STUDI PENINGKATAN KEUNTUNGAN MELALUI OPTIMASI SISTEM PEMBERIAN AIR DAERAH IRIGASI GEMBLENG KANAN DENGAN PROGRAM DINAMIK JURNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENINGKATAN KEUNTUNGAN MELALUI OPTIMASI SISTEM PEMBERIAN AIR DAERAH IRIGASI GEMBLENG KANAN DENGAN PROGRAM DINAMIK JURNAL"

Transkripsi

1 STUDI PENINGKATAN KEUNTUNGAN MELALUI OPTIMASI SISTEM PEMBERIAN AIR DAERAH IRIGASI GEMBLENG KANAN DENGAN PROGRAM DINAMIK JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST.) Disusun Oleh : ALVIN RUSIANDO PUTRA NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN MALANG 2014

2 STUDI PENINGKATAN KEUNTUNGAN MELALUI OPTIMASI SISTEM PEMBERIAN AIR DAERAH IRIGASI GEMBLENG KANAN DENGAN PROGRAM DINAMIK JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST.) Disusun Oleh: ALVIN RUSIANDO PUTRA NIM Telah diperiksa dan disetujui oleh : Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Lily Montarcih Limantara, M.Sc. NIP Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT. NIP

3 Studi Peningkatan Keuntungan Melalui Optimasi Sistem Pemberian Air Daerah Irigasi Gembleng Kanan Dengan Program Dinamik Alvin Rusiando Putra 1, Lily Montarcih 2, Pitojo Tri Juwono 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Rusiandoalvin@gmail.com ABSTRAK Pemanfaatan sumber daya air salah satunya adalah dalam hal pertanian yaitu untuk kepentingan irigasi. Berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pemanfaatan air yang maksimal, diantaranya adalah dengan teknik optimasi. Teknik optimasi umum dipakai untuk mengatasi masalah pengembangan sumber daya air di suatu wilayah dengan berbagai aspek yang perlu ditelaah antara lain adalah irigasi dengan segala kendala yang banyak dijumpai dalam pengembangannya. Studi berlokasi pada daerah irigasi Gembleng Kanan di Kabupaten Banyuwangi dengan luas 407 ha, tetapi terjadi kekurangan air dan terjadi penurunan intensitas masa tanam pada musim kemarau 2. Untuk mengidentifikasi masalah tersebut dilakukan analisa sistem pemberian air dan peningkatan hasil produksi tanaman menggunakan optimasi program dinamik. Hasil kajian menunjukkan kebutuhan air irigasi rerata per musim tanam berdasarkan pola tata tanam terpilih adalah 0,236 m3/dt pada musim hujan, 0,275 m3/dt pada musim kemarau 1, 0,14 m3/dt pada musim kemarau 2. Berdasarkan ketersedian debit maka sistem pemberian air dapat di lakukan secara terus menerus pada musim hujan dan Musim kemarau 1, namun sistem rotasi dilakukan pada musim kemarau 2. Dengan penerapan program dinamik, keuntungan yang diperoleh dari debit yang dialirkan pada Daerah Irigasi Molek untuk Musim Kering 2 adalah sebesar Rp ,00 yaitu terjadi peningkatan keuntungan sebesar 11,5 %. Kata kunci: Irigasi, Sistem Pemberian Air, Optimasi, Program Dinamik ABSTRACT Irrigation is one of utilization of water resources in agriculture. Various ways can be done to get the maximum use of water, such as the optimization technique. Common optimization techniques used to solve problems of water resource development in an area with a variety of aspects that need to be explored include irrigation with all the many obstacles encountered in its development. The study is located on the Gembleng Kanan irrigation in Banyuwangi with irrigational area 407 ha, but there is a shortage of water and a decrease in the intensity of the growing season on the dry season 2. Systems analysis and improvement of crop production using dynamic program optimization used to identify the problems. Studies show the average irrigation water requirement at a growing season by selected layout pattern of crop is m 3 /sec during the rainy season, m 3 /sec during the dry season 1, 0.14 m 3 /sec during the dry season 2. Based on the availability of the system of water discharge can be done continuously during the rainy season and dry season 1, but the rotation system during the dry season 2. With the application of dynamic program, the benefits of discharge that flowed on Gembleng Kanan Irrigation Area in Dry Season 2 is Rp 1,835,570,000.00, 11.5 % increase in profits. Keywords : Irrigation, Water Dispensing System, Optimization, Dynamic Program 1. Pendahuluan Pemanfaatan sumber daya air salah satunya adalah dalam hal pertanian yaitu untuk kepentingan irigasi. Mengingat banyak kendala yang terjadi pada proses irigasi, diantaranya adalah terbatasnya jumlah air yang dialirkan, maka diperlukan perencanaan pemanfaatan air sebaik-baiknya sehingga didapatkan keuntungan yang maksimum dari persediaan air yang ada sesuai dengan fungsinya. Daerah Irigasi Gembleng Kanan mempunyai baku sawah yang cukup luas yaitu 407 ha yang terletak di Desa Aliyan Kec. Srono Kab. Banyuwangi. Pada Daerah Irigasi Gembleng Kanan terdapat Saluran Induk dengan beberapa bangunan bagi, sadap, dan bagi sadap. Besarnya debit yang harus mengalir pada setiap bangunan irigasi harus melalui perhitungan yang tepat agar didapatkan hasil yang maksimal sehingga mampu mem-

