Potensi Fisik dan Kimia Lahan Marjinal untuk Pengembangan Pengusahaan Tanaman Melinjo dan Karet di Provinsi Jambi
|
|
- Benny Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Akta Agrosia Vol. 13 No.1 hlm Jan - Jun 2010 ISSN Potensi Fisik dan Kimia Lahan Marjinal untuk Pengembangan Pengusahaan Tanaman Melinjo dan Karet di Provinsi Jambi Physical and Chemical Properties for Gnetum gnemon and Rubber Cultivation Development in Jambi Province Asrizal Paiman dan Yunta G. Armando Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi yunta_gombang@yahoo.co.id ABSTRACT A research was conducted by using a survey method with purposive sampling. Data were analysed descriptively and qualitatively based on plant growth and production. The result showed that the area of gnetum development had physical characteristics as the following: soil was derived from acid parent material, elevation were 110 m above sea level with wavy to hilly land surface (8 25% slope), good drainage, water table was more than 2 m, soil type was red yellow podsolic or Utisol, low fertility level, and climate type of DI. Meanwhile, the area of rubber development had characteristics of soil with acid parent material, average elevation was 91 m above sea level with level to undulating surface area (0 15% slope), moderate to good drainage, water table was less than 2 m or above, alluvial soil (Inceptisol and Latosol/ Oxisol), low to moderate soil fertility and BI climate. Alley cropping system can be applied in order to anticipate erosion and fertility degradation in an integrated farm management. Rubber development area was rather suitable to suitable with the existing technology along with minimal to moderate agricultural inputs in order to increase plant growth and production. Key words: Gnetum gnemon, Hevea brassilliensis, farming system, land management. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survey, dan daerah contoh ditentukan. Data dianalisi secara deskriftif berdasarkan pada pertumbuhan dan produksi tanaman. Hasil menunjukkan bahwa daerah perkembangan melinfo memiliki sifat fisik sebagai berikut: tanah berasal dari bahan induk asam, ketinggian tempat 110 m di atas permukaan laut dengan permukaan lahan bergelombang sampai berbukit (8025% kelerengan), dranaise lancer, kedalam air lebih dari 2 m, jenis tanah podsolik merah kuning atau ultisol, tingkat kesuburan tanah rendah, dan iklim tipe DI. Sumatera, daerah pengembangan karet memiliki sifat tanah dengan bahan induk asam, ketinggian rata-rata 91 m di atas permukaan laut dengan permukaan tanah dengan kelerengan 0-15%, dranaise sedang hingga baik, kesuburan tanah rendah sampai sedang dan iklim BI. System tumpangsari dapat dituangkan untuk mengantisipasi erosi dan penurunan kesuburan dalam pengelolaan pertanian terintegrasi. Pengembangan wilayah karet lebih terasa dengan teknologi yang terbuka dengan moderate pertanian rendah hingga sedang untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Kata kunci : melinjo, karet, sistem pertanian, pengelolaan lahan
2 Asrizal Paiman dan Yunta G. Armando : Potensi fisik dan kimia lahan marjinal 90 PENDAHULUAN Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45,794 juta ha atau sekitar 25% dari total daratan Indonesia (Subagyo et al., 2004), Sementara di Provinsi Jambi Ultisol luasnya sekitar ha atau 44,56% dari luasan Provinsi Jambi (Dinas Pertanaian Tanaman Pangan, 2005). Ultisol tergolong tanah marjinal, yaitu tanah dengan faktor pembatas (Wibowo, 2009). Hal ini menyebabkan munculnya masalah dalam pemanfaatannya terutama sebagai lahan pertanian. Ditinjau dari luasnya, Ultisol sebagai salah satu lahan kering marjinal berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian dengan kendala berupa rendahnya kesuburan tanah seperti kemasaman tanah yang tinggi, ph rata-rata < 4,50, Kejenuhan Al tinggi, kandungan hara makro terutama P, K, Ca dan Mg rendah, kandungan bahan organik yang rendah, kelarutan Fe dan Mn yang cukup tinggi yang akan bersifat racun, dapat menyebabkan unsur Fosfor (P) kurang tersedia bagi tanaman karena terfiksasi oleh ion Al dan Fe, akibatnya tanaman sering menunjukkan kekurangan unsure P (Nyakpa et al., 1988), serta sifat fisika tanah dan biologi tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap produktivitas tanah. Lahan dengan jenis tanah tersebut merupakan lahan bermasalah yang dalam pemanfaatannya untuk pengembangan pertanian memerlukan teknologi yang khusus. Produktivitas lahan marjinal ini sangat ditentukan oleh karakteristik fisik, iklim, tanah, hidrologi dan topografi (Radjaguguk, 1983). Adanya kemiringan lereng yang besar akan menyebabkan permasalahan tersebut semakin kompleks karena kondisi curah hujan yang tinggi akan meningkatkan laju erosi. Lahan marjinal yang banyak dijumpai di provinsi Jambi tersebut sebagian besar tergolong lahan kering dan tanah masam, mudah tererosi dan berlereng. Lahan-lahan tersebut terletak pada ketinggian lebih dari 100 mdpl, dengan bentuk wilayah datar, berombak sampai bergelombang, tanah tergolong masam dengan KTK rendah, kejenuhan basa (KB) rendah, kadar Al dan Fe tinggi dan ketersediaan hara tanaman juga rendah (Suhardjo, 1994). Oleh karena itu pengetahuan terhadap karakteristik lahan sangat penting untuk mengatasi problema pengelolaan, karena hubungan antara anasir lahan yang satu dengan yang lainnya sangat erat yaitu berupa hubungan korelatif atau kausal (Notohadiprawiro, 1997). Pengembangan suatu komoditas pertanian selalu didasarkan pada prospek komoditas, hasilhasil yang diperoleh selama ini dan potensi pengembangan selanjutnya atas dasar keadaan yang ada dan sumber daya yang dimiliki, yakni sumber daya alam dan sumber daya manusia (Kusuma et al., 1990). Lahan sebagai bagian dari potensi sumber daya alam sangat berpengaruh terhadap produksi. Tersedianya lahan dengan mutu tanah yang baik dan tanggap terhadap pengelolaan, serta ditunjang oleh ketersediaan air dan iklim yang cocok akan menghasilkan produksi yang optimum. Hasil kajian dan analisis mengenai karakteristik fisik lahan dan dilengkapi dengan informasi keragaan tanaman dan karakteristik sosial ekonomi pada wilayah kajian diperkirakan dapat memberikan dasar pertimbangan dalam rangka pengembangan dan peningkatan produktifitas lahan untuk sentra agribisnis melinjo dan karet di Provinsi Jambi. METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian yang dilakukan mencakup kajian karakteristik fisik lahan untuk pengembangan agribisnis melinjo dan karet di Provinsi Jambi. Di samping itu juga dihimpun informasi agronomi dan sosial ekonomi di desadesa contoh. Karakteristik fisik lahan yang dianalisis meliputi sistem lahan, iklim, jenis dan air tanah. Atas dasar analisis deskriptif kualitastif studi ini menampilkan kondisi aktual maupun potensial wilayah kajian untuk mendukung keberhasilan usaha pertanaman melinjo dan karet. Penelitian dibagi atas tahap awal yakni survei pendahuluan dan survei utama. Tahap awal meliputi, penyusunan proposal, pembuatan instrumen penelitian, pengadaan alat dan bahan penelitian, pengurusan administrasi. Tahap survei pendahuluan mencakup pengumpulan data awal
3 Jurnal Akta Agrosia Vol. 13 No.1 hlm Jan - Jun wilayah kajian, pengujian instrumen. Kegiatan tahap ini diperlukan untuk penyempurnaan dan akurasi data pada saat survei utama. Pada survei utama diinventarisir data karakter fisik lahan, interpretasi peta, keragaman tanaman dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Penentuan lokasi desa contoh di lakukan secara sengaja (purposive sampling) atas dasar pertimbangan pada program rancang bangun sentra komoditas unggulan tanaman melinjo dan karet yang telah ditetapkan oleh Kantor Wilayah Pertanian Provinsi Jambi, yakni 8 desa untuk pengembangan melinjo dan 12 desa untuk karet. Dari 20 desa contoh, yaitu Terentang Baru dan Bulian Baru di Kecamatan Batin XXIV, Sumber Agung dan Pulau Aro di Kecamatan Tabir. Informasi yang diinventarisir dalam penelitian ini terdiri dari data primer melalui pengamatan lapangan terhadap komponenkomponen fisik lahan yang meliputi tinggi tempat, bentuk wilayah, topografi, drainase, kedalaman air tanah, profil tanah dan iklim, serta analisis laboratorium untuk menentukan kesuburan tanah. Data agronomis diambil dari penilaian keragaan pertumbuhan dan produksi tanaman melinjo dan Tabel 1. Bahan induk pada lokasi penelitian di Provinsi Jambi karet yang ada; sedangkan kondisi sosial ekonomi petani yang diamati yaitu jumlah kepala keluarga, pendidikan, luas kepemilikan lahan dan pendapatan. Di samping itu dihimpun informasi-informasi yang relevan (data sekunder) dari instansi terkait dan kepustakaan yang berhubungan dengan materi penelitian. Pengamatan tanah di lapangan disesuaikan dengan buku pedoman panduan pengamatan tanah di lapangan yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor, untuk evaluasi sifat fisika dan kimia tanah. Kegiatan analisis data meliputi editing dan tabulasi data. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif mengacu pada kebutuhan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal. HASIL PENELITIAN Karakter Fisik Lahan Bahan Induk dan Luas Wilayah Hasil Pengamatan bahan induk dan luas wilayah pada daerah penelitian ternyata cukup bervariasi. Berdasarkan pengamatan tersebut pada setiap desa contoh diperoleh komposisi bahan induk seperti pada Tabel 1. Desa Bahan Induk Luas Wialyah (ha) Terentang Baru (Batin XXIV) Tufa, batu pasir, Aluvium Sungai muda, pasir tua 2049 kerikil kecil Bulian Baru (Batin XXIV) Batu pasir, tufa, batu, lumpur Sumber Agung (Tabir) Tufa, batu pasir, Aluvium Sungai muda, pasir tua 3786 kerikil kecil Pulau Aro (Tabir) Aluvium sungai muda Tabel 2. Bentuk wilayah dan tata air wilayah penelitian di Provinsi Jambi
4 Asrizal Paiman dan Yunta G. Armando : Potensi fisik dan kimia lahan marjinal 92 Tabel 3. Rata-rata curah hujan, hari hujan, persentase hujan dan iklim daerah penelitian di Provinsi Jambi Keterangan : CH = Curah Hujan, HH = hari hujan Daerah pulau Aro adalah kawasan pengembangan yang memiliki bahan induk Aluvium yang paling besar, sedangkan tiga desa lainnya relatif seragam (Tabel 1). Bahan induk pada desa Terentang Baru, Bulian Baru dan Sumber Agung hampir sama yakni terbentuk dari tufa, batu pasir dan pasir tua, kecuali untuk desa Pulau Aro yang terdiri dari aluvium sungai muda. Umumnya bahan induk berupa batu berpasir dan tufa yang bersifat masam yang pada gilirannya menghasilkan tanah-tanah masam seperti jenis tanah Ultisol dan Latosol. Bentuk Wilayah Bentuk wilayah dalam hubungannya dengan keadaan hidrologi/ tata air sangat menentukan dalam menjamin keberhasilan usahausaha di bidang pertanian (Tabel 2). Wilayah Kecamatan Batin XXIV (Terentang Baru dan Bulian Baru) memiliki agroekosistem lahan kering dengan ketinggian tempat berkisar antara m dpl. Bentuk wilayah berombak sampai berbukit, topografi antara 8-25% dengan beda ketinggian tempat m, drainase permukaan tergolong baik, kedalaman air tanah umumnya lebih dari 2 m. Kecamatan Tabir (desa Pulau Aro dan Sumber Agung) mempunyai agroekosistem lahan kering dan lahan basah dengan ketinggian tempat berkisar antara mdpl. Bentuk wilayah datar hingga berombak, topografi dari 3% hingga 15% beda ketinggian tempat (relief) dari m hingga lebih kecil dari 2 m, drainase permukaan sedang sampai baik, kedalaman air tanah kecil dari 2 m hingga lebih besar dari 2 m. Keadaan Iklim Keadaan daerah penelitian diamati melalui komponen jumlah curah hujan rata-rata tahunan, persantase hujan, dan selanjutnya ditentukan tipe iklim masing-masing daerah (Kecamatan) berdasarkan sistem klasifikasi iklim Oldeman. Kecamatan Batin XXIV yang meliputi desa Terentang Baru dan desa Bulian baru mempunyai ciri iklim D1 dengan jumlah curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2063 mm, jumlah hari hujan 151 hari dan persentase hujan sebesar 8,2. untuk kecamatan Tabir yang terdiri dari desa Pulau Aro dan Sumber Agung memiliki tipe iklim B1, dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2845 mm, jumlah hari hujan 166 hari dan persentase hujan sebesar 8,3. Jenis Tanah Hasil deskripsi profil tanah menunjukkan bahwa tanah untuk pengembangan tanaman melinjo di Desa Terentang Baru dan Bulian Baru merupakan tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol). Sementara itu, untuk pengembangan Karet di desa Sumber Agung adalah Latosol (Oksisol), dan di desa Pulau Aro adalah tanah Aluvial (Inceptisol). Uraian setiap satuan tanah tersebut adalah sebagai berikut :
5 Jurnal Akta Agrosia Vol. 13 No.1 hlm Jan - Jun Tabel 4. Hasil analisis kimia tanah daerah penelitian di Provinsi Jambi Keterangan : SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, ST = sangat tinggi. Tabel 5. Keragaan pertumbuhan tanaman melinjo dan karet di lokasi penelitian di Provinsi Jambi A. Lokasi Profil: Bulian Baru Lereng : 15% Kiblat lereng : Tenggara Drainase Permukaan : Cepat Jenis tanah : Podsolik merah kuning Vegetasi : Belukar Kedalaman efektif : 95 cm Kedalaman (cm) >95 Uraian Coklat kuat(7,5 YR 5/4), lempung berpasir halus, sedang, gembur, perakaran halus, batas horizon jelas, datar drainase baik. Kuning kemerahan (7,5 YR 6/6), lempung liat berpasir, gumpal membulat, lemah, sedang batas horizon, drainase baik. Kuning kemerahan, gumpal bersudut, sedang jelas, perakaran halus sedikit, batas horizon berangsur, drainase sedang, ada karat. 7,5 YR 6/8 (kuning kemerahan), liat berpasir gumpal bersudut, jelas. Perakaran kasar sedikit, drainase jelek, karatan banyak. Kuning kemerahan (7,5 YR 6/8) liat berpasir pejal, drainase jelek ada gley B. Lokasi Profil : Terentang Baru Lereng : 23% Kiblat lereng : Tenggara Jenis tanah : Podsolik merah kuning Vegetasi :Belukar/Kebun rakyat Kedalaman efektif : 90 cm Kedalaman (cm) Uraian Coklat kuat(7,5 YR 5/6), lempung liat, sedang, gembur, perakaran halus, batas horizon jelas, drainase sedang, karat. Coklat Kuat (7,5 YR 5/8), liat berpasir, gumpal membulat, lemah teguh, perakaran halus banyak, batas horizon jelas datar, drainase jelek, karatan banyak, gleybanyak, nyata. Kuning kemerahan (7,5 YR 6/6), liat berpasir gumpal bersudut, sedang lemah, teguh, perakaran halus, horizon jelas, datar drainase jelek, karatan dan gley banyak, lemah. Coklat kuat (7,5 YR 5/8), liat berpasir, teguh pejal, karatan dan gley dominan, perakaran halus sedikit, batas horizon baur. Kuning kemerahan (7,5 YR 6/8), liat
6 Asrizal Paiman dan Yunta G. Armando : Potensi fisik dan kimia lahan marjinal 94 >91 berpasir pejal, sangat teguh, drainase jelek, karatan dan gley dominan dan jelas, horizon jelas datar. Kuning kemerahan (7,5 YR 4/8) liat berpasir kerikil banyak, sangat teguh, karatan, dan gley dominan. C. Lokasi Profil : Desa Pulau Aro Lereng : 0-1% Kiblat lereng : Timur Drainase : Cepat Vegetasi :Hutan karet,campuran Kedalaman efektif : > 1 m Jenis tanah : Aluvial/Inceptisol Kedalaman (cm) >48 Kedalaman (cm) Uraian Coklat gelap(7,5 YR 3/4), lempung berliat, gembur, remah, sedang, kuat, perakaran kasar dan halus, banyak batas horizon jelas, datar gley sedikit(7,5 YR 6/1) kelabu terang kelabu. Coklat-coklat gelap(7,5 YR 4/4), gembur, remah, sedang lemah, perakaran sedang batas horizon datar baur, drainase jelek, gley sedikit jelas. Coklat coklat gelap (7,5 YR 4/4) gembur, remah sedang lemah, coklat kuat (7,5 YR 4/6), gembur remah, halus, lemah, perakaran sedikit, batas, horizon datar, jelas, gley sedikit. Coklat kuat (7,5 YR 5/6), gembur remah, kasar, lemah perakaran sedikit, gley banyak jelas. D. Lokasi Profil: Desa Sumber Agung Lereng : 8% Kiblat lereng : Timur Drainase : Baik Jenis tanah : Latosol/ Oksisol Vegetasi : Kebun karet Kedalaman efektif : 60 cm Uraian Coklat gelap(7,5 YR 3/4), lempung, liat berpasir, berbutir, jelas, sedang, gembur (lembab), perakaran halus banyak, batas jelas, drainase baik. Coklat kuat (7,5 YR 5/8), lempung berliat gumpal membulat, jelas, sedang, teguh, perakaran halus sedang, baur, drainase baik. Kuning kemerahan (7,5 YR 6/8) liat gumpal membulat, lemah, sedang, >80 teguh, perakaran halus sedang, baur, drainase baik. Kuning kemerahan (7,5 YR 7/8) liat gumpal membulat, lemah, kasar, teguh, drainase baik. Dari deskripsi profil daerah penelitian terlihat bahwa di sentra pengembangan komoditas melinjo tanah yang tersedia adalah tanah marjinal Podsolik Merah Kuning, untuk pengembangan komoditas karet di Desa Pulau Aro adalah tanah Aluvial/Inceptisol, dan di Desa sumber Agung adalah tanah marjinal Latosol dan Oksisiol. Analisis Kimia Tanah Dari hasil analisis kimia tanah di daerah penelitian pada setiap contoh diperoleh hasil analsis seperti tertera pada Tabel 4. Daerah pengembangan karet di Desa Sumber Agung mempunyai tingkat kesuburan tanah yang rendah sampai sedang dan di Pulau Aro dengan tingkat kesuburan sedang, sedangkan untuk pengembangan komoditas melinjo di Terentang Baru dan Bulian Baru tingkat kesuburan tanahnya rendah sampai sangat rendah (Tabel 4). Keragaan Pertumbuhan Tanaman Keragaan pertumbuhan tanaman yang diamati melalui parameter tanaman yang diamati melalui parameter umur lingkar batang dan produksi pada contoh tanaman yang dipilih dan informasi sumber tanaman serrta penggunaan agroinput (pemeliharaan) pada masing-masing Desa sampel disajikan pada Tabel 5. Wilayah pengembangan tanaman melinjo di Kecamatan Batin XXIV mempunyai tingkat penggunaan teknologi agroinput yang sangat rendah, pemeliharaan tanaman tidak dilakukan, pemberian pupuk (pupuk kandang) dilakukan hanya satu kali yakni pada saat tanam. Umur tanaman berkisar antara 8 11 tahun berasal dari biji (anakan), varietas yang digunakan umumnya varietas ketan, lingkar batang bervariasi antara cm dengan produksi antara 8 20 kg per tahun. Pada wilayah pengembangan karet di desa Sumber Agung di mana program P2RT telah dilaksanakan, umur tanaman rata-rata 2 tahun, sumber tanaman berasal dari klon unggul GT1 dan PRIM, lingkar batang berkisar antara cm, penggunaan agroinput dan pemeliharaan tanaman
7 Jurnal Akta Agrosia Vol. 13 No.1 hlm Jan - Jun termasuk sedang, terlihat dari kondisi tanaman dan lahan. Sedangkan untuk desa Pulau Aro di mana program P2RT belum dilaksanakan, areal tanaman berupa kebun-kebun karet yang telah tua dengan umur di atas 20 tahun dan tidak produktif (produksi 0,6 0,8 kg batang -1 tahun -1 ). Dalam rangka pengembangan agribisnis tanaman melinjo dan karet di Provinsi Jambi diperlukan penilaian lahan yang tepat dan pengkajian sejumlah parameter yang dimaksud adalah keadaan umum lahan seperti ketinggian tempat, topografi, kemiringan lereng, kondisi pertumbuhan tanaman indikator dan iklim setempat. Melalui pertimbangan komponenkomponen tersebut yang kemudian dikaitkan dengan persyratan tumbuh yang dikehendaki tanaman untuk tumbuh normal, maka dapat ditentukan layak atau tidaknya suatu tanaman dapat dikembangkan dengan baik. Karakteristik fisik lahan Secara umum karakteristik lahan di daerah penelitian adalah : 1. Desa Terentang Baru dan Bulian Baru memiliki bentuk wilayah atau relief yang kasar dengan kemiringan 15% - 25% (di beberapa tempat mencapai lebih dari 40%), curah hujan tinggi (2063 mm per tahun) tanpa bulan kering. Jenis tanah podsolik merah kuning dengan kemasaman tinggi dan tingkat kesuburan rendah. 2. Desa Sumber Agung memiliki bentuk wilayah agak kasar, kemiringan 8% (di beberapa tempat ada yang datar 0 2%), curah hujan tinggi (2845 mm pertahun) tanpa bulan kering. Jenis tanah Latosol/Oksisol dengan kesuburan rendah hingga sedang dan kemasaman tinggi. 3. Desa Pulau Aro memiliki bentuk wilayah datar, terdiri dari bahan aluvium, curah hujan tinggi (2845 mm pertahun) tanpa bulan kering, jenis tanah aluvial/inceptisol dengan tingkat kesuburan sedang. Kemasaman tanah yang tinggi dan kesuburan rendah adalah akibat proses pelindian yang intensif akibat curah hujan tinggi dan topografi kasar serta bahan induk yang bersifat masam (tufa dan batu pasir). Menurut Notohadiprawiro (1997), tanahtanah masam di Indonesia terdiri atas Podsolik, Latosol, Podsol, Organosol dan sebagian besar tanah aluvial hidromorf. Tanah Podsolik dan Podsol bersifat masam karena berasal dari bahan induk masam dan telah mengalami pelapukan intensif yang disertai pelindian kuat. Sementara itu tanah Histosol bersifat masam karena telah mengalami pelapukan intensif dan pelindian kuat. Apabila dilihat dari keragaan pertumbuhan/ produksi, ternyata kondisi tanaman melinjo cukup baik, yang ditandai oleh lingkar batang besar; namun produksinya masih tergolong rendah. Hal ini mungkin disebabkan tingkat penggunaan agroinput yang juga rendah. Sementara itu kondisi pertumbuhan karet, khususnya di desa Pulau Aro sangat beragam karena tanaman yang ada berasal dari perkebunan karet rakyat yang telah tua dan tidak produktif yang ditandai oleh produksi perpohon yang sangat rendah. Sedangkan di desa Sumber Agung pertumbuhan tanaman tergolong baik. Tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik apabila persyaratan tumbuhnya seperti tanah, iklim dan pengelolaan yang sesuai dapat dipenuhi. Tidak terpenuhinya satu atau lebih persyaratan tersebut secara optimal menyebabkan tanaman tidak mampu memberikan hasil sesuai dengan kemampuan genetisnya. Faktor yang tidak optimal itu dikenal sebagai faktor pembatas. Konsep faktor pembatas ini hendaknya dijadikan dasar pertimbangan dalam melakukan penilaian potensi lahan untuk pengembangan dalam melakukan penilaian potensi lahan untuk pengembangan tanaman melinjo dan karet di Provinsi Jambi yang umumnya terdapat pada lahan kering marjinal yang bereaksi masam. Dari aspek ciri-ciri umum wilayah (Tabel 1 dan 2) seperti faktor ketinggian tempat bervariasi namun perbedaan tersebut relatif kecil dan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dalam batas toleransi persyaratan tumbuh kedua jenis tanaman dimaksud. Faktor kedalaman tanah efektif, tampaknya tidak menjadi faktor pembatas yang penting, karena kedalaman efektif pada 4 lokasi sampel pad masing-masing desa contoh memperlihatkan kedalaman efektif yang cukup dalam, terutama di Pulau Aro yang kedalaman efektifnya mencapai 90 cm. Di desa Terentang Baru dan Bulian Baru dijumpai lapisan argilik yang
8 Asrizal Paiman dan Yunta G. Armando : Potensi fisik dan kimia lahan marjinal 96 padat pada kedalaman cm. Adanya lapisan ini pun tidak merupakan penghambat pertumbuhan tanaman (melinjo) karena tanaman melinjo mempunyai sistem perakaran yang baik dan cukup kuat. Pada kondisi tanah yang kurang subur dan berbatu-batu seperti tanah Podsolik Merah Kuning yang terdapat di daerah Gunung Kidul ternyata melinjo menghasilkan buah per malai atau per tandan jauh lebih banyak dibandingkan daerah lainnya. Bentuk wilayah (topografi) yang terdapat di daerah sentra pengembangan melinjo adalah beromabak hingga berbukit dengan persentase kemiringan 8-25%. Erosi dan degradasi kesuburan tanah merupakan masalah penting yang mesti segera ditanggulangi agar sub sektor produksi dalam sistem agribisnis melinjo dapat menjadi faktor pendukung handal. Upaya mengatasi hal itu dapat dilakukan secara mekanis yakni dengan pengaturan pola tanam yang disesuaikan dengan tingkat kemiringan lereng (Celestino, 1985 dalam Daras dan Ruhnayat, 1990). Wilayah dengan tingkat kelerengan yang cukup besar serta curah hujan yang relatif tinggi (2063 mm per tahun) dapat meningkatkan laju erosi dan pemiskinan hara. Berdasarkan kondisi tersebut, maka teknologi konservasi tanah dan air perlu diterapkan di daerah ini. Adapun model usaha tani yang sekarang banyak disarankan dalam mengelola lahan miring adalah sistem usaha tani terpadu. Sistem usaha tani terpadu dapat juga dikombinasikan dengan sistem guludan. Pematang pada guludan dapat dimanfaatkan untuk penanaman rumput makanan ternak seperti Setaria sp. Dan tanaman merambat yang mempunyai perakaran yang kuat. Teknologi yang dapat diterapkan untuk penanaman melinjo adalah teknologi slope croping, yaitu penanaman tanaman menurut jarak tertentu dalam sistem alley cropping (budidaya lorong). Model alley cropping dapat mengurangi laju erosi dan menciptakan iklim mikro yang lebih baik, karena adanya efek naungan tanaman pokok yang dapat mengurangi radiasi matahari yang berlebihan di dalam lorong, selain itu akar tanaman sela (perdu rerumputan) diharapkan mampu sebagai penguat guludan/teras dan sebagai penyumbang bahan organik tanah. Adanya perubahan iklim mikro tersebut akan memungkinkan penanaman tanaman pangan dan sayuran yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Untuk itu penerapan model budidaya lorong serta pola tanam tumpang sari sangat dianjurkan. Sistem ini diharapkan dapat memperbaiki kehidupan petani dalam pola usaha tani berbasis melinjo di Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil kajian karakteristik fisik lahan pada daerah sentra pengembangan agribisnis tanaman karet, yaitu desa Pulau Aro dan Sumber Agung, terungkap bahwa komponen fisik lahan di desa-desa tersebut, seperti iklim (curah hujan rata-rata tahunan, hari hujan, persentase hujan dan tipe iklim) bukan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Daerah ini mempunyai tipe iklim B1 (basah), curah Hujan tinggi (2845 mm per tahun), dan persentase hujan tinggi dengan jumlah hari hujan rata-rata 166 hari. Kondisi iklim demikian merupakan indikator bahwa daerah ini sesuai untuk pengembangan karet. Jenis tanah aluvial (Inceptisol dan Entisol) dan Utisol mendominasi daerah ini, dengan tingkat kesuburan berkisar dari rendah sampai sedang, drainase permukaan sedang hingga baik, kedalaman air tanah kecil dari 2 m hingga lebih besar dari 2 m, dan bentuk wilayah dari datar hingga berombak dengan topografi 0-15%. Apabila komponen-komponen fisik tanah ini dikembangkan dengan persyaratan untuk pertumbuhan termasuk kategori S2 dan S3 (lahan cukup sesuai atau saesuai) untuk pengbembangan budidaya karet dan dengan agroinput yang ada akan dapat diatasi sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. KESIMPULAN Karakteristik fisik lahan untuk pengembangan tanaman melinjo di kedua desa sampel mempunyai wilayah kasar dengan kemiringan yang besar, curah hujan tinggi dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning yang merupakan tanah masam dan tingkat kesuburan marjinal. Karakteristik fisik lahan untuk pengembangan karet di Desa Sumber Agung Merupakan tanah Latosol dengan tingkat kesuburan tanah rendah sampai sedang, tergolong tanah masam dengan sifat fisik baik engan bentuk
9 Jurnal Akta Agrosia Vol. 13 No.1 hlm Jan - Jun wilayah datar sampai berbukit dengan curah hujan yang tinggi. Sementara itu, desa Pulau Aro mempunyai bentuk wilayah datar, kesuburan tanah sedang dan curah hujan tinggi. Lahan cukup tersedia untuk pengembangan karet dan melinjo di keempat desa sampel dengan luas pemilikan lahan 2 4 ha setiap petani. Kendala yang dihadapi, terutama untuk komoditas melinjo, adalah tingkat keterampilan dan pendidikan petani yang rendah dan sebagian besar belum begitu adaptif dalam pegusahaan tanaman melinjo. DAFTAR PUSTAKA Daras, U. Dan A. Ruhnayat Potensi Sumber Daya Lahan di sekitar Danau Singkarak untuk Pengembangan tanaman Industri dan Perkebunan. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor. Didiek Suprayogo, Widianto, Purnomosidi, R.H. Widodo, F. Rusiana, Z.Z. Aini, N. Khasanah, dan Z. Kusumah Degradasi Sifat Fisik Tanah Sebagai Akibat Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Sistem Kopi Monokultur. Jurnal Penelitian Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Provinsi Jambi Rancang bangun pengembangan sentra agribisnis komoditas unggulan melinjo dan karet. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Provinsi Jambi, Jambi. Kusuma, I., Daswir, Z. Hasan dan Zamarel Evaluasi dan peluang pengembangan lahan sekitar danau Singkarak untuk tanaman industri dan perkebunan. Prosiding Komunikasi Ilmiah Pengembangan Tanaman Industri dan Perkebunan Pada Lahan Kritis. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Solok, Sumatera Barat. Notohadiprawiro, T Gatra Fisik dalam Penyediaan Lahan Kritis. Dalam Simposium Peranan Pertanian dalam Usaha Pemulihan Tanah Kritis di Daerah padat Penduduk. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nyakpa, M.Y, A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, Ali Munawar, Go Ban Hong. Nurhayati Hakim Kesuburan Tanah Universitas Lampung. Lampung. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Radjaguguk, B Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam di Indonesia. Dalam Seri Monografi Kumpulan Makalah tentang Kesuburan Tanah-tanah Meineral Masam di Indonesia. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suhardjo, H Penanganan lahan marginal di provinsi Jambi. Makalah Seminar Penanganan Lahan Kering Melalui Pola Usaha Tani Terpadu Provinsi Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, Jambi. Wibowo Pengamatan kerawanan kebakaran hutan dan upaya pengendaliannya di Kawasan HTI PT. WKS Jambi, Bul. Pen. Hutan
KAJIAN KARAKTERISTIK FISIK LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS MELINJO DAN KARET DI PROVINSI JAMBI
ISSN 1410-1939 KAJIAN KARAKTERISTIK FISIK LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS MELINJO DAN KARET DI PROVINSI JAMBI [STUDY ON SOIL PHYSICAL PROPERTIES FOR GNEMON AND RUBBER AGRIBUSINESS DEVELOPMENT IN JAMBI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu
TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;
Lebih terperinciASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciDISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN
DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN Zurhalena dan Yulfita Farni 1 ABSTRACT Type of plant impact on soil pore distribution and permeability variously. The objectives
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et
Lebih terperinciII. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI
II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO
PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO INTISARI Kadarso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra, Yogyakarta Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPerkembangan Potensi Lahan Kering Masam
Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya
LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciLampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara
Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal
LAMPIRAN 45 46 Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal No Sifat Kimia Tanah Nilai Keterangan 1 ph (H 2 O) 4,59 Masam 2 Bahan Organik C-Organik (%) 1,22 Rendah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula
Lebih terperinciPEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP
PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan
TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil
Lebih terperinciANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG
ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam dan luas areal lahan pertanian yang memadai untuk bercocok tanam.
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH
Lebih terperinciLampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)
Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Bln/Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan Jan 25.9 23.3 24.0 24.4 24.7
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciKESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU
KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU Ni Wayan Suryawardhani a, Atiek Iriany b, Aniek Iriany c, Agus Dwi Sulistyono d a. Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Brawijaya
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet
57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang
21 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Kegiatan penambangan menyebabkan perubahan sifat morfologi tanah seperti tekstur, konsistensi, struktur, batas antar lapisan
Lebih terperinciEVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG
e-j. Agrotekbis 4 (5) : 559-564, Oktober 2016 ISSN : 2338-3011 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Evaluation
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting dalam meyediakan sebahagian besar kebutuhan hidup manusia, terutama pangan. Pada saat ini kebutuhan akan pangan tidak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.
3 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam
Lebih terperinciKAJIAN SIFAT FISIKA TANAH PADA PERKEBUNAN KARET DI PROVINSI BENGKULU STUDY OF SOIL PHYSICAL ON RUBBER PLANTATION IN BENGKULU PROVINCE ABSTRAK
KAJIAN SIFAT FISIKA TANAH PADA PERKEBUNAN KARET DI PROVINSI BENGKULU STUDY OF SOIL PHYSICAL ON RUBBER PLANTATION IN BENGKULU PROVINCE Nurmegawati, Afrizon, Irma Calista Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia
Lebih terperinciTASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015
TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG
Lebih terperinciPrestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng
KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik
TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor
II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik
Lebih terperinci1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering
Lebih terperinciSoal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)
Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI
BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun
Lebih terperinciII. PEMBENTUKAN TANAH
Company LOGO II. PEMBENTUKAN TANAH Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Isi A. Konsep pembentukan tanah B. Faktor pembentuk tanah C. Proses pembentukan tanah D. Perkembangan lapisan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR ILMU TANAH REZI YUNESMI D1B012104 AGRIBISNIS F FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI NOVEMBER / 2013 Pengambilan Contoh Tanah Untuk Uji Tanah 1. Tempat dan Waktu Praktikum
Lebih terperinciTANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd
TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinci3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah
1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show
Lebih terperinci3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa
3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam Secara teoritis lahan kering di Indonesia dibedakan menjadi dua kategori, yaitu lahan kering beriklim kering, yang banyak dijumpai di kawasan timur Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan dari familia Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1-3 meter. Tomat termasuk sayuran
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Profil
Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi
Lebih terperinciAp 0 - cm Coklat (7,5 YR 5/4 ), pasir berlempung, sedang,
Lampiran 1. Deskripsi Profil Tanah DESKRIPSI PROFIL TANAH (PROFIL TANAH 1) Jenis Tanah : Entisol Lokasi : Arboretum USU Kwala Bekala, kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Kode : Profil 1 Kordinat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Berdasarkan iklimnya, lahan kering
Lebih terperinciBatuan beku Batuan sediment Batuan metamorf
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena
17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium
14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan
Lebih terperinciKLASIFIKASI TANAH INDONESIA
Klasifikasi Tanah Indonesia KLASIFIKASI TANAH INDONESIA (Dudal dan Supraptoharjo 1957, 1961 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor 1982) Sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drainase Menurut Suripin (2004), drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
Lebih terperinciGELISOLS. Pustaka Soil Survey Staff Soil Taxonomy, 2 nd edition. USDA, NRCS. Washington. 869 hal.
GELISOLS Gelisols adalah tanah-tanah pada daerah yang sangat dingin. Terdapat permafrost (lapisan bahan membeku permanen terletak diatas solum tanah) sampai kedalaman 2 meter dari permukaan tanah. Penyebaran
Lebih terperinciMODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK
MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan
Lebih terperinciREHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
1-8 REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Agusni Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Almuslim Email: aisyahraja2017@gmail.com
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun
LMPIRN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun 20012010 Bln Jan Feb Mar pr Mei Jun Jul gs Sep Okt Nov Des THN 2001 226 168 277 200 103 117 258 223 532 283 369
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia selain Malaysia. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak kelapa yang dimana
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan
Lebih terperinci