Mangrove Economic Center (MEC): Alternatif Sumber Penghasilan Masyarakat Pesisir Ketika Masa Paceklik di Pulau Madura RINGKASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mangrove Economic Center (MEC): Alternatif Sumber Penghasilan Masyarakat Pesisir Ketika Masa Paceklik di Pulau Madura RINGKASAN"

Transkripsi

1

2 2

3 1

4 2

5 1 Mangrove Economic Center (MEC): Alternatif Sumber Penghasilan Masyarakat Pesisir Ketika Masa Paceklik di Pulau Madura Afriliyanti Ismei, M. Rizky Dimi S., Novi Ardianto, Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Jurusan Sosiologi Fakultas FISIB Universitas Trunojoyo Madura RINGKASAN Pulau Madura adalah pulau yang luasnya kurang lebih km 2. Menurut data BPS 2010 jumlah penduduk pulau Madura dari 4 kabupaten bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep sekitar 3.63 juta jiwa. Mengutip data dinas perikanan dan kelautan, pada tahun 2006, jumlah nelayan (Biasanya bermukim dipesisir pantai) di pulau Madura sekitar yang tersebar di pantai utara dan pantai selatan. Dan dengan kapasitas volume produksi usaha penangkapan ikan di wilayah pesisir tersebut mencapai ,69 ton. Dengan adanya data tersebut sebenarnya nelayan masih bisa meningkatkan kapasitas jumlah penangkapan ikan, akan tetapi karena adanya masa paceklik yang berkepanjangan, hal tersebut mempengaruhi aktivitas nelayan untuk tidak melaut selama berbulan-bulan. Sehingga mempengaruhi penghasilan nelayan, karena ketika masa paceklik datang nelayan tidak ada pemasukan atau tidak adanya sumber penghasilan sama sekali, dan yangmereka lakukan adalah hanya memperbaiki perahu atau jaring-jaring yang telah rusak dan mengharap bantuan dari pemerintah. Berbagai solusi telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kondisi paceklik bagi para masyarakat pesisir, seperti dengan diadakannya tabungan paceklik bagi nelayan dan lembaga-lembaga pengkreditan untuk nelayan. Akan tetapi hal tersebut belum bisa mengatasi permasalahn nelayan ketika masa paceklik datang, karena para nelayan masih saja terus menganggur dan hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah setempat. Oleh karena itu dengan adanya hal tersebut penulis memberikan solusi yang tepat bagi mayarakat pesisir ketika masa paceklik datang, agar dapat digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir pantai ketika masa paceklik yaitu dengan Mangrove Economic Center dan Penyuluhan serta pelatihan. Dengan demikian gagasan tersebut dapat dilakukan dengan adanya kerja sama antara pemerintah daerah, dinas perikanan dan kelautan, dinas pariwisata, serta Dinas UMKM dengan pihak swasta dan masyarakat pesisir pantai melalui program Mangrove Economic Center. Dimana mangrove Economic Center ini adalah program pemanfaatan Mangrove dengan konsep mengoptimalkan mangrove sebagai tempat wisata yang mana didalamnya didesain sekaligus menjadi tempat pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir dengan 5 bidang antara lain Bidang Budidaya Ikan Mangrove, Budidaya Pohon Bakau, Pengembangan Kedai mangrove, pengembangan kerajinan tangan, dan pengembangan wisata mangrove. Dan nantinya masyarakat pesisir akan dibentuk kelompok untuk mengembangkan bidang-bidang tersebut, tentunya dengan diberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan kepada mereka.

6 2 Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut, mampu digunakan dan dimanfaatkan masyarakat pesisir untuk mendapatkan penghasilan ketika mereka tidak melaut atau sedang mengganggur karena musim paceklik. Dengan demikian dapat digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan ketika masa paceklik. Dan secara tidak langsung dapat mensejahterakan masyarakat pesisir yang berpenghasilan rendah dengan menumbuhkan jiwa entrepreniurship pada masyarakat pesisir melalui penyuluhan dan pelatihan-pelatihan yang telah diberikan. Kata Kunci : Paceklik, Mangrove, Kewirausahaan PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Madura adalah salah satu pulau yang terletak di jawa timur. Pulau madura besarnya kurang lebih km 2 dan pulau ini lebih kecil dari pada pulau bali. Menurut data BPS 2010 jumlah penduduk pulau madura dari 4 kabupaten bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep sekitar 3.63 juta jiwa. Mengutip data dinas perikanan dan kelautan, pada tahun 2006, jumlah nelayan (Biasanya bermukim dipesisir pantai) di pulau Madura sekitar yang tersebar di pantai utara dan pantai selatan. Dan dengan kapasitas volume produksi usaha penangkapan ikan di wilayah pesisir tersebut mencapai ,69 ton. Akan tetapi dengan jumlah nelayan yang demikian banyak tersebut masih berada di bawah garis kemiskinan atau berpendapatn rendah. Menurut data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2002 yang diolah data oleh Smeru, menyebutkan bahwa masyarakat pesisir, termasuk di dalamnya para nelayan, memiliki nilai poverty headcome index (PHI) sekitar 0,3214 atau 32,14 persen di bawah garis kemiskinan. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan akses permodalan dan kultur yang tidak kondusif, serta adanya faktor cuaca dan iklim yang menyebabkan nelayan harus mengalami 2 masa yaitu masa panen (Mei-September) dan masa paceklik (Oktober-April). Dari ketiga hal tersebut yang paling mempengaruhi penghasilan masyarakat pesisir (nelayan) adalah ketika masa paceklik. Masa paceklik dipengaruhi karena factor alam seperti cuaca ekstrim, angin dan badai dimanadimana, ini membuat para nelayan untuk berpikir ulang jika tetap melaut. Kondisi seperti ini tidak terjadi sehari atau dua hari saja, akan tetapi terjadi sampai berbulan-bulan dan ini menyebabkan nelayan harus berhenti total dari aktivitas melaut yang merupakan mata pencaharian dan sumber utama penghasilan mereka. Ketika masa paceklik seperti ini hal yang mereka lakukan hanyalah memperbaiki perahu dan jaring yang sudah rusak, tidak ada sumber penghasilan yang mereka peroleh. Jalan satu-satunya adalah menunggu bantuan dari pemerintah agar mereka terus dapat bertahan hidup. Jika mereka terus menggantungkan hidup kepada pemerinth dan tidak ada pekerjaan lain untuk dikerjakan, hal tersebut malah akan membuat beban bagi diri mereka sendiri bukan malah meringankan, karena selalu bergantung pada bantuan. Jika bantuan telah habis, mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencukupi kebutuhannya

7 1 dan jalan satu-satunya hanya berhutang kepada para tengkulak. Dan itu sangat membebankan bagi kehidupan mereka. Berbeda lagi jika mereka memiliki pekerjaan lain yang dimana dapat digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan ketika masa paceklik, hal itu lebih baik dan efektif. Karena hal tersebut tidak menggantungkan diri pada bantuan siapapun, sehingga jika pasokan bantuan telah habis tidak ada lagi kepanikan dan kecemasan bagi mereka untuk melangsungkan hidupnya. Dengan melihat adanya permasalahan tersebut, penulis memberikan solusi Mangrove Economic Center (MEC): alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika dilanda masa paceklik di Pulau Madura khusunya, agar para masyarakat pesisir ketika masa paceklik memiliki pekerjaan lain atau sumber penghasilan lain ketika mereka tidak melaut berbulan-bulan, yang telah mengganggu kesejahteraan hidupnya menjadi menurun. Sehingga secara tidak langsung diharapkan dengan adanya solusi ini dapat membantu masyarakat pesisir untuk mendapatkan hidup yang lebih baik dan layak. Tujuan Tujuan penulisan ini untuk mengetahui: 1. Cara alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika masa Paceklik di Pulau Madura 2. Cara pemanfaatan Mangrove Economic Center (MEC) 3. Cara mengimplementasikan program Mangrove Economic Center (MEC) Manfaat 1. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk merealisasikan program Mangrove Economic Center sebagai alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik di Pulau Madura. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat pesisir tentang bagaimana memanfaatkan Mangrove economic center dengan baik. 3. Memberikan masukan kepada masyarakat pesisir pantai untuk menerapkan pelatihan-pelatihan, dan pembinaan serta penyuluhan tentang Mangrove Economic Center yang telah diberikan. Kondisi Terkini GAGASAN Mengutip data dinas perikanan dan kelautan, pada tahun 2006, jumlah nelayan (Biasanya bermukim dipesisir pantai) di pulau Madura sekitar yang tersebar di pantai utara dan pantai selatan. Dan dengan kapasitas volume produksi usaha penangkapan ikan di wilayah pesisir tersebut mencapai ,69 ton. Dengan adanya data tersebut sebenarnya nelayan masih bisa meningkatkan kapasitas jumlah penangkapan ikan, akan tetapi adanya masa paceklik yang berkepanjangan mempengaruhi aktivitas nelayan untuk tidak melaut selama berbulan-bulan. Sehingga secara langsung kondisi tersebut juga mempengaruhi penghasilan nelayan, karena ketika masa paceklik datang nelayan tidak ada pemasukan atau tidak adanya sumber penghasilan sama sekali, dan yang mereka lakukan adalah hanya memperbaiki perahu atau jaring-jaring yang telah rusak Kondisi seperti ini disebabkan, karena para masyarakat pesisir hanya mengandalkan melaut sebagai sumber penghasilan atau mata pencaharian utama

8 2 untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka tidak mempunyai pekerjaan lain untuk menghadapi masa paceklik, istri dan anak-anak mereka membutuhkan penghasilan untuk melangsungkan hidup sehari-hari. Dan dengan adanya kondisi tersebut mau atau tidak mau yang harus mereka lakukan adalah berhutang atau melakukan kredit kepada tengkulak atau lembaga-lembaga yang telah disediakan pemerintah. Dan hal tersebut secara tidak langsung menambah beban bagi masyarakat pesisir, karena ketika masa ikan datang mereka harus secepatnya membayar hutang-hutang tersebut dan itu berarti akan mengurangi penghasilan mereka ketika masa ikan datang. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat kita lihat bahwa beban hidup yang dirasakan masyarakat pesisir begitu berat ketika masa paceklik datang. Hasil ketika masa ikan, harus mereka gunakan untuk membayar hutang. Dan hal itu Seringkali bersamaan dengan Tahun Baru Imlek, dan di Pulau Madura sendiri berkirasaran antar bulan desember hingga Maret, dan tahun 2013 puncaknya pada bulan Januari-Februari. Karena kondisi tersebut dipengaruhi oleh factor alam seperti ombak tinggi, disertai hujan dan angin, sehingga membahayakan nelayan untuk pergi melaut. Apabila badai laut yang terjadi bersifat lokal, nelayan kadangkala menyesuaikan diri dengan berpindah daerah penangkapan. Solusi yang Pernah di Ajukan Sebelumnya Berbagai solusi telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kondisi paceklik bagi para masyarakat pesisir. Pada tahun 2008 DKP telah melakukan berbagai langkah. Dalam upaya mengambil fungsi rentenir telah didirikan 256 Lembaga Keuangan Mikro, diopersionalkan Perum Pegadaian, dan disediakan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi untuk UKM dengan pagu Rp.1,3 trilyun. Kepada nelayan dibantu sertifikasi tanah nelayan sebanyak 1500 sertifikat, serta sertifikasi kapal, guna memperoleh kredit antara Rp.25 juta Rp.50 juta pernelayan, dengan total Rp.5 milyar. Dan untuk menekan biaya operasi, telah didirikan 225 stasiun bahan bakar solar di sentra nelayan, agar harganya tidak meningkat dikarenakan oleh biaya distribusi yang mahal pada lokasi terpencil. Guna meningkatkan produktivitas, diserahkan 823 alat bantu penangkapan ikan, serta unit sarana penanganan untuk meningkatkan kualitas produk. Serta penggalakan tabungan paceklik juga telah dilakukan, yang hal tersebut bertujuan agar dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat pesisir ketika masa paceklik dan pemberian bantuan sembako juga diberikan oleh pemerintah.. Akan tetapi hal tersebut belum bisa membantu masyarakat pesisir menghadapi masa paceklik yang berkepanjangan. Yang ada secara tidak langsung menambah beban hidup mereka, karena jika mereka melakukan peminjaman uang kepada lembaga-lembaga tersebut ketika masa ikan mereka harus melunasi hutang tersebut padahal penghasilan ketika masa ikan itu tidak seberapa ditambah lagi harus membayar hutang. Dengan adanya hal tersebut ternyata solusi bagi nelayan untuk menghadapi masa paceklik yang berkepanjangan adalah alternatif mata pencaharian selain melaut yang dapat digunakan sebagai sumber penghasilan masyarakat pesisir, dan secara tidak langsung juga dapat memecahkan masalah kemiskinan dikawasan pesisir Pulau Madura. Gagasan yang di Ajukan

9 1 Gagasan tentang adanya Mangrove Economic Center sebagai alternatif sumber pengahasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik di Pulau Madura berangkat dari adanya kondisi masyarakat pesisir yang menganggur ketika masa paceklik datang. Mereka yang biasanya melaut untuk menangkap ikan, lebih memilih untuk didarat memperbaiki perahu atau jaring-jaring yang telah rusak. Hal tersebut dipicu adanya kondisi faktor alam yang sedang tidak bersahabat kepada nelayan seperti cuaca yang ekstrim, angin dan badai yag biasanya berlangsung cukup lama hingga berbulan-bulan, dan di Pulau Madura sendiri biasanya berlangsung bulan desember hingga maret. Sehingga masyarakat pesisir khususnya nelayan kehilangan sumber mata pencaharian yang secara langsung akan berdampak pada penghasilan mereka. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah melakukan banyak usahausaha yangyang bertujuan untuk membantu kelangsungan hidup para nelayan ketika masa paceklik. Salah satunya pemerintah mengambil alih peran renterin dengan mendirikan lembaga-lembaga pengkreditan, bahkan tabungan paceklik juga telah dilakukan. Akan tetapi masih saja belum bisa mengatasi permasalahan tersebut. Oleh sebab itu penulis memberikan solusi alternatif sebagai sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik dengan cara sebagai berikut : 1. Mangrove Economic Center (MEC) Mangrove Economic Center (MEC) adalah program pemanfaatan mangrove yang ada di pesisir pantai sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir ketika masa paceklik ataupun masa ikan. Selama ini yang kita ketahui tentang mangrove adalah hanya bermanfaat untuk menahan ombak, abrasi dan lain sebagainya. Di Pulau Madura ada banyak lokasi Mangrove yang berpotensi untuk dijadikan Mangrove Economic Center, sperti di Kabupaten bangkalan Kawasan hutan bakau atau mangrove seluas 200 ha diantaranya, terkonsentrasi di Desa Tengkat, Kecamaan Arosbaya. Sementara 100 ha lainnya, terhampar di tiga desa di Kecamatan Bangkalan Kota, masing-masing di Desa Kramat, Kelurahan Pangeranan dan Kelurahan Bancaran, di Kabupaten Sampang tepatnya di Camplong dan desa Sreseh, dan Kabupaten Pamekasan di Tanjung, serta di Kabupaten Sumenep di Kecamatan Seronggi. Dari lokasi-lokasi tersebut, dapat mewakili masing-masing kabupaten yang ada di Pulau Madura. Setelah masing-masing pemerintah daerah menyediaan kawasan mangrove yang akan di jadikan mangrove economic center, kemudian mangrove tersebut dikelola oleh dinas pariwisata dengan bekerjasama dengan masyarakat pesisir pantai untuk membangun mangrove menjadi tempat wisata. Disini bukan hanya tempat wisata saja yang akan dibangun, akan tetapi ada beberapa tempat yang akan dibangun antara lain tempat budidaya ikan, tempat budidaya pohon bakau, tempat kedai mangrove, dan tempat kerajinan tangan. Dengan adanya tempat-tempat ini nantinya masyarakat pesisir akan dibagi menjadi 5 bidang antara lain bidang pengembangan wisata mangrove, bidang budidaya ikan, bidang budidaya pohon bakau, bidang pengembangan kedai, dan bidang kerajinan tangan. Pada program ini, masyarakat pesisir tidak mendapatkan gaji secara langsung dari pemerintah. Akan tetapi mereka akan diberi modal untuk mengelola dan mengembangkan Mangrove Economic Center melalui bidangnya. Dalam masing-masing bidang, mereka harus mengembangkan

10 2 usahanya untuk mendapatkan keuntungan. Yang mana keuntungan tersebut merupakan penghasilan mereka. Jika masing-masing bidang ada 20 orang setiap harinya mendapat keuntungan Rp dengan cara menjual produkproduk yang telah mereka hasilkan, masing-masing orang akan mendapatkan Rp per hari, jika dihitung satu bulan penghasilannya adalah Rp x 30 hari = Rp Penghasilan itu lebih besar dibandindang melaut yang setiap harinya hanya Rp dan setiap bulannya dapat diperoleh Rp x 30 = Rp yang mana terkadang hasil tersebut tidak pasti tergantung jumlah penangkapan ikannya. Jika dihitung ketika masa paceklik 4 bulan sama artinya 120 hari mereka tidak melaut, tetapi mereka turut serta dalam mengembangkan mangrove economic center dapat dihitung penghasilan mereka selama paceklik adalah Rp x 4 = Rp Kondisi tersebut lebih baik jika mereka harus menganggur atau hanya memperbaiki perahu atau jaringjaring yang rusak. Ditambah lagi meskipun mereka kehilangan sumber penghasilan sebagai nelayan ketika masa paceklik, mereka tetap mampu melangsungkan kehidupannya tanpa harus menumpuk hutang atau menunggu bantuan. Dan secara tidak langsung masyarakat pesisir dapat meningkatkan penghasilannya tanpa harus meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan. Dengan adanya kondisi tersebut, masyarakat pesisir pantai masih terus dapat meningkatkan keuntungangnya melalui bidang usaha yang dijalankannya di Mangrove Economic Center, dengan cara menarik para pengunjung serta meningkatkan kualitas dari barang-barang produksinya, seperti meningkatkan kualiatas budidaya ikan mangrove dan pohon bakau, serta meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam pengembangan kedai mangrove dan pembuatan kerajinan tangan. Dan tidak kalah pentingnya, perlu adanya suatu gebrakan inovasi dalam pengembangan wisata mangrove agar pengunjung semakin tertarik untuk bersinggah dan membeli hasilproduksi yang ada didalamnya. Sehingga dengan adanya hal tersebut masyarakat pesisir mendapatkan alternatif sumber penghasilan untuk melangsungkan kehidupannya agar tidak ada lagi yang menumpuk hutang dan menganggur, meskipun masa paceklik melanda mereka. Dan secara tidak langsung masyarakat pesisir bisa terus berproduktivitas serta dapat meningkatkan penghasilannya tanpa harus meninggalkan pekerjaan nelayan sebagai sumber penghasilan utama mereka. 2. Penyuluhan dan pelatihan Penyuluhan dan pelatihan merupakan tahap kelanjutan dari program Mangrove Economic Center (MEC). Pada tahap ini pemerintah dan dinasdinas yang terkait berperan untuk melakukan penyuluhan dan pelatihan untuk memberdayakan masyarakat pesisir pantai untuk memanfaatkan mangrove yang akan digunakan sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir. Disini pemerintah berkewajiban menyediakan lokasi atau kawasan mangrove yang akan dijadikan mangrove economic center, kemudian pemerintah mendata masyarakat pesisir pantai yang ikut serta dalam pengembangan mangrove. Kemudian jika masyarakat telah terdaftar sebagai anggota Mangrove Economic Center, pemerintah mengelompokan mereka dalam bidang-bidang yang telah dibentuk. Tidak hanya nelayan saja yang dapat turut

11 1 serta akan tetapi istri-istri nelayan juga dapat turut serta dalam pengembangan Mangrove Economic Center. Pada pelatihan ini akan diadakan setiap satu minggu sekali, dan 1 bulan sekali untuk evaluasi pelatihan. Untuk bidang budidaya ikan dan budidaya pohon bakau akan diadakan pelatihan, pengawasan dan pengecekan oleh dinas perikanan dan kelautan secara intensif agar hasil dan kualitas yang diperoh dapat dicapai secara maksimal. Dan untuk bidang pengembangan kedai mangrove dan bidang keranjinan tangan akan dilakukan oleh dinas UMKM yang bekerjasama dengan pihak swasta yaitu seperti para perajin atau pengusaha untuk memberikan pelatihan kewirausahaan, sehingga masyarakat pesisir mempunyai skill dan pengetahuan untuk mengembangkan usahanya. Dan untuk bidang pengembangan wisata mangrove akan diberikan pelatihan, pengawasan, dan pengecekan secara khusus dan sangat intensif oleh dinas pariwisata dan dinas perikanan dan kelautan, karena ujung tombak dari Mangrove Economic Center ini adalah wisatanya agar menarik perhatian pengunjung. Sehingga program ini dapat tepat pada sasaran yang diharapkan untuk alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik. Dengan demikian kedua program mangrove economic center tersebut diharapkan dapat memberikan solusi kepada pemerintah untuk mengatasi permasalahan paceklik yang berkepanjangan bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan, yang dapat digunakan sebagai alternatif mata pencarian ketika masa paceklik, sehingga dapat dijadikan sumber penghasilan ketika mereka tidak melaut. Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan 1. Pemerintah menyediakan kawasan hutan mangrove dan menyediakan ikanikan dan pohon bakau yang akan di budidaya, serta mendata masyarakat pesisir yang ikut serta dalam pengembangan mangrove economic center, yang kemudian memberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat pesisir tentang bagaimana memanfaatkan dan mengembangkan mangrove economic center dengan baik. 2. Swasta memberikan modal seperti menyuplay perlengkapan dan bahan baku kerajinan kepada masyarakat pesisir untuk membuka kedai, dan membuat kerajinan tangan, serta memberikan pelatihan entrepreniurship kepada masyarakat pesisir agar dapat memanfaatkan bidang-bidang usaha yang ada di mangrove economic center. 3. Masyarakat pesisir mengimplementasikan program mangrove economic center sesuai dengan penyuluhan dan pelatihan tentang pengembangan entrepreniurship dan skill yang telah diberikan oleh dinas dinas yang terkait di Pulau Madura antara lain dinas pariwisata, dinas perikanan dan kelautan, dan dinas UMKM yang bekerja sama dengan pihak swasta. Langkah-Langkah yang Dapat di Capai 1. Pemerintah menyediakan dan mengoptimalkan kawasan mangrove yang ada dikawasan pesisir pantai dengan menciptakan mangrove economic center sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir pantai dengan merelokasi menjadi kawasan wisata. Setelah itu pemerintah memberikan modal kepada masyarakat pesisir untuk mengembangkan bidang-bidang usaha yang telah

12 2 dibentuk. Dalam hal ini harus ada kerja sama antara pemerintah daerah, dan dinas-dinas terkait dengan masyarakat pesisir khusunya, agar terealisasi Mangrove Economic Center di Pulau Madura. Kerja sama yang dilakukan pemerintah adalah pemerintah memberikan modal, penyuluhan, dan pelatihanpelatihan kepada masyarakat pesisir yang telah bergabung dalam kegiatan ini dan masyarakat pesisir mengaplikasikannya dengan baik dan benar, sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal. 2. Swasta juga ikut berperan dalam memberikan modal seperti memasok bahan baku kerajinan tangan dan perlengkapan untuk kedai mangrove. Selain itu memberikan pelatihan kerajinan tangan dan entrepreniurship yang bekerja sama dengan dinas UMKM kepada masyarakat pesisir yang ada di Pulau Madura, khusnya kelompok bidang pengembangan kedai dan kerajinan tangan. Hal tersebut diberikan agar mereka mempunyai skil dan wawasan untuk mengembangkan usahanya dan hasil yang diperoleh bisa secara optimal. Sehingga ketika masa paceklik datang, hal tersebut dapat dimanfaatkan secra optimal oleh masyarakat pesisir sebagai sumber penghasilan. 3. Masyarakat pesisir mengembangkan mangrove economic center dengan cara mengembangkan modal yang telah diberikan pemerintah melalui pengembangan bidang-bidang usaha yang telah dibentuk, dengan mengaplikasikan penyuluhan dan pelatihan yang telah diberikan oleh pemerintah dan pihak swasta. Gagasan yang di Ajukan KESIMPULAN Dari yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam program Mangrove Economic Center dapat digunakan sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat pesisir dengan mengoptimalkan mangrove sebagai kawasan wisata dengan bidang-bidang pengembangan usaha didalamnya yang dapat digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir pantai ketika masa paceklik datang. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pengoptimalan wisata mangrove yang mampu menjadi daya tarik pengunjung, sehingga ketika banyak pengunjung yang datang mereka akan melihat apa saja yang ada didalamnya. Ketika mereka tertarik untuk membeli produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat pesisir, berarti akan ada yang namanya transaksi dan dari transaksi itu mereka akan mendapatkan laba yang berarti dari laba itu merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat pesisir. Dan dengan demikian secara tidak langsung program Mangrove Economic Center dapat membantu pemerintah untuk mengatasi pengangguran bagi nelayan ketika masa paceklik serta dapat meningkatkan penghasilan masyarakat pesisir tanpa harus meninggalkan mata pencaharian sebagai nelayan khususnya di Pulau Madura. Teknik Implementasi yang akan di Lakukan Teknik pengimplementasian gagasan tersebut dapat dilakukan dengan adanya kerja sama antara pemerintah daerah, dinas-dinas terkait dan pihak swasta serta masyarakat pesisir pantai melalui program Mangrove Economic Center.

13 1 Sehingga dapat digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik di Pulau Madura. Prediksi Hasil yang akan di Peroleh Dari hasil yang diperoleh dalam pengajuan gagasan ini adalah dengan adanya program mangrove economic center dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat pesisir baik dari segi ekonomi atau segi kemampuan. Biasanya ketika masa paceklik datang masyarakat pesisir hanya memperbaiki perahu dan jaring-jaring yang rusak. Tidak ada kegiatan produktivitas yang mereka lakukan, hanya menganggur dan menunggu nasib untuk menerima bantuan, karena dari situlah mereka menggantungkan hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat melalui penghasilan masyarakat pesisir khusunya nelayan ketika masa ikan adalah Rp perhari, dan melihat masa paceklik di Pulau Madura antara bulan Desember hingga Maret yang berarti mereka harus menganggur untuk tidak melaut dan kehilangan sumber penghasilannya kurang lebih selama 4 bulan. Kondisi tersebut setara dengan masyarakat pesisir harus kehilangan penghasilannya sebesar ( Rp x 30) x 4 = Rp Jika setiap tahunnya masyarakat pesisir tidak kehilangan sumber penghasilan selama 4 bulan dalam satu tahun, berarti penghasilan total yang dapat diperoleh dalam satu tahun adalah seharusnya (Rp x 30) x 12 bulan = Rp , tetapi karena dengan adanya paceklik yang membuat pendapatan masyarakat pesisir menurun total pendapatan mereka selama satu tahun adalah Rp Rp = Rp Dengan adanya kondisi tersebut nelayan harus mengalami kerugian ketika masa paceklik datang sebesar Rp , hal tersebut disebabkan karena tidak adanya produktivitas nelayan untuk melaut. Mereka hanya menganggur dan beraktivitas seperlunya seperti membenahi perahu dan jaring jaring yang rusak. Dengan adanya hal tersebut tidak akan menggantikan sumber penghasilan yang telah hilang. Akan tetapi jika masyarkat pesisir memanfaatkan dan ikut serta dalam pengembangan Mangrove Economic Center, maka mereka akan tetap mendapatkan alternatif sumber penghasilan dari mengembangkan bidang-bidang usaha yang ada didalamnya. Jika sehari keuntungan masing-masing bidang usaha sebesar Rp , dan jumlah anggota masing-masing bidang adalah 20 orang. Maka hasil yang diperoleh masyarakat pesisir setiap orangnya adalah Rp : 20 orang = Rp per hari, penghasilan itu lebih besar daripada dengan hasil melaut. Untuk melihat penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik jika mereka bergabung dan turut serta dalam mengembangkan usaha Mangrove Economic Center bisa dimuali dari menghitung penghasilan masyarakat pesisir perbulannya Rp x 30 = Rp , dan setelah itu kita bisa melihat penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik selama 4 bulan mereka akan mendapatkan penghasilan Rp x 4 = Dan secara tidak langsung dengan adanya kondisi tersebut ada peningkatan pendapatan ketika masyarakat pesisir mengembangkan bidang-bidang usaha Mangrove Economic Center yang telah dibentuk oleh pemerintah. Karena bisa kita lihat dari pendapatan total masyarakat pesisir dalam satu tahun ketika mereka memanfaatkan dan mengembangkan mangrove adalah Rp (masa ikan) + Rp (masa paceklik) = Rp setiap tahunnya, dan penghasilan itu lebih besar

14 2 dari pada masyarakat pesisir harus menganggur dan memperbaiki perahu dan jaring jaring yang rusak ketika masa paceklik. Dengan adanya hasil tersebutlah, masyarakat pesisir dapat tetap berpenghasilan meskipun mereka tidak melaut, dan dengan mengembangkan Mangrove Economic Center dapat digunakan sebagai alternatif sumber penghasilan masyarakat pesisir ketika masa paceklik datang, serta secara tidak langsung dapat meningkatkan penghasilan masyarakat pesisir tanpa harus meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan. DAFTAR PUSTAKA Ackley,gardner. Macroeconomic theory,( terj.paul sitohang: teori ekonomi makro).jakarta : Yayasan penerbit Universitas Indonesia S. Mulyadi, Ekonomi Kelautan Ed.1.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dr. Ir. Winarno, M.Kom., Pengembangan Sikap Entrepreniurship dan Intrapreneurship. Jakarta: PT.Indeks. Indahsari, Kurniyati, Perencana Pembangunan. Yogjakarta: Elmater

15 1

16 2

17 1

18 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik terdiri dari luas daratan 1.91

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. A. Keadaan Umum Kemiskinan Masyarakat Pesisir

II. LANDASAN TEORI. A. Keadaan Umum Kemiskinan Masyarakat Pesisir II. LANDASAN TEORI A. Keadaan Umum Kemiskinan Masyarakat Pesisir Kemiskinan bukanlah suatu gejala baru bagi masyarakat Indonesia. Pada saat ini, walaupun sudah hidup dalam kemerdekaan selama puluhan tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi secara nyata telah menyebabkan jatuhnya ekonomi nasional khususnya usaha-usaha skala besar. Dampak nyata dari kondisi tersebut adalah terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila pendapatan penduduk mengalami peningkatan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) APBD tahun 2015 disusun untuk memenuhi kewajiban Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan sesuai Perpres RI No.

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81 05. A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara Optimal, dengan tetap menjaga

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas, terdiri dari wilayah perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2 dan zona ekonomi ekslusif (ZEE)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan tentang pemberdayaan masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan Tuna Jaya di Desa Tasikmadu Kccamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, telah dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS, terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan antara Benua Asia dan Benua Australia,

Lebih terperinci

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sebanyak 17.504 pulau dengan wilayah laut seluas 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM HOME INDUSTRY KERUPUK IKAN. Penelitian dilakukan pada daerah sentra home industry pengolahan kerupuk

4 KEADAAN UMUM HOME INDUSTRY KERUPUK IKAN. Penelitian dilakukan pada daerah sentra home industry pengolahan kerupuk 4 KEADAAN UMUM HOME INDUSTRY KERUPUK IKAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Penelitian dilakukan pada daerah sentra home industry pengolahan kerupuk ikan di Desa Pabean Kecamatan Tambak Boyo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 13.487 pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

2017/04/10 07:20 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SELAMAT HARI NELAYAN NASIONAL KE-57

2017/04/10 07:20 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SELAMAT HARI NELAYAN NASIONAL KE-57 2017/04/10 07:20 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SELAMAT HARI NELAYAN NASIONAL KE-57 BANGKA BARAT (10/04/2017) www.pusluh.kkp.go.id Nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudra, menerjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan adalah suatu masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di dalam laut baik itu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan adalah mengukur kualitas hidup, yang merefleksikan aspek ekonomi, sosial dan psikologis. Dalam aspek ekonomi, maka kemampuan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan yang tinggal di pedesaan merupakan penyumbang terbesar jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada umumnya, petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sumberdaya alam hayati dan non hayati. Salah satu sumberdaya alam hayati tersebut adalah hutan mangrove.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garam merupakan komoditas vital yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk dikonsumsi maupun untuk kegiatan industri. Permintaan garam terus meningkat seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang diapit oleh lautan yang sangat luas... (Pattipeilohy, 2013, hlm. 2). Menurut Wibisono (2005, hlm. 19) laut Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan

Lebih terperinci

Oleh : Rizky Nafiar Rafiandi 2213100028 Jurusan Teknik Elektro-Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Oleh : Rizky Nafiar Rafiandi 2213100028 Jurusan Teknik Elektro-Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya www.ebtke.esdm.go.id www.meti.or.id The 3 rd Indonesia EBTKE-ConEx, Jakarta, June 4 th 6 th, 2014 New, Renewable Energy and Energy Conservation Conference and Exhibition FES (Fuel-energy Ship) : Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari  diakses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta jumlah pulau di Indonesia beserta wilayah laut yang mengelilinginya ternyata menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah pesisir yang terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen usaha, mulai dari usaha besar, usaha kecil dan menengah, maupun koperasi. Salah satu faktor yang mempercepat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana dua sepertiga wilayahnya merupakan perairan. Terletak pada garis katulistiwa, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia (http://www.kkp.go.id). Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan luas laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan 1. Letak Geografis Desa Paloh merupakan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap Tahun 2012 dan Angka Ramalan I Tahun 2013) A. PADI No. 45/07/35/Th.XI,1 Juli 2013 Angka Tetap (ATAP) tahun 2012 produksi Padi Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas wilayah dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km² terdiri dari luas daratan 1,9 juta km², laut territorial 0,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT PENGARUH PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT Oleh IFAN ARIANSYACH H34066063 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini memiliki banyak wilayah pesisir dan lautan yang terdapat beragam sumberdaya alam. Wilayah

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE Oleh: T.Said Raza i, S.Pi, M.P 1002108203 (Ketua) Ir. Hj. Khodijah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan lingkungan yang melimpah. Indonesia juga terkenal sebagai negara maritim dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah. Sumber daya alam ini diharapkan dapat mensejahterakan rakyat

Lebih terperinci

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali Sutini NIM K.5404064 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar jumlah penduduk Indonesia yang rata-rata berpendidikan rendah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar jumlah penduduk Indonesia yang rata-rata berpendidikan rendah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting. Hal ini dapat dilihat karena Usaha Kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya yang tergolong miskin secara garis besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal di pesisir pantai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci