PROGRAM UMUM FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO TAHUN 2009 ~ 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM UMUM FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO TAHUN 2009 ~ 2014"

Transkripsi

1 Lampiran : Keputusan MUNAS-IV FSP KAHUTINDO Nomor : KEP-06b/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 Tanggal : 3 Agustus 2009 PROGRAM UMUM FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO TAHUN 2009 ~ PENDAHULUAN Era Globalisasi dengan sistem perdagangan bebas adalah konsekuensi logis yang terus dihadapi dunia saat ini, daya saing dunia usaha lebih pada tingkat efisiensi, teknologi dan produktivitas, dampak langsung yang dirasakan oleh pekerja adalah tingginya kompetisi dengan resiko terpinggirkan karena lemahnya daya saing terkait dengan tingkat kemampuan individu yang dibutuhkan. Dalam kaitan ini, pembangunan sektor ketenagakerjaan menjadi issue prioritas dengan memaksimalkan pelibatan semua pihak. Trend industrial yang terjadi selama kurun waktu satu dekade terakhir sebagai imbas dari de-regulasi dan restrukturisasi khususnya di sektor kehutanan, menimbulkan tekanan yang hebat pada keberlanjutan usaha di sektor ini, dimana muaranya adalah banyak perusahaan/industri pengolahan kayu yang tutup dan mem-phk pekerjanya. Dampak krisis ekonomi global yang terjadi sejak pertengahan tahun 2008 masih dirasakan hingga saat ini, rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi tidak mampu menyediakan lapangan kerja yang mencukupi bagi tumbuhnya angkatan kerja baru. Berkurangnya jumlah pekerja yang terorganisir karena semakin bergesernya hubungan kerja ke arah informal dan bersifat temporer, menjadi tantangan besar bagi serikat pekerja di Indonesia khususnya FSP KAHUTINDO untuk disikapi secara strategis. Dalam kaitan ini, MUNAS IV FSP KAHUTINDO yang dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 4 Agustus 2009 telah melakukan evaluasi, penyesuaian-penyesuaian dan perbaikan atas Program Umum FSP KAHUTINDO periode sebelumnya. Program Umum FSP KAHUTINDO tahun lebih berorientasi kepada kepentingan dan kebutuhan pengorganisasian anggota dan memperkuat kapasitas perangkat organisasi mulai dari tingkat unit kerja sampai tingkat pusat dalam merespon seluruh tantangan yang muncul. 2. LANDASAN 1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FSP KAHUTINDO. 3. Keputusan Munas IV FSP KAHUTINDO Tanggal 2 s/d 4 Agustus TUJUAN 1. Menciptakan hubungan ketenagakerjaan yang sehat, serasi dan berkeadilan dalam upaya membela hak serta mewujudkan kepentingan pekerja khususnya anggota Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO, sehingga dapat terwujud perlindungan hukum yang sesuai dengan kebutuhan demokrasi di Indonesia. 2. Meningkatkan kesejahteraan kaum pekerja khususnya anggota Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO serta memperjuangkan perbaikan syarat-syarat kerja untuk mencapai penghidupan yang layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia. 3. Meningkatkan partisipasi serta peran aktif kaum pekerja khususnya anggota Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO dalam pembangunan Nasional untuk mengisi cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 melalui penciptaan ketertiban, ketentraman, Program Umum FSP KAHUTINDO

2 ketenangan kerja, dan kepastian berusaha untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar SASARAN Sasaran program kerja yang hendak dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang akan dilaksanakan secara bertahap berdasarkan skala prioritas, meliputi : I. Program Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Dasar-dasar Pemikiran : Dalam menyikapi era informasi dan komunikasi yang lebih transparan serta kemajuan dan perkembangan yang pesat dibidang teknologi, maka Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO perlu melakukan penyesuaian secara utuh dan menyeluruh, sehingga dapat meningkatkan citra dirinya dalam melaksanakan tugas pokok serta fungsi dan peranannya untuk mencapai tujuan organisasai yang dilandasi prinsip dasar dari, oleh dan untuk pekerja. Tujuan dan Sasaran : a. Mengembangkan dan memantapkan identitas dan eksistensi Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO sebagai organisasi yang bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab serta mengakar ditengah-tengah masyarakat pekerja Indonesia. b. Mengembangkan dan memantapkan peranan Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO sebagai sarana pelindung, pembela, penyalur aspirasi, pemersatu dan penguat kesetiakawanan serta sebagai wahana pembentukan dan pengembangan kader organisasi pekerja. c. Menjadikan organisasi Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO sebagai sarana yang efektif dan inovatif bagi peningkatan hubungan industrial dalam upaya meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan pekerja dan keluarganya. d. Meningkatkan fungsi dan peranan Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO sebagai salah satu pelaku pembangunan Nasional melalui peningkatan peran dan kualitas sumber daya manusia. e. Mempercepat penguatan struktur organisasi di semua tingkatan berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan organisasi. Bentuk Kegiatan : 1. Pembentukan dan Pembinaan Unit Kerja; a. Memperluas dan mengembangkan keanggotaan di semua sektor usaha termasuk pekerja informal di seluruh tempat kerja. b. Pembentukan Unit Kerja baru diarahkan pada semua sektor usaha industri dan jasa, termasuk sektor informal. c. Optimalisasi peran struktur DPC dan DPD FSP KAHUTINDO untuk merencanakan, melaksanakan dan melakukan tinjauan terhadap strategi rekruitmen dan pembinaan unit kerja di wilayahnya masing-masing. d. Meningkatkan kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan pengorganisasian dalam rangka menanamkan sikap mental yang positif terhadap aspek kepatuhan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta konstitusi organisasi. Program Umum FSP KAHUTINDO

