Dini Maryani 1*), Asri C. Adisasmita 2*), Bambang Dwipoyono 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dini Maryani 1*), Asri C. Adisasmita 2*), Bambang Dwipoyono 3"

Transkripsi

1 Hubungan Riwayat Reproduksi, Penggunaan Hormon, dan Riwayat Kanker pada Keluarga dengan Kanker Ovarium pada Pasien RS Kanker Dharmais Jakarta Tahun 2013 Dini Maryani 1*), Asri C. Adisasmita 2*), Bambang Dwipoyono 3 1 Program Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2 Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3 Divisi Ginekologi Onkologi, RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat 11420, Indonesia *) dinii.maryanii@gmail.com, aadisasmita@gmail.com ABSTRAK Kanker ovarium yaitu kanker yang terbentuk di jaringan pada ovarium. Studi kasus kontrol berbasis rumah sakit ini menilai hubungan riwayat reproduksi, penggunaan hormon, dan riwayat kanker pada keluarga dengan kejadian kanker ovarium pada pasien rawat jalan RSKD Jakarta tahun 2013, menggunakan alat kuesioner dan rekam medik pasien. Sampel terdiri dari 71 kasus kanker ovarium dan 140 kontrol (seluruhnya pasien kanker serviks). Hasil penelitian menemukan efek perlindungan yang signifikan terhadap risiko kanker ovarium dikarenakan jumlah melahirkan 1-2 (OR= 0.23, 95% CI= ), 3 (OR= 0.07, 95% CI= ) dibandingkan nulipara, pernah menyusui anak (OR= 0.17, 95% CI= ), menyusui anak selama 1-24 bulan (OR= 0.31, 95% CI= ) dan 25 bulan (OR= 0.13, 95% CI= ) dibandingkan tidak pernah menyusui anak, pernah menggunakan kontrasepsi oral (OR= 0.37, 95% CI= ), serta menggunakan kontrasepsi oral selama 1-24 bulan (OR= 0.46, 95% CI= ) dan 25 bulan (OR= 0.25, 95% CI= ) dibandingkan tidak pernah menggunakan kontrasespsi oral. Sebaliknya, ada peningkatan risiko terkena kanker ovarium akibat infertilitas (OR= 2.09, 95% CI= ) dan adanya riwayat kanker ovarium pada keluarga (OR= 7.55, 95% CI= ). Oleh karena itu, perlu adanya upaya peningkatan promosi kesehatan mengenai faktor protektor dan faktor risiko tersebut kepada masyarakat. Kata kunci: Kanker ovarium; penggunaan hormon; riwayat kanker pada keluarga; riwayat reproduksi. ABSTRACT Ovarian cancer is originated the ovary tissues. This hospital-based case-control study evaluated reproductive history, hormone use, and family history of cancer in relation to ovarian cancer on patient of RSKD Jakarta in Data were collected using questionnaires and patients medical records. A sample of 71 ovarian cancer cases and 140 controls (all of the controls are cervical cancer patients) were recruited. The results found a significant protection effect to ovarian cancer risk due to, parity 1-2 (OR= 0.23, 95% CI= ), parity 3 (OR= 0.07, 95% CI= ) compared to none, ever breastfeeding (OR= 0.17, 95% CI= ), breastfeeding during 1-24 months (OR= 0.31, 95% CI= ), breastfeeding during 25 months (OR= 0.13, 95% CI= ) compared to no breastfeeding, ever use of oral contraceptive (OR= 0.37, 95% CI= ), and using oral contraceptive during 1-24 months (OR= 0.46, 95% CI= ), using oral contraceptive during 25 months (OR= 0.25, 95% CI= ) compared to non-users., Conversely, infertility (OR= 2.09, 95% CI= ), and family history of ovarian cancer (OR= 7.55, 95% CI= ) increased ovarian cancer risk significantly. Therefore, the health promotion about protector factors and risk factors of ovarian cancer have to be increased. Key word: Family history of cancer; history of reproductive; hormone use; ovarian cancer. 1

2 2 PENDAHULUAN Kanker payudara, kanker ovarium, kanker serviks, dan kanker uterus merupakan kanker pada organ reproduksi wanita (Globocan, 2008) walaupun kanker payudara dapat terjadi juga pada pria. Dari kanker-kanker tersebut, kanker ovarium dipandang sebagai silent killer (Zwaveling, et. al, 1985) karena etiologinya belum jelas dan sifatnya yang miskin gejala serta seringkali tidak bergejala sampai dapat teraba atau sudah terjadi penyebaran (Benson dan Pernoll, 2009). Secara rerata di dunia, di negara maju insiden kanker ovarium menempati urutan ke-6 sedangkan insiden kanker ovarium di negara berkembang berada pada urutan ke-9 (Globocan, 2008). Di Asia pada tahun 2008 diperkirakan ada orang yang menderita kanker ovarium dan terdapat orang meninggal akibat kanker ovarium. Dari 10 kanker tersering pada wanita di Asia, kanker ovarium menempati urutan ke-9 (Globocan, 2008). Pada tahun 2008 di Asia Tenggara kanker ovarium menempati urutan ke-6 kanker tersering pada wanita. Kanker ovarium termasuk ke dalam lima kanker tersering pada wanita di antara kanker payudara, kanker kolorektum, kanker serviks uteri, dan kanker paru di Indonesia (Globocan, 2008). Berdasarkan registrasi kanker oleh Subdit Kanker pada tahun 2007, kanker ovarium menjadi kanker ke-3 terbanyak setelah kanker payudara dan kanker serviks pada wanita di 31 Rumah Sakit DKI Jakarta pada tahun 2005 (P2&PL, 2008). Menurut data rekam medik rawat jalan (kasus baru) di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, kanker ovarium termasuk ke dalam 10 besar kanker tersering selama tahun Kanker ovarium berbahaya bukan karena frekuensinya tetapi letalitasnya karena pertumbuhannya yang tidak menimbulkan gejala (Kumar et al, 2007). Skrinning berbasis populasi belum tersedia sampai sekarang (Gertig dan Hunter, 2002). Metode deteksi penapisan sedang dikembangkan tetapi sampai saat ini metode tersebut kurang mampu menemukan kanker ovarium saat masih dalam stadium yang dapat disembuhkan (Kumar et al., 2007). Padahal kanker ovarium bisa diobati jika terdiagnosa pada stadium awal namun prognosis sangat buruk jika terdeteksi di stadium lanjut (Kazeuroni, 2002). Oleh sebab itu, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kanker ovarium (yang mana kanker ovarium berhubungan dengan hormonal imbalance) seperti riwayat reproduksi, penggunaan hormon, dan riwayat kanker pada keluarga perlu diteliti. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta, rumah sakit kanker di Indonesia, karena banyak penderita kanker ovarium yang berobat di rumah sakit rujukan kanker ini.

