BAB II PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN NILAI PADA SUBKONSEP INVERTEBRATA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN NILAI PADA SUBKONSEP INVERTEBRATA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA"

Transkripsi

1 BAB II PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN NILAI PADA SUBKONSEP INVERTEBRATA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA A. Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Nilai Pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai merupakan salah satu bagian pembelajaran biologi dengan pendekatan terpadu (Integrated Approach). Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang (Rustaman, et al.,2003:119). Menurut Rustaman et al. (2003) pendekatan terpadu dapat diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran. Di Indonesia, khususnya di tingkat pendidikan dasar terdapat tiga model pendekatan terpadu yang sedang berkembang, yaitu model keterhubungan (connected); model jaring laba-laba 10

2 11 (webbed); model keterpaduan (integrated). Deskripsi karakter, kelebihan dan keterbatasan ketiga model tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1. Deskripsi Tiga Model Pembelajaran Terpadu Tiga Model Pembelajaran Terpadu Model Keterhubungan (connected) Model jaring laba-laba (Webbed) Karakteristik Kelebihan Keterbatasan Menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, ide yang satu dengan ide yang lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi misalnya IPA atau IPS Dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan subtemanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi lain. Peserta didik akan lebih mudah menemukan keterkaitan karena masih dalam lingkup satu bidang studi Tema yang familiar membuat motivasi belajar meningkat Memberikan pengalaman berpikir serta bekerja interdisipliner Model ini kurang menampakkan keterkaitan interdisiplin Sulit menemukan tema Model Keterpaduan (integrated) Dimulai dengan identifikasi konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks pembelajaran Hubungan antarbidang studi jelas terlihat melalui kegiatan belajar Fokus terhadap kegiatan belajar, terkadang mengabaikan target penguasaan konsep Menuntut wawasan yang luas dari guru

3 12 Agar perbedaan antar model terlihat jelas, perhatikan gambar 2.1 berikut. Model Keterhubungan Model Jaring laba-laba Model Keterpaduan Gambar 2.1. Perbandingan Model Pembelajaran Terpadu (Fogarty:1991) Pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai dalam pelajaran biologi termasuk model pembelajaran keterpaduan (integrated) atau disebut juga model pembelajaran IPA terpadu (Integrated Science). Menurut Rutherford dan Gardner (Suroso, 2010:156) makna keterpaduan sebagai satu kesatuan dari semua pengetahuan adalah diartikan bahwa alam merupakan kesatuan. Blum (Suroso, 2010:157) berpendapat bahwa sejak dahulu para ilmuwan seperti Aristoteles sampai Einstein meyakini akan adanya kesatuan di alam semesta dan mencoba untuk menemukan hukum-hukum alam yang mempersatukannya. Adanya pembagian cabang-cabang sains menjadi berbagai disiplin yang berbeda menunjukkan adanya perkembangan sains itu sendiri dan keterbatasan pengetahuan dan cara kerja kita untuk memahami fenomena alam. Makna keterpaduan sebagai satu kesatuan konseptual dari sains atau struktur konsep sains adalah bahwa konsep-konsep sains berhubungan satu sama lainnya membentuk kerangka konsep. Contoh: banyak konsep Biologi hanya dapat dipahami dengan bantuan prinsip-prinsp Fisika, Kimia, maupun

4 13 Matematika, seperti pemahaman mengenai masalah mekanisme pernapasan, sistem transportasi zat, di dalam tubuh organisme, sistem pencernaan, sistem koordinasi, dan lainnya (Suroso, 2010:157). Makna keterpaduan sebagai suatu proses pemersatu dari kegiatan penelaahan ilmiah adalah bahwa sains ditandai oleh metode ilmiah yang meniadakan batas antar disiplin. Perkembangan sains murni menjadi teknologi tergantung berapa besar manusia memanfaatkannya, karena setiap harinya kita dikelilingi oleh masalah-masalah yang mengandung implikasi-implikasi ilmiah. Dengan demikian, makna keterpaduan sebagai studi interdisipliner adalah bahwa sains agar lebih memiliki nilai yang lebih luas melibatkan berbagai disiplin dalam sains itu sendiri maupun melibatkan ilmuilmu sosial yang menyangkut masalah norma, nilai, dan moral bangsa (Suroso, 2010:160). Pendidikan sains terpadu dapat ditandai dengan suatu kolaborasi (kerja sama) interdisipliner, sebagai fusi (peleburan) dari sejumlah materi yang semula diajarkan terpisah, atau sebagai suatu proses penelaahan ilmiah, atau dipersepsi sebagai suatu kurikulum berpusat sekitar minat siswa, atau sebagai bidang studi yang dikerangkai oleh topik dengan pendekatan multidisiplin. Intensitas keterpaduan dalam pendidikan atau pembelajaran sains dapat berupa program integrasi menyeluruh (amalgamation), atau program kombinasi antar unit disiplin keilmuan, atau berupa program koordinasi antara program-program yang independent. Berbagai model integrasi ditunjukkan pada matriks di bawah ini.

5 14 BIDANG Matematika Fisika Kimia Biologi Bidang Isu-Isu Nilai INTENSITAS Terapan Sosialisasi Moral Budaya Religi A. AMALGAMASI (1) (Integrasi Penuh Topik, Isu-isu) (2) (3) B. KOMBINASI (4) (Orientasi kepada unit-unit disiplin ilmu) (5) C. KOORDINASI (6) (Antar Program bebas dikoordinasikan) (7) Gambar 2.2 Matriks Model-model Integrasi Program Pengajaran Sains (1) School Council Integrated Science Project (2) Agriculture as Environmental Science (3) Pengajaran Sains Bernuansa Imtaq di Madrasah, DEPAG RI (4) Nuffield Combined Science (5) Physical Science and Biology di SLTP, Israel (6) dan (7) The World Science untuk SLTP di Israel (Suroso, 2010: 158) Dalam program amalgamasi, pembelajaran Sains-Biologi tidak mengenal batas-batas suatu disiplin, tetapi pembelajarannya didasarkan kepada suatu isu-isu atau topik permasalahan yang ditampilkan untuk mendapatkan suatu pemecahannya atau pembahasan secara terpadu, bahkan dapat diajarkan berbagai

6 15 sistem nilai dan moral untuk kehidupan manusia dari model-model Biologi yang dipelajarinya. Dari segi prosesnya, untuk pembelajaran Sains-Biologi hanya dapat dipahami dengan menerapkan prinsip-prinsip Fisika, Kimia, dan Matematika, sehingga untuk kejelasannya memerlukan kombinasi penerapan cabang-cabang sains lainnya. Dari segi pengembangan nilainya, model-model Biologi yang dipelajari dapat digali dan ditanamkan nilai-nilai praktisnya, nilai religinya, nilai intelektualnya, nilai sosial-politiknya, dan nilai pendidikannya. Setiap cabangcabang sains memiliki koordinasi tertentu yang menunjukkan adanya kesamaankesamaan aturan, prinsip, ataupun hukum, di samping adanya perbedaan khas masing-masing. Terjadinya pemisahan setiap bidang studi adalah akibat adanya keterbatasan manusia untuk memahami secara keseluruhan dalam pengembangan suatu disiplin ilmu sehingga muncullah bidang-bidang spesialisasi (Suroso, 2010:153). Pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai selalu berpijak kepada penguasaan pengetahuan dasar atau penguasaan konsepnya, yang disebut sebagai nilai praktis. Kemudian nilai praktis ini dikembangkan kepada nilai intelektual (nilai kecerdasannya) agar pengetahuan yang dipelajarinya bertambah wawasan, mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, mengkritisi, dan mencarikan solusinya. Nilai praktis dan nilai intelektual yang tercapai dapat dikembangkan kepada nilai sosial-politik dengan jalan teori yang dipelajari dapat menjadi pelajaran sebagai amtsal (perumpamaan) bagi kehidupannya di masyarakat, bahkan dapat ditiru untuk membuat sesuatu atau berbuat sesuatu sebagai nilai pendidikan. Keseluruhan nilai-nilai yang dikandung oleh suatu materi

7 16 pembelajaran sains tersebut adalah mengingatkan kepada kita tentang kebesaran kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang dikenal sebagai nilai religi (Suroso, 2010:12). Metodologi untuk pengembangan nilai-nilai yang dikandung oleh materi pelajaran dari nilai praktis dapat dikemukakan sebagai berikut: NILAI RELIGI NILAI PENDIDIKAN NILAI SOSIAL-POLITIK NILAI INTELEKTUAL NILAI PRAKTIS : mengingat kebesaran Tuhan YME (Asmaul Husna) dengan melihat dan merenung tentang keteraturan, keunikan, dan kekaguman terhadap fenomena alam yang dipelajari. : meniru fenomena alam atau Hukum Alam untuk pendidikan teknik, kepemimpinan, mental atau seni maupun pendidikan kreasi lainnya. : menganalogikan atau mengumpamakan (amtsal) teori dengan kehidupan manusia untuk dijadikan pelajaran atau kebijakannya. : mengkritisi nilai praktis guna mencari solusi terhadap kelemahan yang ada dan mengembangkan wawasan atau penalarannya : memahami konsep, prinsip, teori dan Hukum yang berlaku, dan menggali manfaatnya bagi kehidupan manusia. Gambar 2.3: Pola Pengembangan (Refleksi) Metodologi Materi Pelajaran Kepada Pendidikan Nilai-Nilai (Suroso, 2010:13) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan nilai di sekolah perlu mempertimbangkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, budaya bangsa, dan norma agama. Dalam gagasan pendidikan nilai, menurut Kniker (1977, dalam Mulyana, R.,2004:105) bahwa nilai selain ditempatkan sebagai inti dari proses pembelajaran, setiap huruf yang terkandung dalam kata V A L U E

8 17 dirasionalisasikan sebagai tindakan-tindakan pendidikan atau strategi belajarnya melalui tahapan-tahapan berikut: 1. Value Identification (Identifikasi nilai); pada tahapan ini nilai yang menjadi target pembelajaran perlu diketahui oleh setiap siswa, misalnya nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi apa saja dari bahan ajar sains itu. 2. Activity (Kegiatan); pada tahap ini siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan pada penyadaran nilai yang menjadi target di atas, misalnya berdiskusi tentang kandungan nilai-nilai dari bahan ajar sains di kelas, dan sudah tentu diberikan contohnya terlebih dahulu dari setiap nilai itu. 3. Learning Aids (Alat bantu belajar); pada tahap ini alat-alat bantu belajar seperti transparansi tulisan atau gambar digunakan untuk memperlancar proses belajar nilai. 4. Unit Interaction (Interaksi satuan kerja); tahap ini untuk memperluas strategi kegiatan belajar, misalnya dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas kandungan nilai tertentu dari bahan ajarnya. 5. Evaluation segment (Bagian evaluasi); tahapan akhir ini merupakan bagian untuk menilai kemajuan belajar nilai dengan menggunakan teknik dan alat evaluasi nilai, seperti lembar observasi, angket skala sikap, atau wawancara.

9 18 B. Penggalian dan Pengembangan Nilai Pada Subkonsep Invertebrata 1. Nilai Praktis Subkonsep Invertebrata Subkonsep invertebrata merupakan bagian dari konsep dunia hewan yang termasuk ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) tahun 2006, kompetensi dasar dari konsep dunia hewan adalah mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan dan peranannya bagi kehidupan. Dunia hewan (Kingdom Animalia) terdiri dari organisme multiseluler (terdiri atas banyak sel) dan eukariot (memiliki membran inti). Sel hewan tidak memiliki dinding sel dan klorofil. Sehingga hewan memperoleh energi dengan cara menguraikan senyawa organik kompleks menjadi senyawa organik sederhana, yaitu dengan mengkonsumsi organisme lainnya (heterotrof). Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, dunia hewan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Invertebrata (kelompok hewan-hewan yang tidak bertulang belakang) dan Vertebrata (kelompok hewan-hewan yang memiliki tulang belakang). Berdasarkan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, hewanhewan Invertebrata dikelompokkan menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthtropoda, dan Echinodermata (Pratiwi et al, 2006:171). Berikut ini dijelaskan karakteristik dari setiap filum tersebut.

10 19 a. Porifera Menurut Pratiwi et al. (2006:172) Porifera berasal dari kata porus yang berarti lubang kecil dan ferre (mempunyai/mengandung), maka Porifera berarti hewan berpori. Habitat Porifera umumnya di laut. Bentuk tubuh Porifera bervariasi, ada yang menyerupai vas bunga, piala, terompet, atau bercabang-cabang seperti tumbuhan. Rangka tubuh berupa spikula yang keras atau serat spongin yang fleksibel. Permukaan tubuh Porifera dipenuhi oleh pori-pori yang disebut ostium. Ostium terhubung dengan rongga dalam tubuh yang disebut spongocoel. Pada ujung spongocoel terdapat lubang keluar air (oskulum). Oskulum Lapisan sel luar Pori/ Ostium Flagel Sel leher Spongosol Pori/ Ostium Lapisan sel dalam Spikula Gambar 2.4. Struktur Tubuh Porifera Sumber: Tubuh porifera terdiri dari dua lapisan (diploblastik) yaitu epidermis dan endodermis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan gelatin yang disebut mesoglea. Epidermis tersusun atas sel-sel epitel pipih yang disebut pinakosit.

11 20 Endodermis tersusun atas sel-sel berflagel yang disebut koanosit. Mesoglea mengandung dua macam sel yaitu amoebosit dan skleroblas. Proses pencernaan makanan pada Porifera terjadi secara intraseluler. Sisa-sisa makanan yang tidak berguna dikeluarkan melalui oskulum bersama aliran air di dalam tubuh. Pada Porifera terdapat tiga tipe saluran air yaitu askon, sikon, dan leukon. Porifera melakukan reproduksi secara seksual (fertilisasi) dan aseksual (pembentukan tunas dan gemulae). Ada tiga kelas yang tergolong filum Porifera, yaitu Calcarea, Hexatinellida, dan Demospongia (Pratiwi et al, 2006:174). b. Coelenterata Menurut Pratiwi et al. (2006:174) Coelenterata sering juga disebut hewan berongga. Beberapa ahli ada yang membedakan filum Coelenterata menjadi dua filum, yaitu filum Ctenophora dan filum Cnidaria. Perbedaan hewan Ctenophora dengan Cnidaria adalah pada sistem pencernaannya. Ctenophora memiliki mulut untuk masuknya makanan serta dua lubang anus untuk mengeluarkan air dan kotoran di ujung yang lain. Secara umum Coelenterata memiliki tubuh simetri radial, diploblastik, dan memiliki mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Pada hewan Cnidaria permukaan tentakel terdapat sel-sel beracun (knidoblas) yang mengandung sel penyengat( nematokis). Coelenterata yang hidup di laut umumnya berbentuk medusa dan berkoloni. Coelenterata yang hidup di air tawar umumnya berbentuk polip dan hidup soliter atau berkoloni. Coelenterata belum memiliki sistem peredaran darah, sistem pernapasan, dan sistem ekskresi. Pernapasan dan ekskresi dengan cara difusi melalui permukaan tubuhnya.

12 21 Tentakel Mulut/anus Rongga Gastrovaskuler Gastrodermis Mesoglea Batang tubuh Epidermis Rongga Gastrovaskuler Gastrodermis Mesoglea Epidermis Tentakel Mulut/anus Gambar 2.5. Bentuk Polip dan Medusa Hewan Coelenterata Sumber: exonity.wordpress.com Sistem saraf Coelenterata masih sederhana berupa saraf berbentuk jala. Filum Cnidaria dibagi ke dalam tiga kelas utama yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa (Champbell et al,: 2004, 216). c. Platyhelminthes Menurut Pratiwi et al. (2006:182) Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu platy yang berarti pipih dan helminth yang berarti cacing. Sesuai dengan namanya, anggota kelompok cacing ini memiliki tubuh pipih dorsoventral.

13 22 Bintik mata Rongga gastrovaskuler Mulut Faring Celah faring Gambar 2.6. Anatomi Planaria sp (anggota filum Platyhelminthes) Sumber: Platyhelminthes ada yang bersifat parasit, ada pula yang hidup bebas di perairan. Bentuk tubuh Platyhelminthes pipih dan tidak bersegmen. Tubuhnya simetri bilateral, triploblastik, acoelomata. Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah dan sistem pernapasan. Pernapasan dilakukan melalui seluruh permukaan tubuh. Sistem ekskresi dengan sel-sel api (flame cell). Sistem saraf Platyhelminthes membentuk sistem saraf tangga tali. Sistem pencernaan tidak sempurna karena tidak ada anus, hanya terdiri dari mulut, faring, dan usus. Platyhelminthes umumnya bersifat hermafrodit. Reproduksi terjadi secara seksual (perkawinan silang) dan aseksual (regenerasi). Platyhelminthes dibedakan menjadi tiga kelas yaitu: Turbellaria (cacing berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing pita).

14 23 d. Nematoda Menurut Pratiwi et al. (2006:191) Nematoda berasal dari kata nematos yang artinya benang dan oidos yang artinya bentuk. Nematoda ada yang hidup bebas, ada pula yang parasit pada hewan dan tumbuhan. Bentuk tubuhnya bulat panjang (gilig), simetri bilateral, dan tidak bersegmen. Nematoda tidak memiliki sistem peredaran darah dan sisitem pernapasan. Pernapasana dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Esofagus Kutikula Stilet Sel telur Pseudoselom Cincin saraf Kelenjar esofagus Uterus Vagina Usus halus Ovarium Anus Ekor Gambar 2.7. Anatomi Nematoda Sumber: Sistem pencernaan Nematoda telah sempurna karena memiliki mulut dan anus. Reproduksi hanya dilakukan secara seksual. Beberapa jenis Nematoda yang dikenal antara lain Ascaris lumbricoides (cacing perut), Oxyuris vermicularis (cacing kremi), dan Wuchereria brancofti (cacing filaria).

15 24 e. Annelida Menurut Pratiwi et al (2006: 193) Annelida berasal dari kata annulus yang artinya cincin dan oidos yang artinya bentuk. Annelida hidup di perairan tawar, laut, dan darat. Umumnya cacing ini hidup bebas, tetapi ada pula yang parasit. Annelida memiliki tubuh simetri bilateral, coelomata, triploblastik, dan dilapisi kutikula. Kutikula Selom Otot sirkuler Otot longitudinal Septum (partisi atau pemisah antar segmen) Pembuluh dorsal Usus halus Metanefridium Nefrostom Pembuluh ventral Tali saraf Klitelum Metanefridium Faring Tembolok Ganglia serebral Usus halus Mulut Empedal Ganglion subfaring Esofagus Saraf ventral dengan ganglia segmental Gambar 2.8. Anatomi Lumbricus terrestis (anggota Annelida) Sumber: kentsimmons.uwinnipeg.ca Tubuh Annelida bersegmen/ruas dan bersifat metameri. Sistem peredaran darah Annelida merupakan sistem peredaran darah tertutup. Annnelida melakukan pernapasan menggunakan kulit atau insang. Alat ekskresi Annelida berupa

16 25 sepasang nefridia. Sistem saraf Annelida merupakan sistem saraf tangga tali. Annelida memiliki saluran pencernaan yang lengkap terdiri atas mulut, faring, tembolok, lambung, usus halus, dan anus. Reproduksi dilakukan secara seksual (pembentukan gamet dan fertilisasi) serta aseksual (fragmentasi). Filum Annelida dibagi ke dalam tiga kelas yaitu Oligochaeta, Polychaeta, dan Hirudinea (Champbell et al., 2004: 228). f. Mollusca Mollusca berasal dari kata mollis yang berati lunak. Mollusca berarti hewan bertubuh lunak. Bentuknya sangat beragam dan hidup di laut, air tawar dan daratan. Mollusca memiliki tubuh bulat simetris, selomata, lunak, dan tidak bersegmen. Ephitel bagian dorsal yang membentuk mantel, menyekresikan cangkang atau spikula. Otot bagian ventral berkembang menjadi kaki muscular. Massa viseral Nefridium Selom Jantung Gonad Usus Rongga mantel Mantel Perut Cangkang Radula Radula Mulut Anus Insang Kaki Tali saraf Esofagus Mulut Gambar 2.9. Anatomi Gastropoda Sumber: kentsimmons.uwinnipeg.ca

17 26 Mollusca jantan dan betina terpisah, tetapi ada pula yang hermaprodit. Alat ekskretori dan reproduksi berada di massa viscera. Sistem ekskresi berupa sepasang ginjal. Berdasarkan simetri tubuh, bentuk kaki, cangkang, mantel, insang, dan sistem sarafnya, Mollusca dibagi atas lima kelas, yaitu Polyplacophora, Scapopoda, Gastropoda, Cephalopoda, dan Pelycypoda atau Bivalvia (Pratiwi et al., 2006:198). g. Arthropoda Menurut Pratiwi et al. (2006:207) Arthtropoda berasal dari kata arthron yang berarti ruas, dan podos yang berarti kaki. Arthtropoda memiliki tubuh yang beruas-ruas. Tubuh Arthropoda bersifat simetri bilateral dan triploblastik selomata. Perut Dada Kepala Antena Mata majemuk Anus Jantung Arteri dorsal Sistem pencernaan Ganglion serebral (otak) Vagina Ganglion subesofagus Tubulus malphigi Ovarium Pipa trakea Tali saraf Mandibula Gambar Anatomi belalang (salah satu anggota Insecta) Sumber: kentsimmons.uwinnipeg.ca

18 27 Pada setiap segmen tubuh biasanya terdapat sepasang kaki yang beruas. Segmen tubuh bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Tubuh Arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula, suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisanlapisan protein dan kitin. Arthropoda sewaktu-waktu harus melepaskan eksoskeletonnya yang lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar, proses ini disebut molting (Champbell et al., 2004: 230). Sistem saraf Arthropoda berupa sistem saraf tangga tali. Sistem pencernaan Arthropoda terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Arthropoda bernapas dengan insang, trakea, atau paru-paru buku. Sisa metabolisme berbentuk cairan, dikeluarkan oleh organ sekresi yang disebut saluran/tubula Malpighi, kelenjar sekresi, atau keduanya. Sistem sirkulasi darah pada Arthropoda bersifat terbuka. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah pendek, ruang di sekitar organ tubuh yang disebut sinus atau hemosol. Sistem reproduksi Arthropoda umumnya secara seksual dan aseksual (partenogenesis). Habitat penyebaran filum Arthropoda sangat luas mulai dari laut, perairan tawar, gurun pasir, dan padang rumput. Arthropoda diklasifikasikan menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh dan kaki. Kelas utama dalam filum Arthropoda, yaitu: Arachnoidea, Diplopoda, Chilopoda, Insecta, dan Crustacea (Champbell et al,: 2004, 231).

19 28 h. Echinodermata Menurut Pratiwi et al. (2006:229) Echinodermata berasal dari kata Yunani echinos yang artinya duri dan derma yang artinya kulit. Jadi, Echinodermata berarti hewan yang kulitnya berduri. Echinodermata berhabitat di laut dan umumnya hidup sesil (menetap). Tubuh Echinodermata tidak beruas-ruas, ketika larva bersifat simetri bilateral, setelah dewasa menjadi simetri radial. Sistem pernapasan berbeda-beda, ada yang menggunakan kaki tabung, insang kecil, atau pohon respirasi. Sistem pencernaan Echinodermata lengkap dan sederhana, tetapi pada beberapa spesies tidak memiliki anus. Rongga tubuh Echinodermata berfungsi sebagai sistem vaskular air. Sistem ini dipakai untuk berjalan, bernapas, ekskresi, dan menangkap mangsa. Anus Kaki tabung Madreporit Saluran batu Perut Saluran cincin Saluran radial Mulut Gonad Saluran pilorus Sakus pilorus Papula Duri Pediselaria Sakus pencernaan Ampula Alat optik Ampula Gonad Duri yang dapat bergerak Saraf radial Kaki tabung Gambar Anatomi bintang laut (Asteroidea) Sumber:

20 29 Sistem saraf berupa cincin di sekitar mulut dan berupa sistem saraf radial. Reproduksi secara seksual (fertilisasi eksternal) atau secara aseksual (regenerasi dan pembelahan sel). Berdasarkan bentuk tubuhnya, Echinodermata terbagi menjadi lima kelas yaitu: Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang ular), Echinoidea (landak laut), Crinoidea (lili laut), dan Holothuroidea (timun laut/teripang). 2. Nilai Intelektual Subkonsep Invertebrata a. Berbagai spesies anggota filum Porifera sampai filum Echinodermata memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga kita harus menjaga kelestariannya. b. Agar tidak terkena infeksi cacing hati (Fasciola hepatica) sebaiknya kita memasak daging dan sayuran sampai benar-benar matang supaya tidak ada larva cacing dan bibit penyakit lain yang ikut termakan. c. Untuk mencegah penularan cacing perut (Ascaris lumbricoides) dan cacing kremi (Oxyuris vermicularis) sebaiknya kita membiasakan diri untuk hidup bersih, mencuci tangan sebelum makan supaya tidak ada telur cacing dan bibit penyakit lain yang menempel di tangan dan ikut termakan. d. Lintah (Hirudo medicinalis) bersifat parasit karena menghisap darah dari hewan vertebrata dan manusia. Kebiasaan lintah yang menghisap darah bisa dikembangkan menjadi suatu pengobatan alternatif untuk menyedot darah kotor dari dalam tubuh.

21 30 e. Lebah madu akan menghasilkan sengatan jika dirinya diganggu. Sengatan lebah akan menimbulkan bengkak, kemerahan, dan rasa panas pada kulit. Namun, saat ini sengatan lebah dimanfaatkan untuk pengobatan alternatif seperti rematik dan radang sendi. f. Serangga yang menjadi hama tanaman lebih baik ditangkap untuk dijadikan pakan burung peliharaan daripada dibasmi dengan insektisida karena penggunaan insektisida akan mengganggu keseimbangan ekosistem. g. Bekicot (Achatina fulica) dan keong sawah yang hidup parasit sebagai hama tanaman padi bisa dijadikan pakan ikan lele daripada dibasmi dengan zat-zat kimia. h. Hewan Echinodermata berperan sebagai pembersih laut karena memakan bangkai atau sisa-sisa hewan yang ada di laut/pantai. Oleh karena itu kita perlu melestarikan hewan Echinodermata guna menjaga kebersihan laut. Laut yang bersih dan indah akan menjadi daya tarik wisata. 3. Nilai Sosial-politik Subkonsep Invertebrata a. Dalam suatu organisasi pemerintahan setiap orang memiliki peran dan tugasnya masing-masing seperti halnya jenis-jenis sel yang ada dalam tubuh Porifera memiliki fungsi-fungsi tertentu. b. Dalam kehidupan bermasyarakat, janganlah kita bersifat parasit atau merugikan orang lain seperti kehidupan cacing pita yang menyerap sari-sari makanan di dalam usus manusia.

22 31 c. Telur Ascaris lumbricoides dikeluarkan ke alam bebas bersama feses, kemudian telur yang tidak dibuahi tidak akan mengalami perkembangan lebih lanjut sedangkan telur yang dibuahi akan meneruskan siklus hidupnya, begitu pula seorang manusia yang terjun ke dalam kehidupan masyarakat, orang yang bisa bersaing akan sukses sedangkan yang kalah bersaing tidak akan berkembang. d. Dalam setiap aktivitas kita hendaknya selalu memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar kita seperti cacing tanah yang aktivitas hidup dan pergerakannya di tanah membuat tanah berlubang-lubang/gembur serta memiliki kandungan aerasi tanah yang baik. e. Rangka luar (eksoskeleton) Arthropoda tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan tubuh, oleh karena itu pada tahap pertumbuhan Arthropoda selalu diikuti dengan pengelupasan eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton baru. Begitu pula tingkat kepemimpinan seorang pemimpin tidak bisa mengikuti terus perkembangan negara/organisasinya. Pada periode tertentu kepemimpinan lama diganti oleh kepemimpinan yang baru. f. Kita harus saling bertegur sapa saat berjumpa dengan teman seperti semutsemut yang saling menepukkan antena ketika mereka bertemu. g. Mollusca mempunyai kaki muskular yang dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali membor substrat, atau melakukan pergerakan dan sebagai alat untuk menangkap mangsa. Perbedaan fungsi kaki muskular tersebut disesuaikan dengan kondisi habitat Mollusca. Begitu pula kita selaku

23 32 manusia yang hidup bersosialisasi dalam masyarakat harus bisa menyesuaikan diri dengan adat dan budaya lingkungan tempat tinggal kita. h. Sistem saluran air dalam rongga tubuh Echinodermata disebut sistem ambulakral. Sistem ambulakral terdiri dari madreporit, saluran batu, saluran cincin, saluran radial, saluran lateral, dan ampula. Begitu pula dalam sistem pemerintahan di masyarakat, terdiri dari ketua RT, ketua RW, dan kepala desa. 4. Nilai Pendidikan a. Sistem saluran air tipe sikon dan leukon pada Porifera dapat ditiru menjadi saluran irigasi dalam pengairan sawah. b. Struktur tubuh capung mengilhami para teknokrat untuk membuat pesawat terbang jenis helikopter. Begitu pula struktur sayap mini (halteres) pada lalat yang diadopsi oleh manusia ke dalam pesawat terbang sebagai sistem navigasi (Suroso, 2010:108). c. Ketika kita telah dipisahkan dari kehidupan orang tua kita harus bisa hidup mandiri seperti larva efira yang bisa hidup dan berkembangbiak sendiri setelah dipisahkan dari strobila. d. Jika sedang mendapatkan masalah, maka kita sebaiknya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang tepat/sesuai. Seperti halnya Diplopoda yang menggulungkan dirinya ketika bahaya mengancam, bagian tubuh yang keras berada diluar,sedangkan bagian tubuh yang lunak dibagian dalam gulungan tubuhnya.

24 33 e. Dalam melakukan pekerjaan apapun jika memang bisa dikerjakan sendiri maka kerjakanlah sendiri tanpa merepotkan orang lain, seperti halnya cacing kremi (Oxyuris vermicularis) yang bisa melakukan autoinfeksi sehingga tidak melibatkan perantara dalam kerjanya (mandiri). f. Dalam menjalani kehidupan, kita harus senantiasa berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, bermetamorfosis dengan prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, seperti metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu. g. Jika kita sering mendapatkan masalah dalam kehidupan maka kita harus bisa menjadi seseorang yang semakin bijaksana dengan cara mengambil hikmah dari masalah yang dihadapi, seperti tiram mutiara yang menghasilkan mutiara bila ada benda asing dari luar yang masuk ke dalam cangkangnya. h. Simetri tubuh Echinodermata saat larva simetri bilateral sedangkan setelah dewasa bersimetri radial. Hal tersebut memberikan contoh bahwa jika pada saat masih kecil/anak-anak kita hanya bisa menilai suatu perbuatan dari dua sisi saja, benar atau salah maka ketika dewasa kita harus bisa melihat perbuatan tersebut dari berbagai sudut pandang, sehingga bisa menentukan benar atau salahnya dengan lebih bijaksana sesuai konteks kasusnya.

25 34 5. Nilai Religi a. Filum Mollusca memiliki anggota spesies dengan bentuk cangkang yang bermacam-macam. Keanekaragaman dan keunikan bentuk pada filum Mollusca membuat kita semakin mengagumi segala ciptaan Tuhan YME. b. Proses regenerasi yang dilakukan untuk bereproduksi pada Planaria sp menunjukkan bahwa dari bagian tubuh yang telah terpisah-pisah pun dengan adanya kehendak Tuhan YME, potongan tubuh tersebut bisa membentuk individu yang utuh. c. Pada Nemathelminthes, tubuh cacing betina berukuran lebih besar dari cacing jantan karena fertilisasinya terjadi dalam tubuh cacing betina (internal). Hal tersebut menunjukkan bahwa Tuhan YME menciptakan bentuk makhluk sesuai dengan tugasnya masing-masing dan setiap makhluk hidup diciptakan secara berpasangan, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-quran yaitu: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat kebesaran Allah (QS. Az-Zariyat:49). d. Cestoda memiliki segmen-segmen tubuh yang disebut proglotid. Tiap proglotid memiliki sistem fisiologis tubuh sendiri, namun antar proglotid masih saling berhubungan. Adanya proglotid tersebut menunjukkan bahwa Tuhan YME mampu membagi hal-hal terkecil sesuai dengan kehendak-nya. e. Kemampuan lebah untuk membangun sarang dengan struktur heksagonal yang memberikan volume ruang paling efisien merupakan suatu bukti kekuasaan

26 35 Tuhan YME yang telah memberikan ilham/petunjuk kepada makhluk-nya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, bahwa: Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukitbukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang tealh dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS.An-Nahl: 68-69). f. Keanekaragaman hewan Mollusca merupakan bentuk kasih sayang Tuhan terhadap manusia agar manusia bisa memanfaatkan serta melestarikan hewanhewan tersebut dengan sebaik-baiknya. C. Penguasaan Konsep Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang saling berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, serta situasi belajar yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Hasil belajar sangat tergantung kepada proses belajar. Hasil belajar akan terlihat setelah diberikan perlakuan pada proses belajar dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar mengharapkan terjadinya perubahan

27 36 tingkah laku yang terjadi pada diri siswa. Ciri terjadinya perubahan tingkah pada diri siswa ditunjukkan oleh sejumlah kemampuan memahami dan menguasai hubungan-hubungan antara bekal kemampuan siswa dengan materi pelajaran yang diajarkan dalam proses belajar mengajar. Penguasaan konsep merupakan salah satu buah dari hasil belajar, yaitu aspek kognitif. Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan satu sama lain. Adapun ranah kognitif menurut taksonomi Bloom versi baru terdiri atas (dari level 1 sampai 6): remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analysing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Penjabaran masing-masing level itu dijelaskan oleh Anderson, & Krathwohl (2001:66-87) sebagai berikut: 1. Mengingat (Remembering) Mengingat merupakan memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang. Hal tersebut dapat berupa: a). mengenali (Recognizing) dan b). menyebutkan kembali (Recalling). 2. Memahami (Understanding) Menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar. Hal tersebut dapat berupa: a). menafsirkan; b). mengartikan; c). menerjemahkan (Interpreting); d). memberi contoh (Exemplifying); e). menggolong-golongkan; f).

28 37 mengelompokkan (Classifying); g). merangkum; h). meringkas (Summarizing); i). melakukan inferensi (Inferring); j). membandingkan (Comparing); dan k). memberikan penjelasan (Explaining). 3. Menerapkan (Applying) Melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu. Hal tersebut dapat berupa: a). melaksanakan (Executing) dan b). menerapkan (Implementing). 4. Menganalisis (Analyzing) Menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu. Hal tersebut dapat berupa: a). membedabedakan (Differentiating); b). menata atau menyusun (Organizing); dan c). menetapkan sifat atau ciri (Attributing). 5. Mengevaluasi atau menilai (Evaluating) Menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. Hal tersebut dapat berupa: a). mengecek (Checking) dan b). mengkritisi (Critiquing). 6. Mencipta (Creating) Memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil. Hal tersebut dapat berupa: a). memunculkan (Generating); b). Merencanakan; c). membuat rencana (Planning); dan d) menghasilkan karya (Producing).

29 38 D. Sikap Siswa 1. Definisi Sikap Dalam mendefinisikan sikap, banyak perbedaan sudut pandang tentang sikap itu sendiri. Suroso (2010:30) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan bertindak pada seseorang, untuk menanamkan, memupuk, dan membina sikap dan moral siswa, maka sikap siswa perlu ditumbuhkembangkan sejak dini kearah halhal yang bersifat positif dalam kehidupan manusia dengan menjunjung tinggi sistem dan moral yang berlaku dalam masyarakat dan agama untuk dikaitkan dan dianalogikan dengan kandungan nilai dan moral dalam bahan ajar yang diambil dari fenomena alam. Elmubarok (2009:47) mendefinisikan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling bereaksi di dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Menurut Azwar (2010:4) definisi sikap dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran sikap yaitu; Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Dengan demikian sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut; kedua, kerangka pemikiran yang diwakili oleh ahli seperti Chief, Bogardus, La Pierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan

30 39 untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon; ketiga, kelompok pemikiran yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Menurut Thurstone (Edwards 1957:2) sikap atau attitude is a degree of positive or negative associated psychological object atau tingkat kecenderungan atau pernyataan gejala senang atau tidak senang dari seseorang terhadap suatu objek. Jika seseorang berhadapan dengan suatu objek tertentu maka responnya diekspresikan dalam bentuk sangat senang, agak senang, tidak acuh, kurang senang, atau tidak senang. Jadi walaupun sikap didefinisikan oleh banyak perbedaan, namun ada kesamaan maksud dari pengertian di atas yaitu bahwa respon seseorang terhadap suatu hal mewakili sikap seseorang tersebut. 2. Pembentukan Sikap Menurut Krech dan Ballancy (Syamsuni 2005: 15-16) ada empat faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu: The attitude develop in the process of want satisfaction, the attitude of the individual are shape by information to which he is exposed, the group affiliation of individual of help determine the formation of his attitude, the attitude of individual of help determine the formation of his attitude, the attitude of individual respect his personality.

31 40 Keempat faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap tersebut menurut Syamsuni (2005: 15-16) dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Keinginan dari dalam diri individu (nawaitu) Tindakan atau pekerjaan yang diawali dengan keinginan atau niat yang tulus, ikhlas, dan semata-mata mengharap ridho-nya sangat mempengaruhi hasil yang akan diterima. b. Informasi yang diterima (pengetahuan) Informasi yang diterima, dapat mempengaruhi penilaian atau pandangannya terhadap sesuatu yang diterima. Informasi yang diterima secara utuh dan benar, akan mempengaruhi pola pikir sebelum mengambil sikap untuk bertindak. c. Afiliasi yang terjadi di dalam kelompok (pengalaman) Afiliasi menurut Birch dan Veroff merupakan dorongan instrinsik karena ini merupakan kebutuhan psikologis untuk diterima oleh orang lain (Prayitno, 1989:75). Kerjasama yang terjalin dalam suatu kelompok dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam mengambil keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan, sangat dipengaruhi oleh pengalaman sendiri yang pernah dialami, dan kejadian yang menimpa orang lain. Kejadian yang menimpa diri dan orang lain dapat dijadikan hikmah atau bahan renungan untuk bersikap selalu lebih baik.

32 41 d. Kepribadian (kebiasaan) Manusia yang kepribadian atau kebiasaan seseorang dalam kehidupan seharihari menunjukkan keistiqomahan dalam berakhlak. Pembiasaan akhlak yang baik dalam berbagai macam situasi dapat membentuk karakter memberikan manfaat bagi sesamanya. 3. Pengukuran Sikap Banyak cara dan metode yang dikembangkan oleh para ahli dalam mengungkap sikap manusia. Berawal dari metode-metode yang sederhana, seperti pengungkapan langsung, sampai pada metode yang lebih rumit, seperti skala sikap. Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Penyusunan pernyataan skala sikap harus memperhatikan beberapa kriteria tertentu. Azwar (2010:113) dalam bukunya menjelaskan beberapa kaidah pembuatan pernyataan skala sikap. Kriteria tersebut adalah: a. Hindarkan pernyataan yang menunjuk masa lampau, sebaliknya pada masa kini. b. Hindarkan pernyataan yang faktual dan dapat di interpretasikan secara faktual. c. Hindarkan pernyataan yang dapat di interpretasikan dengan lebih dari satu jenis jawaban. d. Hindarkan pernyataan yang tidak relevan dengan objek psikologi yang akan diungkap.

33 42 e. Hindarkan pernyataan yang mungkin dibenarkan oleh setiap orang atau sebaliknya oleh tidak seorang pun. f. Pilihlah pernyataan yang telah anda percaya mampu menjangkau semua skala afektif dari ketertarikan. g. Jagalah agar penggunaan bahasa dalam pernyataan itu sederhana, jelas dan langsung. h. Pernyataan diusahakan singkat, pendek, dan tidak lebih dari 20 patah kata. i. Satu pernyataan diusahakan berisi hanya satu masalah yang sifatnya lengkap. j. Pernyataan berisi sesuatu yang sifatnya umum, misalnya: semua, selalu, tidak seorangpun dan tidak pernah. Hindarkan hal-hal yang bersifat ganda. k. Kata seperti hanya, semata-mata dan kata lain yang serupa harus digunakan dengan hati-hati serta tidak memihak dalam membuat pernyataan. l. Jika mungkin, pernyataan disusun dalam kalimat yang sederhana, tidak dalam kalimat yang kompleks. m. Hindarkan penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh responden. n. Hindarkan penggunaan istilah yang double negative. E. Hubungan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Nilai, Penguasaan Konsep, dan Pembentukan Sikap Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa penguasaan konsep merupakan salah satu buah dari hasil belajar yaitu aspek kognitif. Siswa yang berprestasi di kelasnya cenderung memiliki aspek kognitif yang baik, dan tentunya siswa tersebut akan mempunyai pemahaman yang baik pula terhadap suatu konsep

34 43 pelajaran. Dari penguasaan konsep yang baik inilah siswa akan mampu mengembangkan konsep yang dikuasainya ke dalam nilai-nilai yang terkandung dalam suatu konsep biologi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Suroso (2010:12) bahwa untuk metode pembelajaran bernuansa pendidikan nilai (nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi) selalu berpijak kepada pengetahuan dasarnya atau pengetahuan konsepnya, yang disebut nilai praktis. Sehingga nilai-nilai pengembangan itu bersifat penguatan terhadap nilai praktisnya (penguasaan konsep). Nilai-nilai yang berhasil dikembangkan siswa dari suatu konsep tentunya disadari atau tidak akan terinternalisasi dalam pribadinya sebagai suatu sikap. Pengembangan nilai pada suatu individu sampai melahirkan suatu sikap yang baik tentunya tidak terbentuk secara tiba-tiba, namun memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini diperkuat oleh pendapat Gulo (2002:152) yang menyatakan bahwa nilai atau moral berkembang di dalam diri seseorang melalui proses yang cukup lama. Adapun tahapan terinternalisasinya suatu nilai, Krathwohl et.al dan Bloom et.al., (Suroso, 2010:50-51) membaginya menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1. Penerimaan suatu Nilai (Acceptance of value) Pada tingkat penerimaan nilai ini, penekanannya mengarah kepada asal-usul keberhasilan suatu objek, fenomena, dan perilaku yang diamatinya seperti kepercayaan menjadi teman baik atau anggota kelompoknya. Dalam hal ini, sesuatu dipandang bernilai apabila seseorang setelah mengamatinya, dan

35 44 mempelajarinya kemudian ia bersikap menerima atau menyetujui terhadap makna kandungan nilai-nilainya. 2. Pemilihan terhadap Nilai (preferensi for value) Pada tingkat pemilihan nilai ini, seseorang berusaha menginginkan dan mengikuti nilai yang dianutnya untuk dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut seperti: ia dapat mengungkapkan pandangan dan argumentasi dari suatu nilai objek yang dipelajarinya. 3. Keterikatan atau komitmen Kepada Nilai (Commitment) Tingkatan yang menunjukkan tampilan perilaku dari suatu nilai yang dipegangnya dan kemungkinan memperluas pengembangan dirinya terhadap nilai tersebut dan juga terhadap orang lain, seperti: ia dapat mengungkapkan prinsip-prinsip dalam hidupnya dan kehidupannya di masyarakat, berupa kepatuhannya terhadap sesuatu yang dianggap baik. Menurut Frankel (Suroso, 2010:51) ada enam faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap suatu nilai, yaitu: 1. Sesuatu yang mendesak (immediacy) Orang melakukan sesuatu pada saat tertentu, karena kepentingan mendesak, dan nilai yang dianutnya sebenarnya tidak sesuai dengan perilaku saat itu. 2. Kepuasan diri (Austerity) Berprinsip untuk memuaskan keinginannya dengan menghabiskan apa adanya.

36 45 3. Kuasa orang lain (Authentic) Rasa kesadaranya dikalahkan oleh kuasa orang lain. 4. Keterbukaan (Open ended) Keterbukaan yang begitu luas sehingga sulit kepastiannya. 5. Otonomi Emansipasi dan tanggungjawab seringkali mengalahkan kepatuhan dan kesadaran diri. 6. Reverensi (Reverence) Hal-hal yang menyangkut kesenangan, cinta dan kepercayaan yang dapat mengalahkan kesadaran dan kepatuuhan seseorang. Mar at (1981:15) menjelaskan bahwa proses belajar akan mengarah pada pembentukan sikap yang disesuaikan pada lingkungan. Perkembangan daripada sikap akan melalui proses sosialisasi, imitasi, dan adaptasi. Jika dikaitkan dengan komponen kognisi serta komponen afeksi berarti bahwa komponen kognisi harus dapat menghayati obyek yang dihadapinya agar timbul suatu sikap yang dikehendaki. Di samping itu Mar at (1981:17) mengungkapkan bahwa bahwa sikap mengandung unsur penilaian dan reaksi afektif yang tidak sama dengan motif, akan tetapi menghasilkan motif tertentu. Misalnya seseorang dalam reaksi afektifnya adalah marah namun karena situasi tertentu ia bersikap ramah. Motif yang dibentuk adalah menentukan tingkah lakunya untuk senantiasa bersikap ramah yang sebenarnya secara terselubung ia bersikap marah.

KINGDOM ANIMALIA. Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai..

KINGDOM ANIMALIA. Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai.. KINGDOM ANIMALIA Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai.. CIRI-CIRI UMUM : Eukariotik, multiseluler tidak memiliki dinding sel Tidak berklorofil dan bersifat heterotrof Dapat bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSISDIKNAS)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSISDIKNAS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 yang dinyatakan dalam pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus By Luisa Diana Handoyo, M.Si. COELENTERATA (= CNIDARIA) Cnido = penyengat Multiseluler Tubuh bersimetri radial Diploblastik (ektoderm dan endoderm) Diantara

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE 2016 KATA PENGANTAR Assallamu alaikum

Lebih terperinci

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Ima Yudha Perwira, SPi, MP, MSc (Aquatic) Para saintis menempatkan hewan pada dua katergori utama, yaitu: invertebrata (in = tanpa, vertebrae

Lebih terperinci

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus digestorius

Lebih terperinci

Adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan aboral (yang tidak memiliki mulut). Pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral

Lebih terperinci

ANIMALIA. STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati

ANIMALIA. STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati ANIMALIA STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KOMPETENSI DASAR : Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan. CIRI CIRI UMUM KINGDOM ANIMALia Eukariot,

Lebih terperinci

FILUM MOLLUSCA KELOMPOK 1

FILUM MOLLUSCA KELOMPOK 1 FILUM MOLLUSCA KELOMPOK 1 PENGERTIAN MOLLUSCA Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Jadi Filum Mollusca adalah kelompok hewan invertebrata yang memiliki tubuh lunak. Tubuh

Lebih terperinci

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris) CACING TANAH (Lumbricus terrestris) Kode MPB2b Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus

Lebih terperinci

KINDOM ANIMALIA. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013

KINDOM ANIMALIA. Drs. Refli., MSc. Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua Juli 2013 KINDOM ANIMALIA Drs. Refli., MSc Disampaikan pada pelatihan Guru-Guru SLTP se Kabupaten Sabu-Raijua 16-25 Juli 2013 Pengelompokkan Animalia?? (10 mnt) Kingdom Animalia Invertebrata/ Avertebrata (tidak

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida. By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman

Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida. By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman Ciri-ciri Annelida : ⱷ Tubuhnya tersusun atas cincin-cincin (gelang-gelang)

Lebih terperinci

Filum Cnidaria dan Ctenophora

Filum Cnidaria dan Ctenophora Filum Cnidaria dan Ctenophora Filum CTENOPHORA dan CNIDARIA dikelompokkan dalam COELENTERATA (berasal dari kata coelos = rongga tubuh atau selom dan enteron = usus). Coelenterata hidupnya di perairan laut

Lebih terperinci

BIOLOGI LAUT Mollusca

BIOLOGI LAUT Mollusca MAKALAH BIOLOGI LAUT Mollusca MUSDALIFAH L211 13 006 MELINDA DAVID L211 13 016 JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 KATA PENGANTAR Tiada untaian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 28 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 MATERI KINGDOM ANIMALIA FILUM PLATHYHELMINTHES, FILUM NEMATHELMINTHES DAN FILUM ANNELIDA

LAMPIRAN 28 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 MATERI KINGDOM ANIMALIA FILUM PLATHYHELMINTHES, FILUM NEMATHELMINTHES DAN FILUM ANNELIDA 39 LAMPIRAN 28 LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 MATERI KINGDOM ANIMALIA FILUM PLATHYHELMINTHES, FILUM NEMATHELMINTHES DAN FILUM ANNELIDA K.D 3.8 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan hewan ke

Lebih terperinci

biologi SET 22 ANIMALIA 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh b.

biologi SET 22 ANIMALIA 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh b. 22 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 22 ANIMALIA 2 A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh Plathyhelmintes memiliki bentuk tubuh bilateral simetris. Bagian ujung anterior

Lebih terperinci

N E M A T H E L M I N T H E S

N E M A T H E L M I N T H E S N E M A T H E L M I N T H E S Nema = benang, helminthes = cacing Memiliki rongga tubuh yang terbentuk ketika ektodermis membentuk mesodermis, tetapi belum memiliki mesenterium untuk menggantungkan visceral

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

I MA Y UDHA P E R W I R A

I MA Y UDHA P E R W I R A PORIFERA IMA YUDHA PERWIRA Porifera (Latin, Phorus = pori-pori, ferre = pembawa) adalah hewan invertebrata yang mempunyai tubuh berpori-pori. Bentuk tubuh hewan ini tidak hanya kotak, tapi bermacam macam.

Lebih terperinci

Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1

Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1 S A T U A N A C A R A P E R K U L I A H A N Mata Kuliah : Zoologi Invertebrata Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1 Semester : Ganjil/Genap Jumlah SKS : 3 Mata Kuliah

Lebih terperinci

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar Annelida Karakteristik 1.Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), tubuhnya bulat dan memanjang biasanya dengan segmen yang jelas baik eksternal maupun internal. 2.Appendages kecil

Lebih terperinci

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata POKOK-POKOK BAHASAN PALEONTOLOGI 1. Pendahuluan 2. Phylum Protozoa 3. Phylum Porifera 4. Phylum Coelenterata 5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata

Lebih terperinci

ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk)

ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk) ANNELIDA (Annulus=cincin, Oidos=bentuk) By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Christmas tree fanworm LANGKAH KERJA Ambil cacing yg paling besar Letakkan cacing di bak parafin Kedua ujung di tahan dengan jarum

Lebih terperinci

Adina Rizka Amalia. Hafizhuddin Wafi. Annisa Putri Ningsih FILLUM PORIFERA. Nurul Hasna K. Bunga Amalia. Ulya Amalia

Adina Rizka Amalia. Hafizhuddin Wafi. Annisa Putri Ningsih FILLUM PORIFERA. Nurul Hasna K. Bunga Amalia. Ulya Amalia Adina Rizka Amalia Hafizhuddin Wafi Annisa Putri Ningsih Nurul Hasna K Bunga Amalia Ulya Amalia FILLUM PORIFERA Istilah porifera berasal dari bahasa latin, yaitu Pori yang artinya lubang dan Fere yang

Lebih terperinci

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah

Lebih terperinci

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain:

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Tubuh simetri bilateral Belum memiliki sistem peredaran darah Belum memiliki anus Belum memiliki rongga badan (termasuk kelompok Triploblastik

Lebih terperinci

Pokok Bahasan (PB)/ Sub Pokok Bahasan (SPB) 5. Annelida a.struktur tubuh Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea

Pokok Bahasan (PB)/ Sub Pokok Bahasan (SPB) 5. Annelida a.struktur tubuh Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea Khusus X. Tujuam Umum mengkomunikasikan filum Annelida Tujuan Khusus 1.menjelaskan permbangan stuktur tubuh dan fisiologi Annelida dibandingkan dengan Nemathelminthes. 2.membandingkan strukktur tubuh masingmasing

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 1. Bagian sel yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel adalah http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-11a.png

Lebih terperinci

biologi SET 21 ANIMALIA 1 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PORIFERA a. Ciri Ciri Porifera

biologi SET 21 ANIMALIA 1 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PORIFERA a. Ciri Ciri Porifera 21 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 21 ANIMALIA 1 A. FILUM PORIFERA a. Ciri Ciri Porifera Porifera memiliki permukaan tubuh yang berpori (ostium; ostia (jamak)). Setiap

Lebih terperinci

Dimas Dwi Kurniawan KELAS X SMA NEGERI 1 CIBEBER

Dimas Dwi Kurniawan KELAS X SMA NEGERI 1 CIBEBER Dimas Dwi Kurniawan KELAS X SMA NEGERI 1 CIBEBER Saat ini diketahui ada sekitar 9.812.298 jenis hewan dan baru 1.326.239 jenis yang telah diberi nama Dorsal punggung Ventral perut Anterior kepala Posterior

Lebih terperinci

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA Dalam perkembangbiakannya,invertebrata memiliki cara reproduksi sebagai berikut 1. Reproduksi Generatif Reproduksi generative melalui fertilisasi antara sel kelamin jantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan

Lebih terperinci

SISTEM ORGAN HEWAN (I)

SISTEM ORGAN HEWAN (I) A. SISTEM GERAK HEWAN (I) Sistem gerak pada hewan dimiliki oleh spesies yang tidak menetap/bebas. Sistem rangka hewan terbagi menjadi: 1) Sistem rangka hidrostatik, yaitu gerak tubuh ditunjang oleh gerak

Lebih terperinci

Sistem Organ Hewan (I)

Sistem Organ Hewan (I) Sistem Organ Hewan (I) A. SISTEM GERAK HEWAN Sistem gerak pada hewan dimiliki oleh spesies yang tidak menetap/bebas. Sistem rangka hewan terbagi menjadi: 1) Sistem rangka hidrostatik, yaitu gerak tubuh

Lebih terperinci

Phylum Echinodermata

Phylum Echinodermata Phylum Echinodermata Echinodermata berasal dari bahasa yunani yaitu echinos/echinus = landak, derma = kulit. Echinodermata adalah hewan kulitnya seperti landak atau kulit berduri. Pada umumnya hidup di

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA KINGDOM ANIMALIA 2015

LEMBAR KERJA SISWA KINGDOM ANIMALIA 2015 Standar Kompetensi Memahami manfaat keanekaragaman hayati Kompetensi Dasar Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi Indikator Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

Uraian Kegiatan Perkuliahan. Standar Kompetensi. No. Kompetensi Dasar Materi Perkuliahan Metode Perkuliahan

Uraian Kegiatan Perkuliahan. Standar Kompetensi. No. Kompetensi Dasar Materi Perkuliahan Metode Perkuliahan Uraian Kegiatan Perkuliahan No. Standar Kompetensi 1. Mengaplikasikan pemahaman Protozoa dalam kehidupan. Kompetensi Dasar Materi Perkuliahan Metode Perkuliahan 1.1 Mengidentifikasi protozoa atas dasar

Lebih terperinci

CIRI-CIRI COELENTERATA :

CIRI-CIRI COELENTERATA : FILUM COELENTERATA Coelenterata berasal dari kata KOILOS = rongga tubuh atau selom dan ENTERON = usus. Jadi COELENTERON artinya rongga yang berfungsi sebagai usus. Sering juga disebut CNIDARIA CIRI-CIRI

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Sub Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : VII/I : Klasifikasi Makhluk Hidup : Klasifikasi

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Pada Hewan

Sistem Respirasi Pada Hewan Sistem Respirasi Pada Hewan Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang

Lebih terperinci

Simetri. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/29/2016. Kingdom Animalia (Dunia Hewan)

Simetri. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/29/2016. Kingdom Animalia (Dunia Hewan) UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 12 BIOSISTEMATIKA & EVOLUSI: HEWAN Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Kingdom Animalia (Dunia Hewan) Ilmuwan telah

Lebih terperinci

2014 KORELASI PENGUASAAN KONSEP SISTEM SARAF DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI

2014 KORELASI PENGUASAAN KONSEP SISTEM SARAF DAN SIKAP SISWA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI PEMBELAJARAN BERMUATAN NILAI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perubahan zaman dan kemajuan teknologi membawa perubahan dan pergeseran tatanan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan, salah satunya berupa kemerosotan nilai-nilai

Lebih terperinci

Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010 Jumat, 24 Desember 2010 Laporan Praktikum Zoology "Cephalopoda" CEPHALOPODA dan ECHINODERMATA A. TUJUAN Mengamati Anatomi dan Morfologi Chepalopoda dan Echinodermata. B. DASAR TEORI Cephalopoda berasal

Lebih terperinci

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini. 7. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR BIOLOGI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

E C H I N O D E R M A T A

E C H I N O D E R M A T A E C H I N O D E R M A T A A. Karakteristik 1.Umumnya bilateral simetris pada waktu larva dan radial simetris setelah dewasa; tubuhnya terdiri atas lima bagianatau keping ; memiliki tiga lapisan sel (triploblastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran di sekolah tidak mudah untuk diaplikasikan, guru sering dihadapkan dengan bermacam-macam masalah termasuk di dalamnya dalam menentukan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.5

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.5 1. Organisme yang termasuk organisme uniseluler... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.5 Jamur kancing Singa Amoeba Melinjo Kunci Jawaban : C Organisme uniseluler adalah organisme

Lebih terperinci

RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) LAMPIRAN 2 RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran : SMA : Biologi Kelas/Semester : X/2 Materi Pokok Alokasi Waktu : Dunia hewan : 1 x 3 JP

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Kelas : 7 Waktu : 07.45-09.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Pada Hewan

Sistem Respirasi Pada Hewan Sistem Respirasi Pada Hewan Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang

Lebih terperinci

53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan 53. Mata Pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan berlangsung dalam suatu proses yang disebut dengan belajar. Menurut Syah (2010), belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur

Lebih terperinci

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF ANGGOTA KELOMPOK : 1. ANNISA SALIZA 2. REGYTA ANUGRAH MAHAPUTRI SAMUEL 3. TYAS AYU FADILLAH 4. WIRA YUDA KHOIRUL A 5. WIWID SEKAR U 6. YOHANES JUAN BAGUS

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMINATAN KELOMPOK MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM SEKOLAH MENENGAH ATAS BIOLOGI

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PEMINATAN KELOMPOK MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM SEKOLAH MENENGAH ATAS BIOLOGI DAN PEMINATAN KELOMPOK MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM SEKOLAH MENENGAH ATAS BIOLOGI KELAS X KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 1.1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas

Lebih terperinci

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 10 STRUKTUR & PERKEMBANGAN: HEWAN Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Keanekaragaman hewan dengan berbagai modifikasi

Lebih terperinci

9/28/2016 BIOSISTEMATIKA HEWAN. Simetri. Kingdom animalia (Dunia hewan)

9/28/2016 BIOSISTEMATIKA HEWAN. Simetri. Kingdom animalia (Dunia hewan) U1 Kingdom animalia (Dunia hewan) Ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 1,3 juta spesies hewan. BIOSISTEMATIKA HEWAN Hewan merupakan organisme multiselular dan heterotrof Reproduksi umumnya secara

Lebih terperinci

VIII BAB. Kingdom Animalia. Kata kunci: hewan, selom, simetris, invertebrata, vertebrata, metamorfosis, notokord

VIII BAB. Kingdom Animalia. Kata kunci: hewan, selom, simetris, invertebrata, vertebrata, metamorfosis, notokord BAB VIII Kingdom Animalia Pada bab ini kamu akan mempelajari ciri-ciri divisi pada kingdom Animalia dan peranannya dalam kehidupan. Setelah mempelajari bab ini diharapkan kamu dapat mengemukakan ciri-ciri

Lebih terperinci

1. PLATYHELMINTHES. Gambar 1. penampang membujur tubuh Planaria dan preparat awetannya Sumber: (http://www.sinauer.com/)

1. PLATYHELMINTHES. Gambar 1. penampang membujur tubuh Planaria dan preparat awetannya Sumber: (http://www.sinauer.com/) VERMES 1. PLATYHELMINTHES Platys= pipih, Helmins = cacing. Jadi Platyhelminthes adalah cacing pipih. Tubuh pipih, epidermis bersilia, tripoblastik, acoelomata, dan simetris bilateral Belum mempunyai sistem

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA

12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA 12. Mata Pelajaran Biologi Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

A.Karakteristik 1. Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik schizocoelom), epithel satu lapis umumnya bersilia dan mengandung

A.Karakteristik 1. Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik schizocoelom), epithel satu lapis umumnya bersilia dan mengandung A.Karakteristik 1. Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik schizocoelom), epithel satu lapis umumnya bersilia dan mengandung kelenjar lendir. 2.Tubuh biasanya pendek ditutupi oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP PENDAHULUAN Dengan mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar nasional pendidikan, setiap satuan pendidikan (sekolah) diberi kebebasan (harus) mengembangkan Kurikulum

Lebih terperinci

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi 3, yaitu : Sistem difusi : terjadi pada avertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD

ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD Mata Pelajaran Kelas Materi Ajar Domain Sikap : IPA : VII (tujuh) : Objek IPA dan Pengamatannya Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,

Lebih terperinci

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi Analisis Materi Pembelajaran (AMP). RPP MATERI INDIKATOR Untuk mempermudah dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, manusia melakukan pengelompokkan makhluk hidup. Pengelompokan makhluk hidup itu

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. (Makalah Struktur Perkembangan Hewan) Oleh Sarah Niati

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. (Makalah Struktur Perkembangan Hewan) Oleh Sarah Niati MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA (Makalah Struktur Perkembangan Hewan) Oleh Sarah Niati 1317021068 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab II Pasal 3 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab II Pasal 3 tentang dasar, fungsi, dan tujuan dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. MATERI Keanekaragaman tingkat gen, spesies, ekosistem. Ciri-ciri makhluk hidup dan perannya dalam kehidupan

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. MATERI Keanekaragaman tingkat gen, spesies, ekosistem. Ciri-ciri makhluk hidup dan perannya dalam kehidupan KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA Mata Pelajaran : BIOLOGI Kurikulum : 2013 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah Soal : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 3.2 Menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Belajar Siswa 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006), belajar adalah seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan,

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Klasifikasi Makhluk Hidup dan Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 Energi cahaya menjadi energi potensial Energi kimia menjadi energi gerak

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KLASIFIKASI CNIDARIA By Luisa Diana Handoyo, M.Si. Tujuan pembelajaran Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan klasifikasi Cnidaria Menjelaskan daur hidup hewan yang

Lebih terperinci

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi Filum Arthropoda Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi 1. Filum Arthropoda memiliki anggota spesies yang paling banyak dari filum lainnya dalam Kingdom Animalia. 2. Diperkirakan sekitar 1 juta

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut.

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut. ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini memberikan dasar pengetahuan tentang serangga dan manusia. Selain itu, juga memberikan pengetahuan tentang struktur, anatomi, dan perkembangan serangga, serta siklus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

PLATYHELMINTHES. Dugesia tigrina. A. Karakteristik

PLATYHELMINTHES. Dugesia tigrina. A. Karakteristik A. Karakteristik PLATYHELMINTHES 1.Tubuh terdiri atas 3 lapisan sel: ektodermis, mesodermis, dan endodermis (triploblastik) 2. Hidup bebas atau parasit 3. Alat ekskresi berupa sel api 4. Alat pencernaan

Lebih terperinci

6. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SMP/MTs

6. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SMP/MTs 6. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLATIHAN SOAL BAB 10

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLATIHAN SOAL BAB 10 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLATIHAN SOAL BAB 10 1. Urutan organisasi kehidupan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi adalah A. B. C. D. Sel-jaringan-organ-sistem organ-

Lebih terperinci

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi 23 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri SET 23 ANIMALIA 3 1. Bersegmen metameri 2. Peredaran darah terbuka 3. Tidak punya Hb, tetapi memiliki haemocyanin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tahap menggunakan aplikasi : 1. Untuk menjalankan program, klik run kemudian akan muncul tampilan awal program sebagai tampilan pembuka. 2. Kemudian klik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reproduksi melalui berbagai cara, sesuai dengan jenis dan tingkat perkembangannya. Makin banyak hambatan yang dialami suatu organisme didalam reproduksinya, makin

Lebih terperinci

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Dasar Indikator Esensial

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Dasar Indikator Esensial KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN JENJANG PENDIDIKAN : BIOLOGI : SMA Kompetensi 1.Pedagogi guru 1. Menguasai karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual,

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1 CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga

Lebih terperinci

FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI FISIOLOGI SERANGGA 1. PencernaanSerangga Saluran pencernaan dibagi tiga bagian: Foregut (stomodeum) perut bagian depan : terdapat katup cardiac

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMA. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd

PEMBELAJARAN TEMA. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd PEMBELAJARAN TEMA Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd Pengertian Pembelajaran Tema Tema adalah ide-ide pokok. Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan ide-ide pokok atau ide-ide

Lebih terperinci

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA VCB 99

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA VCB 99 Ukuran 700 1000 mm, berat kertas ± 200 g/m² dilapisi dengan "UV cure coating untuk melindungi dari kelembaban. Ujung atas dan bawah diberi rangka logam, dilengkapi dengan lubang penggantung. Hasil cetakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA Pisces: Evolusi Kelas Agnatha Kelas Agnatha Merupakan vertebrata pertama kali muncul Muncul pada 500

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Biologi merupakan ilmu tentang makhluk hidup beserta lingkungannya. Objek yang dipelajari dalam Biologi adalah makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Makhluk

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Defenisi Operasional Untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya defenisi operasional mengenai istilah-istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 of 18

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 of 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mollusca adalah salah satu hewan invertebrata yang mempunyai arti penting bagi sumber daya manusia. Mollusca merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang,

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

Modul III : Animalia 1 hal 1

Modul III : Animalia 1 hal 1 PENDAHULUAN Assalamu alaikum Wr Wb, Selamat bertemu dengan modul yang ketiga ini. Modul ini merupakan modul ketiga dalam mata pelajaran Biologi. Yakni Animalia/ Hewan 1. Dan selamat mempelajari modul Biologi

Lebih terperinci

Sistem pernapasan pada hewan kecoa. Sistem pernapasan pada hewan kecoa.zip

Sistem pernapasan pada hewan kecoa. Sistem pernapasan pada hewan kecoa.zip Sistem pernapasan pada hewan kecoa Sistem pernapasan pada hewan kecoa.zip serangga berupa sistem trakea yang berfungsi untuk mengangkut Gunakan Sistem Pernapasan Pada Hewan Invertebrata Arthropoda - Download

Lebih terperinci