PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA KEDOKTERAN PREKLINIK DENGAN KLINIK DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA KEDOKTERAN PREKLINIK DENGAN KLINIK DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012"

Transkripsi

1 PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA KEDOKTERAN PREKLINIK DENGAN KLINIK DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Adelita Tri Rahmawati NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M

2

3

4

5 KATA PENGANTAR Assalamu alaikumwr.wb Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan inayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir riset yang berjudul Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. dr. Hendro Birowo, SpS, selaku Dosen pembimbing penelitian, yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasihat kepada peneliti selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini. 4. dr. Rachmania Diandini, MKK, selaku Dosen pembimbing penelitian, yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada peneliti serta memberikan banyak masukan dan motivasi kepada peneliti dalam proses penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini. 5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program Studi Pendidikan Dokter 2009, yang telah memberikan motivasi terhadap penyelesaian penelitian ini. v

6 6. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, cinta, bimbingan dan motivasi serta pengertian pada peneliti. 7. Sahabat sahabat tercinta terutama Angelia, Adinda, Rahmatul, Ayesha, Eka, Resti, Amel yang selalu menyediakan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dan juga kepada Dian F, Reani Z, Ibnu I, Wildan A, selaku teman kelompok yang selalu kompak dalam mengerjakan penelitian bersama serta seluruh teman seperjuangan PSPD angkatan 2009 FKIK UIN Jakarta yang telah memberikan semangat, bantuan dan kenangan terindah yang tak terlupakan. Peneliti sadar laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun diharapkan dari para pembaca. Akhir kata, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat berguna bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Jakarta, 18 September 2012 Peneliti vi

7 ABSTRAK Adelita Tri Rahmawati. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Derajat Depresi Antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik Dengan Klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2012 Penduduk di Indonesia sekitar 15% diketahui mengalami depresi yang disebabkan tekanan hidup yang semakin berat. Depresi dapat terjadi pada mahasiswa kedokteran tahap pendidikan preklinik dan klinik dikarenakan tuntutan belajar pada mahasiswa kedokteran lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner Hamilton Depression Rating Scale (HDRS). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dan desain penelitian cross sectional serta teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Responden berjumlah 144 orang, preklinik 72 orang, dan klinik 72 orang yang berusia tahun. Data dianalisis menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p = 0,191. Kesimpulan tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Kata Kunci: Depresi, Tahap pendidikan preklinik, Tahap pendidikan klinik ABSTRACT Adelita Tri Rahmawati. Medicine Study Programe.The Difference of Depression between Preclinical and Clinical Medical Students in Islamic State University Population in Indonesia about 15% are known depressed caused more severe life stressors. Depression can occur in preclinical and clinical education phase of medical students, because the demands of studying on medical students, higher than the general population. This research aims to reveal the difference of depression between preclinical and clinical medical students in Islamic State University. This research was held by interviewing preclinical and clinical medical students with HDRS (Hamilton Depression Rating Scale) questionaires. It used analytic study with cross sectional research designs. The methode of sampling is stratified random sampling. 144 respondents were participated in this study, which are 72 preclinical medical students and 72 clinical medical students, aged years. This study used Kolmogorov-Smirnov test. The result showed that p = 0,191. The conclusion there is notdifference of depression between preclinical and clinical medical students Keywords: Depression, Preclinical education phase, Clinical education phase vii

8 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Definisi Depresi Struktur Otak Etiologi Depresi Social Readjustment Rating Scale (SRRS) Gejala Depresi Klasifikasi Depresi Tingkatan Depresi Tinjauan Tentang Proses Belajar Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Kerangka Konsep Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Kriteria Penelitian Identifikasi Variabel Instrumen Penelitan Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data Alur Penelitian Metode Pengolahan Data Analisis Data Etik Penelitian viii

9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Reponden Distribusi Frekuensi Derajat Depresi Perbedaan Derajat Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik Keterbatasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 The Social Readjustment Rating Scale (SRRS)... 9 Tabel 4.1 Distribusi responden pada mahasiswa kedokteran preklinik dan 27 klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Derajat Depresi berdasarkan tahun 28 angkatan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Tabel 4.3 Perbedaan derajat depresi berdasarkan jenis kelamin pada 29 mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Tabel 4.4 Perbedaan derajat depresi mahasiswa kedokteran preklinik 31 dengan klinik di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gejala Depresi xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Formulir Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 2 Kuesioner Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik Lampiran 4 Riwayat Penulis xii

13 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Depresi adalah salah satu gangguan mood yang merupakan gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu arah atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, motivasi, fungsi, perilaku motorik dan perubahan kognitif. Pada umumnya seseorang yang mengalami depresi mempunyai nada bicara pesimistik dan ekspresi wajah yang putus asa. 1 Gangguan depresi merupakan kelainan psikiatrik yang paling sering dijumpai. Di Amerika Serikat, prevalensi kejadian gangguan depresi adalah 20% pada wanita dan 12% pada pria, 10% pada pasien yang sedang menderita penyakit kronik. Pakar riset klinik untuk unit neuropsikiatri Roche International Clinical Research Centre, Strasbourg (2010) mengemukakan bahwa gangguan depresi merupakan gangguan yang paling banyak dari gangguan mental dan prevalensi sepanjang hidupnya sekitar 15 %. Boleh dikatakan bahwa setiap orang pada masa hidupnya pernah menderita depresi sampai pada tingkat tertentu. 2 Penduduk di Indonesia sekitar 15% diketahui mengalami depresi yang disebabkan tekanan hidup yang semakin berat. 3 Mahasiswa rentan terhadap kejadian depresi. Stresor psikososial adalah keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut terpaksa harus bisa beradaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul. Perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu faktor pencetus depresi pada mahasiswa. Kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan sukses atau tidaknya seseorang dalam belajar, tetapi ketenangan jiwa juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menggunakan kecerdasan tersebut. 4 Depresi dapat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, karena depresi dapat menyebabkan manifestasi psikomotor berupa keadaan gairah, semangat, aktivitas serta produktivitas kerja menjadi menurun, konsentrasi dan daya pikir melambat.

14 2 Manifestasi psikomotor tersebut bisa membawa pengaruh pada prestasi belajar jika seseorang tersebut adalah siswa yang sedang aktif dalam proses belajar. 5 Pada penelitian Brauser (2010), dikatakan bahwa mahasiswa kedokteran mengalami tingkat depresi, kelelahan, dan mental yang lebih tinggi daripada populasi umum, dengan kesehatan mental yang memburuk selama proses belajar, mahasiswa kedokteran memiliki risiko lebih tinggi keinginan bunuh diri karena tingginya tingkat kelelahan. 6 Pada penelitian Wahyu (2010) di UNS dikatakan bahwa mahasiswa fakultas kedokteran harus menjalani masa studi preklinik di universitas terlebih dahulu sebelum menjadi mahasiswa klinik yaitu ko-asisten (dokter muda) dirumah sakit. Studi preklinik relatif lebih mudah dibandingkan studi klinik, pada studi klinik mahasiswa langsung berhadapan dengan pasien dan mendapat kesempatan untuk melakukan tindakan medis, sehingga mahasiswa klinik harus mempertanggungajawabkan segala yang telah dipelajarinya semasa menjadi mahasiswa preklinik, sementara mahasiswa preklinik tidak terbebani oleh hal-hal tersebut. 7 Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan derajat depresi antara mahasiwa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Sehingga dapat diketahui perbedaan derajat depresi mahasiswa preklinik dan klinik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan derajat depresi antara mahasiwa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012? 1.3 Hipotesis H1: Terdapat perbedaan derajat depresi antara mahasiswa klinik dan preklinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

15 3 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Diketahui adanya perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Tujuan Khusus 1. Diketahuinya prevalensi derajat depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Diketahuinya distribusi frekuensi derajat depresi berdasarkan tahun angkatan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Diketahuinya distribusi frekuensi derajat depresi berdasarkan jenis kelamin di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Diketahuinya perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Diketahuinya perbedaan derajat depresi berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa preklinik dan ko-asisten Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran jiwa pada mahasiswa kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pembimbing Akademik (PA), psikiater, psikolog, mahasiswa dan berbagai pihak yang terkait guna membantu kelancaran proses belajar mengajar mahasiswa dalam menyelesaikan studi. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan di masa

16 4 mendatang. Serta diharapkan dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya. 3. Peneliti Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.

17 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Definisi Depresi Depresi adalah gangguan mood yang ditandai oleh adanya disregulasi mood, gangguan aktivitas psikomotor, gangguan pada bioritme dan gangguan fungsi kognitif. 8 Menurut Kaplan, depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. 9 Maramis memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi. Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologi, seperti kebanggaan, kekecewaan. Sedangkan emosi merupakan manifestasi dari afek yang keluar dan disertai oleh banyak komponen fisiologis, biasanya berlangsung relative tidak lama, misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan Struktur Otak Studi neuroimaging fungsional mendukung hipotesis bahwa keadaan depresi dikaitkan dengan penurunan aktivitas metabolisme dalam struktur neokorteks dan peningkatan aktivitas metabolik dalam struktur limbik. Neuron serotonergik terlibat dalam gangguan afektif yang ditemukan dalam dorsal raphe nucleus, sistem limbik, dan korteks kiri prefrontal. 11 Sebuah meta-analisis membandingkan struktur otak pada pasien dengan depresi berat, sehat, dan pada pasien dengan gangguan bipolar menunjukkan asosiasi antara depresi dan peningkatan ukuran ventrikel lateral, banyaknya volume cairan serebrospinal, dan sedikitnya volume dari ganglia basal, talamus, hipokampus, lobus

18 6 frontal, korteks orbitofrontal, dan girus rektus. Pasien yang mengalami depresi memiliki volume hipokampus yang lebih sedikit. 12 Dalam sebuah penelitian, gambar positron emission tomographic (PET) menunjukkan menurunnya aktivitas normal di daerah korteks prefrontal pada pasien dengan depresi unipolar dan depresi bipolar. Wilayah ini berkaitan dengan respon emosional dan memiliki koneksi luas dengan otak daerah lain, termasuk daerah yang tampaknya bertanggung jawab untuk pengaturan dopamin, noradrenalin (locus ceruleus), dan 5-hydroxytryptamine (5-HT). 11 Kelainan fungsional dan struktural ditemukan di daerah otak yang sama selama episode depresi besar. (Sacher dkk) menemukan peningkatan metabolisme glukosa dalam subgenual dan pregenual korteks cingulate anterior kanan, selain itu terdapat penurunan volume gray matter di korteks, dorsal fronto median cortex, dan right paracingulate cortex Etiologi Depresi Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat dibagi menjadi beberapa faktor, antara lain: faktor biologi, faktor genetik, faktor psikologi dan faktor lingkungan sosial a. Faktor biologi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5-Hidroksi indol asetic acid (5-HIAA), Homovanilic acid (HVA), 5 methoxy-0-hydroksi phenyl glycol (MPGH), didalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi. 9 Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin

19 7 menurun seperti parkinson yang disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi. 9 Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic- Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti. 13 Hipersekresi Corticotropin-Releasing-Hormone (CRH) merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH. 9 Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH. 13 b. Faktor Genetik Pola genetik penting dalam perkembangan gangguan mood, pola pewarisan genetik melalui mekanisme yang sangat kompleks, didukung dengan penelitianpenelitian sebagai berikut: 1. Penelitian keluarga Dari penelitian keluarga secara berulang ditemukan bahwa sanak keluarga turunan pertama dari penderita gangguan bipolar, berkemungkinan 8-18 kali lebih besar untuk terjadi depresi dan 2-10 kali lebih mungkin untuk menderita gangguan depresi berat dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki

20 8 keluarga yang mengalami gangguan bipolar. Sanak keluarga turunan pertama dari seorang penderita berat berkemungkinan 1,5-2,5 kali lebih besar untuk terjadi bipolar dan 2-3 kali lebih mungkin menderita depresi berat dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki keluarga yang mengalami gangguan bipolar Penelitian adopsi Penelitian ini telah mengungkapkan adanya hubungan faktor genetik dengan gangguan depresi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa anak biologis dari orang tua yang menderita depresi tetap beresiko menderita gangguan mood, Walaupun jika mereka dibesarkan oleh keluarga angkat yang tidak menderita gangguan Penelitian kembar Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan bipolar pada anak kembar monozigotik persen dan untuk gangguan depresi sekitar 50 persen. Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah kira-kira 5-25 persen untuk gangguan bipolar dan persen untuk gangguan depresi berat. 5 c. Faktor psikologi Sampai saat ini tidak ada sifat atau kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia dapat menjadi depresi dalam keadaan tertentu. Tetapi tipe kepribadian dependen-oral, obsesifkompulsif, histerikal, mungkin berada dalam risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid dan lainnya dengan menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan dalam menghadapi stressor. Tidak ada bukti hubungan gangguan kepribadian tertentu dengan gangguan bipolar pada kemudian hari. Tetapi gangguan distimik dan gangguan siklotimik berhubungan dengan perkembangan gangguan bipolar di kemudian harinya. 5

21 9 d. Faktor lingkungan sosial Berdasarkan penelitian, depresi dapat membaik jika klinisi memberikan pasien yang terkena depresi suatu rasa pengendalian dan penguasaan lingkungan. Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan adalah peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering didahului oleh episode pertama gangguan mood. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan. Stresor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi Social Readjustment Rating Scale (SRRS) Social Readjustment Rating Scale (SRRS) atau yang biasa dikenal dengan Holmes and Rahe Stress Scale merupakan sebuah daftar 43 stresor kehidupan yang dapat berkontribusi terhadap kesehatan terutama terhadap terjadinya depresi. 14 Untuk mengukur stres menurut Holmes dan Rahe, jumlah nilai yang berlaku untuk peristiwa-peristiwa dalam satu tahun terakhir dari kehidupan individu ditambahkan, kemudian skor akhir akan memberikan perkiraan kasar tentang bagaimana stres mempengaruhi kesehatan. 14

22 10 Tabel 2.1 The Social Readjustment Rating Scale (SRRS) Peristiwa kehidupan Nilai Kematian pasangan hidup 100 Perceraian 73 Perpisahan dalam pernikahan 65 Dipenjara 63 Menderita penyakit 53 Pernikahan 50 Dihentikan dari pekerjaan 47 Pemulihan hubungan pernikahan 45 pensiun 45 Perubahan kesehatan yang berat pada anggota 44 keluarga Hamil 40 Kesulitan dalam bidang seksual 39 Kehadiran anggota keluarga baru 39 Penyesuaian kembali dalam bisnis 39 Perubahan situasi keuangan 38 Kematian teman dekat 37 Perubahan bidang pekerjaan 36 Perubahan seringnya terjadi pertengkaran 35 dalam pernikahan Pengadaian atau peminjaman untuk pembelian 31 kebutuhan primer Pencabutan hak mendapatkan pinjaman atau 30 pengadaian Masalah dengan mertua 29 Anak meninggalkan rumah 29 Perubahan tanggungjawab dalam pekerjaan 29 Prestasi pribadi menurun 28 Mulai atau berhenti bekerja Mulai atau mengakhiri sekolah Perubahan dalam kondisi kehiudpan 25 Perubahan kebiasaan pribadi 24 Masalah dengan bos 23 Perubahan kondisi kerja atau jam kerja 20 Pindah rumah 20 Pindah sekolah 20 Perubahan kebiasaan rekreasi 19 Perubahan dalam aktivitas beribadah 19 Perubahan dalam kegiatan sosial 18 Pinjaman untuk pembelian barang-barang 17 sekunder Perubahan dalam kebiasaan tidur 16 Perubahan dalam jumlah pertemuan keluarga 15 Perubahan pola makan 15 Liburan 13 Perayaan hari besar umat beragama 12 Pelanggaran hukum 11 Sumber : Holmes & Rahe, 1967

23 11 Skor >300 : Sangat berisiko terkena penyakit Skor : Risiko penyakit adalah sedang (berkurang 30% dari risiko di atas). Skor <150: Hanya memiliki sedikit risiko penyakit Gejala Depresi Gejala utama depresi terdiri dari: 1 a. Perubahan pada kondisi emosional Perubahan pada kondisi mood, seperti periode perasaan terpuruk terus menerus, sedih atau muram. Penuh dengan air mata atau menangis serta meningkatnya iritabilitas yaitu mudah tersinggung. b. Perubahan dalam motivasi Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. Menurunya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas yang menyenangkan. Menurunnya minat pada seks, serta gagal untuk berespon pada pujian atau reward. c. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik Gejala-gejala motorik yang dominan dan penting dalam depresi adalah retardasi motor yakni tingkah laku motorik yang berkurang atau lambat, bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan dari biasanya. Beraktivitas kurang efektif atau energik dari pada biasanya, orang-orang yang menderita depresi sering duduk dengan sikap yang terkulai dan tatapan yang kosong tanpa ekspresi. Gejala lainnya: a. Konsentrasi dan perhatian berkurang b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

24 12 f. Tidur terganggu g. Nafsu makan berkurang Gambar 2.1 Gejala Depresi. Sumber : Baldwin & Birtwistle, Klasifikasi Depresi DSM-IV mendefenisikan bahwa gangguan mood berbeda dalam hal penampilan klinis, perjalanan penyakit, genetik dan respon pengobatan. Kondisi ini dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya maniak (bipolar atau unipolar), beratnya penyakit (mayor atau minor) dan peran kondisi medis atau psikiatrik lainnya sebagai penyebab gangguan (primer atau sekunder) sehingga depresi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Gangguan mood mayor: depresi mayor atau tanda dan gejala maniak. a. Gangguan Bipolar I (maniak-depresi): maniak pada masa lalu atau saat ini (dengan atau tanpa adanya depresi atau riwayat depresi). Kadang-kadang depresi mayor muncul. b. Gangguan Bipolar II: hipomania dan depresi mayor harus ada saat ini atau pernah ada. c. Gangguan Depresi Mayor: depresi berat saja.

25 13 2. Gangguan mood spesifik lainnya :depresi minor dan tanda atau gejala maniak. a. Gangguan distimik: depresi saja. b. Gangguan siklotimik: gejala depresi dan hipomaniak saat ini atau baru saja berlalu (secara terus-menerus selama 2 tahun). 3. Gangguan mood: akibat kondisi medis umum dan gangguan mood yang diinduksi zat, bisa depresi, maniak, atau campuran, ini merupakan gangguan mood sekunder. 4. Gangguan penyesuaian dengan mood depresi: depresi yang disebabkan oleh adanya stesor Tingkatan Depresi Dalami (2009) membagi beberapa tingkatan depresi dengan gejala yang berbeda: Depresi ringan Setiap individu pasti pernah mengalaminya yang ciri-cirinya lain bersifat sementara, alamiah adanya rasa sedih perubahan proses pikir, komunikasi dan hubungan sosial kurang baik dan merasa tidak nyaman. 2. Depresi sedang a. Afek: Murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan, dan harga diri rendah. b. Proses pikir: Perhatian sempit, berpikir lambat, ragu-ragu atau bimbang, konsentrasi menurun, berpikir rumit dan putus asa serta pesimis. c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik: bergerak lamban, tugas-tugas terasa berat, tubuh lemah dan sakit kepala dan dada, mual, muntah, konstipasi, nafsu makan dan berat badan menurun, tidur terganggu. d. Pola komunikasi: Bicara lambat, berkurang komunikasi verbal dan komunikasi non verbal meningkat. e. Partisipasi sosial: Menarik diri, tidak mau bekerja atau sekolah, mudah tersinggung, bermusuhan, tidak memperhatikan kebersihan diri.

26 14 3. Depresi Berat Mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu depresi berat (rasa sedih tertentu dan mania (rasa gembira yang berlebihan disertai dengan gerakan yang hiperaktif) a. Gangguan Afek: Pandangan kosong, persaan hampa, murung,putus asa dan inisiatif kurang b. Gangguan Proses Pikir: Halusinasi dan waham, konsentrasi berkurang, pikiran merusak diri c. Sensasi Somatic dan aktifitas motorik: Diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurangnya perawatan diri, tidak mau makan dan minum, berat badan menurun, bangun pagi sekali dengan perasaan tidak enak, tugas ringan terasa berat. d. Pola Komunikasi: introvert, tidak ada sama sekali komunikasi verbal. e. Partipasi Sosial : Kesulitan menjalankan peran sosial, isolasi sosial (menarik diri) Tinjauan Tentang Proses Belajar Mahasiswa kedokteran dibagi menjadi dua tahapan pendidikan, yaitu mahasiswa yang menempuh program sarjana dan mahasiswa yang menempuh profesi kedokteran. Untuk menempuh jenjang profesi, mahasiswa harus menyelesaikan program sarjana terlebih dahulu. Maka dari itu mahasiswa dituntut belajar. Beberapa definisi belajar adalah sebagai berikut: a. Definisi Belajar Hilgard dan Bower, dalam Theories of Learning (1997) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon bawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

27 15 Morgan, dalam Introduction to Psychology (1978) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. b. Fase-Fase Belajar Menurut Wiltig (1981) dalam Psychology of Learning, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan: a) Perolehan atau penerimaan informasi (Acquasition) b) Penyimpanan informasi (Storage) c) Mendapatkan kembali informasi (Retrieval) Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi. Menurut Jerome S. Brunner, juga terdapat 3 fase yaitu: a) Fase informasi (penerimaan materi) b) Fase transformasi (pengubahan materi) c) Fase evaluasi (penilaian materi) Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi

28 16 yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan orang yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seseorang menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada penjelasan rinci mengenai cara evaluasi ini, tetapi agaknya analog dengan peristiwa retrieval untuk merespons lingkungan yang sedang dihadapi. c. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Menurut Muhibbin Syah (1995), faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi 2 macam: 1) Faktor internal a) Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani dan torus (tegangan otot) yang menandai tingkat hubungan organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas belajar. b) Aspek psikologis Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas belajar. Namun faktor-faktor yang esensial adalah tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi. 2) Faktor eksternal a) Lingkungan sosial Lingkungan sosial mahasiswa contohnya dosen, staf administrasi, temanteman kuliah, masyarakat, tetangga, serta teman-teman di kost. Lingkungan

29 17 sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dari mahasiswa. b) Lingkungan non-sosial Contoh lingkungan non-sosial adalah gedung tempat belajar dan letaknya, rumah tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, serta keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan. d. Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini adalah langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale merupakan instrumen untuk mengukur derajat depresi pada anak-anak maupun pada orang dewasa. HDRS dikembangkan oleh Max Hamilton mengandung skala depresi yang terdiri dari 17 item pilihan ganda yang menggambarkan: (1) perasaan depresi, (2) perasaan bersalah, (3) keinginan bunuh diri, (4) insomnia (initial, middle, late), (5) gangguan pekerjaan dan kegiatan seharihari, (6) keterlambatan dalam berfikir dan berbicara,, (7) kegelisahan, (8)kecemasan (psikis dan somatik), (9) gejala somatik (umum, pencernaan) (10) gejala genital, (11) hipokondriasis, (12) kehilangan berat badan, (13) pemahaman diri. 17 Klasifikasi nilainya sebagai berikut: a. Nilai <10 menunjukkan tidak ada gejala depresi. b. Nilai menunjukkan adanya depresi ringan. c. Nilai menunjukkan adanya depresi sedang. d. Nilai > 17 menunjukkan adanya depresi berat.

30 KERANGKA KONSEP Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Faktor biologi Faktor genetik Gangguan hormonal Keluarga Gangguan neurotransmiter Faktor psikologi Faktor lingkungan Kepribadian Non-sosial Depresi Sosial Pendidikan Kedokteran Preklinik Klinik Prestasi akademik Mempengaruhi proses belajar Ringan Sedang Berat Ket: = Variabel yang diteliti Depresi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: 1. Faktor biologi, yang berhubungan dengan jenis kelamin seseorang, terutama jenis kelamin perempuan yang dapat menyebabkan gangguan hormonal dikarenakan

31 19 adanya siklus menstruasi, sehingga dapat terjadi perubahan neurotransmiter yang menimbulkan terjadinya depresi 2. Faktor genetik, yang berhubungan dengan gen depresi pada keluarga 3. Faktor psikologi, yang berhubungan dengan kepribadian seseorang, terutama tipe kepribadian dependen-oral, obsesif-kompulsif dan histerikal 4. Faktor lingkungan, non-sosial dan sosial, terutama mengenai pendidikan di kedokteran yang terdiri dari 2 tahap, yaitu preklinik dan klinik, hal ini dapat menyebabkan terjadinya depresi dikarenakan perbedaan dalam tuntutan belajar yang lebih besar dibandingkan populasi atau mahasiswa bukan kedokteran Depresi dibagi dalam 3 derajat, yaitu ringan, sedang dan berat, yang dapat mempengaruhi proses belajar, sehingga dapat menimbulkan terjadinya penurunan prestasi akademik.

32 DEFINISI OPERASIONAL No Variabel Definisi Pengukur Cara pengukuran 1. Derajat Depresi Derajat keparahan depresi yang dialami oleh individu berdasarkan gejala depresi yang dirasakannya Peneliti wawancara Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Alat ukur Skala Hasil ukur Ordinal 1. <10 = tidak depresi = depresi ringan = depresi sedang. 4. > 17 = depresi berat 2. Tahap pendidikan kedokteran - Mahasiswa kedokteran angkatan 2010 dan 2009 yang sudah menjalani pendidikan preklinik selama lebih dari 3 semester - Mahasiswa kedokteran angkatan 2008 dan 2007 yang masih menjalani kepaniteraan dirumah sakit Peneliti Data sekunder Tahap pendidikan kedokteran Nominal 1. Preklinik 2. Klinik 3. Jenis Kelamin 4. Tahun angkatan Petanda gender responden Tahun angkatan pertama kali masuk di kedokteran Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Laki-laki 2. Wanita Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal

33 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik dengan desain secara cross sectional untuk mengetahui perbedaan derajat depresi antara mahasiwa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta selama 8 bulan dimulai dari Januari sampai Agustus Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah mahasiswa kedokteran preklinik angkatan 2009 dan 2010 serta mahasiswa kedokteran klinik angkatan 2007 dan 2008 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Rumus besar sampel yang digunakan adalah : N1=N2= Zα + Zβ P1 P2 2 Ket: N = Besar sampel Zα = Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,64 Zβ = Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0,84 P2 = Proporsi depresi, berdasarkan kepustakaan 7 = 0,57

34 22 Q2 = 1 - P2 = 1-0,57 = 0,43 P1-P2 = Selisih minimal proposi depresi yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0,2 P1 = P2 + 0,2 = 0,57 + 0,2 = 0,77 Q1 = 1 - P1= 1-0,77 = 0,23 P = (P1 + P2) / 2 = (0,77 + 0,57) / 2 = 0,67 Q = 1 - P = 1-0,67 = 0,33 N1=N2= = 66 Sampel minimum sebanyak % = 72 Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72 Dengan demikian jumlah mahasiswa kedokteran yang diambil 144 orang, mahasiswa preklinik diambil sebanyak 72 orang secara acak (masing-masing angkatan 36 orang) dan klinik juga diambil sebanyak 72 orang secara acak (masingmasing angkatan 36 orang). Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified random sampling Kriteria Penelitian Kriteria Inklusi : 1. Mahasiswa preklinik angkatan 2009 dan 2010 yang sudah menjalani pendidikan preklinik selama lebih dari 3 semester dan bersedia mengisi data dengan lengkap 2. Mahasiswa klinik angakatan 2007 dan 2008 yang masih menjalani kepaniteraan dirumah sakit dan bersedia mengisi data dengan lengkap Kriteria Ekslusi : Sedang mengalami keadaan lain yang menyebabkan depresi selama 1 tahun terakhir, yaitu: Kematian salah satu / semua anggota keluarga inti

35 23 2. Perpisahan / perceraian orangtua 3. Menderita sakit kronis (lebih dari 3 bulan) 4. Masalah ekonomi dan kehidupan sosial yang menurun 3.5 Identifikasi variabel 1. Variabel bebas : Tahap pendidikan kedokteran 2. Variabel Terikat : Derajat depresi 3.6 Instrumen Penelitian Alat dan Bahan Penelitian : 1. Formulir persetujuan (informed Consent) 2. Formulir Biodata 3. Kuesioner Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) 3.7 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian diawali dengan pengajuan judul penelitian, kemudian persetujuan pembimbing, lalu pembuatan proposal selanjutnya pembuatan kuesioner dan pencarian sampling frame yang diperoleh dari database kampus. 2. Random Dilakukan stratified random sampling untuk memperoleh sampel tiap kelompok 3. Informed Consent dan pengisian biodata Informed Consent dilakukan dengan menandatangani formulir persetujuan. Responden akan mendapatkan salinan lembar persetujuan yang didalamnya tertera formulir biodata. 4. Peneliti mewawancarai responden menggunakan kuesioner Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) untuk mengetahui angka depresi dan derajat depresi. 5. Pengolahan data (menganalisis perbedaan derajat depresi)

36 Alur Penelitian Pengajuan judul penelitian Persetujuan pembimbing Pembuatan proposal Pembuatan kuesioner Mencari sampling frame Random Mahasiswa kedokteran Preklinik angkatan 2009 dan 2010 Mahasiswa kedokteran Koasisten angkatan 2008 dann 2007 Informed consent & pengisian formulir data Memenuhi kriteria Wawancara Kuesioner HDRS Analisis data 3.9 Metode Pengolahan Data Setelah pengumpulan data segera diperiksa hasil data yang terkumpul untuk melihat kelengkapan isian kuesioner. Apabila data yang kurang lengkap segera dilengkapi, kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut yaitu :

37 25 a. Pengkodean (Coding) Mengklasifikasikan jawaban responden dan melakukan pengkodean dan dipindah kelembar koding. Pengkodean untuk setiap variabel b. Edit (Editing) Meneliti setiap kuosioner tentang kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian antara satu dengan yang lain. c. Tabulasi (Tabulating) Mengelompokkan data sesuai tujuan kemudian memasukkan kedalam tabel yang telah disiapkan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20.0 Pada penelitian ini dilakukan analisis data bivariat dengan jenis hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan, sehingga data yang diperoleh dari penelitian ini akan diuji dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Etik Penelitian Etik penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu 1. Melakukan inform concent kepada responden, agar tidak melanggar hak-hak dan privasi responden 2. Menjaga kerahasiaan responden

38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Agustus Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai mahasiswa kedokteran preklinik yang menjalani kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa kedokteran klinik yang menjalani kepaniteraan klinik di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan menggunakan kuesioner HDRS. Kemudian dipilih 144 sampel yang memenuhi syarat, 72 orang dari mahasiswa preklinik dan 72 orang dari mahasiswa klinik. Data yang diperoleh antara lain jenis kelamin, usia, tahap pendidikan kedokteran, tahun angkatan, dan derajat depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik yang selanjutnya diolah dan disajikan sebagai berikut : 4.1 Distribusi Responden Tabel 4.1 Distribusi responden pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Starif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Jumlah Persentase (%) Rerata (SD) Jenis Kelamin - Laki Laki Perempuan Usia 21,13 (1,343) , , , , , , ,7 Derajat depresi - Tidak depresi 91 63,2 - Depresi ringan 31 21,5 - Depresi sedang-berat 22 15,3

39 27 Distribusi responden pada tabel diatas, menunjukkan perempuan dan laki-laki sama, masing-masing yaitu 72 orang (50 %). Jenis kelamin responden Pada usia responden menunjukkan usia tertua 24 tahun dan termuda adalah 18 tahun dengan rerata usia 21,13. Responden yang paling banyak yaitu pada usia 22 tahun sebanyak 38 orang (,4%), dan yang paling sedikit yaitu pada usia 18 dan 24 tahun yaitu sebanyak 1 orang (0,7 %). Derajat depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53 orang (36,8%) menderita depresi, dengan depresi ringan sebanyak 31 orang (21,5%) dan depresi sedang-berat sebanyak 22 orang ( 15,3%). 4.2 Distribusi Frekuensi Derajat Depresi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Derajat Depresi berdasarkan tahun angkatan di Universitas Islam Negeri Starif Hidayatullah Jakarta Tahun Tidak depresi n (%) Derajat depresi Depresi ringan n (%) Depresi sedang-berat n (%) Tahun Angkatan (12,5) 10 (6,9) 8 (5,6) (14,6) 10 (6,9) 5 (3,5) (17,4) 6 (4,2) 5 (3,5) (18,8) 5 (3,5) 4 (2,8) Berdasarkan tahun angkatan pada tabel diatas menunjukkan angkatan 2007 lebih banyak mengalami depresi sedang-berat yaitu sebanyak 8 orang (5,6%), dan yang paling banyak mengalami depresi ringan yaitu angkatan 2007 dan 2008 sebanyak 10 orang (6,9%), sedangkan yang paling sedikit mengalami depresi sedang-berat yaitu pada angkatan 2010 yaitu 4 orang (2,8%) dan yang paling sedikit mengalami depresi ringan yaitu angkatan 2010 sebanyak 5 orang (3,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Schwenk dkk yang melakukan penelitian mengenai Depression, Stigma and Suicidal Ideation in Medical Students tahun 2010, pada penelitian tersebut dikatakan bahwa tahun angkatan yang lebih tua dan telah

40 28 menjalani kepaniteraan di rumah sakit lebih rentan mengalami depresi dari pada tahun angkatan yang lebih muda, dikarenakan stresor yang lebih berat Perbedaan Derajat Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3 Perbedaan derajat depresi berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Derajat depresi Jenis Tidak depresi Depresi ringan Depresi sedang-berat Kelamin n (%) n (%) n (%) Laki-laki 46 (31,9) 17 (11,8) 9 (6,2) Perempuan 45 (31,2) 14 (9,7) 13 (9,0) Ket: *uji Kolmogorov-Smirnov p 1,000* Hasil analisis perbedaan derajat depresi berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran, dari 144 responden, ditemukan bahwa jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 13 orang (9,0%), sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 9 orang (6,2%). Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan derajat depresi yang bermakna berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Hal ini menujukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan mempunyai faktor risiko lebih tinggi daripada jenis kelamin laki-laki, hal ini mungkin terjadi karena kemampuan para mahasiswa perempuan dalam menghadapi stresor baik, sehingga kejadian depresi pun sedikit. Ada beberapa faktor yang terlibat dalam meningkatnya kejadian depresi pada perempuan: Perbedaan hormon Mengingat bahwa puncak gangguan depresi pada wanita bersamaan dengan tahun reproduksi mereka. Faktor risiko hormonal mungkin memainkan peran. Estrogen

41 29 dan progesteron telah terbukti mempengaruhi neurotransmitter, sistem neuroendokrin dan sirkadian yang telah terlibat dalam gangguan mood. Fakta bahwa perempuan sering mengalami gangguan mood berhubungan dengan siklus menstruasi mereka, seperti gangguan disforik premenstrual, juga menunjukkan hubungan antara hormon seks perempuan dan suasana hati. Faktor hormonal lainnya yang mungkin akan menyebabkan risiko seorang wanita untuk depresi adalah berhubungan dengan sumbu Hipotalamik-Hipofisis-Adrenal (HPA) dan fungsi tiroid. 2. Perbedaan dalam sosialisasi Para peneliti telah menemukan bahwa perbedaan gender dalam sosialisasi bisa berperan juga. Anak perempuan yang disosialisasikan oleh orang tua dan guru mereka untuk lebih mendengarkan dan sensitif terhadap pendapat orang lain, sementara anak laki-laki didorong untuk mengembangkan rasa penguasaan yang lebih besar dan kemandirian dalam hidup mereka. 3. Perbedaan dalam mengatasi masalah Suatu studi menunjukkan bahwa wanita dalam mengatasi masalah cenderung lebih menggunakan emosi, dan masalah yang dihadapi cenderung dipikirkan terus-menerus, sementara pria cenderung mengatasi masalah dengan santai, bahkan mereka lebih cenderung untuk melupakan masalah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki kerentanan depresi lebih besar dalam mengatasi masalah. 4. Perbedaan frekuensi dan reaksi terhadap stresor kehidupan Bukti menunjukkan bahwa sepanjang hidup, wanita mungkin mengalami peristiwa kehidupan yang lebih berat dan memiliki sensitivitas yang lebih besar daripada laki-laki. Gadis remaja cenderung menceritakan peristiwa kehidupan yang lebih negatif daripada anak laki-laki, biasanya terkait dengan hubungan mereka dengan orangtua dan teman sebaya. Pada penelitian, telah ditemukan bahwa wanita dewasa lebih tertekan daripada laki-laki dalam menanggapi stresor kehidupan.

42 Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik Tabel 4.4 Perbedaan derajat depresi mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Derajat depresi Tahap Tidak depresi Depresi ringan Depresi sedang-berat pendidikan n (%) n (%) n (%) Preklinik 52 (36,1) 11 (7,6) 9 (6,2) Klinik 39 (27,1) 20 (13,9) 13 (9,0) Ket: *uji Kolmogorov-Smirnov p 0,191* Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik, ditemukan bahwa mahasiswa kedokteran klinik yang mengalami depresi ringan sebanyak 20 orang (13,9%) dan yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 13 orang (9,0%). Sedangkan pada mahasiswa kedokteran preklinik yang mengalami depresi ringan sebanyak 11 orang (7,6%), dan yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 9 orang (6,2%). Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas, maka didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis yaitu tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Tetapi tetap harus diperhatikan bahwa dengan kata lain mahasiswa klinik lebih depresif daripada mahasiswa preklinik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 7 1. Tuntutan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Masing-masing kelompok mahasiswa memiliki tanggung jawab dan tugas masing-masing, dimana mahasiswa preklinik selain menjalani masa perkuliahan juga menghadapi ujian, melengkapi syarat kelulusan seperti karya tulis ilmiah. Namun, mahasiswa klinik selain menghadapi ujian dan melengkapi syarat kelulusan untuk tiap stase juga harus menghadapi pasien secara langsung dan memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pasien. Dengan demikian,

43 31 mahasiswa klinik dituntut untuk lebih aktif baik dalam belajar maupun dalam mengambil tindakan. 2. Lebih kompetitif. Suasana belajar mahasiswa klnik di rumah sakit yang berhadapan langsung dengan pasien lebih kompetitif dibanding suasana belajar mahasiswa preklinik di universitas. Karena berhadapan langsung dengan staf pengajar di rumah sakit dan rekan-rekannya, mahasiswa klinik yang satupasti tidak ingin ketinggalan dari mahasiswa yang lainnya dalam keterampilan menangani pasien. 3. Jadwal yang padat. Mahasiswa klinik menghabiskan waktu di rumah sakit lebih banyak daripada mahasiswa preklinik menghabiskan waktu di ruang kuliah dimana setiap mahasiswa klinik memiliki jadwal jaga masing-masing dan berbagai aktivitas yang menguras tenaga, dengan waktu istirahat yang relatif lebih sedikit sehingga mahasiswa klinik praktis lebih lelah daripada mahasiswa preklinik. 4. Bahan yang dipelajari sangat luas dan lebih aplikatif. Mahasiswa klinik dituntut untuk terampil dalam mengaplikasikan seluruh bahan yang telah dipelajari saat kuliah preklinik. Keadaan ini dapat menciptakan stresor yang dapat memicu timbulnya depresi. Penelitian terdahulu yang serupa pernah dilakukan pada tahun 2010 oleh Wahyu yang meneliti tentang perbedaan derajat kecemasan dan depresi mahasiswa kedokteran preklinik dan koasisten. 7 Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan penelitian ini, hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa preklinik dan klinik. Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan antara lain karena: 1. Perbedaan dalam metode penelitian Penelitian sebelumnya dalam menganalisis data menggunakan uji t, karena pada penelitiannya menggunakan jenis hipotesis komparatif variabel numerik. Selain itu pada penelitian sebelumnya, derajat depresi yang dibandingkan yaitu hanya tidak depresi dan depresi saja, sehingga kemungkinan mendapatkan perbedaan

44 32 berkna lebih tinggi, tetapi seharusnya derajat depresi ringan dengan sedang dan berat tidak boleh disatukan, dikarenakan perbedaan dalam gejala dan efeknya terhadap prestasi akademik. 2. Perbedaan dalam penggunaan kuesioner Penelitian sebelumnya menggunakan kuesioner BDI (Beck Depression Inventory), penggunaan kuesioner seperti ini, dapat menghasilkan hasil yang bias, diakibatkan karena adanya ketidakjujuran responden dalam mengisi kuesioner, dibandingkan dengan menggunakan metode wawancara dan bertemu langsung dengan responden. 3. Perbedaan dalam penetapan kriteria eksklusi Penelitian sebelumnya tidak menetapkan kriteria eksklusi, sehingga dapat memberikan hasil yang bias, dikarenakan kemungkinan terjadinya depresi bukan karena tuntutan akademik, tetapi karena ada faktor psiko-sosial yang terkait. 4.4 Keterbatasan Penelitian Adapun kelemahan-kelemahan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pewawancara kuesioner (peneliti) tidak berperan sebagai penguasa (dosen, staf rumah sakit) sehingga mungkin menyebabkan ketidakjujuran responden dalam menjawab. Tetapi metode ini setidaknya dapat mengurangi terjadinya pembiasan akibat ketidakjujuran responden, dikarenakan peneliti bertemu langsung dan dapat melihat kondisi responden. 2. Pada pengambilan responden pada mahasiswa kedokteran klinik, peneliti hanya mengambil mahasiswa klinik yang menjalani kepaniteraan di RSUP Fatmawati, sedangkan yang menjalankan kepaniteraan dirumah sakit lain tidak terjangkau oleh peneliti.

45 33 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa: 1. Prevalensi kejadian depresi adalah 21,5% pada depresi ringan dan 15,2% pada depresi sedang-berat 2. Tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik (p = 0,191) 3. Tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna berdasarkan jenis kelamin (p = 1,000) 4. Distribusi frekuensi derajat depresi berdasarkan tahun angkatan menunjukkan bahwa angkatan 2007 lebih banyak mengalami depresi sedang-berat (5,6%), dan yang paling banyak mengalami depresi ringan yaitu angkatan 2007 dan 2008 (6,9%), sedangkan yang paling sedikit mengalami depresi sedang-berat (2,8%) dan depresi ringan (3,5%) yaitu pada angkatan Saran 1. Bagi mahasiswa, perlu meningkatkan kemampuannya dengan giat belajar, berpikir positif, menjadikan belajar sebagai suatu kebiasaan yang menyenangkan bukan sebagai tuntutan sehingga diharapkan dapat mengurangi derajat depresi. 2. Perlu penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

46 34 DAFTAR PUSTAKA 1. Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Psikologi Abnormal (Alih bahasa Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia). Jakarta: Erlangga; Bhalla RN. Depression; 2010 diunduh pada tanggal 30 Desember Supriyantho K. Gaya Hidup: Penduduk Indonesia Alami Depresi. Jakarta; 2008 diunduh pada tanggal 25 Desember kesehatan/ Semium Y. Kesehatan Mental. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius; Kaplan HI, Sadock BJ. Synopsis of Psychiatry. Edisi 10. New York: Lange Medical Publication Maruzen; Brauser D. Depressed Medical Student More Likely to Link Stigma With Depression; 2010 diunduh pada tanggal 10 Januari com/viewarticle/ Wahyu WY. Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran preklinik dan Koasisten Universitas Surakarta; Akiskal HS. Mood Disorders: Clinical Features. In Sadock and Kaplan s comprehensive textbook of psychiatry, Edisi 8. MD: Lippincott; 2005, p Kaplan HI, Sadock BJ. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Editor : Dr. I. Made Wiguna S. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2010, p , Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Surabaya: Airlangga University; 2009, p.38,107, Jerry HM. Brain Structure; 2012 diunduh pada tanggal 19 Juni Kempton M, Salvador Z, Munafo M, Geddes J, Simmons A, Frangou S. Structural neuroimaging studies in major depressive disorder. Meta-analysis and comparison with bipolar disorder. : Arch Gen Psychiatry; Jul 2011;68(7):

47 Landefeld.Current Geriatric Diagnosis and Treatmet. USA: McGrowHill; 2004, p Holmes TH, Rahe RH. The Social Readjustment Rating Scale. Journal Psychosomatic Research: Elsevier; American Psychiatric Association. Mood Disorders. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi 4, Text Revision, DSM-IV-TR, Washington DC; 2005, p Dalami E. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV Trans Info Media; Bagby M, Ryder AG, Schuller DR. The Hamilton Depression Rating Scale. The American Journal of Psichiatry; 2004, p.161: Murti B. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan Yogyakarta: Gadjah Mada University; Schwenk T, et all. Depression, Stigma and Suicidal Ideation in Medical Students. USA: Department of Family Medicine; Kormstein,SG et all. Womans Mental Health a Comprehencisive test book. New York: Guil Ford Press; 2002

48 36 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah SURAT PERSETUJUAN Yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Usia : Jenis Kelamin : 1. Laki- laki 2. Perempuan Tingkat Pendidikan Kedokteran : 1. Mahasiswa preklinik angkatan Mahasiswa klinik angkatan... Beri tanda, jika dalam setahun terakhir pernah mengalami hal berikut : Kematian salah satu atau semua anggota keluarga inti Perpisahan / perceraian orang tua Menderita sakit kronis (> 3 bulan) Masalah Ekonomi dan kehidupan sosial yang menurun Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian dibawah ini yang berjudul : Perbedaan Derajat Depresi Antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta mengundurkan diri. Jakarta, Yang menyetujui, ( )

49 37 No. Responden : Tanggal wawancara : KUESIONER Lampiran 2 Kuesioner 1. Keadaan perasaan depresi (sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna) 0 = tidak ada 1 = perasaan ini hanya dinyatakan bila ditanya 2 = perasaan ini dinyatakan secara verbal spontan 3 = perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal (misalnya ekspresi muka, bentuk suara, dan kecendrungan menangis) 4 = penderita menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal secara spontan 2. Perasaan bersalah 0 = tidak ada 1 = menyalahkan diri sendiri, merasa sebagai penyebab penderitaan orang lain 2 = ide-ide bersalah atau renungan tentang kesalahan-kesalahan pada masa lalu 3 = sakit ini sebagai hukuman, delusi bersalah 4 = suara-suara kejaran atau tuduhan dengan /dan halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang mengancam 3. Bunuh diri 0 = tidak ada 1 = Merasa hidup tak ada gunanya 2 = mengharapkan kematian atau pikiran-pikiran lain kearah hal itu 3 = ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah ke arah itu

50 38 (Lanjutan) 4 = percobaan bunuh diri 4. Insomnia (initial) 0 = tidak ada kesukaran masuk tidur 1 = keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur, misalnya lebih dari ½ jam baru dapat tidur 2 = keluhan tiap malam sukar masuk tidur 5. Insomnia (middle) 0 = tidak ada kesukaran untuk mempertahankan tidur 1 = penderita mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam 2 = terjadi sepanjang malam (bangun dari tempat tidur, kecuali buang air) 6. Insomnia (late) 0 = tidak ada kesukaran 1 = bangun diwaktu fajar, tetapi tidur lagi 2 = bangun diwaktu fajar, tetapi tidak dapat tidur lagi 7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya 0 = tidak ada kesukaran 1 = pikiran/perasaan ketidak mampuan, keletihan/kelemahan yang berhubungan dengan kegiatan kerja/hobi 2 = hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi atau kegiatan lainny, baik dikatakan langsung oleh penderita atau tidak langsung dengan menyatakan kelesuan, keragu-raguan dan rasa bimbang (merasa bahwa ia harus memaksa diri untuk bekerja atau dalam kegiatan lainnya) 3 = berkurangnya waktu untuk aktivitas sehari-hari atau kurang produktivitas. Bila penderita tidak sanggup beraktivitas sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam kegiatan sehari-hari

51 39 (Lanjutan) 4 = tidak bekerja karena sakitnya sekarang. Di RS, bila penderita tidak bekerja sama sekali, kecuali tugas-tugas di bangsal atau jika penderita gagal melaksanakan kegiatan-kegiatan di bangsal tanpa bantuan 8. Kelambanan (lambat dalam berfikir dan berbicara, gagal bekonsentrasi, aktivitas motorik menurun) 0 = normal dalam bicara dan berfikir 1 = sedikit lamban dalam wawancara 2 = jelas lamban dalam wawancara 3 = sukar diwawancarai 4 = diam sama sekali 9. Kegelisahan (agitasi) 0 = tidak ada 1 = kegelisahan ringan 2 = memainkan tangan, rambut dan lain-lain 3 = bergerak terus, tidak bisa duduk tenang 4 = meremas remas tangan, menggigit-gigit kuku/bibir, menarik- narik rambut 10. Kecemasan (ansietas psikik) 0 = tidak ada 1 = ketegangan subjektif dan mudah tersinggung 2 = mengkhawatirkan hal-hal kecil 3 = sikap kekhawatiran yang tercermin diwajah atau pembicara 4 = ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya 11. Kecemasan (ansietas somatik) Gejala dapat berupa :

52 40 - gastrointestinal: mulut kering, diare, kram - kardiovaskular: palpitasi, nyeri kepala - pernapasan : hiperventilasi - sering buang air kecil, berkeringat, dll 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat 4 = menjadikan tidak mampu beraktivitas (Lanjutan) 12. Gejala somatik (pencernaan) 0 = tidak ada 1 = nafsu makan berkurang, tetapi dapat makan tanpa dorongan teman, merasa perut penuh 2 = sukar makan tanpa dorongan teman, membutuhkan pencahar untuk buang air besar atau obat-obatan untuk saluran pencernaan 13. Gejala somatik (umum) 0 = tidak ada 1 = anggota gerak, punggung atau kepala terasa berat 2 = sakit punggung, kepala dan otot-otot, hilangnya kekuatan dan kemampuan 14. Kelamin/genital (gejala pada genital dan libido) Gejala gejala hilangnya libido dan gangguan menstruasi 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = berat

53 Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik yang berpindah-pindah) 0 = tidak ada 1 = dihayati sendiri 2 = preokupasi mengenal kesehatan diri sendiri 3 = sering mengeluh, membutuhkan pertolongan orang lain 4 = delusi hipokondriasis (Lanjutan) 16. Kehilangan berat badan (pilih antara A atau B) A. Bila hanya dari anamnesis 0 = tidak ada kehilangan berat badan 1 = kemungkinan berat badan berkurang berhubungan dengan sakit sekarang 2 = jelas berkurang berat badannya (menurut penderita) B. Dibawah pengawasan dokter bangsal secara mingguan, bila jelas berat badan berkurang menurut ukuran 0 = kurang dari ½ Kg seminggu 1 = lebih dari ½ Kg seminggu 2 = lebih dari 1 Kg seminggu 17. Insight (pemahaman diri) 0 = mengetahui sedang depresi dan sakit 1 = mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab iklim, makanan, bekerja berlebihan, perlu istirahat 2 = menyangkal dirinya sakit

54 42 (Lanjutan) Total skor: Skor HDRS Level depresi <10 Tidak ada depresi Depresi ringan Depresi sedang >17 Depresi berat

55 43 Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik

56 44 (Lanjutan)

Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi.

Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi. 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEPRESI 2.1.1. Definisi Depresi Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat penelitian : Poli Rawat Jalan

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut usia 1. Pengertian Lansia Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup disiplin ilmu penelitian adalah ilmu kedokteran jiwa.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup disiplin ilmu penelitian adalah ilmu kedokteran jiwa. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu penelitian adalah ilmu kedokteran jiwa. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat dilaksanakannya penelitian di SMA Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan adalah keadaan indvidu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom berespons terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan : Agama : Suku Bangsa : Lamanya di dalam

Lebih terperinci

DERAJAT DAN FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008 PERIODE SEPTEMBER 2009 DESEMBER

DERAJAT DAN FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008 PERIODE SEPTEMBER 2009 DESEMBER ABSTRAK DERAJAT DAN FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008 PERIODE SEPTEMBER 2009 DESEMBER 2009 Arga Gabriel Podanatur, 2009; Pembimbing

Lebih terperinci

2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) 2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir :

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

MAYOR DEPRESSION DISORDER

MAYOR DEPRESSION DISORDER STIKES MW-KENDARI PRODI S1-KEPERAWATAN MAYOR DEPRESSION DISORDER IRMAN DINEJAD By : Group ONE Tuesday, October 2014 GARIS BESAR MATERI 1 2 3 4 5 6 Definisi MDD Etiologi MDD Faktor Risiko MDD Manifestasi

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan rancangan belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian 46 47 Email: ethic_fkukmrsi@ med.maranatha. edu KOMISI ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UK MARANATHA - R.S. IMMANUEL BANDUNG Judul: Formulir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi 2.1.1 Definisi Pemahaman tentang depresi telah ada sejak zaman Hippocrates (460-377 SM). Depresi pada saat itu disebut melankoli, yang digambarkan sebagai kemurungan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah depresi kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena dapat menyerang seluruh usia dan lapisan masyarakat. Depresi merupakan gangguan suasana perasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian usia (geriatri). Penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian lanjut 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ GASTROINTESTINAL Maria Inez Devina Siregar 11.2013.158 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RS

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RSD Dr.

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RSD Dr. HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RSD Dr. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI Oleh Amalia Firdaus NIM 102010101014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2003), pengetahuan merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2003), pengetahuan merupakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Defenisi pengetahuan Menurut Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi jika seseorang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Dalam arti kata luas,

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan di bidang kesehatan merupakan cita cita suatu bangsa, hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Harapan Hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu psikiatri. 1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian cross sectional digunakan pendekatan transversal, dimana observasi terhadap variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut Ismed Yusuf pada tahun 2012, seorang mahasiswa dikategorikan dalam tahap perkembangan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR STRES PSIKOSOSIAL DENGAN KELUHAN NYERI ULU HATI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSD DR.

HUBUNGAN FAKTOR STRES PSIKOSOSIAL DENGAN KELUHAN NYERI ULU HATI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSD DR. HUBUNGAN FAKTOR STRES PSIKOSOSIAL DENGAN KELUHAN NYERI ULU HATI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSD DR. SOEBANDI SKRIPSI Oleh Vyta Rahmawati NIM 102010101089 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id MOOD DISORDER DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com PENGERTIAN & KARAKTERISTIK UTAMA gangguan yang melibatkan emosi yang berlebihan

Lebih terperinci

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia semakin mengalami perkembangan ke era globalisasi. Dengan adanya perkembangan zaman ini, masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan modern. Tidak

Lebih terperinci

3 BAB III METODE PENELITIAN

3 BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Tumbuh Kembang. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala negatif merupakan suatu gambaran defisit dari pikiran, perasaan atau perilaku normal yang berkurang akibat adanya gangguan otak dan gangguan mental (Kring et

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama : Tn. B Umur : 47 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Tukang Bangunan Agama : Islam Alamat : Bengkulu Selatan Suku bangsa : Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ilmu Kesehatan Jiwa. A.2 Waktu Penelilitian Bulan Oktober- November 2011. A.3 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

6

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A.1. Kecemasan a. Definisi Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ DEPRESI Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ Definisi Depresi ialah suatu penyakit episodik dimana gejala depresi dapat terjadi sendirian atau disertai oleh mania (penyakit manik-depresif atau bipolar)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 50 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi. 3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Tempat : bangsal saraf dan bedah saraf RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang, khususnya bidang perekonomian, kesehatan, dan teknologi menyebabkan peningkatan usia harapan hidup. Meningkatnya usia harapan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN 105 LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Bapak/Ibu/Adik Yth, Saya dr. Toety Maria Simanjuntak, saat ini menjalani pendidikan spesialis Neurologi di FK USU dan sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Pedurungan Kidul RW IV Semarang. RW IV ini terdiri dari 5 RT dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan mengkaji kesahihan hipotesis (Sudigdo, 1995). Jenis penelitian ini adalah deskripitif

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi konflik pada diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang untuk mengembalikan stamina tubuh dalam kondisi yang optimal. Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA

BAB II TINJAUN PUSTAKA BAB II TINJAUN PUSTAKA 1.1 Ruang Lingkup Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Lanjut usia adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang diarahkan mencari hubungan antara variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini bertujuan untuk menarik suatu kesimpulan, menguraikan dan menganalisa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia

Lebih terperinci

KISI-KISI PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN. tidur (initial insomnia)

KISI-KISI PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN. tidur (initial insomnia) Lampiran 1 KISI-KISI PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN Variabel indikator Jumlah Soal Tingkat 1. Keadaan 1 perasaansedih 2. Persaan bersalah 1 3. Bunuh diri 1 4. Gangguan pola 1 tidur (initial insomnia) 5. Gangguan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison et al., 2007). Depresi

BAB II LANDASAN TEORI. dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison et al., 2007). Depresi 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Depresi a. Pengertian Depresi Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat mendalam, perasaan tidak berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal dapat diartikan sebagai kelainan pada jaringan periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit periodontal, dikenal

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Felix Kasim, DR.,dr.,M.kes

ABSTRAK. Pembimbing II : Felix Kasim, DR.,dr.,M.kes ABSTRAK TINGKAT STRES DAN KECEMASAN PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER ANGKATAN 2007 DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TAHUN 2011 Shereen Krisna Suwantina, 2012. Pembimbing I : Harry

Lebih terperinci