4 berikan keuntungan yang optimal. Pada Daerah Irigasi Gembleng Kanan untuk RTTG 2012/2013 terjadi kekurangan air pada perhitungan kebutuhan air irigasi untuk periode tanam MK 2 saat debit air kering dan menurunnya intensitas tanam menjadi 365 ha sehingga dalam studi ini dikaji ulang agar tidak terjadi kekurangan air dan untuk meningkatkan intensitas masa tanam. Untuk mengatasi kekurangan air tersebut terutama di saat musim kemarau diperlukan suatu upaya pengaturan sistem pemberian air yang sesuai dengan kondisi debit yang ada. Salah satu model optimasi sistem pemberian air yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya debit yang dapat dialirkan pada tiap bangunan irigasi pada suatu Daerah Irigasi adalah dengan program dinamik. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengefisienkan pemberian air di Daerah Irigasi Gembleng Kanan yang paling optimal yang dapat terairi pada kondisi musim hujan dan musim kemarau dalam suatu periode musim tanam sesuai dengan penerapan pola tata tanam yang tertera pada RTTG. Dalam studi ini, yang dimaksud optimal adalah air yang tersedia dapat mengairi luas lahan yang ada sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimal, dalam hal ini adalah hasil produksi. Manfaat dari studi ini adalah untuk mengoptimalkan pemberian air dengan debit air irigasi yang telah tersedia di Daerah Irigasi Gembleng Kanan melalui program dinamik. Manfaat lain dari studi ini adalah agar dijadikan bahan evaluasi dalam melaksanakan pembagian air irigasi di DI Gembleng Kanan. 2. Pustaka dan Metodologi Kebutuhan Air Irigasi Tanaman membutuhkan air agar ia dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Air tersebut dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi. Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui jaringan sistem irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian, sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman. Evaporasi Evaporasi (penguapan) merupakan peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara. Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang pengembangan sumber-sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif untuk tanaman dan lain-lain. Air akan menguap dari tanah, baik tanah gundul atau yang tertutup oleh tanaman dan pepohonan, pada permukaan yang tidak tembus air seperti atap dan jalan raya, air bebas mengalir. Laju evaporasi atau penguapan akan berubah-ubah menurut warna dan sifat pemantulan permukaan dan hal lain juga akan berbeda untuk permukaan yang langsung tersinari oleh matahari dan yang terlindungi dari sinar matahari. Besarnya faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah sebagai berikut: 1. Radiasi matahari 2. Angin 3. Kelembaban (humiditas) relatif 4. Suhu (temperatur) Transpirasi Hanya sebagian kecil air saja yang terserap oleh sistem akar tumbuhtumbuhan yang tetap berada dalam jaringan pohon, sesungguhnya semuanya dilepaskan ke atmosfer sebagai uap melalui transpirasi. Proses ini merupakan suatu fase penting dari siklus (daur) hidrologi karena merupakan mekanisme utama dengan hujan yang jatuh di permukaan tanah dikembalikan ke atmosfer. Proses transpirasi berjalan terus hampir sepanjang hari di bawah pengaruh sinar

5 matahari. Pada malam hari pori-pori daun (yang terletak di bagian bawah daun), yang disebut stomata tanaman, menutup, yang menyebabkan terhentinya proses transpirasi dengan drastis (Soemarto, 1986). Evapotranspirasi Evapotranspirasi adalah air dalam tanah yang naik ke udara melalui tumbuhtumbuhan. Transpirasi dan evaporasi dari permukaan bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air (comsumtive-use) (Sosrodarsono, S. 1987). Evapotranspirasi dapat dihitung dengan rumus-rumus teoritis-empiris dengan mempertimbangkan faktor meteorologi seperti sinar matahari (atau radiasi), angin, kelembaban relatif dan suhu (temperatur). Evapotranspirasi tanaman merupakan kebutuhan air tanaman yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, yang merupakan hasil kali dengan koefisien tanaman. ETc = kc x Eto ETc : Evapotranspirasi tanaman (mm/hari) kc : Koefisien tanaman yang tergantung dari jenis tanaman dan Eto periode pertumbuhan tanaman : Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari) Kegiatan mengatur jenis, varietas dan umur tanaman disebut sebagai pengaturan pola tanam. Dengan demikian usaha mengatur pola tata tanam dimaksudkan untuk mengatur besar koefisien tanaman agar mendapatkan besar ETo sehingga sesuai dengan ketersediaan air irigasi. Besarnya evapotranspirasi potensial dapat dihitung dengan menggunakan Metode Penman Modifikasi yang telah disesuaikan dengan keadaaan daerah Indonesia (Suhardjono, 1994) dengan rumus sebagai berikut : ETo = c. Eto* Eto* = W.(0,75.Rs-Rn1)+(1-W).f(u).(eaed) C : angka koreksi Penman W : faktor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi daerah Rs : radiasi gelombang pendek (mm/hr) Rs : (0,25 + 0,54. n/n).ra Ra : radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot), tergantung letak lintang daerah (mm/hr) N : lama kecerahan matahari yang nyata (tidak terhalang awan) dalam 1 hari (jam) Rn1 : radiasi bersih gelombang panjang (mm/hr) Rn1 : f(t).f(ed).f(n/n) f(t) : fungsi suhu : Ta 4 f(ed) : fungsi tekanan uap : 0,34 0,044 ed f(n/n) : fungsi kecerahan : 01, + 0,9.n/N f(u) :fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permukaan tanah (m/dt) : 0,27 (1 + 0,864.u) (ea ed) : perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang sebenarnya ed : tekanan uap jenuh : ea. RH Ea : tekanan uap sebenarnya RH : kelembaban udara relatif (%) Analisa Curah Hujan Pada umumnya untuk menghitung curah hujan daerah dapat digunakan standar luas daerah sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976): 1. Daerah dengan luas 250 Ha yang mempunyai variasi topografi yang kecil, dapat diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan. 2. Daerah dengan luas 250 Ha sampai Ha dengan dua atau tiga titik

6 pengamat hujan dapat digunakan cara rerata aljabar. 3. Daerah dengan luas Ha sampai Ha yang mempunyai titik pengamat yang tersebar cukup merata dan dimana data curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi kondisi topografi, dapat digunakan cara rerata aljabar. Jika titik-titik pengamatan tidak tersebar merata maka digunakan cara Thiessen. 4. Daerah dengan luas lebih besar dari Ha dapat digunakan cara Isohiet. Berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun pada tiga stasiun curah hujan yang mewakili Daerah Irigasi Gembleng Kanan, dilakukan analisa data curah hujan yang diamati dari setiap titik (point rainfall) / pos stasiun hujan menjadi curah hujan wilayah /daerah (areal rainfall) adalah dengan menggunakan Metode Rerata Aljabar dengan persamaan sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976): 1 R ( R R... R ) 1 2 n n R : curah hujan daerah (mm) R 1, R 2,..., R n : besarnya curah hujan di tiap titik pengamatan (mm) N : jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan Uji Konsistensi Data Curah Hujan Perubahan dalam lokasi pengukuran, pemaparan, instrumentasi, dan cara pengamatannya dapat menyebabkan suatu perubahan relatif dalam penangkapan hujan. Jika data hujan tidak konsisten yang diakibatkan oleh berubahnya atau terganggunya lingkungan di sekitar tempat dimana penakar hujan dipasang, misalnya: terlindung oleh pohon, terletak berdekatan dengan gedung yang tinggi, perubahan cara penakaran dan pencatatannya, pemindahan letak penakar dan sebagainya dapat mengakibatkan penyimpangan data hujan yang diukur. Curah Hujan Efektif Curah hujan efektif adalah sejumlah curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Untuk mendapatkan curah hujan efektif, digunakan metode Basic Year, dimana menentukan suatu tahun tertentu sebagai tahun dasar perencanaan. Dalam studi ini, probabilitas keandalan curah hujan disesuaikan dengan probabilitas keandalan debit sehingga dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : n R X X RX : curah hujan yang terjadi dengan tingkat keandalan tertentu (mm) N : periode lamanya pengamatan curah hujan (tahun) X : tingkat keandalan yang dikehendaki (%) Curah Hujan Efektif Untuk Tanaman Padi Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi ditentukan dengan 70% dari curah hujan andalan. Sedangkan besarnya curah hujan andalan didapat dengan menggunakan metode Basic Year. Curah hujan efektif diperoleh dari per periode waktu pengamatan sehingga persamaannya adalah sebagai berikut (Anonim/KP Penunjang, 1986): Re 0,7 ( R ) padi X Re padi: curah hujan efektif untuk padi sawah (mm/hr) RX : tingkat hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan tertentu (mm) Curah Hujan Efektif Untuk Tanaman Palawija Curah hujan efektif untuk tanaman palawija dan tanaman tebu ditentukan berdasarkan evapotranspirasi yang ter-

7 jadi, hujan serta ketersediaan air tanah yang siap untuk diserap (pendekatan kedalaman perakaran) dengan persamaan sebagai berikut (Anonim/KP-01, 1986): Re plw/tebu : FD(1,25 R FD = 0,824 0,53 (0,0116 D) (8, ,93) (10 5 0,0095* Eto 2 D ) (2,32 10 ) 7 3 D ) Re plw/tebu : curah hujan efektif untuk palawija/tebu (mm/hr) FD : faktor kedalaman air tanah yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman palawija/tebu (mm) D : kedalaman perakaran tanaman yang siap pakai (mm) Kebutuhan Air di Sawah Pendugaan kebutuhan air di sawah dilakukan berdasarkan jenis tanaman, persamaan netto kebutuhan air (Netto Farm Requirement) dengan Metode Standar Perencanaan Irigasi yaitu dengan persamaan sebagai berikut (Anonim/KP- 01, 1986): NFR padi : LP + ET + WLR + P Re padi NFR plw : ET Re plw NFR padi : netto kebutuhan air padi sawah (mm/hr) NFR plw : netto kebutuhan air palawija (mm/hr) LP : kebutuhan air untuk persiapan lahan (mm/hr) ET : kebutuhan air untuk tanaman (mm/hr) WLR : (Water Level Requirement) kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (mm/hr) P : perkolasi (mm/hr) Re padi : curah hujan efektif untuk padi sawah (mm/hr) Re plw : curah hujan efektif untuk palawija (mm/hr) Kebutuhan Air Tanaman Besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses evapotranspirasi. Kebutuhan air tanaman dapat dirumuskan sebagai berikut (Suhardjono, 1994): ET = k. ETo ET : kebutuhan air untuk tanaman (mm/hr) k : koefisien tanaman, yang besarnya tergantung pada jenis, macam, dan umur tanaman ETo : evapotranspirasi potensial (mm/hr) Perkolasi Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh, yang terletak diantara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh) (Soemarto, 1987). Pada daerah studi yaitu Daerah Irigasi Gembleng Kanan mempunyai jenis tanah liat lempung yang tanahnya berwarna hitam dan mempunyai tampilan bongkahbongkah yang pecah (retakan-retakan) dengan nilai perkolasi sebesar 1,8 mm/hr. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat dihitung dengan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968) dengan persamaan sebagai berikut (Anonim/KP-01, 1986: 160): k M. e IR k ( e 1) IR : kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hr) M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evapotranspirasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hr) : Eo + P Eo : evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan (mm/hr) : 1,1. ETo P : perkolasi K : (M. T) / S T S : jangka waktu penyiapan lahan (hari) : kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50

8 mm, yakni = 250 mm seperti sudah diterangkan sebelumnya. e : bilangan eksponensial (2,71828) Penggantian Lapisan Air (WLR) Pergantian lapisan air dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air yang terputus akibat kegiatan di sawah dengan ketentuan sebagai berikut (Dirjen Pengairan, 1986): a).wlr diperlukan saat terjadi pemupukan maupun penyiangan, yaitu 1-2 bulan dari transplanting. b).wlr = 50 mm (diperlukan penggantian lapisan air, diasumsikan 50 mm). c).jangka waktu WLR = 1,5 bulan (selama 1,5 bulan air digunakan untuk WLR sebesar 50 mm). Kebutuhan Air Irigasi Besarnya kebutuhan air irigasi harus disesuaikan dengan besarnya masukan (inflow). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air di bangunan pengambilan air irigasi adalah: 1). Luas daerah irigasi 2). Pola tata tanam yang direncanakan 3). Evapotranspirasi potensial 4). Koefisien tanaman 5). Teknik pengolahan lahan 6). Perkolasi 7). Curah hujan efektif 8). Efisiensi irigasi Debit Andalan Debit andalan adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang dapat menjamin kelangsungan pemberian air untuk keperluan irigasi. Perhitungan debit andalan dilakukan dengan metode tahun dasar (Basic Year), yaitu mengambil satu pola debit dari tahun tertentu. Peluang kejadiannya dihitung dengan persamaan Weibull (Subarkah, 1980): m P 1 100% n P : probabilitas (%) m : nomor urut data debit n : banyaknya data debit Neraca Air Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan yang dihasilkannya untuk pola tata tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan untuk tiap setengah bulan dan luas tanah yang bisa diairi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah proyek irigasi adalah tetap karena luas maksimum daerah layanan dan proyek akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit sungai tidak berlimpah dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit, maka ada 3 pilihan yang bisa dipertimbangkan (Anonim/KP-01, 1986 ) : 1). Luas daerah irigasi dikurangi. 2). Melakukan modifikasi dalam pola tata tanam. 3). Rotasi teknis atau golongan Sistem Pemberian Air Sistem pemberian air yang akan diterapkan pada suatu lahan pertanian merupakan masalah pokok sebelum jaringan tersier direncanakan (anonim/ KP 05, 1986:24). Pemilihan sistem pemberian air dan jenis tanaman bertujuan agar kebutuhan air di jaringan irigasi selama masa irigasi sesuai dengan air yang tersedia. Pada musim penghujan dimana ketersediaan air cukup untuk kebutuhan irigasi, maka pembagian airnya dilakukan secara terus-menerus. Sedangkan pada musim kemarau dimana kemungkinan terjadi kekurangan air karena persediaan air yang sangat terbatas, maka pemberian air dilakukan secara bergiliran. Sistem Pemberian Air Secara Terus- Menerus Air diberikan secara terus-menerus dari saluran ke petakan sawah atau dari petakan sawah yang satu ke petakan sawah yang lain. Sistem pembagian air

9 secara terus-menerus memerlukan pembagian air yang proporsional, sehingga besarnya bukaan pada boks harus proporsional atau sebanding dengan daerah irigasi sebelah hilir. Sistem Pemberian Air Secara Giliran Irigasi secara bergiliran atau rotasi adalah pemberian air secara bergantian menurut bagian daerah atau blok tertentu dalam jadwal tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan sesuai gilirannya. Sistem pemberian air secara giliran dipakai di jaringan irigasi selama debit rendah untuk mengatasi kehilangan air yang relatif tinggi. Sistem rotasi diterapkan jika debit yang tersedia dibawah 80% dari debit rencana. PKriteria sistem pembagian air irigasi berdasarkan jumlah petak tersier yang ada di daerah irigasi adalah sebagai berikut : 1). Petak tersier yang terbagi menjadi 4 blok. 2). Petak tersier yang terbagi menjadi 3 blok. 3). Petak tersier yang terbagi menjadi 2 blok. Program Dinamik Program dinamik adalah suatu kumpulan teknik-teknik programisasi matematis yang digunakan untuk pengambilan keputusan yang terdiri dari banyak tahap. Suatu masalah pengambilan keputusan yang multistage dipisah-pisahkan menjadi suatu seri masalah (atau submasalah) yang berurutan dan saling berhubungan. Tujuan utama model ini adalah untuk mempermudah penyelesaian persoalan optimasi yang mempunyai karakteristik tertentu. Ide dasar program dinamik ini adalah membagi persoalan menjadi beberapa bagian yang lebih kecil sehingga memudahkan penyelesaiannya. Akan tetapi, berbeda dengan program linier, pada persoalan program dinamik ini tidak ada formulasi matematis yang standar. Karena itu, persamaanpersamaan yang terpilih untuk digunakan harus dikembangkan agar dapat memenuhi masing-masing situasi yang dihadapi. Konsep Dasar Program Dinamik Program dinamik yang digunakan dalam studi ini adalah program dinamik stokastik. Program dinamik stokastik merupakan program dinamik dengan suatu distribusi probabilitas untuk ketetapan dalam tahap-tahap keputusan yang berurutan (Subagyo, 1984). Program dinamik stokastik menangani situasi dimana sebagian atau semua parameter dari problem dinyatakan dalam bentuk variabel-variabel acak. Situasi demikian kelihatannya memang merupakan realitas dimana-mana, termasuk juga di dalam sistem keairan, dimana adalah sulit untuk menentukan nilai dari parameter-parameter secara eksak. Elemen-Elemen Model Program Dinamik Gambar 1. Diagram Urutan Problem Dinamik Serial Mengacu Gambar 1. di atas, elemenelemen model program dinamik adalah sebagai berikut (Montarcih, 2009) : 1. Tahap/Stage (n) Merupakan bagian dari problem dimana keputusan (decision) diambil. Jika suatu problem dapat dipecah menjadi N subproblem, maka ada N tahap dalam formulasi DP tersebut. Tahapan pada multi stage problem yang dimaksudkan dalam studi ini adalah tahapan tempat yaitu antara bangunan bagi, sadap, dan bagi sadap

10 yang satu dengan yang lain pada Induk Saluran Gembleng Kanan. 2. Variabel Keputusan/Decision Variable (dn) Merupakan besaran dari keputusan (decision) yang diambil pada setiap tahap. Variabel keputusan dalam studi ini adalah besarnya debit yang dialokasikan atau debit yang dibutuhkan tiap bangunan irigasi serta keuntungan bersih yang diperoleh. Keputusan yang diambil pada setiap tahap akan ditransformasikan ke keputusan berikutnya pada tahap berikutnya, sehingga didapat optimum secara keseluruhan. 3. Variabel Status/State Variable (Sn) Merupakan variabel yang mewakili/menjelaskan status (state) dari sistem yang berhubungan dengan tahap ke-n. Fungsi dari variabel status adalah untuk menghubungkan tahaptahap secara berurutan sedemikian sehingga, apabila setiap tahap dioptimasi secara terpisah, maka keputusan yang dihasilkan adalah layak (feasible) untuk seluruh problem. Lebih lanjut, keputusankeputusan optimal dapat diambil untuk tahap tersisa tanpa harus melakukan cek pada akibat dari keputusan berikutnya terhadap keputusan yang telah diambil terdahulu. Untuk tahap ke-n, variabel status di belakangnya (Sn) disebut sebagai variabel status input, sedangkan variabel status di depannya (Sn+1) disebut sebagai variabel status output. Dalam studi ini, variabel status berupa debit yang ada atau tersedia terus menerus pada pintu pengambilan (intake) Bendung Gembleng kanan. 4. Akibat Tahap/Stage Return (rn) Merupakan ukuran skalar dari hasil keputusan yang diambil pada setiap tahap. Akibat tahap (stage return) ini merupakan fungsi dari variabelvariabel Sn (status input), Sn+1 (state output), dan dn (keputusan). Akibat tahap dalam studi ini merupakan keuntungan sebagai fungsi debit pada suatu kondisi debit tertentu. 5. Stage Transformation / Tranformasi Tahap (tn) Merupakan suatu transformasi nilai tunggal yang menyatakan hubungan antara variabel-variabel Sn (status input), Sn+1 (status output), dan dn (keputusan). Stage Transformation dalam studi ini adalah perubahan air tersedia sampai air yang terdistribusikan pada tiap bangunan irigasi pada Induk Saluran Gembleng Kanan. Prosedur Perhitungan Teknik perhitungan programisasi dinamik terutama didasarkan pada prinsip optimasi recursive (bersifat pengulangan) yang diketahui sebagai prinsip optimalisasi (principle of optimality). Prinsip ini mengandung arti bahwa bila dibuat keputusan multistage mulai pada tahap tertentu, kebijakan optimal untuk tahap-tahap selanjutnya tergantung pada ketetapan tahap permulaan tanpa menghiraukan bagaimana diperoleh suatu ketetapan tertentu tersebut (Subagyo, 1984). 3. Hasil dan Pembahasan Dasar perhitungan untuk mendapatkan curah hujan andalan dan curah hujan efektif adalah dari masing-masing data curah hujan rata-rata 10 harian dari ketiga stasiun selama 10 tahun ( ). Curah hujan efektif untuk tanaman padi ditentukan dengan berdasarkan 70% dari hujan andalan dengan tingkat keandalan yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan keandalan debit yaitu sebasar 97% (kering), 75% (rendah), 51% (normal), dan 26% (cukup). Sedangkan curah hujan efektif untuk tanaman palawija ditentukan berdasarkan evapotranspirasi potensial yang terjadi, curah hujan rata-rata dan ketersediaan air tanah yang siap dipakai (D) (pendekatan kedalaman perakaran).

11 Tabel 1. Curah Hujan Andalan Tabel 4.6. Perhitungan Curah Hujan Andalan (mm) (R 97, R 75, R 51, R 26) No Data Hujan (mm) Rangking Data Tahun R Tahun R Keterangan R 97 (Kering) R 75 (Rendah) R 51 (Normal) R 26 (Cukup) Tabel 2. Curah Hujan Efektif Re padi (kering) Re (berdasar kedalaman perakaran) Bulan Periode R 97 (mm) (mm/hr) Pol (mm) Pol (mm/hr) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Perhitungan evapotranspirasi potensial menggunakan metode Penman Modifikasi. Data klimatologi diambil dari Stasiun Klimatologi Kabupaten Banyuwangi. Data klimatologi yang digunakan pada tahun Tabel 3. Evapotranspirasi Potensial Bulan Eto (mm/hari) Jan 4.70 Feb 6.23 Mar 4.98 Apr 6.23 Mei 4.59 Jun 4.51 Jul 4.77 Ags 5.26 Sep 6.32 Okt 6.88 Nov 7.84 Des 6.32 Kebutuhan air irigasi merupakan kebutuhan bersih air irigasi di lahan sawah seluas layanan petak tersier yang dibagi dengan besarnya nilai efisiensi saluran irigasi. Tabel 4. Kebutuhan Air Irigasi Bulan Kebutuhan Air Irigasi m^3/dt Jan Jan Jan Feb Feb Feb Mar Mar Mar Apr Apr Apr Mei Mei Mei Jun Jun Jun Jul Jul Jul Ags Ags Ags Sep Sep Sep Okt Okt Okt-3* Nov Nov Nov Des Des Des * Terjadi pengeringan pada intake Debit yang tersedia di bendung diartikan sebagai debit yang diharapkan tersedia di bendung yang bisa dibagi maupun disadap oleh pintu pengambilan. Untuk

12 perhitungannya digunakan analisa debit andalan metode basic year. Perhitungan debit andalan di intake dan perbandingan antara debit tersedia dengan debit kebutuhan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel. Tabel 5. Neraca Air Bulan Q Kebutuhan (m^3/dt) Q Tersedia (m^3/dt) Kelebihan (+) / Q Andalan di Intake (m^3/dt) Kekurangan (-) Keterangan Jan lebih Jan lebih Jan lebih Feb lebih Feb lebih Feb lebih Mar lebih Mar lebih Mar lebih Apr lebih Apr kurang Apr kurang Mei kurang Mei kurang Mei lebih Jun lebih Jun lebih Jun lebih Jul lebih Jul lebih Jul lebih Ags kurang Ags lebih Ags lebih Sep lebih Sep lebih Sep kurang Okt lebih Okt kurang Okt-3* Nov kurang Nov kurang Nov lebih Des lebih Des lebih Des lebih * Terjadi Pengeringan Pada Intake Pada Daerah Irigasi Gembleng Kanan sistem pemberian air irigasi direncanakan dibagi menjadi dua alternatif yaitu sistem pemberian air secara terus menerus dan sistem pemberian air secara giliran. Sistem pemberian air secara terus menerus dilakukan apabila debit tersedia > 80% sedangkan pemberian air secara giliran dilakukan apabila debit tersedia < 80%. Pada Daerah Irigasi Gembleng Kanan di bagi menjadi 4 blok. Gambar 2. Pembagian Blok pada DI Gembleng Kanan Sistem pemberian air pada tahun kering di tentukan berdasarkan besarnya debit tersedia dan debit yang di butuhkan. Tabel 6. Sistem Pemberian Air Bulan Q Kebutuhan (m^3/dt) Q Tersedia (m^3/dt) % Q Andalan di Intake (m^3/dt) Debit Tersedia Sistem Pemberian Air Jan Terus menerus Jan Terus menerus Jan Terus menerus Feb Terus menerus Feb Terus menerus Feb Terus menerus Mar Mar Terus menerus Mar Terus menerus Apr Terus menerus Apr Rotasi III Apr Rotasi III Mei Rotasi I Mei Terus menerus Mei Terus menerus Jun Terus menerus Jun Terus menerus Jun Terus menerus Jul Terus menerus Jul Terus menerus Jul Terus menerus Ags Rotasi I Ags Terus menerus Ags Sep Terus menerus Sep Terus menerus Sep Terus menerus Okt Terus menerus Okt Rotasi I Okt-3* Nov Terus menerus Nov Terus menerus Nov Terus menerus Des Terus menerus Des Des Terus menerus * Terjadi Pengeringan Pada Intake

13 Berdasarkan analisa Program Dinamik di dapatkan kebutuhan air irigasi untuk tiap bangunan. Tabel 7. Kebutuhan Air Irigasi Tiap Bangunan Berdasarkan analisa Program Dinamik intensitas tanam DI Gembleng Kanan mengalami peningkatan. Tabel 8. Perbandingan Intensitas Tanam DI Gembleng Kanan Luas (ha) BB/BS/BBS Sebelum Optimasi Setelah Optimasi Potensial Palawija Palawija A B C D E F Total Berdasarkan analisa Program Dinamik terjadi penurunan kebutuhan debit pada MK 2. Tabel 9. Perbandingan Kebutuhan Debit Debit (m³/det) BB/BS/BBS Potensial Kebutuhan maksimu Total Sebelum Total Setelah Palawija Optimasi Optimasi A B C D E F Total Berdasarkan analisa Program Dinamik keuntungan yang didapat DI Gembleng Kanan mengalami peningkatan. Tabel 10. Perbandingan Keuntungan DI Gembleng Kanan Keuntungan (Rp) BB/BS/BBS Potensial Sebelum Optimasi Setelah Optimasi Palawija Palawija A ,790, ,790, B 13 58,630, ,630, C ,250, ,250, D ,260, ,890, E ,750, ,300, F ,470, ,710, Total 407 1,646,150, ,835,570, Kesimpulan 1. Kebutuhan air irigasi rerata per musim tanam berdasarkan pola tata tanam terpilih adalah 0,236 m3/dt pada musim hujan, 0,275 m3/dt pada musim kemarau 1 dan 0,14 m3/dt pada musim kemarau berdasarkan hasil analisa pada kondisi eksisting sistem pemberian air di Daerah Irigasi Gembleng Kanan diketahui kebanyakan menggunakan sistem pemberian air secara terus menerus namun terjadi sistem pemberian air secara rotasi pada bulan April Periode 2 dan 3, bulan Mei periode 1, Bulan Agustus periode 1, Bulan Oktober periode Dengan penerapan program dinamik, distribusi debit air irigasi optimum yang harus dialirkan pada masingmasing bangunan bagi, sadap, dan bagi sadap adalah untuk BB. A sebesar 0,02 m3/det, debit guna BB. B sebesar 0,01 m3/det, debit guna BS. C sebesar 0,03 m3/det, debit guna BS. D sebesar 0,06 m3/det, debit guna BB. E sebesar 0,02 m3/det, debit guna BS. F sebesar 0,05 m3/det. 4. Dengan penerapan program dinamik, keuntungan yang diperoleh dari debit yang dialirkan pada Daerah Irigasi

14 Molek untuk Musim Kering 2 adalah sebesar Rp ,00 yaitu terjadi peningkatan keuntungan sebesar 11,5 %. Daftar Pustaka 1. Dirjen Pengairan, Departemen PU Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan 01-07). Bandung: CV. Galang Persada. 2. Dirjen Pengairan, Departemen PU Standar Perencanaan Irigasi (Bagian Penunjang, KP 01 07). Direktorat Jenderal Pengairan: Departemen Pekerjaan Umum. 3. Soemarto, C. D Hidrologi Teknik Edisi 1. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. 4. Sosrodarsono, S & Takeda, K Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. 5. Subagyo, P., Asri, M. & Handoko, T. H Dasar-Dasar Operation Research.Yogyakarta: BPFE. 6. Subarkah, I Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma 7. Suhardjono Kebutuhan Air Tanaman. Malang: Institut Teknologi Nasional. 8. Montarcih, L Optimasi Distribusi Air irigasi Dengan Program Dinamik. Malang: CV. Asrori Malang..

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

OPTIMASI IRIGASI DENGAN PROGRAM DINAMIK DI METRO HILIR

OPTIMASI IRIGASI DENGAN PROGRAM DINAMIK DI METRO HILIR OPTIMASI IRIGASI DENGAN PROGRAM DINAMIK DI METRO HILIR Ir. Abdul azis Hoesein, M.Eng.Sc, Dipl.HE *) Joko Suparmanto,S.Pd. & Seto Sugianto P.R., ST **) *) Dosen Tetap Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA PENGARUH DEBIT AIR TEHADAP POLA TATA TANAM PADA BAKU SAWAH DI DAERAH IRIGASI KEBONAGUNG KABUPATEN SUMENEP Oleh : Cholilul Chahayati dan Sutrisno Dosen Fakultas Teknik Universitas Wiraraja (cholilul.unija@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013 DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

OPTIMASI AIR WADUK GONDANG DENGAN METODE DINAMIK DETERMINISTIK

OPTIMASI AIR WADUK GONDANG DENGAN METODE DINAMIK DETERMINISTIK OPTIMASI AIR WADUK GONDANG DENGAN METODE DINAMIK DETERMINISTIK Hilma Nuf a 1, Lily Montarcih L 2, Widandi Soetopo 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang 2 Pengajar,

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI PRAKTKUM V PERENCANAAN RGAS Kebutuhan air irigasi diperkirakan untuk menentukan keperluan irigasi perimbangan antara air yang dibutuhkan dan debit sungai dipelajari dengan cara menganalisis data yang tersedia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 Purwanto dan Jazaul Ikhsan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Yogyakarta (0274)387656

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap

Lebih terperinci

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17,

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17, Tabel. Debit Eksisting Mrican Kanan (m /det) BULA N Januari Februar i Maret April Mei Juni Juli Agustus Septem ber Oktober Novem ber Desemb er TAHUN PERO DE,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG Aris Nopebrian 1, Widandi Soetopo 2, Lily Montarcih Limantara

Lebih terperinci

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN M. Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo abstrak Air sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER

STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER TUGAS AKHIR - RC 091380 STUDI OPTIMASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI JATIROTO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER JUAN TALITHA NRP 3106 100 086 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, MSc Ir. Sudiwaluyo,

Lebih terperinci

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG Yohanes V.S. Mada 1 (yohanesmada@yahoo.com) Denik S. Krisnayanti (denik19@yahoo.com) I Made Udiana 3 (made_udiana@yahoo.com) ABSTRAK

Lebih terperinci

Studi Optimasi Irigasi pada Daerah Irigasi Segaran Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search

Studi Optimasi Irigasi pada Daerah Irigasi Segaran Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search Studi Optimasi Irigasi pada Daerah Irigasi Segaran Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search Chikal Mayrasaruf Pratama¹, Widandi Soetopo², Rini Wahyu Sayekti² ¹Mahasiswa Program Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak 13 Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 1 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak TAHUN PERIODE JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 25 I 11 46 38 72 188 116 144 16 217

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM NAMA : ARIES FIRMAN HIDAYAT (H1A115603) SAIDATIL MUHIRAH (H1A115609) SAIFUL

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan. 1. Penyiapan lahan KEBUTUHAN AIR Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA Susilah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Kecamatan Banda Baro merupakan

Lebih terperinci

MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH ABSTRAK

MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH ABSTRAK VOLUME 2 NO., FEBRUARI 26 MENENTUKAN AWAL MUSIM TANAM DAN OPTIMASI PEMAKAIAN AIR DAN LAHAN DAERAH IRIGASI BATANG LAMPASI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMPUH Mas Mera dan Hendra 2 ABSTRAK Daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan pengolahan tanah. Kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana 1, Sulwan Permana 2, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : 1.Penyiapan lahan 2.Penggunaan konsumtif 3.Perkolasi dan rembesan 4.Pergantian lapisan air 5.Curah hujan efektif

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP : Disusun Oleh : NurCahyo Hairi Utomo NRP : 3111.030.061 Rheza Anggraino NRP : 3111.030.080 Dosen Pembimbing Ir. Saptarita NIP : 1953090719842001 LOKASI STUDI BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang 2. Rumusan

Lebih terperinci

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM JURNAL TUGAS AKHIR TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM Oleh : MOCHAMMAD YUSUF KRISHNA SATRIA D 111 12 283 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2017 TINJAUAN

Lebih terperinci

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh Colloqium Doqtum/Ujian Sarjana Teknik Sipil M. FAKHRU ROZI 09 0404

Lebih terperinci

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2 Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1 Pertemuan 2 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan : 2 Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A) STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A) Yedida Yosananto 1, Rini Ratnayanti 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK SIMULASI PERENCANAAN POLA TANAM

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK SIMULASI PERENCANAAN POLA TANAM PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK SIMULASI PERENCANAAN POLA TANAM Alven Safik Ritonga 1 Abstrak: Keterbatasan air pada sektor pertanian merupakan salah satu kendala untuk memajukan sektor ini. Untuk bisa

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR ISSN 2407-733X E-ISSN 2407-9200 pp. 35-42 Jurnal Teknik Sipil Unaya ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR Ichsan Syahputra 1, Cut Rahmawati

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI DISTRIBUSI AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TENGORO KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN PROGRAM DINAMIK

STUDI OPTIMASI DISTRIBUSI AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TENGORO KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN PROGRAM DINAMIK STUDI OPTIMASI DISTRIBUSI AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TENGORO KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN PROGRAM DINAMIK Sari Nalurita 1, Lily Montarcih L. 2, Tri Budi Prayogo 2 1 Staf Bidang Operasi dan Pemeliharaan

Lebih terperinci

STUDI KESEIMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI DELTA BRANTAS (SALURAN MANGETAN KANAL) UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DAN INDUSTRI

STUDI KESEIMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI DELTA BRANTAS (SALURAN MANGETAN KANAL) UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DAN INDUSTRI TUGAS AKHIR - RC 091380 STUDI KESEIMBANGAN AIR PADA DAERAH IRIGASI DELTA BRANTAS (SALURAN MANGETAN KANAL) UNTUK KEBUTUHAN IRIGASI DAN INDUSTRI GILANG IDFI NRP 3106 100 024 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI DAN OPTIMALISASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISA EFISIENSI DAN OPTIMALISASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG ANALISA EFISIENSI DAN OPTIMALISASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG Dina Novitasari Alhinduan 1, Ivan Indrawan 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara,

Lebih terperinci

RENCANA PENJADWALAN PEMBAGIAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KANAN KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO

RENCANA PENJADWALAN PEMBAGIAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KANAN KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO 158 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014, hlm 158 165 RENCANA PENJADWALAN PEMBAGIAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KANAN KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO Dedy Febrianto Nadjamuddin

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi Dave Steve Kandey Liany A. Hendratta, Jeffry S. F. Sumarauw Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. Cholilul Chayati,Andri Sulistriyono. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Wiraraja

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT Indra Lukman Nul Hakim, Sulwan Permana, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN Jurnal Talenta Sipil, Vol.1 No.1, Februari 2018 e-issn 2615-1634 PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN Fransiska Febby N. P, Azwarman Program Studi Teknik Sipil Universitas Batanghari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS

ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS Budi Yanto Jurusan Teknik Sipil. Universitas Musi Rawas Jl. Pembangunan Komplek Perkantoran Pemda, Musi Rawas Email: budi_yn87@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang Telpon (0341)

Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang Telpon (0341) STUDI OPTIMASI POLA OPERASI WADUK KRUENG SEULIMEUM KECAMATAN SEULIMEUM KABUPATEN ACEH BESAR Ilham Bolota, Widandi Soetopo, Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK Shony Abdi M, Pitojo Tri Juwono, M. Janu Ismoyo, Jurusan Pengairan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR SH. Hasibuan Analisa Kebutuhan Air Irigasi Kabupaten Kampar Abstrak Tujuan dari penelitian adalah menganalisa kebutuhan air irigasi di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal 51

I. PENDAHULUAN. Hal 51 Studi Optimasi Pemanfaatan Waduk Way Apu di Provinsi Maluku untuk Jaringan Irigasi, Kebutuhan Air Baku, dan Potensi PLTA STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN WADUK WAY APU DI PROVINSI MALUKU UNTUK JARINGAN IRIGASI,

Lebih terperinci

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) PERBANDINGAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN IRIGASI PADI METODA DENGAN CROPWAT-8.0 (CALCULATION OF PADDY IRRIGATION REQUIREMENT RATIO ON WITH CROPWAT-8.0 METHOD) Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) Departement

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG Dwi Mahdiani Pratiwi 1, Suwanto Marsudi², Rahmah Dara Lufira² 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas

Lebih terperinci

STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI

STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: ADITYA GARINI RAMADIAN NIM 122510013

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENINGKATAN KINERJA JARINGAN IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BODOR KABUPATEN NGANJUK

STUDI PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENINGKATAN KINERJA JARINGAN IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BODOR KABUPATEN NGANJUK Kusuma dkk., Studi Penentuan Skala Prioritas Peningkatan Kinerja Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Bodor 6 STUDI PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENINGKATAN KINERJA JARINGAN IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BODOR

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut

Lebih terperinci

EVALUASI POLA TANAM DI DAERAH IRIGASI NGUDIKAN KIRI TERHADAP KECUKUPAN AIR UNTUK PERTANIAN DI KECAMATAN BAGOR DAN REJOSO KABUPATEN NGANJUK

EVALUASI POLA TANAM DI DAERAH IRIGASI NGUDIKAN KIRI TERHADAP KECUKUPAN AIR UNTUK PERTANIAN DI KECAMATAN BAGOR DAN REJOSO KABUPATEN NGANJUK EVALUASI POLA TANAM DI DAERAH IRIGASI NGUDIKAN KIRI TERHADAP KECUKUPAN AIR UNTUK PERTANIAN DI KECAMATAN BAGOR DAN REJOSO KABUPATEN NGANJUK EVALUATION OF PLANTING PATTERNS IN THE ADEQUACY OF IRRIGATION

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Kompetensi dasar Mahasiswa mampu melakukan analisis evapotranspirasi pengertian dan manfaat faktor 2 yang mempengaruhi evapotranspirasi pengukuran evapotranspirasi pendugaan evapotranspirasi JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK RACHMAT HARIONO NIM. 03111093 ABSTRAK Tujuan Perencanaan Optimalisasi Waduk Gedang Kulud ini dilakukan beberapa analisis untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Umum Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN AIR WADUK LIDER DI KABUPATEN BANYUWANGI UNTUK IRIGASI

STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN AIR WADUK LIDER DI KABUPATEN BANYUWANGI UNTUK IRIGASI STUDI OPTIMASI PEMANFAATAN AIR WADUK LIDER DI KABUPATEN BANYUWANGI UNTUK IRIGASI Nama Mahasiswa : Nastasia Festy Margini NRP : 3107 100 012 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.

Lebih terperinci

PERENCANAAN POLA OPERASI EMBUNG BULUNG UNTUK KEBUTUHAN AIR BAKU DESA BULUNG KABUPATEN BANGKALAN

PERENCANAAN POLA OPERASI EMBUNG BULUNG UNTUK KEBUTUHAN AIR BAKU DESA BULUNG KABUPATEN BANGKALAN PERENCANAAN POLA OPERASI EMBUNG BULUNG UNTUK KEBUTUHAN AIR BAKU DESA BULUNG KABUPATEN BANGKALAN Andre Prasetio 1, Widandi Soetopo 2, Dian Chandrasasi 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN BANGUNAN KANTONG LUMPUR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KABUPATEN TAPANULI SELATAN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN BANGUNAN KANTONG LUMPUR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KABUPATEN TAPANULI SELATAN ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN BANGUNAN KANTONG LUMPUR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KABUPATEN TAPANULI SELATAN Wenni Wulandari 1 dan Ahmad Perwira Mulia Tarigan 2 1 Mahasiswa Daepartemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR SUNGAI KESER UNTUK DAERAH IRIGASI NGASINAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR SUNGAI KESER UNTUK DAERAH IRIGASI NGASINAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER TUGAS AKHIR TERAPAN RC 145501 OPTIMASI PEMANFAATAN AIR SUNGAI KESER UNTUK DAERAH IRIGASI NGASINAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINIER AZIS SEPTIAN BESTARI NRP 3114 030 010 NI NYOMAN ADUM MARRUSHARTATI NRP 3114

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan selalu menyertai, yang selalu diberikan kepada

Lebih terperinci

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

Bab III TINJAUAN PUSTAKA aliran permukaan (DRO) Bab II BAB II Bab III TINJAUAN PUSTAKA Bab IV 2. 1 Umum Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Pemberian Air pada Daerah Irigasi Tumpang Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search

Studi Optimasi Pola Pemberian Air pada Daerah Irigasi Tumpang Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search Studi Optimasi Pola Pemberian Air pada Daerah Irigasi Tumpang Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search Fahriza Ahaditya Halim¹, Widandi Soetopo², Janu Ismoyo² ¹Mahasiswa Program Sarjana Teknik

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM LlNIER (Lokasi Studi : J.I. Sumber Buntu,Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang)

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM LlNIER (Lokasi Studi : J.I. Sumber Buntu,Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang) OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM LlNIER (Lokasi Studi : J.I. Sumber Buntu,Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang) Agus Suhardono Program Magister Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Konto Surabaya Dengan Menggunakan Program Linear

Studi Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Konto Surabaya Dengan Menggunakan Program Linear JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Studi Optimasi Pola Tanam Pada Daerah Irigasi Konto Surabaya Dengan Menggunakan Program Linear Taufan L. Mochammad, Anwar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air baik di atmosfir, di permukaan bumi maupun di bawah permukaan

Lebih terperinci

Analisis Hidrologi Kebutuhan Air Pada Daerah Irigasi Pakkat

Analisis Hidrologi Kebutuhan Air Pada Daerah Irigasi Pakkat Laporan Penelitian Analisis Hidrologi Kebutuhan Air Pada Daerah Irigasi Pakkat Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2011 KATA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Latar Belakang Daerah Irigasi Porong Kanal berada di kabupaten Sidoarjo dengan luas areal baku sawah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI SUNGAI AIR KEBAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG)

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI SUNGAI AIR KEBAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG) ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI SUNGAI AIR KEBAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG) ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI SUNGAI AIR KEBAN DAERAH

Lebih terperinci

Gambar 1. Daur Hidrologi

Gambar 1. Daur Hidrologi 5 3) Evapotranspirasi Pada daerah aliran sungai (catchment area) dengan tanamantanaman yang tumbuh didalamnya, juga akan mengalami penguapan, baik penguapan dari tanaman ( transpirasi) ataupun penguapan

Lebih terperinci

Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis Menggunakan Program Linier

Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis Menggunakan Program Linier Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis Menggunakan Program Linier Rizq Fajrianto¹, Widandi Soetopo², Lily Montarcih² ¹Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR Agung Setiawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat Jl. Majapahit No. 62 Mataram email : agung_setiawan@yahoo.com ABSTRAKSI Waduk

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR SAWAH DI KECAMATAN MARIHAT PEMATANG SIANTAR

ANALISA KEBUTUHAN AIR SAWAH DI KECAMATAN MARIHAT PEMATANG SIANTAR ANALISA KEBUTUHAN AIR SAWAH DI KECAMATAN MARIHAT PEMATANG SIANTAR LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: RAY FRANS SITANGGANG VAN HOWTEN

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas Viralsia Ivana Kundimang Liany A. Hendratta, Eveline M. Wuisan Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN Dedi Mulyono 1 Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email : jurnal@sttgarut.ac.id

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebutuhan Irigasi, Kebutuhan Non Irigasi, keandalan waduk

Kata kunci : Kebutuhan Irigasi, Kebutuhan Non Irigasi, keandalan waduk MODEL PEMANFAATAN WADUK WADASLINTANG UNTUK IRIGASI DAN NON IRIGASI Muhamad Taufik ST., MT 1, Agung Setiawan ST., MT 2. 1 Teknik Sipil/Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo, 54151 2 Teknik Sipil/Universitas

Lebih terperinci

OPTIMIZATION OF RICE FIELD CROPPING PATTERN IN WAY KETIBUNG IRRIGATION AREA AT SOUTH LAMPUNG DISTRICT. Wayan Susana 1)

OPTIMIZATION OF RICE FIELD CROPPING PATTERN IN WAY KETIBUNG IRRIGATION AREA AT SOUTH LAMPUNG DISTRICT. Wayan Susana 1) OPTIMIZATION OF RICE FIELD CROPPING PATTERN IN WAY KETIBUNG IRRIGATION AREA AT SOUTH LAMPUNG DISTRICT Wayan Susana 1) Abstract Land use changing in Way Ketibung Irrigation Area from rice field cropping

Lebih terperinci

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 3.1. Kebutuhan Air Untuk Irigasi BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Agung Purwanto 1, Edy Sriyono 1, Sardi 2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Petanu merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi Bali. DAS Tukad Petanu alirannya melintasi 2 kabupaten, yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar. Hulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Irigasi merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk membawa air dari sumbernya (usaha penyediaan) dan kemudian diberikan pada tanaman (mengairi) di lahan pertanian dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran. ABSTRAK Daerah Irigasi (DI) Kotapala adalah salah satu jaringan irigasi yang berlokasi di Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, Desa Delod Peken, dan Desa Bongan yang berada di Kabupaten Tabanan Bali. DI

Lebih terperinci

BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN

BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN BAB 6 OPTIMASI POLA PENGOPERASIAN BENDUNGAN CIBANTEN 6.1 UMUM Analisa neraca air adalah studi mengenai kesetimbangan antara kebutuhan air dan ketersediaan air dalam periode waktu tertentu. Berdasarkan

Lebih terperinci

METODE GLOBAL PLANTASION SISTEM UNTUK ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (KAJIAN DAERAH IRIGASI MOLEK KABUPATEN MALANG) (220A)

METODE GLOBAL PLANTASION SISTEM UNTUK ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (KAJIAN DAERAH IRIGASI MOLEK KABUPATEN MALANG) (220A) METODE GLOBAL PLANTASION SISTEM UNTUK ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (KAJIAN DAERAH IRIGASI MOLEK KABUPATEN MALANG) (220A) Hirijanto 1, Subandiyah Azis 2, Edi Hargono DP. 3, Ibnu Hidayat PJ 4. 1 Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Umum Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus

Lebih terperinci