Skripsi ANALISIS EKSPERIMENTAL EFEK AREA RATIO THROAT TERHADAP ENTRAINMENT RATIO STEAM EJECTOR REFRIGERATION SYSTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi ANALISIS EKSPERIMENTAL EFEK AREA RATIO THROAT TERHADAP ENTRAINMENT RATIO STEAM EJECTOR REFRIGERATION SYSTEM"

Transkripsi

1 Skripsi ANALISIS EKSPERIMENTAL EFEK AREA RATIO THROAT TERHADAP ENTRAINMENT RATIO STEAM EJECTOR REFRIGERATION SYSTEM Untuk Memenuhi Salah Satu Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Oleh: GREGORIUS BRYAN HENDRIWAN RIYANTO JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 EXPERIMENTAL ANALYSIS OF AREA RATIO THROAT EFFECT TO ENTRAINMENT RATIO OF STEAM EJECTOR REFRIGERATION SYSTEM FINAL PROJECT As practial fulfillment of the requirements to obtain the Bachelor Degree in Mechanical Engineering By GREGORIUS BRYAN HENDRIWAN RIYANTO Student Number: MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2016 ii

3 iii

4 iv

5 HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini dengan judul Analisis Eksperimental Efek Area Ratio Throat Terhadap Entrainment Ratio Steam Ejector Refrigeration System tidak terdapat karya yang pernah diajukan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya dan pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, 8 Agustus 2016 Gregorius Bryan Hendriwan Riyanto v

6 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanatah Dharma : Nama : Gregorius Bryan Hendriwan Riyanto Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: ANALISIS EKSPERIMENTAL EFEK AREA RATIO THROAT TERHADAP ENTRAINMENT RATIO STEAM EJECTOR REFRIGERATION SYSTEM Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya namun memberikan royalty kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 8 Agustus 2016 Yang menyatakan, Gregorius Bryan Hendriwan Riyanto vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Eksperimental Efek Area Ratio Throat Terhadap Entrainment Ratio Steam Ejector Refrigeration System. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana bagi mahasiswa program S1 pada program studi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universtias Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Selesainya proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak langsung kepada: 1. Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. 2. Ir. P.K. Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. 3. Stefan Mardikus, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dalam pengerjaan Skripsi dan Tugas Akhir ini. 4. Wibowo Kusbandono, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik, yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dalam pengerjaan Skripsi dan Tugas Akhir ini. 5. Seluruh dosen Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Univertas Sanata Dharma, yang telah memberikan pengetahuan selama kuliah. 6. Keluarga tercinta, F.X. Budhi Riyanto (Bapak), Theresia Maria Elly (Ibu), Vanessa Maria Angela (Adik), Theodatus Kurniawan (Paman), dan vii

8 Valensia Mariana (Nenek), yang selalu mendukung, memberikan doa, semangat dan bantuan baik moril maupun materi kepada penulis. 7. Kelompok tugas akhir Aditia Pratama Abdi dan Gilang Arga Dyaksa yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir dan memberikan dukungan kepada penulis. 8. Mas Ronny, Pak Intan, dan Pak Martono selaku laboran Teknik Mesin yang telah banyak memberikan bantuan selama proses pembuatan Tugas Akhir. 9. Teman teman seperjuangan: Oka, Vincent, Dede, David, dan Louis yang telah membantu selama pengerjaan tugas akhir. 10. Teman teman teknik mesin Sanata Dharma: Willy, Retta, Teguh, Rio, Septian, Morgan, Daniel, Jepri, Karel, dan yang lain yang telah memberikan dukungan selama pengerjaan skripsi. 11. Teman teman kost griya kanna: Yosep, Putri, Cindy, Novi, Malla, Tasya, Ningrum dan yang lain yang telah memberikan dukungan selama pengerjaan skripsi. 12. Berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan baik material maupun moril kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempuranaan penelitian dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan. Yogyakarta, 8 Agustus 2016 Gregorius Bryan Hendriwan Riyanto ( ) viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN JUDUL.. ii HALAMAN PERSETUJUAN.. iii LEMBAR PENGESAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.. vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xvi NOMENKULATUR xvii ABSTRAK xix ABSTRACT.. xx BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Penelitian Originalitas Penelitian Manfaat Penelitian... 7 BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Aplikasi Steam Ejector Pengertian dan Prinsip Kerja Steam Ejector Bagian bagian Steam Ejector Tipe tipe Steam Ejector Refrigeration System Definisi Fluida 18 ix

10 2.7 Teori Dasar Fluida Fenomena Aliran Pada Ejector 44 BAB III METODELOGI PENELITIAN Diagram Alir Penelitian Skema Alat Uji Penelitian Material Penelitian Alat Penelitian Variabel Penelitian Prosedur Penelitian Skematika Penulisan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Primary Pressure dan Secondary Temperature Terhadap Entrainment Ratio Pengaruh Area Ratio Throat Terhadap Entrainment Ratio Pengaruh Expansion Ratio Terhadap Entrainment Ratio Pengaruh Entrainment Ratio Terhadap Coefficient of Performance Steam Ejector Refrigeration System.. 78 BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA. 89 x

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sifat sifat air pada tekanan atmosfer Tabel 2.2 Klasifikasi bilangan mach.. 41 Tabel 2.3 Ringkasan dari karakteristik shock wave normal.. 50 Tabel 3.1 Spesifikasi sifat sifat fisik air pada temperatur 15 C dan tekanan 1 atm.. 56 Tabel 3.2 Spesifikasi sifat sifat fisik air raksa pada 20 C dan tekanan 1 atm 57 Tabel 3.3 Spesifikasi steam ejector Tabel 3.4 Spesifikasi water heater 2000 watt 59 Tabel 3.5 Spesifikasi water heater 1000 watt. 59 Tabel 3.6 Spesifikasi thermocouple Tabel 3.7 Spesifikasi pressure gauge bourdon tube.. 62 Tabel 3.8 Spesifikasi temperature controller APPA. 62 Tabel 3.9 Tekanan dan temperatur kerja pada ejektor xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Skema ejektor konvensional. 3 Gambar 2.1 Aplikasi liquid gas ejektor pada proses klorinasi.. 10 Gambar 2.2 Aplikasi ejektor sebagai vacuum pump 11 Gambar 2.3 Profil tekanan dan kecepatan aliran di dalam steam ejector.. 12 Gambar 2.4 Grafik performa ejektor berdasarkan operational modes. 13 Gambar 2.5 Skema ejektor konvensional. 13 Gambar 2.6 Skema nozzle. 12 Gambar 2.7 Skema suction chamber. 12 Gambar 2.8 Skema mixing chamber. 15 Gambar 2.9 Skema diffuser.. 15 Gambar 2.10 (a) Conventional Ejector Refrigeration System (CERS) dan (b) P-h diagram 16 Gambar 2.11 Dua tingkat sistem refrigerasi (a) Konfigurasi ejektor; (b) Skema sistem; (c) P-h diagram. 17 Gambar 2.12 Combined Steam Ejector Refrigeration System. 18 Gambar 2.13 Ilustrasi perbedaan molekul pada likuid dan gas 20 Gambar 2.14 Pengaruh temperatur terhadap rapat massa air.. 21 Gambar 2.15 Deformasi zat cair.. 24 Gambar 2.16 Hubungan antara tegangan geser dan gradient kecepatan.. 24 Gambar 2.17 Viskositas kinematik untuk fluida yang sering digunakan. 25 Gambar 2.18 Variasi tekanan dan pengaruh kavitasi pada pipa dengan variabel penampang. 27 Gambar 2.19 Tekanan mutlak dan tekanan pengukuran.. 28 Gambar 2.20 Pengukuran tekanan bourdon. 29 Gambar 2.21 Cara kerja tabung bourdon. 30 Gambar 2.22 Aliran viskos dengan kecepatan seragam.. 31 Gambar 2.23 Ilustrasi tipe aliran fluida viskos 33 xii

13 Gambar 2.24 Perbedaan aliran laminar dan turbulen pada pipa (a) laminar (b) turbulen. 34 Gambar 2.25 Tabung aliran untuk menurunkan persamaan kontinuitas 36 Gambar 2.26 Persamaan kontinuitas pada pipa bercabang. 37 Gambar 2.27 Garis tenaga dan tekanan pada zat cair ideal. 38 Gambar 2.28 Profil perubahan pola kecepatan aliran dan tekanan pada suatu sistem closed channel 39 Gambar 2.29 Perubahan kecepatan dan tekanan melewati Bernoulli-type device 42 Gambar 2.30 Discharged coefficient pada plat orifis dengan sambungan D : 1/2 D 44 Gambar 2.31 Efek perubahan bilangan Mach pada perubahan properti fluida dengan perubahan luas penampang 46 Gambar 2.32 Rasio luas penampang versus bilangan Mach untuk aliran kompresibel dengan k = Gambar 2.33 Fenomena aliran pada converging nozzle (a) geometri nozzle menunjukkan perubahan tekanan (b) distribusi tekanan disebabkan oleh back pressure (c) laju aliran massa versus back flow pressure. 48 Gambar 3.1 Diagram alir penelitian.. 52 Gambar 3.2 Skema sistem alat uji. 53 Gambar 3.3 Skema steam ejector. 54 Gambar 3.4 Desain mixing chamber dengan area ratio throat = Gambar 3.5 Desain mixing chamber dengan area ratio throat = Gambar 3.6 Desain mixing chamber dengan area ratio throat = Gambar 3.7 Steam Ejector.. 58 Gambar 3.8 Water heater daya 2000 Watt. 58 Gambar 3.9 Water heater daya 1000 Watt. 59 Gambar 3.10 Thermocouple tipe K. 60 Gambar 3.11 Pressure gauge bourdon tube 60 Gambar 3.12 Orifice plate flowmeter.. 61 Gambar 3.13 Roll meter.. 61 xiii

14 Gambar 3.14 Temperature controller APPA.. 62 Gambar 3.15 Stopwatch.. 63 Gambar 3.16 Skema prosedur pengujian. 64 Gambar 4.1 Grafik pengaruh primary pressure dan secondary temperature terhadap entrainment ratio pada variasi area ratio throat Gambar 4.2 Grafik pengaruh primary pressure dan secondary temperature terhadap entrainment ratio pada variasi area ratio throat Gambar 4.3 Grafik pengaruh primary pressure dan secondary temperature terhadap entrainment ratio pada variasi area ratio throat Gambar 4.4 Grafik pengaruh area ratio throat terhadap entrainment ratio pada secondary temperature 50 C 70 Gambar 4.5 Grafik pengaruh area ratio throat terhadap entrainment ratio pada secondary temperature 60 C 71 Gambar 4.6 Grafik pengaruh area ratio throat terhadap entrainment ratio pada secondary temperature 70 C 72 Gambar 4.7 Grafik pengaruh area ratio throat terhadap entrainment ratio pada secondary temperature 80 C. 73 Gambar 4.8 Grafik pengaruh primary pressure terhadap expansion ratio pada ketiga variasi area throat ratio 6.25, 12.5, dan Gambar 4.9 Grafik pengaruh expansion ratio terhadap entrainment ratio pada primary pressure 100 kpa.. 75 Gambar 4.10 Grafik pengaruh expansion ratio terhadap entrainment ratio pada primary pressure 200 kpa.. 76 Gambar 4.11 Grafik pengaruh expansion ratio terhadap entrainment ratio pada primary pressure 300 kpa.. 77 Gambar 4.12 Grafik pengaruh expansion ratio terhadap entrainment ratio pada primary pressure 400 kpa.. 78 Gambar 4.13 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 50 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.14 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 50 C pada variasi area ratio throat xiv

15 Gambar 4.15 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 50 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.16 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 60 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.17 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 60 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.18 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 60 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.19 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 70 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.20 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 70 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.21 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 70 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.22 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 80 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.23 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 80 C pada variasi area ratio throat Gambar 4.24 Hubungan entrainment ratio terhadap COP dengan secondary temperature 80 C pada variasi area ratio throat xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A.1 Data Hasil Percobaan Variasi Area Ratio Throat Lampiran A.2 Data Hasil Percobaan Variasi Area Ratio Throat Lampiran A.3 Data Hasil Percobaan Variasi Area Ratio Throat Lampiran B.1 Data Hasil Pengolahan Variasi Area Ratio Throat Lampiran B.2 Data Hasil Pengolahan Variasi Area Ratio Throat Lampiran B.3 Data Hasil Pengolahan Variasi Area Ratio Throat Lampiran C Contoh Perhitungan Lampiran D Tabel Sifat Termodinamika Saturated Water 105 xvi

17 NOMENKULATUR Lambang Arti Satuan Halaman a Kecepatan suara m/s 47, 70 A Luas m 2 42, 52, 53, 54 β Rasio diameter orifice Dimensionless 49 COP Coefficient of Performance Dimensionless 10, 11, 24, 58, Cd Discharged Coefficient Dimensionless 49, 50 D Diameter m 40, 48, 49, 50 ER Expansion Ratio Dimensionless 57, 70, 80 85, 94 g Gravitasi m/s 2 28, 34, 35, h Ketinggian m 34 K Modulus elastisitas MN/m 2 29 L Panjang m 16, 17 m Laju aliran massa kg/s 42, 54, M Modulus Bulk N/m 2 29, 64, Ma Bilangan Mach Dimensionless 47, 48, 53, 54, 70 P Tekanan Pascal 30 R Konstanta gas universal J/kg K 29, 54, 63, 64 Re Bilangan Reynold Dimensionless 41 σ Tegangan permukaan N/m 29 τ Tegangan geser N/m 2 30, 31 s Waktu Sekon 38, 39 T Temperatur K 13, 29, 32, 56, 58, 70 ρ Massa jenis kg/m 3 63, 64, 70 S Rapat jenis Dimensionless 29 γ Berat jenis N/m3 28 µ Viskositas Dinamik Nd/m 2 29, 32, 70 ν Viskositas Kinematik m 2 /s 29, 32 v Kecepatan m/s 31, 34, 35, 36, 42, 45 xvii

18 V Volume m 3 20 Q Debit m 3 /s 42, 49, 71 ω Entrainment Ratio Dimensionless 70, xviii

19 ABSTRAK Pemanfaatan kembali waste heat dan low grade thermal energy telah menjadi topik penelitian sejak energi jenis tersebut dapat diperoleh dari sisa proses proses industri, kolektor surya, dan gas buang kendaraan. Sistem 0refrijerasi ejektor uap merupakan suatu perangkat yang ekonomis dan ramah lingkungan dimana sistem ini dapat beroperasi dari panas sisa dan refrijeran yang fenomena pencampuran aliran serta performa dari ejektor uap. Dengan memperbesar ruang pencampuran melalui throat yang dapat diubah ubah, nilai optimum rasio luas penampang throat pada ruang pencampuran akan diteliti secara eksperimen. Sebuah sistem refrijerasi ejektor uap berskala kecil telah dirancang dan difabrikasi. Ejektor dirancang dalam suatu sistem terbuka dan boiler beroperasi pada tekanan kpa. Fluida didalam sebuah evaporator bertemperatur antara C, sedangkan temperatur kondenser dikondisikan pada 27 C. Ruang pencampuran dengan diameter 8 mm dan 3 konfigurasi panjang (50 mm, 100 mm, 150 mm) diuji pada kondisi posisi NXP 0 mm dan diameter nosel 2 mm. Dengan memvariasikan rasio luas throat pada ruang pencampuran, hasil percobaan menunjukkan nilai optimum dari entrainment ratio didapatkan dengan rasio luas throat pada tekanan boiler 100 kpa dan temperatur evaporator 80 C dengan nilai ω = 1. Sedangkan, nilai rasio ekspansi optimum adalah 2.1 dan koefisien performa dari sistem refrijerasi ejektor uap adalah Kata kunci: Waste heat, sistem refrijerasi ejektor uap, rasio luas penampang throat, entrainment ratio. xix

20 ABSTRACT The utilization of waste and low-grade thermal energy has been of interest to reaserchers ever since this type of energy is available from sources such as industrial process waste, solar collectors, and automobile exhaust. Steam ejector refrigeration system is an application, which is economically feasible and environment-friendly as it can operates with waste heat and a harmless refrigerant such as water. The aim of this paper is to investigate the entrainment behavior and performance of steam ejector. Through enlarging the designed mixing chamber by replaceable throats, optimum area ratio throat of mixing chamber is studied experimentally. A small scale steam ejector refrigeration system was designed and manufactured. This ejector setup consist of an open loop configuration and the boiler operated in the pressure range of Pp = kpa. The typical evaporator liquid temperatures range from Ts = C while the condenser temperature fixed at Tc = 27 C. The mixing chamber with 8 mm diameter and three length configurations (50 mm, 100 mm, 150 mm) were tested while the nozzle exit position remained unchanged at 0 mm and used 2 mm nozzle s diameter. With variable area ratio throat of mixing chamber, experiments showed that the optimum entrainment ratio was obtained by throat area ratio at 100 kpa primary pressure and 80 C secondary temperature with ω = 1. Meanwhile, the optimum expansion ratio was 2.1 and optimum coefficient of performance of steam ejector refrigeration system was Keywords: waste heat, steam ejector refrigeration system, area ratio throat, entrainment ratio xx

21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perkembangan jenis dan jumlah industri meningkat dalam satu dekade terakhir (Kementrian Keindustrian Republik Indonesia, 2015). Hal ini sebanding dengan peningkatan konsumsi listrik di Indonesia yang cukup signifikan. Berdasarkan data statistik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi pada tahun 2012, konsumsi listrik di Indonesia pada kurun waktu mengalami peningkatan rata rata 6,2% per tahun. Menurut Cullen (2012), meningkatnya konsumsi energi listrik berbanding lurus dengan peningkatan waste heat yang disebabkan oleh inefficiency proses pembakaran dan heat transfer pada power plant. Waste heat adalah satu bentuk energi yang dihasilkan oleh panas sisa dengan temperatur antara 80 C C (Chandra et. al., 2014). Menurut Clemens, et. al (2016), waste heat dapat dihasilkan dari proses industri manufaktur, power plant, dan gas buang kendaraan. Berdasarkan data U.S. Department of Energy, sebanyak 20 50% energy losses pada proses manufaktur merupakan waste heat dimana energi tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan kembali. Berdasarkan penelitian Richard Law (2015), pemanfaatan waste heat pada industri manufaktur di Amerika Serikat dapat menghasilkan 14 TWh yang setara dengan 100 juta poundsterling per tahun. Terkait potensi tersebut, waste heat dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pada absorption chiller, electrical heat pump, absorption heat pump, dan non mechanical refrigeration system (Hongyou Lu, 2016 dan Chandra et. al., 2014). Steam ejector refrigeration system merupakan salah satu non-mechanical refrigeration system yang menjadi topik penelitian selama beberapa dekade terakhir. Sistem pendinginan ini pertama kali dikembangkan oleh Le Blanc dan Parson pada Steam ejector refrigeration system memiliki kesamaan dengan 1

22 2 sistem pendinginan konvensional yang menggunakan kompresor, namun pada steam ejector refrigeration system fungsi kompresor digantikan dengan boiler dan ejektor, Meyer (2008). Siklus refrijerasi ini menjadi menarik untuk diteliti karena sistem ini tidak memiliki komponen yang bergerak (kecuali pompa) sehingga low maintenance dan memiliki konstruksi yang sederhana. Keunggulan lainnya adalah sistem ini lebih ramah lingkungan karena menggunakan air sebagai refrijeran dan waste heat sebagai sumber energi utama (Chandra et. al., 2014). Ejektor merupakan bagian vital dari steam ejector refrigeration system oleh karena itu optimalisasi desain dan performa ejektor merupakan hal yang sangat penting. Ejektor yang juga dikenal sebagai vacuum jet, jet pump,atau thermo-compressor merupakan pumping device yang menggunakan efek venturi untuk mengubah energi tekanan dari fluida primer menjadi energi kinetik (Zhu, 2013). Gambar 1 menampilkan skema ejektor konvensional. Sebuah ejektor terdiri dari beberapa bagian antara lain: nozzle, suction chamber, mixing chamber dan diffuser. Menurut Sriveerakul (2006), prinsip kerja ejektor yaitu panas ditambahkan pada boiler sehingga menyebabkan air sebagai fluida kerja berubah menjadi uap bertekanan dan bertemperatur tinggi (primary fluid). Uap tersebut berekspansi melewati nozzle dan menghasilkan tekanan yang sangat rendah pada kecepatan tinggi (supersonic velocity). Perbedaan tekanan antara ujung nozzle dan evaporator menyebabkan air pada evaporator terhisap pada temperatur rendah dan menghasilkan refrigeration effect. Air (secondary fluid) yang terhisap kemudian bercampur dengan primary fluid pada mixing chamber ejektor pada tekanan konstan. Campuran fluida berekspansi melewati diffuser dan mengalami kenaikan tekanan serta penurunan kecepatan (subsonic velocity).

23 3 Gambar 1 Skema ejektor konvensional (Chen et. al., 2012). Performa dari steam ejector refrigeration system bergantung pada proses pencampuran antara primary fluid dan secondary fluid sehingga didapatkan nilai entrainment ratio yang tinggi (Sriveerakul et. al., 2009). Entraiment ratio (ER) adalah rasio pencampuran kedua fluida yang dinyatakan dalam perbandingan laju aliran massa secondary fluid terhadap primary fluid (Chandra et. al., 2014). Menurut Kong F. S., et. al., (2013), turbulensi pencampuran fluida, compressibility effect, dan ketidakstabilan aliran merupakan permasalahan permasalahan yang sering terjadi pada ejektor. Terkait permasalahan tersebut, peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian terhadap parameter parameter yang dapat meningkatkan ER sebuah ejektor. Parameter parameter tersebut antara lain mass flow rate, critical back pressure, dan desain ejektor (Jia, 2011; Kong F. S., et. al., 2013; Chunnanond K., et. al., 2003; Chen et. al., 1997). Mass flow rate adalah laju aliran massa fluida kerja yang dipengaruhi oleh masa jenis fluida, kecepatan aliran, dan luas penampang (Zhu, 2013). Berdasarkan penelitian Chunnanond (2003), mass flow rate pada primary nozzle dipengaruhi oleh operating condition dari boiler. Penurunan saturated pressure pada boiler menyebabkan mass flow rate primary fluid menurun sehingga entrainment ratio ejector meningkat. Pada penelitian yang sama, ukuran dari nozzle dapat mempengaruhi mass flow rate primary fluid karena kecepatan primary fluid sangat dipengaruhi oleh diameter ujung nozzle. Critical back pressure pada ejektor dapat mempengaruhi COP dari steam ejector refrigeration system secara signifikan (Chandra et. al., 2014 dan

24 4 Chunnanond K., et. al., 2003). Menurut Sriveerakul (2006), back pressure adalah tekanan balik yang dipengaruhi oleh tekanan kerja kondenser dan evaporator. Back pressure yang melebihi batas critical back pressure dapat menyebabkan malfunction pada ejektor karena campuran kedua fluida mengalir kembali menuju evaporator (Chunnanond K., et. al., 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriveerakul, kenaikan pada tekanan evaporator dapat menaikkan nilai critical back pressure. Sedangkan kenaikan tekanan kondenser berbanding lurus dengan back pressure. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa back pressure ejektor dapat diatur dengan temperatur cooling-water pada kondenser (Chen, 1997). Parameter terakhir yang mempengaruhi performa dari ejektor adalah desain geometri ejektor (Jia, 2011; Yadav, et. al., 2008; dan Aphornratana, 1997). Menurut Aphornratana, jarak nozzle terhadap mixing chamber (NXP) memiliki pengaruh terhadap COP dari siklus refrijerasi ejektor. Hasil penelitian menunjukkan semakin dekat jarak nozzle dengan mixing chamber maka akan terjadi penurunan entrainment ratio. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yadav (2008) menunjukkan bahwa projection ratio pada suction chamber, diameter suction chamber, dan sudut konvergen pada suction chamber memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap entrainment ratio. Kenaikan projection ratio (PR) dapat meningkatkan driving force pada suction chamber yang disertai dengan kenaikan entrainment ratio. Namun apabila kenaikan PR melebihi 5, maka hal tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap performa ejektor karena terbentuknya radial flow pada suction chamber. Bentuk geometri dari suction chamber memiliki fenomena serupa dengan PR, dimana apabila bentuk dari suction chamber melebihi nilai optimumnya akan terbentuk radial flow yang menghambat driving force pada ujung primary nozzle. Mixing chamber pada ejektor merupakan bagian ejektor yang penting karena pada bagian konstan tersebut terdapat fenomena perubahan tekanan dan kecepatan seiring pencampuran kedua fluida (Zhu, 2013). Sedangkan berdasarkan studi literatur sebelumnya belum banyak peneliti yang membahas mengenai area ratio throat pada mixing chamber. Oleh sebab perlu untuk diteliti pengaruh area

25 5 ratio throat pada mixing chamber terhadap entrainment ratio serta fenomena aliran yang terjadi sepanjang ejektor. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimanakah pengaruh tekanan dan temperatur kerja boiler dan evaporator terhadap entrainment ratio dari steam ejector? 2. Bagaimanakah pengaruh area ratio throat pada mixing chamber terhadap entrainment ratio dari steam ejector? 3. Bagaimanakah pengaruh expansion ratio dan area ratio throat pada mixing chamber terhadap entrainment ratio dari steam ejector? 4. Bagaimanakah hubungan entrainment ratio terhadap coefficient of performance dari steam ejector refrigeration system? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui entrainment ratio maksimum dari variasi primary pressure dan secondary temperature steam ejector. 2. Mengetahui entrainment ratio maksimum dari variasi area ratio throat pada mixing chamber steam ejector. 3. Mengetahui entrainment ratio maksimum dari variasi area ratio throat pada mixing chamber dan expansion ratio steam ejector. 4. Mengetahui coefficient of performance maksimum dari variasi area ratio throat pada mixing chamber steam ejector.

26 6 1.4 Batasan Penelitian Batasan-batasan yang ditentukan dalam melakukan eksperimen steam ejector adalah : 1. Menggunakan fluida kerja air (R718) baik di boiler sebagai fluida primer maupun evaporator sebagai fluida sekunder. 2. Primary fluid dikondisikan pada tekanan 100 kpa, 200 kpa, 300 kpa, dan 400 kpa. 3. Temperatur secondary fluid dikondisikan pada temperatur 50 C, 60 C, 70 C, dan 80 C. 4. Temperatur kerja kondensor dikondisikan pada temperatur 27 o C. 5. Variasi area ratio throat pada mixing chamber menggunakan perbandingan ukuran 6.25, 12.5, dan Menggunakan geometri steam ejector yang sudah ditentukan 7. Tidak memperhitungkan rugi rugi gesekan dinding. 8. Tidak memperhitungkan pressure losses pada sambungan dan belokan. 9. Peneliti menggunakan referensi jurnal dalam melihat dan menganalisa fenomena yang terjadi di dalam steam ejector. 1.5 Originalitas Penelitian Penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya oleh Dirix (1990), Bando et. al (1990), dan Li, C., et al. (2011) mengenai pengaruh rasio panjang dan diameter pada mixing chamber ejector. Penelitian ini memiliki originalitas penelitian bila dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian penelitian sebelumnya, tipe ejektor yang digunakan adalah multi phase ejector sedangkan pada penelitian ini digunakan ejektor tipe single phase ejector menggunakan fluida kerja air (R718). Selain jenis ejektor yang berbeda, penelitian ini menggunakan geometri ejektor yang berbeda dengan penelitian penelitian sebelumnya.

27 7 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan gas buang terhadap efisiensi energi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Menambah kajian ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan waste heat. 3. Mengetahui nilai efisiensi penggunaan steam ejector yang baik dengan mengacu perbandingan length / diameter dari mixing chamber dan model steam ejector yang sudah ditentukan oleh peneliti Manfaat Praktis Dalam manfaat praktis terdapat tiga hal yaitu: manfaat bagi Universitas, manfaat bagi peneliti, dan manfaat bagi pembaca atau peneliti selanjutnya Bagi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam mendukung pencapaian visi dan misi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, antara lain : a. Menjadi penggali kebenaran yang unggul dan humanis demi terwujudnya masyarakat yang semakin bermartabat. b. Menciptakan masyarakat akademik Universitas yang mampu menghargai kebebasan akademik serta otonomi keilmuan, mampu bekerja sama lintas ilmu, dan mampu mengedepankan kedalaman dari pada keluasan wawasan keilmuan dalam usaha menggali kebenaran lewat kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. c. Menghadirkan pencerahan yang mencerdaskan bagi masyarakat melalui publikasi hasil kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, pengembangan kerjasama dengan berbagai mitra yang memiliki visi serta kepedulian sama, dan pemberdayaan para alumni dalam pengembangan keterlibatan nyata di tengah masyarakat.

28 Bagi Peneliti a. Penelitian ini dapat memperluas wawasan mengenai pemanfaatan energi waste heat pembakaran terhadap efisiensi penggunakan energi untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. b. Menambah wawasan tentang efisiensi energi sehingga dalam penggunaan energi ketika di industri dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan tentang efisiensi energi untuk mengurangi biaya maupun bahan. c. Supaya peneliti dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin setelah melakukan penelitian ini Bagi Pembaca atau Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk dapat diteliti lebih lanjut sehingga hasil dari penelitiannya lebih baik dari peneliti terdahulu dan diharapkan penelitian ini dapat menjadi wawasan dan pengetahuan mengenai steam ejector refrigeration system.

29 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II LANDASAN TEORI Mixing chamber memiliki efek yang signifikan pada pencampuran primary fluid dan secondary fluid baik pada single phase ejector maupun gas liquid ejector (Li, C., et al., 2010). Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu ditemukan bahwa ejektor memiliki variasi bentuk geometri optimum berdasarkan operating condition dan tipe ejektor (Li, C., et al., 2010; Dirix et. al., 1990; Bando Y. et. al., 1990; dan Valle, J. G., et. al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Dirix (1990) mengenai Mass transfer in jet loop Reactors mempelajari tentang pencampuran oksigen dari air dengan gas nitrogen pada liquid gas ejector. Hasil penelitian membuktikan bahwa penting untuk mendesain ejektor yang sesuai dengan operating condition pada kedua reaktor. Terkait dengan desain geometri, belum ditemukan perubahan entrainment ratio yang signifikan pada variasi area ratio throat pada mixing chamber antara nilai 2 sampai dengan 10. Pada penelitian lebih lanjut, Dirix menunjukkan bahwa mass transfer pada seluruh sistem reaktor tergantung pada pola aliran di dalam ejektor. Bando et al. (1990) dengan jurnal yang berjudul The characteristics of a bubble column with a gas-suction type, simultaneous gas liquid injection- nozzle menunjukkan peningkatan entrainment rate dari liquid gas ejector sebanding dengan peningkatan area ratio throat pada mixing chamber. Hasil penelitian menunjukkan nilai optimum dari area ratio throat adalah 20 sampai dengan 30, dimana entrainment rate mencapai niai maksimum dan akan turun pabila area ratio throat melebihi 30. Jurnal Investigation of entrainment behavior and characteristics of gasliquid ejector based on CFD simulation yang ditulis oleh Li, C., et al. (2010),menunjukkan bahwa tekanan fluida primer dan tekanan fluida sekunder mempengaruhi entrainment ratio pada gas liquid ejektor. Selain tekanan optimum, rasio panjang dan diameter mixing chamber juga memiliki pengaruh 9

30 10 yang cukup signifikan pada entrainment rate ejektor. Li (2011) membandingkan nilai optimum area ratio throat pada single phase ejector dan double phase ejector. Pada double phase ejector area ratio throat mixing chamber memiliki nilai rasio optimum 1 sampai 2 sedangkan untuk single phase ejector 5 sampai Aplikasi Steam Ejector Steam ejector pertama kali ditemukan oleh Le Blanc dan Parson pada tahun 1901 dengan nama vacuum augmentor. Vacuum augmentor digunakan sebagai perangkat untuk membuang gas - gas non-condensable dari kondenser pada steam machine. Kemudian pada tahun 1918, Le blanc mematenkan nama steam ejector sebagai perangkat sistem refrijerasi pada gedung gedung besar dan kereta api (Cardemill, J.M., 2012). Steam ejector refrigeration system merupakan aplikasi dari ejektor yang paling sering ditemukan dan banyak menjadi bahan penelitian. Sistem refrijerasi ini banyak diteliti karena ramah lingkungan, low maintenance dan murah (Jia, Yan, et al., 2011). Seiring perkembangan industri, ejektor juga banyak dijumpai pada industri kimia sebagai pompa untuk fluida korosif dan debu. Selain itu ejektor dapat digunakan untuk mengektraksi likuid, absorbsi gas - gas, stripping, fermentasi, hydrogenation, chlorination, dll. (Yadav, et al., 2008). Gambar 2.1 Aplikasi liquid gas ejector pada proses klorinasi (

31 11 Gambar 2.2 Aplikasi ejektor sebagai vacuum pump ( 2.3 Pengertian dan Prinsip Kerja Steam Ejector Ejektor merupakan pumping device yang menggunakan efek venturi untuk mengubah energi tekanan dari primary fluid menjadi energi kinetik melewati nozzle (Zhu, 2013). Waste heat dimanfaatkan oleh boiler untuk menghasilkan uap bertekanan. Uap tersebut berekspansi melewati nozzle dan menghasilkan tekanan yang sangat rendah pada kecepatan tinggi (supersonic velocity). Perbedaan tekanan antara ujung nozzle dan evaporator menyebabkan air pada evaporator terhisap pada temperatur rendah dan menghasilkan refrigeration effect. Air (secondary fluid) yang terhisap kemudian bercampur dengan primary fluid pada mixing chamber ejektor pada tekanan konstan. Campuran fluida berekpansi melewati diffuser dan mengalami kenaikan tekanan serta penurunan kecepatan (subsonic velocity). Gambar 2.3 menampilkan profil tekanan dan kecepatan di dalam steam ejector.

32 12 Gambar 2.3 Profil tekanan dan kecepatan aliran di dalam steam ejector (Chunnanond, 2003). Menurut Zhu (2013), steam ejector memiliki tiga mode operasi berdasarkan karakteristik alirannya yaitu critical mode, subcritical mode, dan back flow mode. Performa ejektor menurun secara linear ketika bekerja pada kondisi subcritical dan back flow mode. Gambar 2.4 menampilkan grafik performa ejektor berdasarkan operational modes. Pada critical mode, aliran primary fluid berekspansi setelah melewati nozzle dan menghasilkan aliran bertekanan sangat rendah dengan kecepatan tinggi (supersonic velocity) pada suction chamber. Perbedaan tekanan antara ujung nozzle dan evaporator menyebabkan air pada evaporator terhisap ke suction chamber. Secondary fluid mengalami akselerasi aliran sampai pada sonic velocity. Kondisi ini disebut sebagai choking. Pencampuran primary fluid dan secondary fluid menyebabkan kecepatan aliran primary fluid melambat sedangkan kecepatan aliran secondary fluid terus meningkat hingga supersonic velocity. Pada saat campuran fluida memasuki area konstan (mixing chamber), aliran mengalami shock wave karena tekanan yang tinggi dan menyebabkan compression effect. Compression effect mengakibatkan aliran berubah dari supersonic velocity

33 13 menjadi subsonic velocity pada ujung mixing chamber. Perubahan kecepatan aliran ini disebut sebagai choking, karena melewati batas sonic velocity. Fenomena ini dikenal sebagai double choking, karena terjadi pada suction chamber dan mixing chamber (Cardemil, 2012). Pada subcritical mode, aliran tidak mencapai choking condition pada mixing chamber sehingga disebut single choking. Gambar 2.4 Grafik performa ejektor berdasarkan operational modes (Cardemil, 2012). 2.4 Bagian bagian Steam Ejector Secara umum steam ejector terdiri dari 4 bagian utama: nozzle, suction chamber, mixing chamber / throat, dan diffuser seperti yang ditampilkan pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Skema ejektor konvensional (Chandra, et al., 2014).

34 Nozzle Nozzle merupakan bagian terkecil pada ejektor yang berfungsi untuk mengonversi energi tekanan pada primary fluid menjadi energi kinetik. Pada bagian ini, fluida akan mengalami shock wave sebagai akibat dari perubahan tekanan dan kecepatan secara mendadak (Yinhai Zhu, 2013). Nozzle Gambar 2.6 Skema nozzle (Chandra, et al., 2014) Suction Chamber Suction chamber merupakan bagian inlet kedua fluida pada ejektor. Pada bagian suction chamber, secondary fluid dari evaporator terhisap karena compression effect yang dihasilkan oleh shock wave dari primary fluid. Pada bagian ini, kedua fluida belum mengalami pencampuran (Yinhai Zhu 2013). Gambar 2.7 Skema suction chamber (Chandra, et al., 2014) Mixing Chamber Bagian ini memiliki luasan area yang konstan, dimana terjadi pencampuran kedua fluida bertekanan konstan pada subsonic velocity (Yadav et.

35 15 al., 2008). Dari beberapa penelitian sebelumnya, bagian mixing chamber mempengaruhi entrainment ratio sebuah sistem (Dirix et. al., 1990). Gambar 2.8 Skema mixing chamber (Chandra, et al., 2014) Diffuser Diffuser merupakan bagian outlet dari ejektor yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan. Fluida yang mengalir di bagian ini adalah aliran campuran dari energi kinetik diubah menjadi energi tekan, sehingga membuat kecepatan dari aliran akan berkurang dan tekanan akan bertambah (Sriveerakul T., et. al., 2006). Gambar 2.9 Skema diffuser (Chandra, et al., 2014). 2.5 Tipe-tipe Steam Ejector Refrigeration System Menurut Jianyong Chen et. al. (2015), steam ejector refrigeration system diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: conventional ejector refrigeration system (CERS), Advanced Ejector Refrigeration System, dan Combined Steam Ejector Refrigeration System.

36 Conventional Ejector Refrigeration System (CERS) Gambar 2.10 menunjukan sistem refrijerasi konvensional dan diagram P-h dengan dua model ejector yang digunakan dalam teknologi refrijerasi, yaitu: model konstan area pencampuran dan model konstan tekanan pencampuran. Secara umum sistem tersebut mempunyai penggunaan energi yang kecil (Q g ) yang disalurkan di generator untuk penguapan. Tekanan tinggi yang dihasilkan oleh generator (primary flow) dan tekanan rendah dari evaporator (secondary flow) masuk ke ejector. Pencampuran dari kedua fluida mengalami perubahan tekanan dan kecepatan pada mixing chamber, kemudian masuk menuju ke kondensor untuk proses pelepasan panas ke lingkungan (Q c ). Fluida yang terkondensasi akan dipompakan ke generator dan sisa uap akan masuk ke katub ekspansi lalu disalurkan ke evaporator (Jianyong, et. Al., 2015). Gambar 2.10 (a) Conventional Ejector Refrigeration System (CERS) dan (b) P-h Diagram (Chen J., et. Al., 2014). Conventional ejector refrigeration system (CERS) telah diteliti selama kurun waktu 100 tahun terakhir dan menjadi topik yang menarik sampai sekarang. Fenomena dari aliran yang ada di ejector juga belum terpecahkan dan desain dari geometri ejector juga tidak mudah untuk dipastikan. Hal ini disebabkan performa dari ejector mempunyai banyak faktor yang mempengaruhi, yaitu fluida kerja, dimensi ejector, kondisi pengoperasian terutama temperatur. Meskipun CERS menkonsumsi listrik dalam jumlah yang sangat sedikit, CERS mempunyai

37 17 kekurangan ketika dibandingkan dengan absorption refrigeration system yaitu mempunyai COP yang rendah dan sulit untuk digunakan di berbeda kondisi pengoperasian (Chen J., et. Al., 2014) Advanced Ejector Refrigeration System Dalam menyikapi CERS yang mempunyai nilai COP yang rendah, banyak peneliti mencoba untuk mencari Advanced Ejector Refrigeration System yang mempunyai nilai COP yang tinggi dalam simulasi dan eksperimen. Cara untuk memperoleh nilai COP yang tinggi dengan mengubah konfigurasi / struktur dari ejector, menggunakan multi-stage ejector, tidak menggunakan pompa mekanik dalam pengoperasian sistem, dan menggunakan regenerasi dan/atau pre-cooler (Chen J., et. al., 2014). Dalam Gambar 2.11 ditampilkan sistem refrijerasi pada multi stage ejector refrigeration system. Gambar 2.11 Dua tingkat sistem refrigerasi (a) Konfigurasi ejector; (b) Skema sistem; (c) P-h Diagram (Chen J., et. al., 2014) Combined Steam Ejector Refrigeration System Ejector juga dapat di kombinasikan dengan tipe sistem refrijerasi yang lain contohnya: vapor compression refrigeration system, absorption system dan

38 18 absorbtion system, heat pipe and power generation system. Dalam penggunaan combined steam ejector refrigeration system digunakan khusus pada kondisilingkungan tertentu agar tercapai efisiensi yang baik (Chen J., et. al., 2014). Gambar 2.12 Combined Steam Ejector Refrigeration System (Chen J., et. al., 2014). 2.5 Definisi Fluida Fluida adalah zat zat yang mampu mengalir dan yang menyesuaikan diri dengan bentuk wadah tempatnya. Bila berada dalam keseimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya tangensial atau gaya geser. Semua fluida memiliki suatu derajat kompresibilitas dan memberikan tahanan kecil terhadap perubahan bentuk. (Ranald V. Giles, 1986). 2.6 Teori Dasar Fluida Dari sudut pandang mekanika fluida, semua zat diklasifikasikan menjadi dua bentuk, padat dan fluida. Perbedaan teknis antara kedua zat terletak pada reaksinya terhadap gaya geser maupun tangensial yang diberikan. Zat padat dapat menahan tegangan geser dengan bentuk deformasi statis, sedangkan fluida

39 19 meneruskan gaya tersebut kedalam bentuk energi kinetik / gerak (Frank M. White, 1998). Fluida diklasifikasikan secara umum kedalam dua bentuk yaitu likuid dan gas. Perbedaan antara kedua bentuk fluida tersebut terletak pada reaksi setiap jenis terhadap gaya yang diberikan. Likuid tersusun dari molekul molekul yang berikatan secara berdekatan serta memiliki gaya kohesif yang kuat. Gaya kohesif tersebut menyebabkan likuid cenderung mempertahankan volume dan bentuk yang mengikuti wadahnya. Sedangkan fluida gas memiliki jarak molekul yang renggang dan memiliki gaya kohesif yang sangat lemah, sehingga gas bebas untuk berekspansi. Sifat kedua jenis tersebut kemudian dikenal sebagai compressible and incompressible. Karena fluida tidak mampu menahan gaya geser maupun tangensial, maka gaya yang diberikan pada suatu fluida akan diteruskan pada dinding dinding wadah / vessel ke segala arah. Kondisi ini dikenal dengan hydrostatic condition. Fluida merupakan kumpulan dari molekul molekul, dimana gas memiliki jarak antar molekul yang sangat renggang, dan likuid memiliki jarak antar molekul yang lebih dekat. Jarak antar molekul jauh lebih besar daripada besar diameter molekul tersebut. Molekul - molekul pada fluida tidak diam pada satu kondisi namun cenderung bergerak satu sama lain. Gambar 2.13 menunjukkan ilustrasi bentuk molekul pada gas dan likuid. Gambar 2.13 Ilustrasi perbedaan molekul pada likuid dan gas. [

40 Sifat sifat Fluida Likuid Menurut Triatmodjo (2014), secara umum fluida likuid memiliki beberapa sifat sifat utama antara lain: a. Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair, akan terbentuk permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer. b. Mempunyai rapat massa dan berat jenis. c. Dapat dianggap tidak termampatkan (incompressible). d. Mempunyai viskositas (kekentalan). e. Mempunyai kohesi, adhesi, dan tegangan permukaan Rapat Massa Kerapatan sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf Yunani ρ, didefinisikan sebagai massa fluida (m) per satuan volume (v) dan dapat dinyatakan dengan persamaan (1.1). Kerapatan biasanya digunakan untuk mengkarakteristikkan massa sebuah sistem fluida. Dalam sistem SI Unit (International System of Unit) kerapatan, ρ mempunyai satuan kg/m 3 (White, 1998) m (2.1) V Kerapatan dapat bervariasi cukup besar pada suatu fluida. Kerapatan gas sangat dipengaruhi tekanan dan temperaturnya, sementara pada zat cair variasi tekanan dan temperatur umumnya hanya memberikan pengaruh kecil terhadap nilai ρ (Harinaldi, 2015).

41 21 Gambar 2.14 Pengaruh temperatur terhadap rapat massa air (Munson et. al, 2009) Berat Jenis dan Rapat Relatif Berat jenis yang diberi notasi γ (gamma) adalah berat benda tiap satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu. Berat suatu benda adalah hasil kali antara massa dan percepatan gravitasi. Terdapat hubungan antara berat dan rapat massa dalam persamaan berikut: dengan: g (2.2) γ : berat jenis (N/m 3 untuk satuan SI atau kgf/m 3 untuk satuan MKS). ρ : rapat massa (kg/m 3 untuk satuan SI atau kgm/m 3 untuk satuan MKS). g : percepatan gravitasi, (m/s 2 ). Berat jenis air pada 4 C dan pada tekanan atmosfer adalah 9,81 kn/m 3 atau 1000 kgf/m 3 atau 1 ton/m 3. Rapat relatif didefinisikan sebagai perbandingan antara rapat massa suatu zat dan rapat massa air. Karena g maka rapat relative dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara berat jenis suatu zat dan berat jenis air pada 4 C dan tekanan atmosfer. Bilangan ini tidak berdimensi dan diberi notasi S,

42 22 S zatcair zatcair (2.3) air Perubahan rapat massa dan berat jenis zat cair terhadap temperatur dan tekanan adalah sangat kecil sehingga dalam praktek perubahan tersebut diabaikan. Pada Tabel 2.1 ditampilkan beberapa sifat air pada tekanan atmosfer dan pada beberapa temperatur (White, 1998). air Tabel 2.1 Sifat sifat air pada tekanan atmosfer (Triatmodjo, 2014). Suhu, C Rapat massa, ρ (kg/m 3 ) Viskositas Dinamik, µ (Nd/m 2 ) Viskositas Kinematik, ν (m 2 /s) Tegangan Permukaan, σ (N/m) Modulus Elastisitas, K (MN/m 2 ) 0 999,9 1,792 x ,792 x ,56 x ,519 1,519 7, ,7 1,308 1,308 7, ,2 1,005 1,007 7, ,7 0,801 0,804 7, ,2 0,656 0,661 7, ,1 0,549 0,556 6, ,2 0,469 0,477 6, ,8 0,406 0,415 6, ,8 0,357 0,367 6, ,3 0,317 0,328 6, ,4 0,284 x ,296 x , Hukum Gas Ideal Gas gas sangat mudah dimampatkan dibandingkan dengan zat cair, dimana perubahan kerapatan gas berhubungan langsung dengan perubahan tekanan dan temperatur melalui persamaan 2.4. p RT (2.4)

43 23 dimana p adalah tekanan mutlak, ρ kerapatan, T temperatur mutlak dan R adalah konstanta gas. Persamaan 2.4 biasanya disebut sebagai hukum gas ideal atau gas sempurna, atau persamaan keadaan gas ideal. Perilaku ini diketahui sangat mendekati perliaku gas gas riil di bawah kondisi yang normal apabila gas gas tersebut tidak mendekati keadaan pencairannya (Munson et. al, 2009). Tekanan dalam sebuah fluida dalam keadaan diam didefinisikan sebagai gaya normal per satuan luas yang diberikan pada sebuah permukaan bidang (nyata atau semu) yang terendam dalam fluida dan terbentuk dari tumbukan permukaan tersebut dengan molekul molekul fluida. Tekanan mempunyai dimensi FL -2, dan dalam satuan BG dinyatakan sebagai lb/ft 2 (psf) pascal, disingkat Pa dan tekanan biasanya dinyatakan dalam pascal. Tekanan dalam hukum gas ideal harus dinyatakan dalam mutlak, yang berarti bahwa tekanan tersebut diukur relatif terhadap tekanan nol mutlak. Tekanan atmosfer standar pada permukaan laut (menurut kesepakatan internasional) adalah 14,696 psi (abs) atau masing masing menjadi 14,7 psi dan 101 kpa (Munson et. al, 2009) Viskositas Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak / mengalir. Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel fluida. Fluida ideal tidak mempunyai kekentalan. Fluida kental, seperti sirup atau oli, mempunyai nilai viskositas yang besar. Sedangkan pada fluida encer, seperti air, mempunyai nilai viskositas yang kecil (Munson et. al, 2009). Gambar 2.16 menunjukkan zat cair yang terletak diantara dua plat sejajar yang berjarak sangat kecil Y. Plat bagian bawah pada posisi diam sedangkan plat atas bergerak dengan kecepatan U. Partikel fluida yang bersinggungan dengan plat yang bergerak mempunyai kecepatan yang sama dengan plat tersebut. Tegangan geser antara dua lapis zat cair adalah sebanding dengan gradient kecepatan dalam arah tegak lurus dengan gerak (du/dy). du (2.5) dy

44 24 Gambar 2.15 Deformasi zat cair ( dengan µ (mu) adalah kekentalan dinamik (Nd/m 2 ) dan τ (tau) adalah tegangan geser (N/m 2 ). Zat cair yang mempunyai hubungan linier antara tegangan geser dan gradient kecepatan disebut dengan fluida Newtonian. Pada fluida ideal, tegangan geser adalah nol dan kurvanya berhimpit dengan absis. Untuk fluida nonnewtonian, tegangan geser tidak berbanding lurus dengan gradient kecepatan (Munson et. al, 2009). Gambar 2.16 Hubungan antara tegangan geser dan gradien kecepatan (Munson et. al, 2009). Sangat sering dalam persoalan aliran fluida, viskositas muncul dalam bentuk yang dikombinasikan dengan kerapatan sebagai: (2.6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Refrigerasi ejektor tampaknya menjadi sistem yang paling sesuai untuk pendinginan skala besar pada situasi krisis energi seperti sekarang ini. Karena refregerasi ejector

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi ejector refrigeration telah lama diketahui dan dikembangkan, pertama kali ditemukan oleh Charles Parsons awal tahun 1900. Ejector pertama kali digunakan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Tony Suryo Utomo*, Sri Nugroho, Eflita

Lebih terperinci

PENGARUH CONVERGENT DAN CONVERGENT- DIVERGENT NOZZLE TERHADAP ENTRAINMENT RATIO DAN EXPANSION RATIO PADA STEAM EJECTOR SKRIPSI

PENGARUH CONVERGENT DAN CONVERGENT- DIVERGENT NOZZLE TERHADAP ENTRAINMENT RATIO DAN EXPANSION RATIO PADA STEAM EJECTOR SKRIPSI i PENGARUH CONVERGENT DAN CONVERGENT- DIVERGENT NOZZLE TERHADAP ENTRAINMENT RATIO DAN EXPANSION RATIO PADA STEAM EJECTOR SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN GEOMETRI EJECTOR PADA PERFORMA SISTEM REFRIGERASI STEAM EJECTOR

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN GEOMETRI EJECTOR PADA PERFORMA SISTEM REFRIGERASI STEAM EJECTOR KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN GEOMETRI EJECTOR PADA PERFORMA SISTEM REFRIGERASI STEAM EJECTOR Rudy Kurniawan 1), MSK Tony Suryo Utomo 2), Saiful 2) 1)Magister Teknik Mesin Program Pasca Sarjana

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH ANGLE MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH ANGLE MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH ANGLE MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION Bachtiar Setya Nugraha Dosen Program Studi S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus E-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Pada suatu penelitian tidak lepas dari metodologi yang digunakan. Oleh sebab itu agar prosedur penelitian tertata dan terarah sesuai

Lebih terperinci

INVESTIGASI EKSPERIMENTAL EFEK NOZZLE EXIT POSITION STEAM EJECTOR TERHADAP PARAMETER ENTRAINMENT RATIO DAN EXPANSION RATIO SKRIPSI

INVESTIGASI EKSPERIMENTAL EFEK NOZZLE EXIT POSITION STEAM EJECTOR TERHADAP PARAMETER ENTRAINMENT RATIO DAN EXPANSION RATIO SKRIPSI INVESTIGASI EKSPERIMENTAL EFEK NOZZLE EXIT POSITION STEAM EJECTOR TERHADAP PARAMETER ENTRAINMENT RATIO DAN EXPANSION RATIO SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PANJANG CONSTANT AREA SECTION STEAM EJECTOR TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI EJECTOR. Abstrak

PENGARUH VARIASI PANJANG CONSTANT AREA SECTION STEAM EJECTOR TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI EJECTOR. Abstrak PENGARUH VARIASI PANJANG CONSTANT AREA SECTION STEAM EJECTOR TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI EJECTOR Rahmansyah Nurcahyo 1, Muhammad Subri 2 dan Muh Amin 3 Abstrak Steam ejector refrigerasi merupakan

Lebih terperinci

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA DEFINISI Mekanika fluida gabungan antara hidraulika eksperimen dan hidrodinamika klasik Hidraulika dibagi 2 : Hidrostatika Hidrodinamika PERKEMBANGAN HIDRAULIKA

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD Bachtiar Setya Nugraha Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muria

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD A.6. Analisa Pengaruh Variasi Panjang Throat Section Terhadap Entrainment Radio... (Mohamad Fahris) ANALISA PENGARUH VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT MIXING CHAMBER TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR REFRIGERATION TUGAS AKHIR PRIYO HUTOMO L2E 005 477 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN SEMARANG

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER TERHADAP ENTRAINMENT RATIO DAN DISTRIBUSI TEKANAN PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER TERHADAP ENTRAINMENT RATIO DAN DISTRIBUSI TEKANAN PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER TERHADAP ENTRAINMENT RATIO DAN DISTRIBUSI TEKANAN PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD Bachtiar Setya Nugraha, ST Program Magister Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH DIAMETER NOZZLE TERHADAP UNJUK KERJA STEAM EJECTOR PADA SISTEM REFRIGERASI TUGAS AKHIR RAT DILLA PRAMUDITA L2E 005 480 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP

EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP EFEK VARIASI DEBIT ALIRAN PRIMER DAN SKUNDER DALAM MENCAPAI KEVAKUMAN PADA LIQUID JET GAS PUMP Oleh: Eswanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Medan Jl. Gedung Arca

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan ST MT Team Teaching: Ir. Chandra Hassan Dip.HE, M.Sc Pengantar Fluida Hidrolika Hidraulika merupakan satu topik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA 0012-34 SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR ZEVO PRIORY SIBERO L2E 006 096 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Aliran Melewati Nozzle Pada Ejector Converging Diverging dengan Variasi Diameter Exit Nozzle

Simulasi Numerik Aliran Melewati Nozzle Pada Ejector Converging Diverging dengan Variasi Diameter Exit Nozzle Jurnal! "## $ ' ( ')) * +, + ) + - ( ) %& & &./' ) 0 1 http://dx.doi.org/ & Simulasi Numerik Aliran Melewati Nozzle Pada Ejector Converging Diverging dengan Variasi Diameter Exit Nozzle Novi Indah Riani,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

Hidraulika dan Mekanika Fuida

Hidraulika dan Mekanika Fuida Drs. Rakhmat Yusuf, MT Hidraulika dan Mekanika Fuida Hidraulika dan Mekanika Fuida Hidraulika dan Mekanika Fuida Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Diploma III Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas

Lebih terperinci

Principles of thermo-fluid In fluid system. Dr. Ir. Harinaldi, M.Eng Mechanical Engineering Department Faculty of Engineering University of Indonesia

Principles of thermo-fluid In fluid system. Dr. Ir. Harinaldi, M.Eng Mechanical Engineering Department Faculty of Engineering University of Indonesia Principles of thermo-fluid In fluid system Dr. Ir. Harinaldi, M.Eng Mechanical Engineering Department Faculty of Engineering University of Indonesia Sifat-sifat Fluida Fluida : tidak mampu menahan gaya

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR Tujuan Intruksional Umum (TIU) Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konsep mekanika fluida, teori hidrostatika dan hidrodinamika. Tujuan Intruksional

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

Definisi dan Sifat Fluida

Definisi dan Sifat Fluida TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / 2 sks Definisi dan Sifat Fluida Ir. Suroso, M.Eng., Dipl.HE Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo Department University of Brawijaya Apakah Fluida itu? Bandingkan antara zat padat dan

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HOT MARHUALA SARAGIH NIM. 080401147 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi RANCANG BANGUN EVAPORATOR UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1PK SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TYSON MARUDUT MANURUNG NIM

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 RANCANG BANGUN GENERATOR PADA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN SIKLUS ABSORPSI MEMANFAATKAN PANAS BUANG MOTOR BAKAR DENGAN PASANGAN REFRIJERAN - ABSORBEN AMONIA-AIR Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ZAKARIA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS Juari NRP: 1321025 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Hidraulika merupakan ilmu dasar dalam bidang teknik sipil yang menjelaskan perilaku fluida atau

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA BAB I

MEKANIKA FLUIDA BAB I BAB I I.1 Pendahuluan Hidraulika berasal dari kata hydor dalam bahasa Yunani yang berarti air. Dengan demikian ilmu hidraulika dapat didefinisikan sebagai cabang dari ilmu teknik yang mempelajari prilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Klasisifikasi Aliran:

Klasisifikasi Aliran: Klasisifikasi Aliran: 1) Aliran Invisid dan Viskos 2) Aliran kompresibel dan tak kompresible 3) Aliran laminer dan turbulen 4) Aliran steady dan unsteady 5) Aliran seragam dan tak seragam 6) Aliran satu,

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Area Ratio dan Throat Ratio Terhadap Kinerja Liquid Jet Gas Pump

Studi Eksperimen Pengaruh Area Ratio dan Throat Ratio Terhadap Kinerja Liquid Jet Gas Pump Studi Eksperimen Pengaruh Area Ratio dan Throat Ratio Terhadap Kinerja Liquid Jet Gas Pump Dandung Rudy Hartana 1, Nizam Effendi 2 Jurusan Teknik Mesin STTNAS Yogyakartai 1,2 dandungrudyhartana@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN SUDUT TERHADAP EFISIENSI POMPA SENTRIFUGAL JENIS TUNGGAL

PENGARUH KECEPATAN SUDUT TERHADAP EFISIENSI POMPA SENTRIFUGAL JENIS TUNGGAL TURBO Vol. 4 No. 2. 2015 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/ummojs/index.php/turbo PENGARUH KECEPATAN SUDUT TERHADAP EFISIENSI

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA CONTOH TERAPAN DIBIDANG FARMASI DAN KESEHATAN?

MEKANIKA FLUIDA CONTOH TERAPAN DIBIDANG FARMASI DAN KESEHATAN? MEKANIKA FLUIDA DISIPLIN ILMU YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI BIDANG MEKANIKA TERAPAN YANG MENGKAJI PERILAKU DARI ZAT-ZAT CAIR DAN GAS DALAM KEADAAN DIAM ATAUPUN BERGERAK. CONTOH TERAPAN DIBIDANG FARMASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma INVESTIGASI PARAMETER ENTRAINMENT RATIO STEAM EJECTOR TERHADAP MODEL CIRCLE DAN SQUARE NOZZLE PADA PERUBAHAN NXP MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ejector adalah salah satu jenis mesin fluida yang banyak digunakan untuk mendukung salah satu proses pada industri, antara lain: proses vacuum destilation, pompa untuk

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI FLUID STTIS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi fluida statis.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law PENGUKURAN VISKOSITAS RINI YULIANINGSIH Review Viskositas Newtonian Non Newtonian Power Law yz = 0 + k( yz ) n Model Herschel-Bulkley ( yz ) 0.5 = ( 0 ) 0.5 + k( yz ) 0.5 Model Casson Persamaan power law

Lebih terperinci

Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika

Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika OLEH : ENUNG, ST.,M.Eng JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2011 1 SILABUS PERTEMUAN MATERI METODE I -PENDAHULUAN -DEFINISI FLUIDA

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BENTUK GEOMETRI SUDUT CONVERGING DUCT DAN PANJANG CONSTANT-AREA SECTION PADA PERFORMA SISTEM REFRIGERASI STEAM EJECTOR

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BENTUK GEOMETRI SUDUT CONVERGING DUCT DAN PANJANG CONSTANT-AREA SECTION PADA PERFORMA SISTEM REFRIGERASI STEAM EJECTOR C.10 KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BENTUK GEOMETRI SUDUT CONVERGING DUCT DAN PANJANG CONSTANT-AREA SECTION PADA PERFORMA SISTEM REFRIGERASI STEAM EJECTOR Muammad Subri 1*, Tony Suryo Utomo 2, Berka Fajar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1 Design Tabung (Menentukan tebal tabung) Tekanan yang dialami dinding, ΔP = 1 atm (luar) + 0 atm (dalam) = 10135 Pa F PxA

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND)

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND) TUGAS SARJANA BIDANG KONVERSI ENERGI KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION

PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION PENGARUH SUDUT KELENGKUNGAN SUDU SAVONIUS PADA HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE TERHADAP POWER GENERATION SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: TAUFAN APHA

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA

DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA Mekanika fluida dan hidrolika adalah bagian dari mekanika terpakai (Applied Mechanics) yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dasar bagi teknik sipil. Mekanika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Laju Aliran Fluida dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa seperti yang terlihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1. DESIGN REAKTOR Karena tekanan yang bekerja tekanan vakum pada tabung yang cendrung menggencet, maka arah tegangan yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI ANALISIS LOSSES PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH JARAK NOSEL DENGAN CONSTANT AREA SECTION PADA PERFORMANSI STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH JARAK NOSEL DENGAN CONSTANT AREA SECTION PADA PERFORMANSI STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD TUGAS SARJANA BIDANG KONVERSI ENERGI ANALISA PENGARUH JARAK NOSEL DENGAN CONSTANT AREA SECTION PADA PERFORMANSI STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN AC

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN AC STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN A Sunanto Jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Pengenalan Alat alat instrumen di dunia industri. Disusun oleh:rizal Agustian T NPM:

Pengenalan Alat alat instrumen di dunia industri. Disusun oleh:rizal Agustian T NPM: Pengenalan Alat alat instrumen di dunia industri Disusun oleh:rizal Agustian T NPM:3335101322 Makna kata instrumen sendiri adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2

EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2 EFEKTIVITAS STEAM EJECTOR TINGKAT PERTAMA DI PLTP LAHENDONG UNIT 2 Brian Deril Kemur 1), Frans Sappu 2), Hengky Luntungan 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Steam ejector tingkat

Lebih terperinci

Pertemuan 1. PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika. OLEH : ENUNG, ST.,M.Eng TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012

Pertemuan 1. PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika. OLEH : ENUNG, ST.,M.Eng TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012 Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika OLEH : ENUNG, ST.,M.Eng TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012 1 SILABUS PERTEMUAN MATERI METODE I -PENDAHULUAN -DEFINISI FLUIDA -SIFAT-SIFAT

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD

ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT MIXING CHAMBER INLET TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR DENGAN MENGGUNAKAN CFD 1 ABSTRACT Ejector tool that used to move fluid by way of make use fluid flow other.

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

ANALISA VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR REFRIGERASI DENGAN MENGGUNAKAN CFD

ANALISA VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR REFRIGERASI DENGAN MENGGUNAKAN CFD ANALISA VARIASI PANJANG THROAT SECTION TERHADAP ENTRAINMENT RATIO PADA STEAM EJECTOR REFRIGERASI DENGAN MENGGUNAKAN CFD Mohamad Fahris Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

Udara. Bahan Bakar. Generator Kopel Kompresor Turbin

Udara. Bahan Bakar. Generator Kopel Kompresor Turbin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Instalasi Turbin Gas Instalasi turbin gas merupakan suatu kesatuan unit instalasi yang bekerja berkesinambungan dalam rangka membangkitkan tenaga listrik. Instalasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu (Ambarita, Himsar, 2010)

BAB II DASAR TEORI. Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu (Ambarita, Himsar, 2010) BB II DSR TEORI. Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Karena itu kita perlu mempelajari sistem kerja refrigerasi dan sekali

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup)

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah Tabung Vortex Tabung vortex ditemukan oleh G.J. Ranque pada tahun 1931 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Prof. Hilsch pada tahun 1947. Tabung vortex adalah salah

Lebih terperinci