.selama sidang, Kreditor dapat menyampaikan kepada Hakim Pengawas alasan-alasan yang menyebabkan mereka menghendaki ditolaknya pengesahan rencana perdamaian. Pada hari yang ditetapkan Hakim Pengawas dalam sidang terbuka memberikan laporan tertulis, sedangkan tiap-tiap Kreditor baik sendiri maupun kuasanya, dapat menjelaskan alasan-alasan yang menyebabkan ia menghendaki pengesahan atau penolakan perdamaian. Dalam permohonan penetapan itu, rencana perdamaian yang diajukan dapat diterima atau bahkan ditolak oleh pengadilan Alasan rencana perdamaian tersebut ditolak antara lain (Pasal 159 ayat (2) UUK): 1. harta Debitor, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian; 2. pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin; dan/atau 3. perdamaian itu dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan satu atau lebih Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerjasama untuk mencapai hal ini. Bila penolakan pengesahan perdamaian itu terjadi, baik Kreditor yang menyetujui rencana perdamaian maupun Debitor Pailit, dalam waktu 8 (delapan) hari setelah tanggal putusan Pengadilan diucapkan, dapat mengajukan kasasi. Namun, bila yang terjadi sebaliknya yang berarti rencana perdamaian tersebut dikabulkan maka Kreditor yang menolak perdamaian atau yang tidak hadir pada saat diadakan pemungutan suara dan Kreditor yang menyetujui perdamaian setelah mengetahui bahwa perdamaian tersebut dicapai dapat mengajukan kasasi dalam waktu 8 (delapan) hari setelah tanggal pengesahan tersebut diucapkan. Perdamaian yang disahkan berlaku bagi semua Kreditor yang tidak mempunyai hak untuk didahulukan, dengan tidak ada pengecualian, baik yang telah mengajukan diri dalam kepailitan maupun tidak. Putusan pengesahan perdamaian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap merupakan atas hak yang dapat dijalankan terhadap Debitor dan semua orang yang menanggung pelaksanaan perdamaian sehubungan dengan piutang yang telah diakui, sejauh tidak dibantah oleh Debitor Pailit. Dengan putusan perdamaian yang telah berkekuatan hukum tetap itu pula, maka kepailitan debitor dinyatakan berakhir. Menurut Munir Fuady, ada 10 akibat hukum yang terjadi dengan putusan perdamaian itu, yaitu

13 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Setelah perdamaian, kepailitan berakhir. 2. Keputusan penerimaan perdamaian mengikat seluruh kreditor konkuren 3. Perdamaian tidak berlaku bagi kreditor separatis dan kreditor yang diistimewakan. 4. Perdamaian tidak boleh diajukan dua kali. 5. Perdamaian merupakan alas hak bagi debitor 6. Hak-hak kreditor tetap berlaku terhadap guarantor dan rekan debitor 7. Hak-hak kreditor tetap berlaku terhadap benda-benda pihak ketiga. Kewajiban debitor selanjutnya ialah melaksanakan apa isi perdamaian dengan baik, karena bila ia lalai melaksanakan isi perdamaian maka kreditor bisa menuntut pembatalan perdamaian yang bukan tidak mungkin debitor kembali dalam keadaan pailit. Dalam hal kepailitan dibuka kembali, maka kali ini tidak dapat lagi ditawarkan perdamaian. Kurator wajib seketika memulai dengan pemberesan harta pailit. METODE PENELITIAN Tipe Penelitian hukum yang di lakukan adalah penelitian Yuridis normatife (hukum normatif) 4. Metode Penelitian Hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Oleh karena tipe penelitian yang di gunakan adalah tipe penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundangundangan 5 (statute approach) dan Bahan hukum yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bahan hukum primer yakni bahan hukum terdiri dari perundang-undangan, catatan resmi, atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim. Bahan sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks,jurnal-jurnal asing, pendapat para sarjana dan kasus-kasus hukum,serta symposium yang dilakukan para 4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1986, hlm.10 5 Peter Mahmud M., Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2005, hal pakar. Bahan Hukum tersier adalah bahan hukum seperti kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.maka dalam pengumpulan bahan hukum penulis mengunakan studi dokumen atau bahan pustaka dalam penulisan skripsi ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberlakuan. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran itang.dengan diubahnya syarat-syarat pailit tersebut, maka bukan hanya debitor insolven saja yang dapat diputuskan pailit oleh Pengadilan Niaga tetapi juga debitor yang masih solven.perubahan syarat-syarat pailit tersebut telah menjadi ancaman bagi perkembangan dunia usaha, yang lebih lanjut tidak mustahil dapat menimbulkan bencana bagi perekonomian nasional. Sangat disayangkan, ternyata Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang menggantikan undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 masih mengadopsi syarat-syarat pailit yang tidak berbeda dengan syarat-syarat pailit menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tersebut. Syarat-syarat pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 adalah : Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permohonan seorang atau lebih kreditornya. UUK dan PKPU memberikan peluang bagi debitor maupun kreditor untuk mengajukan upaya perdamaian. Upaya perdamaian (accord) dapat diajukan oleh salah satu pihak guna mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara. Perdamaian (accord) dalam kepailitan diartikan sebagai suatu perjanjian perdamaian antara debitor pailit dengan para kreditor. Debitur pailit berhak untuk menawarkan perdamaian kepada seluruh kreditor berpiutangnya bersama-sama.

14 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Beberapa ketentuan menyangkut rencana perdamaian dalam UUK dan PKPU diuraikan berikut ini. Ketentuan dalam Pasal 145 UUK dan PKPU menentukan: a. Apabila Debitor Pailit mengajukan rencana perdamaian dan paling lambat 8 (delapan) hari sebelum rapat pencocokan piutang menyediakannya di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat dengan cumacuma oleh setiap orang yang berkepentingan, rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera setelah selesainya pencocokan piutang, kecuali dalam hal yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147. b. Bersamaan dengan penyediaan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Kepaniteraan Pengadilan maka salinannya wajib dikirimkan kepada masingmasing anggota panitia kreditor sementara. Pasal 146 UUK dan PKPU menentukan bagi kurator dan panitia kreditor sementara masing-masing wajib memberikan pendapat tertulis tentang rencana perdamaian dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 UUK dan PKPU. Pembicaraan dan keputusan mengenai rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 UUK dan PKPU, ditunda sampai rapat berikut yang tanggalnya ditetapkan oleh Hakim Pengawas paling lambat 21 (dua puluh satu) hari. Kemudian Pasal 147 UUK dan PKPU ditunda dalam hal : Apabila dalam rapat diangkat panitia kreditor tetap yang tidak terdiri atas orangorang yang sama seperti panitia kreditor sementara, sedangkan jumlah terbanyak Kreditor menghendaki dari panitia kreditor tetap pendapat tertulis tentang perdamaian yang diusulkan tersebut; atau rencana perdamaian tidak disediakan di Kepaniteraan Pengadilan dalam waktu yang ditentukan, sedangkan jumlah terbanyak Kreditor yang hadir menghendaki pengunduran rapat. Kemudian dalam Pasal 148 UUK dan PKPU menentukan : Dalam hal pembicaraan dan pemungutan suara mengenai rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 ditunda sampai rapat berikutnya, Kurator dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal rapat terakhir harus memberitahukan kepada Kreditor yang diakui atau Kreditor yang untuk sementara diakui yang tidak hadir pada rapat pencocokan piutang dengan surat yang memuat secara ringkas isi rencana perdamaian tersebut. Kemudian dalam Pasal 149 UUK dan PKPU ayat 1 dan 2 ditentukan : Ayat 1 : Pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya dan Kreditor yang diistimewakan, termasuk Kreditor yang mempunyai hak didahulukan yang dibantah, tidak boleh mengeluarkan suara berkenaan dengan rencana perdamaian, kecuali apabila mereka telah melepaskan haknya untuk didahulukan demi kepentingan harta pailit sebelum diadakannya pemungutan suara tentang rencana perdamaian tersebut. Ayat 2 : Dengan pelepasan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mereka menjadi Kreditor konkuren, juga dalam hal perdamaian tersebut tidak diterima. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, diketahui bahwa upaya perdamaian hanya berlaku terhadap kreditor konkuren (bersaing). Menurut Sunarmi hanya kreditor konkurenlah yang berhak untuk mengeluarkan suara terhadap rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitor pailit. Kreditor separatis, kreditor preferen dengan hak untuk didahulukan tidak berhak memberikan suaranya dalam rapat tentang rencana perdamaian tersebut. Jika kreditor separatis dan kreditor preferen memberikan suaranya dalam rapat rencana perdamaian, maka berarti bahwa kreditor tersebut telah melepaskan hak-hak istimewanya sebagaimana dalam KUH Perdata dan selanjutnya berubah menjadi kreditor konkuren, meskipun jika pada akhirnya rencana perdamaian tersebut tidak diterima, kreditor ini tetap menjadi kreditor konkuren. Sebagaimana telah disinggung mengenai rencana perdamaian di atas, bahwa yang menawarkan perdamaian dalam kepailitan harus lah dari pihak si pailit (debitor pailit). Diajukannya rencana perdamaian ini oleh debitor pailit, disebabkan oleh karena kemungkinan alasan-alasan berikut ini :

15 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September a. Mungkin debitor pailit menawarkan kepada kreditornya bahwa ia akan membayar (sanggup membayar) dalam jumlah tertentu dari utangnya (tidak dalam jumlah keseluruhannya). b. Mungkin debitor pailit akan menawarkan akor likuidasi (liquidatie accord) di mana debitor pailit menyediakan hartanya bagi kepentingan para kreditornya untuk dijual di bawah pengawasan seorang pengawas (pemberes), dan hasil penjualannya dibagi untuk para kreditor. Jika hasil penjualan itu tidak mencukupi, maka debitor pailit dibebaskan dari dalam hal membayar sisa utang yang belum terbayar. c. Mungkin debitor pailit menawarkan untuk meminta penundaan pembayaran dan diperbolehkan mengangsur utangnya untuk beberapa waktu. Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa dalam pengajuan perdamaian pada PKPU berbeda dengan pengajuan perdamaian dalam kepailitan. Perbedaan perdamaian antara perdamaian pada PKPU dan perdamaian pada kepailitan dapat dilihat dari segi waktu, penyelesaian, syarat penerimaan, dan kekuatan mengikat. Dari segi waktu, perdamaian pada PKPU diajukan diajukan pada saat atau setelah permohonan PKPU sedangkan perdamaian pada kepailitan diajukan setelah adanya putusan pailit dari majelis hakim pengadilan niaga.dari segi penyelesaian, pembicaraan penyelesaian perdamaian dilakukan pada sidang pengadilan yang memeriksa permohonan PKPU sedangkan perdamaian pada kepailitan dibicarakan pada saat verifikasi (rapat pencocokan piutang) yaitu setelah adanya putusan pailit. Dari segi syarat penerimaan, syarat penerimaan perdamaian pada PKPU harus disetujui 2/3 jumlah kreditor yang diakui dan mewakili 3/4 dari jumlah piutang. Sedangkan perdamaian dalam kepailitan harus disetujui oleh 1/2 kreditor konkuren yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui.hal ini ditegaskan dalam Pasal 151 UUK dan PKPU yang menentukan syarat berikut ini : Rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat Kreditor oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang haknya diakui atau yang untuk sementara diakui, yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut. Selanjutnya dalam Pasal 152 UUK dan PKPU ditentukan pula syarat-syarat dalam hal : Apabila lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang hadir pada rapat Kreditor dan mewakili paling sedikit 1/2 (satu perdua) dari jumlah piutang Kreditor yang mempunyai hak suara menyetujui untuk menerima rencana perdamaian maka dalam jangka waktu paling lambat 8 (delapan) hari setelah pemungutan suara pertama diadakan, diselenggarakan pemungutan suara kedua, tanpa diperlukan pemanggilan. Pada pemungutan suara kedua, Kreditor tidak terikat pada suara yang dikeluarkan pada pemungutan suara pertama. Hasil dari rapat perundingan itu kemudian dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh hakim pengawas dan penitera pengganti. Dari segi kekuatan mengikat perdamaian pada PKPU berlaku pada semua kreditor sedangkan perdamaian pada kepailitan hanya berlaku bagi kreditor konkuren saja. Apakah perdamaian bisa dilakukan setelah adanya putusan MA yang menolak kasasi debitor pailit? Pada prinsipnya UUK dan PKPU menjamin hak debitor pailit untuk dapat menawarkan suatu perdamaian kepada semua kreditor (Pasal 144 UUK dan PKPU). Akan tetapi, rencana perdamaian itu harus diajukan oleh debitor pailit paling lambat 8 (delapan) hari sebelum rapat pencocokan piutang dengan menyediakannya di Kepaniteraan Pengadilan Niaga. Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera setelah selesainya pencocokan piutang (Pasal 145 ayat 1 UUK dan PKPU). Dengan kata lain, rencana perdamaian ini diajukan setelah adanya putusan pailit terhadap debitor oleh Pengadilan Niaga. Memang debitor pailit diberikan hak untuk melakukan upaya hukum yaitu kasasi ke MA (Pasal 11 ayat 1 UUK dan PKPU),

16 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September tetapi permohonan kasasi ini diajukan paling lambat 8 (delapan) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan, dengan mendaftarkan kepada Panitera Pengadilan yang telah memutus permohonan pernyataan pailit (Pasal 11 ayat 2 UUK dan PKPU).Hal ini berarti rencana pengajuan perdamaian tidak lagi dapat diajukan setelah ada putusan dari MA yang menolak kasasi yang diajukan oleh debitor pailit, karena jangka waktu untuk pengajuan rencana perdamaian telah lewat waktu. Rencana pengajuan perdamaian dalam rangka kepailitan hanya boleh dilakukan setelah putusan pailit dijatuhkan Pengadilan Niaga dan tidak boleh lewat dari 8 (delapan) hari setelah jatuhnya putusan pailit. Jadi,perdamaian tidak bisa dilakukan setelah ada putusan MA yang menolak kasasi debitor pailit. Kreditor yang telah mengeluarkan suara menyetujui rencana perdamaian atau Debitor Pailit, dapat meminta kepada Pengadilan pembetulan berita acara rapat dalam jangka waktu 8 (delapan) hari setelah tersedianya berita acara rapat. Selanjutnya menurut Pasal 156 UUK Dalam hal rencana perdamaian diterima sebelum rapat ditutup, Hakim Pengawas menetapkan hari sidang Pengadilan yang akan memutuskan mengenai disahkan atau tidaknya rencana perdamaian tersebut. Pengesahan oleh pengadilan seperti ini disebut homologasi. Sidang Pengadilan harus diadakan paling singkat 8 (delapan) hari dan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah diterimanya rencana perdamaian dalam rapat pemungutan suara atau setelah dikeluarkannya penetapan Pengadilan dalam hal terdapat kekeliruan.selama sidang, Kreditor dapat menyampaikan kepada Hakim Pengawas alasan-alasan yang menyebabkan mereka menghendaki ditolaknya pengesahan rencana perdamaian. Pada hari yang ditetapkan Hakim Pengawas dalam sidang terbuka memberikan laporan tertulis, sedangkan tiap-tiap Kreditor baik sendiri maupun kuasanya, dapat menjelaskan alasanalasan yang menyebabkan ia menghendaki pengesahan atau penolakan perdamaian. Dalam permohonan penetapan itu, rencana perdamaian yang diajukan dapat diterima atau bahkan ditolak oleh pengadilan Alasan rencana perdamaian tersebut ditolak antara lain (Pasal 159 ayat (2) UUK): 1. harta Debitor, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian; 2. pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin; dan/atau 3. perdamaian itu dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan satu atau lebih Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerjasama untuk mencapai hal ini. Bila penolakan pengesahan perdamaian itu terjadi, baik Kreditor yang menyetujui rencana perdamaian maupun Debitor Pailit, dalam waktu 8 (delapan) hari setelah tanggal putusan Pengadilan diucapkan, dapat mengajukan kasasi. Namun, bila yang terjadi sebaliknya yang berarti rencana perdamaian tersebut dikabulkan maka Kreditor yang menolak perdamaian atau yang tidak hadir pada saat diadakan pemungutan suara dan Kreditor yang menyetujui perdamaian setelah mengetahui bahwa perdamaian tersebut dicapai dapat mengajukan kasasi dalam waktu 8 (delapan) hari setelah tanggal pengesahan tersebut diucapkan. Perdamaian yang disahkan berlaku bagi semua Kreditor yang tidak mempunyai hak untuk didahulukan, dengan tidak ada pengecualian, baik yang telah mengajukan diri dalam kepailitan maupun tidak. Putusan pengesahan perdamaian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap merupakan atas hak yang dapat dijalankan terhadap Debitor dan semua orang yang menanggung pelaksanaan perdamaian sehubungan dengan piutang yang telah diakui, sejauh tidak dibantah oleh Debitor Pailit. Dengan putusan perdamaian yang telah berkekuatan hukum tetap itu pula, maka kepailitan debitor dinyatakan berakhir. Menurut Munir Fuady, ada 10 akibat hukum yang terjadi dengan putusan perdamaian itu, yaitu 1. Setelah perdamaian, kepailitan berakhir.

17 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Keputusan penerimaan perdamaian mengikat seluruh kreditor konkuren 3. Perdamaian tidak berlaku bagi kreditor separatis dan kreditor yang diistimewakan. 4. Perdamaian tidak boleh diajukan dua kali. 5. Perdamaian merupakan alas hak bagi debitor 6. Hak-hak kreditor tetap berlaku terhadap guarantor dan rekan debitor 7. Hak-hak kreditor tetap berlaku terhadap benda-benda pihak ketiga. Kewajiban debitor selanjutnya ialah melaksanakan apa isi perdamaian dengan baik, karena bila ia lalai melaksanakan isi perdamaian maka kreditor bisa menuntut pembatalan perdamaian yang bukan tidak mungkin debitor kembali dalam keadaan pailit. Dalam hal kepailitan dibuka kembali, maka kali ini tidak dapat lagi ditawarkan perdamaian. Kurator wajib seketika memulai dengan pemberesan harta pailit. 1. KESIMPULAN Secara singkat mengenai penjelasan tentang PENGATURAN PERKARA KEPAILITAN menurut Undang undang nomor 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan. Dalam penyelesaian perkara kepailitan tentu diusahakan perdamaian sebagaimana dalam Hukum Acara Perdata yang bersumber dari HIR menyatakan bahwa dalam menyelesaikan perkara hakim wajib mengusahakan perdamaian terlebih dahulu. dalam perkara kepailitan perdamaian tidak diusahakan di awal, karena hakim hanya diberi waktu 60 hari untuk mengeluarkan putusan. dengan waktu yang sesingkat itu tidaklah mungkin diusahakan perdamaian terlebih dahulu. Secara singkat Akibat Hukum Putusan Kepailitan menurut Undang undang nomor 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan. Sesuai Pasal 24 ayat 1, 2, 3 dan 4 Undang Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran berbunyi sebagai berikut : Ayat 1 : Debitur demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. Ayat 2 : tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak pukul waktu setempat. Ayat 3 : dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer dan melalui bank atau lembaga selain bank pada tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), transfer tersebut wajib diteruskan. Ayat 4 : dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transaksi efek di bursa efek maka transaksi tersebut wajib diselesaikan. Pasal 31 ayat 1,2, dan 3 Undang Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran berbunyi sebagai berikut : Ayat 1 : Putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala penetapan pelaksanaan pengadilan terhadap sebagian dari kekayaan Debitur yang telah dimulai sebelum kepailitan, harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak ada suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga dengan menyandera Debitur. Ayat 2 : Semua penyitaan yang telah dilakukann menjadi hapus dan jika diperlukan hakim pengawas harus memerintahkan pencoretannya. Ayat 3 : Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan sebagaimanadimaksud dalam pasal 93, Debitur yang sedang dalam penahanan harus dilepaskan seketika setelah Putusan Pernyataan Pailit diucapkan. DAFTAR PUSTAKA Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan. Malang : UMM Press : hal 175 ) Sutan Remy Sjahdeini. Hukum Kepailitan, penerbit : Grafiti, Jakarta, 2002, hlm. 29 Munir Fuady.1999.Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Bandung : Citra Aditya Bakti : Hal Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1986, hlm.10 Peter Mahmud M., Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2005, hal.96-97

18 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Peraturan Perundang-Undangan : KUHP PERDATA BW. KUHD. UNDANG UNDANG NO.37 TAHUN 2004 tentang KEPAILITAN & PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. PP NO. 10 TAHUN 2005 tentang PERHITUNGAN JUMLAH HAK SUARA KREDITOR. Internet : a-perdamaian-dalam-hukumkepailitan.html BERAKHIRNYA-KEPAILITAN#scri

19 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September PERSEPSI WARGA NAHDLATUL ULAMA (NU) LAMONGAN TERHADAP POLITIK (Study Kasus Di Desa Sarirejo Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan ) Moh. Sa diyin *) ABSTRAKSI Nahdatul Ulama disingkat NU, yang merupakan suatu jam iyah Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H. organisasi berkembang pesat yang beranggotakan kurang Lebih 78 juta. Pasca Orde Baru, Organisasi ini membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dengan alasan sebagai wadah politik bagi warga NU. Setelah itu perjalanan NU dan PKB tampak kabur bahwa NU mulai memasuki kembali political sphere, setelah berjalanya waktu, wilayah politik mulai menggeser peran utama NU, apalagi ditunjukan dengan atraksi politisi NU yang meninggalkan jauh dari karakteristik ajaran Ahlusunah Waljamaah yaitu menjaga, membentengi, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam menurut pemahaman أهل الس ن ة والجماعة di muka bumi. Banyak persoalan yang dihadapi oleh warga NU tidak diselesaikan, mereka hanya mengajar kekuasaan dan materi semata. Kondisi seperti menjadikan para politisi NU yang menang tapi yang dikalahkan adalah warga NU, punya politisi dari kalangan NU atau tidak sama saja, justru Mereka merasa dibohongi hnya dijadikan amunisi untuk kemenangan sajasetelah itu ditinggalkan. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan presepsi waga NU tentang politik adalah suatu yang kotor, hina dan menjijikan, arga NU kalau mempunyai presepsi seperti ini tidaklah salah karena mereka diberi ontoh tokoh-tokoh politiknya yang tidak baik. Kata kunci : Persepsi warga NU, politik, Ahlussunnah waljama ah PENDAHULUAN Latar Belakang Nahdatul Ulama disingkat NU, yang merupakan suatu jam iyah Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia. NU mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan para pengikut mereka yang berfaham salah satu dari empat mazhab Fikih Islam Sunni terutama Mazhab Syafi i. Basis sosial Nu dahulu dan kini terutama masih berada di pesantren. Kebangkitan sebagian pemuda Islam Indonesia untuk membentuk organisasi pendidikan dan dakwah, seperti Nahdatul Wathan (Kebangkitan tanah air), dan Taswirul Afkar (potret pemikiran). Kedua organisasi dirintis bersama oleh Abdul Wahab Hasbullah dan Mas Mansur organisasi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya NU, tujuan dilahirkanya NU adalah; meningkatkan hubungan antar ulama Sunni, menyesuaikan kitab-kitab pesantren dengan ajaran ahlusunnah wal-jama ah, dakwah Islam ala Aswaja, Mendirikan Madrasah, tempat ibadah, dan pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan fakir miskin dan membentuk organisasi untuk memajukan pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut hukum Islam. Anehnya pada Pasca Orde Baru, Organisasi ini membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dengan alasan sebagai wadah politik bagi warga NU, Setelah itu perjalanan NU dan PKB tampak kabur ketika dihadapkan pada realitas perpolitikan yang ditunjukkan oleh organisasi NU dan waganya secara umum sehingga menunjukan bahwa NU mulai memasuki kembali political sphere. Munculnya kecenderungan pergeseran perilaku politik kultural ke arah politik praktis diikuti dari pusat sampai ke bawah, termasuk di Lamongan khususnya Desa Sarirejo kecamatan sarirejo lebih banyak bergesekan dengan wilayah politik praktis seperti kepentingan untuk menguasai pos-pos kekuasaan strategis dalam pemerintahan, Bahkan, di lingkungan NU

20 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Lamongan khususnya kecamatan sarirejo tampak adanya kevakuman aktivitas-aktivitas yang bercorak sosial-keagaamaan, sehingga muncul anggapan bahwa politik sebagai rana kehidupan yang kotor, oleh sebab itu pemahaman politik yang beretika harus segera disosialisasikan dan ditekankan kepada warga NU di desa Sarirejo kecamatan sarirejo agar kesalah pemahaman tentang hakikat politik bisa segera diluruskan. Tujuan Penelitian. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan pemahaman warga NU di Desa Sarirejo tentang Politik. Manfaat Penelitian. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai fihak yang berkepentingan, antara lain : Penulis sendiri, dengan melakukan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan kepekaan penulis terhadap permasalahan sekitar. Pemerintah atau pihak-pihak terkait, agar bisa memberikan gambaran dan informasi tentang bagaimana persepsi warga (NU) Desa Sarirejo sekarang terhadap politik, Pembaca diharapkan dapat memberikan informasi mengenai makna politik yang sebenarnya. TINJAUAN PUSTAKA\ Pengertian NU Nahdatul Ulama disingkat NU, yang berasal dari kata bahasa arab Nahdlotul Ulama yang artinya Kebangkitan para Ulama. merupakan suatu jam iyah Diniyah Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1344 H. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia dewasa ini. NU mempersatukan solidaritas ulama tradisional dan para pengikut mereka yang berfaham salah satu dari empat mazhab Fikih Islam Sunni terutama Mazhab Syafi i. Basis sosial Nu dahulu dan kini terutama masih berada di pesantren. Politik Islam Ala Annahdliyah NU merupakan جمعي ة ديني ة إجتماعي ة (organisasi keagamaan yang bersifat sosial). Sebagai organisasi keagamaan Islam, tugas utama NU adalah menjaga, membentengi, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam menurut pemahaman أهل الس ن ة والجماعة di muka bumi. Tantangan besar bagi NU, di era keterbukaan yang memberi peluang masuknya aliran-aliran dan kelompok-kelompok keagamaan yang cenderung memanfaatkan kebebasan untuk,(تضليل) mencaci maki dan menyesat-nyesatkan bahkan menkafir-kafirkan (تكفير) terhadap pihak lain yang berbeda pemahaman keagamaan dengan dirinya. Padahal seharusnyalah era keterbukaan dan kebebasan membuat setiap kelompok semakin memantapkan sikap toleran (تسامح) dalam menyikapi perbedaan. Menghadapi kenyataan yang tidak menggembirakan tersebut, menjadi tugas PBNU untuk menggerakkan secara optimal perangkat organisasi yang terkait dengan fungsi menjaga, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam ASWAJA, dengan mengoptimalkan peran dan kinerja Lembaga Dakwah NU (LDNU), Lembaga Takmir Masjid NU (LTMNU) dan Lajnatut-Ta lif wan-nasyr NU (LTNNU). Dengan حكمةpendekatan dan وعظة حسنة dapat dipelihara kelangsungan ajaran ASWAJA, tanpa harus terlibat dalam tindakan-tindakan anarkhis yang sangat merugikan citra paham ASWAJA Sebagai organisasi sosial, NU harus mencurahkan perhatiannya secara serius pada bidang sosial, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, pertanian dan lain-lain yang menjadi problem kehidupan masyarakat. NU sebagai lembaga, harus steril dari politik semacam itu. Kepedulian NU terhadap politik diwujudkan dalam peran politik Kebangsaan/ سياسة عالية سامية ), yakni politik kebangsaan, kerakyatan dan etika berpolitik. Politik kebangsaan berarti NU harus إستقامة dan proaktif mempertahankan NKRI sebagai wujud final negara Indonesia. Politik kerakyatan antara lain bermakna NU harus aktif memberikan penyadaran tentang hak-hak dan kewajiban rakyat, melindungi dan membela mereka dari perlakuan sewenang-wenang dari pihak manapun. Dengan menjaga NU untuk bergerak pada tataran politik kebangsaan, jalinan persaudaraan di lingkungan warga NU ( نهضي ة (أخى ة dapat terpelihara. Sebaliknya,manakala NU secara kelembagaan telah diseret ke pusaran politik praktis, أخى ة نهضي ة akan tercabik-cabik, karenanya باهلل من ذلك!نعىذ Oleh karena itu, sinyalemen adanya Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah di beberapa daerah yang dicalegkan

21 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September dan lain sebagainya, wajib mendapatkan respons yang sungguh-sungguh dari Rapat Pleno ini, sesuai dengan ketentuan AD/ART tentang larangan rangkap jabatan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Metode penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif analitis yaitu menguraikan. Adapun Langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut : Pertama Menelaah keseluruhan data yang ada.kedua Seleksi data, yaitu merangkum, menyusun dan memilih hal-hal pokok. Ketiga menafsirkan data, dengan tujuan memperoleh gambaran keseluruhan atau bagianbagain tertentu dari data, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Sumber Data Data di dapatkan dari dua sumber yaitu data Primer data yang diperoleh i secara langsung dari sumbernya, sekunder data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian, meliputi kajian pustaka / buku-buku, laporan-laporanliteratur yang berkaitan dengan penelitian Teknis Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Wawancara, Peneliti menanyakan kepada responden, kemudian hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian, tanya jawab dilakukan secara interaktif maupun secara sepihak saja. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data lewat dokumen-dokumen yang relevan HASIL PENELITIAN Geografis Desa Secara adminitrasi, Desa Sarirejo terletak di wilayah Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan.Topografi desa ini berada diketinggian 118 mm. dengan luas 343,1 Ha. Sebagian besar daerah ini terdiridari wilayah persawahan selebihnya untuk Ladang, perkiman, kantor dan sekolahan. Penduduk dari desa sejumlah 2250 jiwa, mata pencaharian mereka sebagian besar di wilayah pertanian sebanyak 1763 selebihnya menjadi buruh, guru, guru, pedagang dan profesi lainya. Sarana sosial Desa Sarirejo juga sudah terdapat berapa sarana sosial seperti tempat ibadah, Masji ada 4 Buah, Musolla 22 buah. Lembaga Pendidikan formal mulai TK PUD Samapai SD/MI 8 lembaga, sedangkan untuk lembaga Non-formal ada 1 PonPest dan TPQ 4 Lembaga. Untuk bidang kesehatan terdapat Poskesdes 1 buah, Posyandu 3 buah dan balai kesehatan 1 buah Organisasi Pemerintahan Desa Susunan pemerintahan desa peraturan desa nomor 03 tahun 2008 tentang Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa Sarirejo, terdiri dari: kepala Desa dijabat oleh Sholeh harun, sekdes oleh nur Syifa, Kaur Umum oleh Hanim Mufatin, Kaur pemerintahan Oleh abd. Rokhim, Kasi Pemerintahan oleh Sulaiman, Kasi pembangunan tasrib oleh, kasi kesejahteraan masyarakat oleh munif, Kasi Trantib oleh Waji kasi pemb. Perempuan oleh siti aisiyah SE. Begitu Pula organisasi lembaga BPD terdiri dari, ketua, wakil ketua sekretaris dan ketua bidang yang jumlah seluruhnya sebanyak 9 anggota. Kelembagaan Masyarakat Desa Di desa Sarirejo ini terdapat beberapa kelembagaan diantaranya adalah Lembaga Pemberdayaan masyarakat atau LPM, dan Pembinaan Kesejahtraan Keluarga atau PKK, LPM mempunyai tugas untuk merencanakan pembangunan yang didasarkan atas asas musyawarah, mengerakkan dan meningkatkan prakasa dan partisipasi masyarakat, baik yang berasal dari kegiatan pemerintah maupun swadaya gotong royong masyarakat. Susunan organisasi antara lain ketua oleh Sukarso, wakil Ketua oleh suhadak, sekretaris oleh M Hamami dan dibantu oleh 6 anggota yaitu Abd. Rokim,H. Nasiran.H. Muhammad dan timan, Ruslan dan Sulkhan. Sedangkan untuk PKK tujuannya adalah melakukan Pembinaan dan pembimbingan untuk ibu-ibu atau calon ibu dalam meningkatkan ketrampilan, susunan organisasi lembaga ini terdiri dari ketua oleh hastuti, wakil ketua oleh Marfuah, bendahara olehjuariyah dibantu oleh 4 Pokja yang masing-masing Pokja mempunyai ketua, wakil ketua dan dibantu oleh seksi bidang dan 1 anggota

22 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September HASIL PENELITIAN Sejarah Berdirinya Jam iyah NU Desa Sarirejo Jauh sebelum organisasi (jamiyah) NU didesa sarirejo berdiri, telah berkembang komunitas (jama ah) muslim yang mengikuti paham keagamaan Ahlussunah Wal Jama ah (sunni) KH. Ach. Rois (Alm) disebut-sebut sebagai sosok utama perintis dan pengembang islam sunni pertama yang kelak menjadi embrio kelahiran NU desa sarirejo Sepeninggal KH. Ach. Rois pada tahun 1982 M. pengembangan NU desa sarirejo dipegang oleh K. Abdurrahman Alm (dusun gendot desa sarirejo) K. Ach Kholil Alm (dusun kradenan desa sarirejo) KH. Ishaq Alm (dusun gendot desa sarirejo). Praktis, pada masa ini sampai akhir tahun 1990 an menjadi era perjuangannya para santri KH. Ach. Rois dalam mengembangkan NU di desa sarirejo sampai sekarang. Struktur Jam iyah NU Ranting Sarirejo Struktur organiasasi NU Ranting Desa Sarirejo sebagai berikut ; Rois am Oleh Tkrib, Ketua Tanfidziyah oleh M. Samsuri, SH dibantu wakil ketua oleh: H. Suraji, S.Pd.I dan didampingi oleh sekretaris Abd. Wahid, S.Pd.I dan Wakil Sekretaris Syaichul Amin,S.Pd serta Bendahara H. Nur Cholis, SH. Selain itu terdapat bidang-bidang antara lain: Organisasi dipegang oleh Fahrul Husaini, bidang Pendidikan dan Kaderisasi oleh Asnan Spd, bidang Sosial, Kependudukan dan Lingkungan Hidup oleh Khoirul Huda, bidang kesehatan oleh Abd. Ghozali, bidang dakwah oleh H. Sholik, bidang Ekonomi, Koperasi dan Agrobisnis oleh Abd. Rokim dan bidang Tenaga Kerja oleh Farid Hasim Jenis Kegiatan Jam iyyah NU Desa Sarirejo Kegiatan NU Ranting Desa Sarirejo diletakan dimasing-masing Dusun yang meliputi dusun Gendot, Gedondong dan Kradenan, kegiatan ini berupa jamaah tahlil istighosah, yasinan dan pengajian-pengajian rutin yang diadakan pada harihari tertentu, Kegiatan ini dilaksakan oleh semua lapisan masyarakat dusun gendot (jama ah lakilaki) setiap hari kamis malam jum at di masjid dan tiap mushollah serta rumah warga apabila ada yang meminta sedangkan untuk kegiatan yang dilakukan oleh Muslimat dan fatayat setiap hari kamis malam Jumat di tiap musholla, untuk Kegiatan Ishari dilakukan oleh kaum laki-laki setiap hari sabtu malam minggudi masjid Persepsi Warga NU Desa Sarirejo terhadap Politik Dalam jam iyah NU ada dua kelompok yaitu warga NU dan pengurus NU,warga NU adalah anggota yang kegiatan keagamaannya di dasarkan Islam ala ahlussunah wal jama ah pedoman dasarnya Alqu an Hadits,Ijma dan Qiyas dan bermadzhab empat,yaitu imam Syafi I,Imam hambali,ghozali dan Maliki. Sedangkan Struktural adalah warga NU yang tergabung dalam organisasi NU, Seperti yang di sampaikan Ibu Nur syafa ah beliau mengatakan Masyarakat desa sarirejo penduduknya 100% mengikuti faham ahlussunah wal jama ah madzhab assafi iyah dengan demikian saya pastikan ediologi saya NU, dan kebetulan saya termasuk dalam jajaran organisasi dikelembagaan NU atau Banom NU yaitu di fatayat NU, Berdasarkan keterangan di atas warga NU di Desa ini 100% mengikutu faham Ahlussunah waljama ah dan mereka juga aktif di structural kepengurusan jam iyah NU di Desa. Dari paparan di atas menunjukkan bahwasanya ajaran NU di yakini masyarakatnya mampu menuntun menuju arah kehidupan yang lebih bermoral dan berkebangsaan secara luas. Akan tetapi pada bidang politik tidak bisa disamakan, seperti yang dikemukakan Abd. Qodir sebenarnya semua AD- ART NU dan kegiatannya sangat bagus untuk kontribusi warganya juga bangsa ini, akan tetapi karena organisasi NU yang seringkali menyalah gunakan amanat organisasi sehingga banyak juga warga NU yang tidak lagi eksis dan aktif baik distruktural jamiyah maupun dalam kegiatannya Semua masyarakat punya anggapan yang sama tentang ajaran NU akan tetapi organisasi ini sering di salah gunakan oleh beberapa oknum yang tidak tidak amanah,hal tersebut berpengaruh pada momen-momen pemilu, Seperti yang diungkapkan Wajib; kalau kita amati akhir-akhir ini politisi kita cenderung berpolitik kekuasaan tanpa mengedepankan politik berkebangsaan, sehingga indikasinya cuma kepentingan sesaat demi sebuah tahta. Dari keterangan di atas menunjukan rendahnya kemampuan dan SDM mereka justru membawa keterpurukan jam iyah ini, karena mereka dalam berpolitik hanya mementingkan

23 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September kekuasaan saja. Hal yang senada juga diungkapkan H. Zaenal Abidin bahwa; sebenarnya seni politik amat diperlukan dalam membawa aspirasi masyarakat NU, akan tetapi kurangnya pemahaman dalam kajian ilmu politik tersebut justru membawa aroma politik menjadi berkesan tidak baik dalam pandangan masyarakat luas khususnya masyarakat desa sarirejo Tidak ketinggalan juga salah seorang perwakilan jam iyah fatayat NU Dusun kradenan Ibu Rohani dia mengatakan : politik itu cuma permainan orang-orang pejabat untuk mencari kedudukan di pemerintah saja, kalau sudah jadi pejabat pemerintah gak peduli haram atau halal yang penting mereka keturutan keinginannya Dari pandangan masyarakat NU Desa Sarirejo di era sekarang ini kepada politisi dituntut harus mampu mengarahkan bangsa yang lebih baik, karena masyarakat tetap membutuhkan mereka baik, masyarakat tidak bisa di pisahkan dengan politisi maka yang bisa diharapkan pada semua wakil rakyat untuk bisa membawa aspirasinya lima tahun kedepan agar supaya masyarakat NU khususnya desa sarirejo merasakan sebuah perubahan yang lebih baik. Seperti yang ungkapkan oleh ibu Astutik lestri walaupun dalam setiap pemilu selalu terjadi politik uang tapi saya sangat berharap besar pada dewan yang sudah terpilih menjadi wakil rakyat betul-betul amanah Harapan yang sama juga diungkapkan Sholeh Harun saya sangat bertumpuh dengan anggota DPRD yang baru saja dilantik kemarin dengan optimis bisa memperjuangkan aspiransi masyarakat, lebih-lebih diwilayah desa saya ada anggota DPRD Bapak M. Samsuri, SH, sehingga masyarakat desa sarirejo menjadi lebih sejahtera. Tidak ketinggalan juga pendapat yang disampaikan oleh salah satu tokoh pemuda desa sarirejo saudara Syaikhul Amin, dengan tegas menyampaikan saya berharap para anggota legeslatif setelah terpilih sebagai wakil rakyat benar-benar memperhatikan pemberdayaan pemuda untuk mengembangkan kreatifitas potensi diri agar supaya organisasi kepemudaan bisa pro-aktif dan bekerjasama membantu progam-progam yang ada dipemerintahan khususnya desa sarirejo ( 5 September 2014 ) Berdasarkan penuturan diatas,mayoritas warga NU Desa Sarirejo sangat menaruh harapan besar kepada para legislator dan pejabat politik lainya untuk benar-benar mampu mewujudkan cita-cita masyarakat untuk hidup lebih sejahtera, tanpa memandang dari unsur dan lembaga apa mereka berasal. Akan tetapi tidak bisa di pungkiri terdapat juga sebagian warga NU di Desa Sarirejo yang berfikir bahwasanya seorang legislator atau pejabat politik yang berasal dari unsur NU mereka harus lebih mengutamakan kepentingan politik di daerahnya, ketimbang masyarakat yang lain atau dari unsur lembaga yang lain. Seperti yang telah di sampaikan oleh seorang kader parpol yang sekaligus pentolan NU desa sarirejo yang enggan disebutkan namanya,dia mengatakan : masyarakat disini mayoritas NU ya mestinya gudu orang-orang NU yang menjadi DPRD agar bisa mendengarkan suara-suara orang NU, walaupun NU sudah kembali pada khittoh tapi realitasnya atribut dan ormas NU lah yang terbukti mengusung mereka ke kursi dewan, karna mereka ada ditengah-tenggah warga NU maka sudah pastilah mereka berkewajiban memperjuangkan nasib NU dulu katimbang yang lain, jangan hanya membawa nama lembaga bahkan agama di jadikan alat politik saja tapi realitasnya tidak memihak pada masyarakat NU apakah itu tidak khiyanat?politik semacam itu bagi saya haram mas hukumnya!. (5 September 2014 ) Berdasarkan keterangan di atas memberikan penjelasan apabila pejabat politik harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat di sekitarnya dahulu karena masyarakat setempatlah yang berpartisipasi untuk membantu politisi tersebut bisa menjadi pejabat. Kita ini mulai belajar berdomokrasi, banyaknya pelaksanaan pemilu sedikit banyak memberikan pelajaran pada kita untuk berjiwa negarawan untuk menerima hasil dari sebuah pemilu, walaupun pilihan politik terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita, akan tetapi kalau kemenangan itu didapat dengan cara-cara yang tidak terpuji hal tersebut yang menyebabkan banyak warga NU yang berfikir politik adalah kotor Seperti di sampaikan Timan mengatakan; : pilihan politik menentukan pada keputusan politik,memang terkadang tidak sesuai harapan

24 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September bahkan terkadang sangat menyakitkan, jadi apabila yang terpilih menjadi pejabat politik atau pejabat public bukan dari unsur NU sedangkan kita sejak kecil ditengah-tengah masyarakat NU sunguh sangat menjadi ganjalan di hati kita, apalagi banyaknya pejabat politik hanya bertujuan cuma berpolitik kekuasaan saja, ya kita harus bersikap kritis biar tidak di bohongi terus ( 5 September 2014 ) Dari penjelasan di atas menerangkan bahwa warga NU Desa Sarirejo mengharapkan yang terpilih menjadi pejabat politik berasal dari wilayahnya dan dari unsur kelembagaannya.ungkapan tegas dan lugas juga di sampaikan oleh Suparti yang terkesan apatis dan pesimis terhadap kegiatan politik sekarang ini Dia mengatakan ; setiap kali ada pemilu saya selalu memilih yang dari NU karena mayoritas masyarakat lamongan warga NU jadi kalau yang menjadi DPRD atau bupati tidak dari unsur NU hati saya kut-kuten (jw. Marah besar) dan tidak bisa menerima, karena saya dan ibu ibu muslimat yang lain rata-rata wes gak percaya dengan politik sekarang ini, semuanya Cuma kebohongan saja mas, tidak perduli cara apapun di tempuh, buktinya kalau sudah jadi pejabat lupa kami semua mas, lupa janjijanjinya jujur mas iki suara hati ku. ( 5 September 2014 ) Dari gambaran ulasan diatas menjelaskan bahwa masyarakat Desa Sarirejo benar-benar amat tidak percaya dengan politisi sekarang ini, Berbeda dengan yang di sampaikan oleh anggota Banser Bashori, beliau mengatakan : NU kan sudah kembali ke khittoh 26 artine sudah tidak terikat dengan salah satu parpol jadi bebas dimana tempat kita memilih, makanya kalau yang menjadi pemimpin atau pemenang pemilu bukan dari unsur NU yoo sportif wae dan saya dukung 100%. ( 5 September 2014 ) Berdasarkan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwasanya sikap netral setiap warga NU dalam pemilu juga menjadi penunjang kedewasaan dalam menerima hasil pemilu dan sekaligus bentuk dukungan terhadap politisi tersebut untuk menjalankan tugas-tugasnya demi kesejahteraan masyarakat. Kesimpulan Dari penelitian yang di lakukan bahwa sebagaian besar masyarakat Desa Sarirejo yang di wawancarai mempunyai persepsi yang tidak baik terhadap politik sekarang ini, karena para elit politik sebagaian besar mengutamakan politik kekuasaan saja. Dari hasil penelitian yang di temukan bahwa sebagaian besar masyarakat atau warga NU Desa Sarirejo mempresepsikan yang tidak baik terhadap politik. hal tersebut disebabkan karena berbagai factor, diantaranya :a.hilangnya kepercayaan warga NU terhadap pelaku politik yang tidak konsisten, b. Tidak taat pada AD-ART organisasi, c. Minimnya loyalitas dan solidaritas pelaku politik terhadap kelembagaan dan warga NU. Hal inilah yang menjadikan sebagaian besar warga NU merasa di khiyanati dalam organisasi dan janji-janjinya sewaktu masih berkampanye, dengan begitu persepsi warga NU Desa Sarirejo terhadap politik adalah tidak baik. Walapun sebagian kecil masih ada yang berpresepsi baik itu disebabkan karena masih ada hubungan keluarga dengan politisi Dari penelitian yang sudah di laksanakan menyatakan bahwa persepsi NU kultural dan struktural di Desa Sarirejo adalah sebagaian besar masyarakatnya berpersepsi tidak baik terhadap politik DAFTAR PUSTAKA Alaena, Badrun, NU, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, Tiara Wacana, Yogyakarta, Anam, Choirul, Pertumbuhan dan Perkembangan NU, Bisma Satu, Surabaya, DR. KH. MA. Sahal Mahfudh, Solusi Hukum Islam Imam Ghozali Said, Hasil Keputusan Muktamar, Munas dan Kombes NU. ( ) KH. Hasim Muzadi, (ketua PBNU) Ahkamul Fuqoha DR. H. Thohah Hamim, MA, Islam dan NU dibawah tekanan problematika Kontemporer. Buku Profil Desa Sarirejo Kecamatan Sarirejo Lamogan. 2014

25 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENT ( TGT) SISWA KELAS III SDN INDRO KEC. KEBOMAS Hanik Kholifah *) SDN Indro Kec.Kebomas Kab.Gresik ABSTRAK Dalam pembelajaran strategi yang tepat sangat diperlukan dan merupakan rencana tindakan ( rangkaian kegiatan ) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Bila hal seperti di atas dilakukan oleh semua guru maka sudah tentu hasil belajar akan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, akan tetapi tidak semua guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, hal ini karena kemampuan guru dalam menggunakan strategi dan metode pembelajaran belum sesuai dengan materi yang diajarkan Tujuan dari penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil bnelajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif teams games tournament ( TGT). Dalam penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam 3 siklus, dari hasil tindakan yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III dengan mencapai standar ideal. Dari 57,94 % pada siklus I, dapat meningkat menjadi 67,94 % pada siklus II, dan siklus ke III 79,41 %. Hasil penelitian tindakan ini menunjukkan metode pembelajaran kooperatif teams games tournament ( TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III dalam dengan ketuntasan mencapai 100 %. Kata kunci : hasil belajar, TGT, Matematika Proses belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun seperti seorang siswa memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk-anggukan kepala, maka belum tentu yang bersangkutan belajar. Mungkin mengangguk anggukan kepala itu bukan karena ia memperhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru, akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara,atau mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa Dengan demikian penyusunan langkahlangkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Kemp (dalam Wina,Sanjaya,2016;126 ) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey ( dalam Wina,Sanjaya,2016;126 ) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Kondisi ini juga dialami oleh siswa Kelas III di SDN Indro Kec. Kebomas, hasil belajar matematika masih belum mencapai standar KKM yang telah ditetapkan. Kondisi

26 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September ini tentu perlu mendapat perhatian yang serius bagi kita semua, karena pelajaran matematika merupakan pelajaran dasar yang wajib diberikan pada siswa Kelas III SD. Tujuan Penelitian Tujuan utama yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui : 1. Peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) siswa KELAS III SDN Indro Kec. Kebomas tahun pelajaran Efektivitas pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament ( TGT) dalam meningkatkan hasil belajar matematika VI SDN Indro Kec. Kebomas tahun pelajaran KAJIAN PUSTAKA Metode Teams Games Tournaments (TGT) a.pengertian Teams Games Tournaments (TGT) Menurut Slavin (2008 : 13), Teams Games Tournaments (TGT) merupakan metode pembelajaran kooperatif pertama dari John Hopkins. Siswa Kelas III memainkan game ini dengan tiga orang pada meja-turnamen, dimana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa Kelas III yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama. Dalam Teams Games Tournaments (TGT), siswa Kelas III yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnis, dan latar belakang yang berbeda tergabung dalam sebuah tim yang terdiri dari empat sampai enam siswa Kelas III. Masing masing anggota tim tersebut akan dipertandingkan dengan anggota tim lainnya yang berkemampuan homogen pada meja meja turnamen. Dengan demikian, memungkinkan siswa Kelas III untuk belajar lebih semangat dan menimbulkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. b. Tahapan Pembelajaran dalam TGT Menurut Slavin (2008 : 169), tahapan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) meliputi : a) Tahap persiapan pembelajaran Materi pembelajaran Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk digunakan secara berkelompok. Sebelum penyajian materi maka guru harus mempersiapkan dahulu lembar soal turnamen beserta lembar jawabannya 1) Menetapkan tim Tim tim dalam pembelajaran ini beranggotakan empat sampai enam siswa Kelas III yang terdiri dari siswa Kelas III yang sedang, tinggi, dan rendah prestasi belajarnya. Selain itu juga mempertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya, seperti : jenis kelamin, latar belakang sosial, suku, ras, dan sebagainya b) Kegiatan pembelajaran 1) Pemberian materi Guru memberikan gambaran awal tentang materi yang akan dipelajari sebagai langkah memotivasi siswa Kelas III saat mengawali suatu proses belajar mengajar. 2) Belajar tim Masing masing tim diberi tugas untuk mengerjakan lembar kegiatan yang telah disediakan. Tujuan dari mengerjakan lembar kegiatan untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal soal latihan yang akan dievaluasi melalui turnamen. Setelah guru memberi materi, anggota tim bertemu untuk mempelajari lembar kerja dari materi lainnya. Dalam belajar kelompok, siswa Kelas III diminta mendiskusikan masalah bersama sama, membandingkan jawaban dan mengoreksi perbedaan pendapat jika teman satu kelompoknya membuat satu kesalahan. 3) Games tournament Turnamen biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir pokok bahasan setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok. Turnamen ini berfungsi sebagai review materi pelajaran. Langkah pertama melakukan turnamen adalah membentuk meja turnamen, caranya adalah masingmasing kelompok diurutkan berdasarkan tingkat kecerdasannya. Ranking siswa Kelas III berurutan dari siswa Kelas III paling pandai ke siswa Kelas IIIyg kurang pandai. Penempatan siswa Kelas III pada meja turnamen dapat dilihat pada gambar berikut :

27 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Mejaturna men 1 Mejaturna men 2 Mejaturna men 3 Mejaturna men 4 B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Gambar 1 Penempatan Meja Turnamen Sumber : Slavin (2008 : 168) Untuk memulai permainan, para siswa Kelas III menarik kartu untuk menentukan pembaca pertama yaitu siswa Kelas III yang menarik nomor tertinggi. Permainan berlangsung sesuai waktu dan dimulai dari pembaca pertama. Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya adalah pilihan ganda. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenakan sanksi. Jika konten dari permainan tersebut melibatkan permasalahan, semua siswa Kelas III (bukan hanya si pembaca) harus mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk ditantang. Setelah pembaca memberikan jawaban, siswa Kelas III yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya pilihan untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. Apabila dia ingin melewatinya, atau bila semua peserta punya jawaban, ditantang atau melewati pertanyaan, penantang kedua (peserta yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dengan membacakan jawaban yang benar. Pemain yang memberikan jawaban benar akan menyimpan kartunya. Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak satu posisi ke kiri, penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang pertama dan pembaca menjadi penantang kedua. Ketika permainan tersebut selesai, para pemain mencatat banyak kartu yang mereka menangkan pada lembar skor permainan. Semua siswa Kelas III harus memainkan permainan ini pada waktu yang sama. Sementara mereka bermain, guru seharusnya berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk memastikan bahwa setiap siswa Kelas III memahami prosedur permainan tersebut. Pada akhir turnamen, siswa Kelas III menghitung kartu mereka. Kemudian mereka mengisi nama, tim dan skor mereka pada lembar skor permainan. penantang kedua punya jawaban yang berbeda 4) Rekognisi (Penghargaan) Tim dengan dua peserta pertama maka penantang kedua boleh menantang. Akan tetapi, penantang harus berhati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim. Poin -poin turnamen tiap siswa Kelas III dipindahkan ke lembar rangkuman tim masing-masing, tambahkan seluruh skor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah angota tim yang bersangkutan.

28 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Tabel 1. Poin-Poin Turnamen Dengan Tiga Pemain Pemain Tidak ada yang seri Seri nilai tertinggi Seri nilai terendah Seri nilai 3 macam Peraih skor tertinggi 60 poin 50 poin 60 poin 60 poin Peraih skor tengah 40 poin 50 poin 40 poin 40 poin Peraih skor rendah 30 poin 30 poin 40 poin 30 poin Sumber : Slavin (2008 : 175) Tabel 2. Poin-Poin Turnamen Dengan Empat Pemain Pemain Tidak ada yang seri Seri nilai tertinggi Seri nilai tengah Seri nilai terendah Seri nilai tertinggi 3 macam Seri nilai terendah 3 macam Seri nilai 4 macam Seri nilai tertinggi & terendah Peraih skor tertinggi Peraih skor tengah atas Peraih skor tengah bawah Peraih skor terendah 60 poin 50 poin 60 poin 60 poin 50 poin 60 poin 40 poin 50 poin 40 poin 50 poin 40 poin 40 poin 50 poin 30 poin 40 poin 50 poin 30 poin 30 poin 40 poin 30 poin 50 poin 30 poin 40 poin 30 poin 20 poin 20 poin 20 poin 30 poin 20 poin 30 poin 40poin 30 poin Sumber : Slavin (2008 : 175) METODOLOGI Subyek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas III SDN Kebomas Kec. Kebomas Tahun Pelajaran Setting Penelitian PTK akan dilakukan pada SDN IndroKec. Kebomas tahun Pelajaran SDN Indro Kec. Kebomas terdiri dari 8 kelas, dengan jumlah siswa Kelas III yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah siswa Kelas III yang ada di wilayah Kec. Kebomas Kab. Gresik. PTK dilakukan di SDN IndroKec. Kebomas adalah siswa KELAS III dengan jumlah siswa Kelas III pada saat penelitian dilakukan terdiri dari 34 orang ( P = 13 orang ; dan L = 21 orang ). Rancangan Penelitian Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus. Kegiatan dilaksanakan dalam semester Ganjil tahun pelajaran Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 21Juli sampai dengan 28Agustus Variabel Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang akan diteliti adalah peningkatan hasil belajar siswa Kelas III dalam dalam pembelajaran matematika melalui metode Teams Games Tournament ( TGT) Siswa Kelas III disdn IndroKec. KebomasKabupaten Gresik. Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut : Variabel Harapan Variabel Tindakan Peningkatan kemampuansiswa Kelas III pelajaran MatematikaSDN IndroKec. Kebomas. Penerapan pembelajaran melalui metode Teams Games Tournament (TGT). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I Hasil siklus I menjelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran dengan metode Teams Games Tournament ( TGT) diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa Kelas III adalah 57,94 % atau ada 11siswa Kelas III dari 34siswa Kelas III sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara

29 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September klasikal siswa Kelas III belum tuntas belajar, karena siswa Kelas III yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 67,65%, lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa Kelas III masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menggunakan metode Teams Games Tournament ( TGT). Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa Kelas III dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran (2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu (3) Siswa Kelas III kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. Siklus II Dari pelaksanaan siklus II diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa Kelas III adalah 67,94% dan ketuntasan belajar mencapai 70,59 % atau ada 24siswa Kelas III dari 34siswa Kelas III sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan cukup lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas III ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehningga pada pertemuan berikutnya siswa Kelas III lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa Kelas III juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Metode Teams Games Tournament ( TGT). Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1) Memotivasi siswa Kelas III 2) Membimbing siswa Kelas III merumuskan kesimpulan/menemukan konsep 3) Pengelolaan waktu Siklus III Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 79,41% dari 34siswa Kelas III telah tuntas secara keseluruhan. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode Teams Games Tournament ( TGT), sehingga siswa Kelas III menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa Kelas III lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa Kelas III yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Kelas III Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan metode Teams Games Tournament ( TGT)memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas III.hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa Kelas III terhadap materi yang disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III ) yaitu; 57,94% ; 67,94 % ; 79,41%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa Kelas III secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa Kelas III dalam proses pembelajaran melalui metode Teams Games Tournament ( TGT)dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa Kelas III yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ratarata siswa Kelas III pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Kelas III Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa Kelas III dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode Teams Games Tournament ( TGT) yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa Kelas III/antara siswa Kelas III dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa Kelas III dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkahlangkah pembelajaran metode Teams Games

30 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Tournament ( TGT)dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa Kelas III dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa Kelas III untuk pelajaran matematika menerapkan pembelajaran dengan metode Teams Games Tournament ( TGT)hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 34 orang siswa Kelas III yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 57,94% ; 67,94 % ; 79,41%. PENUTUP Simpulan 1. Pembelajaran dengan menggunakan metode Teams Games Tournament ( TGT) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas III di SDN IndroKec. Kebomas yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa Kelas III dalam setiap siklus, yaitu ; 57,94% ( siklus I ) ; 67,94 % ( siklus II ) ; 79,41 % ( siklus III ). 2. Penerapan pembelajaran dengan metode Teams Games Tournament (TGT) pada pelajaran matematika mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas III. 3. Penerapan pembelajaran melalui metode Teams Games Tournament ( TGT) efektif untuk meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa Kelas III selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya. PUSTAKA Anggraeni, Dian Komparasi Hasil Belajar Antara Metode Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan Pemberian Tugas Terstruktur dengan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian pada Siswa Kelas III Kelas XI IPS SMA 12 Semarang Tahun Ajaran 2007 / (http// diakses tanggal 28 November 2009) Arikunto, Suharsimi Dasar dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Unipress. Isjoni Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta Nur, Mohammad, dkk Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Univercity. Nur, Mohammad Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: PSMS Unesa Peraturan Pemerintah RI Undang-Undang SISDIKNAS Jakarta : Sinar Grafika Prihmono, Ely. Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Lamaran Pekerjaan Melalui Metode Team Game Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas III Kelas XII IS 3 Sma Kristen 1 Surakarta. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 19, No. 2, Desember ( elysp@gmail.com, diakses 24 November 2009)

31 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September PENYELENGGARAAN SCHOOL BASED INSET SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN KEC. GRESIK KAB. GRESIK Titik Hidayati *) *) TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab.Gresik ABSTRAK Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Dengan demikan sangat jelas apabila ingin meningkatkan kualitas peserta didik semenjak dini maka salah satunya ditentukan oleh kinerja menejerial administrasi sekolah kepala sekolah. Mutu pembelajaran di kelas salah satunya ditentukan juga oleh mutu kepala sekolah. Walaupun yang berhubungan langsung dengan siswa di kelas adalah guru, tetapi guru tersebut berhubungan langsung dengan kepala sekolah dan di bawah manajemen sekolah. Dengan menggunakan model penelitian tindakan didapatkan kesimpulan bahwa (1) School Based Inset TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran menjadi instrumen yang sangat penting guna memajukan sistem pengajaran di kelas. (2) School Based Inset mempunyai peranan penting bagi upaya peningkatan profesional guru dalam kegiatan belajar mengajar, sebab menjadikan guru lebih maju, berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih modern. Kata Kunci : School Based Inset,o profesionalisme guru, belajar mengajar Pendidikan sekolah dasar merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya fikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. (Depdiknas, 2004). Sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab yang cukup besar dalam mempersiapkan peserta didik yang berkualitas. Sehubungan dengan hal tersebut kepala sekolah memiliki volume kerja yang sangat besar hal ini sesuai dengan pernyataan Supriadi (Mulyasa, 2003:24) menyatakan bahwa: Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Dengan demikan sangat jelas apabila ingin meningkatkan kualitas peserta didik semenjak dini maka salah satunya ditentukan oleh kinerja menejerial administrasi sekolah kepala sekolah. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa mutu pembelajaran di kelas salah satunya ditentukan juga oleh mutu kepala sekolah. Walaupun yang berhubungan langsung dengan siswa di kelas adalah guru, tetapi guru tersebut berhubungan langsung dengan kepala sekolah dan di bawah manajemen sekolah. Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah Dengan memperhatikan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui tentang penyelenggaraan School Based Inset sebagai upaya peningkatan profesionalme guru dalam kegiatan belajar mengajar di TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran b. Untuk mengetahui peranan School Based Inset sebagai upaya peningkatan prfesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran

32 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September c. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan tentang profesionalisme guru kegiatan belajar mengajar terkait dengan penyelenggaraan School Based Inset di TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kinerja Guru di TK Pengertian Kinerja Prawirosentono (1992: 2) menjelaskan pengertian tentang kinerja yaitu: hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, sesuai dengan moral ataupun etika. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, "Kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja (Balai Pustaka, 1985: 503), sedangkan Hadari Nawawi (1998: 234), menggunakan istilah "karya", yaitu hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/ material maupun nonfisik/ material. Penilaian karya atau kinerja setiap pekerjaan menyangkut kemampuan pekerjaan yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang telah diberikan atas kepentingan organisasi. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Kinerja Guru Guru merupakan tokoh yang paling penting dalam pendidikan, hal ini dikarenakan guru berhubungan langsung dengan konsumen utama pendidikan yaitu peserta didik. Guru yang baik akan menjalankana kinerjanya secara profesional walaupun benar dan resikonya cukup berat, termasuk Guru. " Kinerja guru" adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru pada waktu dia memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk bagaimana dia mempersiapkannya (Rochman Natawijaya, 1999: 22). Kompetensi guru Dalam Profesionalisme Kompetensi tersebut akan diwujudkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. a. Indikator kemampuan guru Untuk memperoleh gambaran yang terukur pada pemberian nilai untuk setiap kemampuan, maka perlu ditetapkan kinerja setiap kemampuan. Kinerja kemampuan / kompetensi terlihat dalam bentuk indikator (Anonim,2003:12). b. Profesionalisme guru dan komitmen guru Profesionalisme guru Guru adalah tenaga fungsional yang bertugas khusus untuk mengajar, mendidik, melatih, dan menilai hasil pembelajaran peserta didik serta efektifitas mengajar guru. Tugas guru adalah profesi maka dari itu diharapkan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Karena profesi menurut Sikun Pribadi dalam bukunya Etty menyatakan bahwa: Profesi itu pada hakekatnya suatu pernyataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa (Etty, 2003:2). Profesi merupakan pernyataan atau janji terbuka oleh seorang profesional. Dengan demikian pernyataan profesional mengandung makna yang terbuka, sungguh sungguh yang ke luar dari lubuk hatinya dan mengandung norma atau nilai nilai yang etis, sehingga pernyataan yang dibuatnya baik bagi orang lain juga baik bagi dirinya. Konsep Dasar School Based Inset Pengertian School Based Inset ( Penataran di Sekolah ) Penataran di sekolah sebagai terjemahan dari bahasa Inggris School Based Inservice Educational Training. Inservice berasal dari kata serve. Serve adalah kata keja yang artinya melayani, serve menjadi inservice yang artinya peningkatan. Sedangkan penataran berasal dari kata tatar. Kata tatar berasal dari bahasa Jawa yang artinya tingkat. Kata ini sudah lazim dipergunakan dalam bahasa Indonesia tanpa mengalami perubahan arti. Jadi secara harfiah penataran dapat diartikan peningkatan. Pendapat umum menyatakan bahwa penataran

33 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September adalah suatu kegiatan dalam ussaha untuk mengadakan peningkatan. Dalam usaha meningkatkan pengelolaan sekolah kata penataran selalu dikaitkan dengan personel sekolah terutama guru, setelah mengikuti suatu penataran diharapkan agar ada peningkatan terutama guru itu sendiri. Peningkatan ini kiranya akan tercermin dengan adanya perubahan yang terjadi pada guru tersebut. Aplikasi perubahan tersebut terlihat ketika guru dalam melaksakan tugasnya. Perubahan itu sendiri mencakup sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan guru dapat bekerja secara profesional dan pelaksanaannya diusahakan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar (kegiatan belajar mengajar). Dari uraian tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa penataran di sekolah suatu bentuk kegiatan yang merupakan bagian pengembangan staf dalam usaha meningkatkan kemampuan profesional personel sekolah terutama guru dengan cara mengubah sikap, meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan. Konsep Dasar tentang Proses Belajar Mengajar (PBM) Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan sesama siswa dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi jika tidak ada interaksi anatra guru dengan siswa atau sebaliknya. Pembelajaran interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam setiap interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur yaitu: Tujuan yang hendak dicapai, siswa dan guru, bahan pelajaran, metode yang digunaka untuk menciptakan situasi belajar mengajar, penilaian dan fungsinya untuk menetapkan seberapa jauh ketercapaian tujuan. Istilah dari belajar itu sendiri mengandung arti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar ini bisa kita peroleh dari buku, guru, lingkungan dan alam. METODOLOGI Persiapan Penelitian Tindakan Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran Dari hasil pengamatan langsung dan informasi yang di terima oleh peneliti selaku Kepala TK/TK di Kecamatan Gresik, bahwa sebagian guru di TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran belum memiliki kemampuan profesional dalam melaksanaan kegiatan belajar mengajar karena guru belum mampu menyusun agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah masing-masing. Planing Tindakan Jenis Tindakan nyatanya adalah melatih dan membimbing guru-guru dengan timnya dalam mengajar yang sesuai dengan kondisi dan situasi di kelas. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah : a. Mendiskusikan masalah atau hambatan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang baik b. Penyampaian informasi dari peneliti tentang cara mengajar yang baik dan mengembangkan diri secara profesional sebagai guru Pelaksanaan penelitian menetapkan setting dua putaran, pada masing-masing putaran dilaksanakan melalui empat tahapan yaitu: (1) perencanaan penelitian, (2) pelaksanaan penelitian, (3) observasi/ evaluasi, dan (4) refleksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Pada siklus I ini hasil penelitian pada aspek pengajaran kurang baik, diperoleh dari hasil observasi dari putaran I ini, sikap guru dalam menyusun program pengajaran kurang menguasai materi yang akan diajarkan dengan rata-rata nilai 5,6. Sementara itu di sisi lain, Kepala sekolah sangat antusias memberikan semangat kepada guru-guru untuk menyusun program pengajaran serta konsepsi mengajar yang mengandalkan potesi diri sebagai guru secara profesional terutama dengan mengkaitkan perkembangan wawasan intelektual akademis serta mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi pengajaran di kelas. Memperhatikan hasil pada putaran I peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh. Hambatan-hambatan yang ditemukan pada sikus I seperti efektivitas penyampaian informasi-informasi tentang konsepsi School Based Inset bersifat umum belum mencapai

34 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September nilai maksimal dan hambatan tersebut disempurnakan dalam putaran II. Siklus II Pada putaran II kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyusunan agenda pengajaran yang baik di putaran pertama. Peneliti menjelaskan lebih rinci tentang cara mengajar yang inovatif utamanya pada aspek 1 yaitu bagaimana cara merumuskan visi dan tujuan pengajaran tiap-tiap bidang studi (kelengkapan elemen serta satuan pengajaran yang lebih inovatif). Aspek 2 yaitu bagaimana memasukkan konsepsi School Based Inset dalam pengajaran sehingga terdapat konsepsi pembelajaran yang lebih edukatif dan mengkaitkan dengan perkembangan ilmu dan teknologi secara baik melalaui konsepsi School Based Inset agar menjadi jelas dalam memberikan materi pelajaran di depan kelas.. PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil observasi pada putaran I dan putaran II sikap guru dalam menerima konsepsi School Based Inset dan mempraktekkan di kelas cukup baik, dengan rata-rata nilai 80, guru-guru di TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran sangat antusia menerima konsepsi School Based Inset dan mempraktekkannya dengan baik. Sedangkan dari hasil penilaian terhadap penilaian dalam implementatif di kelas cukup baik. Memperhatikan hasil pada putaran II melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada putaran II ini sudah ada. peningkatan kemampuan dan potensi guru-guru di TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran dalam mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik yaitu 8,00. PENUTUP Simpulan 1. School Based Inset TK Dharma Wanita Persatuan Kec. Gresik Kab. Gresik Tahun Pelajaran menjadi instrumen yang sangat penting guna memajukan sistem pengajaran di kelas. 2. School Based Inset mempunyai peranan penting bagi upaya peningkatan profesional guru dalam kegiatan belajar mengajar, sebab menjadikan guru lebih maju, berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih modern. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud, 2009, Penataan di Sekolah, Surabaya, Depdikbud. Depdikbud, 2010 Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Depdikbud. Fred N. Kerlinger, 2008, Behavior LL Resourdes. Mujiran, Drs, 2007, Permohonan Profesional Guru, Kepala Dikmenum. Soeharto, Drs, 2007, Musyawarah Guru Mata Pelajaran, disajikan dalam Raker Ka. TK Singarimbun, dkk, 2008, Metode Penelitian Survai, Jakarta, LP3ES. Suharsini Arikunto, Prof, Dr, 2009, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta. S. nasution, Prof, Dr, 2008, Dikdaktik Azas- Azas Mengajar,, Jemman

35 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September KUALITAS PENDIDIKAN SEBAGAI MOTOR PENGERAK PEREKONOMIAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR Abid Muhtarom *) *) Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Dalam studi makroekonomi, kenaikan output dapat dianalisis menjadi dua bagian, yaitu studi dalam jangka panjang dan studi dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang kenaikan output dapat dipengaruhi oleh tekhnologi dan input faktor produksi. Seperti kapital dan tenaga kerja. Investasi akan meningkatkan jumlah kapital, Sehingga adanya tambahan kapital tentu saja akan meningkatkan ketersediaan lapangan kerja yang kemudian dapat memicu peningkatan output nasional (Mubyarto,2003). Namun, faktor kunci yang paling berpengaruh terhadap kenaikan output nasional adalah kemajuan tekhnologi. Hal ini karena kemajuan tekhnologidapat menigkatkan output pada tingkat kapital dan tenaga kerja yang tetap. Permasalahan-permasalahan seperti tersebut di atas dikarenakan banyaknya tenaga kerja yang ada di Provinsi Jawa Timur sebagian besar tergolong sebagai unskilled labor atau tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya. Tingginya angka unskilled labor menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Jawa Timur masih rendah. Kualitas tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, ketika kualitas tenaga kerja semakin meningkat, maka akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Jawa Timur memiliki angkatan kerja tingkat provinsi yang paling besar di Indonesia, dan dapat dianggap sebagai provinsi dengan surplus tenaga kerja, terutama bagi industri-industri padat karya yang membutuhkan keterampilan yang rendah. Hambatan utama untuk memiliki lebih banyak angkatan kerja yang lebih terampil adalah rendahnya akses terhadap pendidikan menengah, yang menyebabkan rendahnya capaian pendidikan di provinsi tersebut. Terdapat jurang yang lebar antara kaum berada dan kaum miskin, dan juga antara penduduk pedesaan dan perkotaan dalam hal akses terhadap pendidikan menengah. Kata kunci : kualitas pendidikan, motor penggerak, pertumbuhan ekonomi Dalam studi makroekonomi, kenaikan output dapat dianalisis menjadi dua bagian, yaitu studi dalam jangka panjang dan studi dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang kenaikan output dapat dipengaruhi oleh tekhnologi dan input faktor produksi. Seperti kapital dan tenaga kerja. Investasi akan meningkatkan jumlah kapital, Sehingga adanya tambahan kapital tentu saja akan meningkatkan ketersediaan lapangan kerja yang kemudian dapat memicu peningkatan output nasional (Mubyarto,2003). Namun, faktor kunci yang paling berpengaruh terhadap kenaikan output nasional adalah kemajuan tekhnologi. Hal ini karena kemajuan tekhnologi dapat menigkatkan output pada tingkat kapital dan tenaga kerja yang tetap. Berdasarkan kontradiksi pendapatpertumbuhan ekonomi yang berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sebesar 5,01% sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,55%, dan pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sebesar 6,68% dan nasional sebesar 6,10%.Kualitas dan kuantitas tenaga kerja merupakan suatu faktor yang mempengaruhi output suatu daerah. Jumlah penduduk yang besar, khususnya penduduk dengan usia produktif, akan meningkatkan jumlah angkatan kerja yang tersedia. Jumlah tenaga kerja yang besar disertai dengan kualitas pendidikan yang Tantangan utama pendidikan di Jawa Timur adalah bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Sekitar 55

36 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September persen dari tenaga kerja di Jawa Timur hanya mengecap pendidikan Sekolah Dasar. Hal ini juga ditunjukkan oleh angka partisipasi murni (APM) sekolah yang semakin menurun pada tingkat SMP dan SMA. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional yang dilaksanakan pada Agustus 2009 diketahui bahwa pekerja di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 442,8 ribu orang dibandingkan Agustus Sejalan dengan peningkatan jumlah pekerja tersebut, maka jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 262,8 ribu orang (25,43 persen).penyerapan tenaga kerja perempuan selama Agustus 2008 Agustus 2009, lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, yaitu masingmasing jumlah pekerja perempuan meningkat 228,6 ribu orang dan pekerja laki-laki meningkat sebesar 194,2 ribu orang. Namun demikian, dominasi peningkatan penduduk perempuan yang bekerja umumnya hanya sebagai pekerja keluarga., sehingga peningkatan jumlah tenaga kerja tidak selalu memberikan implikasi yang positif terhadap peningkatan pendapatan pekerja, karena penambahan jumlah tenaga kerja hanya terserap sebagai pekerja keluarga atau membantu rumahtangga/suami dalam melakukan kegiatan ekonomi yang sifatnya informal. Lebih lanjut, jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada Agustus 2009 sekitar 73,12 persen tenaga kerja bekerja pada kegiatan informal (Pemprov jatim, 2010). Permasalahan-permasalahan seperti tersebut di atas dikarenakan banyaknya tenaga kerja yang ada di Provinsi Jawa Timur sebagian besar tergolong sebagai unskilled labor atau tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya. Tingginya angka unskilled labor menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Jawa Timur masih rendah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk bisa meningkatkan kualitas tenaga kerja di Jawa Timur. Mengingat tingginya jumlah tenaga kerja yang terserap lebih banyak pada sektor informal. Sektor informal memang menawarkan peluang kerja yang lebih fleksibel dalam hal persyaratan namun lemah dalam hal jaminan keberlangsungan pekerjaan tersebut (job security). Pekerja sektor informal rentan terhadap gejolak ekonomi dan cenderung tidak menentu penghasilannya khususnya para pekerja bebas (pekerja tidak tetap) yang hanya bekerja sesekali saja dan berpindah-pindah majikan maupun jenis pekerjaannya. Pekerja sektor informal juga umumnya tidak dilindungi oleh fasilitas kesehatan, perlindungan kecelakaan, maupun jaminan pensiun. Banyaknya tenaga kerja dengan jenjang pendidikan SD jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lain. Tahun 1994 banyaknya tenaga kerja berpendidikan SD sebesar orang, berpendidikan SMP sebanyak orang, dan yang mempunyai pendidikan SMA/MA/SMK sebanyak orang. Banyaknya tenaga kerja yang mempunyai pendidikan diploma, sarjana (S-1), pasca sarjana (S-2) dan doktor (S-3) jauh lebih sedikit lagi yaitu hanya sebesar orang. Dengan demikian secara umum rata-rata tenaga kerja tahun 1994 mempunyai rata-rata lama pendidikan sebesar 7,73 tahun. Seiring berjalannya waktu pemerintah mulai menggalakkan berbagai macam program pendidikan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja. Program-program tersebut berimbas pada kenaikan jumlah tenaga kerja yang mempunyai jenjang pendidikan menengah, diploma dan sarjana yang hal tersebut berarti penurunan banyaknya tenaga kerja yang mempunyai pendidikan SD dan SMP. Pada tahun 2009, banyaknya tenaga kerja berpendidikan SD sebesar orang, berpendidikan SMP sebanyak orang, dan yang mempunyai pendidikan SMA/MA/SMK sebanyak orang. Banyaknya tenaga kerja yang mempunyai pendidikan diploma, sarjana (S-1), pasca sarjana (S-2) dan doktor (S-3) jauh lebih sedikit lagi yaitu hanya sebesar orang. Dengan demikian secara umum rata-rata tenaga kerja tahun 2009 mempunyai rata-rata lama pendidikan sebesar 7,95 tahun. Kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan secara umum masih ditandai relatif rendahnya kualitas tenaga kerja, baik dari segi pendidikan formal maupun keterampilannya. Akibatnya, tingkat produktivitas tenaga kerja menjadi rendah, sehingga posisi tawar (bargaining position) menjadi rendah; tingkat upah yang rendah; sering terjadinya perselisihan

37 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September hubungan industrial, dan pemutusan hubungan kerja (PHK), serta rendahnya jaminan kesejahteraan purna-kerja. Pada sisi lain, perkembangan tuntutan pasar kerja dan persaingan industri di pasar global, di mana penggunaan teknologi dan informasi sebagai unggulan di samping faktor ekonomis, menuntut kebutuhan tenaga kerja profesional yang memenuhi standar kualifikasi tenaga kerja berbasis knowledge, skill dan attitude (KSA), serta keterampilan sosial (social skill). Pasar kerja di masa datang juga menuntut adanya jaminan kondisi iklim ketenagakerjaan yang kondusif, harmonis dan dialogis, yang melahirkan suasana hubungan industrial yang ramah, dan adanya kepastian hukum dalam usaha dan investasi. Kualitas tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, ketika kualitas tenaga kerja semakin meningkat, maka akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Jawa Timur memiliki angkatan kerja tingkat provinsi yang paling besar di Indonesia, dan dapat dianggap sebagai provinsi dengan surplus tenaga kerja, terutama bagi industri-industri padat karya yang membutuhkan keterampilan yang rendah. Investasi padat karya dapat memanfaatkan kelompok pekerja dalam jumlah yang besar dengan tingkat keterampilan menengah, yaitu mereka yang setidaknya memiliki pendidikan sekolah menengah. Tingkat pengangguran bagi angkatan kerja dengan pendidikan sekolah menengah ke atas kini berada pada 11.3 persen, yang menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja masih jauh dari jenuh. Jawa Timur juga memiliki salah satu tingkat upah minimum dan rata-rata upah bulanan yang paling rendah dibanding seluruh provinsi-provinsi lain di Indonesia. Nilai upah premium untuk mempekerjakan seorang pekerja terampil juga lebih rendah dibanding sebagian besar daerah. Demikian kenaikan kualitas tenaga kerja di Jawa Timur akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain tenaga kerja, faktor kualitas tenaga kerja yang bagus juga mempunyai peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Hal ini karena sumber daya manusia yang produktif merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang produktif, maka diperlukan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan. Dalam ekonomi yang semakin bergeser ke arah ekonomi berbasis pengetahuan, peran pendidikan tinggi sangat penting, antara lain untuk menghasilkan tenaga kerja yang unggul dan produktif, yang semakin mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan, untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Pendidikan tinggi di sini terdiri dari program pendidikan akademik, program pendidikan vokasi, serta program pendidikan profesi. Di Jawa Timur perkembangan kualitas tenaga kerja menunjukkan trend yang terus meningkat terutama pada tahun Hal ini tidak terlepas dari sistem pendidikan di Jawa Timur yang mulai menuju penyelarasan bidang dan program studi dengan potensi pengembangan ekonomi di setiap koridor ekonomi. Meskipun belum maksimal, akan tetapi mulai menunjukkan hasil yang positif. Kegiatan pokok yang telah dilaksanakan oleh Pemrintah Provinsi dan Daerah di Jawa Timur dalam hal peningkatan kualitas tenaga kerja antara lain adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan standar kompetensi kerja dan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja. 2. Penyelenggaraan program-program pelatihan kerja berbasis kompetensi. 3. Peningkatan dan fasilitasi pelaksanaan uji kompetensi yang terbuka bagi semua tenaga kerja. 4. Peningkatan relevansi dan kualitas lembaga pelatihan kerja, serta peningkatan profesionalisme tenaga kepelatihan dan instruktur pelatihan kerja. 5. Fasilitasi peningkatan sarana dan prasarana lembaga latihan kerja. 6. Meningkatkan pendidikan dan latihan bagi calon tenaga kerja migran (TKI/TKW). Selain itu, sistem pendidikan di Jawa Timur juga mengakomodasi program pendidikan vokasi untuk menghasilkan lulusan yang terampil. Pengembangan program pendidikan vokasi disesuaikan dengan potensi di masing- masing koridor ekonomi. Di setiap kabupaten/ kota, dikembangkan pendidikan tinggi setingkat akademi (community college) atau politeknik dengan bidang-bidang yang sesuai dengan potensi di kabupaten tersebut. Pengembangan community college, yang menyelenggarakan program diploma 1, diploma 2 dan diploma 3, diharapkan akan menghasilkan lulusan yang

38 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September langsung dapat diserap oleh kegiatan ekonomi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di setiap koridor ekonomi. Karena itu, pengembangan community college dilakukan dengan secara bersama-sama antara pemerintah, dunia usaha, dan universitas sebagai pengelola community college. Mutu community college dibina oleh politeknik yang dikembangkan di ibukota provinsi. Politeknik tersebut dikembangkan sesuai dengan potensi dan keunggulan setiap koridor ekonomi. Selain pengembangan pendidikan tinggi, pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan dengan pengembangan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), pengembangan pelatihan kerja, dan pengembangan lembaga sertifikasi. Berikut adalah model berbagai dan terintegrasi pendidikan tinggi dan menengah di Jawa Timur. Model Berbagai Dan Terintegrasi Pendidikan Tinggi Dan Menengah Di Jawa Timur. Sumber: Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Namun demikian, fakta juga menunjukkan bahwa secara kuantitas banyaknya unskilled labor masih lebih besar dibanding dengan skilled labor. Besarnya unskilled labor di Jawa Timur bisa menjadi penghambat bagi daearah ini untuk sekolah atau tidak menyelesaikan sekolah dasar. Hanya sekitar 6 persen dari angkatan kerja pernah mengenyam pendidikan lanjutan setelah sekolah menengah. Mayoritas kualitas tenaga kerja tidak terampil dipekerjakan pada sektor mempunyai pertumbuhan ekonomi yang pertanian yang memiliki tingkat produktivitas memuaskan di masa-masa mendatang. Di tahun 2009, lebih dari setengah (55 persen) dari angkatan kerja di Jawa Timur hanya memiliki pendidikan sekolah dasar atau lebih rendah, yang rendah. Para pekerja di sektor ini mendapat upah yang paling rendah. Sekitar 52 persen dari pekerja pertanian berada pada kelompok umur yang lebih tinggi (di atas 40 tahun) dengan termasuk 21 persen dari seluruh angkatan kerja sekolah dasar sebagai tingkat pendidikan yang tidak pernah mengenyam pendidikan di tertinggi yang pernah dikecap.

39 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Jumlah dan Persentase Penduduk Yang Bekerja di Jawa Timur Menurut Pendidikan dan Lapangan Usaha Tahun 2010 PENDIDIKAN LAPANGAN USAHA JUMLAH <SD SMP SMA Umum SMA Kejuruan Diploma I/II/III/ Akademi Universitas Jumlah PENDIDIKAN LAPANGAN USAHA JUMLAH <SD 33,71% 0,52% 5,50% 0,01% 2,49% 8,94% 1,85% 0,09% 3,19% 56,29% SMP 5,98% 0,10% 3,18% 0,02% 1,29% 4,54% 0,89% 0,26% 2,06% 18,32% SMA Umum 1,76% 0,05% 2,23% 0,05% 0,45% 3,82% 0,70% 0,36% 2,46% 11,88% SMA Kejuruan 0,84% 0,04% 1,86% 0,04% 0,42% 2,16% 0,46% 0,19% 1,55% 7,55% Diploma I/II/III/ Akademi 0,05% 0,00% 0,15% 0,00% 0,02% 0,30% 0,04% 0,09% 0,82% 1,49% Universitas 0,13% 0,01% 0,35% 0,01% 0,11% 0,50% 0,11% 0,26% 2,99% 4,47% Jumlah 42,46% 0,72% 13,28% 0,14% 4,78% 20,26% 4,04% 1,24% 13,08% 100,00% Sumber: BPS. Survey Angkatan Kerja Nasional. Agustus 2010, diolah Pusdatinaker Keterangan: 1: Pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan, 2:Pertambangan dan pengolahan, 3: Industri Pengolahan, 4: Listrik, Gas dan air, 5: bangunan, 6: Perdagangan besar,eceran, rumah makan dan hotel, 7: Angkutan, pergudangan dan komunikasi, 8: Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan, 9: Jasa kemasyarakatan. Hal tersebut seperti ditunjukkan oleh data yang dirilis oleh BPS dalam Survey Angkatan Kerja Nasional berikut. Banyaknya tenaga kerja yang terserap dalam sektor pertanian pada tahun 2010 sangat mendominasi, yaitu sebesar orang atau sebesar 42,46%. Jika dilihat berdasarkan jenjang pendidikan, banyaknya kualitas tenaga kerja dengan pendidikan SD yang terserap di sektor pertanian adalah sebesar orang atau sebesar 33,71%, jenjang SMP sebesar orang (5,98%), SMA umum sebesar orang (1,76%), SMA Kejuruan sebesar orang (0,84%), Diploma I/II/III/ Akademi orang (0,05%) dan Universitas sebesar orang (0,13%). Sehingga kualitas tenaga kerja tersebut di sektor pertanian tidak membutuhkan ketarampilan / skill yang tinggi dalam pendidikan formal. Hambatan utama untuk memiliki lebih banyak angkatan kerja yang lebih terampil adalah rendahnya akses terhadap pendidikan menengah, yang menyebabkan rendahnya capaian pendidikan di provinsi tersebut. Terdapat jurang yang lebar antara kaum berada dan kaum miskin, dan juga antara penduduk pedesaan dan perkotaan dalam hal akses terhadap pendidikan menengah. Akses yang timpang ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jumlah sekolah menengah, distribusi sekolah yang tidak merata dan relatif tingginya biaya pendidikan menengah. Di tahun 2005/2006, angka partisipasi murni di Jawa Timur berada pada 97,24 persen untuk tingkat dasar, 71,22 persen untuk menengah pertama dan 42,56 persen bagi tingkat menengah atas. Tren ini serupa dengan angka partisipasi murni di Indonesia, dimana angka partisipasi bagi tingkat menengah pertama dan menengah atas masih jauh dari tingkat universal. Di tingkat kabupaten/kota, banyak kabupaten/kota mencatat angka partisipasi murni sekolah dasar di atas 90 persen. Akan tetapi variasi angka partisipasi yang lebih besar dapat dijumpai pada tingkat menengah pertama dan menengah atas. Sebagai contoh, tingkat angka partisipasi murni di Kota Kediri adalah 112,75 persen (APM Tahun 2005/2006), sementara Kabupaten Sampang hanya mencatat 45,63 persen. Dalam rangka untuk mengatasi masalah kualitas tenaga kerja seperti tersebut di atas, maka pemberian akses yang lebih besar bagi pendidikan menengah dapat meningkatkan jumlah pekerja terampil di provinsi Jatim. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan alokasi dana bagi pendidikan menengah dan juga memperluas dan mengoptimalkan sekolah-sekolah kejuruan dan lembaga pendidikan non formal.

40 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September Berikut adalah model peningkatan produktivitas menuju keunggulan kompetitif yang bisa di jadikan acuan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur. Model ini diambil berdasarkan Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 s.d Model Peningkatan Produktivitas Menuju Keunggulan Kompetitif Sumber: Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 s.d 2025 Inisiatif Inovasi : MP3EI Sumber: Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 s.d 2025 Untuk mewujudkan peningkatan produktivitas, maka direkomendasikan usulan Inisiatif Inovasi MP3EI sebagai pendorong utama terjadinya proses transformasi sistem ekonomi berbasis inovasi melalui penguatan sistem pendidikan (human capital) dan kesiapan teknologi (technological readiness). Proses transformasi tersebut memerlukan input pendanaan Penelitian dan Pengembangan (R & D) sebesar 1 persen dari GDP yang perlu terus

PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI JIWA ENDOWMEN UNIT LINK DENGAN METODE POINT TO POINT

PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI JIWA ENDOWMEN UNIT LINK DENGAN METODE POINT TO POINT Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 1 PENENTUAN TINGKAT PARTISIPASI PADA ASURANSI JIWA ENDOWMEN UNIT LINK DENGAN METODE POINT TO POINT Erna Hayati *) *) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERKARA KEPAILITAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN

TINJAUAN YURIDIS PERKARA KEPAILITAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN TINJAUAN YURIDIS PERKARA KEPAILITAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN Dhevi Nayasari Sastradinata *) *) Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Berlatar belakang

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004 29 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004 Pasal 144 UU No. 37 Tahun 2004 menentukan, debitor pailit berhak untuk

Lebih terperinci

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 1 Tahun - Jangka Waktu Hibah - Kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dianggap mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah

Lebih terperinci

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1 TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1 I. TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN Putusan perkara kepailitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup memberikan dampak yang negatif terhadap keadaan ekonomi di Indonesia. Krisis ekonomi tersebut,

Lebih terperinci

HUKUM DAGANG. Panji Susilo ( ) 03 HUKMD 417 KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

HUKUM DAGANG. Panji Susilo ( ) 03 HUKMD 417 KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG HUKUM DAGANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Panji Susilo (2012020338) 03 HUKMD 417 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG SELATAN 2013 Kata pengantar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Restrukturisasi utang perusahaan debitor dalam rangka membayar utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu: 1. dengan pendekatan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG 2.1. Pengertian Utang Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 2 ayat (1) menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterpurukan perekonomian Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan menyisakan sedikit yang mampu bertahan.

Lebih terperinci

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN, bahwa pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU; 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kepailitan 1. Dasar Hukum dan Pengertian Kepailitan Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: 10) adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PENGERTIAN PERDAMAIAN

PENGERTIAN PERDAMAIAN 1 PENGERTIAN PERDAMAIAN Suatu Perdamaian dalam kepailitan pada dasarnya adalah suatu kesepakatan antara debitur dan kreditor utk merestrukturisasi utang secara paksa (kreditur konkuren). Penyelesaian utang-piutang

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di Mekanisme Perdamaian dalam Kepailitan Sebagai Salah Satu Cara Penyelesaian Utang Menurut Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Kasus PT. Pelita

Lebih terperinci

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Ranitya Ganindha, SH. MH. Dosen Hukum Dagang Fakultas Hukum Univ Brawijaya Dalam suatu kegiatan usaha / bisnis berutang merupakan hal yang lazim. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam

BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA. apabila proses On Going Concern ini gagal ataupun berhasil dalam 43 BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL APABILA ON GOING CONCERN GAGAL DALAM PELAKSANAANNYA 3.1 Batasan Pelaksanaan On Going Concern Dalam berbagai literatur ataupun dalam UU KPKPU-2004 sekalipun tidak ada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan BAB IV PEMBAHASAN A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit Karyawan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam

Lebih terperinci

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 3 B. Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

Lebih terperinci

PREMI TUNGGAL ASURANSI JIWA SEUMUR HIDUP UNIT LINK DENGAN GARANSI MINIMUM DAN NILAI CAP MENGGUNAKAN METODE POINT TO POINT

PREMI TUNGGAL ASURANSI JIWA SEUMUR HIDUP UNIT LINK DENGAN GARANSI MINIMUM DAN NILAI CAP MENGGUNAKAN METODE POINT TO POINT PREMI TUNGGAL ASURANSI JIWA SEUMUR HIDUP UNIT LINK DENGAN GARANSI MINIMUM DAN NILAI CAP MENGGUNAKAN METODE POINT TO POINT Ni Luh Juliantari 1, I Wayan Sumarjaya 2, I Nyoman Widana 3 1 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014 Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Ranitya Ganindha, SH. MH. Dosen Hukum Dagang Fakultas Hukum Univ Brawijaya Dalam suatu kegiatan usaha / bisnis berutang merupakan hal yang lazim. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH PERSEROAN TERBATAS (PT) SEBAGAI DEBITOR UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN PKPU

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH PERSEROAN TERBATAS (PT) SEBAGAI DEBITOR UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN PKPU 21 BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH PERSEROAN TERBATAS (PT) SEBAGAI DEBITOR UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN PKPU Debitor yang mengetahui bahwa keadaan keuangannya berada dalam kesulitan sehingga

Lebih terperinci

UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004)

UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004) Copyright (C) 2000 BPHN UU 37/2004, KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG *15705 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDINESIA (UU) NOMOR 37 TAHUN 2004 (37/2004) TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN

Lebih terperinci

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS DASAR HUKUM tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia demi mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, yang merata secara materiil maupun

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga JOURNAL SKRIPSI KEDUDUKAN HUKUM KURATOR PERUSAHAAN DEBITOR PAILIT YANG DILANJUTKAN KEGIATAN USAHANYA Oleh : NIM. 031011202 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015 JURNAL SKRIPSI ABSTRAKSI Didalam dinamika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk. BAB IV ANALISIS C. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk. Salah satu upaya penyelamatan kebangkrutan perusahaan dapat dilakukan dengan cara yuridis

Lebih terperinci

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah BAB VIII KEPAILITAN Dalam undang-undang kepailitan tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan kepailitan tetapi hanya menyebutkan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. restrukturisasi dengan musyawarah dan mufakat, atau

BAB I PENDAHULUAN. restrukturisasi dengan musyawarah dan mufakat, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Restrukturisasi utang perusahaan debitor dalam rangka membayar utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu: 1. dengan pendekatan antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Perusahaan adalah badan usaha yang dibentuk untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang ekonomi. Sebagai badan yang dibentuk untuk menjalankan usaha maka perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA 20 BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA A. Pengertian PKPU Istilah PKPU (suspension of payment) sangat akrab dalam hukum kepailitan. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Penundaan kewajiban pembayaran utang

Penundaan kewajiban pembayaran utang Penundaan kewajiban pembayaran utang PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitor atau kreditor Debitor mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja merupakan salah satu instrumen dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai salah satu

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. 1. PKPU sebagai upaya untuk menghindari kepailitan. PKPU diatur dalam Bab II dari Pasal 222 sampai dengan Pasal 298 UUK PKPU.

II. Tinjauan Pustaka. 1. PKPU sebagai upaya untuk menghindari kepailitan. PKPU diatur dalam Bab II dari Pasal 222 sampai dengan Pasal 298 UUK PKPU. II. Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Terhadap Permohonan PKPU 1. PKPU sebagai upaya untuk menghindari kepailitan PKPU diatur dalam Bab II dari Pasal 222 sampai dengan Pasal 298 UUK PKPU. Lembaga PKPU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterbatasan finansial atau kesulitan keuangan merupakan hal yang dapat dialami oleh siapa saja, baik orang perorangan maupun badan hukum. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadilan akan terpenuhi apabila berbagai elemen yang berbeda kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara harmonis, termasuk kepentingan pemilik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. A. Pengertian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. A. Pengertian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG A. Pengertian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Ketentuan PKPU yang berlaku di Indonesia masih menjadi satu dengan Undang-Undang Kepailitan,

Lebih terperinci

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN NIAGA NO: 01/ PEMBATALAN PERDAMAIAN/ 2006/ PN. NIAGA.JKT. PST. TENTANG PEMBATALAN PERDAMAIAN TERHADAP P.T. GORO BATARA SAKTI (SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU A. Prosedur Permohonan PKPU Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur dapat terhindar dari ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketika

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Dasar Hukum Kepailitan Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari bahasa Belanda yaitu Faiyit yang mempunyai arti ganda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 15 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diberikan tinjauan pustaka, teori penunjang dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka terdiri dari penelitian-penelitian sebelumnya yang mendasari skripsi ini, teori

Lebih terperinci

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR 3.1. Upaya Hukum dalam Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dalam penyelesaian permasalahan utang

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H A. PENGANTAR Disaat pertama kali kita mendengar Pailit, maka yang pertama kali ada di dalam bentak kita adalah bangkrut. Bangkrut, diidentikkan dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Van Koophandel (WvK), buku Ketiga yang berjudul Van de Voordieningen in Geval

BAB I PENDAHULUAN. Van Koophandel (WvK), buku Ketiga yang berjudul Van de Voordieningen in Geval 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaturan kepailitan di Indonesia sebelum tahun 1945, diatur dalam Wetboek Van Koophandel (WvK), buku Ketiga yang berjudul Van de Voordieningen in Geval van

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia yang semakin kompleks mengakibatkan semakin meningkatnya pula kebutuhan ekonomi masyarakat terutama para pelaku usaha. Dalam menjalani kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sarana hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan nasional adalah peraturan tentang kepailitan termasuk peraturan tentang penundaan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dan perdagangan serta pengaruh globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh para pengusaha pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Didalam pasal 222 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang. kepailitan dan PKPU, dikatakan Debitur yang tidak dapat atau

BAB V PENUTUP. 1. Didalam pasal 222 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang. kepailitan dan PKPU, dikatakan Debitur yang tidak dapat atau BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Didalam pasal 222 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU, dikatakan Debitur yang tidak dapat atau memperkirakan dapat melanjutkan membayar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa gejolak moneter

Lebih terperinci

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS) PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR 1 Menyimpan: Surat,dokumen, uang, perhiasan, efek, surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima (Ps.98 UUK) MENGAMANKAN HARTA PAILIT

Lebih terperinci

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS) 1 Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS) Debitor Pailit menjadi Insolvensi, 2 Jika : Pada rapat pencocokan piutang, Debitor tdk mengajukan rencana Perdamaian Rencana

Lebih terperinci

: Premi Tunggal Bersih Asuransi Jiwa Seumur Hidup Unit Link. : 1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. Drs. I Nyoman Widana, M.

: Premi Tunggal Bersih Asuransi Jiwa Seumur Hidup Unit Link. : 1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. Drs. I Nyoman Widana, M. Judul : Premi Tunggal Bersih Asuransi Jiwa Seumur Hidup Unit Link dengan Garansi Minimum dan Nilai Cap Menggunakan Metode Point To Point Nama : Ni Luh Juliantari Pembimbing : 1. I Wayan Sumarjaya, S.Si,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia membuat utang menjadi membengkak luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang perkembangan dan perekonomian, dalam perekonomian banyak faktor yang mempengaruhi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perjanjian utang piutang, para pihak yang terkait adalah debitor dan kreditor. Gatot Supramono menjelaskan bahwa pihak yang berpiutang atau memberi pinjaman

Lebih terperinci

BAB II. A. Akibat Hukum Dikabulkannya Permohonan Kepailitan Terhadap Debitor Maupun Kreditor Serta Harta Pailit

BAB II. A. Akibat Hukum Dikabulkannya Permohonan Kepailitan Terhadap Debitor Maupun Kreditor Serta Harta Pailit BAB II HAK SUARA KREDITOR SEPARATIS DALAM PERSETUJUAN PENGAJUAN UPAYA PERDAMAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG A. Akibat Hukum Dikabulkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan perekonomian dan perdagangan serta pengaruh globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak masalah. Modal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepailitan biasanya pada umumnya dikaitkan dengan utang piutang antara debitor dengan kreditor yang didasarkan pada perjanjian utang piutang atau perjanjian

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014 AKIBAT HUKUM PUTUSAN PENGADILAN NIAGA TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 1 Oleh : Evie Sompie 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perjanjian kredit, pihak kreditor perlu untuk mengantisipasi kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada kepastian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga Putusan pernyataan pailit adalah putusan yang diberikan oleh pengadilan niaga atas permohonan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar ganti rugi atau disebut dengan penanggung. Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik atau wederkerig

BAB I PENDAHULUAN. membayar ganti rugi atau disebut dengan penanggung. Perjanjian asuransi adalah perjanjian timbal balik atau wederkerig 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan lembaga asuransi atau pertanggungan semakin dirasakan baik oleh perorangan maupun badan usaha di Indonesia. Seseorang atau badan usaha secara pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Krisis ekonomi yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir ini memberi pengaruh yang tidak menguntungkan terbadap kehidupan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam, sumber manusia termasuk juga perkembangan di sektor ekonomi dan bisnis. Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I. tidak dipakai. Sangat sedikit kasus-kasus yang ada saat itu yang mencoba memakai peraturan

BAB I. tidak dipakai. Sangat sedikit kasus-kasus yang ada saat itu yang mencoba memakai peraturan BAB I A. Alasan Pemilihan Judul Pailit adalah suatu keadaan dimana seorang debitor tidak mempunyai kemampuan lagi untuk melakukan pembayaran atas utang-utangnya kepada kreditor, dan pernyataan pailit atas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN. Abstrak

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN. Abstrak IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN Riska Wijayanti 1, Siti Malikhatun Bariyah 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengkaji

Lebih terperinci

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN Oleh: Adem Panggabean A. PENDAHULUAN Pada dunia bisnis dapat terjadi salah satu pihak tidak dapat melakukan kewajibannya membayar hutang-hutangnya kepada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Kepailitan 1. Pengertian Pailit dan Kepailitan Kepailitan secara etimologi berasal dari kata pailit. Istilah pailit berasal dari kata Belanda yaitu failliet yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era modern ini Indonesia harus menghadapi tuntutan yang mensyaratkan beberapa regulasi dalam bidang ekonomi. tidak terkecuali mengenai perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH DEBITUR. Sebelum keluarnya UUK dan PKPU, peraturan perundang-undangan yang

BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH DEBITUR. Sebelum keluarnya UUK dan PKPU, peraturan perundang-undangan yang BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH DEBITUR A. Syarat dan Prosedur Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang Diajukan Oleh Debitur Sebelum keluarnya UUK dan PKPU, peraturan

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN DIAM (STANDSTILL) DALAM HUKUM KEPAILITAN INDONESIA. Konsep keadaan diam atau standstill merupakan hal yang baru dalam

BAB II KEADAAN DIAM (STANDSTILL) DALAM HUKUM KEPAILITAN INDONESIA. Konsep keadaan diam atau standstill merupakan hal yang baru dalam BAB II KEADAAN DIAM (STANDSTILL) DALAM HUKUM KEPAILITAN INDONESIA A. Pengertian Keadaan Diam (Standstill) Konsep keadaan diam atau standstill merupakan hal yang baru dalam Undang-Undang Kepaillitan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN. 2.8 Pengertian, Dasar Hukum, dan Tujuan Kepailitan. failite yang artinya kemacetan pembayaran.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN. 2.8 Pengertian, Dasar Hukum, dan Tujuan Kepailitan. failite yang artinya kemacetan pembayaran. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN 2.8 Pengertian, Dasar Hukum, dan Tujuan Kepailitan Menurut Peter Mahmud, kata Pailit berasal dari bahasa Perancis yaitu failite yang artinya kemacetan pembayaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi menyebabkan meningkatnya usaha dalam sektor Perbankan. Fungsi perbankan yang paling utama adalah sebagai lembaga intermediary, yakni menghimpun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul hanya dari adanya perjanjian utang-piutang sedangkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul hanya dari adanya perjanjian utang-piutang sedangkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Utang-piutang 1. Pengertian utang Pengertian utang pada dasarnya dapat diartikan secara luas maupun secara sempit. Pengertian utang dalam arti sempit adalah suatu kewajiban yang

Lebih terperinci

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR A. Akibat Kepailitan Secara Umum 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit Dengan dijatuhkannya putusan pailit oleh

Lebih terperinci

BAB II HUKUM KEPAILITAN. Sri Redjeki Hartono dapat dipilah menjadi 3 masa yakni masa sebelum

BAB II HUKUM KEPAILITAN. Sri Redjeki Hartono dapat dipilah menjadi 3 masa yakni masa sebelum BAB II HUKUM KEPAILITAN A. Sejarah Hukum Kepailitan Dalam sejarah berlakunya Peraturan Kepailitan di Indonesia, menurut Sri Redjeki Hartono dapat dipilah menjadi 3 masa yakni masa sebelum Faillisement

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

BAB II PENGATURAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 BAB II PENGATURAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 A. Syarat Peraturan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dalam ilmu hukum dagang, penundaan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 menentukan bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan jika terdapat fakta atau keadaan yang terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, baik orang perorangan (natural person) maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, baik orang perorangan (natural person) maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan, baik orang perorangan (natural person) maupun suatu badan hukum (legal entity) adakalanya tidak memiliki uang yang cukup untuk membiayai keperluan atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Terhadap kasus yang dihadapi oleh PT Metro Batavia dan International Lease

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Terhadap kasus yang dihadapi oleh PT Metro Batavia dan International Lease BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah hal-hal yang telah dijelaskan dalam bab I, II, III, dan Bab IV, disini penulis berkesimpulan bahwa: 1. Berdasarkan pada data dan fakta yang telah dianalisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN INDEPENDENSI KEWENANGAN PENGURUS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU)

BAB II PENGATURAN INDEPENDENSI KEWENANGAN PENGURUS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) BAB II PENGATURAN INDEPENDENSI KEWENANGAN PENGURUS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) A. Dasar Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Dalam ilmu hukum dagang, Penundaan Kewajiban

Lebih terperinci

Kepailitan. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates

Kepailitan. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates Kepailitan Miko Kamal Principal, Miko Kamal & Associates Sejarah Kepailitan Pada masa Hindia- Belanda: Faillissements- verordening Staatblad 1905:217 juncto Staatblad 1906: 348) Masa merdeka: - Peraturan

Lebih terperinci

BAB VII PERADILAN PAJAK

BAB VII PERADILAN PAJAK BAB VII PERADILAN PAJAK A. Peradilan Pajak 1. Pengertian Keputusan adalah suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI 1. Ketentuan Dalam Pasal 21 UUJF Mengenai Benda Persediaan yang Dialihkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. BAB III PEMBAHASAN A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. Semua harta benda dari si pailit untuk kepentingan kreditur secara bersama-sama. Kedudukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perusahaan Asuransi 1. Pengertian Perusahaan Asuransi Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau

Lebih terperinci