LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011"

Transkripsi

1 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 LAPORAN PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2004 SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN

2 Daftar Isi BAB I. Pendahuluan A. Umum 4 B. Organisasi Kormonev Pelaksanaan Inpres No. 5 Tahun 2004 di Lingkungan Kementerian Keuangan 6 C. Dasar Hukum 7 D. Matrik Ringkasan Capaian Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan Kementerian Keuangan pada tahun Bab II. Struktur Organisasi Kementerian Keuangan A. Unit Organisasi Eselon I 12 B. Kantor Vertikal 13 C. Unit Pelaksana Teknis 14 Bab III. Laporan Semester II (Tahunan) Tahun 2011 Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 DIKTUM UMUM A. Diktum PERTAMA 18 B. Diktum KEDUA 18 C. Diktum KETIGA 19 D. Diktum KEEMPAT 20 E. Diktum KELIMA 22 F. Diktum KEENAM 23 G. Diktum KETUJUH 24 H. Diktum KEDELAPAN 24 I. Diktum KESEMBILAN 24 J. Diktum KESEPULUH 25 DIKTUM KHUSUS K. Diktum KESEBELAS Angka 1 26 L. Diktum KESEBELAS Angka 2 27 Bab IV. Upaya yang Telah Dilaksanakan Terkait Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Kementerian Keuangan A. MoU/Nota Kesepahaman dengan Instansi Penegak Hukum dan Instansi Terkait Lainnya 36 B. Terbentuknya Unit Kepatuhan Internal 37 C. Peningkatan Transparansi Kantor Pelayanan 37 D. Penerapan PMK No. 103/PMK.09/2010 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan 39 Pelanggaran (Whistle Blowing) di Lingkungan Kementerian Keuangan E. Transparansi Informasi Kepada Publik 39 F. Peningkatan Disiplin Pegawai 40 G. Pembinaan Mental dan Agama 40 H. Penerapan Manajemen Risiko 41 I. Penerapan Sistem Penilaian Kinerja Berbasis Balanced Score Card 42 Bab V. Penutup Lampiran & Matrik 2 REPUBLIK INDONESIA

3 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 Bab I. Pendahuluan 3

4 A. Umum Dari tahun ke tahun informasi tindak pidana korupsi tidak pernah surut, bahkan semakin meningkat baik dari jumlah kasusnya maupun kualitasnya. Tindak pidana korupsi dilakukan dengan cara-cara yang semakin sistematis, dan memasuki hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat, sehingga mengancam kehidupan dalam masyarakat dan negara. Kerugian negara yang ditimbulkannyapun semakin besar. Tindak pidana korupsi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat sehingga tindak pidana korupsi tidak lagi digolongkan sebagai tindak kejahatan biasa melainkan telah menjadi tindak kejahatan luar biasa. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan usaha yang sangat serius untuk mencegah dan memberantasnya. Berbagai upaya sudah dilakukan namun hasilnya masih belum mampu menghilangkan ttindak pidana korupsi di Indonesia. Sejalan dengan bergulirnya tuntutan reformasi oleh publik maka pada awal periode Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu I, Presiden mencanangkan strategi pemberantasan korupsi dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Inpres Nomor 5 Tahun 2004 berisi 10 (sepuluh) diktum umum dan 1 (satu) diktum khusus. Sebelas diktum tersebut diharapkan dapat mencakup seluruh aspek yang diperlukan oleh Pemerintah dalam rangka mengantisipasi berbagai modus korupsi serta mampu menjadi alat dalam percepatan pemberantasan korupsi. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tersebut ini ditujukan kepada: 1. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 2. Jaksa Agung Republik Indonesia; 3. Panglima Tentara Nasional Indonesia; 4. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 5. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen; 6. Para Gubernur, dan 7. Para Bupati dan Walikota. Kepada para pihak yang ditunjuk dalam Inpres tersebut diinstruksikan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam diktum umum Inpres dimaksud yang meliputi: 1. Seluruh Pejabat Pemerintah termasuk Penyelenggara Negara menyampaikan laporan harta kekayaannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi; 2. Membantu KPK dalam rangka penyelenggaraan pelaporan, pendaftaran, pengumuman dan pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungannya; 3. Membuat penetapan kinerja dengan pejabat dibawahnya secara berjenjang; 4. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat; 5. Menetapkan program dan wilayah bebas korupsi; 6. Melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara konsisten untuk mencegah kebocoran dan pemborosan; 7. Menerapkan kesederhanaan dalam pribadi dan kedinasan; 4 REPUBLIK INDONESIA

5 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN Memberikan dukungan terhadap upaya-upaya pemberantasan korupsi (percepatan informasi yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi dan mempercepat pemberian ijin pemeriksaan terhadap saksi/tersangka); 9. Melakukan kerjasama dengan KPK, menelaah dan mengkaji sistem-sistem yang menimbulkan tindak pidana korupsi; 10. Meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di lingkungannya. Selanjutnya Inpres ini juga memberi instruksi khusus kepada Menko Bidang Ekonomi, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS untuk melakukan kajian-kajian dan uji coba pelaksanaan sistem E-Procurement yang dapat digunakan bersama instansi pemerintah. Selain itu, kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, Menteri Negara PAN, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Negara BUMN, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung RI, KAPOLRI, Gubernur, serta Bupati/Walikota juga diberikan instruksi khusus, yang pada intinya berupa tugas untuk melaksanakan upaya-upaya percepatan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan bidang masing-masing. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, disebutkan bahwa Kementerian Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara. Tugas dan fungsi Kementerian Keuangan untuk menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara menjadikan Kementerian Keuangan mempunyai peran sangat strategis dalam upaya pemberantasan korupsi, mengingat korupsi tidak terlepas dari keuangan dan kekayaan negara. Dalam hal ini diperlukan manajemen, aturan dan sumber daya aparatur yang baik untuk mencegah timbulnya korupsi. Begitu pentingnya peran Kementerian Keuangan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi sehingga selain harus melaksanakan 10 diktum umum sebagaimana seluruh Kementerian dan Lembaga, Kementerian Keuangan mendapat amanat khusus pada Diktum Kesebelas Inpres Nomor 5 Tahun BAB I PENDAHULUAN Diktum Kesebelas angka 2 Inpres Nomor 5 Tahun 2004 menyatakan bahwa khusus kepada Menteri Keuangan wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan perpajakan, kepabeanan dan cukai, penerimaan bukan pajak dan anggaran untuk menghilangkan kebocoran dalam penerimaan keuangan negara, serta mengkaji berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keuangan negara yang dapat membuka peluang terjadinya praktik korupsi, dan sekaligus menyiapkan rancangan peraturan perundang-undangan penyempurnaannya. Untuk itu sebagai tonggak pelaksanaan seluruh diktum Inpres Nomor 5 Tahun 2004, Kementerian Keuangan telah membuat Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding atau MoU) dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi, yang ditandatangani oleh para Pimpinan Unit Eselon I Kementerian Keuangan bersama dengan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sedangkan upaya nyata yang telah dilakukan oleh Kementerian Keuangan adalah melaksanakan program reformasi birokrasi, yang meliputi penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, serta peningkatan disiplin dan kualitas sumber daya 5

6 manusia. Hal tersebut ditujukan untuk mewujudkan tata kelola keuangan negara yang profesional, amanah, dan tepat arah untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik demi tercapainya pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang efektif dan efisien. B. Organisasi Kormonev (Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi) Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan telah merintis program reformasi birokrasi yang bertumpu kepada penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, serta peningkatan disiplin dan kualitas sumber daya manusia sejak tahun Berkaitan dengan diterbitkannya Inpres Nomor 5 Tahun 2004, pada awal tahun 2007 Menteri Keuangan telah menetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2007 tentang Pengorganisasian, Personel, dan Mekanisme Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di Lingkungan Departemen Keuangan. Selanjutnya untuk memantapkan pelaksanaan Inpres tersebut, setiap tahun susunan Tim Kormonev Kementerian Keuangan diubah dan disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan. Perubahan susunan keanggotaan dan juga masa kerja Tim Kormonev untuk Tahun 2011 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KM.1/2011 tentang Perpanjangan Masa Kerja dan Perubahan Susunan Keanggotaan Tim Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 di Lingkungan Kementerian Keuangan. Secara garis besar, susunan keanggotaan Tim Kormonev Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 terdiri atas: 1. Penanggung jawab adalah Menteri Keuangan; 2. Koordinator Pelaksana Inpres Nomor 5 Tahun 2004 adalah Sekretaris Jenderal; 3. Sekretariat Pelaksana adalah Pimpinan unit organisasi di bawah Sekretariat Jenderal, dalam hal ini adalah Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Kepala Biro Hukum, dan Kepala Biro Sumber Daya Manusia; 4. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi adalah Inspektur Jenderal; 5. Sekretariat Monitoring dan Evaluasi adalah Pimpinan unit dibawah Sekretariat Inspektorat Jenderal; 6. Kelompok Kerja (Pokja) Monitoring dan Evaluasi adalah Inspektur Bidang Investigasi dan para Sekretaris Ditjen/Badan serta Kepala Bagian yang membidangi organisasi dan tata laksana di lingkungan Kementerian Keuangan. Atas dasar Keputusan Menteri Keuangan tersebut, para Pimpinan Unit Eselon I melalui Sekretaris masing-masing unit eselon I melakukan program-program kegiatan dan pengkajian tentang agenda percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Keuangan. Program Kormonev dan pengkajian yang telah dilaksanakan oleh Tim Kormonev Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan Kementerian Keuangan hingga semester II Tahun 2011 meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Merumuskan indikator-indikator kinerja pelaksanaan 11 (sebelas) diktum dalam Inpres 5 Tahun 2004 pada awal semester pertama. Dengan berpedoman pada indikator kinerja tersebut, masing-masing unit Eselon I memiliki persamaan persepsi dan parameter untuk melaksanakan amanat setiap diktum terkait dengan 6 REPUBLIK INDONESIA

7 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 program percepatan pemberantasan korupsi. Meskipun demikian, indikator kinerja yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan 11 diktum Inpres pada setiap periode semester dapat diubah dan disesuaikan dengan perkembangan dinamika organisasi dan manajemen keuangan negara; 2. Menyusun Laporan Semesteran dan Tahunan Pelaksanaan Inpres 5 Tahun 2004 di lingkungan Kementerian Keuangan untuk tahun anggaran Dalam menyusun laporan pelaksanaan Inpres dimaksud, semua unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan secara aktif memberikan kontribusi, mengingat pelaksanaan percepatan pencegahan dan pemberantasan korupsi senyatanya dilakukan oleh unit Eselon I. Penyusunan Laporan Semesteran/Tahunan tersebut secara periodik telah dibuat sejak Tahun 2007; 3. Melakukan penelaahan dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian Keuangan yang berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi. Kegiatan ini ditujukan untuk mencegah dan mengurangi peluang timbulnya perbuatan tindak pidana korupsi. Hal tersebut tertuang dalam Instruksi Menteri Keuangan Nomor 78/MK.01/2009 tentang Penelaahan, Pengkajian, dan/atau Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan Bidang Tugas Departemen Keuangan Yang Berpotensi Terjadinya Praktik Korupsi; 4. Penyelenggaraan sosialisasi mengenai Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi kepada seluruh pejabat eselon II dan eselon III yang wajib menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Sosialisasi tersebut dilakukan dengan mengundang narasumber dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan KPK. Sampai dengan tahun 2011, Sosialisasi Inpres 5 Tahun 2004 telah diikuti oleh seluruh pejabat eselon II di lingkungan Kementerian Keuangan dan 596 eselon III/Kepala Kantor Pelayanan. C. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN Dasar hukum penyusunan Laporan Kormonev Semester II Tahun 2011 ini adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 4. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 7. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 8. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/94/M.PAN/ 8/2005 tentang Pedoman Umum Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan INPRES Nomor 5 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/120/M.PAN/4/2006; 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian 7

8 Keuangan; 10. Instruksi Menteri Keuangan Nomor 78/IMK.01/2009 tentang Penelaahan, Pengkajian, dan/atau Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan Bidang Tugas Departemen Keuangan Yang Berpotensi Terjadinya Praktik Korupsi; 11. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 36/KM.1/2010 tentang Perpanjangan Masa Kerja dan Perubahan Susunan Keanggotaan Tim Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di Lingkungan Kementerian Keuangan; 12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2011 tentang Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan Yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Kepada Komisi Pemberantasan Korupsi. D. Matrik Ringkasan Capaian Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 di lingkungan Kementerian Keuangan pada tahun 2011 Diktum Target Realisasi Pertama 100% jumlah pejabat yang telah menyampaikan LHKPN 94,58% 100% Persentase pemberian sanksi terhadap pejabat yang 12,44% belum menyampaikan LHKPN Kedua 100 % NHK yang diumumkan di papan internal 98,57 Ketiga 100% pejabat yang menetapkan penetapan kinerja (kontrak 100% kinerja) Keempat 100% penyusunan SOP layanan publik 100% janji waktu layanan unggulan 3,87 indeks kepuasan konsumen 100% tindak lanjut pengaduan masyarakat 100% kantor yang telah menyediakan fungsi helpdesk 100% 96,43% 3,86 (99,74%) 100% 100% Kelima Keenam Ketujuh Kedelapan 100% Jumlah Program 100% unit kerja yang dijadikan wilayah bebas korupsi Jumlah pejabat yang bersertifikat LKPP sebanyak orang 100% pekerjaan pengadaan barang yang sesuai prosedur 10% penghematan belanja barang dan belanja modal dengan pelaksanaan e-procurement Menetapkan penghematan penyelenggaraan kegiatan perkantoran 100% pemenuhan permintaan informasi dari KPK, Kepolisian, dan Kejaksaan RI. 100% 100% orang (109,99%) 75% atau 3 sesuai dan 1 masih ada kesalahan prosedur 13,40% penghematan Telah diterbitkan 1 (satu) IMK tentang penghematan sehingga capaian 100% 100% dipenuhi (49 kali permintaan) Kesembilan 17 Jumlah kegiatan kerjasama dengan KPK 19 kerja sama (101,76%) Kesepuluh 117 kegiatan terkait pengawasan dan pembinaan aparatur 100% penegakan disiplin/pemberian sanksi kepada aparatur yang melanggar peraturan disiplin pegawai 137 kegiatan (117%) 100% Khusus angka 1 16 /L/Komisi/BUMN/Perguruan Tinggi yang mempergunakan layanan sistem e-procurement Kementerian Keuangan 10% penghematan paket pengadaan yang dilakukan oleh pengguna sistem LPSE 27 (168,75%) K/L/Komisi/BUMN/ Perguruan Tinggi yang menggunakan e-proc KemKeu 13,40% penghematan paket pengadaan yang dilakukan oleh pengguna sistem LPSE 8 REPUBLIK INDONESIA

9 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 Diktum Target Realisasi Khusus angka jumlah putusan pengadilan pajak yang diteliti oleh Tim Gabungan BPKP, Itjen, dan KPK 100% tercapainya target penerimaan pajak 100% terinternalisasikannya nilai-nilai organisasi dan kode etik di Ditjen Pajak Targetnya 1 kegiatan kerjasama unit penegak hukum internal Ditjen Pajak dengan KPK 17 kegiatan pengujian kepatuhan pelaksanaan sistem dan peraturan 340 SOP (284 SOP baru dan 56 SOP revisi) di bidang perpajakan yang disusun dan disempurnakan 30 penyelesaian usulan pembuatan dan penyempurnaan PP dan PMK 21 usulan pembuatan dan penyempurnaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Target Penerimaan Bea Masuk dan Cukai sebesar Rp 85,77 trilyun Adanya 11 unit kepatuhan internal dan unit intelijen atau penyidikan Meningkatnya kemampuan pengawasan internal melalui Electronic Data Interchange DJBC dengan target 100% 100 % diterapkannya Modul Pelaporan Online (MPO) Terlaksananya 12 kerjasama unit penegak hukum internal DJBC, Itjen dan KPK Tersusunnya peraturan pelaksanaan perundang-undangan. PNBP dalam APBN sebesar Rp Piutang PNBP Khusus BUN yang tertagih Rp Tersusunnya Kajian Sebagai Bahan Revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP Tersusunnya Rancangan Peraturan Pemerintah tentang jenis dan tarif PNBP pada K/L Tersusunnya 1 Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Tersusunnya Satuan Anggaran Per Satuan Kegiatan (SAPSK) tepat waktu Tersusunnya Peraturan Menteri Keuangan tentang juknis Penyusunan dan Penelaahan RKA K/L. Tersusunnya RUU APBN dan RUU APBN-P tahun 2011 dengan target 2 Rancangan Undang-Undang. Tersusunnya Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain Tepat Waktu Terlaksananya penyaluran transfer ke daerah tepat waktu dan efisien Tersusunnya 18 peraturan alokasi dana transfer daerah yang akurat Kepatuhan Bank Persepsi/Pos Persepsi dalam melaksanakan kontrak (100%) Tersusunnya/disempurnakannya 77 peraturan perundangundangan dan petunjuk pelaksanaan di bidang perbendaharaan Tersusunnya RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN Tahun putusan (196,50%) yang diteliti Penerimaan 97,14% 106,66% 17 kali sosialisasi LHKPN oleh KPK di Ditjen Pajak. 20 kegiatan (117,65%) 497 SOP atau 146,18% (381 SOP baru dan 116 SOP revisi) 33 penyelesaian PP dan PMK (110%) 25 penyelesaian pembuatan dan penyempurnaan Perdirjen pajak (119,04%) Penerimaan Rp 131,100 trilyun (152,85%) Capaian 100% Capaian 100% Capaian 100% 7 kegiatan (tingkat capaian 58.39% Terealisasi sebanyak 13 PMK dan 22 PerDirJen Bea Cukai Rp (112,09%) Rp (84,51%) Tersusunnya konsep Naskah Akademis Revisi UU No 20 Tahun 1997 (capaian 100%) Seluruh kegiatan penyusunan RPP telah selesai dilaksanakan (capaian sebesar 100%) 2 PMK tentang Standar Biaya (200%) Ditetapkannya SAPSK dengan SE MK (100%) Ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan tentang juknis Penyusunan dan Penelaahan RKA K/L. Realisasi 100% Realisasi 100% Realisasi 100,18% Realisasi 37 peraturan alokasi dana transfer daerah 3 bank tidak patuh (99,4%) sehingga ditegur/didenda Realisasi sebanyak 133 peraturan atau capaian sebesar 172,72% Terealisasi pada 20 Juni 2011 (100%) BAB I PENDAHULUAN 9

10 10 REPUBLIK INDONESIA

11 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 Bab II. Struktur Organisasi 11

12 A. Unit Organisasi Kantor Pusat Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, susunan organisasi Kementerian Keuangan terdiri atas: 1. Menteri Keuangan; 2. Wakil Menteri Keuangan; 3. Sekretariat Jenderal (Setjen); 4. Direktorat Jenderal Anggaran (DJA); 5. Direktorat Jenderal Pajak (DJP); 6. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC); 7. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB); 8. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN); 9. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK); 10. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU); 11. Inspektorat Jenderal (Itjen); 12. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK); 13. Badan Kebijakan Fiskal (BKF); 14. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK); 15. Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara; 16. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara; 17. Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional; 18. Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal; 19. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan Teknologi Informasi; 20. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan; 21. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai; 22. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan; 23. Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik; dan 24. Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai. 12 REPUBLIK INDONESIA

13 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 Selain itu, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 24/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Pengadilan Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/ PMK.01/2007, di lingkungan kantor pusat Kementerian Keuangan terdapat Sekretariat Pengadilan Pajak yang berada di bawah Sekretarit Jenderal, bersama dengan Pusat Investasi Pemerintah (PIP) yang berdiri berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2011, dan Setretariat Komite Pengawas Perpajakan yang didirikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2010. BAB II STRUKTUR ORGANISASI B. Kantor Vertikal Di lingkungan Kementerian Keuangan juga terdapat 4 (empat) unit eselon I yang memiliki kantor vertikal di daerah, yaitu: 1. Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mempunyai kantor vertikal yang terdiri atas: a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar; b. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus; c. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak selain dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus; 13

14 d. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar; e. Kantor Pelayanan Pajak Madya; f. Kantor Pelayanan Pajak Pratama; g. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP). 2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai kantor vertikal yang terdiri atas: a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; b. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPU BC); c. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean (KPPBC Madya Pabean); d. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Cukai (KPPBC Madya Cukai); e. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean A; f. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B; g. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C; h. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe A1; i. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe A2; j. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe A3; k. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe B. 3. Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Direktorat Jenderal Perbendaharaan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai kantor vertikal yang terdiri atas: a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; b. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). 4. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai kantor vertikal yang terdiri atas: a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; b. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). C. Unit Pelaksana Teknis Selain instansi vertikal, Kementerian Keuangan juga memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebagai berikut: 1. Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai; 2. Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (pada Ditjen Bea dan Cukai); 3. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan); 14 REPUBLIK INDONESIA

15 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN Balai Diklat Kepemimpinan (pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan); 5. Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (pada Ditjen Pajak); 6. Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (pada Ditjen Pajak); 7. Kantor Pengolahan Data Eksternal (pada Ditjen Pajak); 8. Kantor Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Barang Milik Negara (pada Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan). BAB II STRUKTUR ORGANISASI 15

16 16 REPUBLIK INDONESIA

17 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 Bab III. Laporan Semester II (Tahunan) Tahun 2011 Pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun

18 Uraian Indikator dan Target sesuai dengan diktum dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tampak berikut ini. DIKTUM UMUM A. Diktum PERTAMA Diktum pertama, yaitu Pejabat yang Termasuk Penyelenggara Negara yang belum Melaporkan Harta Kekayaan agar Segera Melaporkannya Kepada KPK, diimplementasikan melalui perumusan 2 (dua) indikator sebagai berikut: 1. Persentase jumlah pejabat yang telah menyampaikan LHKPN s.d. akhir tahun, yaitu perbandingan antara jumlah pejabat yang telah menyampaikan LHKPN dengan jumlah pejabat yang wajib menyampaikan LHKPN. Pada Tahun 2011, jumlah pejabat yang wajib menyampaikan LHKPN kepada KPK berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2011adalah sebanyak pejabat yang berasal dari seluruh unit eselon I dilingkungan Kementerian Keuangan. Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan, pada akhir semester II Tahun 2011 jumlah pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan yang telah menyampaikan LHKPN adalah sebanyak Pejabat. Dengan demikian, capaian untuk indikator 1 pada Diktum PERTAMA ini adalah sebesar 94,58%. 2. Persentase pemberian sanksi terhadap pejabat yang belum menyampaikan LHKPN, yaitu perbandingan antara jumlah pejabat yang telah diberikan sanksi dengan jumlah pejabat yang belum menyampaikan LHKPN. Dari sejumlah pejabat yang wajib menyampaikan LHKPN, dapat diketahui bahwa seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan terdapat pejabat yang belum menyampaikan LHKPN Kepada KPK di Tahun Sebanyak 163 pejabat (12,44 %) telah diberikan sanksi berupa penyampaian himbauan dan/atau penyampaian surat teguran/peringatan dari masing-masing unit eselon I yang bersangkutan. Sedangkan yang lainnya (1.147 pejabat atau 87,56 %) masih dalam tahap proses pemberian peringatan/ sanksi. Perlu disampaikan bahwa kewajiban bagi pejabat lama mulai berlaku 2 (dua) bulan sejak diberlakukannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/KMK.01/2011 yang berlaku sejak tanggal 25 April 2011, sehingga bagi pejabat wajib LHKPN yang telah menduduki jabatan sebelum diberlakukannya keputusan ini maka selambat-lambatnya harus sudah menyampaikan LHKPN pada tanggal 25 Juni Sedangkan bagi pejabat menduduki jabatan setelah berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 38/ KMK.01/2011 maka wajib menyampaikan LHKPN 2 (dua) bulan setelah menduduki jabatan. B. Diktum KEDUA Diktum kedua, yaitu Membantu KPK Dalam Rangka Penyelenggaraan Pelaporan, Pendaftaran, Pengumuman dan Pemeriksaan LHKPN di Lingkungannya, diimplementasikan dengan merumuskan 1 (satu) buah indikator persentase Nomor Harta Kekayaan (NHK) yang telah diumumkan di papan internal, yaitu perbandingan antara jumlah NHK yang diumumkan di papan internal dengan jumlah NHK yang diterima unit. 18 REPUBLIK INDONESIA

19 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 Sampai dengan tahun 2011, dari seluruh LHKPN yang dilaporkan (22.867), baru sebanyak NHK yang diterima oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan. Atas sejumlah NHK yang diterima Kementerian Keuangan tersebut, sebanyak NHK telah diumumkan di papan internal (tingkat capaian 98,57%) dengan rincian Ditjen Anggaran sebanyak 96 NHK (100%), Ditjen Pajak sebanyak 242 NHK (100%), Ditjen Perbendaharaan sebanyak 802 NHK (100%), Ditjen Perimbangan Keuangan sebanyak 13 dari 54 NHK (24,07%), Ditjen Kekayaan Negara sebanyak 80 NHK (100%), Inspektorat Jenderal sebanyak 11 NHK (100%), Ditjen Pengelolaan Utang sebanyak 14 NHK (100%), Bapepam-LK sebanyak 27 NHK (100%), Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan sebanyak 85 dari 105 NHK (80,95%), dan Badan Kebijakan Fiskal sebanyak 4 NHK (100%). C. Diktum KETIGA Diktum ketiga, yaitu Membuat Penetapan Kinerja dengan Pejabat dibawahnya secara Berjenjang, yang Bertujuan untuk Mewujudkan Suatu Capaian Kinerja Tertentu dengan Sumber Daya Tertentu, Melalui Penetapan Kinerja serta Indikator Kinerja yang Menggambarkan Keberhasilan Pencapaiannya Baik Berupa Hasil Maupun Manfaat, diimplementasikan melalui perumusan 3 (tiga) indikator sebagai berikut: 1. Persentase pejabat yang telah menetapkan Penetapan Kinerja (PK), yaitu perbandingan antara jumlah pejabat eselon I sampai dengan eselon III yang telah menetapkan PK dengan jumlah pejabat eselon I sampai dengan eselon III. Jumlah pejabat (eselon I s.d. eselon III) dilingkungan Kementerian Keuangan yang wajib menetapkan PK sampai dengan semester II tahun 2011 berjumlah pejabat. Dari target tersebut, seluruhnya telah menetapkan PK di tahun 2011, sehingga capaian indikator ini adalah sebesar 100%. Tercapainya target atas indikator ini dikarenakan setiap tahun seluruh pegawai Kementerian Keuangan wajib menetapkan Kontrak Kinerja sesuai dengan balanced scorecard yang diterapkan di Kementerian Keuangan sejak tahun 2008, yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 87/KMK.01/2009 tentang Pengelolaan IKU di lingkungan Departemen Keuangan. BAB III LAPORAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 Balanced Scorecard Kemenkeu RENSTRA VISI Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang dipercaya dan akuntabel untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan Kemenkeu-Wide Kemenkeu-One ROADMAP Kemenkeu-Two Kemenkeu-Three Kemenkeu-Four BALANCED SCORECARD Kemenkeu-Five 19

20 Level Implementasi BSC Kemenkeu Kemenkeu-Wide Kemenkeu-One Kemenkeu-Two Kemenkeu-Three Kemenkeu-Four Level kementerian (individual scorecard Menteri Keuangan) Level unit eselon I (individual scorecard Pimpinan Unit Eselon I) Level unit eselon II (individual scorecard Pimpinan Unit Eselon II) Level unit eselon III (individual scorecard Pimpinan Unit Eselon III) Level unit eselon IV (individual scorecard Pimpinan Unit Eselon IV) Kemenkeu-Five Individual Scorecard * terdapat Kemenkeu-Five atau Individual Scorecard yang tidak langsung dicascade dari level Kemenkeu-Four, contoh: Staf Ahli dan Pejabat Fungsional. 2. Persentase unit kerja yang menyampaikan laporan kinerja (LAKIP), yaitu perbandingan antara jumlah unit kerja yang telah menyampaikan LAKIP unit eselon I, eselon II serta eselon III unit kantor vertikal dengan jumlah unit kerja eselon I, II dan III unit kantor vertikal yang wajib menyampaikan LAKIP. Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh seluruh unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan, total jumlah unit eselon I s.d. III di lingkungan Kementerian Keuangan yang wajib menyampaikan LAKIP adalah sebanyak 839 unit kerja. Atas jumlah tersebut, yang telah menyampaikan LAKIP sampai dengan semester II adalah sebanyak 839 unit kerja, sehingga tingkat capaian unit kerja yang menyampaikan LAKIP adalah sebesar 100%. 3. Persentase LAKIP eselon I yang telah dievaluasi, yaitu perbandingan antara jumlah LAKIP unit eselon I yang telah dievaluasi Inspektorat Jenderal dengan jumlah LAKIP unit eselon I yang telah dilaporkan ke Inspektorat Jenderal. Tingkat capaian jumlah LAKIP eselon I Tahun 2010 yang telah dievaluasi Inspektorat Jenderal sampai dengan semester II tahun 2011 adalah sebesar 100%. Sejumlah 12 unit eselon I dilingkungan Kementerian Keuangan telah menyampaikan LAKIP dan seluruhnya telah dilakukan evaluasi oleh Inspektorat Jenderal. D. Diktum KEEMPAT Diktum keempat, yaitu Meningkatkan Kualitas Pelayanan kepada Publik Baik dalam Bentuk Jasa ataupun Perijinan melalui Transparansi dan Standardisasi Pelayanan yang Meliputi Persyaratan-persyaratan, Target Waktu Penyelesaian, dan Tarif Biaya yang Harus Dibayar oleh Masyarakat untuk Mendapatkan Pelayanan Tersebut sesuai Peraturan Perundang-undangan, dan Menghapuskan Pungutan Liar, diimplementasikan melalui perumusan 6 (enam) indikator sebagai berikut: 1. Persentase penyusunan SOP dan penyempurnaan SOP Layanan Publik yang diselesaikan, yaitu perbandingan jumlah SOP Layanan Publik yang diusulkan unit eselon I dengan jumlah SOP Layanan Publik 20 REPUBLIK INDONESIA

21 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 yang direkomendasikan oleh Sekretariat Jenderal. Pada tahun 2011 target jumlah SOP Layanan Publik adalah sebanyak SOP. Realisasinya seluruh eselon I di Kementerian Keuangan telah mengusulkan sebanyak SOP. Atas seluruh usulan tersebut, Setjen telah melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi/persetujuan SOP dimaksud kepada masing-masing unit eselon I dilingkungan Kementerian Keuangan. Secara keseluruhan, rekomendasi tersebut mencapai realisasi 100%. 2. Jumlah SOP Layanan Unggulan, yaitu akumulasi SOP Layanan Unggulan (termasuk SOP tahun sebelumnya). Target jumlah SOP Layanan Unggulan di lingkungan Kementerian Keuangan adalah sebanyak 102 SOP. Sampai dengan saat ini telah ditetapkan 102 SOP Layanan Unggulan. Adapun rincian SOP Layanan Unggulan untuk masing-masing unit eselon I adalah sebagai berikut: a) Sekretariat Jenderal : 19 SOP b) Ditjen Anggaran : 5 SOP c) Ditjen Pajak : 16 SOP d) Ditjen Bea dan Cukai : 21 SOP e) Ditjen Perbendaharaan : 5 SOP f) Ditjen Kekayaan Negara : 13 SOP g) Ditjen Perimbangan Keuangan : 6 SOP h) Ditjen Pengelolaan Utang : 3 SOP i) Inspektorat Jenderal : 1 SOP j) Bapepam : 10 SOP k) BKF : - l) BPPK : 3 SOP BAB III LAPORAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN Persentase SOP layanan publik unggulan yang telah ditayangkan di website Kemenkeu, yaitu perbandingan antara jumlah SOP Layanan Publik Unggulan yang telah ditayangkan dengan jumlah SOP Layanan Publik Unggulan. Seperti yang telah disebutkan dalam penjelasan indikator ke-2 diatas, bahwa Kementerian Keuangan memiliki 102 SOP layanan unggulkan. Atas jumlah SOP layanan unggulan tersebut, seluruhnya telah ditampilkan dalam website (laman) Kementerian Keuangan (100%). 4. Rata-rata persentase penyelesaian janji waktu layanan unggulan. Target penyelesaian janji waktu layanan unggulan untuk semester II tahun 2011 adalah 100% sedangkan tingkat capaiannya sebesar 96,43%. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya proses kehatian-hatian dalam menyelesaikan permohonan layanan unggulan agar tidak menimbulkan permasalahan hukum dikemudian hari. 5. Tercapainya indeks kepuasan konsumen (masyarakat/stakeholder). Sejak reformasi birokrasi dipublikasikan secara resmi di Kementerian Keuangan pada tahun 2007, Kementerian Keuangan selalu berusaha untuk meningkatkan layanan publik kepada masyarakat. Untuk 21

22 mengetahui tingkat layanan publik yang diberikan, Kementerian Keuangan senantiasa melaksanakan survai kepuasan konsumen dengan menggunakan jasa pihak ketiga untuk menjaga independensinya. Target capaian indeks survai kepuasan konsumen tahun 2011 adalah sebesar 3.87 dari skala 5. Survai dilakukan oleh peneliti dari IPB dan hasilnya adalah Survai opini tersebut dilakukan atas 10 indikator yang menentukan tingkat kepuasan layanan Kementerian Keuangan, yaitu: a. Keterbukaan; b. Informasi persyaratan; c. Kesesuaian prosedur; d. Sikap petugas; e. Keterampilan petugas; f. Lingkungan; g. Akses terhadap layanan; h. Waktu penyelesaian; i. Kesesuaian pembayaran; j. Pengenaan sanksi. 6. Persentase tindak lanjut pengaduan masyarakat atas layanan publik, yaitu perbandingan antara jumlah tindak lanjut pengaduan masyarakat dengan jumlah pengaduan masyarakat. Jika dibandingkan dengan semester I tahun 2011, jumlah pengaduan masyarakat atas layanan publik dilingkungan Kementerian Keuangan pada semester II meningkat menjadi pengaduan. Atas pengaduan yang diterima tersebut, seluruhnya telah ditindaklanjuti. Dengan demikian, capaian atas indikator ini adalah sebesar 100%. 7. Persentase kantor/unit kerja yang telah menyediakan fungsi help desk/ customer service. Seluruh kantor/unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan telah menyediakan fungsi help desk/ customer service (100%). Jumlah kantor atau unit kerja yang telah menyediakan help desk/customer service dilingkungan Kementerian Keuangan adalah sebanyak 773 kantor. Penyediaan help desk/customer service juga terdapat pada kantor-kantor vertikal di Direktorat Jenderal Pajak dan Bea dan Cukai. E. Diktum KELIMA Diktum kelima, yaitu Menetapkan Program dan Wilayah yang Menjadi Lingkup Tugas, Wewenang dan Tanggungjawabnya sebagai Program dan Wilayah Bebas Korupsi, diimplementasikan melalui perumusan 2 (dua) indikator sebagai berikut: 1. Jumlah program. Program dalam hal ini menunjukkan layanan unggulan yang telah ada SOP-nya. Sampai dengan semester II tahun 2011 jumlah kumulatif layanan unggulan yang telah dilaksanakan Kementerian Keuangan sebanyak 102 sehingga jumlah program adalah sejumlah 102 (capaian 100%). 22 REPUBLIK INDONESIA

23 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN Jumlah unit kerja yang dijadikan wilayah bebas korupsi. Sejak program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan dicanangkan tahun 2007, secara otomatis seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan dijadikan wilayah bebas dari korupsi (capaian 100%). Hal ini telah menjadi komitmen setiap pimpinan di Kementerian Keuangan. F. Diktum KEENAM Diktum keenam, yaitu Melaksanakan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara Konsisten untuk Mencegah Berbagai Macam Kebocoran dan Pemborosan Penggunaan Keuangan Negara Baik yang Berasal dari APBN maupun APBD, diimplementasikan melalui perumusan 3 (tiga) indikator sebagai berikut: 1. Jumlah pejabat yang bersertifikat LKPP. Pada tahun 2011 ditargetkan jumlah pegawai Kementerian Keuangan yang memiliki sertifikat LKPP adalah sebanyak orang. Berdasarkan data dari seluruh unit eselon I diketahui bahwa jumlah pegawai yang telah bersertifikat LKPP adalah sebanyak orang (109,99%). Terpenuhinya capaian atas target tersebut dikarenakan dibeberapa unit eselon I melaksanakan diklat ujian pengadaan barang dan jasa secara mandiri. 2. Tercapainya ketaatan terhadap prosedur pengadaan barang. Pada tahun 2011 jumlah pengadaan dengan nilai pagu belanja modal di atas 5M adalah sebanyak 34 pekerjaan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7 (tujuh) satker melakukan konsultasi dengan Inspektorat V. Atas 7 (tujuh) pekerjaan yang berkonsultasi tersebut, Itjen melaksanakan audit terhadap 4 (empat) pekerjaan yang hasilnya menunjukkan bahwa 3 (tiga) pekerjaan tidak terdapat kesalahan prosedur dan 1 (satu) pekerjaan masih terdapat kesalahan prosedur. Atas dasar hasil audit Inspektorat V tersebut, maka capaian atas ketaatan terhadap prosedur pengadaan barang dan jasa > 5M yang berkonsultasi dengan Itjen mencapai 75%. BAB III LAPORAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN Persentase penghematan belanja barang dan belanja modal dengan pelaksanaan e-procurement. Selama Tahun 2011 jumlah pengadaan yang menggunakan e-procurement adalah sebesar Rp ,00, dan realisasi belanja sebesar Rp ,00. Dengan demikian Kementerian Keuangan telah melakukan penghematan belanja barang dan modal sebesar Rp ,00 atau sebesar 13,40%. Realisasi tersebut telah melebih target penghematan belanja barang dan belanja modal di tahun 2011 yaitu sebesar 10%. Pengadaan e-procurement ini dilaksanakan oleh Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). LPSE merupakan salah satu unit di bawah Sekretariat Jenderal yang menangani pengadaan barang/jasa untuk seluruh eselon I di Kementerian Keuangan dan juga melayani proses pengadaan barang dan jasa di beberapa Kementerian/Lembaga. Hingga tahun 2011, jumah Kementerian/Lembaga yang telah dilayani oleh LPSE adalah 27 unit sebagaimana tampak pada uraian tentang Diktum ke sebelas. 23

24 G. Diktum KETUJUH Diktum ketujuh, yaitu Menerapkan Kesederhanaan Hidup baik Dalam Kedinasan Maupun dalam Kehidupan Pribadi serta Penghematan pada Penyelenggaraan Kegiatan yang Berdampak Langsung pada Keuangan Negara, diimplementasikan melalui perumusan indikator: Menetapkan penghematan penyelenggaraan kegiatan perkantoran. Perumusan penghematan penyelenggaraan kegiatan perkantoran ditetapkan dalam suatu Instruksi Menteri Keuangan (IMK) Nomor 12/IMK.01/2012 tentang Penghematan Energi dan Air di Lingkungan Kementerian Keuangan. IMK dimaksud telah ditandatangani pada tanggal 17 Januari 2012 oleh Menteri Keuangan. Dengan demikian, maka seluruh eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan berkewajiban untuk melaksanakan instruksi tersebut. H. Diktum KEDELAPAN Diktum kedelapan, yaitu Memberikan Dukungan Maksimal Terhadap Upaya-upaya Penindakan Korupsi yang Dilakukan Oleh Kepolisian Negara, Kejaksaan RI dan KPK dengan Cara Mempercepat Pemberian Informasi yang Berkaitan dengan Perkara Tindak Pidana Korupsi dan Mempercepat Pemberian Ijin Pemeriksaan Terhadap Saksi/Tersangka, diimplementasikan melalui perumusan indikator: persentase pemenuhan permintaan informasi yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi dari aparat penegak hukum. Sepanjang Tahun 2011, Kementerian Keuangan memperoleh 49 permintaan atau permohonan pemenuhan informasi atas tindak pidana korupsi dari pada penegak hukum seperti KPK, Kepolisian, dan Kejaksaan RI. Permintaan informasi tersebut sepenuhnya telah dipenuhi oleh Kementerian Keuangan (capaian 100%). Permintaan tersebut ditujukan kepada beberapa unit eselon I di Kementerian Keuangan, yaitu Bapepam-LK 19 permohonan sebagai saksi ahli, Ditjen Perbendaharaan 17 permohan sebagai saksi dan/atau saksi ahli, Ditjen Anggaran 6 permohonan sebagai saksi dan permintaan informasi terkait tindak pidana korupsi, Itjen 6 permintaan informasi/berkas/dokumen terkait Gayus Halomoan Tambunan, dan Ditjen Pajak 1 permintaan informasi mengenai kasus Gayus Tambunan. I. Diktum KESEMBILAN Diktum kesembilan, yaitu Melakukan Kerjasama dengan KPK untuk Melakukan Penelaahan dan Pengkajian Terhadap Sistem-sistem yang Berpotensi Menimbulkan Tindak Pidana Korupsi dalam Ruang Lingkup Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-masing, diimplementasikan melalui perumusan indikator: Jumlah Kerjasama dengan KPK. Jumlah kerjasama antara Kementerian Keuangan dengan KPK yang dilaksanakan sepanjang tahun 2011 ditarget berjumlah 17 buah dan realisasinya berjumlah 19 kerjasama, diantaranya: 1. Secara umum unit-unit di lingkungan Kementerian Keuangan telah melakukan kerja sama dengan KPK melalui kegiatan sosialisasi LHKPN (5 kali); 2. Membentuk Tim Gabungan Itjen, BPKP, dan KPK untuk menangani keberatan dan banding pada Ditjen Pajak serta untuk menangani putusan pengadilan pajak di Pengadilan Pajak Sekretariat Jenderal; 3. Pertukaran data informasi terkait penyimpangan/penyalahgunaan wewenang pejabat/ pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan (3 kali); 24 REPUBLIK INDONESIA

25 LAPORAN PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN Kegiatan berupa knowledge sharing bersama KPK di Bapepam-LK; 5. Observasi KPK terhadap sistem pengawasan dan pelayanan cukai pada Ditjen Bea dan Cukai; 6. Tindak lanjut monitoring layanan sistem perpajakan; 7. Kerjasama dengan Ditjen Pajak dalam pelaksanaan diklat investigasi; 8. Mengundang KPK sebagai pembicara dalam peringatan hari anti korupsi di Ditjen Pajak; 9. Kerjasama penyediaan layanan drop box LHKPN di Kantor Pusat Ditjen Pajak; 10. Pelatihan teknik wawancara di Ditjen Pajak; 11. Pelaksanaan lelang barang hasil gratifikasi bersama Ditjen Kekayaan Negara; 12. Studi banding kode etik dari BPPK ke KPK; 13. Program Pengendalian Gratifikasi (PPG) di Ditjen Perbendaharaan. J. Diktum KESEPULUH Diktum kesepuluh, yaitu Meningkatkan Upaya Pengawasan dan Pembinaan untuk Meniadakan Perilaku Koruptif di Lingkungannya, diimplementasikan melalui perumusan 2 (dua) indikator sebagai berikut: 1. Jumlah kegiatan terkait pengawasan dan pembinaan aparatur. Jumlah kegiatan terkait pengawasan dan pembinaan aparatur di lingkungan Kementerian Keuangan direncanakan sebanyak 117, sedangkan realisasinya hingga 21 Desember 2011 adalah sebanyak 137 kegiatan (117,09%), yang antara lain meliputi: a. Sosialisasi/internalisasi terkait pembinaan pegawai dan penegakan disiplin; b. Internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan kepada pegawai di seluruh unit eselon I dilingkungan Kementerian Keuangan; c. Penandatanganan Pakta Integritas pegawai; d. Pengawasan dan pelaksanaan atas kegiatan penelaahan RKA-KL; e. Internalisasi kebijakan di bidang kepatuhan internal dan spot check kegiatan pelayanan dan pengawasan di 2 KPU dan 14 KPPBC; f. Perumusan Peraturan Dirjen Bea Cukai tentang Peningkatan Penerapan Kepatuhan Intern di KPPBC Tipe Madya; g. Penerbitan Peraturan tentang Pengawasan Melekat; h. Survei persepsi kepatuhan internal; i. Sosialisasi LHKPN; j. Penerbitan Peraturan tentang Pola Mutasi; k. Revisi Kode Etik. BAB III LAPORAN SEMESTER II (TAHUNAN) TAHUN 2011 PELAKSANAAN INPRES NOMOR 5 TAHUN Persentase penegakan disiplin/pemberian sanksi kepada aparatur yang melanggar peraturan disiplin pegawai. Pada semester II tahun 2011, target penegakan disiplin/pemberian sanksi kepada aparatur yang melanggar peraturan disiplin pegawai yang terkait kasus korupsi adalah sebesar 100%. Dari seluruh jumlah pegawai Kementerian Keuangan yang berjumlah pegawai, sebanyak 14 pegawai melakukan pelanggaran disiplin terkait korupsi (0,02%). Atas pelanggaran yang dilakukan tersebut, setiap pegawai dikenai hukuman atau sanksi ringan maupun berat dengan perincian sebagai berikut: Ditjen pajak (2 25

26 pegawai), Ditjen Perbendaharaan (3 pegawai), Ditjen Kekayaan Negara (4 pegawai), BPPK (1 pegawai), dan Sekretariat Jenderal (4 pegawai). Dengan demikian, seluruh pegawai yang melanggar sepenuhnya telah dikenai sanksi penegakan disiplin, baik ringan maupun berat (realisasi 100%). DIKTUM KHUSUS K. Diktum KESEBELAS Angka 1 Diktum kesebelas angka 1, yaitu Khusus Kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Melakukan Kajian Uji Coba Untuk Pelaksanaan Sistem E-Procurement Yang Dapat Dipergunakan Oleh Instansi Pemerintah, untuk lingkungan Kementerian Keuangan telah dibentuk unit kerja pelaksana sistem e-procurement yang dapat digunakan oleh seluruh instansi pemerintah yaitu Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik (Pusat LPSE). Pusat LPSE merupakan unit setingkat eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/ 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/ PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana diubah terakhir dengan PMK Nomor 184/PMK.01/2010. Diktum Kesebelas Angka 1 ini diimplementasikan melalui perumusan 2 (dua) indikator sebagai berikut: 1. Jumlah K/L/Komisi/BUMN/Perguruan Tinggi yang mempergunakan layanan sistem e-procurement Kementerian Keuangan. Jumlah K/L/Komisi/BUMN/ Perguruan Tinggi yang menggunakan layanan sistem e-procurement Kementerian Keuangan adalah sebanyak 27 institusi dari target sebanyak 16 institusi (capaian 168,75%) sebagaimana tampak pada tabel berikut ini. No. Kementerian/Lembaga Bergabung Sejak No. Kementerian/Lembaga Bergabung Sejak 1 Kementerian Keuangan Pengadilan Militer Balikpapan Komisi Pemberantasan Korupsi Komisi Pengawas Persaingan 2011 Usaha 3 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta 4 Badan Kepegawaian Negara Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat 5 Sekretariat Negara Kementerian Perhubungan Komisi Yudisial Lembaga Sandi Negara Pusat Pelaporan Dan Analisa Kementerian PAN dan Reformasi 2011 Transaksi Keuangan Birokrasi 8 Badan Pemeriksa Keuangan Arsip Nasional RI Kementerian Kelautan dan Kementerian ESDM 2011 Perikanan 10 IAIN Ar Raniry Aceh Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika REPUBLIK INDONESIA

BANGKIT! LAWAN KORUPSI!

BANGKIT! LAWAN KORUPSI! LAPORAN PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2004 BANGKIT! LAWAN KORUPSI! LAPORAN PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2004 i halaman ini sengaja dikosongkan (this page left blank intentionally)

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi dengan ini menginstruksikan:

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 36 / HUK / 2007 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN SOSIAL RI Menimbang

Lebih terperinci

.,~ (".., 'II ,,1'1.' l,", {~,,.",1, ~~n~ 4~~' I~~;j} I"I<I::;I[)I:I-I <I:I"I)(il..., II'J()()NI :;,;', PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI

.,~ (.., 'II ,,1'1.' l,, {~,,.,1, ~~n~ 4~~' I~~;j} II<I::;I[)I:I-I <I:II)(il..., II'J()()NI :;,;', PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI ;,,,1'1 ',~ " (", 'II t~ ~"":-'~,r}, '~;\"I~,\, r, l,", {~,,",1, ~~n~ 4~~' I~~;j} 1;"",, "/ ~ ;I 'I'r If: tp l"'\'" ) 1 "(1\,,~I, "-', ",' ~",;,/ '::Co" -~, ;'-"," -':'' I"I

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA

Lebih terperinci

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.817, 2012 PPATK. Organisasi. Tata Kerja. PPATK. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.01/PPATK/08/12 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan. No.16, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27 / HUK / 2007 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27 / HUK / 2007 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 / HUK / 2007 TENTANG TIM KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI ( KORMONEV ) TERHADAP INPRES NOMOR 5 TAHUN 2004 DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal. LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen No.1229, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. LHKPN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.152, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Harta kekayaan. Penyelenggara Negara. Pelaporan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PELAPORAN HARTA

Lebih terperinci

Pelatihan Dasar CPNS Kementerian Keuangan Tugas Pokok, Fungsi, Struktur Organisasi Kementerian Keuangan

Pelatihan Dasar CPNS Kementerian Keuangan Tugas Pokok, Fungsi, Struktur Organisasi Kementerian Keuangan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), baik yang bersatus Calon Pegawai Sipil Negara (CPNS)/PNS maupun yang berstatus Pegawai P3K merupakan anggota organisasi dari

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-15.1-/216 DS5272-8985-171-5367 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 No.1879, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. LHKPN. LHKASN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 20/BC/2017 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS UNIT KEPATUHAN INTERNAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

8. Peraturan.../2 ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/APRIL

8. Peraturan.../2 ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/APRIL PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 206.3/PMK.01/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN SOSIALISASI PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2015 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat : No.1268, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-MARITIMAN. LHKPN. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 30/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG WILAYAH TERTIB ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai

1. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai 1. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam

Lebih terperinci

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016 Jakarta, 10 Februari 2015 Dalam rangka penguatan penganggaran berbasis kinerja, dilakukan penataan Arsitektur

Lebih terperinci

LAPORAN EMPAT BULANAN

LAPORAN EMPAT BULANAN LAPORAN EMPAT BULANAN BULAN JANUARI S.d APRIL 207 PPID KEMENTERIAN KEUANGAN Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Gedung Djuanda I Lantai G Jl. Dr. Wahidin Raya No. Jakarta Pusat 070 T. (02) 386.489; F.

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional

Lebih terperinci

Laporan Tahunan Layanan Informasi Publik Tahun Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Laporan Tahunan LAYANAN INFORMASI PUBLIK

Laporan Tahunan Layanan Informasi Publik Tahun Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Laporan Tahunan LAYANAN INFORMASI PUBLIK Kementerian Keuangan Republik Indonesia Laporan Tahunan LAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2013 1 Daftar Isi Gambaran Umum Kebijakan Pelayanan Informasi Publik Kementerian Keuangan 4.

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2013 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN R I

MENTERI KEUANGAN R I MENTERI KEUANGAN R I Yth. 1. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu 2. Jaksa Agung RI 3. Kepala Kepolisian RI 4. Para Kepala Lembaga Pemerintahan Non Departemen 5. Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Menteri PAN dan RB, pelaksanaan proses pembangunan zona integritas harus dilaksanakan dengan perencanaan yang baik, karena di sini akan menentukan

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENGHEMATAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN

Lebih terperinci

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/165/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/165/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/165/2015 TENTANG KEWAJIBAN MELAPORKAN HARTA KEKAYAAN BAGI PENYELENGGARA NEGARA DAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 23 /BC/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 23 /BC/2010 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 23 /BC/2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA KEPATUHAN INTERNAL

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II http://www.republika.co.id Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2015 KEMEN.LHK. Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. ASN. Laporan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.19/MenLHK-II/2015

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.09/2009 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.09/2009 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.09/2009 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009 MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengawasan merupakan salah satu unsur penting dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.539, 2015 BNP2TKI. Laporan Harta Kekayaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Instansi Vertikal. Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169/PMK.01/2012

Lebih terperinci

CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PROGRAM PENGUATAN PENGAWASAN

CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PROGRAM PENGUATAN PENGAWASAN CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PADA PROGRAM PENGUATAN PENGAWASAN Road Map Reformasi Birokrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2014, meliputi 4 (empat) area perubahan : Meningkatnya kepatuhan

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 103/PMK.09/2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Pengawasan dan pengendalian; 7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau. 8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum.

Pengawasan dan pengendalian; 7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau. 8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum. - 2-6. Pengawasan dan pengendalian; 7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau 8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum. KEDUA : Melakukan penyelesaian masalah dan hambatan dalam pelaksanaan Proyek Strategis

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. No.237, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Kor

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Kor No.1757, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KY. Harta Kekayaan. Pelaporan. PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN DI KOMISI YUDISIAL DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI (BERMITRA DENGAN KEMENTERIAN KEUANGAN, KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS, BANK INDONESIA, PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK (LKBB), BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. UMUM. Saldo...

I. UMUM. Saldo... PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010 I. UMUM Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGAWASAN BAB I U M U M. Pasal 1

PEDOMAN PENGAWASAN BAB I U M U M. Pasal 1 LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TANGGAL 4 Oktober 1983 PEDOMAN PENGAWASAN BAB I U M U M Pasal 1 (1) Pengawasan bertujuan mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat No.943, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Penyampaian LHKPN. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/706/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/706/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/706/KPTS/013/2012 TENTANG TIM PEMBINA DAN TIM PENILAI INTERNAL PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 347/KMK.01/2012 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 347/KMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 347/KMK.01/2012 TENTANG STANDAR PENYUSUNAN LAYANAN UNGGULAN (QUICK WINS) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi

2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi No.898, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. LHKPN BNPB. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent No.794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. ULP. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SIARAN PERS Terjadi Peningkatan Kualitas dalam Penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga LKPP 2009 Wajar Dengan Pengecualian Jakarta, Selasa (1 Juni 2009) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

RENCANA AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM RENCANA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM RENCANA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2014 NO 6 STRATEGI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 288-1. NAMA JABATAN : Kepala Subbagian Pengelolaan Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyusunan, penelaahan, monitoring, dan evaluasi pencapaian kinerja berdasarkan Indikator Kinerja Utama, serta

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci