ditoleransi atau bahkan diakui secara terbuka. Namun, pada sebagian besar masyarakat, homoseksualitas ini dikutuk.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ditoleransi atau bahkan diakui secara terbuka. Namun, pada sebagian besar masyarakat, homoseksualitas ini dikutuk."

Transkripsi

1 PROSES COMING OUT PADA GAY Siska Kartika Putri Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kehidupan seks adalah salah satu bagian yang penting dalam hidup. Dengan kehidupan seks, manusia mendapatkan berbagai manfaat, yakni reproduksi, kesenangan, cinta dan sebagainya. Sebagian orang ada yang memiliki orientasi seksual normal, dan adapula orang yang memiliki orientasi seksual tidak normal atau ganjil. Individu yang menjalin hubungan (baik disertai dengan hubungan seksual atau tidak) dengan lawan jenis disebut heteroseksual. Sedangkan individu yang menjalin hubungan (baik disertai dengan hubungan seksual atau tidak) dengan sesama jenis disebut homoseksual. Istilah homoseksual dapat diterapkan baik pada pria maupun pada wanita, tetapi wanita homoseksual biasanya disebut lesbian dan pada pria biasa disebut dengan gay. Lesbian adalah seorang wanita homoseksual yang emosi utama dan hubungan seksualnya adalah terhadap wanita lain. Gay adalah seorang pria homoseksual yang emosi utama dan hubungan seksualnya adalah terhadap pria lain. Homoseksual sudah eksis (keberadaannya sudah ada) di sepanjang sejarah, tetapi sikap-sikap terhadap homoseksualitas sangat bervariasi dalam sejumlah budaya dan masa. Pada beberapa masyarakat, homoseksualitas ditoleransi atau bahkan diakui secara terbuka. Namun, pada sebagian besar masyarakat, homoseksualitas ini dikutuk. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kehidupan seks adalah salah satu bagian penting dalam hidup. Dengan khidupan seks, manusia dapat memperoleh manfaat yakni reproduksi, kesenangan, cita, dsb. Hbungan seksual dibagi menjadi dua yaitu heteroseksual dan homoseksual. Heteroseksual adalah individu yang menjalin hubungan dengan lawan jenis, sedangkan homoseksual adalah individu ang menjalin hubungan denga sejenis. Homoseksual saat ini sudah ditoleransi, namun tetap memiliki label sendiri dalam masyarakat. Selain itu kaum homoseksual sering dipandang ngatif oleh masyarakat. Oleh karena itu, ada homoseksual yang dapat mencapai tahap coming out dan ada pula yang tidak dapat mencapai tahap coming out. Keduanya memiliki konsekuensi positif dan negatif. B. Pertanyaan Penelitian 1) Bagaimana proses coming out pada gay, 2) Apakah proses coming out membawa dampak positif dan negatif?, 3) Mengapa proses coming out pada subjek berlangsung lancer atau tidak? C. Tujuan Penelitian Menggali bagaimana proses coming out dari subjek yang diteliti, ingin melihat apakah proses coming out membawa dampak positif atau negatif bagi subjek, dan ingin mengetahui mengapa proses coming out subjek berlangsung lancar atau tidak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coming Out Pengertian: Proses dari penemuan atau penerimaan diri sendiri dan pemberitahuan tentang orientasi lesbian

2 atau gay seorang individu kepada orang lain. Tahapan-tahapan dalam Coming Out: (Rothblum, 1983): 1. Mengetahui: Seorang individu baru menyadari bahwa mereka berbeda dari heteroseksual 2. Penerimaan Diri: Tahap yang sangat sulit karena penilaian masyarakat dan ketakutan masyarakat terhadap homoseksual. Namun tahapan ini merupakan tantangan yang harus dijalani 3. Keterbukaan: Pengetahuan dan penerimaan seseorang untuk terbuka pada orang lain 4. Memberitahu pada Keluarga: Tahap ini merupakan keputusan yang sangat penting. Karena orangtua sulit menerima bahwa anaknya adalah sorang homoseks 5. Bergabung dalam Komunitas: Kebutuhan dasar seorang individu untuk data dimiliki, dan penguatan yang tidak didapat dari keluarga. Faktor-faktor yang Mendasari Terjadinya Coming Out: (Coleman, 1982) 1. Ingin berkembang menjadi individu yang berjiwa shat dengan konsep diri positif 2. Ingin mengubah mitos dan stereotype yang ada di masyarakat mengenai homoseksual 3. Ingin memiliki rasa percaya diri yang baik 4. Ingin dapat bersosialisasi dalam masyarakat tanpa memandang bahwa dirinya memiliki orientas seksual berbeda 5. Ingin mengurangi gejala-gjala kecemasan Dampak-dampak Coming Out: (Coleman, 1982) 1. Bagi yang dapat mencapai tahap coming out: a. Dampak Positif: Memiliki rasa percaya diri yang baik, Dapat bersosialisasi dengan masyarakat tanpa memandang bahwa dirinya memiliki orientasi seksual yang berbeda, Sehat secara psikologis, dalam arti mempunyai self-esteem yang lebih positif, Berkurangnya gejala-gejala kecemasan dan berkurangnya depresi. b. Dampak Negatif: Dapat menghancurkan keluarga yang akan berdampak bagi kaum homoseksual itu sendiri, seperti dibuang oleh keluarga, tidak diakui oleh keluarga dan sebagainya, Dihina oleh masyarakat umum, Dikucilkan, baik oleh teman maupun lingkungan social, Dikeluarkan dari pekerjaan, atau tidak diterima bekerja dalam suatu perusahaan. 2. Bagi yang tidak dapat mencapai tahap coming out: a. Dampak Positif:Kaum homoseksual tersebut dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa ada rasa takut atau malu, Tidak merasa dikucilkan oleh teman, keluarga, maupun masyarakat umum. b. Dampak Negatif: Tidak memiliki rasa percaya diri, Tidak dapat bersosialisasi, dan selalu beranggapan bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki kelainan sehingga tidak dapat menerima takdirnya, Depresi, Stress yang berkepanjangan, Bunuh diri. B. Gay Pengertian: Seorang lelaki yang menyukai lelaki sebagai mitra seksualnya dan memiliki rasa tertarik

3 secara perasaan atau secara erotik baik secara predominan atau eksklusif, dan dengan atau tanpa hubungan fisik. Faktor-faktor penyebab Homoseksual: (Kertbeny & Karl, 2005) 1. Faktor Keluarga: Pengalaman trauma pada masa kanak-kanak dan memiliki hubungan yang renggang dengan ibu atau bapaknya. 2. Faktor Lingkungan: Homoseksual bukan dibawa sejak lair, namun terbina melalui pengalaman. Seperti keadaan pada waktu bayi-dewasa awal. 3. Faktor Biologis: Suatu keadaan dimana seorang lelaki menyukai teman sejenis yang disebabkan oleh hormon. 4. Faktor Individu (pribadi): Berasal dari proses lanjutan pembelajaran sewaktu kcil. 5. Faktor yang menyebabkan individu tertarik pada homoseksual: Karena keinginan hawa nafsu yang menyenangkan dan tidak dapat ditolak, harga diri tidak boleh ddapat dari hubungan lain. Ketakutan terhadap lawan jenis menyebabkan respon erotic menjadi pasif. 6. Peran utama aktivitas seksual: Individu merasakan pengalaman homoseksual pertama terbuka, hal ini akan membuat individu meneruskan aktivitas seksualnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dari orang-orang dan perilaku yang diamati (dalam Moleong, 1990). B. Subjek Penelitian Pria yang memiliki orientasi seksual sejenis (gay), berusia antara tahun, dan telah menjadi gay selama 6 tahun C. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan wawancara dengan pedoman umum terfokus dan observasi wawancara non partisipan. D. Alat Bantu Penelitian Alat bantu penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman wawancara, alat perekam, dan alat tulis. E. Keabsahan dan Keajegan Penelitian Peneliti menggunakan triangulasi data, triangulasi teori, dan triangulasi metode. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah mengorganisasikan data, mengelompokkan data dan analisis kasus. BAB IV 1. Analisis Intra Kasus a. Subjek Pertama 1) Gambaran Proses Coming Out a) Tahapan-tahapan dalam Coming Out (1) Mengetahui (Self Acknowledgement) Subjek mulai mengetahui bahwa dirinya berbeda dari laki-laki normal pada umumnya pada saat subjek duduk di kelas dua SMU, pada waktu itu umur subjek sekitar tujuh belas tahun. Pada saat pertama kali mengetahui dirinya adalah seorang gay, perasaan subjek pada

4 saat itu sangat bimbang, takut, dan sedih. Subjek berusaha berfikir positif sebagai cara subjek mengatasi perasaan takut dan sedihnya. Menurut subjek yang berbeda dari kaum gay adalah cara berhubungannya saja, tetapi kepribadiannya normal. Pada saat subjek mengetahui bahwa dirinya memiliki orientasi seksual berbeda, sahabat dan teman sangat berarti bagi subjek untuk memberikan motivasi bagi dirinya. (2) Penerimaan Diri (Self Acceptance) Subjek memilih untuk menerima keadaan tersebut dengan cara menerima dan menjalani keadaan yang telah diberikan Tuhan. Karena tidak akan ada orang lain yang mampu merubah dan menerima kalau tidak diri subjek sendiri. Selain itu juga keinginan subjek untuk menerima diri dengan keadaan subjek sebagai gay karena subjek tidak ingin membohongi diri sendiri. Setelah subjek menerima diri sebagai seorang gay, subjek merasakan perasaan tenang dan nyaman dalam menjalani hidup. Selain itu subjek juga dapat menjalani hidup seperti layaknya lakilaki normal (heteroseksual). (3) Keterbukaan (Self Disclosure) Subjek mulai terbuka pada orang lain mengenai keadaan dirinya sebagai gay pada saat subjek duduk di bangku SMA. Pada saat itu subjek mulai tertarik pada teman satu geng. Tetapi teman subjek hanya mengaanggapnya sebagai sahabat. Segala rahasia subjek telah diketahui oleh sahabatnya. Walaupun saat ini subjek dan sahabatnya jarang bertemu, namun komunikasi jarak jauh tetap dilakukan. Subjek berusaha mulai membuka diri kembali pada saat duduk di bangku kuliah. Pada waktu itu subjek sadar bahwa orientasinya benar-benar dengan sesama jenis, karena untuk yang kedua kali subjek menyukai pria yang tidaklain adalah teman sekelas subjek. Orang pertama yang subjek beritahu adalah pria yang subjek suka. Tetapi teman pria subjek menolak, karena dirinya adalah seorang heteroseksual. Pada saat itu subjek sangat sedih, namun subjek menanggapinya dengan berpikir positif. Semenjak saat itu berita tentang orientasi seksual subjek menyebar, sampai akhirnya subjek memberitahu kebenarannya kepada beberapa orang sahabat dan teman subjek. Alasan subjek untuk membuka diri adalah karena subjek tidak ingin membohongi diri sendiri. Subjek merasakan perasaan nyaman dan tenang setelah terbuka pada orang lain. Saat ini subjek hanya dapat terbuka pada sahabatnya. Pada awal keterbukaan perasaan sahabat subjek sangat kaget, namun saat ini mereka menanggapi subjek sama seperti orang normal. (4) Memberitahu Keluarga (Telling the Family) Subjek belum dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada ibu dan kakak subjek. Alasan pertama karena subjek belum siap secara emosional. Subjek tidak ingin membuat ibu dan kakak subjek sedih. Alasan kedua karena faktor ekonomi, subjek takut jika ibu dan kakak subjek mengetahui orientasi seksual subjek maka uang kuliah dan segala kebutuhan subjek selama di Jakarta akan di hentikan. Sehingga kuliah subjekpun akan terancam putus ditengah jalan. (5) Bergabung dalam Komunitas (Involvement in Homosexual Community) Subjek belum dapat bergabung dengan komunitas gay Karena subjek belum mengetahui keberadaan komunitas gay di Jakarta. Subjek merupakan seorang pendatang yang dibesarkan di kota Padang. Selain itu karena saat ini subjek belum memiliki pasangan yang memiliki orientasi

5 seksual sejenis untuk menyalurkan segala hasrat seksualnya. 2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Coming Out Subjek Subjek tidak dapat terbuka pada orang banyak, karena subjek tidak ingin orang lain mengetahui tentang aib dirinya. Selain itu subjek juga belum dapat terbuka pada keluarga, karena subjek belum siap secara emosional dan ekonomi. Dampak yang akan subjek dapat apabila subjek terbuka pada keluarga adalah penghentian finansial yang diberikan keluarga bagi pendidikan subjek. Subjek juga belum dapat bergabung dengan komunitas karena subjek belum mengetahui keberadaan komunitas kaum gay. (3) Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang Subjek memiliki dampak positif dari keterbukaannya pada orang lain. Keterbukaan subjek pada orang lain, membuat dirinya merasakan ketenangan dalam menjalani hidupnya. b) Dampak negatif dari subjek yang Setelah subjek melakukan coming out pada orang lain, membawa dampak tersendiri bagi subjek. Setelah subjek melakukan coming out, orientasi seksual subjek mulai di bicarakan oleh orang lain. Selain itu teman-teman pria subjek menjauh dari dirinya dan jarang ada yang ingin berteman dengan subjek. b. Subjek Kedua 1) Gambaran Proses Coming Out a) Tahapan-tahapan dalam Coming Out (1) Mengetahui (Self Acknowledgement) Subjek mengetahui orientasi seksualnya berbeda dari orang lain pada saat subjek berusia tujuh belas tahun. Pertama kali yang subjek pikirkan adalah keluarganya. Subjek tidak ingin keluarganya kecewa apabila mengetahui bahwa dirinya adalah seorang gay. Perasaan subjek pada saat sangat sedih dan bingung. Peran teman dan sahabat sangat berarti bagi subjek. Karena dengan berkumpul bersama mereka, subjek merasakan kehangatan yang tidak di dapat dari keluarga. Subjek menanggapi keadaan dirinya yang berbeda dengan selalu berpikir positif. Pada awalnya subjek menutupi orientasi seksualnya yang berbeda. Karena subjek belum yakin dengan orientasi seksualnya dan masih mencari jati diri yang sebenarnya. Namun saat ini subjek sudah dapat membuka diri sebagai seorang gay pada masyarakat umum. Hanya saja subjek belum dapat memberitahukan orientasi seksualnya secara langsung pada orangtua dan saudara perempuannya. (2) Penerimaan Diri (Self acknowledgement) Pada awalnya sangat sulit bagi subjek untuk dapat menerima diri bahwa orientasi seksualnya berbeda dari orang normal. Subjek sangat takut jika orang lain akan mengucilkan dirinya. Selama dua tahun subjek terus mencari jati diri yang sebenarnya, dengan selalu mencoba menyakinkan dirinya adalah seorang heteroseksual. Namun usaha subjek sia-sia, karena subjek tetap menyukai pria dan subjek tidak bisa merubah orientasi seksualnya. Rasa lelah membohongi diri sendiri dan orang lain, menjadikan subjek memilih untuk menerima diri dan terbuka pada orang lain. Subjek menerima diri sebagai gay dengan menciptakan perasaan nyaman dari orientasi seksualnya yang berbeda. Kemudian subjek berusaha untuk membuka diri pada orang lain dan mencoba untuk menjalani hubungan dengan orang yang subjek anggap tepat.

6 Lingkungan kerja mendorong subjek untuk dapat menerima diri. Saat ini subjek memiliki banyak teman gay, sehingga subjek dapat menerima diri sendiri tanpa harus berkamuflase. Subjek juga mulai dapat menerima konsekuensi baik dan buruk dari statusnya sebagai seorang gay. Dengan perjuangan yang subjek hadapi, kini subjek sangat menikmati keadaannya sebagai seorang gay. (3) Keterbukaan (Disclosure) Saat subjek berusia sembilan belas tahun, subjek mulai memberitahukan orientasi dirinya sebagai gay pada orang lain. Orang pertama yang mengetahui hal ini adalah kakak kelas subjek pada saat kuliah. Hubungan berlanjut pada saat subjek mengetahui bahwa kakak kelas subjek ternyata memiliki orientasi seksual yang sama dengan subjek. Subjek sangat menikmati keterbukaannya. Alasan subjek terbuka pada orang lain, karena rasa lelah subjek untuk membohongi diri sendiri dan orang lain. Proses keterbukaan subjek terjadi karena faktor lingkungan. Lingkungan keluarga yang membuat subjek membenci figur ayah dan lingkungan kerja yang mendorong subjek untuk menerima dan berani membuka orientasi seksualnya. Selain itu karena rasa trauma yang sangat berbekas dalam dirinya, yaitu tentang pengalaman seksual pertama subjek dengan saudra sepupunya. Saat ini subjek telah menemukan pria yang dapat memberikan kehangatan dan kenyamanan, oleh sebab itu saat ini subjek dapat menjalani kehidupannya dengan santai. Setelah hubungan subjek dan kekasih pria yang telah dijalin selama tujuh tahun berakhir, subjek mencoba untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita. Alasannya karena subjek ingin terlepas dari lingkaran setan dan ingin memiliki kehidupan normal seperti layaknya pria pada umumnya. Subjek ingin menikah, memiliki keluarga dan anak. (4) Memberitahu kepada Keluarga (Telling the Family) Subjek sudah memberitahukan pada orangtua dan saudara perempuan subjek, namun belum secara langsung. Saat ini subjek menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang gay dengan membawa teman sejenisnya, dengan harapan orangtua dan saudara subjek peka terhadap perubahan dirinya. Subjek tidak dapat memberitahukan orientasi seksualnya secara langsung pada orangtua dan saudara perempuan subjek, hal ini karena subjek tidak ingin kondisi ibu subjek yang sedang mengalami kanker payudara akan bertambah parah. Namun, subjek dapat memberitahukan pada kakak subjek. Hal ini terjadi karena kejadian yang tidak di sangka. Kakak subjek mengetahui hal ini ketika subjek sedang membuka situs tentang gay, dan pada saat itu juga kakak subjek membuka situs yang sedang subjek lihat. Kemudian kakak subjek menanyakan hal ini. Akhirnya subjek berterus terang tentang kebenarannya. Pada saat yang sama kakak subjek bercerita tentang masalah yang sedang ia hadapi dengan kekasihnya. Mereka berjanji untuk merahasiakan dan tidak akan membongkar masalah masingmasing. (5) Bergabung dalam Komunitas Homoseksual (Involvement in Homosexual Community) Pada awalnya subjek takut untuk bergabung dengan komunitas gay yang bersifat resmi. Hal ini karena anggota gay dalam komunitas resmi kebanyakan berasal dari kelas ekonomi mengah keatas. Subjek sangat senang menghabiskan malam minggu di Café Fet. Dari sinilah subjek mulai berkenalan dengan seorang gay, sampai pada

7 akhirnya berita tersebut tersebar dari mulut kemulut yang membuat jumlah kaum gay di Café Fet terus bertambah banyak. Subjek dapat bergabung dengan komunitas gay, mereka sering berkumpul pada hari sabtu. Komunitas yang terdapat pada Café Fet, tidak hanya terdiri dari kaum gay. Pasangan lesbi dan heteroseksual juga terdapat disana. Berkumpul dengan komunitas membuat subjek sangat bahagia. Subjek dapat terbuka dengan orang lain dalam komunitas. Dengan bergabung bersama komunitas, subjek mendapatkan banyak teman dan pengalaman yang tidak bisa didapat dari lingkungan keluarga dan masyarakat. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Coming Out subjek Subjek memilih terbuka pada orang lain, karena rasa lelah yang dialami subjek. Subjek tidak ingin membohongi diri sendiri dan orang lain. Menurut Coleman dalam Paul. dkk., (1982), faktor yang mendasari terjadinya coming out karena ingin berkembang menjadi individu yang berjiwa sehat dengan konsep diri yang positif dan sehat secara psikologis, ingin memiliki rasa percaya diri yang baik, ingin dapat bersosialisasi dalam masyarakat tanpa memandang bahwa dirinya memiliki orientasi seksual yang berbeda, ingin mengurangi gejala-gejala kecemasan dan depresi. Subjek memilih untuk bergabung dalam komunitas, karena berkumpul bersama teman-teman yang memiliki orientasi seksual sejenis dapat membuat subjek bahagia. Dengan berkumpul bersama komunitas, subjek dapat memiliki banyak teman dan pengalaman yang tidak bisa subjek dapat dari keluarga dan masyarakat. Subjek tidak dapat terbuka pada orangtua secara langsung karena faktor kesehatan ibu subjek yang sedang menderita kanker payudara. Subjek tidak ingin kondisi ibu subjek semakin parah, apabila mengetahui orientasi seksual subjek. Saat ini subjek terbuka secara nonverbal, yaitu dengan membawa teman-teman gay subjek datang kerumah dengan harapan orangtua dan saudara perempuan subjek peka dengan perbedaan yang ada pada diri subjek 3) Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang Subjek memiliki dampak positif dari keterbukaan orientasi seksual subjek pada orang lain. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa nyaman dan tidak membohongi diri sendiri. b) Dampak negatif dari subjek yang Selain dampak positif, subjek juga memiliki dampak negatif. Dari keterbukaan orientasi seksual subjek, subjek menjadi dikucilkan dari lingkungan. Saudara subjek menjauhi dirinya setelah mengetahui bahwa orientasi seksual subjek berbeda dari orang lain. c. Subjek ketiga 1) Gambaran proses coming out a)tahapan-tahapan dalam coming out (1)Mengetahui (Self acknowledgement) Subjek mulai menyadari bahwa dirinya memiliki orientasi seksual berbeda pada saat berumur dua puluh empat tahun. Tepatnya satu tahun pada saat subjek berpisah dengan kekasihnya. Selama satu tahun subjek mencoba untuk mengobati rasa sakit hati pada perempuan akibat perlakuan ibu dan kekasihnya. Tetapi semakin subjek mencoba untuk mengobati rasa sakit hatinya, perasaan benci subjek pada perempuan semakin mendalam. Hal tersebut terjadi karena perlakuan dan kesan buruk yang di timbulkan ibu subjek sebagai orangtua, selain itu karena rasa sakit hatinya pada kekasih yang telah menghianati dirinya dan memilih

8 untuk meninggalkan subjek untuk menikah dengan orang lain. Perasaan subjek sangat bingung pada saat pertama kali mengetahui bahwa dirinya lebih nyaman berada di dekat pria dan sangat membenci perempuan. Subjek selalu menyakinkan dirinya apakah perasaan ini benar atau tidak. Pada saat subjek mengetahui bahwa orientasi seksualnya berbeda, subjek mencurahkan segala permasalahannya pada sahabat pria yang kini menjadi kekasihnya. (2) Penerimaan Diri (Self acknowledgement) Pada awalnya, subjek belum merasa yakin dengan orientasi seksualnya. Selama satu tahun subjek menutup diri dan berpura-pura berperilaku sebagai heteroseksual. Subjek dapat menerima dirinya sebagai seorang gay, karena subjek ingin mencari kebahagiaan yang tidak bisa di dapat dari seorang ibu. Subjek ingin mencari kehangatan dari keluarga yang dapat meilindungi subjek di saat subjek sedang merasa susah dan sedih. Subjek memilih untuk menerima diri karenaingin menjadi diri sendiri tanpa ada bayang-bayang dari orangtua dan trauma masa lalu. Subjek tidak merasa kesulitan untuk menerima diri, karena dari kecil subjek sudah membenci sosok ibu dan membenci mamtan kekasih yang telah menghianati subjek. Hanya saja subjek mengalami kebingungan tentang orientasi seksualnya. Setelah subjek memilih untuk menerima diri, subjek mengalami banyak hinaan dari orang lain. Namun subjek menanggapinya dengan rasa ikhlas, karena ini adalah cara terbaik bagi subjek untuk mendapatkan kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan. (3) Keterbukaan (Disclosure) Subjek mulai terbuka pada orang lain pada saat berumur dua puluh empat tahun. Orang pertama yang subjek beritahu adalah sahabat prianya yang kini menjadi kekasihnya. Selain pada diri sendiri, subjek juga dapat terbuka pada keluarga, teman, dan pada komunitas gay. Alasannya karena subjek ingin mencari kebahagiaan dari seorang pria yang tidak bisa subjek dapat dari seorang ibu. Subjek juga ingin mendapatkan kehangatan yang tidak didapat dari sebuah keluarga. Selain itu karena subjek ingin menjadi diri sendiri, tanpa harus membohongi orang lain. Pada saat pertama kali terbuka, subjek merasakan malu karena takut orang lain akan menganggap subjek sebagai orang yang aneh Namun pada saat ini, subjek sudah terbiasa dan meyelesaikan masalah yang di hadapi dengan santai. Dampak yang subjek dapat dari keterbukaannya adalah hinaan dan cacian dari orang lain. Selain itu subjek menjadi di kucilkan oleh teman-teman kerja. Mereka menganggap subjek adalah orang yang berdosa karena menyalahi kodrat dengan berhubungan sesama jenis. (4) Memberitahu kepada Keluarga (Telling the Family) Subjek memutuskan untuk terbuka pada keluarga karena keluarga subjek memiliki sistem kebebasan. Orangtua subjek memberikan kepercayaan pada subjek untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Subjek juga ingin membuktikan pada keluarga, bahwa subjek dapat memperoleh kasih sayang dan perhatian tidak hanya dari orangtua saja. Orangtua dan saudara subjek sangat kaget, pada saat pertama kali mengetahui bahwa subjek mememiliki orientasi seksual yang berbeda. Tapi saat ini keluarga subjek sudah terbiasa dengan kepribadian subjek sebagai seorang gay. Saat ini subjek dan kekasaih prianya tinggal bersama di rumah orangrua subjek semenjak ayah subjek meninggal dunia.

9 (5) Bergabung dalam Komunitas Homoseksual (Involvement in Homosexual Community) Subjek dapat bergabung dengan komunitas gay yang bertempat di Café De Laila. Subjek bergabung dengan komunitas karena ingin memiliki banyak teman yang sejenis dengan dirinya Selain itu subjek ingin mendapatkan pengalaman dan mencari informasi terbaru mengenai dunia gay. Subjek sangat bahagia berkumpul bersama komunitas gay, sehingga semua rasa lelah dan beban kerja subjek menjadi berkurang apabila subjek berkumpul dengan komunitas. Setelah bergabung dengan komunitas, kehidupan subjek menjadi sangat berwarna. Apabila sesama anggota berkumpul, tidak ada kebohongan dan kemunafikkan mereka saling terbuka satu dengan yang lain. Solidaritas antara sesama anggota sangat besar, mereka selalu saling bahu-membantu dalam menyelesaikan setiap permasalahan. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Coming Out subjek Subjek memilih terbuka pada orang lain karena subjek ingin menjadi diri sendiri tanpa aturan dari orang lain. Selain itu karena subjek ingin mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah di dapat dari seorang ibu, dan subjek ingin mencari pasangan yang menyayangi dirinya. Kebebasan yang diberikan keluarga membuat subjek dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik tanpa merasa harus terkekang. Dengan terbuka pada orang lain, subjek dapat memiliki banyak teman yang dapat menghilangkan kejenuhan subjek. 3) Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang Subjek memiliki dampak positif dari keterbukaan orientasi seksual subjek pada orang lain. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dapat menjadi diri sendiri tanpa harus membohongi orang lain. b) Dampak negatif dari subjek yang Selain dampak positif, subjek juga memiliki dampak negatif dari keterbukaannya. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dikucilkan dan dijauhi oleh beberapa teman-teman kerja. 2. Pembahasan antar kasus 1) Mengetahui (Self acknowledgement) Subjek mulai menyadari bahwa dirinya memiliki orientasi seksual berbeda pada saat berumur dua puluh empat tahun. Tepatnya satu tahun pada saat subjek berpisah dengan kekasihnya. Selama satu tahun subjek mencoba untuk mengobati rasa sakit hati pada perempuan akibat perlakuan ibu dan kekasihnya. Tetapi semakin subjek mencoba untuk mengobati rasa sakit hatinya, perasaan benci subjek pada perempuan semakin mendalam. Hal tersebut terjadi karena perlakuan dan kesan buruk yang di timbulkan ibu subjek sebagai orangtua, selain itu karena rasa sakit hatinya pada kekasih yang telah menghianati dirinya dan memilih untuk meninggalkan subjek untuk menikah dengan orang lain. Perasaan subjek sangat bingung pada saat pertama kali mengetahui bahwa dirinya lebih nyaman berada di dekat pria dan sangat membenci perempuan. Subjek selalu menyakinkan dirinya apakah perasaan ini benar atau tidak. Pada saat subjek mengetahui bahwa orientasi seksualnya berbeda, subjek mencurahkan segala permasalahannya pada sahabat pria yang kini menjadi kekasihnya. (2)Penerimaan Diri (Self acknowledgement) Pada awalnya, subjek belum merasa yakin dengan orientasi seksualnya. Selama satu tahun subjek menutup diri dan berpura-pura berperilaku sebagai heteroseksual. Subjek dapat menerima dirinya sebagai seorang gay, karena subjek ingin mencari kebahagiaan yang tidak bisa di dapat dari seorang ibu. Subjek ingin

10 mencari kehangatan dari keluarga yang dapat meilindungi subjek di saat subjek sedang merasa susah dan sedih. Subjek memilih untuk menerima diri karenaingin menjadi diri sendiri tanpa ada bayang-bayang dari orangtua dan trauma masa lalu. Subjek tidak merasa kesulitan untuk menerima diri, karena dari kecil subjek sudah membenci sosok ibu dan membenci mamtan kekasih yang telah menghianati subjek. Hanya saja subjek mengalami kebingungan tentang orientasi seksualnya. Setelah subjek memilih untuk menerima diri, subjek mengalami banyak hinaan dari orang lain. Namun subjek menanggapinya dengan rasa ikhlas, karena ini adalah cara terbaik bagi subjek untuk mendapatkan kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan. (3) Keterbukaan (Disclosure) Subjek mulai terbuka pada orang lain pada saat berumur dua puluh empat tahun. Orang pertama yang subjek beritahu adalah sahabat prianya yang kini menjadi kekasihnya. Selain pada diri sendiri, subjek juga dapat terbuka pada keluarga, teman, dan pada komunitas gay. Alasannya karena subjek ingin mencari kebahagiaan dari seorang pria yang tidak bisa subjek dapat dari seorang ibu. Subjek juga ingin mendapatkan kehangatan yang tidak didapat dari sebuah keluarga. Selain itu karena subjek ingin menjadi diri sendiri, tanpa harus membohongi orang lain. Pada saat pertama kali terbuka, subjek merasakan malu karena takut orang lain akan menganggap subjek sebagai orang yang aneh Namun pada saat ini, subjek sudah terbiasa dan meyelesaikan masalah yang di hadapi dengan santai. Dampak yang subjek dapat dari keterbukaannya adalah hinaan dan cacian dari orang lain. Selain itu subjek menjadi di kucilkan oleh teman-teman kerja. Mereka menganggap subjek adalah orang yang berdosa karena menyalahi kodrat dengan berhubungan sesama jenis. (4) Memberitahu kepada Keluarga (Telling the Family) Subjek memutuskan untuk terbuka pada keluarga karena keluarga subjek memiliki sistem kebebasan. Orangtua subjek memberikan kepercayaan pada subjek untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Subjek juga ingin membuktikan pada keluarga, bahwa subjek dapat memperoleh kasih sayang dan perhatian tidak hanya dari orangtua saja. Orangtua dan saudara subjek sangat kaget, pada saat pertama kali mengetahui bahwa subjek mememiliki orientasi seksual yang berbeda. Tapi saat ini keluarga subjek sudah terbiasa dengan kepribadian subjek sebagai seorang gay. Saat ini subjek dan kekasaih prianya tinggal bersama di rumah orangrua subjek semenjak ayah subjek meninggal dunia. (5) Bergabung dalam Komunitas Homoseksual (Involvement in Homosexual Community) Subjek dapat bergabung dengan komunitas gay yang bertempat di Café De Laila. Subjek bergabung dengan komunitas karena ingin memiliki banyak teman yang sejenis dengan dirinya Selain itu subjek ingin mendapatkan pengalaman dan mencari informasi terbaru mengenai dunia gay. Subjek sangat bahagia berkumpul bersama komunitas gay, sehingga semua rasa lelah dan beban kerja subjek menjadi berkurang apabila subjek berkumpul dengan komunitas. Setelah bergabung dengan komunitas, kehidupan subjek menjadi sangat berwarna. Apabila sesama anggota berkumpul, tidak ada kebohongan dan kemunafikkan mereka saling terbuka satu dengan yang lain. Solidaritas antara sesama anggota sangat besar, mereka selalu saling bahu-membantu dalam menyelesaikan setiap permasalahan. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Coming Out subjek Subjek memilih terbuka pada orang lain karena subjek ingin menjadi diri sendiri tanpa aturan dari orang lain.

11 Selain itu karena subjek ingin mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah di dapat dari seorang ibu, dan subjek ingin mencari pasangan yang menyayangi dirinya. Kebebasan yang diberikan keluarga membuat subjek dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik tanpa merasa harus terkekang. Dengan terbuka pada orang lain, subjek dapat memiliki banyak teman yang dapat menghilangkan kejenuhan subjek. 3) Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang dapat melakukan coming out Subjek memiliki dampak positif dari keterbukaan orientasi seksual subjek pada orang lain. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dapat menjadi diri sendiri tanpa harus membohongi orang lain. b) Dampak negatif dari subjek yang dapat melakukan coming out Selain dampak positif, subjek juga memiliki dampak negatif dari keterbukaannya. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dikucilkan dan dijauhi oleh beberapa teman-teman kerja. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran proses coming out Proses coming out bisa dilihat berdasarkan dari tahapan-tahapan yang dilalui oleh subjek, yaitu sebagai berikut: a) Tahapan-tahapan dalam coming out (1) Mengetahui (Self Acknowledgement) Pada subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga, perasaan yang dirasakan pada saat mengetahui bahwa dirinya memiliki orientasi seksual sejenis adalah perasaan bingung, sedih, dan takut. Peran teman, sahabat, dan keluarga sangat penting bagi ketiga subjek. Pada subjek pertama dan kedua, mereka mengetahui bahwa orientasi seksualnya berbeda dari pria normal pada saat berusia tujuh belas tahun. Sedangkan pada subjek ketiga, mulai mengetahui bahwa dirinya memiliki orientasi seksual yang berbeda dari pria normal pada saat berusia dua puluh empat tahun (2) Penerimaan diri (Self acceptance) Subjek pertama dan subjek kedua mengalami kesulitan pada saat pertama kali menerima diri sebagai seorang gay karena ketakutannya pada orang lain yang tidak akan menerima orientasi seksualnya. Subjek ketiga dapat menerima diri dengan mudah tanpa merasa kesulitan. Hal ini karena keadaan keluarga yang memberikan kebebasan pada dirinya untuk menentukan kehidupannya. (3) Keterbukaan (disclosure) Subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga, memilih terbuka karena rasa lelah membohongi diri sendiri dan orang lain. Perasaan yang mereka rasakan setelah terbuka adalah perasaan nyaman, tenang, dan bahagia. Subjek kedua dan ketiga dapat terbuka pada orang lain, sahabat, teman, dan keluarga. Hanya saja pada subjek kedua tidak dapat memberitahukan orientasi seksual secara langsung pada orangtua dan saudara perempuannya. Alasannya adalah karena ibu subjek sedang mengalami kanker payudara, subjek tidak ingin kondisi ibu subjek akan semakin parah. Subjek memberitahukan orientasi seksualnya dengan membawa teman-teman gay untuk main kerumah subjek, dengan harapan orangtua dan saudara subjek menyadari bahwa dirinya adalah seorang gay. Subjek pertama hanya dapat terbuka pada teman dekat dan sahabatnya. Subjek memilih untuk merahasiakan orientasi seksualnya

12 pada keluarga dan orang banyak karena takut dikucilkan. (4) Memberitahu kepada keluarga (telling the family) Subjek kedua dan subjek ketiga dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada kakak. Subjek kedu memberitahukan orientasi seksualnya pada kakak laki-lakinya dalam peristiwa yang tidak disengaja. Subjek ketiga memberitahukan orientasi seksualnya pada kakak perempuan. Subjek pertama belum dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada orangtua dan saudara subjek. Subjek takut jika orangtua dan saudara subjek mengetahui orientasi seksualnya, maka biaya kuliah dan kebutuhan hidup selama di Jakarta akan diberhentikan. Sehingga kuliah subjek akan terancan putus ditengah jalan. Subjek kedua tidak dapat memberitahukan orientasi seksualnya secara langsung pada orangtua dan saudara perempuannya karena ibu subjek sedang menderita kanker payudara. Subjek tidak ingin penyakit ibu subjek semakin parah karena keterbukaan subjek. Subjek ketiga tidak mengalami kesulitan dalam proses keterbukaan. Subjek dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada orangtua dan kakak, karena keluarga subjek memberikan kebebasan untuk memilih pilihan hidup. (5) Bergabung dengan komunitas homoseksual (involvement in homosexual community) Subjek kedua dan subjek ketiga dapat bergabunga dengan komunitas gay, karena dengan bergabung dan berkumpul bersama teman-teman membuat subjek bahagia. Selain itu, subjek dapat merasakan kehangatan yang tidak bisa didapat dari keluarga dan masyarakat. Subjek pertama tidak dapat bergabunga dalam komunitas gay, karena subjek belum mengetahui keberadaan komunitas gay di Jakarta. Selain itu, karena subjek belum memiliki pasangan yang memiliki orientasi seksual sejenis untuk menyalurkan hasrat seksualnya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Coming Out subjek Subjek pertama dan subjek kedua memiliki alasan yang sama untuk terbuka pada orang lain. Mereka memilih untuk mengungkapkan identitas dirinya karena rasa lelah membohongi diri sendiri dan orang lain. Mereka ingin merubah dirinya dan mencari jati diri yang sebenarnya. Subjek ketiga memilih untuk terbuka pada orang lain karena ingin menjadi diri sendiri tanpa aturan dari orang lain. Selain itu karena subjek ingin mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah di dapat dari seorang ibu, dan subjek ingin mencari pasangan yang menyayangi dirinya. Kebebasan yang diberikan keluarga membuat subjek dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik tanpa merasa harus terkekang. Dengan terbuka pada orang lain, subjek dapat memiliki banyak teman yang dapat menghilangkan kejenuhan subjek. Terdapat perbedaan faktor pencapaian tahapan dalam proses coming out antara subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga. Subjek pertama hanya dapat terbuka pada sahabat dan orang-orang terdekat saja dan memilih untuk merahasiakannya pada orangtua dan saudaranya. Hal ini karena subjek belum siap secara emosional dan secara finansial. Apabila orangtua dan saudara subjek mengetahui orientasi seksualnya, maka biaya kuliah dan biaya hidup subjek selama di Jakarta akan diputus. Subjek kedua memilih untuk tidak memberitahukan identitas dirinya secara langsung pada orangtua dan saudara perempuannya, karena kondisi kesehatan ibu subjek yang sedang mengalami kanker payudara. Subjek ketiga dapat melewati setiap tahapan dengan baik. Subjek

13 ketiga dapat memberitahukan orientasi seksualnya pada keluarga, teman, sahabat, lingkungan. Selain itu subjek juga dapat bergabung dengan komunitas. 3. Dampak Coming Out Subjek a) Dampak positif dari subjek yang Pada subjek pertama dampak positif dari keterbukaannya pada orang lain adalah dapat membuat dirinya merasakan ketenangan dalam menjalani hidupnya. Dampak positif dari keterbukaan pada subjek kedua, adalah perasaan nyaman. Selain itu, dengan terbuka subjek tidak perlu membohongi diri sendiri. Subjek ketiga memiliki dampak positif dari keterbukaan orientasi seksualnya pada orang lain. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek merasa dapat menjadi diri sendiri tanpa harus membohongi orang lain. b) Dampak negatif dari subjek yang Pada subjek pertama, dampak yang subjek alami setelah terbuka pada orang lain adalah orientasi seksual subjek mulai di bicarakan oleh orang lain. Selain itu teman-teman pria subjek menjauh dari dirinya dan jarang ada yang ingin berteman dengan subjek. Dampak negatif yang dirasakan pada subjek kedua setelah terbuka pada orang lain adalah dikucilkan dari lingkungan dan saudara subjek menjauhi dirinya setelah mengetahui bahwa dirinya adalah seorang gay. Setelah subjek terbuka pada orang lain, subjek ketiga merasa dikucilkan dan dijauhi oleh beberapa teman-teman kerja. 4. Ciri-ciri gay Penampilan sehari-hari pada subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga seperti layaknya pria normal pada umumnya. Mereka suka berpenampilan rapih dan formal dengan kemeja, celana bahan, jeans dan kaos. 5. Pengaruh pasangan terhadap proses coming out Pasangan sangat berpengaruh bagi subjek pertama, subjek kedua, dan subjek ketiga, karena dengan memiliki pasangan membuat subjek dapat mendorong subjek untuk mengungkapkan orientasi seksualnya sebagai seorang gay tanpa memikirkan masyarakat akan menerima dirinya atau tidak. Selain itu, pasangan dapat memberikan perasaan nyaman yang tidak bisa didapat dari keluarga ataupun masayarakat. B. Saran Dari hasil penelitian tentang proses coming out pada gay, maka saran yang diajukan peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Untuk subjek pertama, diharapkan dapat mencoba untuk terbuka pada orang lain dan bergabung dengan komunitas gay sehingga subjek dapat menjalin hubungan pertemanan, baik dengan pria dan wanita tanpa rasa takut untuk dikucilkan dan dijauhi oleh orang lain, 2. Untuk subjek kedua, diharapkan untuk mencoba untuk berusaha berterus terang pada orangtua dan saudara perempuannya agar subjek dapat tenang dalam menjalani hidup. Selain itu apabila subjek benar-benar ingin berubah menjadi heteroseksual, subjek harus berusaha untuk mencari pekerjaan yang jauh dari dunia gay, 3. Untuk subjek ketiga, diharapkan bersabar dalam menjalani cobaan, cobalah belajar untuk menghapus kebencian terhadap wanita, dan belajarlah untuk memaafkan ibu, 4. Bagi orangtua, diharapkan tidak bersikap otoriterdan memaksakan kehendak, karena akan membuat anak-anak menjadi benci pada orangtua. Selain itu perlakukan anak-anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Sehingga anak tidak mengalami krisis identitas, 5. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan agar dapat mengembangkan penelitian mengenai coming out secara lebih mendalam, karena masih jarang kaum praktisi akademis yang membahas masalah ini, Misalnya menggali lebih

14 dalam faktor yang mempengaruhi coming out, dan sebab-sebab lain seorang gay memutuskan untuk melakukan coming out. DAFTAR PUSTAKA Brannon, L Gender: Psychological Perspective. Boston: Allyn & Baron. Chaplin, J.P Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa: Dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Cynthia, T Gambaran Kebutuhan Afeksi (Need of Affection) dan Proses Coming Out Pada Wanita Lesbian. Seminar Nasional PESAT Agustus. Jakarta: Universitas Gunadarma. Crooks, R., & Baur, K Our Sexuality (edisi ke-2). California: The Benjamin/Cummings Publishing Company. Greenberg, J., & Baron, R.A Behavior In Organization (edisi ke- 6). New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Greene, B., & Herek, G.M Lesbian and gay Psychology. London: SAGE Publication, Inc. Hadi, S Metodologi Research (jilid 2). Yogyakarta: Andi Offset. Halgin, R.P., & Whitbourne, S.K Abnormal Psychology. United States of America: Times Mirror Higher. J, B Virus Gay Melanda Eksekutif. Male Emporium Magazine. No. 20-September Kartono, K Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung:Mandar Maju. Kertbeny, M., & Karl Homoseksual. org/wiki/homoseksual Moleong, J.L Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nazir, M Metodologi Penelitian. Jakarta: Chandra Pratama. Oetomo, D Memberi Suara Pada Yang Bisu. Yogyakarta: Pocket Books. Oetomo, D Jumlah Gay dan Lesbi di Indonesia. basisdata/1999/03/20/0077.html. Papalia, D.E., & Olds, S.W Human Development. New York: Mc.Graw-Hill Book Company. Paul, W., Weinrich, J.D., Gonsiorek, J.C., & Hotvedt, M.E. (Editor) Homosexuality:Social,Psychologic al, and Biological Issues. London: SAGE Publication. Plummer, K Modern Homosexsualities: Fragments of Lesbian and Gay Experiences. New York: Routledge. Poerwandari, K Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengetahuan dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Poerwandari, K Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengetahuan dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Sitoepoe Homoseksual dalam Perspektif Islam. Jakarta: Gramedia.

15 Soekanto, S Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Spencer, C Sejarah Homoseksual. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Subardja, F.L Ensiklopedia Nasional Indonesia (cetakan pertama). Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. Sulistomo, B Kesehatan. n/news/0312/04/ htm. Supratiknya, A Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma. Wasisto, B Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) (cetakan pertama). Jakarta: Deparemen Kesehatan RI. Wilson, M.R Critical Incident Analysis. sources/cia.htm Yin, R.K Case Study: Research Design and Method. London: SAGE Publication. Zein Gangguan Kepribadian. ead.php. Zera, D Homoseksualkah Saya?. /tainment.read/tahun/2005/bulan/0 6/tgl/09/time/174501/idnews/ /idkanal/221.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia orientasi seksual yang umum dan diakui oleh masyarakat kebanyakan adalah heteroseksual. Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial sekaligus menarik untuk didiskusikan. Di Indonesia sendiri, homoseksualitas sudah meranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya sama dan dari bahasa Latin yaitu sex yang artinya jenis kelamin. Homoseksual biasanya dikonotasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti hitam-putih, kayamiskin,

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti hitam-putih, kayamiskin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejatinya jalan hidup setiap manusia berbeda-beda termasuk dalam hal orientasi seksualnya. Secara ekstrim, sebagian besar masyarakat pada umumnya memiliki pola

Lebih terperinci

DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III

DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III Inisial A D V Usia 22 tahun 27 tahun 33 tahun Tempat/Tanggal Jakarta, 24 Mei 1986 Jakarta, 19 Maret 1981 Jakarta Lahir Agama Islam Kristen Protestan Katolik Suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun keluarga melalui pernikahan lalu memiliki keturunan dan terkait dengan kecenderungan seksual

Lebih terperinci

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu 63 BAB V PENUTUP 5.1. Pembahasan Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan percaya sebagai diri kita. Jika seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik sama dan tidak menyukai orang yang memiliki karakteristik berbeda dengan mereka (Baron, Byrne

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa keseluruhan subyek yang sedang dalam rentang usia dewasa awal mengalami tahapan pembentukan

Lebih terperinci

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b)

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b) DAFTAR PUSTAKA American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b) Atwater,E. (1983). Psychology of adjustment (2 nd ed). New Jersey: Prentice Hall, Inc Bell, R.R. (1973). Marriage and

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Homoseksual 2.1.1 Pengertian Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama. Homoseksual dapat digunakan sebagai kata sifat atau kata benda yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing. Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological 15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam kehidupannya pasti menjalani tahapan perkembangan, salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock (1996)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang terlahir pada umumnya dapat mengenal lingkungan atau orang lain dari adanya kehadiran keluarga khususnya orangtua yg menjadi media utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Orientasi seksual heteroseksual merupakan orientasi seksual yang dianggap normal di kalangan masyarakat, namun seiring berkembangnya waktu muncul satu orientasi seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi seksual dalam kehidupannya dari kecil. Orientasi seksual ada beberapa jenis yaitu heteroseksual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya, termasuk manusia yang dipercaya Tuhan untuk hidup di dunia dan memanfaatkan segala yang ada dengan bijaksana. Seiring

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN DIRI GAY KEPADA KELUARGA

PENGUNGKAPAN DIRI GAY KEPADA KELUARGA PSIKOSAINS, Vol.12, No.1, Februari 2017, Hal. 1 8 ISSN: 1907-5235, PENGUNGKAPAN DIRI GAY KEPADA KELUARGA Shintia Adriani, Arifa I. Anggai, dan Retno A. Pradoponingrum Magister Profesi Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis,

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari ketiga subjek, kedua subjek sudah menyadari dan menemukan makna hidupnya sedangkan subjek C belum menyadari dan menemukan makna hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini merupakan salah satu yang paling pesat. Karena banyaknya mal-mal, apartemen maupun gedung-gedung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa pemilihan yang akan menentukan masa depan seseorang. Tidak sedikit dari remaja sekarang yang terjerumus dalam berbagai permasalahan.tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tumbuh dan berkembang menurut tahap-tahap perkembangannya. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan psikologisnya. Salah

Lebih terperinci

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

Bab 3. Seperti yang telah dijelaskan pada bab satu, bahwa penulis akan menganalisis

Bab 3. Seperti yang telah dijelaskan pada bab satu, bahwa penulis akan menganalisis Bab 3 Analisis Data Seperti yang telah dijelaskan pada bab satu, bahwa penulis akan menganalisis perilaku penyimpangan seksual pada tokoh Hiroyuki Yoshida dalam film Nagisa no Shindobaddo dengan membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh Indonesia, antara lain dengan adanya Peraturan Menteri Sosial No.8 / 2012 yang memasukan kelompok

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyakitkan (Carroll, 2005). Balsam dan Beauchaine (2005) meyakini

BAB I PENDAHULUAN. menyakitkan (Carroll, 2005). Balsam dan Beauchaine (2005) meyakini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH...dalam hatiku yang terdalam aku menjerit, tak pernah sedetikpun dalam hidupku aku menginginkan perasaan ini, aku berusaha membuang naluri gila ini akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual atau sering dikenal dengan orientasi

Lebih terperinci

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

tersisih , mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai self esteem pada wanita yang menderita infertilitas, maka peneliti dapat menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis, didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di zaman modern dan era globalisasi ini, sangat mudah untuk menemukan individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman.

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman. 122 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Untuk memanajemen privasi komunikasinya, kaum gay memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkan mana wilayah privat dan mana wilayah publik dengan teman, pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriminalitas dalam bentuk tindak pelecehan seksual saat ini marak terjadi dalam lingkungan masyarakat. Laporan kasus tindakan pelecehan seksual selalu ada dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para Bab 5 Ringkasan Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para penikmatnya dengan konflik-konflik cerita yang semakin unik dan menarik, serta banyak konflik yang bisa diangkat

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci