UNIVERSITAS MULAWARMAN
|
|
- Yandi Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ISSN Vol. 6 No. 2 Maret 2011 Review JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur (Development of Indegenous Food Diversification in Kalimantan Timur) Hadi Suprapto Penelitian Pelapisan Chitosan pada Buah Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw.) sebagai Upaya untuk Memperpanjang Umur Simpan dan Kajian Sifat Fisiknya selama Penyimpanan. (Chitosan coating onto Pondoh Snakefruit (Salacca edulis Reinw.) to Extend the Shelf-Life and Its Physical Characteristics Study during Storage) Maulida Rachmawati Aktifitas Antioksidan Pada Campuran Kopi Robusta (Coffea cannephora) dengan Kayu Manis (Cinnamomun burmanii). (Antioxidan Activity of Coffee Robusta (Coffea cannephora) with Cinnamon (Cinnamomun burmanii) Miftakhur Rohmah Pengaruh Pewarna Ekstrak Cair Alami Bawang Tiwai (Eleutherine americana Merr.) terhadap Mutu Selai Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca Linn). (Natural Liquid Colorant from Tiwai Onion (Eleutherine americana Merr) Extract on Kepok Banana (Musa paradisiaca Linn) Peel Jam Quality) Bernatal Saragih, Ika Karyati, Deny Sumarna Effisiensi Pengirisan Bawang Merah Dengan Variasi Sudut Kemiringan Pisau Pada Alat Pengiris Bawang Merah Tipe Pengiris Vertikal (Shallots Incision Efficiency with Blade Tilt Angles Variation at Shallot Slicer Vertical Type) Tantan Widiantara Karakteristik Fisik, Kandungan Minyak dan Asam Lemak dari Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dan Jarak Kepyar (Ricinus communis L.) (Physical Characteristics, Oil Content and Fatty Acid from Seed of Jarak Pagar (Jatropha curcas L). and Jarak Kepyar (Ricinus communis L.) Sopian Hadi Bekerjasama dengan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Kalimantan Timur
2 JTP JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN PENERBIT Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jl.Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua Samarinda PELINDUNG Gusti Hafiziansyah PENANGGUNG JAWAB Bernatal Saragih KETUA EDITOR Krishna Purnawan Candra (THP-UNMUL Samarinda) EDITOR Bernatal Saragih (THP-UNMUL Samarinda) Dahrulsyah (TPG-IPB Bogor) Dodik Briawan (GMK-IPB Bogor) Khaswar Syamsu (TIN-IPB Bogor) Meika Syahbana Roesli (TIN-IPB Bogor) V. Prihananto (THP-Unsoed Purwokerto) EDITOR PELAKSANA Sulistyo Prabowo Hadi Suprapto Miftakhur Rohmah ALAMAT REDAKSI Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jalan Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua Samarinda Telp
3 JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Volume 6 Nomor 2 Review Halaman Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur (Development of Indegenous Food Diversification in East Kalimantan) Hadi Suprapto Penelitian Pelapisan Chitosan pada Buah Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw.) sebagai Upaya Memperpanjang Umur Simpan dan Kajian Sifat Fisiknya Selama Penyimpanan (Chitosan coating onto Pondoh Snakefruit (Salacca edulis Reinw.) to Extend the Shelf-Life and Its Physical Characteristics Study during Storage) Maulida Rachmawati Aktifitas Antioksidan Campuran Kopi Robusta (Coffea cannephora) dengan Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) (Antioxidan Activity Blended of Coffee Robusta (Coffea cannephora) with Cinnamon (Cinnamomun burmanii)) Miftakhur Rohmah 50 Pengaruh Pewarna Ekstrak Cair Alami Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.) Terhadap Mutu Selai Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca Linn) (Natural Liquid Colorant from Tiwai Onion (Eleutherine americana Merr.) Extract on Kepok Banana (Musa paradisiaca Linn.) Peel Jam Quality) Bernatal Saragih, Ika Karyati, Deny Sumarna Effisiensi Pengirisan Bawang Merah dengan Variasi Sudut Kemiringan Pisau pada Alat Pengiris Bawang Merah Tipe Pengiris Vertikal (Shallots Incision Efficiency with Blade Tilt Angles Variation at Shallot Slicer Vertical Type) Tantan Widiantara Karakteristik Fisik, Kandungan Minyak dan Asam Lemak dari Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dan Jarak Kepyar (Ricinus communis L.) (Physical Characteristics, Oil Content and Fatty Acid from Seed of Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) and Jarak Kepyar (Ricinus communis L.)) Sopian Hadi.. 65 Bekerjasama dengan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Kalimantan Timur
4 Jurnal Teknologi Pertanian,6(2):40-44 ISSN PENGEMBANGAN KERAGAMAN PANGAN LOKAL DI KALIMANTAN TIMUR Development of Indigenous Food Diversification in East Kalimantan Hadi Suprapto Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda Received 10 January 2011 Accepted 15 February 2011 ABSTRACT With the rising global exchange in many products including foodstuffs, the culinary borders are becoming more and more blurred. Because of the increasing globalisation and internationalisation of the food market, many traditional foods are at risk of disappearing. The documentation of traditional foods and dishes is essential for sustaining traditional foods, which are an important part of cultural heritage.food diversification is one of the efforts to increase of prosperous society through increasing quality of food nutrition to make food kinds more various to lift up the quality of indegenous food. East Kalimantan with many ethnic group and unique cultures has great potensial of indegenous food to be developed to solve the food insecurity. However, many national databases are currently lacking nutrient data on country-specific traditional foods. To fill these gaps, traditional foods need to be systematically investigated and information on their nutritional composition needs to be included in national food databases. This information is useful for determining the role of traditional foods in the dietary patterns of a population. Key words: Indigenous Food, Food Security, Food Diversification PENDAHULUAN Para ahli nutrisi dan kesehatan di Eropa sepakat bahwa pola makan yang khusus memainkan peran penting dalam banyak kebiasaan tradisional budaya. Penggunaan bahan makanan dan cara persiapan makanan tertentu yang telah diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutny bisa disebut sebagai 'makanan tradisional' (Weichselbaum et al., 2009). Makanan tradisional memainkan peran penting dalam identitas lokal, perilaku konsumen, transfer budaya warisan untuk generasi mendatang, dan interaksi warisan ini dengan seluruh dunia. Di banyak negara, promosi dan perlindungan makanan tradisional diarahkan melalui kualitas, pertanian dan kebijakan khusus. Karena memiliki efek yang luas, makanan tradisional menarik untuk dikaji mulai dari konsumen, produsen hingga pemasar yang perspektif. Makanan tradisional, di luar elemen-elemen yang harus dilindungi, juga menjadi instrumen penting dalam pemasaran. Bahkan, dengan menimbang biaya yang cukup besar untuk pengembangan produk baru, makanan tradisional memiliki potensi lebih dalam hal diversifikasi produk. Selanjutnya, di banyak negara, permintaan untuk makanan tradisional mulai diamati dan ditingkatkan untuk kemudian dikembangkan sehingga dapat membawa keuntungan untuk usaha kecil dan menengah. Bahkan, produk-produk makanan lokal di Turki kini harus terdaftar dengan indikasi geografis untuk membangun kepercayaan dan menjadi merek di banyak pasar (Albayrak dan Gunes, 2010). Salah satu program yang terkenal untuk meningkatkan nilai lebih produk lokal terutama makanan yaitu program One Village One Product (OVOP), walaupun sebenarnya bukan suatu inovasi komunitas agribisnis terbaru. Program ini sudah dikenal sejak tahun 2001 sejak pertama kali diperkenalkan oleh komunitas kota kecil di Oita, Jepang yang diterjemahkan sebagai paling sedikit satu kecamatan menghasilkan satu produk unggulan. Di Thailand OVOP lebih dikenal sebagai OTOP, yaitu One Tambon One Product yang di adopsi oleh pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di negara itu. Melalui program sejenis OVOP 40
5 Hadi Suprapto Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur ini beberapa negara di Asia Tenggara menemukan keunggulan bersaing berdasarkan potensi sumberdaya dan competitiveness masing-masing produk negara tersebut (Dahliani, 2009). Bagaimana dengan Indonesia? Pada tahun 2008, Kementerian Negara Koperasi dan UKM ternyata telah menerapkan konsep one village one product atau satu desa satu produksi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Wonosobo, Jawa Tengah untuk produk serat rami demi meningkatkan kualitas produk dan pendapatan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Berdasarkan berita yang dilansir oleh Antara News.com, di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, telah dikembangkan desa sentra belimbing yang diolah langsung menjadi sejumlah produk turunan seperti jus, keripik buah, dan lain-lain. Sedangkan di Kabupaten Bangli telah dikembangkan, sentra produksi kopi dan nangka. Di kedua daerah itu sistem satu desa satu produk masih terus dijalankan dan dievaluasi hingga kini. Dari evaluasi terakhir, kemajuan kedua wilayah tersebut berkembang secara signifikan. Bila kita meninjau secara umum, selama ini pola pangan masyarakat Indonesia diarahkan pada komoditas tertentu saja, yaitu padi sebagai makanan pokok dan kedelai sebagai sumber protein nabati utama. Bahkan masyarakat di wilayah yang dahulu dikenal dengan makanan pokoknya selain beras (misalnya jagung, ubikayu, dan ubi jalar) seolah-olah digiring untuk beralih ke beras. Sengaja ataupun tidak, sifat superior beras yang selalu dipromosikan merupakan salah satu pemicu beralihnya konsumen nonberas ke beras. Promosi besar-besaran pemanfaatan terigu dan produk-produknya berdampak pada program diversifikasi pangan tidak dapat menyentuh masyarakat luas, meskipun telah banyak penelitian yang dihasilkan. Dampak lain penggunaan terigu ialah berbagai jenis makanan tradisional yang semula dibuat dengan bahan baku dari tepung bahan pangan lokal (garut, ganyong, ubi jalar, ketan, dll.) semua disubstitusi dengan terigu, yang merupakan bahan pangan impor. Dalam upaya penganekaragaman pangan untuk mengatasi kerawanan pangan perlu dilakukan identifikasi bahan makanan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan sifat fisiko kimia bahan yang beragam maka perlu dilakukan modifikasi pengolahan. Selain itu juga perlu diperhatikan masalah-masalah teknis yang mungkin terjadi yang dihadapi dalam pengembangan produk makanan tradisional. Seperti kasus di Afrika Barat, walaupun mereka mengalami kemajuan kecil dalam mengolah beberapa makanan tradisional, akan tetapi pertumbuhan dan pengembangan industri kecil makanan menjadi terhambat oleh teknologi yang tidak efisien, manajemen yang buruk, modal kerja yang tidak memadai, akses terbatas pada bank dan lembaga keuangan lainnya, tingkat bunga yang tinggi dan margin keuntungan yang rendah (Aworh, 2008). Program penganekaragaman pangan atau yang pada awalnya dikenal sebagai upaya perbaikan menu makanan rakyat mulai dirintis dan dilaksanakan di Indonesia mulai tahun 1960-an. Berbagai penganekaragaman telah dilakukan sampai saat ini. Program penganeka-ragaman tertuang dalam dokumen kebijakan pangan dan gizi, termasuk dokumen Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) dan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi, yang keduanya merupakan dokumen kebijakan dan program di bidang pangan dan gizi mutakhir (Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Kalimantan Timur dengan keragaman etnis dan budayanya memiliki kekayaan khasanah makanan khas. Makanan yang berbasis sumber daya alam lokal ini sangat potensial dalam menunjang ketahanan pangan bagi masyarakat di masing-masing daerah, sehingga seharusnya menjadi salah satu alternatif solusi yang dapat menunjang terwujudnya ketahanan pangan. Akan tetapi potensi yang besar ini belum mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah ataupun pihak terkait lainnya. Keberadaan makanan tradisional cenderung tergeser oleh makanan pendatang, sehingga menurunkan citra makanan tradisional terutama di kalangan generasi muda. Menurut Puspita (2011), mudahnya bahan pangan import di mal, juga membuat begitu mudahnya masyarakat memilih bahan pangan import. Bahan pangan lokal terlihat 41
6 Jurnal Teknologi Pertanian,6(2):40-44 ISSN hampir kalah bersaing dengan bahan pangan import. Tinjauan ini bertujuan untuk melihat potensi makanan tradisional daerah dan usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk pengembangannya agar dapat mendorong perekonomian masyarakat. KEBUTUHAN PANGAN Secara global, tiga masalah utama yang dihadapi oleh umat manusia saat ini adalah ledakan populasi, produksi pangan yang tidak memadai (terutama terjadi di negara-negara Asia Selatan), dan kurangnya pemberdayaan pangan (Ramachandran, 2002). Masalah-masalah ini saling terkait dan perlu ditanggulangi segera. Di antara berbagai faktor yang membatasi populasi dunia, tidak diragukan lagi kelangkaan makanan yang paling jelas bahkan untuk orang awam karena makanan sangat penting untuk kelangsungan hidup. Ini berarti bahwa hasil pertanian, terutama dari tanaman pangan berkurang dan ini harus ditingkatkan dalam waktu yang singkat. Hal ini merupakan tantangan yang akan dihadapi umat manusia pada abad-abad mendatang. Dalam konteks tersebut kiranya akan sangat tepat dan penting sekali untuk mempertimbangkan inovasi makanan tradisional dan eksplorasi makanan baru yang akan memperkuat sistem pangan saat ini dan memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan dan nilai gizi yang lebih baik. Masalah pangan yang tidak stabil akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan penduduk, seperti keterjaminan penduduk terhadap pangan yang dibutuhkan, stabilitas ekonomi, lapangan pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya. Sering terjadi gejolak politik karena dipicu oleh kelangkaan dan naiknya harga pangan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa pangan bukan hanya sekedar komoditas ekonomi tetapi juga komoditas politik yang memiliki dimensi sosial yang luas. Dalam hal ini pemerintah seharusnya menerapkan kebijakan pangan nasional yang selama ini telah banyak dibuat peraturannya. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat (Kemandirian Pangan, 2011): Faktor kecukupan, yaitu tersedianya bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan. Penyediaan pangan ini sedapat mungkin diupayakan dari dalam negeri. Impor dilakukan hanya apabila diperlukan, artinya apabila produksi dalam negeri tidak dapat mencukupi. Oleh karena itu harus digali sumber pangan yang kita miliki dan ditingkatkan produksinya, termasuk mengembangkan jenis pangan tradisional seperti: sagu, jagung, ubi kayu, sukun dan lain-lain. Faktor daya beli, yaitu tersedianya pendapatan yang memadai dan kestabilan harga agar masyarakat mampu untuk membeli bahan makanan. Faktor distribusi, yaitu tersedianya pangan yang cukup di seluruh wilayah dalam waktu tertentu dan jumlah yang memadai. Faktor gizi, yaitu tersedianya produksi pangan yang memenuhi kebutuhan gizi, baik secara kualitas maupun kuantitas. Faktor kesadaran/pengetahuan gizi, yaitu kesadaran atau pengetahuan penduduk mengenai gizi sehingga mereka mengkonsumsi pangan sesuai dengan harapan (gizi seimbang) Pada pidato pembukaan peresmian Konferensi Dewan Ketahanan Pangan Tahun 2010, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan bahwa terdapat enam (6) alasan mengapa ketahanan pangan harus ditingkatkan (Kemenlu RI, 2010). Pertama, pangan adalah salah satu bagian dari basic human need, tidak ada substitusinya. Kedua, disadari atau tidak terjadi peningkatan kebutuhan (growing demand). Ketiga, terdapatnya kerusakan lingkungan degradasi, antara lain karena climate change, tentu mengganggu produksi dan produktifitas pangan dunia. Keempat, terjadi kompetisi antara sumber-sumber pangan dengan sumber-sumber energi, contohnya jagung dan kedelai. Kelima adalah interconectedness global logistic and trade. Keenam, harus ada keseriusan semua elemen menyangkut peningkatan ketahanan pangan. Selain itu, dengan adanya peningkatan dan pengembangan industri kecil dan menengah dikecamatan-kecamatan atau daerah ternyata juga membuka celah untuk peluang membuka lapangan kerja yang secara langsung membantu mengatasi 42
7 Hadi Suprapto Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur masalah sosial seperti pengangguran, urbanisasi besar-besaran ke kota besar, ataupun masalah yang sosial lainnya (Aworh, 2008). Dikarenakan oleh isu globalisasi dunia internasionalisasi pada pasar makanan, banyak dari makanan tradisional menjadi langka dan hampir tidak ditemukan lagi. Dokumentasi makanan tradisional dirasa sangat penting dilakukan untuk menjaga khasanah budaya yang merupakan bagian dari warisan leluhur. UPAYA PENGEMBANGAN Menurunnya popularitas makanan tradisional di Asia Tenggara ternyata juga terjadi di beberapa negara Eropa. Penelitian mengenai hal ini telah dilakukan di Jerman, Inggris Prancis dan Spanyol (Ziemann, 1999; Besch, 2002). Tren yang terus terjadi adalah makanan dan jajanan tradisional mulai dikesampingkan, makanan jadi menggantikan makanan lokal, berkurangnya kebiasaan makan bersama keluarga, jajanan mulai digantikan oleh snack, meningkatnya frekuensi seseorang untuk makan diluar rumah. Menariknya, tren yang berkembang ini menigkat pada hari-hari kerja, didaerah perkotaan dan kebanyakan dilakukan oleh pegawai atau karyawan-karyawan kantoran. Upaya untuk mengembangkan pangan lokal di Kalimantan Timur yang bisa dilakukan dengan identifikasi jenis-jenis makanan atau jajanan yang ada di daerahdaerah di Kalimantan Timur. Setelah teridentifikasi, pihak-pihak yang tekait bisa bekerjasama melakukan usaha untuk melestarikan makanan tradisional tersebut secara teratur mengadakan festival makanan atau berupa lomba makanan dan kue tradisonal khas Kalimantan Timur berbahan baku non-beras. Selain itu juga harus ada pengenalan teknologi pengolahan yang lebih baik, sehinga menjadi produk pangan nonberas yang layak jual ke daerah lain. Dari hasil identifikasi terhadap jenisjenis kue tradisonal khas Kaltim yang telah ditemukan ada beberapa makanan khas dan bersumber dari bahan baku non-beras. Tabel 1. adalah beberapa jenis kue khas yang ada di 13 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Timur. Kondisi Makanan Khas Daerah: Pembuatannya masih dalam skala rumah tangga dan untuk keperluan konsumsi keluarga Diproduksi pada saat-saat tertentu (upacara adat atau perlombaan di tingkat provinsi) Bahan baku yang sangat terbatas karena kurang dibudidayakan. Cara pengolahannya belum tersentuh Teknologi. Minimnya dukungan dari Pemerintah Daerah sehingga sulit berkembang Table 1. Traditonal cake from Kalimantan Timur (Suprapto, 2007) No Regency / Name of traditional cake City 1 Pasir Prol tape kelapa muda Kue siapa dia Kroket singkong Kelapa ubi rambat 2 Penajam Paser Utara Pizza talas Isoles isi sayuran Wortel gulung tempe 3 Balikpapan - 4 Samarinda Pilus isi pale Pisang aneka gizi Kue sikopor 5 Kutai Kartanegara Dadar singkong isi udang Brongkong nangka Lempeng embulung/sagu Lempeng pisang Lempeng ubi kayu Lempeng jagung Dadar saus gula habang 6 Bontang - 7 Kutai Timur Karamel srikaya pisang Lumpia singkong 8 Kutai Barat - 9 Berau Tar jagung kelapa muda Talas baker isi daging 10 Kabupaten Bulungan Srikaya labu Bakul keladi Lapis pisang 11 Nunukan Lapis jagung tumon taka Lapis hula pisang kapok 12 Malinau - 13 Tarakan Gethuk coklat nougout Roll tepung pisang Pisang kopi caramel Ubi gulung ebi Disamping itu, masalah lain yang harus menjadi perhatian kita bersama adalah (1) kurangnya sosialisasi terhadap pemanfaatan pangan lokal/makanan tradisional ini sehingga belum menjangkau semua lapisan masyarakat, (2) selama ini sasaran program pengolahan pangan lokal diarahkan pada 43
8 Jurnal Teknologi Pertanian,6(2):40-44 ISSN industrialisasi, sebenarnya pengembangan makanan tradisional/ pangan khas Indonesia harus lebih diprioritaskan kepada industri rumah tangga, (3) bervariasinya respon pemerintah daerah terhadap pengembangan makanan tradisional/ pangan khas Indonesia (Nainggolan, 2007). Dengan melihat kondisi dan permasalahan tersebut maka perlu ada beberapa langkah yang harus ditempuh antara lain adalah: Identifikasi permasalahan dalam pengembangan berbagai jenis makanan tradisional di Kaltim. Kajian nilai gizi berbagai makanan tradisional di Kaltim. Pengembangan Produk Berbasis Komoditas Lokal. Sosialisasi tentang pemahaman pengembangan keragaman pangan lokal mendukung ketahanan pangan tingkat provinsi. Adanya kegiatan-kegiatan seminar maupun workshop baik tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota. DAFTAR PUSTAKA Albayrak M, Gunes E (2010) Traditional foods: Interaction between local and global foods in Turkey. African Journal of Business Management Vol. 4(4): Aworh OC (2008) The Role of Traditional Food Processing Technologies In National Development: the West African Experience. In: Using Food Science and Technology to Improve Nutrition and Promote National Development. Robertson GL, Lupien JR (eds). International Union of Food Science & Technology. Besch M (2002) Globalisierung und Regionalisierung in der Ernahrung Fast Food versus Slow Food. Didalam: Ernahrung und Raum: Regionale und ethnische Ernahrungsweisen in Deutschland. Gedrich K, Oltersdorf U (eds), Bundesforschungsanstalt fur Ernahrung, Karlsruhe. Dahliani L (2009) One Village One Product (OVOP): Tinjauan dari Manajemen Produksi Tanaman. LPPcom 10(2): Dewan Ketahanan Pangan (2006) Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, Jakarta. Kemandirian Pangan (2010) Urgensi Penganekaragaman Pangan. pangan.agroprima.com/index.php?opti on=com_content&task=view&id=35. [15 Februari 2011]. Kemenlu RI (2010) Transkripsi Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Acara Peresmian Pembukaan Konferensi Dewan Ketahanan Pangan tahun JCC, Jakarta 24 Mei TranscriptionDisplay.aspx?Name1=Tr anskripsi&name2=presiden&idp=65 2&l=id. [10 September 2010]. Ramachandran U (2002) Traditional Food Formulation and Its Future: Example from South Asia. Asia Pacific J Clin Nutr 11(S6): S137-S148. Suprapto H (2007) Identifikasi Kue Khas Kalimantan Timur. Disampaikan pada Workshop Nasional V Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT). Kendari, Juni Puspita R (2011) Analisa Ketahanan Pangan Lokal di Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional Tahun Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. p Weichselbaum E, Benelam B, Costa HS (2009) Synthesis Report No.6: Traditional Foods in Europe. European Food Information Resource (EuroFIR) Project Management Office, Institute for Food Research, Norwich Research Park, Norwich, Norfolk, NR4 7UA, United Kingdom. Ziemann M (1999) Internationalisierung der Ernahrungsgewohnheiten in ausgewahlten europaischen Landern. Didalam: Europaische Hochschulschriften, Reihe V, Volks- und Betriebs-wirtschaft, Bd Frankfurt/M. 44
9 Pengiriman Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman menerima naskah berupa artikel hasil penelitian dan ulas balik (review) yang belum pernah dipublikasikan pada majalah/jurnal lain. Penulis diminta mengirimkan tiga eksemplar naskah asli beserta softcopy dalam disket yang ditulis dengan program Microsoft Word. Naskah dan disket dikirimkan kepada: Editor Jurnal Teknologi Pertanian d. a. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Fakultasd Pertanian Universitas Mulawarman Jalan Pasir Belengkong Samarinda Format Umum. Naskah diketik dua spasi pada kertas A4 dengan tepi atas dan kiri 3 centimeter, kanan dan bawah 2 centimeter menggunakan huruf Times New Roman 12 point, maksimum 12 halaman. Setiap halaman diberi nomor secara berururtan. Ulas balik ditulis sebagai naskah sinambung tanpa subjudul Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan. Selanjutnya susunan naskah dibuat sebagai berikut : Judul. Pada halaman judul tuliskan judul, nama setiap penulis, nama dan alamat institusi masing-masing penulis, dan catatan kaki yang berisi nama, alamat, nomor telepon dan faks serta alamat jika ada dari corresponding author. Jika naskah ditulis dalam bahasa Indonesia tuliskan judul dalam bahasa Indonesia diikuti judul dalam bahasa Inggris. Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dengan judul "ABSTRACT" maksimum 250 kata. Kata kunci dengan judul "Key word" ditulis dalam bahasa Inggris di bawah abstrak. Pendahuluan. Berisi latar belakang dan tujuan. Bahan dan Metode. Berisi informasi teknis sehingga percobaan dapat diulangi dengan teknik yang dikemukakan. Metode diuraikan secara lengkap jika metode yang digunakan adalah metode baru. Hasil. Berisi hanya hasil-hasil penelitian baik yang disajikan dalam bentuk tubuh tulisan, tabel, maupun gambar. Foto dicetak hitam-putih pada kertas licin berukuran setengah kartu pos. Pembahasan. Berisi interpretasi dari hasil penelitian yang diperoleh dan dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian yang pernah dilaporkan (publikasi). Ucapan Terima Kasih. Digunakan untuk menyebut-kan sumber dana penelitian dan untuk PEDOMAN PENULISAN Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman memberikan penghargaan kepada beberapa institusi atau orang yang membantu dalam pelaksanaan penelitian dan atau penulisan laporan. Daftar Pustaka. Daftar Pustaka ditulis memakai sistem nama tahun dan disusun secara abjad. Beberapa contoh penulisan sumber acuan: Jurnal Wang SS, Chiang WC, Zhao BL, Zheng X, Kim IH (1991) Experimental analysis and computer simulation of starch-water interaction. J Food Sci 56: Buku Charley H, Weaver C (1998) Food a Scientific Approach. Prentice-Hall Inc USA Bab dalam Buku Gordon J, Davis E (1998) Water migration and food storage stability. Dalam: Food Storage Stability. Taub I, Singh R. (eds.), CRC Press LLC. Abstrak Rusmana I, Hadioetomo RS (1991) Bacillus thuringiensis Berl. dari peternakan ulat sutra dan toksisitasnya. Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. Bogor 2-3 Des p. A-26. Prosiding Prabowo S, Zuheid N, Haryadi (2002) Aroma nasi: Perubahan setelah disimpan dalam wadah dengan suhu terkendali. Dalam: Prosiding Seminar Nasional PATPI. Malang Juli p. A48. Skripsi/Tesis/Disertasi Meliana B (1985) Pengaruh rasio udang dan tapioka terhadap sifat-sifat kerupuk udang. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta. Informasi dari Internet Hansen L (1999) Non-target effects of Bt corn pollen on the Monarch butterfly (Lepidoptera: Danaidae). iastate.edu/entsoc/ncb99/prog/abs/d81.html [21 Agu 1999]. Bagi yang naskahnya dimuat, penulis dikenakan biaya Rp ,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah). Hal lain yang belum termasuk dalam petunjuk penulisan ini dapat ditanyakan langsung kepada REDAKSI JTP.
UNIVERSITAS MULAWARMAN
ISSN 1858-2419 Vol. 6 No. 2 Maret 2011 Review JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur (Development of Indegenous Food Diversification in
Lebih terperinciUNIVERSITAS MULAWARMAN
ISSN 1858-2419 Vol. 6 No. 2 Maret 2011 Review JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur (Development of Indegenous Food Diversification in
Lebih terperinciUNIVERSITAS MULAWARMAN
ISSN 1858-2419 Vol. 6 No. 2 Maret 211 Review JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur (Development of Indegenous Food Diversification in
Lebih terperinciUNIVERSITAS MULAWARMAN
ISSN 1858-2419 Vol. 6 No. 2 Maret 2011 Review JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur (Development of Indegenous Food Diversification in
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi
Lebih terperinciTabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
Lebih terperinciCUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010
CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang
29 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Diversifikasi Pangan 2.1.1. Pengertian Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
Lebih terperinciUNIVERSITAS MULAWARMAN
ISSN 1858-2419 Vol. 6 No. 2 Maret 2011 Review JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Pengembangan Keragaman Pangan Lokal di Kalimantan Timur (Development of Indegenous Food Diversification in
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Dalam sejarah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG
WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang
Lebih terperinciPEMANFAATAN JAGUNG DALAM PEMBUATAN ANEKA MACAM OLAHAN UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN
Seminar Nasional Serealia, 2013 PEMANFAATAN JAGUNG DALAM PEMBUATAN ANEKA MACAM OLAHAN UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN Masniah 1) dan Syamsuddin 2) 1 ) Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri yang berkembang sangat pesat saat ini. Selain menjadi sorotan dunia, pariwisata juga mampu menjadi andalan dalam menghasilkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah umbi-umbian, salah satunya adalah singkong yang mempunyai potensi
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,
Bab 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Pangan tradisional adalah makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah dari resep yang dikenal masyarakat, bahanbahannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,
Lebih terperinciPEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT
PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-11 PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Dr. Ir. Budiarto, MP. Program Studi Agribisnis UPN Veteran Yogyakarta 1 PANGAN Definisi PANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal. Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung terigu banyak digunakan
Lebih terperinciBUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciDIVERSIFIKASI OLAHAN UMBI-UMBIAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN
Pendahuluan DIVERSIFIKASI OLAHAN UMBI-UMBIAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN Indonesia sebagai negara tropis agraris mempunyai hasil pertanian yang sangat beragam. Tidak hanya padi, sayuran
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai
PENDAHULUAN Latar Belakang Umbi-umbian di Indonesia masih kurang mendapat perhatian, karena komoditi ini dianggap sebagai makanan kelas rendahan yang dihubungkan dengan kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan pertanian setiap tahunnya berkurang kuantitas maupun kualitasnya. Dari sisi kuantitas, lahan pertanian berkurang karena alih fungsi lahan pertanian menjadi
Lebih terperinciPOTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 84 POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN Rini Dwiastuti 1* 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail rinidwi.fp@ub.ac.id
Lebih terperinciPenyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010
Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun ini saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia negara kaya beragam pangan. Negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah seluruhnya 5.193.252 km², yang terdiri dari daratan dan lautan. Indonesia
Lebih terperinciberas atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.
PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN
INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung dituntut harus selalu ambil bagian dan tanggap dalam mendukung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1 Tinjuan Pustaka Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak. Oleh karena itu memerlukan penanganan pascapanen yang serius
Lebih terperinciKETENTUAN PENULISAN JURNAL EKONOMI PERTANIAN, SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN JAREE (JOURNAL OF AGRICULTURE, RESOURCE AND ENVIRONMENTAL ECONOMICS)
KETENTUAN PENULISAN JURNAL EKONOMI PERTANIAN, SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN JAREE (JOURNAL OF AGRICULTURE, RESOURCE AND ENVIRONMENTAL ECONOMICS) Ketentuan Umum 1. Naskah yang dikirim belum pernah dipublikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat keempat di Indonesia, setelah beras dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun relatif rendah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan
Lebih terperinciPENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati
PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan salah satu sektor yang menjanjikan untuk dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (7-9 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau maternal merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu indikator yang tertuang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan
Lebih terperinciprasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jajanan pasar adalah makanan tradisional Indonesia yang diperjual belikan di pasar, khususnya di pasar-pasar tradisional. Atau definisi lain dari jajanan pasar adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang
Lebih terperinciISSN : PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA
ISSN : 2087-9679 PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA Lingkup Jurnal Jurnal Teknologi Pangan merupakan media informasi dan komunikasi ilmiah Teknologi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ketergantungan manusia terhadap pangan yang tinggi tidak diimbangi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,
Lebih terperinciKarakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan
Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan Murdijati Gardjito Anton Djuwardi Eni Harmayani DAFTAR 151 SEKAPUR SIRIH KATA PENGANTAR BAGIAN 1: KESETARAAN PANGAN, PENGANEKARAGAMAN PANGAN,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya
Lebih terperinciDaya Hambat Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Bakteri Patogen (Inhibition of Coconut Shell Liquid Smoke to Pathogens Bacteria) Ita Zuraida
ISSN 1858-2419 Vol. 4 No. 2 Maret 2009 JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN Penelitian UNIVERSITAS MULAWARMAN Sifat Fisiko Kimia pada Pengemasan dan Penyimpanan Cassava flakes Fortifikasi (Physical and Chemical
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam
Lebih terperinciPEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN
PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan ketahanan pangan
Lebih terperincimi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.
No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan cukup besar dalam mengadakan penilaian terhadap kegiatan usaha/proyek yang akan dilaksanakan. Demikian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian tidak hanya mencakup kegiatan yang menghasilkan tanaman pangan saja, namun juga kegiatan yang bergerak dalam usaha untuk menghasilkan tanaman sayur-sayuran,
Lebih terperincimemenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa
BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI PRODUK PANGAN LOKAL UNTUK PERCEPATAN KETAHANAN PANGAN ABSTRAK
INOVASI TEKNOLOGI PRODUK PANGAN LOKAL UNTUK PERCEPATAN KETAHANAN PANGAN Welli Yuliatmoko Universitas Terbuka, Pondok Cabe, Tangerang Selatan Email korespondensi : welli@ut.ac.id ABSTRAK Potensi kekayaan
Lebih terperinciRUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015
RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi
Lebih terperincipertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih
1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia dengan berbagai macam budayanya menjadikan suatu nilai budaya dan kekayaan negara ini, objek wisata yang beragam seperti wisata alam, wisata air,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jajanan pasar Indonesia yang ada di tanah air kita merupakan ciri khas budaya beraneka ragam Jajanan Pasar merupakan kue tradisional beserta modifikasinya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pola Konsumsi Non Beras Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manuasia akan pangan merupakan hal yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, baik dipandang dari segi kualitas
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN PURWOREJO Menimbang a. bahwa
Lebih terperinciISSN Vol. 3 No. 2. Maret 2008
ISSN 1858-2419 Vol. 3 No. 2 Maret 2008 JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS MULAWARMAN Review Fungsi Biologi Asam Sialat, Produksi dan Peranannya dalam Industri Makanan Bayi (Biological Function of Sialic
Lebih terperinciIbM PENGRAJIN KUE BAGIAK DI KABUPATEN BANYUWANGI. Herlina dan Triana Lindriati
IbM PENGRAJIN KUE BAGIAK DI KABUPATEN BANYUWANGI Herlina dan Triana Lindriati Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember linaftp@yahoo.com ABSTRAK Bagiak merupakan kue kering khas Banyuwangi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014
No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 2009 merupakan strategi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan akan komoditas pangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pangan telah menjadi aspek yang penting karena berkaitan erat dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada umumnya, masalah yang berkaitan dengan pangan dapat menjadi
Lebih terperinciPEDOMAN PENULISAN. 5. Penulis yang naskahnya dimuat akan mendapatkan 1 eksemplar jurnal dan 5 eksemplar re-print.
PEDOMAN PENULISAN Jurnal Lanskap Indonesia (JLI) diedit oleh dewan editor dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (FAPERTA IPB) bekerja sama dengan Ikatan Arisitek
Lebih terperinciPEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA Lingkup Jurnal Jurnal Teknologi Pangan merupakan media informasi dan komunikasi ilmiah Teknologi Pangan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktorfaktor lain menentukan
Lebih terperinciTabel 1.1 Daftar Impor Bahan Pangan Indonesia Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu produk pertanian yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia adalah tepung terigu. Tepung terigu merupakan salah satu bahan dasar kebutuhan
Lebih terperinci