3 3 TINJAUAN TEORITIS Etiologi kanker ovarium belum diketahui (Benson dan Pernoll, 2009) atau kurang diketahui secara jelas (Gertig dan Hunter, 2002). Namun, dari beberapa literature dan penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa faktor risiko kanker ovarium meliputi ovulasi yang tidak terputus atau infertile atau tidak pernah hamil atau pun nulipara (Gertig dan Hunter, 2002; Kazeuroni, 2002; Rarung, 2008; Zwaveling, et. al, 1985). Ovulasi tak terputus ini menyebabkan berulangnya luka di epitel ovarium sehingga meningkatkan risiko kanker ovarium (Gertig dan Hunter, 2002). Faktor risiko lainnya yaitu riwayat menderita kanker payudara dan atau riwayat kanker payudara atau kanker ovarium pada keluarga (Gertig dan Hunter, 2002; Kazeuroni, 2002), kanker endometrium, kanker prostat atau kanker kolon pada keluarga (Syafrudin dan Hamidah, 2007), membawa mutasi gen (Gertig dan Hunter, 2002; Kazeuroni, 2002), peningkatan usia seperti 40 tahun atau lebih (Zwaveling, et. al, 1985; Benson dan Pernoll, 2009), perilaku menyusui anak (Rosenblatt dan Thomas, 1993), tidak menggunakan kontrasepsi oral (Gertig dan Hunter, 2002), penggunaan obat fertilitas (Whittemore et al., 1992), terapi pengganti estrogen, pengikatan tuba dan histerektomi, jumlah siklus ovulasi sepanjang hidup, mekanisme hormonal, perilaku merokok, diet (laktosa, galaktosa, kafein, lemak jenuh, dan sayuran), alkohol, Indeks Massa Tubuh (IMT), infeksi, aktivitas fisik, radiasi, bahan-bahan di lingkungan kerja, riwayat penyakit yang pernah diderita beserta pengobatan yang pernah dilakukan, penggunaan talc/bedak (Gertig dan Hunter, 2002). METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah case-control study. Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2013 di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) Jakarta. Populasi kasus merupakan penderita kanker ovarium yang didiagnosa dan sedang melakukan rawat jalan di RS Kanker Dharmais Jakarta. Adapun sampel yang menjadi kasus yang memenuhi kriteria inklusi (penderita kanker ovarium yang telah dibuktikan oleh pemeriksaan anatomi dan patologi serta mampu/bersedia ikut terlibat sebagai responden) dan kriteria eksklusi (pasien dengan double primary diagnosed, dan pasien yang data-data pada rekam mediknya tidak lengkap). Populasi kontrol adalah penderita kanker yang secara genetik atau hormonal faktor risikonya berbeda dengan penderita kanker ovarium, yakni penderita kanker serviks yang merupakan kanker non hormonal, yang didiagnosa dan sedang melakukan rawat jalan di RS Kanker Dharmais Jakarta. Adapun sampel yang menjadi kontrol yang memenuhi kriteria inklusi (penderita

4 4 kanker serviks yang telah dibuktikan oleh pemeriksaan anatomi dan patologi dan mampu/bersedia ikut terlibat sebagai responden) dan kriteria eksklusi (pasien dengan double primary diagnosed, pasien yang data-data pada rekam mediknya tidak lengkap). Jumlah sampel dihitung menggunaan rumus besar sampel untuk pengujian hipotesis terhadap Odds Ratio (OR). Setelah dilakukan pengambilan data menggunakan consecutive sampling di mana semua pasien rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RSKD pada hari dilakukan penelitian dipilih sebagai sampel, dan diperoleh sampel sebanyak 211 orang (71 kasus dan 140 kontrol). Peneliti melakukan analisis data menggunakan aplikasi statistik (software SPSS 13.0 for windows). Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL PENELITIAN Responden yang diwawancara pada kelompok kasus memiliki rentang umur tahun, dengan nilai mean yaitu 50.0 tahun. Sedangkan responden yang diwawancara pada kelompok kontrol memiliki rentang umur tahun, dengan nilai mean yaitu 51.5 tahun. Selain informasi tersebut, pada tabel 1 dapat terlihat bahwa persentase responden yang memiliki pendidikan SMA sebagai pendidikan terakhir adalah tertinggi dibandingkan pendidikan lainnya, baik pada kelompok kasus maupun kontrol. Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Sosiodemografi Variabel Kasus N= 71 Kontrol N= 140 N % N % Umur saat Diwawancara Min-Maks Median Mean (95% CI Mean) 50.0 ( ) 51.5 ( ) SD Nilai-p* Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma S S2 atau pun S Nilai-p** *nilai-p Uji t; **nilai-p Uji Chi Square

5 5 Tabel 2. Kekuatan Hubungan Karakteristik Sosiodemografi dengan Kanker Ovarium Penyakit Variabel Kategori Kasus N=71 Kontrol N=140 OR (95% CI) Nilai-p Pendidikan Rendah Menengah ( ) Tinggi ( ) Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja ( ) Status Belum/tidak menikah ( ) ǂ pernikahan Menikah Janda ( ) ǂ Perhitungan OR dan 95% CI menggunakan program kalkulator Hutchon karena ada sel yang angkanya 0 Pendidikan dikategorikan ke dalam 3 kategori, yaitu rendah (tidak sekolah dan SD), menengah (SMP dan SMA), serta tinggi (Diploma, S1, dan S2 atau pun S3). Dari nilai odds ratio pada tabel 2 terlihat bahwa dibandingkan dengan responden berpendidikan rendah, responden yang memiliki pendidikan menengah memiliki risiko 1.93 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.079) namun tidak bermakna secara statistik, sedangkan responden berpendidikan tinggi memiliki risiko 3.28 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.004) dan bermakna secara statistik. Kekuatan hubungan antara pekerjaan dengan kanker ovarium terlihat bahwa responden yang bekerja memiliki risiko 1.32 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja (nilai-p= 0.398) namun hubungan pekerjaan dengan kanker ovarium ini tidak bermakna secara statistik. Nilai OR antara status pernikahan dengan kanker ovarium memberikan simpulan bahwa dibandingkan dengan responden berstatus menikah, responden berstatus tidak menikah memiliki risiko kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.000) dan bermakna secara statistik, sedangkan responden berstatus janda memiliki risiko yang sama besar (nilai-p= 0.966) namun tidak bermakna secara statistik. Tabel 3. Kekuatan Hubungan Kehamilan dan Melahirkan dengan Kanker Ovarium Penyakit Variabel Kategori Kasus N=71 Kontrol N=140 OR (95% CI) Nilai-p Jumlah kehamilan ( ) ( ) Riwayat keguguran Tidak pernah Pernah ( ) Jumlah melahirkan ( ) ( ) Umur melahirkan < anak pertama ǂ (tahun) ( ) ǂ Ʃ N karena Ʃ yang dipakai adalah Ʃ responden yang pernah melahirkan

6 6 Dari nilai OR antara jumlah kehamilan dengan kanker ovarium disimpulkan bahwa dibandingkan dengan responden yang tidak pernah hamil, responden yang pernah hamil sebanyak 1-2 kali memiliki kecenderungan 0.18 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.003) dan bermakna secara statistik, lalu responden yang pernah hamil sebanyak 3 kali memiliki kecenderungan 0.06 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.000) dan bermakna secara statistik. Berdasarkan nilai OR antara riwayat keguguran dengan kanker ovarium tampak bahwa responden yang pernah mengalami keguguran memiliki kecenderungan 0.57 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengalami keguguran (nilai-p= 0.072) namun tidak bermakna secara statistik. Nilai OR antara jumlah melahirkan dengan kanker ovarium tampak bahwa dibandingkan dengan responden yang tidak pernah melahirkan, responden yang pernah melahirkan 1-2 kali memiliki kecenderungan 0.23 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.003) dan bermakna secara statistik, lalu responden yang pernah melahirkan 3 kali memiliki kecenderungan 0.07 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.000) dan bermakna secara statistik. Dari nilai OR antara umur melahirkan anak pertama dengan kanker ovarium terlihat bahwa responden yang melahirkan anak pertama saat umur 30 tahun memiliki risiko 1.73 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang melahirkan anak pertama saat umur < 30 tahun (nilai-p= 0.252) namun tidak bermakna secara statistik. Tabel 4. Kekuatan Hubungan Menyusui Anak dengan Kanker Ovarium Variabel Riwayat menyusui anak Durasi menyusui anak (bulan) Penyakit Kategori Kasus N=71 Kontrol N=140 OR (95% CI) Nilai-p Tidak pernah Pernah ( ) ( ) ( ) Nilai OR antara riwayat menyusui anak dengan kanker ovarium memberi simpulan bahwa responden yang pernah menyusui anak memiliki kecenderungan 0.17 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menyusui anak (nilai-p= 0.000) dan bermakna secara statistik.

7 7 Berdasarkan nilai OR antara durasi menyusui anak dengan kanker ovaium tampak bahwa dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menyusui anak, responden yang pernah menyusui anak selama 1-24 bulan memiliki kecenderungan 0.31 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.014) dan bermakna secara statistik, lalu responden yang pernah menyusui anak selama 25 bulan memiliki kecenderungan 0.13 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.000) dan bermakna secara statistik. Tabel 5. Kekuatan Hubungan Infertilitas dengan Kanker Ovarium Penyakit Variabel Kategori Kasus N=71 Kontrol N=140 OR (95% CI) Nilai-p Riwayat infertilitas ǂ Tidak pernah Pernah ( ) Riwayat penggunaan Tidak pernah obat fertilitas ǂ Pernah ( ) Durasi penggunaan obat fertilitas ǂ ( ) (bulan) > ( ) ǂ Ʃ N karena Ʃ yang dipakai adalah Ʃ responden yang sudah menikah, yang dapat dinilai pernah mengalami infertilitas atau tidak Nilai OR antara riwayat infertilitas dengan kanker ovarium terlihat bahwa responden yang pernah mengalami infertilitas memiliki risiko 2.09 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengalami infertilitas (nilai p=0.032) dan hubungan ini bermakna secara statistik. Dengan melihat nilai OR antara riwayat penggunaan obat fertilitas tampak bahwa responden yang pernah menggunakan obat fertilitas memiliki risiko 1.99 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menggunakan obat fertilitas (nilai p=0.144) namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik. Dari nilai OR antara durasi penggunaan obat fertilitas dengan kanker ovarium terlihat bahwa dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menggunakan obat fertilitas, responden yang pernah menggunakan obat fertilitas selama 6 bulan memiliki risiko 1.46 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium (nilai p=0.611) namun tidak bermakna secara statistik, lalu responden yang pernah menggunakan obat fertilitas selama >6 bulan memiliki risiko 2.92 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium (nilai p=0.076) namun tidak bermakna secara statistik.

8 8 Tabel 6. Kekuatan Hubungan Menopause dengan Kanker Ovarium Variabel Status menopause saat didiagnosis Penyakit Kategori Kasus N=71 Kontrol N=140 OR (95% CI) Nilai-p Ya ( ) Tidak Umur saat < ( ) menopause ǂ ( ) ( ) Umur saat ( ) didiagnosis > ǂ Ʃ N karena Ʃ yang dipakai adalah Ʃ responden yang sudah menopause saat didiagnosis Dengan melihat nilai OR antara status menopause dengan kanker ovarium dapat disimpulkan bahwa responden yang berstatus menopause memiliki risiko 1.54 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak berstatus menopause (nilai p=0.140) namun ini tidak bermakna secara statistik. Dari nilai OR antara umur menopause pada respoden yang telah menopause sebelum didiagnosis sakit dengan kanker ovarium terlihat bahwa dibandingkan dengan responden yang mengalami menopause saat umur tahun, responden yang mengalami menopause saat umur < 45 tahun memiliki risiko 4.83 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium (nilai p=0.026) dan bermakna secara statistik, lalu responden yang mengalami menopause saat umur tahun memiliki risiko 1.15 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium (nilai p=0.779) namun tidak bermakna secara statistik, kemudian responden yang mengalami menopause saat umur 55 tahun memiliki kecenderungan 0.26 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai p=0.198) namun tidak bermakna secara statistik. Berdasarkan nilai OR antara umur saat didiagnosis dengan kanker ovarium tampak bahwa responden yang didiagnosis kanker saat umur 50 tahun memiliki kecenderungan 0.92 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium daripada responden yang didiagnosis kanker saat umur > 50 tahun (nilai-p= 0.765) namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.

9 9 Tabel 7. Kekuatan Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Oral dengan Kanker Ovarium Variabel Riwayat penggunaan kontrasepsi oral Durasi penggunaan kontrasepsi oral (bulan) Umur pertama kali menggunakan kontrasepsi oral ǂ (tahun) Umur terakhir kali menggunakan kontrasepsi oral ǂ (tahun) Jenis kontrasepsi oral yang digunakan Alasan berhenti menggunakan kontrasepsi oral ǂ Penyakit Kategori Kasus N=71 Kontrol N=140 OR (95% CI) Nilai-p Tidak pernah Pernah ( ) ( ) ( ) > ( ) > ( ) Tidak pernah Minipil ( ) Sediaan kombinasi dosis rendah ( ) Sediaan kombinasi dosis tinggi Bukan karena efek samping ( ) Karena efek samping ( ) ǂ Ʃ N karena Ʃ yang dipakai adalah Ʃ responden yang pernah menggunakan kontrasepsi oral Berdasarkan nilai OR antara riwayat penggunaan kontrasepsi oral dengan kanker ovarium tampak bahwa responden yang pernah menggunakan kontrasepsi oral memiliki kecenderungan 0.37 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral (nilai-p= 0.001) dan hubungan ini bermakna secara statistik. Dari nilai OR antara durasi penggunaan kontrasepsi oral dengan kanker ovarium dapat disimpulkan bahwa dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, responden yang pernah menggunakan kontrasepsi oral selama 1-24 bulan memiliki kecenderungan 0.46 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.029) dan tidak bermakna secara statistik, sedangkan responden yang pernah menggunakan kontrasepsi oral selama 25 bulan memiliki kecenderungan 0.25 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.005) dan bermakna secara statistik. Nilai OR antara umur pertama kali menggunakan kontrasepsi oral dengan kanker ovarium tampak bahwa responden yang pertama kali menggunakan kontrasepsi oral saat umur

10 10 > 25 tahun memiliki risiko 2.05 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang pertama kali menggunakan kontrasepsi oral saat umur 25 tahun (nilai-p= 0.176) namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik. Berdasarkan nilai OR antara umur terakhir kali menggunakan kontrasepsi oral dengan kanker ovarium terlihat bahwa responden yang terakhir kali menggunakan kontrasepsi oral saat umur 45 tahun memiliki risiko 2.75 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang terakhir kali menggunakan kontrasepsi oral saat umur > 45 tahun (nilai-p= 0.335) namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik. Dari nilai OR antara jenis kontrasepsi oral dengan kanker ovarium tampak bahwa dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, responden yang menggunakan kontrasepsi oral jenis minipil memiliki kecenderungan 0.58 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.436) namun tidak bermakna secara statistik, lalu responden yang menggunakan kontrasepsi oral jenis sediaan kombinasi dosis rendah memiliki kecenderungan 0.30 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.001) dan bermakna secara statistik, kemudian responden yang menggunakan kontrasepsi oral jenis sediaan kombinasi dosis tinggi memiliki kecenderungan 0.67 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium (nilai-p= 0.653) namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik. Nilai OR antara alasan berhenti menggunakan kontrasepsi oral dengan kanker ovarium memberi simpulan bahwa responden yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral karena efek samping memiliki kecenderungan 0.70 kali lebih rendah untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral bukan karena efek samping (nilai p=0.567) namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik. Tabel 8. Kekuatan Hubungan Riwayat Kanker pada Keluarga dengan Kanker Ovarium Variabel Riwayat kanker ovarium pada keluarga Riwayat kanker payudara pada keluarga Riwayat kanker kolon dan atau kanker prostat pada keluarga Penyakit Kategori Kasus N=71 Kontrol N=140 OR (95% CI) Nilai-p Ada ( ) Tidak ada Ada ( ) Tidak ada Ada ( ) Tidak ada Dengan melihat nilai OR antara riwayat kanker ovarium pada keluarga dapat disimpulkan bahwa responden yang ada riwayat kanker ovarium pada keluarga memiliki risiko 7.55 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden

11 11 yang tidak ada riwayat kanker ovarium pada keluarga (nilai-p= 0.004) dan bermakna secara statistik. Berdasarkan OR antara riwayat kanker payudara pada keluarga dengan kanker ovarium dapat disimpulkan bahwa responden yang ada riwayat kanker payudara pada keluarga memiliki risiko 1.35 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak ada riwayat kanker payudara pada keluarga (nilai-p= 0.528) namun tidak bermakna secara statistik. Dengan melihat nilai OR antara riwayat kanker kolon dan atau kanker prostat dapat disimpulkan bahwa responden yang ada riwayat kanker kolon dan atau kanker prostat pada keluarga memiliki risiko 2.03 kali lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan dengan responden yang tidak ada riwayat kanker kolon dan atau kanker prostat pada keluarga (nilai-p= 0.318) namun tidak bermakna secara statistik. PEMBAHASAN Sampel yang diambil yaitu pasien rawat jalan yang didiagnosis kanker ovarium sebagai kasus, dan pasien rawat jalan yang didiagnosis kanker serviks sebagai kontrol. Penelitian ini menggunakan kontrol yaitu pasien yang melakukan rawat jalan di rumah sakit sehingga desain yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi kasus kontrol berbasis rumah sakit (Hospital-based Case-control Study). Pasien yang menderita kanker ovarium dan kanker serviks ini melakukan rawat jalan (konsultasi) di poli yang sama yaitu Poli Ginekologi. Menurut histologi kanker ovarium, dari keseluruhan penderita kanker ovarium, 90% menderita kanker ovarium epithelial sedangkan 10% penderita kanker ovarium non-epithelial sehingga dapat dikatakan kanker ovarium epithelial ini mewakili penderita kanker ovarium secara umum. Seperti pada umumnya, penelitian ini memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan penelitian ini adalah desain kasus kontrol yang digunakan sehingga hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan variabel independen dapat ditemukan. Karena penelitian ini berbasis rumah sakit maka identifikasi diagnosis penyakit menjadi pasti. Populasi penelitian yang merupakan penderita kanker membuat kesalahan atau ketelitian dalam mengingat di kasus maupun di kontrol setara. Selain itu, jumlah sampel yang diambil menggunakan perbandingan 1:2 sehingga kekuatan studi meningkat. Kuesioner yang digunakan sebagai alat untuk mewawancara telah diuji substansinya. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner tersusun secara terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terpusat pada variabel yang diingat oleh responden sehingga bias informasi dapat

12 12 diminimalisir. Pertanyaan yang mungkin sulit untuk dijawab karena adanya keterbatasan dalam mengingat, dibantu dengan media gambar untuk. Informasi yang cukup detail mengenai riwayat kanker pada keluarga, riwayat reproduksi, dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral menjadi salah satu kekuatan penelitian ini. Sedangkan kelemahan penelitian ini yaitu hanya menggunakan penderita kanker serviks sebagai kontrol, seharusnya ada kontrol lain yaitu penderita kanker lain di luar kanker bagian ginekologi yang tidak berisiko dengan variabel independen yang diteliti (contohnya kontrasepsi oral) atau masyarakat (tetangga atau teman kerja pasien kanker ovarium) dan tidak berhubungan dengan exposure. Pengumpul data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti sehingga ada bias informasi. Selain itu, jumlah kasus yang sedikit (<100 kasus) dan kekuatan uji pada penelitian ini hanya 80%. Metode wawancara pada variabel riwayat kanker pada keluarga tidak langsung menanyakan kanker yang dimaksud tetapi responden ditanya dengan pertanyaan Adakah anggota keluarga yang menderita kanker? dan diminta menyebutkan penyakit kanker yang diderita oleh anggota keluarga tersebut sehingga celah bias informasi masih ada. Hal tersebut tampak pada hasil responden yang memiliki riwayat kanker endometrium pada keluarga adalah 0%, ini terjadi kemungkinan karena responden tidak tahu kanker endometrium seperti apa sehingga jika ada keluarga yang menderita kanker endometrium, kemungkinan mereka artikan sebagai kanker lain. Selain itu, variabel yang susah diingat seperti variabel durasi penggunaan kontrasepsi oral dan jenis kontrasepsi oral, memungkinkan adanya bias informasi. Peningkatan risiko terkena kanker ovarium terjadi pada responden seiring dengan meningkatnya latar belakang pendidikan yang diraih. Hal ini tampak dari keadaan responden yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi cenderung menunda untuk menikah atau jumlah kehamilan cenderung lebih sedikit sehingga risiko meningkat. Hasil pada penelitian ini menyebutkan bahwa pendidikan tinggi memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan pendidikan rendah (OR= 3.28) dan sesuai dengan studi Rossing et al (2004) (OR= 1.2). Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan studi Ness et al (2000) (OR= 0.7) namun secara statistik tidak bermakna. Status bekerja menjadi faktor risiko untuk terkena kanker ovarium. Ini disebabkan oleh kondisi bekerja menyebabkan terpajan oleh benda-benda yang mungkin karsinogen yang tampak pada studi Sala et al, (1998) yang menyebutkan bahwa kematian akibat kanker ovarium tercatat pada pekerja di industri pelayanan kesehatan yang terdapat pajanan substansi berbahaya seperti radiasi dan obat kemoterapi. Pada penelitian ini tampak responden yang

13 13 bekerja lebih berisiko untuk terkena kanker ovarium daripada responden yang tidak bekerja (OR= 1.32) namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik. Status pernikahan menjadi faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker ovarium. Hasil pada penelitian ini menyebutkan tidak menikah memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium dibandingkan yang menikah (OR= 20.97), konsisten dengan studi Fujita et al (2008) dan Rossing et al (2004). Proteksi dari jumlah kehamilan 1-2 kali (OR= 0.18) dan 3 kali (OR= 0.06) secara konsisten bermakna dalam menurunkan risiko kanker ovarium dibandingkan jumlah kehamilan 0 kali, sesuai dengan studi Ness et al (2000). Ada dose response jumlah kehamilan terhadap penurunan risiko kanker ovarium. Menurut Ovulatory Suppression Hypothesis, kegagalan dalam kehamilan (keguguran, aborsi, atau kehamilan ektopik) dapat meningkatkan risiko kanker ovarium dibandingkan kehamilan penuh (Gertig dan Hunter, 2002). Namun jika dibandingkan dengan nuligravid, riwayat keguguran menjadi faktor protektor terhadap kejadian kanker ovarium tampak pada penelitian ini (OR= 0.57) dan sesuai dengan hasil pada studi Riman et al (2002) di Swedia. Pada penelitian ini, perlindungan dari paritas terhadap risiko kanker ovarium terlihat meningkat seiring dengan tingginya paritas, hal tersebut tampak baik dari paritas 1-2 kali (OR= 0.23) maupun paritas 3 kali (OR= 0.07) dibandingkan tidak pernah melahirkan, sesuai dengan studi Riman et al (2002). Ada dose response jumlah melahirkan terhadap penurunan risiko kanker ovarium. Salah satu penjelasan tentang efek protektif paritas adalah interupsi ovulasi karena kehamilan, konsisten dengan hipotesis ovulasi tak terputus (Incessant Ovulation Hypothesis) (Gertig dan Hunter, 2002). Variabel umur melahirkan anak pertama memberikan risiko yang semakin tinggi seiring dengan meningkatnya umur, tampak pada penelitian ini bahwa melahirkan anak pertama saat umur 30 tahun lebih berisiko 1.73 kali lebih tinggi dibandingkan melahirkan anak pertama saat umur < 30 tahun, sesuai dengan studi Fujita et al (2008) di Jepang dan studi Braem et al (2010) di Belanda namun tidak sesuai dengan studi lain Titus-Ernstoff (2001) di Inggris. Menyusui anak dapat mereduksi risiko kanker ovarium melalui penekanan ovulasi (Gertig dan Hunter, 2002). Pada penelitian ini, secara signifikan riwayat menyusui anak memberikan perlindungan terhadap kanker ovarium (OR= 0.17) dibandingkan tidak pernah menyusui anak, sesuai dengan studi lain yang pernah dilakukan sebelumnya seperti studi Jordan et al (2009) dan Titus-Ernstoff et al (2002).

14 14 Tren penurunan risiko dengan meningkatnya jumlah bulan menyusui anak tampak pada penelitian Rosenblatt dan Thomas (1993). Durasi menyusui anak yang panjang pun tampak berhubungan dengan penurunan risiko kanker ovarium pada studi Jordan et al (2009). Demikian pula dengan penelitian ini yang terlihat bahwa perlindungan yang dihasilkan dari durasi menyusui anak semakin meningkat seiring dengan panjangnya durasi tersebut terhadap kejadian kanker ovarium {1-24 bulan (OR= 0.31) dan 25 bulan (OR= 0.13) dibandingkan 0 bulan} sehingga dapat dikatakan ada dose response durasi menyusui anak terhadap penurunan risiko kanker ovarium. Penelitian ini menyebutkan bahwa pernah mengalami infertilitas menjadi faktor penyebab yang signifikan terhadap kejadian kanker ovarium (OR= 2.09) dibandingkan tidak pernah mengalami infertilitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Rossing et al (2004) dan studi Moorman et al (2009). Pada penelitian ini, sebagian besar infertilitas tampak pada nuligravida dan nulipara sehingga faktor protektor graviditas dan paritas tidak terjadi pada wanita dengan infertilitas. Wanita yang pernah menggunakan obat fertilitas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium daripada wanita yang tidak pernah menggunakan obat fertilitas pada penelitian ini (OR= 1.99) dan sesuai dengan penelitian Ness et al (2002). Semakin lama durasi penggunaan obat fertilitas maka semakin tinggi risiko terkena kanker ovarium, sehingga dapat dikatakan ada dose response jumlah melahirkan terhadap peningkatan risiko kanker ovarium { 6 bulan (OR= 1.46) dan > 6 bulan (OR= 2.92) dibandingkan 0 bulan}, dan sesuai dengan studi Ness et al (2002). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa wanita yang telah menopause memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium daripada wanita yang belum menopause (OR= 1.54). Hal ini dikarenakan oleh keadaan wanita yang telah menopause menyebabkan perlindungan yang dihasilkan dari kehamilan dan melahirkan sudah tidak dapat diperoleh lagi. Terlambatnya usia menopause secara general tidak ada asosiasi dengan risiko kanker ovarium (Parrazini et al, 1989). Akan tetapi, pada penelitian ini, semakin tua umur saat menopause semakin besar proteksi terhadap risiko kanker ovarium walaupun secara statistik tidak bermakna {< 45 tahun (OR= 4.83), tahun (OR= 1.15), dan 55 tahun (OR= 0.26) dibandingkan tahun}. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hipotesis ovulasi tak terputus, juga tidak sesuai dengan beberapa studi Ness et al (2002) yang menampilkan tidak ada asosiasi antara umur menopause dengan kanker ovarium. Adanya hasil yang berlawanan dengan hipotesis dan beberapa studi sebelumnya dikarenakan oleh umur saat menopause pada penelitian ini hanya pada responden yang sudah menopause secara natural saat didiagnosis dan dikarenakan oleh proporsi responden yang tidak pernah hamil pada kategori saat

15 15 menopause umur < 45 tahun yaitu 18.2%, lebih tinggi daripada kategori tahun yaitu 9.7%, tahun yaitu 4.4%, dan 55 tahun yaitu 0%. Keadaaan responden yang tidak pernah hamil menyebabkan meningkatnya risiko terkena kanker ovarium walaupun usia menopause yang lebih awal. Risiko terkena kanker ovarium meningkat seiring dengan pertambahan umur seperti 40 tahun atau lebih (Zwaveling et al, 1985; Benson dan Pernoll, 2009). Hal ini tampak pada penelitian ini, yang mana umur saat didiagnosis kanker dianalogikan sebagai umur, sehingga dapat dikatakan bahwa umur 50 tahun memberikan proteksi terhadap risiko kanker ovarium dibandingkan umur > 50 tahun (OR= 0.92), dengan kata lain umur > 50 tahun lebih berisiko terkenan kanker ovarium daripada umur 50 tahun. Pil pengendali kelahiran menghalangi ovulasi, mungkin dengan menekan LH (Lituenizing Hormone). Level progesteron yang rendah selama masa reproduksi wanita menunjukkan peningkatan risiko kanker ovarium dan ketidakmampuan untuk hamil atau terlambatnya masa reproduksi mengarah sebagai tanda kekurangan progesteron. Perlindungan dari pernah menggunakan kontrasepsi oral terhadap kejadian kanker ovarium dibandingkan tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral tampak pada studi ini (OR= 0.37) dan sesuai dengan banyak studi yang ada seperti studi Ness et. al (OR= 0.6), Riman et al (OR= 0.73), dan Fujita et al (OR= 0.46). Mekanisme perlindungan oleh kontrasepsi oral berhubungan dengan penekanan gonadotropin pituitari plasma atau menghambat ovulasi (Gertig dan Hunter, 2002). Pernyataan Baziad (2002) menyebutkan bahwa efek protektif kontrasepsi oral makin baik dengan makin lama durasi penggunaannya. Bila dilihat durasi penggunaan kontrasepsi oral, ditemukan bahwa semakin lama menggunakan kontrasepsi oral maka semakin rendah risiko terkena kanker ovarium sehingga dapat dikatakan bahwa ada dose response durasi penggunaan kontrasepsi oral terhadap penurunan risiko kanker ovarium pada penelitian ini (1-24 bulan (OR= 0.46) dan 25 bulan (OR= 0.25) dibandingkan 0 bulan. Hasil yang didapat sesuai dengan banyak studi yang telah dilakukan seperti studi Ness et al (2000) dan studi Riman et al (2002). Wanita yang terakhir kali menggunakan kontrasepsi oral 45 tahun lebih tinggi risiko terkena kanker ovarium daripada wanita yang terakhir kali menggunakan kontrasepsi oral > 45 tahun (OR= 2.75) namun tidak sesuai dengan studi Braem et al (2010). Walaupun hasil ini secara statistik tidak bermakna dan tidak sesuai dengan studi sebelumnya namun secara teori wanita yang terakhir kali menggunakan kontrasepsi oral saat umur 45 tahun memang

16 16 memiliki jumlah siklus ovulasi tak terputus yang lebih banyak daripada wanita yang terakhir kali menggunakan kontrasepsi saat umur > 45 tahun. Proteksi terhadap kanker ovarium tampak pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral jenis minipil (OR= 0.58), sediaan kombinasi dosis rendah (OR= 0.30), dan sediaan kombinasi dosis tinggi (OR= 0.67) dibandingkan yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Kontrasepsi oral jenis minipil hanya memiliki dosis progestin yang rendah, sediaan kombinasi dosis rendah memiliki dosis estrogen rendah dan dosis progestin rendah, sedangkan sediaan kombinasi dosis tinggi memiliki dosis estrogen tinggi dan dosis progestin tinggi. Adanya proteksi terhadap kanker ovarium yang tampak dari penggunaan kontrasepsi oral jenis sediaan kombinasi dosis rendah dan sediaan kombinasi dosis tinggi pada penelitian ini sesuai dengan studi Ness et al (2000). Proteksi tertinggi pada penelitian ini dihasilkan dari penggunaan kontrasepsi oral jenis sediaan kombinasi dosis rendah. Wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral karena efek samping memiliki risiko lebih rendah untuk terkena kanker ovarium daripada wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral bukan karena alasan efek samping. Alasan berhenti menggunakan kontrasepsi oral karena efek samping menjadi faktor protektor terhadap kanker ovarium (OR= 0.70). Hal ini tampak pula pada penelitian Greer et al (2005) yang menunjukkan bahwa durasi penggunaan kontrasepsi oral yang sama akan menghasilkan perlindungan yang berbeda antara wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral karena alasan efek samping dengan wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral bukan karena alasan efek samping. Secara konsisten riwayat kanker pada keluarga muncul sebagai faktor risiko untuk kanker ovarium di banyak studi kasus kontrol (Gertig dan Hunter, 2002). Riwayat kanker pada keluarga yang dimaksud adalah riwayat kanker payudara atau kanker ovarium pada keluarga (Gertig dan Hunter, 2002; Kazeuroni, 2002), kanker endometrium, kanker prostat atau kanker kolon pada keluarga (Syafrudin dan Hamidah, 2007). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa adanya riwayat kanker ovarium (OR= 7.55), kanker payudara (OR= 1.35), serta kanker kolon dan atau kanker prostat (OR= 2.03) pada keluarga menyebabkan risiko lebih tinggi untuk terkena kanker ovarium daripada tidak ada riwayat kanker masing-masing tersebut pada keluarga. Hal ini sesuai dengan studi sebelumnya seperti studi Kazeuroni (2002) yang menyebutkan bahwa adanya riwayat kanker pada first- degree atau second- degree (RR= 1.4), dan second- degree yang lain (RR= 1.3), meningkatkan risiko kanker ovarium.

17 17 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan beberapa variabel yang diteliti dengan kanker ovarium, di antara variabel yang berhubungan tersebut, ada variabel yang menjadi faktor protektor dan ada pula variabel yang menjadi faktor risiko terhadap kanker ovarium. Variabel yang menjadi faktor protektor adalah riwayat reproduksi {jumlah kehamilan 1-2 kali (OR= 0.18) dan 3 kali (OR= 0.06), jumlah melahirkan 1-2 kali (OR= 0.23) dan 3 kali (OR= 0.07), pernah menyusui anak (OR= 0.17), durasi menyusui anak selama 1-24 bulan (OR= 0.31) dan selama 25 bulan (OR= 0.13)} dan penggunaan hormon {pernah menggunakan kontrasepsi oral (OR= 0.37), serta durasi penggunaan kontrasepsi oral selama 1-24 bulan (OR= 0.46) dan selama 25 bulan (OR= 0.25). Hasil ini didapat dengan cara membandingkan dengan kontrol yang seluruhnya terdiri dari pasien kanker serviks. Sedangkan variabel yang menjadi faktor protektor adalah riwayat reproduksi yaitu pernah mengalami infertilitas (OR= 2.09) dan riwayat kanker pada keluarga yaitu ada riwayat kanker ovarium pada keluarga (OR= 7.55). SARAN Dalam upaya menurunkan insiden kanker ovarium diperlukan keterlibatan berbagai pihak seperti: a. RS Kanker Dharmais Jakarta dengan melakukan promosi kesehatan mengenai manfaat dari penggunaan kontrasepsi oral namun penggunaan kontrasepsi oral ini harus dikaji pada wanita yang berisiko kanker payudara; menggalakkan gerakan menyusui; mendukung program Keluarga Berencana. Kegiatan promosi kesehatan ini dapat berupa penyuluhan langsung, memasang poster, atau penyediaan leaflet yang dapat dibaca oleh pengunjung. b. Pada masyarakat yaitu perempuan dapat lebih waspada dan sadar akan risiko kanker ovarium bila pernah mengalami infertilitas, atau jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker ovarium untuk melakukan upaya deteksi dini kanker ovarium. c. Untuk penelitian selanjutnya, yaitu kontrol yang dipakai adalah penderita non kanker juga diikutsertakan, jumlah sampel yang diperbesar, serta jika ingin meneliti hubungan variabel kontrasepsi oral dengan kejadian kanker ovarium, kontrol yang digunakan bukan penderita kanker serviks karena kedua kanker tersebut secara literatur berhubungan dengan kontrasepsi oral.

18 18 DAFTAR PUSTAKA Adami, Hans-Olov, Hunter, David, & Trichopoulos, Dimitrios. (2002). Textbook of Cancer Epidemiology. New York: Oxford University Press. Baziad, Ali. (2002). Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Benson, Ralph C., & Pernoll, Martin L. (2009). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. (Susiani Wijaya, Penerjemah). Jakarta: EGC. Bidang Rekam Medis RSKD. (2009). 10 Besar Kanker Tersering di RS Kanker "Dharmais" Rawat Jalan (Kasus Baru) Tahun Rumah Sakit Kanker Dharmais. Oktober 18, Braem, M. G. M., et al. (2010). Reproductive and Hormonal Factors in Association With Ovarian Cancer in the Netherlands Cohort Study. American Journal of Epidemiology. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2009). Profil Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Tahun Jakarta: Dirjen P2PL. Fujita, Megumi, et al. (2008). Smoking, Earlier Menarche and Low Parity as Independent Risk Factors for Gynecologic Cancers in Japanese: A Case-Control Study. Tohoku Journal Exp Med. Globocan. (2012). Fact Sheets. International Agency for Research on Cancer. Oktober 18, Greer, Julia, B., et al. (2005). Short-Term Oral Contraceptive Use and the Risk of Epithelial Ovarian Cancer. American Journal of Epidemiology. Hutchon, David J R. (2001). Calculator for Confidence Intervals of Odds Ratio in An Unmatched Case Control Study Using the Null Hypothesis to Provide An Estimate. 7 Juni Jordan, Susan J., et al. (2010). Breastfeeding and Risk of Epithelial Ovarian Cancer. Cancer Causes and Control. Kazeuroni, Niloufar Neely. (2002). Family History of Breast Cancer as a Determinant of the Risk of Developing Endometrial and Ovarian Cancers: A Nationwide Cohort Study. Disertasi. ProQuest Information and Learning Company. Moorman, Patricia G., et al. (2009). Ovarian Cancer Risk Factors in African-American and White Women. American Journal of Epidemiology.

19 19 Ness, Roberta B. et al. (2000). Risk of Ovarian Cancer in Relation to Estrogen and Progestin Dose and Use Characterstics of Oral Contraceptives. American Journal of Epidemiology. Ness, Roberta B. et al. (2002). Infertility, Fertility Drugs, and Ovarian Cancer: A Pooled Analysis of Case-Control Studies. American Journal of Epidemiology. Oxorn, Harry, & Forte, William R. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Diterjemahkan oleh Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica. Parrazini, F., et al. (1989). Menstrual Factors and The Risk of Epithelial Ovarian Cancer. Journal Of Clinical Epidemiology. Rarung, Max. (2008). Kelangsungan Hidup Lima Tahun Kanker Ovarium yang Dikelola RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran. Riman, Tomas, et al. (2002). Hormone Replacement Therapy and the Risk of Invasive Epithelial Ovarian Cancer in Swedish Women. Journal of the National Cancer Institute. Rosenblatt, Karin A., et al. (2011). Genital Powder Exposure and The Risk of Epithelial Ovarian Cancer. Cancer Causes Control. Sala, Maria, Dosemeci, Mustafa, & Zahm, Sheila Hoar. (1998). A Death Certificate-Based Study of Occupation and Mortality From Reproductive Cancers Among Women in 24 US States. Journal of Occupational and Environmental Medicine. Rosenblatt, Karin A, & Thomas, David B. (1993). Lactation and The Risk of Ephitelial Ovarian Cancer. International Journal Epidemiology. Syafrudin, & Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Titus-Ernstoff, L., et al. (2001). Menstrual and Reproductive Factors In Relation to Ovarian Cancer Risk. British Journal of Cancer. Whittemore, Alice E., et al. (1992). Characteristics Relating to Ovarian Cancer Risk: Collaborative Analysis of 12 US Case -Control Studies: II. Invasive Epithelial Ovarian Cancers in White Women. American Journal of Epidemiology. Zwaveling, A., et al. (1985). Onkologi. (Kelompok Penerjemah Team Kanker FK UGM, Penerjemah). Jakarta: PN Balai Pustaka.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Payudara merupakan masalah kesehatan di dunia, kejadian dan kematian akibat kanker payudara terus meningkat di semua negara, baik negara maju, berkembang, maupun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv ABSTRAK...v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2 PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 05 SAMPAI JULI 06 Velisitas A. M. Potes, E. Suparman, B. J. Laihad Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT Bagian Obstetri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi penyakit yang parah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA THE RELATIONSHIP BETWEEN WOMEN AGE RELATED COITARCHE AND THE LENGTH OF

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR A. Ulfa Fatmasanti Akbid Batari Toja Watampone (Alamat Koresponden: andiulfafatmasanti@gmail.com/ 085399168227)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 Bram Adhitama, 2014 Pembimbing I : July Ivone, dr, MKK.MPd.Ked Pembimbing II : Cherry Azaria,dr.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Menurut WHO 8-9 % wanita akan mengalami kanker payudara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Jurnal Kesehatan Masyarakat KEMAS 8 (2) (2013) 121-126 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA WANITA Lindra Anggorowati Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Heni Anggraini NIM : 201010104201 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Karakteristik penderita kanker serviks di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari Desember 2015

Karakteristik penderita kanker serviks di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari Desember 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor, Juli-Desember 0 Karakteristik penderita kanker serviks di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 01 1 Desember 01 1 Andre M. Watulingas Maria Loho

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan Prosiding SNaPP011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:089-358 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS YANG DIRAWAT INAP DI BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Pasien Kanker di RSUD dr. Soekardjo Tasikmlaya Tahun 2016) ABSTRAK

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Pasien Kanker di RSUD dr. Soekardjo Tasikmlaya Tahun 2016) ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Pasien Kanker di RSUD dr. Soekardjo Tasikmlaya Tahun 2016) Santika Dini Dhiana 1) Nur Lina dan Ai Sri Kosnayani 2) Mahasiswa

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Risiko Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker Payudara

Hubungan Faktor Risiko Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker Payudara Hubungan Faktor Risiko Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker Atania Rachma Anindita, 1 Sri Mulya 2 1 Mahasiswa Program studi D III Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013-2014 Deryant Imagodei Noron, 2016. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara,dr.,Sp.OG Pembimbing II : Dani, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien Dengan Kanker Payudara Stadium Dini di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien Dengan Kanker Payudara Stadium Dini di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien Dengan Kanker Payudara Stadium Dini di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Abstrak Ciptomangunkusumo Jakarta Tahun 2012 Silvia Sagita Pembimbing : Dr. Pandu Riono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011 vi ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFERTILITAS WANITA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2011 Aggie, 2011; Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr., M. Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI PENYAKIT KANKER 4 Februari-Hari Kanker Sedunia SITUASI PENYAKIT KANKER Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita 36 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita dengan paritas nulipara dengan beberapa faktor risiko lain. Hal ini di teliti karena belum adanya penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2013 Indra Josua M. Tambunan, 2014 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, M.Kes, AIF.. Kanker serviks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL Dewy Indah Lestary 1), Febriani Anita Ria 2) Akademi Kebidanan Wijaya Kusuma Malang Email : akbidwijayakusuma.ac.id 0341-7500328

Lebih terperinci

Hubungan antara Menyusui dengan Risiko Kanker Ovarium

Hubungan antara Menyusui dengan Risiko Kanker Ovarium ARTIKEL PENELITIAN Hubungan antara Menyusui dengan Risiko Kanker Ovarium ASRI ADISASMITA 1, DINI MARYANI 2, BAMBANG DWIPOYONO 3 1 Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia. Diperkirakan 529.000 kasus baru tahun 2008 dan > 85% kejadian secara

Lebih terperinci

Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015

Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 26 Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari 23 - Desember 25 Imanuel T. Gea 2 Maria F. Loho 3 Freddy W.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA. PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA. Muthiah Rissa Pratiwi, S.S.T. Abstrak Kanker leher rahim adalah kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas merupakan kelainan sistem reproduksi yang menyebabkan pasangan suami-istri mengalami kegagalan kehamilan setelah melakukan hubungan secara rutin dan tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan salah satu kanker penyebab utama kematian wanita di seluruh dunia. Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang dan berada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh dijaringan payudara, yakni didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak hingga jaringan ikat pada payudara. Kanker

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman bagi setiap orang. Di antara berbagai jenis kanker, ada beberapa yang khas menyerang pada kaum wanita diantaranya

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011 Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode Januari 0 3 Desember 0 Eveline Febrina, Dani.Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Bagian Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang dikategorikan sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker masih menjadi ancaman kesehatan bagi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Desi Maritaning Astuti 1610104430 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSU DADI KELUARGA PURWOKERTO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSU DADI KELUARGA PURWOKERTO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSU DADI KELUARGA PURWOKERTO Fitria Prabandari 1), Dyah Fajarsari 2) Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Email: fitriaprabandari21@gmail.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara (Carcinoma mamae)adalah suatu penyakit neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit yang tidak menular dan kanker yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dan diobati. Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto. menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dan diobati. Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto. menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita. Penderita kanker payudara sudah tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Paritas Riwayat Keluarga Penggunaan KB Hormonal Kanker Payudara Riwayat Kanker Sebelumnya Status Perkawinan Gambar 3.1 Kerangka

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA SUBUR KOTA SEMARANG TAHUN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA SUBUR KOTA SEMARANG TAHUN FAKTOR RISIKO KEJADIAN KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA SUBUR KOTA SEMARANG TAHUN 2015 (Studi Kasus di Puskesmas Ngaliyan, Puskesmas Poncol dan Puskesmas Purwoyoso Kota Semarang) RAHAYU ANGELINA ALFA DENNY

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2010 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2010 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2010 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data

Lebih terperinci

Hubungan Usia, Jumlah Paritas, dan Usia Menarche

Hubungan Usia, Jumlah Paritas, dan Usia Menarche Hubungan Usia, Jumlah Paritas, dan Usia Menarche Terhadap Derajat Histopatologi Kanker di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2015-2016 Rian Parsaoran Andreas Simamora 1, Rizki Hanriko 2, Ratna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan wawancara Riskesdas 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% per 1000 penduduk, dengan prevalensi kanker

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN Indah Nur aini *, Rizqy Amelia 1, Fadhiyah Noor Anisa 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011 Adindha, 2012; Pembimbing I : Laella K. Liana, dr., Sp. PA., M. Kes. Pembimbing II : Rimonta

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari. ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS Abstract: La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari ali_imran@gmail.com his article is to determine the risk factors

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos. Mioma yang berasal dari sel-sel otot polos miometrium disebut mioma uteri (Achadiat, 2004). Mioma uteri

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA Arlyana Hikmanti 1, Fauziah Hanum Nur Adriani 2 STIKES Harapan Bangsa Purwokerto email : arlyana_0610@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan nasional yang menimbulkan perubahan dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa kecenderungan baru dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan penyebab kematian kelima

Lebih terperinci

GAMBARAN KANKER PAYUDARA BERDASARKAN STADIUM DAN KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN

GAMBARAN KANKER PAYUDARA BERDASARKAN STADIUM DAN KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN GAMBARAN KANKER PAYUDARA BERDASARKAN STADIUM DAN KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012-2013 Oleh : IKKE PRIHATANTI 110100013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT MENYUSUI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Listyawati

HUBUNGAN RIWAYAT MENYUSUI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Listyawati HUBUNGAN RIWAYAT MENYUSUI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Listyawati 214114121 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Ravika Chandrawati Universitas Malahayati Email: ravikachandra89@gmail.com Abstrack: Risk Factors

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur, rahim dan alat kelamin perempuan. Kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak diderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu bentuk kanker pada perempuan yang paling mematikan di dunia tetapi paling mudah untuk dicegah ( World Health Organization,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 Antika Putri 1 Marlina 2 Ulfah Jamil 3 Intisari Abortus merupakan penghentian kehamilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada wanita setelah kanker payudara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan

BAB III METODE PENELITIAN. retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan masalah penelitian

Lebih terperinci

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010

ABSTRACT. CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY DECEMBER 2010 ABSTRACT CHARACTERISTICS OF CERVICAL CARCINOMA AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG in 1 JANUARY 2010-31 DECEMBER 2010 Fadhli Firman Fauzi, 2012 Tutor I : dr. Rimonta Gunanegara, Sp.OG Tutor II : dr. Sri

Lebih terperinci

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN Prosiding Seminar Nasional Food Habit and Degenerative Diseases RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN Irna Setyowati 1, Noor Alis Setiyadi2, Ambarwati2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang jarang terjadi di sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim atau serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia

Lebih terperinci

USIA MENARKHE SEBAGAI FAKTOR RISIKO RESEPTOR HORMON POSITIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI SURAKARTA SKRIPSI

USIA MENARKHE SEBAGAI FAKTOR RISIKO RESEPTOR HORMON POSITIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI SURAKARTA SKRIPSI USIA MENARKHE SEBAGAI FAKTOR RISIKO RESEPTOR HORMON POSITIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RADEN RORO ANINDYA PRABASARY

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Meyrawati Mustika Dewi 1610104466 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO MENYUSUI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA PADA PASIEN YANG DI RAWAT INAP DI RS.Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO MENYUSUI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA PADA PASIEN YANG DI RAWAT INAP DI RS.Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN FAKTOR RISIKO MENYUSUI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA PADA PASIEN YANG DI RAWAT INAP DI RS.Dr. KARIADI SEMARANG ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG Dian Hanifah Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang Jalan R. Panji Suroso No. 6 Malang Telp. 0341-488 762

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Menurut data International Agency for Research on Cancer (IARC) terdapat 14,1

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Sikap Wanita Mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear Di RSU. Hermana Lembean Bulan November- Desember Tahun 2013

Pengetahuan dan Sikap Wanita Mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear Di RSU. Hermana Lembean Bulan November- Desember Tahun 2013 Pengetahuan dan Sikap Wanita Mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear Di RSU. Hermana Lembean Bulan November- Desember Tahun 2013 Andrew Batas 1, Mongan S 2, Maya Mewengkang 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan

Lebih terperinci

Prevalensi Kanker Serviks Berdasarkan Paritas di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

Prevalensi Kanker Serviks Berdasarkan Paritas di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012 647 Artikel Penelitian Prevalensi Kanker Serviks Berdasarkan Paritas di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2011- Desember 2012 Septia Haryani 1, Defrin 2, Yenita 3 Abstrak Kanker serviks menempati

Lebih terperinci

THE RELATIONSHIP OF MATERNAL CHARACTERISTICS WITH THE INCIDENCE CERVICAL CANCER IN THE DR

THE RELATIONSHIP OF MATERNAL CHARACTERISTICS WITH THE INCIDENCE CERVICAL CANCER IN THE DR THE RELATIONSHIP OF MATERNAL CHARACTERISTICS WITH THE INCIDENCE CERVICAL CANCER IN THE DR. SOERADJI PUBLIC GOVERNMENT HOSPITALS, TIRTONEGORO, KLATEN EAST JAVA Tutik Astuti ABSTRACT Background: Cancer is

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama teratur tanpa kontrasepsi, namun

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 12 DESEMBER Pembimbing, dr. I Nyoman Gede Budiana, Sp.OG (K) NIP

PERSETUJUAN PEMBIMBING INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 12 DESEMBER Pembimbing, dr. I Nyoman Gede Budiana, Sp.OG (K) NIP PERSETUJUAN PEMBIMBING INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 12 DESEMBER 2014 Pembimbing, dr. I Nyoman Gede Budiana, Sp.OG (K) NIP. 19710818 200604 1 001... Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Lebih terperinci