3 e. Senantiasa mampu menciptakan hubungan bipatrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan dengan pihak perusahaan atau asosiasi lainnya yang sejenis, serta serikat pekerja/serikat buruh lainnya, dengan cara; (1) Meningkatkan fungsi dan peranan Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartite sebagai forum Komunikasi dan konsultasi antara pengusaha dan pekerja. (2) Meningkatkan fungsi dan peranan Lembaga Kerjasama (LKS) Tripartite baik ditingkat pusat maupun daerah. (3) Mendorong dan memperjuangkan pembentukan Lembaga Kerjasama (LKS) Tripartite Sektoral baik di tingkat pusat maupun daerah, melalui pendekatan kepada Pemerintah dan asosiasi-asosiasi terkait lainnya. 2. Pembinaan Kepemimpinan dan Kaderisasi; a. Pembinaan kepemimpinan ditujukan untuk pengembangan kualitas para pemimpin Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki integritas yang tinggi, dinamis serta jujur dan bertanggung jawab, benar-benar mengemban tugasnya membela, melindungi, memperjuangkan kepentingan anggotanya dan kaum pekerja pada umumnya, serta mampu mengarahkan organisasi sebagai sarana yang efektif guna meningkatkan produktivitas demi terwujudnya kesejahteraan pekerja dan keluarganya. b. Pembinaan kepemimpinan Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO di semua tingkatan berpedoman kepada eksistensi organisasi yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab, agar dapat terwujud struktur kepemimpinan yang kuat, mandiri serta mampu menggerakkan kaum pekerja dalam rangka partisipasinya terhadap pembangunan nasional. c. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pembangunan, maka kepemimpinan Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO di semua tingkatan harus diarahkan pada profesionalisme dan spesialisasi sesuai kemampuan pada bidang tugas masing-masing. d. Meningkatkan koordinasi serta mekanisme kerja secara menyeluruh pada semua tingkatan kepengurusan organisasi. e. Mengembangkan sikap keterbukaan terhadap kritik dan masukan yang dilandasi asas kebersamaan dan upaya perbaikan. f. Pengembangan dan pembinaan dalam sistim kepemimpinan yang kolektif berbasis profesional diseluruh perangkat organisasi. g. Meningkatkan peranan anggota perempuan dalam setiap struktur dan kegiatan konsolidasi pengembangan organisasi dengan membentuk serta memfungsikan Komite Perempuan pada setiap perangkat organisasi. Pembinaan Kepemimpinan ini dilakukan secara terpadu dan berjenjang bagi pengurus di semua tingkatan, dengan kegiatan-kegiatan antara lain : a. Mengadakan pembidangan tugas dan tanggung jawab diantara pengurus. b. Menyelenggarakan rapat-rapat koordinasi secara periodik dan tertib di dalam kepengurusan sesuai jenjangnya masing-masing. c. Menyelenggarakan rapat-rapat komite perempuan dan pelibatan anggota/ pengurus perempuan dalam pengambilan keputusan di semua tingkatan struktur. d. Mengadakan forum konsultasi, komunikasi dan informasi yang dilakukan secara rutin dan periodik. Program Umum FSP KAHUTINDO

4 3. Pembinaan Administrasi; a. Menyusun dan menetapkan pedoman tata laksana administrasi organisasi yang terpadu dalam upaya tertib administrasi; termasuk bentuk surat resmi, kop surat, stempel, sekretariat, papan nama, dll, untuk diterapkan oleh semua perangkat organisasi dalam jajaran Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO. b. Menetapkan peraturan organisasi tentang Kartu Tanda Anggota dan Pengurus. c. Pendataan keanggotaan dan kepengurusan meliputi Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pimpinan Cabang, dan Unit Kerja secara berkala, minimal 3 (tiga) bulan sekali. d. Memastikan pemungutan dan distribusi iuran anggota oleh PUK sesuai aturan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan pelaksanaan tata cara administrasi yang berkaitan dengan itu. 4. Pembinaan Mekanisme Kerja, Koordinasi dan Pengawasan; a. Menyusun dan menetapkan sistem dan mekanisme kerja organisasi secara timbal- balik yang praktis dan jelas antar perangkat organisasi mulai dari tingkat DPP, DPD, DPC hingga ke PUK. b. Melaksanakan program intensifikasi komunikasi dan informasi bagi semua anggota Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO melalui mekanisme publikasi dan dokumentasi terhadap semua program kerja dengan menggunakan teknologi informasi yang lebih efektif dan efisien. c. Koordinasi antar perangkat organisasi dengan cara: 1. Melaksanakan rapat kordinasi secara rutin dan berkala di setiap jajaran organisasi sesuai dengan tingkatannya. 2. Melaksanakan program pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja dengan cara evaluasi laporan-laporan organisasi secara berjenjang dengan bentuk/format laporan yang seragam dan dilakukan secara rutin dan periodik meliputi: Data Anggota, Laporan Kegiatan, Laporan Pendidikan dan Pelatihan, Laporan Penanganan Kasus dan Laporan Keuangan. 5. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan; a. Untuk kepentingan pelaksanaan program organisasi secara berkelanjutan, sangat diperlukan untuk melakukan kegiatan pengumpulan data, analisa ekonomi termasuk Kebutuhan Hidup Pekerja dan keluarganya, Jaminan Sosial, pelaksanaan aturan perundang-undangan dan peningkatan kualitas PKB. b. Melaksanakan program data base yang terkendali dan tervalidasi, khususnya pada perangkat DPP, dan dipergunakan bagi pengembangan dan peningkatan kinerja organisasi di tingkat daerah dan cabang. II. Program Pendidikan dan Pelatihan Dasar-dasar Pemikiran: Keppres No.3 tahun 1998 tentang ratifikasi Konvensi ILO No. 87 yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh memberikan peluang yang sangat strategis bagi tumbuh kembangnya organisasi pekerja, ruang demokrasi tersebut secara psikologis berpengaruh pada efektivitas dan kualitas pemahaman anggota dan perangkat organisasi terhadap fungsi dan peranannya. Program Umum FSP KAHUTINDO

5 Perubahan paradigma Hubungan Industrial, sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari globalisasi yang terjadi saat ini, menuntut sikap profesional yang berawal dari perubahan pola pikir dan tindakan setiap individu perangkat pengurus organisasi. Proses perubahan ini dimulai pada masing-masing individu pengurus organisasi (antara lain) melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, sampai kepada sebanyak mungkin anggota, guna mencapai tingkat eksistensi organisasi pada semua tingkatan. Tujuan dan Sasaran : Tujuan : Meningkatkan pengetahuan para anggota dan kader FSP KAHUTINDO secara kwantitas maupun kwalitas sehingga nantinya dapat berdaya guna dan berhasil guna baik untuk pengembangan organisasi maupun untuk peningkatan SDM. Sasaran : Pencapaian sasaran program ini dilaksanakan secara terencana dan terarah serta berkelanjutan, meliputi: 1. Pengurus Unit Kerja, Anggota dan Kader organisasi: a. Kesadaran Berorganisasi b. Kesadaran tentang Hukum, khususnya hukum ketenagakerjaan c. Kesadaran tentang Hak dan kewajiban d. Kesadaran tentang issue Jender dan Kesetaraan e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) f. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) g. Pengorganisasian dan Kepemimpinan h. Administrasi dan keuangan i. Ekonomi dan Pembangunan Nasional 2. Unsur Pimpinan/Pengurus baik ditingkat cabang, daerah, maupun pusat : a. Spesialisasi bidang Pengembangan Organisasi dan Kampanye b. Spesialisasi bidang Pengupahan b. Spesialisasi bidang Advokasi c. Spesialisasi bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) d. Spesialisasi bidang Hubungan Industrial e. Spesialisasi bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup f. Spesialisasi bidang Pengembangan Pekerja Perempuan g. Spesialisasi pekerja anak dan issue HIV/AIDS Bentuk Kegiatan : a. Menyusun dan menerbitkan pedoman serta pengembangan sistem dan metoda pendidikan, pelatihan dan pembinaan kader organisasi. b. Menerbitkan buku-buku, bulletin atau brosur yang erat hubungannya dengan kebutuhan peningkatan pendidikan. c. Meningkatkan pendidikan pengorganisasian dan kepemimpinan terhadap semua tingkatan kader organisasi di semua jajaran secara berjenjang dan berkesinambungan. Program Umum FSP KAHUTINDO

6 d. Melaksanakan pendidikan keahlian yang lebih terarah pada spesifikasi kemampuan masing-masing kader di bidang Administrasi, Pengorganisasian, Kampanye, Negosiasi, Advokasi, K3, Keuangan, Hubungan Industrial atau bidang lainnya sesuai dengan kebutuhan organisasi. e. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pendidikan, pelatihan dan seminar tentang ketenagakerjaan, kursus-kursus tentang pengetahuan umum serta kejuruan lainnya yang dilaksanakan secara selektif, terukur dan terencana dengan memanfaatkan dana organisasi, bantuan atau kerja sama dengan organisasi-organisasi fungsional atau profesional, baik nasional maupun internasional, Instansi Pemerintah terkait maupun lembaga Non Pemerintah dengan ketentuan tidak mengikat. f. Aktif membangun komunikasi dan konsultasi serta koordinasi secara timbal balik dengan Serikat Pekerja lain dan atau organisasi pekerja sejenis. g. Mengembangkan sarana pendidikan pelatihan dan informasi berbasis teknologi informasi. h. Optimalisasi penggunaan Pusat Kegiatan Buruh (Workers Activities Center) KAHUTINDO-BWI-GS yang berlokasi di Jawa Tengah untuk memfasilitasi kegiatankegiatan pendidikan dan pelatihan. i. Bekerja sama dengan instansi-instansi terkait untuk mengembangkan sertifikasi profesi atau keahlian bagi anggota FSP KAHUTINDO. III. Program Sosial Ekonomi dan Pengembangan Sumber Daya Organisasi Dasar-dasar Pemikiran : Kondisi kesejahteraan pekerja anggota Serikat Pekerja yang masih sangat rendah dan pada umumnya dibawah standar hidup layak, secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap daya dukung atas kemandirian Serikat Pekerja khususnya Federasi Serikat Pekerja Kahutindo, yang sumber daya utamanya berasal dari iuran dan dukungan anggota. Untuk penguatan daya dukung terhadap sumber daya organisasi perlu dilakukan langkah-langkah inovatif untuk menciptakan alternatif pendapatan bagi pekerja khususnya anggota dan pengurus Serikat Pekerja, melalui usaha-usaha ekonomi bersama yang dapat meningkatkan penghasilan khususnya diluar upah bagi anggota, pengurus dan keluarganya. Tujuan dan Sasaran : Tujuan : Pekerja sebagai bagian dari pelaku ekonomi tidak hanya dijadikan sebagai objek dari pembangunan ekonomi, melainkan dilibatkan sebagai subjek yang harus diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya. Sasaran : a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anggota terhadap aksesibilitas dan penguatan ekonomi. b. Meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi antar sesama pekerja dan anggota Serikat Pekerja. c. Meningkatkan efektivitas fungsi dan peranan organisasi dalam memperjuangkan kesejahteraan anggota dan keluarganya. Bentuk Kegiatan : 1. Pembinaan dan Peningkatan Koperasi Pekerja dan usaha lainnya; Program Umum FSP KAHUTINDO

7 a. Menyelenggarakan usaha-usaha ekonomi bersama dan mendorong pembentukan Koperasi Pekerja atau Koperasi Serikat Pekerja. b. Menyelenggarakan suatu bentuk usaha kerjasama yang saling menguntungkan dengan instansi pemerintah dan non pemerintah serta sektor usaha swasta lainnya yang bersifat tidak mengikat dan bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya. c. Melakukan usaha-usaha konkrit melalui perundingan dan kesepakatan dengan perusahaan untuk menyediakan sebagian keuntungannya guna pemupukan modal koperasi. d. Melakukan pendekatan guna membangun kerja sama dengan bank-bank pemerintah maupun swasta dan lembaga-lembaga ekonomi lainnya dalam rangka memanfaatkan jalur penunjang permodalan dan usaha kecil, menengah dan koperasi. 2. Usaha Penggalangan Dana; a. Mengefektifkan pengumpulan Iuran Anggota dan Dana Mogok/Solidaritas serta membentuk suatu badan usaha swadaya yang khusus bergerak dalam pencarian dana untuk kepentingan organisasi. b. Mengusahakan bantuan luar negeri, instansi pemerintah dan swasta secara sah dan tidak mengikat. c. Melaksanakan usaha-usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi. 3. Pengembangan Kewirausahaan bagi Anggota dan Keluarganya; a. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan serta kursus-kursus keterampilan/kejuruan bagi anggota dan atau keluarganya yang terkena PHK atau untuk menopang perekonomian keluarga. b. Bekerjasama dengan instansi-instansi terkait baik pemerintah maupun swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru serta membangun akses permodalan dan pasar untuk memulai wirausaha bagi anggota dan keluarganya. IV. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan Hidup a. Melakukan perundingan dengan perusahaan untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dengan keterwakilan proporsional dari unsur pekerja. b. Ikut serta secara aktif mensukseskan penyelenggaraan kampanye K3 di tempat kerja. c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan penanggulangan kebakaran, hygiene perusahaan dan keselamatan kerja, serta Lingkungan Hidup. d. Menyusun dan menetapkan kebijakan organisasi dalam program K3 dan Lingkungan Hidup. e. Mengadakan kerja sama dengan pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta dalam bidang K3 dan Lingkungan Hidup. f. Mengumpulkan, mengevaluasi dan menganalisa data tentang K3 dan dampak perusahaan terhadap lingkungan sebagai bahan perundingan dengan perusahaan. Program Umum FSP KAHUTINDO

8 V. Program PKB, Hubungan Industrial, Pengupahan dan Jaminan Sosial Dasar-dasar Pemikiran: Semangat hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan belum sepenuhnya dapat diimplementasikan secara nyata oleh pelaku-pelaku yang bertanggung jawab untuk mendorong terlaksananya hal tersebut dalam proses produksi. Sebagai contoh, upah yang menempati posisi strategis dalam kehidupan pekerja yang merupakan tolok ukur dan cerminan kesejahteraan senantiasa memerlukan perjuangan yang panjang untuk peningkatannya, meskipun hanya sebatas upah minimum. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jamsostek yang merupakan salah satu upaya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya, kepesertaannya pun ternyata masih harus diperluas, sehingga tenaga kerja merasa terlindungi dan memperoleh ketenangan bekerja. Untuk itu diperlukan peran yang lebih konkrit dan pro aktif dari perangkat organisasi, serta secara konsisten memperjuangkan hak-hak anggotanya melalui mekanisme institusi eksternal yang ada, yaitu di Lembaga Kerjasama Tripartite serta pada Dewan Penelitian Pengupahan Nasional maupun Dewan Pengupahan yang ada di daerah. Tujuan dan Sasaran : Tujuan : Mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan antara pekerja dan pengusaha, serta dicapainya produktivitas kerja yang tinggi dan optimal dengan dilandasi oleh keinginan melaksanakan hubungan kerja yang baik; dan diharapkan upah serta jaminan sosial yang layak bukan lagi merupakan suatu beban yang harus dipaksakan kepada pengusaha, melainkan suatu hak yang diperoleh pekerja secara wajar berdasarkan prestasi kerja. Sasaran PKB dan Hubungan Industrial: a. Mempercepat dan memperluas pembentukan PKB yang secara riel ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan pekerja baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif. b. Meningkatkan kesadaran pekerja untuk secara aktif melakukan perundingan bipartite dengan pengusaha bagi tercapainya perbaikan kualitas hubungan industrial. c. Meningkatkan kepekaan pengusaha dan pejabat pengawas dari instansi pemerintah terhadap pelaksanaan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Sasaran Pengupahan dan Jaminan Sosial: a. Meningkatkan upaya-upaya pengkajian dan penelitian untuk mendukung perbaikan sistem pengupahan ke arah yang lebih konkrit dan berkeadilan sosial. b. Perluasan pelaksanaan Jaminan Sosial bagi tenaga kerja dan keluarganya serta pemberian beasiswa bagi anak-anak pekerja yang berprestasi. c. Peningkatan upaya bantuan untuk pengadaan perumahan bagi pekerja. Bentuk Kegiatan : 1. Hubungan Industrial, PKB dan Pengupahan; a. Melakukan pendataan PKB yang dimiliki oleh setiap Unit Kerja dalam rangka peningkatan kualitas dan penyediaan sumber data bagi pengembangan kualitas dan kemampuan organisasi mulai tingkat PUK. Program Umum FSP KAHUTINDO

9 b. Ikut aktif melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan PKB di setiap perusahaan yang telah ada PUK-nya. c. Melaksanakan pengawasan dan pencegahan terhadap upaya diskriminatif upah yang disebabkan perbedaan kelamin, ras/suku serta kewarganegaraan. d. Secara aktif melakukan lobby, kampanye serta positioning pekerja dalam merespon serta memberikan masukan terhadap kebijakan pemerintah mengenai issue kehutanan, ketenagakerjaan, lingkungan, dan perindustrian. e. Melakukan penelitian di industri perkayuan; mengenai kondisi/kemampuan sektoral, kedudukan dan bentuk perusahaan untuk menentukan klasifikasi perusahaan; kaitannya dengan kondisi sektor perkayuan dan perhutanan dan ketersediaan bahan baku industri. f. Melakukan penelitian tentang kondisi kerja yang berkaitan dengan kegiatan outsourcing dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. g. Memastikan keterwakilan pekerja dalam proses-proses sertifikasi mutu, K3 lingkungan, pengelolaan hutan dan ekolabel. 2. Jaminan Sosial; a. Memastikan bahwa aturan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dilaksanakan di masing-masing perusahaan dengan baik. b. Mendorong dan memberikan pembinaan kepada setiap pekerja untuk lebih meningkatkan produktivitas dan kualitas kerjanya. c. Mendesak Pemerintah agar lebih optimal dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya. d. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan Pekerja dan keluarganya, termasuk bagi yang telah purna bhakti dengan membuat rancangan program dana pensiun serta perumahan pekerja secara sistimatis, terpadu dan terencana. e. Memberikan dukungan dan advokasi kepada anggota/unit kerja atas tindak pelanggaran pelaksanaan aturan tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang dilakukan oleh pengusaha. VI. Program Pembelaan dan Perlindungan Dasar-dasar Pemikiran : Reformasi hukum masih dalam tahap melengkapi dan belum berhasil dari segi penegakan dan terwujudnya rasa keadilan. Reformasi ekonomi, politik dan sosial budaya belum mampu menghapus batas marginal yang diciptakan untuk membuat strata sosial di masyarakat. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan pekerja di Indonesia yang harus menerima batas kompromi baik dibidang penegakan dan pengawasan pelaksanaan hukum ketenagakerjaan maupun dari segi perlindungan untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Bahwa dalam rangka memperjuangkan perbaikan nasib pekerja perlu adanya pembelaan dan perlindungan sebagai jawaban dari tuntutan dan lemahnya perlindungan terhadap kaum pekerja, dimana UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU No.2 tahun 2004 tentang PPHI yang dalam implementasinya masih memposisikan pekerja sebagai objek, secara langsung berdampak pada rendahnya posisi tawar pekerja untuk memperoleh perlindungan dan keadilan. Kondisi ini disebabkan karena sebagian besar kaum pekerja masih buta hukum dengan kesejahteraan yang rendah. Dan sebagai upaya meningkatkan fungsi perlindungan dan pembelaan organisasi terhadap anggota, perlu dibuat suatu pedoman tentang tata cara dan mekanisme yang jelas, terarah dan profesional. Program Umum FSP KAHUTINDO

10 Tujuan dan Sasaran : a. Dapat terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum, baik mengenai hak maupun kewajiban pekerja dan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat pekerja sebagai implementasi hubungan bipartial yang positif. b. Memberikan ketenangan bekerja dan jaminan perlindungan terhadap hak-hak serta kepentingan pekerja dan keluarganya. c. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pekerja dalam hal pembelaan dan perlindungan serta menumbuhkan rasa kebanggaan dan kepercayaan pekerja terhadap organisasi Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO. Bentuk Kegiatan : a. Menyusun suatu pedoman atau petunjuk pelaksanaan tentang tata cara dan mekanisme pembelaan terhadap anggota yang praktis serta mudah dipahami dan diimplementasikan. b. Membentuk lembaga pembelaan yang secara struktural merupakan bagian dari perangkat organisasi baik ditingkat Pusat, Daerah, Cabang dan PUK. c. Melaksanakan evaluasi dan memberikan masukan-masukan kepada perwakilan pekerja yang menjadi tim pembela/kuasa pekerja atau sebagai Hakim Ad Hoc pada Peradilan Hubungan Industrial dan Mahkamah Agung. d. Aktif mengamati dan terlibat dalam usulan pembuatan peraturan perundangundangan di bidang ketenagakerjaan baik ditingkat pusat maupun titingkat daerah. e. Terlibat aktif, mengamati dan mengkritisi proses pembuatan PKB di tingkat Perusahaan dan mengawasi pelaksanaannya (melalui mekanisme pelaporan PUK). f. Melakukan upaya-upaya agar pemerintah meningkatkan sistem pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangan dibidang ketenagakerjaan. g. Mendesak pemerintah agar segera melengkapi UU No.13 tahun 2003 dan UU No.2 tahun 2004 dengan perangkat teknis maupun peraturan pelaksanaannya. h. Meningkatkan pelaksanaan penyuluhan dan atau pembinaan tentang Hukum ketenagakerjaan terutama bagi kader organisasi. i. Mengadakan kegiatan pengumpulan data, evaluasi dan verifikasi terhadap kasuskasus perselisihan yang pernah dan sedang dialami oleh anggota. j. Melakukan pendekatan, lobby dan tekanan kepada pemerintah terhadap pelaksanaan UU No.13 tahun 2003 khususnya tentang sistem kontrak kerja dan outsourcing. VII. Program Hubungan Internasional Dasar-dasar Pemikiran: Globalisasi yang telah merasuki setiap sendi kehidupan usaha dan ketenagakerjaan di Indonesia, berpengaruh besar pada kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah serta berdampak pada keberlanjutan industri dan ketenangan kerja, nyata-nyata perlu diantisipasi secara strategis oleh FSP KAHUTINDO dengan menggalang kerjasama dan solidaritas yang lebih intensif lagi dengan organisasi-organisasi pekerja di negaranegara lain. Secara politis, perlu partisipasi aktif organisasi dalam memberikan masukan-masukan untuk kebijakan pemerintah atau lembaga-lembaga internasional terkait melalui forum-forum sektoral, dialog sosial dan lainnya. Program Umum FSP KAHUTINDO

11 Tujuan dan sasaran : Tujuan : Dengan berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, perlu ditingkatkan penataan semua bentuk program kerja sama luar negeri, khususnya dengan organisasi buruh internasional. Sasaran : 1. Meningkatkan kerjasama luar negeri secara bilateral maupun multilateral dengan tetap memelihara dan menjaga identitas pekerja Indonesia. 2. Dengan prinsip saling menghargai dan saling menguntungkan, memanfaatkan dan mendayagunakan hubungan afiliasi atau non afiliasi dengan badan/organisasi buruh internasional. 3. Meningkatkan peranan FSP KAHUTINDO yang telah berafiliasi pada Building and Wood Workers International (BWI) sebagaimana layaknya organisasi profesi/fungsional pekerja. Bentuk Kegiatan : 1. Melaksanakan kegiatan kerja sama di bidang pengembangan sumber daya anggota dengan organisasi-organisasi internasional. 2. Menggali proyek-proyek ketenagakerjaan dari lembaga-lembaga perburuhan internasional untuk kepentingan organisasi. 3. Meningkatkan dan menjalin hubungan kerja sama yang lebih intens dengan organisasi buruh internasional, yang mana pada negara yang bersangkutan memiliki perwakilan bidang usahanya di Indonesia. 4. Memberikan masukan-masukan posisi kepentingan pekerja khususnya anggota dalam forum-forum dialog sosial tingkat nasional maupun internasional. 5. Berperan aktif dalam kegiatan dan struktur Building and Wood Workers International (BWI) 6. Menyelenggarakan kampanye-kampanye industrial dan advokasi di tingkat internasional. 7. Memberikan masukan kepada Organisasi Buruh Internasional (ILO) tentang pelanggaran-pelanggaran Konvensi ILO yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia khususnya yang terjadi dan berdampak pada anggota Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO. 5. TINDAK LANJUT Program Umum ini disusun dengan memperhatikan kebutuhan dan ketersediaan serta kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan dan perlindungan kepada anggota, dan dimaksudkan sebagai pedoman bagi pengurus pada semua tingkatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab organisasi, serta sebagai pedoman dalam penyusunan skala prioritas dalam bentuk program kerja sebagai panduan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Dewan Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja KAHUTINDO melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja melalui Rapat Kerja Nasional dan Rapat Pengurus yang dilakukan secara periodik, serta mempertanggungjawabkan pencapaiannya dalam Musyawarah Nasional. Program Umum FSP KAHUTINDO

12 Ditetapkan di : Y o g y a k a r t a Pada Tanggal : 3 Agustus 2009 PIMPINAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA (FSP KAHUTINDO) AGUS SALIM B A K H R I YUNI UMIARSIH Anggota Anggota Anggota R. CHANDRAYANA F. S U K A R J O Ketua merangkap Anggota Sekretaris merangkap Anggota Program Umum FSP KAHUTINDO

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA NOMOR : KEP-06b/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 TENTANG PENETAPAN PROGRAM UMUM FEDERASI SERIKAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA NOMOR : KEP-06a/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok. PENGANTAR Pembahasan MSDM yang lebih menekankan pada unsur manusia sebagai individu tidaklah cukup tanpa dilengkapi pembahasan manusia sebagai kelompok sosial. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Serikat ini bernama Serikat Pekerja PT Indosat (Persero) Tbk disingkat SP Indosat. Pasal 2 Sifat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO. Pembukaan

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO. Pembukaan Lampiran : Keputusan MUNAS-IV FSP KAHUTINDO Nomor : KEP-06a/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 Tanggal : 3 Agustus 2009 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI SERIKAT PEKERJA KAHUTINDO Pembukaan Dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UU No 21/2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh UU No 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan UU No 2/2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UNTUK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA NOMOR : KEP-06d/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 TENTANG REKOMENDASI MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS)

Lebih terperinci

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

GARIS BESAR HALUAN KERJA IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA PERIODE

GARIS BESAR HALUAN KERJA IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA PERIODE GARIS BESAR HALUAN KERJA PERIODE 2014-2015 BAB I PENDAHULUAN I. Pengertian Garis besar haluan kerja ikatan lembaga mahasiswa indonesia adalah pedoman organisasi dalam menentukan pola dan arah kerja untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBL1K INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA NOMOR : KEP-02/MUNAS.IV/FSPK/VIII/2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO)

POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO) POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO) IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA BIOLOGI INDONESIA (IKAHIMBI) PERIODE 2011-2013 POLA DASAR PENYELENGGARAAN ORGANISASI (PDPO) BADAN PENGURUS PUSAT IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA

Lebih terperinci

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal

Lebih terperinci

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu setiap orang tanpa membedakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN Lampiran KEP.005/MUNAS-V/SEKARPURA II/2011 - AD/ART ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN Bahwa untuk mencapai cita-cita Kemerdekaan

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA GARIS BESAR HALUAN KERJA PERIODE 2014-2015 BAB I PENDAHULUAN I. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Kerja Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) adalah pedoman dalam melaksanakan pola yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA ANGGARAN DASAR HIMPUNAN GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL INDONESIA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Himpunan Gerakan Kewirausahaan Nasional Indonesia, yang kemudian disingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur yang merata, materiil dan sepiritual serta guna peningkatan. termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur yang merata, materiil dan sepiritual serta guna peningkatan. termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa pembangunan saat ini bangsa Indonesia sedang menuju proses demokratisasi dan transparansi dalam proses menuju masyarakat adil dan makmur yang merata,

Lebih terperinci

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal, AD/ART IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA KEPUTUSAN MUNAS I IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA Nomor : 2/MUNAS I/ IGPKhI /I/ 2017 Tentang : ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IGPKhI DENGAN

Lebih terperinci

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA Lampiran Keputusan Munas IV Asosiasi BP PTSI Nomor: 07/MUNAS-IV/2017 ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI BP PTSI PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tugas mendidik

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika Hubungan Industrial Purwanto HCS Expert PT. Angkasa Pura I Jakarta, 16 Desember 2016 Agenda : 1. Referensi 2. Organisasi Profesi dan Organisasi Pekerja 3. Hubungan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) 2015 ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA ( AD/ART ) PERSATUAN AHLI GIZI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA, ADMINISTRATOR DAN PENGAWAS DI LINGKUNGAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA MUKADIMAH Menyadari sepenuhnya bahwa untuk mencapai suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, guna mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN II - 1 II - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM II-11 BAB II LANDASAN, ASAS DAN TUJUAN II-15 BAB III KESEMPATAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA KETETAPAN MUSYAWARAH NASIONAL VI HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN (HAKLI) NOMOR : VI/MUNAS VI/HAKLI/2015 TENTANG ANGGARAN DASAR HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA (HAKLI) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan jiwa korps bagi anggota Korps

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Sejarah Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah disingkat Disnakertrans Prov. Jateng merupakan organisasi

Lebih terperinci

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) (INDONESIAN PROCUREMENT SPECIALISTS ASSOCIATION) ANGGARAN DASAR halaman 1 dari 10 IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA DISINGKAT IAPI ANGGARAN DASAR P E M B U K A A N

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesian ICT Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Dasar MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi konvergensi bidang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung 35 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.288 Tahun 1992 (KEP 288/MEN/1992) ditetapkan sebagai Hari Jadi Departemen

Lebih terperinci

AD dan ART. Ditulis oleh AMPI Kukar Selasa, 28 May :42 - P E M B U K A A N

AD dan ART. Ditulis oleh AMPI Kukar Selasa, 28 May :42 - P E M B U K A A N P E M B U K A A N BAHWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945, YANG DICETUSKAN RAKYAT INDONESIA MERUPAKAN PUNCAK PERJUANGAN PERGERAKAN NASIONAL DAN TITIK AWAL UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN CITA-CITA KEMERDEKAAN,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPS PEGAWAI NEGERI SIPIL REPUBLIK INDONESIA PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya 5 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya Pada awal pemerintahan Republik Indonesia, ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan jumlah kementerian

Lebih terperinci

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Serikat Pekerja/Serikat Buruh Serikat Pekerja/Serikat Buruh a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran baik secara lisan maupun secara tulisan, memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PEMERINTAH PROVINSI SELURUH INDONESIA (APPSI) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PEMERINTAH PROVINSI SELURUH INDONESIA (APPSI) PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PEMERINTAH PROVINSI SELURUH INDONESIA (APPSI) PEMBUKAAN Bahwa penyelenggaraan pemerintah di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-undang Dasar 1945 pada hakekatnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 SERI E TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN)

PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN) PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK 2015-2018 POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN) 1. PENGERTIAN : BAB I PENDAHULUAN a. Program Umum ini dibuat dengan tujuan antara lain bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG Lampiran IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA A. Pengertian Perjanjian kerja bersama Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya Undang-undang No.21 Tahun 2000. Istilah

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN - 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci