Bagian 1. A. Apakah Prasasti itu?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bagian 1. A. Apakah Prasasti itu?"

Transkripsi

1 Bagian 1 Prasasti, Bukti Peradaban Nenek Moyang A. Apakah Prasasti itu? Tahukah kamu prasasti itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prasasti adalah piagam (yang ditulis pada batu, tembaga, dan media lainnya). Sebelum lebih jauh mengenal prasasti, bagaimanakah cara masyarakat Indonesia dahulu yang belum mengenal tulisan mengabadikan dan meneruskan masa lalunya? Cara masyarakat yang belum mengenal tulisan merekam dan mewariskan masa lalunya dilakukan melalui tradisi lisan. Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan atau adat istiadat menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada orang lain. Tradisi lisan dapat diartikan sebagai proses dan dapat pula sebagai produk. 5

2 Sebagai proses, tradisi lisan terkait dengan kebiasaan anggota masyarakat menyampaikan pengalaman hidup sehari-hari serta pengalaman masa lalu melalui bahasa lisan. Sebagai produk, tradisi lisan terbentuk karena kebiasaan anggota masyarakat tersebut menyampaikan informasi, pengalaman melalui lisan. Sebagai produk, tradisi lisan juga terlihat dalam legenda, folklor, kisah atau mitos. Tradisi lisan dapat pula diartikan sebagai pengungkapan lisan yang disampaikan dengan kata-kata dari satu generasi ke generasi yang lain dan seterusnya. Tradisi lisan sama tuanya dengan sejarah manusia itu, terutama sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi. Sejak saat itu tradisi lisan menjadi bagian dari tradisi masyarakat. Dibandingkan dengan kemampuan membaca dan menulis, kemampuan manusia berbicara atau menggunakan bahasa lisan lebih dahulu berkembang. Oleh karena itu, walaupun masyarakat belum mengenal tulisan, mereka sudah memiliki kemampuan merekam pengalaman masa lalunya. Rekaman tersebut dilakukan melalui ingatan kolektif dalam bentuk cerita, kisah, dan berita dari mulut ke mulut yang akhirnya menjadi legenda, dongeng, folklor atau mitos. 6

3 Sumber: Dokumentasi Penulis Gambar 1.1 Cerita rakyat dan dongeng yang dibukukan. Tradisi lisan merupakan bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari dengan menggunakan bahasa sebagai media/alat untuk menyampaikan pesan, gagasan, serta pengalaman. Pesan, gagasan serta pengalaman tersebut disampaikan melalui lisan oleh siapa pun yang memiliki pesan, gagasan, dan pengalaman tersebut kepada orang lain dalam lingkungan tempat tinggal mereka. Bagi masyarakat yang belum mengenal tulisan, tradisi lisan merupakan media untuk mewariskan pengalaman masa lalu dan masa kini untuk generasi yang hidup saat itu dan generasi yang akan datang. 7

4 Berbagai pengalaman masa lalu yang sampai saat mereka hidup masih dipraktikkan dapat diwariskan melalui kebiasaan sehari-hari. Misalnya, keterampilan berburu binatang buas yang merupakan proses belajar selama hidup merupakan warisan masa lalu yang dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Caranya dengan tradisi turun temurun melalui praktik serta cerita dari mulut ke mulut anggota masyarakat. Dalam mewariskan pengalaman masa lalu, peran orang yang dituakan dalam masyarakat menjadi sangat penting. Mereka adalah para pemimpin kelompok yang dianggap memiliki kemampuan lebih dalam menaklukkan alam. Karena dipercaya menjaga anggota kelompoknya, mereka juga diberi kepercayan oleh anggotanya untuk memelihara dan menjaga tradisi yang diwariskan leluhurnya. Misalnya, keyakinan terhadap ruh harus tetap dijaga dengan baik. Para ruh tersebut harus disembah dan diberikan kesukaannya dalam bentuk sesajen. Agar anggota kelompok memelihara tradisi dan kepercayaan yang sama, pemimpin kelompok menyampaikannya secara lisan sebagai sebuah ajaran yang harus ditaati. Para anggota kelompok, kemudian melakukan hal yang sama dari mulut ke mulut para anggota kelompoknya. Jadi, warisan masa lampau adat istiadat, aturan, dan kepercayaan disampaikan dari mulut ke mulut oleh semua anggota kelompok masyarakat. 8

5 Tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau masyarakat manusia. Namun, kesejarahan tradisi lisan hanya sebagian dari isi tradisi lisan itu sendiri. Selain mengandung kejadian-kejadian sejarah, tradisi lisan juga mengandung nilai moral, keagamaan, adat-istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu, dan mantra. Walaupun belum mengenal tulisan, masyarakat prasejarah memiliki nilai-nilai moral yang harus dijunjung tinggi oleh semua anggota masyarakat. Cara memelihara dan mempertahankan nilai dilakukan melalui praktik kehidupan seharihari serta tradisi lisan untuk saling mengingatkan semua anggota kelompok. Hukuman terhadap pelanggaran dapat berupa pengucilan dari anggota kelompok dengan cara menyebarkan informasi dari mulut ke mulut semua anggota kelompok yang menerangkan bahwa seseorang sedang berada dalam hukuman. B. Masyarakat Praaksara Mengembangkan Tradisi Sejarah Tradisi sejarah yang dimaksud pada masyarakat yang belum mengenal tulisan ialah tradisi dalam mempertahankan nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, petuah leluhur, peribahasa, serta kejadian-kejadian sehari-hari yang dialami oleh masyarakat. Selain mengandung kejadian-kejadian sejarah, tradisi lisan juga 9

6 mengandung nilai-nilai moral, keagamaan, adat-istiadat, cerita khayalan, peribahasa, nyanyian, dan mantra yang harus dipelihara agar nilai-nilai yang terkait dengan kehidupan mereka dapat terus dipelihara dan diwariskan kepada generasi yang akan datang. Misalnya, nasihat para leluhur yang disampaikan secara lisan dan turun-temurun harus tetap dijaga. Caranya ialah bukan dengan menuliskannya sebab mereka belum menggunakan tulisan. Cara yang mereka lakukan ialah dengan menjaga nasihat tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan disampaikan secara lisan. Kekhawatiran tentang berbagai nasihat itu akan hilang ditelan zaman dapat ditanggulangi oleh mereka dengan cara mempertahankan tradisi lisan tersebut. Sumber: Gambar 1.2 Lukisan dinding merupakan salah satu bagian 10 dari sejarah adanya tulisan

7 Cara lain untuk mewariskan nilai masa lalu dan mengembangkan tradisi sejarah ialah dengan membuat peringatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam. Masyarakat yang belum mengenal tulisan pada zaman prasejarah banyak yang tinggal di gua. Di tempat tersebut, mereka membuat lukisan tangan yang menggambarkan pengalaman hidup mereka. Tradisi sejarah juga dapat terlihat dari berbagai jenis bangunan serta alat-alat bantu hidup yang digunakan oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan. Alat-alat hidup seperti perkakas (kapak logam atau batu) bukan hanya berfungsi sebagai alat bantu hidup melainkan juga sebagai peringatan untuk generasi yang akan datang. Benda-benda tersebut dapat dianggap menggambarkan keadaan zaman masyarakat penggunanya. Misalnya, kapak batu, kapak genggam, dan cangkul menunjukkan kehidupan masyarakat yang menggunakan peralatan tersebut. Tentu saja, sebutan tradisi sejarah adalah istilah yang kita ciptakan untuk mereka. Mereka sendiri tidak mengenal konsep sejarah. Hal yang penting bagi mereka adalah agar adat-istiadat atau kebudayaan yang mereka anut tersebut dapat dipelihara, baik oleh generasi mereka maupun anak-cucunya kelak. Bagi kita pembelajar sejarah, pandangan mereka dapat kita sebut sebagai tradisi sejarah. 11

8 Kepercayaan terhadap ruh serta arwah nenek moyang dapat kita anggap sebagai tradisi sejarah. Kepercayaan tersebut dapat kita lihat dari banyaknya benda dan bangunan yang mereka buat. Bangunan menhir atau tugu batu dapat merupakan tugu peringatan bagi generasi yang akan datang bahwa di tempat berdirinya tugu tersebut terdapat arwah nenek moyang yang harus disembah. Tugu batu yang ditemukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan adanya tradisi sejarah untuk memberikan peringatan kepada siapa pun yang melihat tugu batu tersebut tentang kepercayaan mereka. Sumber: Gambar 1.2 Menhir Dapat disimpulkan bahwa tradisi sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan ialah tradisi dalam mewariskan pengalaman 12

9 masa lalu serta pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan adat-istiadat, kepercayaan, nilai moral, dan lain-lain, pada generasi mereka sendiri dan generasi yang akan datang melalui tradisi lisan, peringatan-peringatan berupa bangunan, serta peralatan hidup sehari-hari. C. Cara Masyarakat Indonesia yang Sudah Mengenal Tulisan Tradisi sejarah pada masyarakat Indonesia sudah terbentuk sejak masyarakat Indonesia mengenal tulisan. Jika pengertian sejarah didasarkan kemampuan suatu masyarakat mengenal tulisan serta menggunakan tulisan untuk merekam pengalaman hidupnya, tradisi tersebut sudah terbentuk dan sudah dapat kita ketahui melalui prasasti (batu bertulis) yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Masyarakat di Kalimantan Timur, misalnya sudah memiliki tradisi sejarah sejak mereka mampu menuliskan peristiwa, kejadian, dan pengalaman hidupnya pada tujuh buah yupa (prasasti) pada abad ke-5 M. Sampai sekarang prasasti tersebut bukan hanya sebagai tanda adanya Kerajaan Kutai, melainkan juga sebagai bukti bahwa masyarakat tersebut sudah memasuki zaman sejarah. 13

10 Sumber: Awidyarso65.files.wordpress.com Gambar 1.3 Yupa dari Kerajaan Kutai (5M) merupakan bukti tertua tradisi menulis bangsa Indonesia. Tentu saja, kita tidak bisa membuat generalisasi bahwa sejak ditemukannya batu bertulis, masyarakat Indonesia secara keseluruhan sudah memasuki zaman sejarah. Sebagian besar masyarakat Indonesia tetap masih buta huruf dan masih menggunakan tradisi lisan dalam mencatat pengalamannya melalui ingatan kolektif. Akan tetapi, setelah memperoleh kemampuan baca dan tulis, tradisi lisan berkembang menjadi sejarah lisan sebab tradisi lisan tersebut dapat direkam secara tertulis. Rekaman tertulis tersebut merupakan salah satu sumber penulisan sejarah. 14

11 Setelah masyarakat Indonesia mengenal tulisan, tradisi sejarah dimulai dari lingkungan keraton kerajaan. Hasil penulisannya disebut sebagai sejarah tradisional (historiografi tradisional). Beberapa hasil sejarah tradisional di antaranya Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, Kronik Wajo, Kronik Kutai, Naskah Pustaka Wangsakerta, dan Naskah Carita Parahyangan. Pada umumnya, keluarga raja di Indonesia memiliki ahli menuliskan silsilah keluarga raja, kebijaksanaan raja di bidang ekonomi, politik, dan militer serta semua kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan raja, baik yang dialami oleh si penulis maupun kejadian yang telah lama terjadi. Orang yang mengerjakan pekerjaan seperti itu disebut sebagai sejarawan resmi kerajaan atau pujangga. Mereka juga disebut sejarawan tradisional. Karena merupakan sejarawan resmi kerajaan, tentu saja fokus historiografi para pujangga adalah pada pandangan raja dan kehidupan raja, dan setelah itu lingkungan kelompok etnisnya. Dengan demikian, tradisi sejarah Indonesia lebih terkait dengan lingkungan kerajaan dan kelompok etnis. Jadi, kita akan mudah sekali membedakan hasil historiografi pada masyarakat Melayu dengan masyarakat Jawa. Pengaruh lingkungan Melayu dan Jawa pada kedua lingkungan budaya masing-masing cukup kuat. 15

