PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN IBU & ANAK AIPMNH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN IBU & ANAK AIPMNH"

Transkripsi

1 PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN IBU & ANAK AIPMNH

2 PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN IBU & ANAK (AIPMNH)

3 Daftar Isi Desa Siaga Posyandu Komunitas Relawan Donor Darah Peraturan Desa Reformasi Puskesmas Rumah Tunggu Persalinan Berbasis Masyarakat Badan Peduli Kesehatan Masyarakat Mentor Peran Serta Masyarakat

4 Singkatan dan Akronim AIPMNH AKB AKI APBDes BKPM BPD BUMN Dasolin HIV KIA KIBBLA KMS KRDD LILA Musrenbang NKKBS NTT Perda Perdes PMT Pokjanal Posyandu PUS Pustu SMD UKBM WUS Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health atau Kemitraan Australia- Indonesia untuk Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Angka Kematian Bayi Angka Kematian Ibu Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Badan Peduli Kesehatan Masyarakat Badan Permusyawaratan Desa Badan Usaha Milik Negara Dana Sosial Ibu Persalinan Human Immunodeficiency Virus Kesehatan Ibu dan Anak Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kartu Menuju Sehat Komunitas Relawan Donor Darah Lingkar Lengan Atas Musyawarah Perencanaan Pembangunan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera Nusa Tenggara Timur Peraturan Daerah Peraturan Desa Pemberian Makanan Tambahan Kelompok Kerja Operasional Pos Pelayanan Terpadu Pasangan Usia Subur Puskesmas Pembantu Survei Mawas Diri Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat Wanita Usia Subur

5 1 Pendahuluan Australia mendukung Indonesia untuk mencapai persalinan aman dan selamat melalui program Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (AIPMNH) atau Kemitraan Australia-Indonesia untuk Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Kemitraan ini bekerja di empat belas kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk: Peran Serta Masyarakat merupakan salah satu bidang kunci tematis AIPMNH. Tim PSM Kemitraan bekerja sama secara langsung dengan masyarakat di NTT agar semakin banyak ibu hamil yang melahirkan di fasilitas kesehatan. Jika masyarakat mengerti dan tegas menghendaki pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka akan lebih banyak perempuan dan bayi yang selamat dalam persalinan dan memiliki peluang untuk menjalani hidup lebih lama dan lebih sehat. Bagi AIPMNH, masyarakat bukan hanya perempuan hamil dan kaum ibu. Masyarakat adalah semua orang yang berada di sekitar dan mendukung kaum perempuan dan sistem kesehatan daerah. Itulah sebabnya Kemitraan juga bekerja dengan keluarga dan orang-orang di sekitar ibu hamil, dukun bayi, tokoh masyarakat, dan kader kesehatan. AIPMNH juga bekerja sama dengan kelompok-kelompok agama, budaya, dan masyarakat yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Ketika masyarakat berperan serta, anggota masyarakat memainkan peran aktif dalam pelaksanaan dan dukungan layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (KIBBLA). Jika masyarakat diberdayakan dan mandiri maka perempuan, keluarga, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat sendiri akan mampu merencanakan dan berkonstribusi bagi kesehatan kaum ibu di desa-desa. Kaum lelaki dan perempuan berperan untuk memastikan bahwa semua ibu hamil mengakses dukungan dan pelayanan kesehatan yang memadai. Masyarakat juga memastikan bahwa dukungan dan fasilitas yang ditawarkan tersebut memenuhi tuntutan dan kebutuhan ibu hamil dan ibu.

6 2 Mengapa penting untuk melibatkan masyarakat? Masih banyak ibu hamil di NTT yang melahirkan bayi mereka di rumah. Persalinan di rumah jauh lebih berisiko bagi ibu dan bayinya, sebab mereka mungkin jauh dari pelayanan emergensi, seandainya ada komplikasi. Khususnya di daerah pedesaan, keterlibatan seluruh masyarakat diperlukan untuk memastikan bahwa pelayanan dan sistem dukungan memenuhi kebutuhan ibu hamil dan keluarganya untuk memastikan persalinan yang aman, baik bagi ibu maupun bagi bayinya. Kemitraan ini mendukung berbagai bentuk program peran pelibatan masyarakat termasuk melalui: Program Desa Siaga, menyatukan peran tenaga kesehatan di tingkat desa dengan pemerintah desa membantu ibu hamil menyiapkan persalinan. Persiapannya sederhana tetapi dapat menyelamatkan jiwa ibu dalam situasi emergensi. Sebagai contoh, jejaring donor darah yang siap mendonorkan darah bagi ibu jika terjadi perdarahan. Perdarahan adalah penyebab utama kematian ibu di NTT. Desa Siaga juga mengukur tingkat risiko dalam setiap kehamilan dan mengidentifikasi fasilitas kesehatan yang tepat untuk setiap persalinan. Program lainnya yaitu Revitalisasi Posyandu. Posyandu merupakan tempat yang didatangi oleh kebanyakan ibu hamil di desa untuk mendapatkan pelayanan antenatal dan neonatal. Karena Posyandu terkait erat dengan Desa Siaga, AIPMNH menyelenggarakan berbagai kegiatan termasuk pelatihan bagi kader Posyandu dan mendukung para pengurus Posyandu. AIPMNH juga berupaya untuk memastikan ketersediaan sumber daya bagi kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui proses Musrenbang Desa. Intinya adalah pelibatan perempuan dalam proses perencanaan di tingkat desa. Bekerja dalam sistem pemerintah Indonesia mendorong keberlanjutan program ini. Pemda NTT telah menyatakan komitmen untuk melakukan replikasi Program pra-musrenbang AIPMNH di semua desa di NTT. Melalui Reformasi Puskesmas, AIPMNH meningkatkan umpan balik dan partisipasi masyarakat dalam pelayanan dan pengelolaan Puskesmas.

7 3 Melengkapi upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, Kemitraan mendukung peran serta aktif dari Badan Peduli Kesehatan Masyarakat (BPKPM). Kondisi geografis dan ekonomi masyakarat di NTT sering kali menjadi penghambat bagi ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai Salah satu upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan dan dibantu oleh tenaga terlatih adalah melalui Rumah Tunggu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Pemda NTT telah menyatakan komitmen untuk melakukan replikasi Program pra- Musrenbang AIPMNH di semua desa di NTT.

8 4 DESA SIAGA Desa siaga merupakan salah satu bentuk re-orientasi pelayanan kesehatan dari sebelumnya yang bersifat sentralistik dan top-down menjadi lebih partisipatif dan bottom-up. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Gambaran Sistem Jejaring Siaga Bayi Kelas Remaja Kespro/ HIV-AIDS Sistem Pencatatan/ Notifikasi Bersalin Pos Informasi KB Surveilance Penyakit/ gizi Transportasi Pendonor darah Pendanaan

9 5 Tujuan Umum Desa Siaga Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Masyarakat memberikan dukungan pada Program Revolusi KIA di NTT, sasaran terdata dengan baik dan pelayanan tepat waktu, tepat sasaran di fasilitas kesehatan yang memadai. Mengapa Perlu Desa Siaga? Tingginya jumlah kasus kematian ibu hamil/melahirkan dan bayi Munculnya kembali penyakit-penyakit lama seperti malaria, TBC, dll. Berubahnya kondis lingkungan dan perubahan perilaku yang menimbulkan berbagai penyakit baru seperti flu burung, HIV-Aids Adanya bencana alam yang berpengaruh pada kesehatan Sumber daya kesehatan yang terbatas dengan luas serta letak geografis yang sulit dijangkau Kader Posyandu Desa Siaga Wolonwalu memperagakan model transportasi darurat untuk membawa ibu hamil yang akan bersalin di Puskesmas Foto: Joni Trisongko untuk AIPMNH

10 6 Strategi Desa Siaga di NTT Mengatasi permasalahan kesehatan ibu dan anak untuk menuju Desa Siaga Paripurna dilakukan melalui integrasi dua komponen utama yakni: 1. Supply: Pustu - Polindes (Puskesmas - Dinas Kesehatan ) dan demand: pemberdayaan dan pelibatan masyarakat melalui sistem kerja lima jejaring utama: 1.1. Jejaring data/notifikasi Suami & Keluarga Tokoh Masyarakat Tetangga/ masyarakat Kader Dukun Sistem Percatatan Berbasis Masyarakat Papan Sistem Siaga Posyandu Polindes/Poskesdes + Kantor Desa/ Lurah Puskesmas

11 7 1.2 Jejaring transportasi Suami & Keluarga Pemilik kendaraan Pemilik alat komunikasi Tokoh Masyarakat Sistem Transportasi Berbasis Masyarakat Bidan/ Faskes Puskesmas Dukun Kader 1.3 Jejaring donor darah Kader Keluarga Pendonor Dukun Tokoh Masyarakat Cek Gol. darah Pendonor potensial Sistem donor darah masyarakat Masyarakat Tanpa tahu Gol. Darah UTD/ PMI

12 8 1.4 Jejaring dana Suami & Keluarga Masyarakat Tokoh Masyarakat Sistem Pendanaan Berbasis Masyarakat DASOLIN Bidan/ Faskes Dukun Kader 1.5 Pos informasi KB BULIN Pelayananan KB Kader Dukun Pos Informasi KB / Kespro Tokoh Masyarakat Masyarakat

13 9 Revitalisasi Posyandu UKBM lain 2. Terintegrasi dengan lintas sektor Prinsip Kerja Sistem Siaga Tolong menolong sesama warga Dari oleh untuk warga Keadilan dalam pelayanan Pertemuan teratur Pendidikan terus-menerus SKEMA DESA SIAGA MONITORING - EVALUASI KECAMATAN PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN SISTEM SIAGA PEMECAHAN MASALAH RENCANA AKSI - SURVEY MAWAS DIRI -Analisis Situasi. Sosialisasi Program - Seleksi Desa - Pengumpulan Data Sekunder PARTISIPATIF - -Pertemuan Rutin Dusun -Posyandu PENDIDKAN KESEHATAN MASYARAKAT J Th. I Lokakarya Desa -Pertemuan Rutin Desa Fasilitator PERSPEKTIF GENDER POSKESDES / PUSTU PUSKESMAS REFORMASI

14 10 Bagaimana Membangun Desa Siaga Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Seleksi fasilitator desa 2. Pembentukan tim fasilitator desa siaga (fasilitator desa, bidan desa, staf Puskesmas dan staf kecamatan ) 3. Pelatihan teknik partisipatif SMD dan melakukan Survei Mawas Diri di desa 4. Pengorganisasian sistem siaga 5. Bimbingan teknis tingkat kecamatan dan kabupaten 6. Penyusunan Peraturan Desa (Perdes) Hasil yang diharapkan Masyarakat terlibat aktif dalam mewujudkan dan memperbaiki kesehatannya dengan menggunakan potensi yang ada. Terbentuknya kepengurusan yang kuat yang menjadikan sistem siaga sebagai bagian dari kesehariannya. Proses perumusan Cara Kerja Jejaring Siaga Foto: AIPMNH

15 Masyarakat mampu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap sistem siaga yang sudah dibangun bersama melalui papan sistem siaga, dan lain-lain. Semua upaya pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan dilakukan dengan tepat sasaran dan tepat waktu. Berawal dari KIA sampai terwujudnya Desa Siaga Paripurna. Kunci Keberhasilan desa siaga Peran serta masyarakat, pemerintah dan tenaga kesehatan sejak awal Proses fasilitasi dan menemukenali tokoh kunci Pertemuan rutin desa siaga Sistem laporan dan pertanggungjawaban yang sederhana Terintegrasi ke dalam sistem Posyandu Pembinaan oleh pemerintah kabupaten, kecamatan dan Puskesmas 5 Jejaring yang bekerja optimal: notifikasi, donor darah, transportasi, dana, KB dan gizi Monitoring dan evaluasi berkala Dukungan kebijakan dan anggaran: PERDES, APBD, ADD, BOK, PNPM, dll. Papan Sistem Siaga Papan sistem siaga dibangun berdasarkan data bersama dan dipampangkan sebagai pengetahuan bersama masyarakat pada tempat umum yang mudah dilihat masyarakat. Keterangan: semua persalinan memiliki risiko : Risiko Rendah : Risiko Sedang : Risiko Tinggi

16 12 Penjelasan Kolom Papan Siaga: Papan data ukurannya terbatas karena itu daftar ibu hamil yang dimasukkan di dalam papan data siaga adalah ibu hamil pada trimester ke 2 ( memasuki bulan ke lima ), sementara yang di bawah 5 bulan masuk pada papan daftar ibu hamil yang lain. Data selalu diperbarui. Kolom 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 adalah kolom yang berisi tentang identitas ibu hamil dan Informasi KIA. Kolom 8, 9, 10, 11 dan 12 adalah kolom sistem siaga yang dibuat berdasarkan data yang diperoleh dan diolah oleh jejaring sistem desa siaga (jejaring transportasi, donor darah dan dana). Kolom 2 (umur bumil ) dan kolom 3 (jumlah anak ) ditambah keterangan bidan akan menghasilkan gambaran keadaan ibu hamil yang akan diisi pada kolom 8. Kolom 8 (faktor risiko) akan menentukan pengisian pada kolom 9 (tempat persalinan). Kondisi umum di papan sistem siaga ini akan menentukan kegiatan jejaring KB. Dengan melihat umur ibu, jumlah anak dan faktor risiko, jejaring KB bisa lebih intensif melakukan pendekatan agar ibu dan keluarga bisa ikut KB. Penggunaan Papan Siaga akan memberikan:

17 13 Gambaran Hasil dari Desa Siaga Rata-rata Dasolin per desa siaga Dasolin adalah dana solidaritas masyarakat yang bersumber dari masyarakat berdasarkan kesepakatan bersama yang dibangun. Penggunaan dana dasolin juga berdasarkan kesepakatan di desa. Adapun proses pengumpulan dasolin sejak dibentuknya desa siaga. Grafik berikut memberikan gambaran tentang rata-rata jumlah Dasolin di 787 Desa Siaga, dimana 311-nya merupakan dukungan AIPMNH dan 476 adalah replikasi yang didukung oleh APBD, BOK, ADD, dan bahkan masyarakat. Grafik di bawah ini menunjukkan rata-rata jumlah kas dasolin per Maret 2014 dari desa siaga di 14 kabupaten. 1,200,000 Rata rata Dasolin di 14 Kabupaten AIPMNH Rp Millions 1,100,000 1,000, , , , , Sumber data: Laporan CE AIPMNH - Juni 2014

18 14 Grafik di bawah ini menunjukkan peningkatan alokasi APBDes di 14 Kabupaten dukungan AIPMNH, sebelum dan setelah intervensi AIPMNH (2010 dan 2013). Persalinan di Fasilitas Kesehatan (%) Grafik berikut menunjukkan persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebelum dan sesudah intervensi AIPMNH. Data di bawah ini adalah sampel dari 311 desa siaga dari 787 desa siaga dukungan AIPMNH.

19 15 POSYANDU Apa Itu Posyandu? Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah pusat kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat, di mana masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar serta upaya perbaikan gizi. Pelayanan terpadu tersebut meliputi: 1. Keluarga berencana 2. Kesehatan ibu dan anak 3. Gizi 4. Imunisasi 5. Penanggulangan diare Satu Posyandu melayani kelompok dasa wisma yang terdiri dari 10 sampai 20 kepala keluarga atau maksimal 100 balita, sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan wilayah. Pelayanan Posyandu dalam Safari Posyandu di Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende Foto: Quin untuk AIPMNH

20 16 Tujuan Posyandu a. Untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB b. Untuk mempercepat penerimaan Norma Keluarga kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) c. Agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Penyelenggaraan Posyandu a. b. Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama kepala desa atau lurah dengan bimbingan kelompok kerja operasional (pokjanal) Posyandu tingkat kecamatan Posyandu diselenggarakan oleh kader yang terlatih di bidang KB dan kesehatan yang berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan bimbingan pokjanal Posyandu tingkat kecamatan Sasaran Posyandu Sasaran Posyandu adalah semua anggota masyarakat terutama ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS), bayi dan anak balita. Kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan anak balita melalui:

21 17 b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan PUS melalui: Tahapan Kegiatan Posyandu A. Persiapan Pelaksanaan Posyandu (H 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah : Mengumumkan hari Posyandu menggunakan berbgai media yang ada di desa/kelurahan. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu. Mempersiapkan sarana Posyandu berupa KMS/Buku KIA, alat timbang, alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan, dan sebagainya. Melakukan pembagian tugas antar-kader. Kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya. B. Pelaksanaan Posyandu Pada hari buka Posyandu, dilakukan pelayanan dengan sistem 5 meja, yakni: Meja 1: Pendaftatan, yaitu mendaftar balita dalam pencatatan balita; mendaftar ibu hamil dalam formulir catatan ibu hamil; dan mendaftar PUS dalam formulir catatan PUS. Meja 2: Penimbangan, yaitu menimbang balita; dan mengukur LILA pada ibu hamil dan WUS.

22 18 Meja 3: Pencatatan yaitu mencatat hasil penimbangan balita pada KMS; mencatat hasil penimbangan berat badan dan pengukuran LILA ibu hamil dalam buku KIA dan register ibu hamil; serta mencatat hasil pengukuran LILA WUS dalam buku register PUS/WUS. Meja 4: Penyuluhan, yaitu memberikan penyuluhan untuk ibu balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan PUS. Meja 5: Pelayanan kesehatan dan KB. Beberapa pelayanan kesehatan yang diberikan antara lain: pemberian Vitamin A pada ibu nifas, bayi dan balita; pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil; pemberian penyuluhan PMT, imunisasi; pemberian oralit dan zink. C. Kegiatan di luar hari buka Posyandu (H +) Beberapa kegiatan yang dilakukan: Kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari H, gizi kurang dan gizi buruk rawat jalan. Menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan Posyandu termasuk penggalangan dana. Memfasilitasi masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga. Membantu petugas dalam pendataan, penyuluhan dan peragaan keterampilan dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat. Grafik berikut menunjukkan persentase ibu hamil yang datang ke Posyandu sebelum dan sesudah intervensi Desa Siaga. Data adalah rata-rata dari 1049 Posyandu dari 311 Desa Siaga. Persentase ibu hamil yang datang ke Posyandu sebelum dan sesudah Desa Siaga. Sumber Data: Laporan CE s/d Maret 2014

23 19 KOMUNITAS RELAWAN DONOR DARAH Apa Itu Komunitas Relawan Donor Darah (KRDD)? KRDD adalah perkumpulan orang yang peduli dengan ketersediaan darah. Komunitas ini terdiri dari berbagai macam kelompok agama, suku, etnis, paguyuban dan lembaga/instansi Kepala Unit Transfusi Darah sedang melayani permintaan darah dari ayah seorang pasien di RSUD Ekapata_Sumba Barat Foto: Quin untuk AIPMNH Pengurus KRDD Sumba Timur Foto: John Ire untuk AIPMNH

24 20 Mengapa KRDD dibentuk? Muncul dari keprihatinan akan tingginya jumlah kasus kematian ibu di mana salah satunya adalah perdarahan di samping itu tidak ada ketersediaan darah. Model donor darah yang berkembang saat ini lebih pada pendekatan event, seperti pada hari raya tertentu, hari ulang tahun lembaga tertentu. Pada saat ada acara, stok darah melebihi kapasitas dan di luar itu, sangat sulit mencari pendonor. Para pendonor potensial masih tersebar di mana-mana, belum ada sebuah wadah yang bisa menampung dan mengorganisir mereka secara lebih sistematis. Ketika ada yang membutuhkan pendonor, sangat sulit mencari pendonor yang bersedia mendonorkan darah. KRDD ingin mengubah hal ini, sehingga darah selalu tersedia setiap dibutuhkan. Apa yang unik dari KRDD? Donor darah dilakukan secara regular, setiap orang mendonorkan darah setiap tiga bulan, tampa pendekatan event Donor darah menjadi gaya hidup RDD seperti melakukan kontrak kredit ; seperti orangn yang membangun membangun kesepakatan pada saat menandatangani kontrak kredit untuk benefit berupa mendapatkan hasil test kesehatan secara rutin per tiga bulan Mendonor seperti membayar cicilan kredit; Sebagaimana orang membayar kredit pinjaman, mebayar fasilitas test kesehatan yang diperolehnya sebagaimana tercantum pada kontrak kreditnya Pendonor menyiapkan diri dengan lebih baik secara regular setiap tiga bulan

25 21 Di mana KRDD melakukan aksi dan bagaimana prosesnya? Prinsip KRDD adalah sukarela. Pendonor memberikan darah tanpa paksaan. KRDD mengedepankan pendekatan event donor darah yang mudah, murah dan menyenangkan. Aksi donor darah bisa dilakukan di rumah sakit atau kantor, pada saat acara tertentu seperti yang diselenggarakan oleh lembaga seperti BUMN, perusahaan swasta, atau PMI. KRDD juga membangun kesepakatan mendatangi dan menggelar aksi donor darah pada instansi/lembaga, perkumpulan, paguyuban etnis, komunitas keagamaan. Calon pendonor harus mengisi formulir yang sudah disediakan sebagai bukti kesediaan mendonor. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kesehatan dan darah sesuai SOP proses donor darah. Darah yang sudah diambil akan melalui proses pemeriksaan di laboratorium rumah sakit, agar selanjutnya layak dipakai. Pendonor yang lolos akan didata dalam database KRDD sebagai calon pendonor tetap dan akan dihubungi kembali pada tiga bulan berikutnya. Mendonor seperti membayar kredit darah 3 kali dalam setahun. Formulir Relawan Donor Darah Foto: AIPMNH

26 22 Apa saja kegiatan KRDD dan bagaimana pembiayaannya? Konseling juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari donor darah, terutama bagi pendonor yang diketahui mengidap penyakit tertentu. KRDD melakukan pendekatan-pendekatan melalui seksi humas dan advokasi untuk menggelar acara-acara donor darah. Pendanaan berbasis swadaya sebab KRDD adalah kumpulan orang-orang yang peduli dan sukarela. Jika memungkinkan, KRDD akan membuat proposal dan mengajukan ke pihak-pihak yang bersedia membantu. Selain itu KRDD bersama dengan PMI bekerja sama dengan perusahaanperusahaan yang memiliki peluang untuk melakukan aksi sosial donor darah. Apa manfaat bergabung dalam KRDD? Keanggotaan KRDD bersifat terbuka dan sukarela karena darah tidak mengenal suku, agama dan ras. KRDD sangat yakin dengan mendonor kita sudah melakukan perbuatan amal menolong sesama tanpa pamrih. Rutin mendonorkan darah setiap tiga bulan sekali akan mudah untuk mengetahui kondisi kesehatan dan tubuh akan terasa lebih segar dan sehat. Hidup akan lebih berarti dan berwarna karena di dalam komunitas kita bertemu banyak orang dari berbagai latar belakang pendidikan, suku dan agama atau golongan. KRDD memiliki banyak jejaring untuk bersosialisasi dengan pihak-pihak lain yang punya kepedulian yang sama.

27 23 Kemitraan tokoh agama mendukung KIBBLA Tokoh Agama mendapat tempat yang istimewa dalam kehidupan sosial. Mereka juga mendapat waktu yang rutin bertemu dengan jemaatnya. Ibadat atau perayaan misa setiap hari Minggu (dalam konteks Gereja Katolik dan Protestan) atau mimbar dalam ibadah Sholat Jumat kaum Muslim misalnya, merupakan kesempatan istimewa tokoh agama bertemu dengan umat mereka. Mimbar agama adalah tempat di mana tokoh agama menyampaikan informasi rohani dan informasi lainnya kepada umat. Romo Konstantinus Nggajo, Pastor di Sumba Barat yang aktif dalam KRDD Foto: Joni Trisongko untuk AIPMNH Ustad Pua Monto Umbu Nay (baju hijau) tokoh agama di Sumba Barat yang aktif dalam KRDD bersama stafnya Foto: Quin untuk AIPMNH

28 24 Melalui proses yang hemat biaya, tokoh agama diajak untuk berdiskusi tentang permasalahan kesehatan masyarakat. Beberapa kegiatan di antaranya adalah: Tokoh agama mendorong kesadaran jemaat atau masyarakat untuk bersalin di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan rumah sakit) Mendoakan dan memberkati ibu hamil agar sehat dan selamat Media mimbar: doa dan pengumuman tentang ibu yang akan melahirkan Ibadat rumah tangga juga mendoakan ibu hamil Katekisasi persiapan pranikah dan kehamilan Katekese umat untuk KIBBLA Mengembangkan Paroki Siaga (Laja, Mataloko, Marunggela, dan lain-lain) Diakonia (pelayanan kasih dari Gereja Kristen) di Posyandu Bahan Kotbah, Tausyiah dan Dakwah tentang kesehatan ibu dan bayi Kursus persiapan perkawinan dan penggembalaan Keterlibatan dalam kepengurusan Desa Siaga dan Badan Penyantun Puskesmas Menjamin ketersediaan darah dengan promosi donor darah Tokoh agama mendorong kesadaran jemaat atau masyarakat untuk bersalin di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan rumah sakit)

29 25 PERATURAN DESA (PERDES) 1. Pengertian Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh kepala desa bersama Badan Permusyawaratan Desa dan merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau Perda. Sebuah Peraturan Desa lahir melalui proses yang cukup panjang. Peraturan desa dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat dalam proses kaji ulang terhadap kesepakatan-kesepakatan yang sudah dibangun oleh masyarakat. 2. Manfaat Peraturan Desa (PERDES KIBBLA) Sebagai pedoman dalam rangka pelaksanaan kegiatan kesehatan ibu dan anak. Mendorong tercapainya tujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan ibu dan anak. Adanya perlindungan hukum terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Sebagai pedoman atau dasar terlaksananya sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Salinan Perdes KIBBLA Foto: AIPMNH

30 26 3. Proses Penyusunan Peraturan Desa Dibuat secara partisipatif dengan melibatkan semua pihak di desa difasilitasi oleh tim legal drafting dengan tata cara sebagai berikut: 1. Pengumpulan data dan masalah kesehatan ibu dan anak melalui penggalian masalah dan gagasan atau Survei Mawas Diri. 2. Membuat rancangan peraturan desa Desa membentuk sebuah tim perumus yang terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, untuk merumuskan draft peraturan desa berdasarkan temuan masalah yang sudah ada sebelumnya. Penentuan jumlah pasal dalam Perdes KIA tergantung dari temuan masalah dan jumlah lembaga-lembaga terkait di desa yang akan ikut serta dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di desa. 3. Konsultasi publik Untuk melengkapi cakupan isi dari sebuah peraturan desa perlu dilakukan tahapan konsultasi publik yang menghadirkan masyarakat di desa, dilakukan pertemuan dan membacakan kembali draf Perdes yang sudah disusun dan selanjutnya mendapat tanggapan atau masukan dari masyarakat. Proses pelaksanaan Survei Mawas Diri di Desa Leubatang Lembata Foto: John Ire untuk AIPMNH

31 27 Setelah diadakan konsultasi publik, draf Perdes diperbaiki kembali sesuai dengan masukan pada saat melakukan konsultasi publik. Setelah diperbaiki draft Perdes siap diserahkan ke Bidang Hukum di Kabupaten untuk mendapatkan asistensi terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan aturan dan kaidah hukum yang berlaku. Setelah mendapatkan asistensi dari Bidang Hukum, Rancangan Perdes ditetapkan dalam Rapat BPD dan Pemerintah desa untuk ditetapkan menjadi Perdes dan diundangkan dalam Lembaran Berita Desa kemudian disosialisasikan untuk dilaksanakan. Sampai dengan saat ini (September 2014) sudah ada 190 Perdes KIA yang sudah ditetapkan di Desa Siaga, dan 35 Perdes dalam proses asistensi pada Bagian Hukum Setda di Kabupaten.

32 28 REFORMASI PUSKESMAS Apa Itu Reformasi Puskesmas? Program yang mendorong peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas dengan pelibatan peran serta masyarakat selaku pengguna pelayanan. Komponen Utama Dalam Reformasi Puskesmas? Masyarakat aktif, yaitu peran serta masyarakat khususnya pengguna layanan dalam memberikan dukungan dan umpan balik untuk perbaikan pelayanan. Puskesmas responsif, yaitu pelayanan di Puskesmas sesuai dengan prinsip-prinsip dan azas pelayanan publik. Kemitraan multi pihak, yaitu kerja sama dan kolaborasi lintas sektor, swasta dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan. Suasana pasien sedang menunggu pelayanan di Puskesmas Bakunase Kota Kupang foto: AIPMNH

33 29 Tujuan Reformasi Puskesmas? Agar pelayanan yang diselenggarakan di Puskesmas menjadi lebih baik, efektif, lebih transparan, lebih komunikatif dan lebih partisipatif. Agar perbaikan pelayanan dapat dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan dengan dukungan internal Puskesmas dan masyarakat. Memberikan dukungan pada Program Revolusi KIA di NTT, semakin banyak ibu hamil dan keluarganya memilih Puskesmas sebagai tempat melahirkan dengan mendapat pelayanan yang memuaskan. Skema Reformasi Puskesmas? BAGAN ALUR PERAN MULTI PIHAK DALAM KEGIATAN REFORMASI PUSKESMAS CAMAT FASILITATOR DAN MENTOR DINAS KESEHATAN BPKM/BPP SWASTA/CSR PUSKESMAS A PUSKESMAS B SEKTOR LAIN DI KECAMATAN MASYARAKAT DAN PENGGUNA LAYANAN

34 30 Staf Puskesmas Bakunase sedang lokakarya internal melakukan analisa penyebab keluhan pengguna layanan foto: AIPMNH Kegiatan Apa Yang Dilakukan? 1. Pembentukan team fasilitator tingkat kabupaten dan team inovasi pelayanan tingkat Puskesmas. 2. Survey keluhan (komplain survey) dan lokakarya analisa penyebab 3. Pelembagaan partisipasi masyarakat dalam wadah BPP/BPKM. 4. Pendampingan Puskesmas dalam menyusun: 5. Alur pelayanan dan denah Puskesmas Visi misi, nilai-nilai, etika pelayanan dan motto Puskesmas Uraian tugas dan menghitug kinerja sdm staf Puskesmas Pengembangan transparansi publik, menakanime penanganan keluhan Standar pelayanan publik (spp) (14 unsur) dan maklumat pelayanan Survey kepuasan pengguna layanan (indeks kepuasan masyarakat) Pengembangan kemitraan multi pihak dan CSR Pengelolaan rumah tunggu persalinan berbasis pemberdayaan masyarakat Replikasi di Puskesmas lain dengan dukungan dana APBD atau sumbersumber lainnya.

35 31 Hasil Yang Diharapkan 1. Masyarakat memiliki kesadaran bahwa kesehatan adalah juga tanggung jawab masyarakat, termasuk mendukung pelayanan di Puskesmas. 2. Masyarakat terlibat aktif dalam memperbaiki kinerja pelayanan Puskesmas dan jejaringnya. 3. Terbentuknya Badan Peduli Kesehatan Masyarakat (BPKM) sebagai kelembagaan sosial masyarakat madani mitra Puskesmas di tingkat kecamatan. 4. Puskesmas memberikan pelayanan dengan sesuai Standar Pelayanan Publik (SPP). 5. Puskesmas memberikan pelayanan yang efektif, efisien, transparan, komunikatif, accountable sebagai sebagai wujud tata kelola kepemerintahan yang baik. 6. Tercapainya kinerja pelayanan Puskesmas sesuai indikator Puskesmas Berprestasi

36 32 Manfaat Reformasi Puskesmas? Bagi internal Puskesmas; Petugas semakin percaya diri, menumbuhkan kekompakan, kebanggaan dan citra diri, pintu karier dan kesejahteraan berdasarkan kinerja. Bagi pengguna layanan; Mendapat pelayanan yang profesional, merasa dihargai, kebutuhannya terpenuhi dan mendapat kepuasan dalam pelayanan. Bagi instansi Puskesmas dan pemerintah; Citra organisasi meningkat, pegawai semakin profesional, unggul dalam kompetisi dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah meningkat. Tabel Jumlah Puskesmas yang Berpartisipasi dalam Program Reformasi Puskesmas Tahun KABUPATEN/KOTA Total 1. Sikka Ende Sumba Timur Ngada Manggarai Manggarai Barat TTS Kota Kupang Kupang Lembata Flotim Sumba Barat TTU Belu Total

37 33 Grafik Diagram Batang Perbandingan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Hasil Survey Kepuasan di 5 Puskesmas. (Sumber: Hasil Kajian CE-April 2014) Keterangan : = Intervensi program Ref. Puskesmas = Bukan Intervensi prograref.pkm Peta Lokasi Intervensi Puskesmas Reformasi di NTT

38 34 RUMAH TUNGGU PERSALINAN BERBASIS MASYARAKAT Apa Itu Rumah Tunggu Persalinan? Suatu tempat atau ruangan yang berada di dekat Puskesmas atau rumah sakit, yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara bagi ibu hamil dan pendampingnya selama beberapa hari sebelum persalinan dan beberapa hari setelah bersalin. Mengapa Rumah Tunggu Persalinan Penting? Kondisi geografis dan transportasi, di mana tempat tinggal masyarakat jauh dari Puskesmas, sehingga ibu hamil bisa datang lebih awal ke Puskesmas. Diharapkan dapat meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di Puskesmas serta meningkatkan deteksi dan penanganan dini komplikasi maternal. Paket pelayanan persalinan di Puskesmas terbatas, sehingga beberapa hari sebelum dan beberapa hari setelah persalinan ibu hamil dan ibu nifas bisa menempati rumah tunggu terlebih dahulu. Rumah Tunggu persalinan di Puskesmas Waepana-Kab. Ngada foto: AIPMNH

39 35 Mengapa Berbasis Pemberdayaan Masyarakat? Supaya petugas Puskesmas lebih fokus mempersiapkan pelayanan di ruang bersalin dan di ruang nifas dan tidak menjadi beban Puskesmas. Masyarakat memberikan kontribusi pembangunan dan pengelolaan rumah tunggu persalinan sebagai wujud gotong royong dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dikelola oleh masyarakat di bawah koordinasi BPKM dengan dukungan camat, aparat desa dan organisasi keagamaan, sosial dan masyarakat. Pendanaan oleh masyarakat, dana desa, melibatkan partisipasi lintas sektor dan CSR. Apa Yang Tersedia Di Rumah Tunggu? 1. Rumah tunggu persalinan dilengkapi dengan tempat tidur, kamar mandi dan air, peralatan memasak, bahan makanan untuk minimal satu hari. 2. Pencatatan administrasi, keuangan, inventaris dan tata tertib pemanfaatan rumah tunggu. 3. Informasi terkait dengan team pengelola, nama dan nomor handphone petugas piket dan jadwal kunjungan doa. Rumah Tunggu persalinan hasil swadaya masyarakat di Puskesmas Bola-Kab. Sikka foto: AIPMNH

40 36 BPKM bersama masyarakat memberikan dukungan perlengkapan dapur pelayanan di Rumah Tunggu Persalinan Puskesmas Aimere-Kab. Ngada foto: AIPMNH Apa Peran Masyarakat Untuk Rumah Tunggu? Masyarakat terlibat dalam perencanaan dan pembangunan rumah tunggu dengan dukungan dana PNPM atau swadaya masyarakat sendiri. Masyarakat terlibat dalam pengelolaan melalui BPKM atau tim pengelola rumah tunggu. Masyarakat berkontribusi dalam dukungan barang-barang dan perlengkapan rumah tunggu. Masyarakat memelihara, menjaga dan mengelola rumah tunggu sebagai milik dan kepetingan bersama. Bagaimana Operasional Rumah Tunggu?? 1. Pengelolaan rumah tunggu di bawah koordinasi BPKM melalui seksi pengelolaan rumah tunggu. 2. Pengurus rumah tunggu dan BPKM dipilih secara periodik. 3. Untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tunggu, pengurus mengangkat petugas kebersihan dan digaji sesuai kondisi setempat. 4. Dana operasional rumah tunggu bersumber dari dana desa sesuai kesepakatan musyawarah Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) dan dana dari masyarakat lainya yang tidak mengingat.

41 37 Manfaat Apa Yang Dirasakan Masyarakat? 1. Ibu hamil dan keluarganya bisa datang lebih awal mendekati Puskesmas, dan menempati rumah tunggu sampai fisik ibu dan bayi kuat. 2. Tidak perlu membawa barang-barang untuk keperluan tidur dan memasak, sehingga mengurangi biaya transportasi (sewa kendaraan). 3. Mendukung Revolusi KIA semua persalinan dilakukan di Puskesmas. 4. Meningkatkan nilai-nilai gotong royong dan ikatan sosial dalam memperhatikan ibu hamil dan menyambut bayi baru lahir. Papan informasi daftar pengguna pelayanan Rumah Tunggu Persalinan di Puskesmas Niki-niki Kab. TTS foto: AIPMNH

42 38 Grafik/Alur Pengelolaan Rumah Tunggu Berbasis Masyarakat Sumber: Buku BPKM Hal 70 Peta Lokasi Puskesmas Dengan Rumah Tunggu Persalinan

43 39 BADAN PEDULI KESEHATAN MASYARAKAT (BPKM) Apa Itu BPKM? Suatu organisasi sosial kemasyarakatan yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan, yang berperan sebagai mitra kerja Puskesmas dalam upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Mengapa Perlu BPKM? Masyarakat sering tidak mau tahu kondisi puskesmas. Anggapan bahwa Puskesmas itu milik pemerintah dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Puskesmas tak dapat menjalankan fungsi-fungsinya tanpa dukungan aktif masyarakat. Komunikasi antara puskesmas dan warga masyarakat menghadapi berbagai hambatan. Pengurus BPKM setelah pembekalan Tupoksi bersama Camat Pagal Kab. Manggarai. foto: AIPMNH

44 40 Siapa Anggota BPKM? BPKM merupakan himpunan berbagai potensi masyarakat, karena itu anggotanya dipilih dari dan oleh masyarakat, seperti: a. Tokoh masyarakat b. Tokoh agama c. LSM d. Organisasi kemasyarakatan e. Dunia usaha f. Orang-orang yang peduli kesehatan Bagaimana Membentuk BPKM? Membangun komitmen para pemangku kepentingan di daerah (kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan). Pembentukan calon pengurus BPKM; dapat dilakukan di ruang pertemuan Puskesmas atau kantor Camat dengan melibatkan lintas sektor. Pemilihan pengurus dilakukan melalui forum pertemuan yang dipimpin Camat. Pengurus dipilih dari peserta yang diundang secara demokratis dan dilakukan secara partisipatif.

45 41 Bagaimana Kedudukan, Fungsi Dan Tanggung Jawab BPKM Bagan Struktur BPKM

46 42 Fungsi BPKM: 1. Melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas. 2. Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas. 3. Melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang kinerja Puskesmas. 1. Secara administratif kepada camat. 2. Secara teknis operasional kepada masyarakat melalui suatu forum. Apa Tugas dan Wewenang BPKM? 1. Memperoleh informasi yang diperlukan dari masyarakat dan Puskesmas. 2. Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 3. Menghimpun masukan dan ikut menangani pengaduan masyarakat tentang pelayanan Puskesmas. 4. Memantau dan memberi umpan balik untuk peningkatan kinerja Puskesmas. 5. Menggali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat. 6. Menyampaikan masukan untuk perencanaan tingkat Puskesmas.

47 43 Bagaimana Mengelola Keuangan BPKM? Sumber dana untuk operasionalisasi BPKM dapat dibiayai dari warga masyarakat dan sumbangan lainnya. Pengelolaan keuangan yang menjadi tanggung jawab BPKM hendaknya dikelola secara transparan dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat secara berkala Di Mana BPKM Berada?

48 44 MENTOR PERAN SERTA MASYARAKAT AIPMNH mendukung terwujudnya peran serta masyarakat, untuk pencapaian Making Pragnancy Saver (MPS) dan program Revolusi KIA. Pada aspek demand side, AIPMNH mendukung pengadaan Community Engagement Mentor (CEM) yang berperan memberikan dukungan pada aspek demand side terutama untuk penguatan program revitalisasi Posyandu, penguatan desa siaga dan P4K, perencanaan desa dan program reformasi Puskesmas. Apa Itu Mentor CE? Community Engagement Mentor (CEM) atau Mentor CE adalah individu konsultan (personal) yang memiliki sejumlah pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan personil dalam bidang peran serta masyarakat. Mentor foto bersama BPMPD foto: AIPMNH

49 45 Pengalaman yang disyaratkan yakni minimal 5 tahun dalam bidang peran serta masyarakat. Pengetahuan yang disyaratkan yakni berkaitan dengan : a) Pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang sistem dan pendekatan program peran serta masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. b) Pengetahuan yang luas tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir. c) Pengetahuan tentang gender dan HIV. Keterampilan dan kemampuan personil yang disyaratkan yakni : a) Mampu bekerja sama dalam tim. b) Keterampilan berkomunikasi, bernegosiasi dan mengelola konflik. c) Keterampilan memfasilitasi dan melatih dengan pendekatan Pendidikan orang dewasa. d) Keterampilan untuk mengidentifikasi masalah dan mencapai solusi. e) Komitmen untuk meningkatkan mutu kesehatan ibu dan bayi baru lahir di NTT. f) Komitmen pribadi, efisiensi, fleksibilitas dan bekerja keras untuk mencapai hasil. g) Bersedia melakukan perjalanan dalam wilayah NTT untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan. TUJUAN KEBERADAAN MENTOR CE Keberadaan Mentor CE bertujuan memberikan dukungan dalam memperkuat sistem mitra SKPD di kabupaten untuk mencapai tujuan program MPS dan Revolusi KIA. Dukungan tersebut terutama dalam mempercepat pelaksanaan strategi peran serta masyarakat dan menjamin keberlanjutan program.

50 46 Peran Mentor CE Dalam Program Reformasi Puskesmas Membangun kerjasama dan mendampingi tim fasilitator reformasi Puskesmas tingkat Kabupaten dalam melaksanakan program reformasi Puskesmas. Memperkuat dan mendampingi tim inovasi Puskesmas dalam melaksanakan perbaikan-perbaikan di internal Puskesmas. Membangun kerja sama dan memperkuat kapasitas pengurus BPKM dalam menjalankan tugas mendukung perbaikan kinerja Puskesmas. Membangun kerja sama dan mendorong pengurus BPKM dalam kemitraan dengan lintas sektor di kecamatan dan desa. Memberikan dukungan penguatan BPKM dalam pengelolaan rumah tunggu. Menyusun dokumentasi dan pencapaian dalam bentuk tulisan best practices (pembelajaran). Bersama Dinkes dan fasilitator melakukan monitoring di Puskesmas dan BPKM. Memberikan advokasi agar ada alokasi anggaran untuk replikasi dengan sumber pendanaan dari mitra SKPD. Membangun kerja sama dengan organisasi non Pemerintah dan lembaga agama dalam melanjutkan program KIBBLA. Mentor sedang presentasi pencapaian pendampingan di kabupaten masing-masing dalam lokakarya mentor foto: AIPMNH

51 47 Peran Mentor CE dalam Program Desa Siaga dan Revitalisasi Posyandu Membangun kerjasama dan mendampingi tim fasilitator desa siaga dan revitalisasi posyandu tingkat kabupaten dalam melaksanakan program desa siaga dan revitalisasi posyandu. Memperkuat dan mendampingi pengurus desa siaga (ketua dan pengurus jejaring) dalam mengembangkan sistem siaga ibu hamil di desa. Membangun kerjasama dan memperkuat kapasitas antara pengurus desa siaga dan kader posyandu dengan petugas kesehatan (bidan, perawat) di Pustu/Poskesdes/Polindes, Puskesmas dan rumah sakit dalam menjalankan tugas mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (KIBBLA) mulai dari sebelum dan setelah persalinan. Membangun kerjasama dan mendorong pengurus desa siaga dan kader posyandu dalam kemitraan dengan lintas sektor di desa dan kecamatan. Memberikan dukungan terhadap pemanfaatan dan pengelolaan Rumah tunggu persalinan di pustu/poskesdes dan Puskesmas. Menyusun dokumentasi dan pencapaian dalam bentuk tulisan best practices (pembelajaran). Memberikan advokasi agar ada alokasi anggaran untuk replikasi dengan sumber pendanaan dari mitra SKPD dan sumber lainnya. Membangun kerjasama dengan organisasi non pemerintah dan lembaga agama dalam melanjutkan program KIBBLA dan desa siaga. Hubungan Kerja Mentor CE dengan Mitra SKPD Mentor CE merupakan personil yang direkrut oleh Mitra SKPD bersama TIM CE AIPMNH dengan mempertimbangkan berbagai kriteria seperti: pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan personil. Segala ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban antara Mentor CE dengan Mitra SKPD diatur di dalam Kontrak Kerja dengan memperhatikan TOR dan RKA Mentor CE AIPMNH.

52 48 Sekitar 50% dari waktu CEM digunakan untuk bekerja sama dengan SKPD pada lingkup kabupaten, dan sisanya dimanfaatkan untuk mendampingi para mitra pada tingkat kecamatan dan desa. Waktu yang dihabiskan di lapangan juga akan digunakan untuk memperkuat sistem Monitoring dan Evaluasi (ME) tingkat lokal, dan mengumpulkan atau memeriksa data yang dibutuhkan untuk AIPMNH. Penilaian kinerja CEM menggunakan pendekatan Self Appraisal dan External Appraisal oleh mitra SKPD dan DPC. Self appraisal dimaksudkan akan berfokus pada sejauh mana CEM telah mencapai kinerja target yang tertera dalam kontrak mereka. Target-target ini akan terhubungkan dengan target rencana kerja SKPD. Pengembangan Kapasitas Mentor CE Pengembangan kapasitas dimaksudkan agar CEM dan SKPD bersama-sama mengenali aspek-aspek yang menjadi sasaran kegiatan pengembangan masyarakat (capacity building) dan mitra SKPD dapat melaksanakan rencana kerja mereka. Kegiatan pengembangan kapasitas akan dibatasi pada jenis-jenis kegiatan yang dapat diadakan oleh CEM, misalnya: a) b) c) d) Masukan teknis untuk sistem penguatan dan proses yang terkait dengan program peran serta masyarakat. Pelatihan dan pemantauan terhadap pelaksanaan program PSM termasuk M&E. Penilaian terhadap materi Informasi, Pendidikan, Komunikasi (IPK) yang diperlukan. Updating tata aturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan program reformasi Puskesmas.

53 AIPMNH 2014

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan 1 SUB TOPIK 1. Posyandu 2. Polindes 3. KB KIA 4. Dasa Wisma 5. Tabulin 6. Donor darah berjalan 7. Ambulan desa OBJEKTIF

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (2014) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diartikan sebagai bentuk pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa A LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi di Kabupaten Trenggalek merupakan suatu bentuk kerja sama antara bidan dan dukun dengan tujuan meningkatkan akses ibu dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Definisi Posyandu Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat serta yang dibimbing petugas terkait (Depkes, 2006.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam kehidupan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K )

KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K ) KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K ) A. Pendahuluan Kondisi kesehatan ibu dan anak di indonesia saat ini masih sangat penting untuk ditingkatkan serta mendapat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas MASALAH KESEHATAN di BALI Unfinished agenda : DBD, Diare, dll Emerging disease : PTM (Diabetes, Kanker,

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) 396726 Kepanjen KERANGKA ACUAN POSYANDU BALITA A. PENDAHULUAN Dalam rangka mendukung dan

Lebih terperinci

VISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan

VISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan EXPOSE KETUA POKJANAL POSYANDU Disampaikan pada Tim Evaluasi Pokjanal Tingkat Provinsi Jawa Barat Oleh : AZRIN SYAMSUDDIN Asisten Administrasi Kemasyarakatan & Pembangunan PEMERINTAH KOTA BOGOR Bogor,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 11 TAHUN 2016

PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 11 TAHUN 2016 PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN DESA SIAGA AKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Risiko Tinggi Pada dasarnya setiap kehamilan adalah sebuah risiko. Risiko tersebut terbagi atas kehamilan dengan risiko tinggi dan kehamilan dengan risiko rendah.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG, PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG Jl. Lintas Malindo Entikong (78557) Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG NOMOR

Lebih terperinci

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 TUJUAN POKJANAL/POKJA POSYANDU adalah untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan

Lebih terperinci

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013 Pendekatan Kebijakan di Hulu Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013 Permasalahan Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Masih

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) I. PENDAHULUAN Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PEMENUHAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGARAAN KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Realitas masyarakat terhadap layanan bidang kesehatan membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Realitas masyarakat terhadap layanan bidang kesehatan membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Realitas masyarakat terhadap layanan bidang kesehatan membutuhkan suatu wadah atau tempat yang memberikan pelayanan secara cepat dan murah, serta mampu menjawab berbagai

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Evaluasi program P4K dengan stiker yang dilaksanakan oleh Puskesmas Rawat

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF

BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF Seri Desa Siaga Aktif MENUJU MASYARAKAT BER-PHBS di Desa Membangun menuju Desa Peradaban BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Kesehatan 2010 Gerakan Sadar PHBS cara murah

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 64 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada 5 (lima) kesimpulan penelitian. Kesimpulan tersebut disajikan sebagai berikut : 1. Peran pendampingan bidan dalam upaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

AIPMNH INOVASI DALAM PERENCANAAN DAN MANAJEMEN

AIPMNH INOVASI DALAM PERENCANAAN DAN MANAJEMEN AIPMNH INOVASI DALAM PERENCANAAN DAN MANAJEMEN a INOVASI DALAM PERENCANAAN DAN MANAJEMEN (AIPMNH) atar Bela Daftar Isi Pendahuluan Kegiatan-kegiatan Inovasi Dukungan AIPMNH Penguatan Aspek Perencanaan

Lebih terperinci

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan. Skenario Kepala Puskesmas Melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebagai kepala Puskesmas sekitar 6 bulan. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN MEMBANGUN DESA MANGGATANG UTUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang

Lebih terperinci

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986 POSYANDU Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986 PENGERTIAN salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu wadah atau tempat yang memberikan pelayanan secara cepat dan murah,

BAB I PENDAHULUAN. suatu wadah atau tempat yang memberikan pelayanan secara cepat dan murah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Realitas masyarakat terhadap layanan bidang kesehatan membutuhkan suatu wadah atau tempat yang memberikan pelayanan secara cepat dan murah, serta mampu menjawab berbagai

Lebih terperinci

SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas

SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas PUSKESMAS SEJARAH PUSKESMAS Puskesmas : ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat Rakerkesnas th. 1968 di Jakarta Awal puskesmas dibagi beberapa kategori : 1. Tipe A (dipimpin : dokter penuh)

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA 1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang HOTEL HORISON MAKASSAR, 28-29 September 2011 Mempercepat pencapaian tujuan pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

Lebih terperinci

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret Filosofi Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat UKM_Maret 2006 1 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) yg meliputi : 1 Menghapuskan kemiskinan & kelaparan.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu 2.1.1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Posyandu dibutuhkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati Deklarasi Millenium di New York pada bulan September 2000. Deklarasi Millenium ini dikenal dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang Mengingat : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG Menimbang PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

Lebih terperinci

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia PANDUAN PENILAIAN KECAMATAN SAYANG IBU PELAKSANAAN REVITALISASI GERAKAN SAYANG IBU

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia PANDUAN PENILAIAN KECAMATAN SAYANG IBU PELAKSANAAN REVITALISASI GERAKAN SAYANG IBU Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia pada PELAKSANAAN REVITALISASI GERAKAN SAYANG IBU KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN RI Jl. Merdeka Barat No. 15 Jakarta 10110 Tahun 2008

Lebih terperinci

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DESA TANJUNGSARI NOMOR : 01 TAHUN 2017 PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 01 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421. PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.629/2012 TENTANG TIM PEMBINA/ POKJA POS PELAYANAN TERPADU DESA/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.

Lebih terperinci

MODUL L: Masyarakat Sipil BAGIAN DUA DKT-CSO-01(ANAK)

MODUL L: Masyarakat Sipil BAGIAN DUA DKT-CSO-01(ANAK) PANDUAN WAWANCARA Waktu dan Tempat Wawancara Hari/Tgl :... Tempat :... Jam mulai :... Jam selesai :... Fasilitator DKT :... Pencatat Proses :... Jumlah Peserta: orang A. Panduan Pertanyaan untuk Fasilitator

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2007 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PENYULUHAN DALAM GEDUNG PENYULUHAN DALAM GEDUNG NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN :

PENYULUHAN DALAM GEDUNG PENYULUHAN DALAM GEDUNG NO. DOK : NO. REVISI : HALAMAN : PENYULUHAN DALAM GEDUNG PENYULUHAN DALAM GEDUNG Kegiatan penyuluhan yang ditampilkan di Institusi bersangkutan seperti Puskesmas ataupun Puskesmas Pembantu Tujuan Tercapainya perubahan pengetahuan, sikap

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. POSYANDU Pengertian Suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) PROVINSI JAWA TENGAH DAN SEKRETARIAT KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tabanan sebesar 58,9/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI tahun 2014 sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja dewasa sampai usia lanjut, memerlukan kesehatan dan gizi

Lebih terperinci

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAWAN KLOD, KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERBEKEL DESA

Lebih terperinci

Pedoman Teknis Fasilitasi Maklumat Pelayanan untuk Fasilitas Pelayanan Emergensi Ibu dan Bayi Baru Lahir

Pedoman Teknis Fasilitasi Maklumat Pelayanan untuk Fasilitas Pelayanan Emergensi Ibu dan Bayi Baru Lahir Pedoman Teknis Fasilitasi Maklumat Pelayanan untuk Fasilitas Pelayanan Emergensi Ibu dan Bayi Baru Lahir Edisi 1, September 2014 Pokja FMM Perjanjian Kerjasama Maklumat Pelayanan Monitoring Pelayanan 1

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PROMKES PENYULUHAN DALAM GEDUNG PENYULUHAN DALAM GEDUNG NO DOK : NO. REVISI: HALAMAN:

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PROMKES PENYULUHAN DALAM GEDUNG PENYULUHAN DALAM GEDUNG NO DOK : NO. REVISI: HALAMAN: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PROMKES PENYULUHAN DALAM GEDUNG PENYULUHAN DALAM GEDUNG NIP.19751231 199503 1 005 Kegiatan penyuluhan yang di tampilkan di institusi bersangkutan seperti puskesmas

Lebih terperinci

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA ISSN: 0854-2996 VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA Keberadaan Posyandu sangat strategis dalam pencapaian sasaran kesehatan dan gizi. Demikian disampaikan Ibu Negara, Hj. Ani Bambang Yudhoyono dalam pembukaan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN, DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN BERBASIS PEMBERDAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 Nama : Umur : Tahun Pendidikan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci