PENANGANAN ALAT KESEHATAN STERIL REUSABLE
|
|
- Hadian Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI PENANGANAN ALAT KESEHATAN STERIL REUSABLE PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab VI yang diberikan pada pertemuan kedua belas dan ketiga belas, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan proses sterilisasi pada alat kesehatan steril reusable. Adapun ruang lingkup bab VI adalah : jenis-jenis alat kesehatan steril reusable, siklus pemakaian perbekalan steril reusable, dekontaminasi dan desinfektan, packaging, metoda sterilisasi, penyimpanan dan distribusi perbekalan steril, serta indikator yang digunakan dalam kontrol kualitas perbekalan steril. MATERI Perbekalan steril rumah sakit secara garis besar terbagi atas dua kategori yaitu : 1. Perbekalan steril reusable Perbekalan steril reusable merupakan perbekalan steril yang dapat disterilisasi ulang, melipuri : Alat kesehatan / berupa instrumen seperti : pisau operasi. gunting operasi (surgical scissors), pinset operasi, doek klem, kocher, peart, kogel tang. Linen (kain) untuk keperluan operasi, seperti : baju bedah, kam doek. Gloves (sarung tangan) 2. Perbekalan steril disposable use Perbekalan steril disposable use merupakan alat kesehatan stenl yang bersifat sekali pakai, contohnya : jarum suntik, alat semprit (spuit / syringes), cateters (iv cateters, foley cateters, stomach tube), alat-alat untuk mengambil / memberikan cairan atau darah (blood administration set, solution administration set). 1. Siklus penggunaan perbekalan steril Penggunaan perbekalan steril reusable mempakan suatu siklus yang
2 terdiri dari : 1. Transportasi Siklus berawal dari transportasi perbekalan steril reusable yang telah digunakan (peralatan kotor) dari beberapa user seperti kamar operasi, bagian gawat danirat kebagian sterilisasi sentral di rumah sakit dengan menggunakan trolley (kereta dorong ) atau wadah lain yang layak. 2. Cleaning dan dekontaminasi Perbekalan steril yang kotor akan dibersihkan dari kotoran yang nampak seperti darah, cairan tubuh pasien. Proses ini dilakiikan di ruang kotor. 3. Pemeriksaan alat Penyiapan peralatan instrumen maupun linen yang diperlukan dalam suatu operasi dalam bentuk paket. Peralatan instrumen yang tidak lengkap atau tidak layak pakai dalam suatu paket akan menghambat kelancaran jalannya suatu operasi. Sebagai contoh pemeriksaan terhadap instrumen meliputi kebersihan instrumen dari kotoran, ketajaman gunting, dll PENYIMPANAN TRANSPORT USER STERILISASI TRANSPORT PACKAGING PEMERIKSAAN CLEANING Gambar 2. Siklus pemakaian perbekalan steril reusable 4. Packaging (Pengemasan) Untuk mencegah rekontaminasi selama penyimpanan maka alat-alat tersebut dikemas terlebih dahulu sebelum memasuki proses sterilisasi. Pengemas harus dapat menjamin sterilitas produk hingga waktu penggunaannya. Pengemas yang rusak maupun tidak layak dapat menyebabkan proses cleaning pengemasan dan sterilisasi tidak bermanfaat.
3 5. Sterilisasi Instrumen dan linen yang telah dikemas siap memasuki proses Sterilisasi. Diantara metoda Sterilisasi biasa digunakan seperti : panas basah, panas kering, etylen oksid, formaldehid metoda panas basah merupakan metoda Sterilisasi instrumen dan linen yang paling sering dijumpai di rumah sakit. 6. Penyimpanan Setelah proses Sterilisasi selesai, instrumen dan linen dikeluarkan dari alat Sterilisasi. Setelah pemeriksaan terhadap indicator sterlisasi selesai, maka dilakukan penyimpanan untuk kemudian didistribusikan kepada user seperti ruang-ruang operasi. 7. Penggunaan produk steril Produk steril memerlukan cara-cara penggunaan yang benar untuk mempertahankan sterilitasnya. Sebagai contoh cara membuka kemasan produk steril yang salah dapat mengakibatkan produk steril yang tersimpan di dalamnya menjadi terkontaminasi. Dengan menggimakan prosedur yang aseptik, maka rekontaminasi terhadap produk steril akan dapat dikurangi semaksimal mungkin 2. Cleaning, dekontaminasi dan desinfektan Konsep dasar cleaning adalah bahwa kotoran yang menempel pada instrument dan linen tidak hanya merupakan media bagi pertumbuhan mikroorganisma tetapi juga menyebabkan proses Sterilisasi menjadi kurang efektif. Terdapat tiga tujuan utama proses cleaning : 1. Menghilangkan kotoran yang nampak terlihat, seperti bercak darah 2. Menghilangkan kotoran yang tidak terlihat, seperti cairan tubuh pasien 3. Menghilangkan semaksimal mungkin mikroorganisma yang mengkontaminasi. Cleaning meliputi beberapa langkah penting yaitu : Pemeriksaan kelengkapan alat Proses peredaman Pencucian Pembilasan Pengeringan
4 Proses dimulai setelah instrumen digunakan oleh pasien atau terkena kontaminasi. Setelah diterima oleh petugas dan diperiksa kelengkapannya, peralatan tersebut harus dicegah terhadap terjadinya proses pengeringan darah, komponen protein sehingga nantinya mudah dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan sejumlah larutan peredam kedalam wadah tertutup. Produk berikut dapat digunakan sebagai larutan peredam : Air Larutan enzymatic yang dapat melarutkan senyawa-senyawa protein Air dan larutan deterget Desinfektan Proses cleaning dapat dilakukan : Secara manual, cara ini dilakukan apabila rumah sakit tidak mempunyai peralatan Ulrosonic cleaning atau Washer-sterilize / washer-decontaminator Ulrosonic cleaning Washer-sterilizer washer-decontam inator Dalam proses cleaning penggunaan desinfektan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan. Di rumah sakit desinfektan digunakan untuk membersihkan alat kesehatan dan benda-benda dengan permukaan yang keras seperti meja, almari, lantai dan dinding. Bagian farmasi biasanya bertugas menyiapkan desinfektan. Dalam menyiapkan suatu desinfektan farmasis perlu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas suatu desinfektan serta hal-hal yang dapat menyebabkan inaktivasi suatu desinfektan. Untuk mencegah inaktivasi desinfektan maka berikut ini diberikan beberapa petunjuk penggunaan desinfektan : a. Instruksi penggunaan desinfektan oleh pabrik yang membuatnya harus dipatuhi b. Perlu diperiksa tanggal kadaluwarsa c. Perhatikan pelarutan desinfektan dengan kadar yang optimal d. Selalu cuci bersih benda-benda sebelum desinfeksi, sebab desinfektan dapat menjadi tidak aktif oleh bahan organic. e. Jangan mengisi kembali tempat desinfektan bekas tanpa dilakukan sterilisasi terlebih dahulu f. Disinfektan tidak boleh digunakan untuk sterilisasi peralatan (kecuali jika
5 telah diatur dalam kebijakan desinfektan, misalnya endoskopi) g. Tempat desinfektan harus tertutup rapat untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh bakter yang resisten terhadap antibiotika, misalnya pseudomonas dan spora Beberapa desinfektan yang banyak digunakan di rumah sakit adalah : 1. Alkohol 2. Golongan Phenol (Intermediate to Low Level Desinfectan) 3. Klorin aktif (intermidiate level desinfectan) 4. Glutaraldehyde (Might Level Desinfectan/sterilant) 5. Hydrogen pyroksida (High Level Desinfectan ) 6. Formaldehide (Formalin) 7. Amonium quarterner (Low Level Desinfectan ) 3. Packaging dan sterilisasi Untuk mencegah rekontaminasi pada instrumen dan linen, maka alat-alat tersebut dikemas terlebih dahulu sebelum memasuki proses sterilisasi. Bahan pengemas yang digunakan harus mempunyai syarat dapat ditembus oleh bahan pensterilisasi sehingga instrumen maupun linen yang ada didalamnya steril. Syarat lain setelah proses sterilisasi, pengemas harus dapat berfungsi sebagai penghalang masuknya mikroorganisma kedalam instrumen maupun linen yang dikemas. Dengan demikian pengemas harus dapat menjamin sterilitas produk hingga waktu penggunaannya. Pengemas yang rusak maupun tidak layak dapat menyebabkan proses cleaning, pengemasan dan sterilisasi tidak bermanfaat. Terdapat beberapa macam packaging (pengemas), yaitu : 1. Pengemas primer Contoh pengemas primer : kertas 2 lapis, kain 2 lapis, single atau double laminated film pouch, wadah yang disertai penyaring, dll. Syarat-syarat pengemas primer: Mampu menjaga sterilitas produk setelah proses sterilisasi Kompatibel dengan proses sterilisasi Pembungkus dapat ditembus oleh udara atau bahan pensteril»:» Kuat Tidak melepaskan bahan kimia tertentu atau partikel kedlam produk sehingga keamanan pasien terjamin
6 Sebagai indicator, sehingga produk yang telah disterilisasi dapat dibedakan dengan produk yang belum mengalami stenlisasi Mudah dibuka 2. Pengemas sekunder Pengemas sekunder selain melindungi produk steril dari debu juga melindungi secara mekanik dan memudahkan dalam transportasi alat kesehatan steril disposable use. 3. Pengemas selama distribusi instrumen dan linen steril Merupakan trolley tertutup beroda unruk mendistribusikan produk-produk steril yang telah dikemas dengan pengemas primer ataupun sekunder ke ruangan-ruangan di rumah sakit yang membutuhkannya. Beberapa bahan yang digunakan unruk pengemas adalah : 1. Kain. Terdapat beberapa keuntungan penggimaan kain : kuat, dapat digunakan berulang kali serta fleksibel 2. Kertas Kertas merupakan alternatif pengganti kain. Pori-porinya lebih kecil dari tekstil dan hanya digunakan untuk sekali pakai. 3. Laminated film pouch Untuk pengemas instrumen dalam bentuk tunggal atau sejumlah intrumen dengan ukuran yang relatif kecil. Laminated film pouch terdiri atas kertas disatu sisi dan plastik transparan pada sisi yang lain yang direkatkan melalui proses laminating. Udara maupun nap air dapat masuk ke dalam kemasan melalui bagian yang terlapisi oleh kertas. Pengemas ini tersedia dalam berbagai ukuran. 4. Sterilizing drums Sterilizing drums terbuat dari logam stainlesteel, sebagai pengemas sekunder. Tidak dapat digunakan sebagai pengemas primer. Pada model pengemas ini, uap air dapat masuk ke dalam produk melalui lubang-lubang kecil yang terdapat disekeliling pengemas. Lubang-lubang ini dapat dibuka dan ditutup, sebelum sterilisasi lubang dibuka dan setelah sterilisasi lubang akan ditutup kembali. 5. Sterilizing Containers Digunakan sebagai pengemas primer pada sterlisasi kain atau instrumen.
7 Pada pengemas jems ini udara akan bergerak masuk memalui filter yang terdapat pada penutupnya. Terdapat dua macam cara melipat pengemas instrumen dan linen, yaitu : 1. Envelope fold 2. Parcel fold Model envelope fold digunakan untuk mengemas peralatan dengan ukuran kecil, sedangkan model parcel fold untuk mengemas linen serta sekumpulan instrumen yang telah dimasukkan dalam tempat instrumen (instrumen trays). Cara pengemasan dapat dilakukan dengan hanya menggunakan satu model saja atau menggunakan kombinasi kedua model tersebut. Envelope fold: For smaller objects and instrument sets. Gambar 3. Metoda pengemasan model envelope vold
8 Parcel fold: Used for bigger packages such as instrument trays, textile packs etc. Gambar 4. Metoda pengemasan model parcel fold Instrumen dan linen yang telah dikemas siap disterilisasi. Sterilisasi adalah suatu proses dengan metoda tertentu yang bertujuan mematikan semua organisme hidup (vegetatif dan rion vegetatif) termasuk spora bakteri yang lebih resisten terhadap desinfektan. Terdapat bennacam-macam metoda Sterilisasi, yaitu : 1. Sterilisasi panas kering 2. Sterilisasi dengan uap. 3. Sterilisasi dengan Ultraviolet 4. Sterilisasi dengan sinar pengion 5. Sterilisasi dengan gas kimia 6. Sterilisasi dengan filter 7. Sterilisasi dengan bahan kimia 4. Penyimpanan dan distribusi Setelah proses Sterilisasi selesai, maka perbekalan steril tersebut akan disimpan hingga waktu digunakan oleh user. Penyimpanan barang steril memegang peranan panting guna menjaga mutu sterilitas, agar barang yang sudah steril tidak terkena kontaminasi. Untuk itu diperlukan ruangan khusus untuk menyimpan barang steril serta almari/tempat penyimpanan khusus di unit pemakai. Berikut ini beberapa persyaratan yang diperlukan : 1. Dirancang untuk tidak menahan debu, yaitu dengan mengurangi adanya celah-celah atau tonjolan-tonjolan tempat debu dapat bersarang
9 2. Ruangan harus kering 3. Ruangan haras bertekanan positif 4. Pintu dan jendela harus berlapis dengan ruangan transisi diantaranya 5. Rak tempat barang steril dirancang sedemikian rapa untuk memudahkan system FIFO (First In First Out), artinya barang yang telah lebih dahulu steril akan dapat dipergunakan lebih dahulu 6. Pembersihan ruangan / tempat diusahakan tidak dengan sapu melainkan dengan mesin penghisap debu. Adapun persyaratan almari penyimpanan barang steril : 1. Harus ditempatkan dalam ruangan yang bersih, tidak bercampur atau berdekatan dengan tempat/rak disposal 2. Harus kering 3. Minimal sekali seminggu dibersihkan Untuk pengangkatan barang steril dari ruang penyimpanan ke unit pemakai diperlukan almari beroda yang tertutup rapat, bersih dan kering atau menggunakan lift barang steril apabila unit pemakai seperti ruangan operasi berada tepat diatas area tempat penyimpanan barang steril seperti yang terdapat pada beberapa nimah sakit besar. 5. Evaluasi perbekalan steril reusable Evaluasi (kontrol kualitas) terhadap perbekalan steril reusable diperlukan untuk menjamin kemanan baik bagi pasien maupun para petugasnya. Kontrol kualitas meliputi : 1. Kontrol kualitas administrative Management Semua petugas yang terlibat dalam penanganan perbekalan steril baik teknisi, supervisor maupun kepala instalasi harus merupakan tenaga terlatih dan berdisiplin tinggi. Kebijakan dan prosedur Seluruh kebijakan danprosedur penanganan perbekalan steril harus tertulis serta dapat dijalankan oleh petugas. 2. Kontrol kualitas kepuasan pelanggan Didapatkan melalui: Survey terhadap pemakai perbekalan steril Pengumpulan laporan serta keluhan dari para pengguna.
10 3. Kontrol kualitas tehnis Dilakukan untuk mengetahui keandalan suatu metoda dan proses sterilisasi. Kontrol kualitas tehnis dilakukan selama proses sterilisasi maupun sesudah proses sterilisasi berlangsung Kontrol selama proses Dilakukan dengan menggunakan indikator : 1. Indikator kimia Yaitu suatu indikator yang menggunakan bahan kimia yang pada suhu akan berabah warnanya, misalnya indikator tape. Indikator tape diletakkan didalam dan di luar packaging. 2. Indikator fisik Contohnya adalah grafik yang terdapat pada High Prevacuum Autoclave. Grafik ini menunjukkan hubungan antara tekanan dan temperatur yang konstan pada waktu tertentu. 3. Indikator biologis Indikator ini prinsipnya adalah menggunakan suatu bakteri. Jenis bakteri yang digunakan tergantung dari type alat sterilisasi yang digunakan : Bacillus stearothermophillus untuk sterilisasi panas uap (autoclave) Bacillus subtillis untuk sterilisasi dengan etopoksid dan sterilisasi kering Indikator ini biasanya tersedia dalam bentuk ampul dengan harga yang relatif mahal. Untuk kontrol terhadap sterilitas yang efektif dan efisien adalah menggunakan indikator fisik dan indikator kimia, dan secara berkala dapat dilakukan kontrol dengan indikator biologis Kontrol sesudah proses Dilakukan terhadap sterilitas barang serta keadaan fisik barang (keutuhan, kelengkapan)
11 PENUTUP Penanganan terhadap perbekalan steril reusable yang meliputi instrumen, linen dan sarung tangan di rumah sakit perlu mendapat perhatian serius untuk menghindari timbulnya infeksi. Penanganan yang baik perlu dilakukan mulai dari transport dari user, proses cleaning dan dekontaminasi, pemeriksaan peralatan, pengemasan, sterilisasi, penyimpanan hingga pendistribusian kembali ke user. Pemilihan desmfektan yang efektif pada tiap jenis alat kesehatan. Pemilihan jenis pengemas serta pemilihan metoda sterilisasi yang tepat akan dapat menjamin produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Pada pertemuan yang akan datang akan dibahas mengenai penanganan terhadap alat kesehatan steril disposable use.
Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :
Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari
Lebih terperinciPENGENALAN PERBEKALAN STERIL
BAB I PENGENALAN PERBEKALAN STERIL PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab I yang diberikan pada pertemuan pertama, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan jenis, syarat dan evaluasi dasar perbekalan
Lebih terperinciPengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama
PERAWATAN DAN MAINTENANCE PREPARASI OPERASI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi PERSIPAN PENGEMASAN Prinsip : bebas dari kontaminasi Peralatan dan bahan harus bersih : Alat dibersihkan manual/pembersih
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5
DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi
Lebih terperincitekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau
STERILISASI ALAT 1. Definisi Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua bentuk kehidupan (Mulyanti
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN
Lebih terperinciInstrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi
INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa
Lebih terperinciPROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200
PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah
Lebih terperincia. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.
Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.
Lebih terperinciPusat kegiatan sterilisasi di RS Struktur organisasi Sebaiknya : dibawah penunjang medis
CSSD Pusat kegiatan sterilisasi di RS Struktur organisasi Sebaiknya : dibawah penunjang medis dalam ifrs (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) luar ifrs Fungsi : menunjang kegiatan unit lain di rs penyediaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa
Lebih terperinciALUR CSSD YANG BENAR DAN PENEMPATAN MESIN-MESIN STERILISASI. Oleh TRI ANDONO SETIYADI, ST, MM
ALUR CSSD YANG BENAR DAN PENEMPATAN MESIN-MESIN STERILISASI Oleh TRI ANDONO SETIYADI, ST, MM Jakarta, 24 28 Agustus 205 PENDAHULUAN Usaha-usaha pengendalian infeksi dan pencegahan infeksi nosokomial kini
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN No. TENTANG DESINFEKSI STERILISASI DIREKTUR RS. AIRLANGGA JOMBANG
SURAT KEPUTUSAN No. TENTANG DESINFEKSI STERILISASI DIREKTUR RS. AIRLANGGA JOMBANG MENIMBANG : a. Bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Lebih terperinciPenyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :
Penyimpanan Obat Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang
Lebih terperinciTENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI NOMOR : /SK/DIR/ /2016 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS
MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur
Lebih terperinciPENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan
Pekalongan PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman STANDAR Adalah proses penanganan linen yang telah dipergunakan oleh pasien, yang tidak terkontaminasi
Lebih terperinciSTERILISASI & DESINFEKSI
STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga
Lebih terperinciPerawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.
Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Bakteri Udara Pada Rumah Sakit Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering
Lebih terperinciSterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih
Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang
Lebih terperinciSterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM
Sterilisasi menggunakan Sterilisator Ozon & IM STERILISASI MENGGUNAKAN STERILISATOR OZON & IM ( INFRA MERAH ) Sterilisasi adalah suatu pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua
Lebih terperinciPANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA
PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA Jl. Raya Plumpang Jakarta Utara KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat Nya
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015
PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA Jl. Soekarno-Hatta, Banda Raya, Banda Aceh (23238) Telp./Faks. (0651) 43097/ 43095 Email: rsum@bandaacehkota.go.id Website: http://rsum.bandaacehkota.go.id
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kesehatan meliputi barang, instrumen atau alat lain yang termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan untuk digunakan
Lebih terperinciPETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan STETOSKOP
Halaman : 1 dari 5 PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan 1. Ruang Lingkup Petunjuk ini berisi prosedur perawatan yang berlaku pada alat Tensimeter Raksa RIESTER (Mercurial Sphygmomanometers
Lebih terperinciKAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI
KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI MATRIX PENCEGAHAN UNTUK PEMBANGUNAN DAN RENOVASI Langkah Pertama : Identifikasi Tipe Aktifitas Proyek Konstruksi (Tipe A-D) Tipe Aktifitas inspeksi dan non-invasif. A
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.
Lebih terperinciLAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%
LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Pratikum : 28 Oktober-4 November 2010 LABORATORIUM TEKNOLOGI
Lebih terperinciRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KECAMATAN MANDAU
PANDUAN STERILISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KECAMATAN MANDAU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka infeksi nasokomial terus meningkat mencapai sekitar 9 % atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap
Lebih terperinciCHECK LIST METODE PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI, BEKASI TAHUN 2014
CHECK LIST METODE PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI, BEKASI TAHUN 2014 NO KETERANGAN YA TIDAK 1 Tahap Pengumpulan Pemilihan antara linen infeksius dan linen non infeksius dimasukkan ke kantong
Lebih terperinciKarakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)
Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada
Lebih terperinciPERSYARATAN PRAKTIK BIDAN
Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : /MENKES/PER/X/00 Tanggal : Oktober 00 PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN A. TEMPAT PRAKTIK. Tempat untuk praktik bidan mandiri terpisah dari ruangan keluarga terdiri
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos
Lebih terperinciSchematic Diagram. Keterangan : : lampu indikator power : lampu indikator filamen : Relay
STERILISASI Sterilisasi adalah suatu proses untuk membebaskan / membunuh kuman kuman atau bakteri yang terdapat pada benda / alat. Untuk proses tersebut digunakan suatu alat yang dinamakan sterilisation.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme
Lebih terperinciPERAWATAN DAN PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM
PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM 1. Pengertian perawatan Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik
Lebih terperinciANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY
ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri, di segala macam tempat serta lingkungan
Lebih terperinciKemasan Alumunium dan Alumunium Foil
Kemasan Alumunium dan Alumunium Foil Souvia Rahimah Pengemasan Bahan Pangan ALUMUNIUM Alumunium adalah logam 1. Lebih ringan daripada baja 2. Daya korosif oleh atmosfir rendah 3. Mudah dilekukkan 4. Tidak
Lebih terperinciPENGEMASAN INTRODUCTION PASSIVE PACKAGING INTRODUCTION 12/20/2012. Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan :
INTRODUCTION PENGEMASAN Klasifikasi Beberapa Jenis Kemasan : 1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekuensi pemakaian Disposable, Semi-Disposable dan Multi-trip 2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur
Lebih terperinciKOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI
Formulir XI KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI Berdasarkan :. UU Kesehatan No. 36 tahun 009. Perda Kota Depok No. 05 tahun 0 tentang Perizinan dan Sertifikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Lebih terperinciNama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.
Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan
Lebih terperinciNama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.
Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk Cara nya Pembersihan sangat mengencerkan suatu larutan. adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu disarankan busa / dikeringkandengan lap.
Lebih terperinciGMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik
GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER
RENCANA OGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER PERBEKALAN STERIL Oleh: Fita Rahmawati Pembimbing Drs. Djoko Dwiyanto, Msi PENATAAN DAN PELATIHAN PENYUSUNAN RPKPS DAN BAHAN AJAR UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGJAKARTA
Lebih terperinciMEMISAHKAN ALAT YANG BERSIH DAN ALAT YANG KOTOR, ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI, ALAT YANG MEBUTUHKAN PERAWATAN YANG LEBIH LANJUT
ERAWATAN YANG LEBIH LANJUT 1. engertian Melaksanakan pemeliharaan alat-alat keperawatan dan alat alat kedokteran dengan cara memisahkan, membersihkan, mendesinfektan, menyeterilkan dan menyimpannya. 2.
Lebih terperinciCONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya
No. unit prosesing CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya 1. Sortasi daging biologis (bakteri pathogen, jamur, serangga dsb.),cemaran kimia (logam berat,
Lebih terperinciSOP UPTD PUSKESMAS LAPPADATA
UPTD PUSKESMAS LAPPADATA SOP SOP STRILISASI ALAT KESEHATAN No. Dokumen : /PKM-LDT/SOP/2017 No. Revisi : 00 Tanggal Terbit : 03 Januari 2017 Halaman : 1/4 Asrul, SKM NIP. 19760405 200502 1 011 1. Pengertian
Lebih terperinciANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN
MAKALAH ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN Ditujukan untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah : Mikrobiologi Dosen : Evi Roviati M. Si. S. Si. Di susun oleh : Khumaedullah Ajijul Edo Kuswanto Sri apriyanti TARBIYAH
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dokter, perawat dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan. Perkembangan bakteri
Lebih terperinciKEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK
KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK PENGEMASAN ASEPTIS DALAM ARTI SEMPIT BERARTI PENGISIAN BAHAN PANGAN DINGIN YANG TELAH DISTERILISASI DAN STERIL KE DALAM KEMASAN YANG TELAH DISTERILISASI DAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
Lebih terperinciLampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT)
LAMPIRAN Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) MODUL PENGELOLAAN LIMBAH Pertanyaan-pertanyaan ini harus dilengkapi oleh staf yang akrab dengan praktek-praktek pengelolaan limbah
Lebih terperinciKEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK
KEMASAN ASEPTIS DAN SISTEM STERILISASI PRODUK PENGEMASAN ASEPTIS DALAM ARTI SEMPIT BERARTI PENGISIAN BAHAN PANGAN DINGIN YANG TELAH DISTERILISASI DAN STERIL KE DALAM KEMASAN YANG TELAH DISTERILISASI DAN
Lebih terperinciBAB XIII PENGECATAN A.
BAB XIII PENGECATAN A. Pekerjaan Pengecatan Pada saat melakukan pengecatan baik itu tembok lama maupun baru, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih warna yang sesuai dengan fungsi dinding yang
Lebih terperinciDAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS
CUCI TANGAN MEDIS N0 PROSEDUR TINDAKAN NILAI 1 Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan 2 Melepas semua perhiasan yang menempel di tangan dan lengan 3 Membasahi kedua belah tangan dengan air mengalir 4 Memberi
Lebih terperinciPERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien
PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Kerja Resmi Perusahaan. Waktu observasi : Senin, 21 Jamuari Prosedur Kerja Resmi Perusahaan A.
Lampiran 1. Prosedur Kerja Resmi Perusahaan Waktu observasi : Senin, 21 Jamuari 2008 A 1 A 2 A 3 A 4 A 5 A 6 Nama peralatan/mesin Jumlah satuan Fungsi khusus Tabel 12. Deskripsi bentuk fisik Asal bahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Lebih terperinci2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara bahan makanan kering dan basah serta mencatat serta pelaporannya. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima harus
Lebih terperinciINFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN
1 INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN PENGERTIAN Infeksi adalah proses ketika seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen/infeksius dan menyebabkan sakit. Nosokomial berasal
Lebih terperinciPada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
Lebih terperinciSEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)
BAB II SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL) PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab II yang diberikan pada pertemuan kedua dan ketiga, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan komponen, prinsip pembuatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara
Lebih terperinciMATERI KESEHATAN LINGKUNGAN
MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN dr. Tutiek Rahayu,M.Kes tutik_rahayu@uny.ac.id TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN 1 syarat LOKASI KONSTRUKSI Terhindar dari Bahan Pencemar (Banjir, Udara) Bahan
Lebih terperinciQUIZ PENGENALAN MATA KULIAH
TEKNOLOGI PENGEMASAN Tujuan Insruksional Umum : selesai mengikuti matakuliah ini, mahasiswa semester 7 (tujuh) Program Studi THP Fakultas Pertanian USU diharapkan mampu menjelaskan metode-metode pengemasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bidan Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait
Lebih terperinciSTANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) MIKROSKOP
MIKROSKOP Ambil mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang lengan mikroskop, lalu letakkan diatas meja datar. Hindari sentuhan-sentuhan terhadap lensa, apabila bagian lensa mikroskop terlihat kotor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi silang adalah suatu infeksi yang ditularkan antar individu yang terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat terjadi dalam
Lebih terperinciPENGENDALIAN MIKROORGANISME
PENGENDALIAN MIKROORGANISME 1 MIKROORGANISME Menimbulkan penyakit Infeksi ringan-berat- kematian Mencemari makanan, minuman, kosmetik, obat dan sediaan farmasi Perubahan secara kimia Tidak dapat dikonsumsi
Lebih terperinciPanduan penggunamu. ZANKER TD4213
Anda dapat membaca rekomendasi di buku petunjuk, panduan teknis atau panduan instalasi untuk ZANKER TD4213. Anda akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan Anda pada ZANKER TD4213 di manual user (informasi,
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN
BIOTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN Syarat Laboratorium Kultur Jaringan 1. Kondisi di dalam laboratorium mutlak harus bersih, baik lantai, dinding, meja, alat-alat yang digunakan dan udara (steril) 2. Bebas debu
Lebih terperinciKebijakan-kebijakan CSSD:
Kebijakan-kebijakan CSSD: 1. Pofesionalisme di dalam pelayanan sterilisasi: Kecepatan pelayanan pemprosesan, penyediaan barang-barang steril dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikerjakan
Lebih terperinciBiologycal Safety Cabinet
Biologycal Safety Cabinet Oleh: Mahasiswa Farmasi Unsoed Angkatan 2008 Mata Kuliah: Perbekalan Steril Kelas BSC terdir dari BSC kelas I, BSC kelas II, BSC kelas III. Kabinet kelas I Kabinet melindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan dan Hewan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Lebih terperinciPengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian
Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Lebih terperincipola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional
1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta pola kuman 3. Program pendidikan dan pelatihan PPI 4. Program penggunaan antimikroba rasional N0 KEGIATAN MONITORING
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan parenteral Sediaan parenteral bisa didefinisikan sebagai obat steril, larutan, atau suspensi yang dikemas dengan cara yang sesuai untuk pemberian melalui suntikan hiperdermis,
Lebih terperinciDisampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014
Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK
Lebih terperinciBAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Nama Rumah Sakit Alamat Rumah Sakit Nama Pembimbing Tanggal Bimbingan : : : : STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI
Lebih terperinciStudi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012
Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
Lebih terperinciPANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU
PANDUAN INFECTION CONTROL RISK ASESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO BATU DAFTAR ISI Halaman Judul... Daftar Isi... Lembar Pengesahan... i ii
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4
BAB II TEORI DASAR Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, mengatur aliran udara dan
Lebih terperinciPujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015
Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan
Lebih terperinci