KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 3 METODOLOGI PELAKSANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 3 METODOLOGI PELAKSANAAN"

Transkripsi

1 Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 3 METODOLOGI PELAKSANAAN

2 Bab METODOLOGI PELAKSANAAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Survei Lapangan Survei Topografi Survei ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi rupa bumi di lokasi studi dan daerah di sekitarnya beserta dengan obyek-obyek dan bangunan-bangunan penting di dalamnya dalam rupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan. Hasil survei ini akan menjadi tambahan data dari data yang sudah ada hasil dari survei pada pekerjaan sebelumnya. A. Pengukuran Pengikatan Salah satu kegiatan survei topografi adalah pengukuran pengikatan yaitu pengukuran untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal. Peralatan Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei pengukuran pengikatan adalah: a. 1 unit Theodolite T2 (untuk posisi horisontal) b. 1 unit waterpass NAK (untuk posisi vertikal) c. 1 buah pita baja 50 m d. 2 set bak ukur Metoda Pelaksanaan 1) Titik Referensi Posisi Horisontal/Koordinat (X,Y) Untuk pekerjaan ini dibuat dua buah BM. Dalam proses pemetaan BM.1 dipakai sebagai referensi horisontal (X,Y). BM ini harus diikatkan terlebih dahulu terhadap BM yang ada dilapangan (milik PT Timah) yang sudah memiliki nilai koordinat global. BM yang lain diikatkan terhadap BM.1 ini. Titik-titik referensi ini dilalui atau termasuk dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga merupakan salah satu titik poligon. 2) Titik Referensi Posisi Vertikal (Z) Sebagai referensi ketinggian digunakan elevasi yang sudah tersimpan pada BM di lapangan, yang juga digunakan pada pekerjaan terdahulu, yang mempunyai datum (elevasi 0.00 m) pada Lowest Low Water Level (LLWL) pasang surut. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-1

3 B. Pemasangan BM Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM) dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z). Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai koordinat maupun elevasinya. Bentuk bench mark yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Bench mark yang dibuat untuk titik referensi. C. Pengukuran Poligon Peralatan Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei ini adalah: a. 1 Unit Theodolite T2 b. 1 buah pita baja 50 m c. 1 set bak ukur Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-2

4 Metoda Pelaksanaan Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar horisontal/posisi horisontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan dalam penjelasan di bawah ini. Dalam pembuatan titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut berjarak sekitar 50 meter. Pengukuran Jarak Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 m. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat bergantung kepada: - Cara pengukuran itu sendiri - Keadaan permukaan tanah Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti yang digambarkan pada Gambar 3.2 dibawah ini. d1 d2 A 1 d3 Jarak AB = d1 + d2 + d3 2 B Gambar 3.2 Pengukuran jarak pada daerah miring. Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran jarak, juga dilakukan pengukuran jarak optis hasil pembacaan rambu ukur sebagai koreksi. Pengukuran Sudut Jurusan Sudut jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah ini. Berdasarkan Gambar 3.3 dibawah, besarnya sudut β: dimana: β = α ΑΧ α ΑΒ... (3-1) β = sudut mendatar. α ΑΧ = bacaan skala horisontal ke target kiri. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-3

5 α ΑΒ = bacaan skala horisontal ke target kanan. Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar biasa. Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut: a. Jarak antara titik-titik poligon adalah 50 meter. b. Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2. c. Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter. d. Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2) e. Selisih sudut antara dua pembacaan < 5 (lima detik) f. Ketelitian jarak linier (K1). α AB β B α AC A C Gambar 3.3 Pengukuran sudut jurusan. D. Pengamatan Azimuth Astronomis Disamping untuk mengetahui arah/azimuth awal, pengamatan matahari dilakukan untuk tujuan sebagai berikut: Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon. Untuk menentukan arah/azimuth titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya. Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal. Metodologi pengamatan azimuth astronomis diilustrasikan pada Gambar 3.4 di bawah ini. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-4

6 Gambar 3.4 Pengamatan azimuth astronomis. Dengan memperhatikan metoda pengamatan azimuth astronomis pada Gambar 3.4 azimuth target (α T ) adalah: atau α T = α M + β... (3-2) α T = α M + ( ι T - ι M )... (3-3) dimana: α T = azimuth ke target. α M = azimuth pusat matahari. (ι T ) = bacaan jurusan mendatar ke target. (ι M ) = bacaan jurusan mendatar ke matahari. β = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target. Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap patok terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain. E. Pengukuran Sipat Datar Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan pada Gambar 3.5. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-5

7 b1 Slag 1 m1 b2 Slag 2 m21 Bidang Referensi D D Gambar 3.5 Pengukuran sipat datar. Spesifikasi teknis pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut: a b c d e Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm. f Jarak rambu ke alat maksimum 75 m. g h Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut: T = ( 8 D )mm dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km. Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan menggunakan spreadsheet sebagaimana kerangka horisontalnya. Dari hasil pengolahan tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap bench mark acuan. Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya akan dikoreksi dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut (Lowest Low Water Level - LLWL) yang dihitung sebagai titik ketinggian nol (+0.00). F. Pengukuran Situasi Detail Penentuan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik obyek alam maupun bangunan-bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang diukur kemudian dihitung harga koordinatnya (x,y,z). Untuk selanjutnya garis kontur untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-6

8 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei ini adalah: a. 2 unit Theodolite T0. b. 2 buah pita baja 50 meter. c. 2 set bak ukur. Metoda Pelaksanaan Pengukuran situasi rinci dilakukan dengan cara tachymetri dengan menggunakan alat ukur Theodolite kompas (T0). Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai berikut: a b c d Azimuth magnetis Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah) Sudut zenith atau sudut miring Tinggi alat ukur Survei Batimetri Survei batimetri atau pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk mengetahui kondisi rupa bumi dasar perairan. Kawasan yang disurvei batimetri meliputi wilayah perairan dari garis pantai ke arah laut sejauh lebih dari 1,5 km. Survei dilakukan dengan alat echosounder yang dilengkapi dengan GPS, sehingga survei dapat dilakukan dengan mudah walau lokasi yang disurvei meliputi cukup jauh dari garis pantai. Hasil dari survei batimetri ini diolah dan digabung dengan hasil survei topografi sehingga diperoleh peta darat-laut kawasan yang dikaji. Metoda pelaksanaan survei batimetri ini digambarkan dalam uraian berikut ini. A. Penentuan Jalur Sounding Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang melakukan sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari kawasan survei. Jarak antar jalur sounding tergantung pada resolusi ketelitian yang diinginkan. Untuk pekerjaan ini jalur sounding dibuat sejauh 100 m. Untuk tiap jalur sounding dilakukan pengambilan data kedalaman perairan setiap jarak 20 m. Titik awal dan akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS, untuk dijadikan acuan lintasan perahu sepanjang jalur sounding. Contoh jalur sounding pada kawasan pengukuran dapat dilihat pada Gambar 3.6. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-7

9 JALUR SOUNDING LAUT DARAT Gambar 3.6 Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding. B. Peralatan Survei Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran batimetri adalah: i) Echo Sounder GPSMap dan perlengkapannya. Alat ini mempunyai fasilitas GPS (Global Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka horisontal dengan bantuan satelit. Dengan fasilitas ini, kontrol posisi dalam kerangka horisontal dari suatu titik tetap di darat tidak lagi diperlukan. Selain fasilitas GPS, alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur kedalaman perairan dengan menggunakan gelombang suara yang dipantulkan ke dasar perairan. Gambar alat ini disajikan pada Gambar 3.7, sedangkan penempatan alat ini dan perlengkapannya pada perahu dapat dilihat pada Gambar 3.8. ii) Notebook. Satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang didownload dari alat GPSMap. iii) Perahu. Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran menyusuri jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Dalam operasinya, perahu tersebut harus memiliki beberapa kriteria, antara lain: Perahu harus cukup luas dan nyaman untuk para surveyor dalam melakukan kegiatan pengukuran dan downloading data dari alat ke komputer, dan lebih baik tertutup dan bebas dari getaran mesin. Perahu harus stabil dan mudah bermanuver pada kecepatan rendah. Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding. iv) Papan duga. Papan duga digunakan pada kegiatan pengamatan fluktuasi muka air di laut. v) Peralatan keselamatan. Peralatan keselamatan yang diperlukan selama kegiatan survei dilakukan antara lain life jacket. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-8

10 Gambar 3.7 Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri. SATELIT TAMPAK SAMPING TAMPAK BELAKANG ANTENA READER ANTENA Permukaan Air Laut TRANDUSER TRANDUSER DASAR LAUT Gambar 3.8 Penempatan GPSMap (transducer, antena, reader) di perahu. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-9

11 3.1.3 Survei Hidro-Oceanografi Survei hidro-oseanografi untuk studi ini terdiri dari survei/pengamatan pasang surut dan pengambilan contoh sedimen. A. Survei Pasang Surut Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pengukuran batimetri berlangsung dengan pembacaan ketinggian air setiap satu jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang secara teknis memenuhi syarat. Lokasi ini harus secara langsung dipengaruhi pasang surut air laut. Pengamatan pasut dilaksanakan menggunakan peilschaal dengan interval skala 1 (satu) dm. Hasil pengamatan pada papan peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air pasang surut yang telah disediakan. Kemudian diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi terdekat pada salah satu patok seperti Gambar 3.9, untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan alat waterpass. Sehingga pengukuran topografi, batimetri, dan pasang surut mempunyai datum (bidang referensi) yang sama. Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 BT.2... (3-4) Dimana: T.P = tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal. BT.1 = bacaan benang tengah di patok. BT.2 = bacaan benang tengah di peilschaal. BT. 2 BT. 1 Patok Peilschaal Gambar 3.9 Pengikatan (levelling) peilschaal. B. Pengambilan Contoh Sedimen Dasar Pekerjaan ini mencakup pengambilan contoh sedimen suspensi dan dasar. Peralatan pengambilan contoh air (sedimen suspensi) menggunakan satu unit botol yang dilengkapi dengan katup-katup pemberat. Botol yang digunakan, dimasukkan pada kedalaman yang dikehendaki di titik pengambilan sampel air. Sampel air yang didapat, disimpan dalam botol plastik untuk di tes di laboratorium. Dalam pengambilan sampel air, terdapat dua metoda pengambilan yaitu grab sample dan composite sample. Grab sample adalah pengambilan sampel dilakukan dengan sekali ambil pada kedalaman tertentu. Sementara composite sample adalah pengambilan Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-10

12 sampel pada kedalaman air yang berbeda dan kemudian digabung menjadi satu sampel. Metoda yang dipilih untuk diterapkan dalam pekerjaan ini adalah composite sample. Pengambilan contoh sedimen layang dilakukan pada kedalaman yang sama dengan arus. Gambar 3.10 Metode pengambilan sedimen dasar. Sementara pengambilan sampel sedimen dasar menggunakan satu unit grabber yang diturunkan dengan kondisi mulut terbuka dengan mengulur tali hingga membentur tanah dasar laut/sungai. Saat tali ditarik kembali, secara otomatis mulut grabber akan menggaruk material di bawahnya hingga tertutup. Dengan demikian grabber yang telah memuat material dasar dapat ditarik ke atas. Sampel material dasar tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik yang diberi tanda untuk dites di laboratorium Survei Mekanika Tanah/Penyelidikan Tanah Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan guna mendapatkan data-data serta gambaran mengenai keadaan, jenis dan sifat-sifat mekanis tanah di lokasi studi. Pada pekerjaan penyelidikan tanah ini, lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan terdiri dari: Penyelidikan tanah di lapangan yang meliputi pekerjaan sondir, dan boring. Pekerjaan tes laboratorium dari contoh tanah yang diambil. A. Pekerjaan Sondir Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat sondir berkapasitas 2,5 ton dengan kedalaman penyondiran maksimum 30 m dari permukaan tanah atau telah mencapai lapisan tanah dengan tahanan konus sebesar 200 kg/cm 2. Prosedur pelaksanaan pekerjaan sondir akan mengikuti standar ASTM D ; Method for Deep, Quasi- Static Cone and Friction Cone Penetration Test of Soil. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-11

13 Hasil dari pekerjaan sondir berupa grafik sondir yang menyajikan besarnya tekanan konus qc dan jumlah hambatan pelekat (JHP), versus kedalaman. Pembacaan sondir dilakukan selang interval 20 cm, dengan titik elevasi 0 (nol) berada di permukaan tanah setempat pada saat penyelidikan. Beberapa hal penting yang dapat diperoleh dari penyelidikan tanah melalui sondir, antara lain: a b c Perkiraan kedalaman tanah keras sesuai dengan spesifikasi pekerjaan. Perkiraan ketebalan tiap jenis tanah. Dengan dapat diperkirakannya ketebalan lapisan tanah, maka dapat diperkirakan penurunan yang mungkin terjadi akibat pembebanan. B. Pekerjaan Boring Pengeboran dilakukan dengan menggunakan alat bor tangan hingga kedalaman maksimum sekitar 8 m dari permukaan tanah. Hasil dari pekerjaan boring berupa boring log yang menyajikan gambaran jenis-jenis tanah dan sampel tanah pada kedalaman 2, 4, 6 dan 8 m, untuk setiap titik bor. Sama halnya dengan sondir, penyelidikan tanah melalui boring juga memberikan beberapa hal penting antara lain: a. Letak lapisan tanah keras. b. Perkiraan jenis lapisan tanah. c. Perkiraan ketebalan tiap jenis lapisan tanah. d. Pengambilan contoh tanah untuk di uji laboratorium yang selanjutnya dapat diperoleh parameter-parameter tanah yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan. Pengambilan contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) dilakukan dengan menggunakan tabung contoh tanah yang berdiameter 76 mm dengan panjang 60 cm, serta memiliki area ratio < 10 %. Tabung yang berisi contoh tanah tersebut kemudian ditutup dengan lilin agar kondisi tanah tetap terjaga dari penguapan. Selanjutnya tabung tersebut diberi tanda berupa nomor titik, kedalaman dan tanggal pengambilan. Standar yang digunakan dalam prosedur pengerjaan boring beserta peralatannya meliputi: ASTM D ; Standard Guide for Investigating and Sampling Soil and Rock. ASTM D ; Standard Practice for Soil Investigation and Sampling by Auger Borings. ASTM D ; Standard Practice for Description and Identification of Soil. ASTM D ; Standard Method for Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soil. ASTM D ; Standard Practice for Thin Walled Tube Sampling of Soil. Gambar-gambar alat yang digunakan dalam pekerjaan boring disampaikan pada Gambar 3.11 dan Gambar Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-12

14 Gambar 3.11 Peralatan Hand Boring : Auger Boring. Gambar 3.12 Peralatan pengambilan sampel: Thin Wall Tube Sampler. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-13

15 3.2 Pengolahan Data Survei Pengolahan Data Topografi A. Perhitungan Koordinat Titik Poligon Prinsip dasar hitungan koordinat titik-titik poligon (digambarkan pada Gambar 3.13 di bawah ini). Koordinat titik B dihitung dari koordinat A yang telah diketahui. b 1 a 12 b 3 a 34 a 4B B A a PA a b A1 A d A1 d PA 5 1 b 2 2 a 23 d 12 d 23 3 Gambar 3.13 Pengukuran poligon. d 34 b 4 4 d 4B Hitungan koordinat: X P = X A + d AP Sin α AP... (3-5) Y P = Y A + d AP Cos α AP... (3-6) dalam hal ini: X A, Y A = koordinat titik yang akan ditentukan. d AP Sin ααπ = selisih absis (X AP ) definitif (telah diberi koreksi). d AP Cos ααπ = selisih ordinat (Y AP ) definitif (telah diberi koreksi). dengan, δ ΑΠ = jarak datar AP definitif. α ΑΠ = azimuth AP definitif. Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus sebagai berikut: α 12 = α 1A + β 1 = α AP + β A + β 1 1(180 0 )... (3-7) α 23 = α 21 + β 2 = β 12 + β = α AP + β A + β 1 + β 2 2(180 0 )... (3-8) α 34 = α 32 + β 3 = α 23 + β Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-14

16 = α AP + β A + β 1 + β 2 + β 3 3(180 0 )... (3-9) α 4Β = α 43 + β 4 = α 34 + β = α 43 + β A + β 1 + β 2 + β 3 + β 4 4(180 0 )... (3-10) Syarat Geometri Poligon Secara garis besar bentuk geometri poligon dibagi menjadi poligon tertutup (loop) dan poligon terbuka, apabila dalam hitungan syarat geometri tidak terpenuhi maka akan timbul kesalahan penutup sudut yang harus dikoreksikan ke masing-masing sudut yang akan diuraikan berikut ini. Hitungan Koordinat Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan Metoda Bowdith. Rumusrumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut: a) Syarat Geometrik Sudut α Akhir - α Awal - Σ β + Σβ + n.180 = fβ... (3-11) dimana: α = sudut jurusan. β = sudut ukuran. n = bilangan kelipatan. fβ = salah penutup sudut. b) Syarat Geometrik Absis (K X) m (X Akhir X Awal ) - X i =0... (3-12) dimana: i= 1 d i = jarak vektor antara dua titik yang berurutan. Σd i = jumlah jarak. X = absis. X = elemen vektor pada sumbu absis. m = banyak titik ukur. c) Koreksi Ordinat d i K Y = f Y di... (3-13) dimana: d i = jarak vektor antara dua titik yang berurutan. Σd i = jumlah jarak. Y = ordinat. Y = elemen vektor pada sumbu ordinat. m = banyak titik ukur. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-15

17 Untuk mengetahui ketelitian jarak linier (SL) ditentukan berdasarkan besarnya kesalahan linier jarak (KL) SL = KL = 2 2 ( f X + f Y ) 2 2 ( f X + f Y ) D... (3-14) 1: (3-15) Setelah melalui tahapan hitungan tersebut di atas, maka koordinat titik poligon dapat ditentukan. B. Pengamatan Azimuth Astronomis Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut: Sinδ Sinϑ.Sin m Casα M = Cos ϑ. Cos m dimana: αm = azimuth matahari. δ = deklinasi matahari dari almanak matahari. m = sudut miring ke matahari. θ = lintang miring ke matahari.... (3-16) Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut: Z m dimana: d d u = Z + r ± 1 2 d p ± i atau... (3-17) = m u r ± 1 d + p ± i Z d = sudut zenit definitif m d = sudut miring definitif Z u = sudut zenit hasil ukuran m u = sudut miring hasil ukuran r = koreksi refraksi ½d = koreksi semi diameter p = koreksi paralax i = salah indeks alat ukur 2 C. Perhitungan Kerangka Dasar Vertikal Syarat geometris: H akhir - H awal = Σ H ± FH... (3-18) T = ( 8 D )mm Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-16

18 Hitungan beda tinggi: Η1-2 = B tb - B tm Hitungan tinggi titik:... (3-19) H2 = H1 + Η12 + KH... (3-20) di mana: H = tinggi titik. Η = beda tinggi. B tb = benang tengah belakang. B tm = benang tengah muka. FH = salah penutup beda tinggi. KH = koreksi beda tinggi. = d d FH T = toleransi kesalahan penutup sudut. = ( 8 D )mm D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilometer. D. Hitungan Situasi Detail Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya melalui proses hitungan, diperoleh jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X,Y,Z) Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X,Y,Z), digunakan rumus sebagai berikut: TB = TA + H Untuk menghitung jarak datar (Dd): 1 ΔH = Dd Dd dimana: ( Ba Bb) Sin 2m + T Bt = DO Cos2 m = 100 (Ba Bb) Cos2 m A TA = titik tinggi A yang telah diketahui TB = titik tinggi B yang akan ditentukan H = beda tinggi antara titik A dan titik B Ba = bacaan benang diafragma atas Bb = bacaan benang diafragma bawah Bt = bacaan benang diafragma tengah TA = tinggi alat... (3-21) Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-17

19 DO = jarak optis m = sudut miring Mengingat akan banyak titik-titik rinci yang diukur, serta terbatasnya kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi Boussole (C) adalah: C = αg - αm dimana: αg = azimuth geografis αm = azimuth magnetis Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat bergantung pada skala peta yang akan dibuat, selain itu keadaan tanah yang mempunyai perbedaan tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. Perhitungan topografi dilakukan di lapangan dan penggambaran konsep (draft) juga dilakukan di lapangan. Koordinat yang digunakan adalah koordinat lokal yang ada atau dipasang di lokasi. Setelah pekerjaan lapangan selesai maka koordinat vertikal (sumbu-z) harus diikatkan pada LLWL yang diperoleh dari analisis pasang surut. Peta yang akan dihasilkan adalah peta situasi dengan interval kontur 0,5 meter. Kedalaman atau ketinggian muka air yang dicatat disesuaikan terhadap Chart Datum (CD). Dalam hal ini, CD adalah ketinggian muka air terendah (LLWL) diambil sebagai ketinggian nol (0) pada peta topografi Pengolahan Data Batimetri A. Koreksi Terhadap Kedalaman Data yang tercatat pada alat GPSMap adalah jarak antara transducer alat ke dasar perairan. Transducer tersebut diletakkan di bagian belakang kapal, di bawah permukaan air yang terpengaruh oleh pasang surut. Oleh sebab itu diperlukan suatu koreksi kedalaman terhadap jarak transducer ke permukaan air dan koreksi kedalaman terhadap pasang surut. Gambar 3.14 menampilkan sketsa definisi besaran-besaran panjang yang terlibat dalam proses koreksi tersebut. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-18

20 PAPAN DUGA ANTENA TAMPAK SAMPING READER Permukaan Air Laut EMA A 0.00 Z TRANDUSER DASAR LAUT Gambar 3.14 Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi kedalaman. Keterangan gambar: EMA = elevasi muka air diukur dari nol papan duga. Z = kedalaman air hasil sounding (jarak dasar perairan ke transducer). A = jarak transducer ke muka air. Dari definisi-definisi di atas maka elevasi dasar perairan dihitung dari nol papan duga adalah (ED): ED = Z + A EMA... (3-22) B. Pengikatan Terhadap Elevasi Referensi Hasil dari koreksi pertama (koreksi terhadap jarak transducer ke muka air dan terhadap pasang surut) menghasilkan elevasi dasar perairan terhadap nol papan duga. Elevasi ini kemudian diikatkan kepada elevasi LLWL yang dihitung pada pengolahan data pasang surut. Pengikatan terhadap LLWL dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut ini: ED LWS Keterangan: ED LWS ED LWS = ED LWS... (3-23) = elevasi dasar perairan relatif terhadap LLWL = elevasi dasar perairan relatif terhadap nol papan duga = elevasi LWS relatif terhadap nol papan duga Dengan demikian LLWL berada pada elevasi m. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-19

21 3.2.3 Pengolahan Data Pasang Surut Data hasil pengamatan selama 15 (lima belas) hari kemudian dianalisa untuk mendapatkan parameter-parameter pasang surut di lokasi pekerjaan. Proses yang dilakukan dalam analisa pasang surut ini digambarkan dalam suatu bagan alir yang disajikan pada Gambar Perhitungan konstituen pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode Least Square, meliputi 9 (sembilan) konstituen seperti yang disajikan dalam Tabel 3.1. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut: K NF = M O + S 1 2 Dimana jenis pasut untuk nilai NF: 0...0,25 = semi diurnal... (3-24) 0,25...1,5 = mixed type (semi diurnal dominant) 1,5...3,0 = mixed type (diurnal dominant) >3,0 = diurnal Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut untuk 15 hari yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan. Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya. Dengan konstanta yang di dapatkan dilakukan pula peramalan pasang surut untuk masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi penting pasang surut. Elevasi-elevasi penting yang akan dicari disajikan dalam Tabel 3.2. Data Pasut Least Square Komponen Pasang Surut Jenis Pasang Surut Peramalan Pasang Surut 15 Hari Peramalan Pasang Surut 20 Tahun Perbandingan Hasil Ramalan dengan Pengukuran Lapangan Elevasi Penting Pasang Surut Probabilitas Kejadian Terlampaui Elevasi Pasang Surut Gambar 3.15 Bagan alir proses analisa pasang surut. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-20

22 No. Tabel 3.1 Konstituen Pasang Surut di Lokasi Pekerjaan Konstituen pasang surut Keterangan Perioda (jam) 1 M2 Principal lunar S2 Principal solar N2 Larger lunar elliptic K2 Luni-solar semi diurnal K1 Luni-solar diurnal O1 Principal lunar diurnal P1 Principal solar diurnal M MS Tabel 3.2 Elevasi-Elevasi Penting Pasang Surut No Elevasi Penting Pasang Surut 1 HHWL Highest high water level 2 MHWS Mean high water spring 3 MHWL Mean high water level 4 MSL Mean sea level 5 MLWL Mean low water level 6 MLWS Mean low water spring 7 LLWL Lowest low water level 3.3 Analisa Gelombang Rencana Untuk mendapatkan nilai gelombang rencana di laut dalam, beberapa analisa harus dilakukan yaitu: Pengolahan data angin untuk mendapatkan iklim gelombang. Proses ini dinamakan hindcasting yaitu meramal besarnya gelombang yang dibangkitkan oleh angin berdasarkan data angin dari stasiun BMG. Hal kedua yang perlu dilakukan adalah analisa harga ekstrim gelombang untuk mendapatkan nilai gelombang rencana untuk perioda ulang tertentu. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-21

23 3.3.1 Pengolahan Data Angin untuk Mendapatkan Iklim Gelombang Inti dari proses hindcasting adalah untuk memperkirakan besar tinggi gelombang dan periodanya berdasarkan data angin. Sebenarnya akan lebih baik bila analisa gelombang dilakukan berdasarkan data gelombang. Akan tetapi data gelombang tidak tersedia di Indonesia, sehingga gelombang tersebut diprediksi berdasarkan data angin yang merupakan faktor utama pembentuk gelombang. Metoda yang digunakan dalam proses hindcasting ini mengikuti metoda yang dijelaskan di dalam SPM (Shore Protection Manual, 1984). Bagan alir proses hindcasting tersebut disajikan pada Gambar H S = tinggi gelombang signifikan (m) T P = perioda gelombang (s) F = panjang fetch efektif (m) U A = wind stress factor (ke. angin yang dimodifikasi) Gambar 3.16 Bagan alir proses hindcasting. Di dalam proses hindcasting di atas terdapat parameter-parameter yang harus dihitung terlebih dahulu yaitu fetch efektif dan juga wind stress factor. A. Perhitungan fetch efektif Fetch menurut definisi adalah daerah pembentukan gelombang. Gelombang memerlukan daerah untuk dapat dibentuk oleh angin. Semakin panjang daerah pembentukannya, Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-22

24 semakin besar pula gelombang yang dihasilkan oleh suatu angin dengan kecepatan tertentu, sampai gelombang itu mencapai kondisi yang tetap (fully developed). Daerah pembentukan gelombang dibagi dalam 8 (delapan) arah mata angin utama. Setiap mata angin utama memiliki 9 (sembilan) garis fetch dengan sudut antaranya 5 o. Garis fetch ditarik dari titik pembentukan gelombang hingga menyentuh daratan (pulau). Fetch efektif untuk masing-masing arah utama dihitung dengan persamaan di bawah ini: F eff ket: F eff F i α i = f.cosα i i cosα i : panjang fetch efektif (m) : panjang fetch ke-i (m).... (3-25) : sudut antara fetch ke-i dengan arah utama (derajat) B. Perhitungan wind stress factor Wind stress factor merupakan parameter yang digunakan untuk menghitung tiggi gelombang yang dibangkitkan dalam proses hindcasting. Parameter ini intinya adalah kecepatan angin yang dimodifikasi. Sebelum merubah kecepatan angin menjadi wind stress factor, koreksi dan konversi terdahap data kecepatan angin perlu dilakukan. Berikut ini adalah koreksi dan konversi yang perlu dilakukan pada data angin untuk mendapatkan nilai wind stress factor. 1. Koreksi ketinggian Wind stress factor dihitung dari kecepatan angin yang diukur dari ketinggian 10 m di atas permukaan. Bila data angin diukur tidak dalam ketinggian ini, koreksi perlu dilakukan dengan persamaan berikut ini (persamaan ini dapat dipakai untuk z <20m): 10 U ( 10) = U ( z) z ket: 1/ 7... (3-26) U(10) : Kecepatan angin pada elevasi 10 m (m/s) U(z) z : Kecepatan angin pada ketinggian pengukuran (m/s) : Kecepatan angin pada ketinggian pengukuran (m). 2. Koreksi stabilitas Koreksi stabilitas ini berkaitan dengan perbedaan temperatur udara tempat bertiupnya angin dan air tempat terbentuknya gelombang. Persamaan koreksi stabilitas ini adalah sebagai berikut: =... (3-27) U R U (10) T Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-23

25 ket: U : Kecepatan angin setelah dikoreksi (m/s) U(10) : Kecepatan angin sebelum dikoreksi (m/s) R T : Koefisien stabilitas, nilai nya didapat dari grafik pada SPM (Vol. I, Figure 3-14), atau pada laporan ini disajikan pada Gambar 3.17 Jika data temperatur udara dan air (sebagai data untuk membaca grafik) tidak dimiliki, maka dianjurkan memakai nilai RT = Koreksi efek lokasi Koreksi ini diperlukan bila data angin yang diperoleh berasal dari stasiun darat, bukan diukur langsung di atas permukaan laut, ataupun di tepi pantai. Untuk merubah kecepatan angin yang bertiup di atas daratan menjadi kecepatan angin yang bertiup di atas air, digunakan grafik yang ada pada SPM (Vol I, Figure 3-15), atau pada Gambar 3.18 di laporan ini. 4. Konversi ke wind stress factor Setelah koreksi dan konversi kecepatan di atas dilakukan, tahap selanjutnya adalah mengkonversi kecepatan angin tersebut menjadi wind stress factor, dengan menggunakan persamaan berikut ini U A = 0.71U... (3-28) ket: U A U : Wind stress factor (m/s) : Kecepatan angin (m/s) Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-24

26 Gambar 3.17 Grafik yang digunakan untuk melakukan koreksi stabilitas. Gambar 3.18 Grafik yang digunakan koreksi efek lokasi Analisa Harga Gelombang Ekstrim Tinggi gelombang rencana yang diperlukan sebagai data input dalam analisis gelombang selanjutnya diperoleh dengan cara sebagai berikut: Dari hasil peramalan gelombang, diambil tinggi gelombang yang terbesar dengan periodanya untuk tiap arah, tiap tahun. Dilakukan analisis harga ekstrim berdasarkan data gelombang terbesar tahunan per arah yang telah tersusun dari langkah sebelumnya. Dengan cara analisis harga ekstrim yang didasarkan pada tinggi gelombang ini, maka informasi mengenai perioda gelombang hilang dalam langkah selanjutnya. Analisis frekuensi gelombang rencana dengan metode yang digunakan terdiri dari beberapa distribusi yaitu Log Normal, Log Pearson III, Pearson III dan Gumbell. Analisis frekuensi adalah kejadian yang diharapkan terjadi, rata-rata sekali setiap N tahun atau dengan perkataan lain tahun berulangnya N tahun. Kejadian pada suatu kurun waktu tertentu tidak berarti akan terjadi sekali setiap 10 tahun akan tetapi terdapat suatu kemungkinan dalam 1000 tahun akan terjadi 100 kali kejadian 10 tahunan. Pemilihan distribusi yang sesuai dari beberapa distribusi tersebut untuk memberikan nilai gelombang rencana. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-25

27 Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing distribusi frekuensi yang digunakan pada tahap (iv) diatas: A. Distribusi Log Normal Suatu nilai acak X memiliki fungsi distribusi Log Normal apabila nilai dari fungsi probabilitas denstitasnya seperti persamaan dibawah ini (Ochi 1992). ( ln x µ ) 2 1 f(x) = exp ; 0 x < 2 σx 2π 2σ... (3-29) Distribusi Log Normal memiliki 2 parameter statistik yaitu µ danσ. Nilai dari parameter µ dan σ adalah suatu nilai logaritmik dari variabel acak X yang terdistribusi sebagai ratarata µ dan varian σ. Persamaan dari nilai rata-rata dan varian dari distribusi Log Normal adalah sebagai berikut: σ [ ] = exp µ + 2 E x Var [ x] = exp( 2µ + σ ){ exp( σ ) 1}... (3-30) B. Distribusi Pearson Tipe III Distribusi Pearson Tipe III adalah suatu distribusi gamma (memiliki 3 parameter gamma) yang diturunkan dari suatu fungsi gamma. Persamaan tersebut diberikan di bawah ini (Ochi 1992): β λ f(x) = β 1 ( x ε) exp[ λ( x ε) ] Γ( β)... (3-31) dimana nilai dari Γ(β) adalah suatu fungsi gamma dengan λ, β dan ε merupakan parameters yang diberikan oleh persamaan berikut ini : sx λ = β, β = 2 C s ε = x sx β C. Distribusi Log Pearson Tipe III Distribusi Log Pearson III merupakan modifikasi dari distribusi Pearson Tipe III dengan mengubah y = log (x) sehingga mengurangi nilai kemencengan (skewness). Persamaan distribusi Log Pearson adalah sebagai berikut (Ochi 1992). λ f(x) = dimana: β β 1 ( x ε) exp[ λ( x ε) ] Γ( β), y = log(x)... (3-32) Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-26

28 λ = s x β, 2 β = Cs(y) 2 ε = y sx β D. Distribusi Gumbel Distribusi Gumbel berasal dari Distribusi Nilai Asimtot Ekstrim Tipe I dan merupakan fungsi distribusi kumulatif sebagai berikut (Ochi 1992): F x) = P( X x u x) = exp α (... (3-33) atau dalam fungsi probabilitas densitas dinyatakan sebagai berikut: x u f (x) = 1 exp exp ; - x... (3-34) α dimana: s 6 α = π u = x α s = standar deviasi x = rata-rata Keempat distribusi yang telah dijelaskan di atas diterapkan ke dalam nilai tinggi gelombang maksimum seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Nilai dari gelombang maksimum hasil prediksi berdasarkan masing-masing distribusi diplot berdasarkan nilai gelombang hasil pengamatan. Data pengamatan diplot berdasarkan nilai probabilitas Weibull yang terlampaui. Persamaan probabilitas Weibull adalah sebagai berikut : P(X m xm) =... (3-35) n 1 P(X x ) = probabilitas dari suatu nilai X yang berada di bawah suatu nilai di bawah x m. m n m = ranking dari x m. = jumlah total data dari nilai maksimum. Fungsi distribusi yang paling sesuai dapat dipilih berdasarkan: (1) pengamatan visual, dan (2) nilai error (= perbedaan antara data dan perhitungan). Definisi dari rata-rata error adalah sebagai berikut: ( X X ) Distribution 2 Data Error rata-rata =... (3-36) N 1 dimana: X Distribustion X Data = tinggi gelombang hasil perhitungan. = tinggi gelombang hasil peramalan. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-27

29 N = jumlah data. Selanjutnya dengan menggunakan metoda error terkecil akan ditemukan nilai dari sebuah distribusi selanjutnya yang akan digunakan dalam analisis pada pekerjaan ini. Setelah mendapatkan tinggi gelombang rencana untuk periode ulang tertentu tersebut kemudian dianalisis periode gelombang yang sesuai melalui sebuah grafik hubungan antara tinggi gelombang dengan periode gelombang. Grafik ini didapatkan dari hasil hidcasting gelombang dari data angin. Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-28

30 Contents Bab... 1 METODOLOGI PELAKSANAAN... 1 Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Survei Lapangan Survei Topografi Survei Batimetri Survei Hidro-Oceanografi Survei Mekanika Tanah/Penyelidikan Tanah Pengolahan Data Survei Pengolahan Data Topografi Pengolahan Data Batimetri Pengolahan Data Pasang Surut Analisa Gelombang Rencana Pengolahan Data Angin untuk Mendapatkan Iklim Gelombang Analisa Harga Gelombang Ekstrim Tabel 3.1 Konstituen Pasang Surut di Lokasi Pekerjaan Tabel 3.2 Elevasi-Elevasi Penting Pasang Surut Gambar 3.1 Bench mark yang dibuat untuk titik referensi Gambar 3.2 Pengukuran jarak pada daerah miring Gambar 3.3 Pengukuran sudut jurusan Gambar 3.4 Pengamatan azimuth astronomis Gambar 3.5 Pengukuran sipat datar Gambar 3.6 Pergerakan perahu dalam menyusuri jalur sounding Gambar 3.7 Reader alat GPSMap yang digunakan dalam survei batimetri Gambar 3.8 Penempatan GPSMap (transducer, antena, reader) di perahu Gambar 3.9 Pengikatan (levelling) peilschaal Gambar 3.10 Metode pengambilan sedimen dasar Gambar 3.11 Peralatan Hand Boring : Auger Boring Gambar 3.12 Peralatan pengambilan sampel: Thin Wall Tube Sampler Gambar 3.13 Pengukuran poligon Gambar 3.14 Sketsa definisi besaran-besaran yang terlibat dalam koreksi kedalaman Gambar 3.15 Bagan alir proses analisa pasang surut Gambar 3.16 Bagan alir proses hindcasting Gambar 3.17 Grafik yang digunakan untuk melakukan koreksi stabilitas Gambar 3.18 Grafik yang digunakan koreksi efek lokasi Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 3-29

III - 1 BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Bagan Alir Pengerjaan Tugas Akhir Proses pengerjaan Tugas Akhir dilakukan dengan langkah pengerjaan secara garis besar dijelaskan seperti gambar flowchart dibawah ini : Mulai

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI Bab ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Start. Persiapan Survey Lokasi Studi Pustaka Nota Desain Studi Dan Perencanaan Teknik Pengaman jalur pipa Mundu.

BAB III METODOLOGI. Start. Persiapan Survey Lokasi Studi Pustaka Nota Desain Studi Dan Perencanaan Teknik Pengaman jalur pipa Mundu. 95 BAB III METODOLOGI 3.1 Bagan Alir Pengerjaan Tugas Akhir Proses pengerjaan Tugas Akhir dilakukan dengan langkah pengerjaan secara garis besar dijelaskan seperti gambar flowchart dibawah ini : Start

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan BAB 2 DATA LINGKUNGAN 2.1 Batimetri Data batimetri adalah representasi dari kedalaman suatu perairan. Data ini diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan suatu proses yang disebut

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 1 PENDAHULUAN Bab PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 1

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Bab 3 3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Sebelum pemodelan dilakukan, diperlukan data-data rinci mengenai kondisi fisik dari lokasi yang akan dimodelkan. Ketersediaan dan keakuratan data fisik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Alat Ukur GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat, untuk menentukan posisi, kecepatan

Lebih terperinci

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI Pengukuran Situasi Adalah Pengukuran Untuk Membuat Peta Yang Bisa Menggambarkan Kondisi Lapangan Baik Posisi Horisontal (Koordinat X;Y) Maupun Posisi Ketinggiannya/

Lebih terperinci

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI 1. Perhitungan Ketelitian Ketelitian dari semua pekerjaan penentuan posisi maupun pekerjaan pemeruman selama survei dihitung dengan menggunakan metoda statistik tertentu

Lebih terperinci

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 1, April 2016, 50-55 p-issn: 2085-3858 Article History Received February, 2016 Accepted March, 2016 Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan

Lebih terperinci

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring BAB XII Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas Perencanaan Dermaga Data Lingkungan : 1. Data Topografi 2. Data Pasut 3. Data Batimetri 4. Data Kapal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Beda Tinggi Antara Bench Mark Dengan Palem Dari hasil pengukuran beda tinggi dengan metode sipat datar didapatkan beda tinggi antara palem dan benchmark

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa pengukuran adalah

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG I. LATAR BELAKANG II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari pengadaan jasa ini adalah mendapatkan hasil Studi untuk perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I1 Latar Belakang Pulau Bangka dan Belitung telah menjadi propinsi sendiri dengan keluarnya Undang-undang No 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tepatnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan BAB V ANALISIS DATA 5.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) ini memerlukan berbagai data meliputi : data frekuensi kunjungan kapal, data peta topografi, oceanografi, dan data tanah.

Lebih terperinci

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika Tugas 1 Survei Konstruksi Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 Latar Belakang

Lebih terperinci

Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang

Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... Pendahuluan... 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Metode Ilmu Ukur Tanah

Metode Ilmu Ukur Tanah Metode Ilmu Ukur Tanah Assalamu'alaikum guys, postingan kali ini saya akan membahas metode ilmu ukur tanah, yang terdiri dari : 1. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ( KDV ) 2. Pengukuran Kerangka Dasar

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN METODA

BAB 2 DATA DAN METODA BAB 2 DATA DAN METODA 2.1 Pasut Laut Peristiwa pasang surut laut (pasut laut) adalah fenomena alami naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bendabenda-benda

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1. Umum Dalam studi kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini membutuhkan data teknis dan data ekonomi. Data-data teknis yang diperlukan adalah peta topografi, bathymetri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R GLOSARIUM. Rata-rata permukaan laut atau datum : tinggi permukaan laut dalam keadaan tenang yang dinyatakan dengan elevasi atau ketinggian sama dengan nol. Beda

Lebih terperinci

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip TACHIMETRI Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri (tacheo artinya menentukan posisi dengan jarak) untuk membuat

Lebih terperinci

PROFIL MEMANJANG. Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS. Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

PROFIL MEMANJANG. Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS. Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah 3.1.3. PERHITUNGAN PROFIL MEMANJANG Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah Pengantar Sebagai Bagian dari Sipat Datar, Sipat Datar profil memanjang bertujuan Mengetahui Ketinggian

Lebih terperinci

Gambar 5.27. Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

Gambar 5.27. Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7 A Δ P P 3 3 4 P4 P Δ 5 P 5 6 8 P 6 P 8 7 Gambar 5.7. Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak terikat titik tetap P 7 3 P 3 P 4 4 P P P 5 5 P 6 P 8 6 8 P 7 Gambar 5.8. Penentuan sudut luar pada

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR Survei dan Pengukuran APA YG DIHASILKAN DARI SIPAT DATAR 2 1 3 4 2 5 3 KONTUR DALAM ILMU UKUR TANAH Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian

Lebih terperinci

BAB II METODE PELAKSANAAN SURVEY BATHIMETRI

BAB II METODE PELAKSANAAN SURVEY BATHIMETRI BAB II METODE PELAKSANAAN SURVEY BATHIMETRI II.1. Survey Bathimetri Survei Bathimetri dapat didefinisikan sebagai pekerjaan pengumpulan data menggunakan metode penginderaan atau rekaman dari permukaan

Lebih terperinci

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri Reka Racana Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2015 Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pantai Teritip hingga Pantai Ambarawang kurang lebih 9.5 km dengan koordinat x = 116 o 59 56.4 117 o 8 31.2

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP Mifroul Tina Khotip 1, Aries Dwi Siswanto 2, Insafitri 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 TINJAUAN UMUM Dalam perencanaan dermaga peti kemas dengan metode precast di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin ini, data yang dikumpulkan dan dianalisis, meliputi data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir Langkah-langkah secara umum yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada diagram alir

Lebih terperinci

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah. BAB IV ANALISIS Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan kapal dan data tanah. Data

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Spesifikasi Pekerjaan Dalam pekerjaan survey hidrografi, spesifikasi pekerjaan sangat diperlukan dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi BAB II TEORI DASAR 2.1 Tinjauan Umum Deformasi Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda (Kuang,1996). Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat 5. Menghitung sudut horisontal Dari data hasil pengukuran pada tabel 5.9, akan dihitung: Sudut di sebelah kiri dari jalur ukuran seperti gambar 5.68, dengan persamaan sebagai berikut: = M - B B = M1 -

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada diagram alir berikut: 74 dengan SMS Gambar 3.1 Diagram

Lebih terperinci

PENGUKURAN WATERPASS

PENGUKURAN WATERPASS PENGUKURAN WATERPASS A. DASAR TEORI Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi planimetris (x,y) dan posisi vertikal (z) dari objek-objek dipermukaan bumi yang meliputi unsur-unsur alamiah

Lebih terperinci

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

Tujuan Khusus. Tujuan Umum Tujuan Umum Tujuan Khusus Mahasiswa memahami arti Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) Mahasiswa memahami cara pengukuran, cara menghitung, cara koreksi dari suatu pengukuran polygon baik polygon sistem terbuka

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi Hal yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan survey hidrografi adalah ketentuan teknis atau disebut juga spesifikasi pekerjaan. Setiap pekerjaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA IV - 1 BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Umum Analisis data yang dilakukan merupakan data-data yang akan digunakan sebagai input program GENESIS. Analisis data ini meliputi analisis data hidrooceanografi,

Lebih terperinci

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur ba - bb Yang diukur pada pengukuran waterpas terbuka tak terikat titik tetap adalah a. Jarak antartitik ukur Jarak antartitik ukur dapat dicari dengan persamaan : j = (ba bb) x 100 Keterangan: ba = benang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan menjadi salah satu kegiatan yang penting di dalam kegiatan penelitian tugas akhir ini. Tahap persiapan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : 3.1.1

Lebih terperinci

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI Lokasi pada lepas pantai yang teridentifikasi memiliki potensi kandungan minyak bumi perlu dieksplorasi lebih lanjut supaya

Lebih terperinci

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri Oleh Hendry Pembimbing : Dr. Paramashanti, ST.MT. Program Studi Sarjana Teknik Kelautan, FTSL, ITB Hendry_kl_itb@live.com Kata Kunci:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk 41 BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisis Masalah Kawasan sepanjang pantai di Kecamatan Sayung yang dijadikan daerah perencanaan mempunyai sejumlah permasalahan yang cukup berat dan kompleks.

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI ILMU UKUR TANAH Oleh: IDI SUTARDI BANDUNG 2007 1 KATA PENGANTAR Ilmu Ukur Tanah ini disajikan untuk Para Mahasiswa Program Pendidikan Diploma DIII, Jurusan Geologi, Jurusan Tambang mengingat tugas-tugasnya

Lebih terperinci

METODA-METODA PENGUKURAN

METODA-METODA PENGUKURAN METODA-METODA PENGUKURAN METDA PENGUKURAN HORIZONTAL 1. Metda poligon 2. Metoda Pengikatan 3. Global Positioning System (GPS) METODA PENGUKURAN VERTIKAL 1. M.Sifat Datar 2. M. Trigonometris 3. M. Barometris

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PEGAMBILA DA PEGOLAHA DATA Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi dua aspek, yaitu pengamatan data muka air dan pengolahan data muka air, yang akan dibahas dibawah ini sebagai

Lebih terperinci

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur Modul 7-1 Modul 7 Pemetaan Situasi Detail 7.1. PENDAHULUAN Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara

Lebih terperinci

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang SURVEI HIDROGRAFI Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Tahapan Perencanaan Survey Bathymetri Pengukuran bathimetri dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP OLEH: FEBRIAN 1215011037 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengukuran dan pemetaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Dasar Pemetaan Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Pengertian Pasang Surut

Pengertian Pasang Surut Pengertian Pasang Surut Pasang surut adalah fluktuasi (gerakan naik turunnya) muka air laut secara berirama karena adanya gaya tarik benda-benda di lagit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air

Lebih terperinci

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN Definisi : Peta adalah sarana guna memperoleh infomasi ilmiah mengenai keadaan permukaan bumi dengan cara menggambar berbagai tanda dan keterangan sehingga mudah dibaca dan

Lebih terperinci

Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut

Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut 28 46 ' 60" 12 14 ' 30" 001 7 9 2' 20" 00 8 0 02 0 07 0 03 006 R O A D - 4 BEA & CUKAI KPLP PENGERUKAN 101 INTERLAND 102 El.+4.234 J A L A N A N G G A D A I 103 J A L A N D O S O M U K O J A L A N S U

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pembangkitan Gelombang Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin tersebut akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga

Lebih terperinci

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 52 BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 5.1. TINJAUAN UMUM Perencanaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) ini memerlukan berbagai data meliputi : data peta Topografi, oceanografi, data frekuensi kunjungan

Lebih terperinci

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING) POKOK BAHASAN : TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING) Prinsip penentuan beda tinggi; Jenis Peralatan Sipat Datar: Dumpy Level, Tilting level, Automatic Level; Bagian Alat; Mengatur Alat : garis arah niveau, garis

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MEI 2014 TIM PENYUSUN Pujiana (41113120068) Rohmat Indi Wibowo (41113120067) Gilang Aditya Permana (41113120125) Santi Octaviani Erna Erviyana Lutvia wahyu (41113120077)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stasiun Pengamat Hujan Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa

Lebih terperinci

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder ) Fenomena alam tiidak pernah lepas dari kesalahan, demikian juga didang penggukuran dan pemetaan. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada pengukuran dan pemetaan tterdiri dari : Kesalahan Sistematis

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-280 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek Dzakia Amalia Karima dan Bambang Sarwono Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembangkitan Gelombang Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air. Kecepatan angin tersebut akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut,

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERENCANAAN. Martadinata perhitungan berdasarkan spesifikasi pembebanan dibawah ini. Dan data pembebanan dapat dilihat pada lampiran.

BAB III DASAR PERENCANAAN. Martadinata perhitungan berdasarkan spesifikasi pembebanan dibawah ini. Dan data pembebanan dapat dilihat pada lampiran. BAB III DASAR PERENCANAAN 3.1 Data-data Fisik dan Pembebanan Untuk data-data pembebanan pada struktur atas jembatan layang Jl. RE Martadinata perhitungan berdasarkan spesifikasi pembebanan dibawah ini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997, rincian kegiatan pengukuran dan pemetaan terdiri dari (Diagram 1-1) ;

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997, rincian kegiatan pengukuran dan pemetaan terdiri dari (Diagram 1-1) ; - Hal. 1 1 BAB 1 PENDAHULUAN Berdasarkan PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997, rincian kegiatan pengukuran dan pemetaan terdiri dari (Diagram 1-1) ; a. Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik b.

Lebih terperinci

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying) Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying) Merupakan ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Singkat Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro Pembangunan Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro, merupakan proyek pembangunan Track dan Jalur

Lebih terperinci

UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh)

UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh) UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh) N. Oktaviani 1, J. Ananto 2, B. J. Zakaria 3, L. R. Saputra 4, M. Fatimah

Lebih terperinci

Analisis Daya Dukung Tanah Dan Bahan Untuk Pondasi Strous Pada Pembangunan Jembatan Karangwinongan Kec. Mojoagung Kab.Jombang

Analisis Daya Dukung Tanah Dan Bahan Untuk Pondasi Strous Pada Pembangunan Jembatan Karangwinongan Kec. Mojoagung Kab.Jombang ISSN Cetak: 2087-4286; ISSN On Line: 2580-6017 Analisis Daya Dukung Tanah dan Bahan Untuk Pondasi...(Ruslan) Analisis Daya Dukung Tanah Dan Bahan Untuk Pondasi Strous Pada Pembangunan Jembatan Karangwinongan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data lapang dilakukan pada tanggal 16-18 Mei 2008 di perairan gugusan pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar 11). Lokasi ditentukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. yang digunakan dalam perencanaan akan dijabarkan di bawah ini :

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. yang digunakan dalam perencanaan akan dijabarkan di bawah ini : BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data Perencanaan Dalam perencanaan diperlukan asumsi asumsi yang didapat dari referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan sangat menentukan hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 1. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

PENDAHULUAN. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 1. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara Bab 1 PENDAHULUAN Bab 1 PENDAHULUAN Desain Pengamanan Pantai Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud,

Lebih terperinci

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV 3.1. Persiapan Sebelum kegiatan survei berlangsung, dilakukan persiapan terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan survei

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi F. Uraian Materi 1. Pengukuran Penyipat Datar Luas (Spot Height) Untuk merencanakan suatu tata letak (site plan) untuk bangunan-bangunan atau pertamanan, pada umumnya perlu diketahui keadaan tinggi rendahnya

Lebih terperinci

5. BAB V ANALISA DATA

5. BAB V ANALISA DATA 5. BAB V ANALISA DATA 5.1 KEBUTUHAN FASILITAS PELABUHAN PENGEMBANGAN Dengan memperhatikan pada tingkat pemanfaatan fasilitas PPSC saat ini yang belum optimal karena terutama permasalahan sedimentasi kolam

Lebih terperinci

2011, No Mengingat Pengukuran dan Penataan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan di Bidang Kehutanan perlu disesuaikan dengan ketentuan perundang-un

2011, No Mengingat Pengukuran dan Penataan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan di Bidang Kehutanan perlu disesuaikan dengan ketentuan perundang-un BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.192. 2011 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Batas Areal Kerja. Izin Pemanfaatan Hutan. Penataan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 19/Menhut-II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang

PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang Konfigurasi Survei Hidrografi 1. Penentuan posisi (1) dan penggunaan sistem referensi (7) 2. Pengukuran kedalaman (pemeruman)

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION)

PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION) LAMPIRAN I PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION) BANGUNAN PADA AREA BPPT LOKASI JALAN M H. THAMRIN NO. 8 JAKARTA 105 I. Pendahuluan Pekerjaan Penyelidikan tanah (Soil Test) dilaksanakan Pada Area Gedung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan data kecepatan angin dalam bentuk mawar angin sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu Jalan Raya Sekaran di depan Perumahan Taman Sentosa Gunungpati,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI DAFTAR ISI ALAMAN JUDUL... i ALAMAN PENGESAAN... ii PERSEMBAAN... iii ALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMBANG... xiii INTISARI...

Lebih terperinci

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012 LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Pengukuran

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI ILMU UKUR TANAH Oleh: IDI SUTARDI BANDUNG 2007 1 KATA PENGANTAR Ilmu Ukur Tanah ini disajikan untuk Para Mahasiswa Program Pendidikan Diploma DIII, Jurusan Geologi, Jurusan Tambang mengingat tugas-tugasnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan 3.2. Metode Perolehan Data

BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan 3.2. Metode Perolehan Data BAB III METODOLOGI 3.1. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting untuk mengefektifkan

Lebih terperinci

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG Abdul Ghani Sani Putra 1006680631 Dila Anandatri 1006680764 Nur Aisyah al-anbiya 1006660913 Pricilia Duma Laura 1006680915

Lebih terperinci

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon

Lebih terperinci

No. Klasifikasi Medan Jalan Raya Utama 1 Datar (D) 0 9,9 % 2 Perbukitan (B) 10 24,9 % 3 Pegunungan (G) >24,9 %

No. Klasifikasi Medan Jalan Raya Utama 1 Datar (D) 0 9,9 % 2 Perbukitan (B) 10 24,9 % 3 Pegunungan (G) >24,9 % BAB IV ANALISA DATA Dalam proses perencanaan jembatan, setelah dilakukan pengumpulan data baik dari instansional maupun pustaka, dilanjutkan dengan evaluasi data / review study, berikutnya dilakukan analisis

Lebih terperinci

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM : Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. 2. 3. Nilai PASANG SURUT Nama : NIM : Oleh JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 MODUL 5. PASANG SURUT TUJUAN

Lebih terperinci

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi G186 Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi Muhammad Didi Darmawan, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Pendahuluan Beda tinggi adalah perbedaan

Lebih terperinci