12 Dalam menuliskan silsilah raja, para pujangga sering merujuk pada leluhur yang paling awal, termasuk para nabi, diikuti dengan tokoh-tokoh Mahabarata, Iskandar Zulkarnaen, kemudian raja-raja Melayu dan Jawa. Susunan kerajaan Mataram sering merujuk pada kerajaan-kerajaan yang lebih dahulu lahir seperti Majapahit. Tujuan dari membuat silsilah seperti itu untuk mengesahkan kekuasaan bahwa raja tersebut merupakan keturunan dari raja-raja terdahulu, walaupun tidak semuanya didukung oleh fakta sejarah. Untuk memperkuat isi tulisan sejarah, para pujangga sering menggunakan cerita rakyat dalam legenda, mitos, folklor dan kisah kepahlawanan lokal. Dalam Babad Tanah Jawi, misalnya digambarkan urutan raja Mataram dari raja-raja terdahulu serta memiliki hubungan erat dengan penguasa Laut Selatan, Nyi Roro Kidul, dalam legenda masyarakat Jawa. Kisah dalam babad tersebut dimulai dengan kisah pendiri Mataram, Panembahan Senopati, berhubungan dengan penguasa laut Selatan tersebut, menjalin kisah cinta sampai berakhir dengan sebuah perkawinan. Tujuan pembuatan silsilah seperti itu serta mengaitkan dengan tokoh mitos ialah agar raja memiliki kekuatan pulung (kharisma) yang diwariskan oleh penguasa terdahulu. Keinginan raja seperti itu juga dapat ditangkap dengan baik oleh para pujangga sehingga penulisan 16

13 sejarah raja-raja Jawa oleh sejarawan resmi kerajaan lainnya selalu terkait dengan legenda penguasa Laut Selatan tersebut. Tradisi sejarah masyarakat Indonesia yang telah mengenal tulisan terlihat dari lahirnya beberapa karya sastra berbentuk hikayat, syair, dan suluk. Walaupun karya-karya tersebut tidak memuat urutan kronologis suatu peristiwa atau kejadian, hasil penulisannya menggambarkan tradisi tulis menulis yang mendukung ke arah terbentuknya tradisi sejarah. Tradisi tersebut terkait dengan kebudayaan Hindu/Budha dan Islam atau sintesis dari keduanya. Selain tradisi sejarah dalam lingkungan kerajaan, tradisi sejarah juga cukup kuat berkembang di beberapa daerah. Sejarah tersebut ada ditulis dengan memfokuskan pada regional berdasarkan kelompok etnis dan ada juga yang berdasarkan lingkungan lokal daerah setempat. Subjek yang ditulis dalam sejarah regional ialah semua aspek yang menyangkut masyarakat dalam batasan sosial budayanya. Misalnya, di Indonesia dikenal regional Aceh, Minangkabau. Batak, Melayu, Palembang, Jambi, Banten, Priangan, Mataram Jawa, Bali, Banjarmasin, Makasar, Bugis, dan Gorontalo. Batasan geografis dalam sejarah regional ditentukan oleh aspek sosial budaya kelompok etnis di lingkungan regional tersebut. 17

14 Lebih sempit dari sejarah regional ialah sejarah lokal. Sejarah lokal adalah sejarah dari suatu tempat atau lokasi yang batas-batasnya ditentukan oleh penulis sejarah. Sejarah lokal dapat diartikan sebagai sejarah kelompok masyarakat yang berada dalam daerah geografis yang terbatas. Dilihat dari segi geografisnya, sejarah lokal dapat mencakup sejarah provinsi, kabupaten atau kota, atau daerah yang lebih sempit dari itu. Karya Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, yang ditulis pada 1964 merupakan karya sejarah lokal tentang Banten, selain berfungsi sebagai sejarah tematis, juga sejarah pemberontakan petani di daerah Banten. Selain oleh kelompok masyarakat di berbagai daerah, tradisi sejarah juga dimiliki oleh beberapa individu seperti pejabat negara, tokoh intelektual, perwira militer, pejuang, seniman, serta public figure (tokoh masyarakat). Mereka biasanya menuliskan autobiografinya dengan tujuan agar pengalaman, pandangan, dan pikirannya di bidang yang dia kuasai diketahui oleh masyarakat. Autobiografi tersebut telah memperkaya historiografi Indonesia, walaupun tidak semua autobiografi didukung oleh fakta sejarah yang objektif. 18

15 Bagian 2 Prasasti di Indonesia A. Bangsa yang Mau Belajar dari Bangsa Asing Sejak zaman dahulu, wilayah Nusantara merupakan wilayah terbuka. Pantainya yang landai mudah sekali dilayari perahu yang membawa manusia dan barang dagangannya. Para pedagang asing bisa dengan mudah berlabuh di pantai-pantai yang telah menjadi pusat dagang. Sebaliknya, para pedagang Indonesia juga bisa dengan mudah berdagang dan berlabuh di pantai negara lain seperti teluk Benggala di India, Champa, dan Funan di Cina untuk menjual atau membeli barang dagangan. Keterbukaan pantai di Indonesia ternyata mempengaruhi watak manusianya. Bangsa Indonesia yang hidup di kepulauan adalah bangsa yang terbuka dan mau belajar dari bangsa-bangsa asing yang mereka anggap telah memiliki peradaban yang tinggi. Walaupun telah memiliki kebudayaan sendiri, mereka mau belajar mengenai bahasa, tulisan, dan sistem kepercayaan yang mereka anggap lebih tinggi daripada tradisi mereka. Sebagai contoh, pembuatan nekara pada zaman logam mendapat pengaruh dari tradisi yang sama di daratan 19

16 Asia. Bangsa Indonesia mengadopsi pembuatan nekara dari bangsa asing dan kemudian mengembangkannya sendiri menjadi satu nekara yang khas Indonesia. Melalui sikap terbuka tersebut, pengaruh Hindu dan Budha pun masuk ke Indonesia. Bangsa Indonesia yang terbuka terhadap pengaruh asing memang banyak belajar dari kebudayaan luar. Namun, aplikasinya disesuaikan dengan kebutuhan. Mereka telah bertindak selektif dalam menyerap kebudayaan luar. Dengan demikian, corak kebudayaan Indonesia asli masih terlihat baik dalam perkembangan maupun dalam proses penyuburannya. Pengaruh bahasa Sanskerta dan penggunaan huruf Pallawa cukup besar dalam membentuk kepandaian banga Indonesia dalam hal melek huruf (literate). Dengan bahasa dan huruf dari India tersebut, bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah, suatu zaman ketika bangsa pendukungnya telah menggunakan tulisan dan meninggalkan buktibukti tertulis sebagai hasil peradabannya. Dengan adanya kepandaian menulis, bangsa Indonesia mampu menceritakan pengalaman zamannya sehingga dapat diketahui oleh generasi berikutnya. B. Pengaruh India Berkat pengaruh kebudayaan dari India peradaban Indonesia lama telah meninggalkan bukti-bukti tertulis berupa prasasti atau batu 20

17 tertulis, seperti, Prasasti Kutei atau Prasasti Mulawarman (abad ke-4) di Kalimantan Timur, Prasasti Ciaruteun atau Prasasti Purnawarman (abad ke-5) di Jawa Barat, Prasasti Canggal atau Prasasti Sanjaya di Jawa Tengah (abad ke-8), dan Prasasti lainnya yang tersebar di Jawa dan Sumatra. Walaupun bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa berpengaruh terhadap perkembangan bahasa, tulisan seni sastra di Indonesia, bahasa tersebut tidak pernah menjadi bahasa utama yang digunakan oleh kerajaan lama di Indonesia. Tidak ditemukan bukti tertulis penggunaan bahasa Sanskerta sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan antara suku bangsa Indonesia. Bahasa tersebut kemungkinan banyak digunakan dalam lingkungan keraton atau istana dalam pergaulan internasional, terutama dengan bangsabangsa di Asia Tenggara dan Selatan (India). Tampaknya, sebagian besar suku bangsa Indonesia tetap menggunakan bahasa lokal dalam pergaulan sehari-hari di antara mereka. Namun, harus diakui bahwa pengaruh bahasa Sanskerta terhadap perbendaharaan kata bahasa daerah dan bahasa Melayu (kelak menjadi bahasa Indonesia) cukup besar. Bahasa tersebut mendapat kedudukan terhormat dalam perkembangan bahasabahasa di Indonesia. Kita sering tidak menyadari banyak kata yang kita gunakan 21

18 sehari-hari berasal dari bahasa Sanskerta, seperti, pancasila, eka, dasadarma, agama, graha, wanita, suka duka, sabdha, dan masih banyak lagi. Nama-nama ruangan sidang di gedung MPR RI tetap dengan bangga menggunakan kata-kata yang berasal dari bahasa Sanskerta. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Sanskerta berasal dari lingkungan elite golongan brahmana dalam agama Hindu. Prasasti yang ditemukan, erat pula kaitannya dengan keberadaan kerajaan. Misalnya, Kerajaan Kutei di Kalimantan Timur. Kerajaan yang bercorak Hindu ini terletak di tepi Sungai Mahakam, Kabupaten Mahakam, Kutei, Kalimantan Timur. Bukti adanya kerajaan ini diperoleh dari tujuh buah tugu bertulis atau prasasti yang disebut yupa. Batu bertulis ini memakai bahasa Sanskerta dan huruf pallawa. Prasasti itu berangka tahun 400 M. Perkiraan tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan dengan huruf sejenis dan seusia yang ditemukan di India. Bahasa, huruf, dan isi tulisannya menunjukkan bahwa pengaruh India sangat dominan. Namun, ditulisnya berita tersebut dalam yupa menunjukkan adanya penggunaan budaya setempat. Tradisi membuat menhir atau tugu batu merupakan kebudayaan Indonesia asli. Perhatikanlah gambar Prasasti Kutei berikut ini. Pada salah satu yupa, ditemukan berita sebagai berikut: Sang Maharaja Kundungga yang amat mulia memiliki putra yang 22

19 masyhur bernama Aswawarman. (Dia) memiliki tiga orang putra yang seperti api, yang terkemuka di antara ketiga putranya adalah Sang Mulawarman, raja yang besar, yang berbudi baik, kuat, dan kuasa yang telah mengadakan upacara korban emas yang amat banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan para pendeta. Dari prasasti atau yupa Kutei tersebut dapat diketahui bahwa sedikitnya ada tiga generasi dalam satu keturunan yang pernah memerintah di Kerajaan Kutei. Diawali pemerintahan Kundungga, kemudian dilanjutkan Aswawarman, dan kemudian Mulawarman. Nama Kundungga dalam bahasa-bahasa di India. Diduga nama Kundungga merupakan nama Indonesia asli. Raja Kundungga sebagai pendiri Kerajaan Kutei masih menggunakan nama Indonesia. Adapun anak-anaknya yang merupakan penggantinya menggunakan nama India. Hal ini menunjukkan kuatnya pengaruh India pada kerajaan ini. Ditulisnya prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa menunjukkan bahwa telah terdapat golongan sosial masyarakat yang menguasai bahasa dan tulisan tersebut. Kemungkinan, golongan tersebut adalah kaum brahmana yang menduduki status tertinggi dalam masyarakat. Golongan ini pula yang mungkin memimpin upacar vratyastoma untuk pengangkatan Raja Aswawarman dan Mulawarman sebagai raja 23

20 dan pendeta Brahmana di kerajaan Kutei. Golongan lainnya adalah ksatria yang terdiri dari para kerabat kerajaan. Kemungkinan, golongan ini pun menguasai betul kebudayaan India seperti bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Mereka beragama Hindu seperti anggota keluarga raja lainnya. Di luar golongan tersebut terdapat rakyat biasa yang mungkin berada di luar pengaruh India. Mereka masih memegang teguh tradisi leluhur nenek moyangnya. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana aspek kehidupan ekonomi penduduk kerajaan Kutei, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman adalah raja terakhir yang berbudi baik, taat pada agamanya dan mementingkan kemakmuran rakyatnya. Dalam prasasti tersebut pun disebutkan bahwa raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan telah menghadiahi sebanyak ekor sapi untuk golongan brahmana. Di kerajaan ini juga dilakukan upacara asmawedha atau upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas-batas wilayah kerajaan. Tidak dikertahui dengan pasti darimana emas-emas itu berasal. Apakah didatangkan dari India atau ditambang dari bumi Kutei. Begitu juga dengan sapi-sapi dan kuda tersebut, apakah merupakan hasil ternak kerajaan, ternak rakyat, atau didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan kerajaan ini telah melakukan kegiatan dagang. Aspek kehidupan agama diketahui dengan jelas pada prasasti- 24

21 prasasti yupa tersebut. Mereka telah mengenal tempat suci bernama Wapakeswara untuk menghormati dewa-dewa agama Hindu, seperti Brahma, Wishnu, dan Siwa. Raja Mulawarman sangat erat hubungannya dengan golongan brahmana. Pada pemerintahan raja Mulawarman inilah, Kerajaan Kutei mencapai puncak kejayaaannya. Kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat. Kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan tertua kedua di Indonesia setelah kerajaan Kutei. Kerajaan Tarumanagara terletak di daerah Bogor, Jawa Barat dan diperkirakan berkembang antara tahun M. Bukti sejarah yang menunjukkan adanya kerajaan Tarumanagara adalah dengan ditemukannya tujuh buah prasasti di tempat yang berbeda, yakni empat prasasti di Bogor, satu prasasti di Jakarta, dan satu prasasti lagi di Lebak, Banten. Ketujuh prasasti itu adalah: 1. Prasasti Ciaruteun, Bogor 2. Prasasti Kebon Kopi, Bogor 3. Prasasti Jambu, Bogor 4. Prasasti Muara Cianten, Bogor 5. Prasasti Tugu, Bekasi 6. Prasasti Pasir Awi, Leuwiliang, dan 7. Prasasti Munjul, Banten. Berdasrkan bukti tertulis (prasasti), kerajaan ini mendapat 25

22 pengaruh kuat dari kebudayaan Hindu, India, seperti sistem kepercayaan, bahasa Sanskerta, dan huruf Pallawa yang digunakan dalam prasasti. Tidak diketahui dengan pasti apakah kerajaan ini mengembangkan kebudayaan India dalam bentuk yang sesuai dengan budaya setempat atau tidak. Berdasarkan prasasti tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah saat itu adalah Purnawarman. Pada prasasti Ciaruteun kedua telapak kaki raja ini diukir bersama dengan tulisan yang berhuruf Pallawa dan berita yang berbahasa Sanskerta. Berdasarkan prasasti Ciaruteun, diketahui bahwa raja Purnawarman memeluk Hindu dan menyembah dewa Wisnu. Berdasarkan prasasti Tugu, diperoleh keterangan tentang wilayah kerajaan Tarumanagara meliputi hampir seluruh Jawa Barat, yang meliputi Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon. Berdasarkan berita dari Cina yang berupa catatan perjalanan seorang penjelajah Cina Fa-hien pada awal abad ke-5 M, diketahui bahwa mata pencaharian penduduk kerajaan ini adalah pertanian, peternakan, perburuan binatang, dan perdagangan cula badak, kulit penyu, dan perak. Dalam prasasti Tugu ini pula diketahui bahwa raja sangat memperhatikan aspek pertanian dan perdagangan. Pada tahun ke-22 masa pemerintahannya, raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membangun sebuah terusan air 26

23 Sungai Gomati yang panjangnya 6122 busur atau 12 km yang bisa diselesaikan dalam waktu 21 hari. Saluran ini dihubungkan dengan Sungai Candrabaga (kali Bekasi) yang telah lebih dahulu ada. Bisa kita bayangkan bahwa betapa besar tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membangun proyek raksasa dalam waktu singkat. Hanya raja besar yang mampu memobilisai massa untuk membangun proyekproyek besar. Proyek ini memiliki arti ekonomis penting karena mampu mengairi daerah persawahan penduduk, mencegah banjir, dan sebagai sarana lalu lintas barang dari daerah pedalaman ke daerah luar yang berbatasan dengan pantai. Prasasti Ciareuteun atau Prasasti Ciampea ditemukan ditepi Sungai Ciareuteun, dekat muara Sungai Cisadane Bogor. Prasasti yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri atas empat baris syair. Di samping itu, ada lukisan semacam labalaba serta sepasang kaki Raja Purnawarman. Kalau mengamati dengan saksama gambar telapak kaki pada Prasasti Ciareuteun tersebut, kita akan mengenal dua arti. Pertama, cap kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut). Kedua, Di India, cap telapak kaki melambangkan kekuasaan sekaligus penghormatan sebagai dewa. Prasasti Kebon Kopi ditemukan ditemukan di Kampung Muara 27

24 Hilir, Kecamatan Cibungbulang Bogor. Hal yang menarik dari prasasti ini adalah adanya telapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan Dewa Wisnu. Prasasti Jambu atau Prasasti Pasir Koleangkak ditemukan di Bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor. Dalam prasasti ini ada cap telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Muara Cianten ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan, terdapat lukisan telapak kaki. Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak ditemukan di kampung lebak di tepi Sungai Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandenglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan pada 1974 dan berisi dua baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa bahasa Sanskerta. Isi prasasti mengangungkan keberanian Raja Purnawarman. Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibandingkan dengan prasasti Tarumanegara lainnya. Prasasti lainnya yang perlu dikenal ialah prasasti yang ada kaitannya 28

25 dengan Kerajaan Sriwijaya. Dalam catatan sejarah, kerajaan ini disebut sebagai kerajaan maritim terbesar yang menguasai jalur perdangangan di Laut China Selatan dan Selat Malaka. Pengetahuan kita mengenai kerajaan tersebut diperoleh dari prasasti berikut. 1. Prasasti Kedukan Bukit (Palembang), bertarikh 605 Tahun Saka, bersamaan dengan 683 M (Masehi). Tulisan yang terdapat pada Batu Bersurat ini menggunakan aksara Pallawa. 2. Prasasti Talang Tuwo (Palembang), bertarikh 606 Tahun Saka, bersamaan dengan 684 M. Batu Bersurat ini ditemukan oleh Residen Westenenk pada 17 November 1920 di sebuah kawasan bernama Talang Tuwo, di belahan barat daya Bukit Siguntang, yaitu lebih kurang 8 km dari kota Palembang. 3. Prasasti Kota Kapur (Bangka) bertarikh 608 Tahun Saka, bersamaan dengan 686 M. 4. Prasasti Siddhayatra (tidak berangka tahun). 5. Prasasti Telaga Batu (683 M). 6. Prasasti Karang Brahi (Jambi) bertarikh 614 Tahun Saka, bersamaan dengan 692 M. Pada zaman keemasannya, kota Palembang menjadi pusat peziarah pendeta Budha dari berbagai bangsa. Kemungkinan, bahasa Melayu telah menjadi bahasa pengantar dalam sistem 29

26 pendidikan Sriwijaya. Berdasarkan beberapa prasasti yang ditemukan di Palembang, seperti yang terungkap di atas bahasa yang digunakan dalam prasasti tersebut bukan bahasa Sanskerta, melainkan bahasa Melayu kuno dan berhuruf Pallawa. Jadi, kerajaan Sriwijaya ini telah mengembangkan bahasa sendiri tanpa menggunakan bahasa asing. Kemungkinan bahasa tersebut telah digunakan dalam transaksi antarpedagang, khususnya para pedagang yang berasal dari daerah taklukkan Sriwijaya ketika itu seperti Jawa Barat, Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaysia. Prasasti Canggal yang ditemukan di daerah Barat Daya Magelang, berangka tahun 732 M, serta ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa. Dari prasasti ini diketahui bahwa raja pertama yang memerintah bernama Sanjaya. Adapun berdasarkan berita yang termuat dalam Prasasti Balitung yang berangka tahun 907 M (terdapat beberapa raja wangsa Sanjaya yang memerintah di kerajaan Mataram, di antaranya Sanjaya, Rakai Panangkaran, Panungguan, Rakai Waruk, Garung, Rakai Pikatan, Kayuwangi, Watuhumalang, dan Balitung. Prasasti Adityawarman di Batusangkar, Sumatra Barat merupakan bukti sumpah palapa patih Gajah Mada saat menaklukkan Bali tahun 1343, disusul Malayau dan Pagarruyung 30

27 Bagian 3 Manfaat aat Mengenal Prasasti Bersejarah (Minangkabau). Selain itu, prasasti ini juga membuktikan kekuasaan Majapahit atas Pulau Sumatra. A. Prasasti Cikal Bakal Nilai Kehidupan Masa Depan Para ahli sejarah telah membuktikan manfaat mengenal prasasti bersejarah. Selain sebagai objek penelitian, pariwisata, dan pemeliharaan nilai yang terkandung dalam peninggal sejarah tersebut, setidaknya ada hal lain yang perlu digali dari prasasti itu, yakni meneladani leluhur yang telah memiliki peradaban, sebagai cikal bakal nilai pada kehidupan di lain zaman. Walaupun memang generasi muda saat ini kurang peduli atau hanya mengenal prasasti kala belajar sejarah di sekolah, setidaknya hadirnya prasasti atau temuan prasasti yang dipelihara sampai sekarang, merupakan kebesaran para leluhur kita dalam mencari tata nilai bagi bekal kehidupan. Di dalam prasasti tersebut, ada banyak peristiwa yang patut dijadikan 31

28 sebagai bahan informasi, juga peristiwa kebesaran leluhur bangsa ini. Sebagaimana halnya dalam mempelajari sejarah, selalu ada dimensi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Nah, prasasti telah membuktikan bahwa leluhur bangsa ini menggali dan menerapkan nilai peradaban, yang dikemudian hari dapat dipelajari dan dicari nilainilai yang masih relevan/sesuai dengan keadaan zaman. Hadirnya prasasti di tengah-tengah kehidupan kita saat ini, menuntut kaum muda atau ahliwaris masa depan bangsa dan negara ini untuk lebih giat dan tekun menggali sumber pengetahuan, baik melalui sekolah, maupun melacak wawasannya melalui media informasi lainnya. Walaupun prasasti sekadar batu yang ditulisi, hakikatnya bukan itu, melainkan sebuah tantangan bagi generasi muda selanjutnya untuk membaca kehidupan masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Tentu saja dengan harapan, kita akan lebih arif dan bijaksana dalam mengarungi kehidupan ini. Satu hal lagi, keberadaan prasasti yang berdasarkan hasil temuan para ahli kepurbakalan, sebagian besar diletakkan di tempat umum agar bisa dibaca pesannya. Boleh jadi saat itu, raja dan rakyatnya telah menjalin komunikasi dalam penyampaian pesan, petuah, atau pernyataan. Ini semua menandakan bahwa komunikasi sangat penting, walau kehidupan kita selalu dibatasi dengan status sosial sehingga komuniasi bukannya lancar, malahan menjadi sebaliknya. 32

29 B. Prasasti Jawa Cina, Ucapan Terima Kasih pada Penguasa Bijaksana Meskipun kecil, prasasti Jawa Cina yang terletak di belakang Bangsal Traju Mas ternyata menyimpan kenangan yang dalam; dari cerita penyerbuan Jepang ke Indonesia dan hubungan Jawa Cina di Yogyakarta. Bagaimana cerita hubungan etnis Cina yang menetap dan telah memiliki kewarganegaraan Indonesia dengan Kraton beberapa dekade silam? Banyak orang telah mengurainya, mulai saat pertama kali bangsa Cina berdatangan untuk berdagang sebelum abad ke- 15, pada awal abad ke-19 hingga masa Perang Dunia II, sampai masa awal Orde Baru dan pasca-orde Baru. Namun, kalau bicara soal bukti, terlebih berupa prasasti yang dibuat pada abad ke-20, sepertinya sulit ditemui di wilayah lain di luar Yogyakarta. Sumber: Gambar 3.1 Prasasti Cina 33

30 Di Yogyakarta, kita bisa menemui prasasti itu, yang menyimbolkan betapa baiknya hubungan etnis Cina yang tinggal di Indonesia dan warga Yogyakarta, terutama keluarga Kraton. Tempat kita bisa menemukannya adalah di Tepas Hapitopuro, belakang Bangsal Traju Mas, persis di tengah-tengah Kraton. Kita bisa menemuinya dengan masuk wilayah Kraton melalui Kraton Keben dengan membayar tiket masuk sebesar Rp5.000,00, ditambah Rp1.000,00 jika ingin mendokumentasikan dengan kamera. Prasasti Jawa Cina itu berbentuk segi empat dengan tinggi 100 cm dan lebar 80 cm. Tertulis pada prasasti tersebut tanggal pembuatannya, yaitu Tahun Cina Min Khuo 29, bulan 3, hari ke 18 atau 1942 M. Pada prasasti itu pula terukir candrasengkala berbunyi, Jalma Wahana Dirada Hing Wungkulan yang berarti manusia naik gajah di atas benda bundar, menunjukkan pembuatannya pada tahun Jawa Catatan juga menunjukkan bahwa batu prasasti itu didatangkan langsung dari Cina pada tahun Meskipun hanya batu kecil yang terletak di belakang bangunan bangsal yang besar, prasasti itu menyimpan banyak cerita seputar kehidupan masyarakat Jawa, Cina, Jepang, Belanda, dan Indonesia pada rentang waktu prasasti itu dibuat. Prasasti itu merupakan wujud rasa terima kasih warga etnis Cina pada keluarga Kraton karena 34

31 selama ratusan tahun telah memberikan perlindungan dan rasa aman. Cerita pertama, prasasti yang pembuatannya diprakarsai oleh delapan warga Cina, dipimpin oleh Lie Ngo An sebagai ketua masyarakat Tionghoa Yogyakarta itu menjadi saksi sejarah penyerbuan pasukan Jepang secara mendadak ke wilayah Cina. Pengiriman batu bahan dasar prasasti yang dijadwalkan sampai dengan segera menjadi terlambat karena banyak warga Cina panik akibat penyerbuan Jepang dan transportasi terganggu. Namun, meski pengirimannya terlambat, prasasti itu sebenarnya tetap bisa diserahkan tepat pada waktunya, saat penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Penyebab terlambatnya penyerahan prasasti adalah cerita lainnya. Saat itu, pasukan Jepang yang semula menyerbu Cina, dikerahkan untuk menyerbu wilayah-wilayah Jawa, termasuk Yogyakarta. Tahun-tahun setelah penyerbuan Jepang itu juga diisi oleh berbagai momen besar seperti pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan perang dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Akhirnya, penyerahan prasasti itu tertunda selama 12 tahun, tersimpan di Rumah Liem Ing Hwie, salah satu pemrakarsa pembuatannya. 35

32 Prasasti yang semula direncanakan sebagai ucapan terima kasih itu bertambah makna menjadi peringatan pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sebab diserahkan pada tanggal 18 Maret 1952, tepat pada peringatan 12 tahun bertahtanya Sultan HB IX. Saat itu pun, hanya lima dari delapan pemrakarsa yang bisa hadir sebab tiga lainnya sudah meninggal dunia. Adapun pemrakarsanya, selain Liem Ing Hwie dan Lie Ngo An adalah Sim Kie Ay, Liem Ing Hwie, dan Lie Gwan Ho yang merupakan pemilik toko jam, Tan Ko Liat, Sie Kee Tjie dan Tio Poo Kia, serta Oen Tjoen Hok yang mengelola Restoran Oen, salah satu restoran legendaris di Indonesia. Ungkapan terima kasih etnis Cina itu tertulis secara eksplisit dalam bait tembang kinanthi berbunyi, Mangkya kinertyeng sela mrih, enget salami-laminya, rat raya masih lestari yang berarti maka kami memahat batu peringatan ini dengan maksud mengucapkan terima kasih untuk selama-lamanya. 36

33 Bagian 4 Jejak Budaya a Tulis ulis Zaman Indonesia Klasik A. Pewarisan Budaya dengan Referensi Bahasa Tulis Indonesia masuk ke zaman sejarah pada kurang lebih abad ke-4 Masehi, setelah pasuknya pengaruh India (Hindu-Budha). Masuknya wilayah Nusantara ke zaman sejarah ditandai dengan tulisan Palawa yang terpatri pada Yupa (prasasti) Kutai. Para ahli tulisan kuno (ikonografi) memperkirakan tulisan Palawa yang dipahatkan di Yupa Kutai itu telah ada sejak abad-abad tersebut. Sumber: Gambar 4.1 Yupa Kutai 37

34 Sebagai bahasa tulis, tulisan-tulisan bukti sejarah masa lampau itu sangatlah penting dikarenakan dengan tulisan, penulisnya dapat mencatat berbagai peristiwa yang terjadi pada masanya sehingga dapat menyebarkan serta mewariskan berbagai macam tradisi, nilai, kepercayaan, dan budayanya kepada masyarakat di sekitarnya maupun generasi penerus. Pewarisan budaya dengan referensi-referensi bahasa tulis menjadi penting sebab dengan bahasa ucap langsung, tentu otentisitas budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi akan mengalami perubahan. Bukti-bukti tertulis yang ditinggalkan dapat dibaca dan dipelajari oleh generasi selanjutnya. Pun generasi berikutnya mendapat fakta kehidupan generasi terdahulu yang asli/ otentik agar menjadi kekayaan dan memperkuat jati diri masyarakat dimasa kekinian. Ada berbagai bentuk dan cara para leluhur kita di masa lalu dalam meninggalkan jejak rekaman kehidupan masa lalunya. Berbagai bentuk itu, antara lain berupa pemakaian sarana tulis, yupa, prasasti, kitab/keropak (dokumen) yang dipahatkan/dituliskan pada batu, logam, keropak/daun lontar, dll. Selain sarana tulis, bahasa tulis yang dipakai dimasa klasik Indonesia itu dipakai dalam kerangka kehidupan politik, budaya, dan agama. Acapkali prasasti dipakai untuk peristiwa-peristiwa berkenaan dengan politik, sumpah 38

35 atau kutukan (contoh: Prasasti Telaga Batu yang dikeluarkan Sriwijaya), sedangkan kitab banyak dipakai untuk keagamaan, kesusastraan serta hukum. Yang dimaksud dengan masa klasik pada periodesasi sejarah Indonesia adalah masa berkembangnya pengaruh Hindu-Budha di Nusantara yang berasal dari India, masuk sekitar abad ke-4 sampai akhir periode kekuasaan Majapahit abad ke-15 Masehi. Bahasa tulis pada periode tersebut mengalami perubahan dan perkembangan. Prasasti, kitab, dan sarana tulis ketika itu ditulisi dengan hurup Palawa, Prenegari, Melayu Kuno, dan Jawa Kuno. Bahasa yang dipakai juga berlainan dari masa ke masa. Bahasa yang dipakai pada masa Kutai di Kalimantan Timur, beda dengan yang dipakai di Sumatra Barat pada periode yang kemudian sebagaimana yang dipakai pada prasasti Adityawarman di Pagaruyung. Juga berbeda dengan bahasa yang dipakai Mpu Prapanca dalam menulis Negarakertagama. Berikut beberapa rekam jejak bahasa tulis yang ditinggalkan para leluhur bangsa kita yang pernah berjaya di masa klasik, yang banyak menjadi rujukan sebagai sumber primer dalam penelitian sejarah masa klasik itu. 39

36 1. Yupa Yupa adalah tiang batu yang dibangun untuk pengikat hewan kurban. Pada Yupa Kutai, didapati guratan tulisan Palawa dengan memakai bahasa Sanskerta, menjelaskan suatu peristiwa penting yang pernah terjadi. Ada yang menyebut/menyamakan Yupa dengan prasasti, ada pula yang menyebut yupa saja, dan membedakannya dengan prasasti. Perbedaan Yupa Kutai dengan Prasasti Tarumanegara dan prasasti dari kerajaan Hindu-Budha lainnya terletak pada fungsi. Yupa Kutai difungsikan sebagai tiang batu tempat mengikat hewan kurban. Salah satu isi Yupa Kutai menjelaskan bahwa Sang Maharaja Kundunga mempunyai anak bernama Aswawarman. Sang Aswawarman mempunyai tiga orang putra dan yang paling gagah serta terkenal bernama Mulawarman. Mulawarman pernah mempersembahkan ekor sapi/lembu kepada kaum Brahmana di lapangan suci Waprakecwara. 2. Prasasti Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, 40

37 menuju zaman sejarah, yang saat itu masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajari prasasi disebut Epigrafi. Sumber: Gambar 4.2 Prasasti Batu Tulis Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta. Secara leksikal berarti pujian. Namun dalam perkembangannya dianggap sebagai piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang, atau tulisan. Di kalangan ilmuwan, prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bersurat. Berikut ini contoh prasasti. a. Prasasti Tarumanegara Prasasti Tarumanegara memakai tulisan Palawa dan berbahasa Sanskerta, di antaranya: Prasasti Ciaruteun (terdapat pahatan 41

38 telapak kaki raja Purnawarman dan tulisan), Prasasti Kebon Kopi (berisi pahatan telapak kaki gajah milik raja Purnawarman dan tulisan), Prasasti Jambu (pujian terhadap Purnawarman), Prasasti Pasir Awi (memuat syair pujian terhadap Raja Purnawarman), Prasasti Tugu (berita tentang penggalian saluran Sungai Gomati), serta Prasasti Muara Cianten, Prasasti Cidang Hiang. Sumber: Gambar 4.3 Prasasti Tugu b. Prasasti Sriwijaya Prasasti keluaran Sriwijaya banyak memakai tulisan Palawa dan berbahasa Melayu Kuno. Misalnya, Prasasti Kedukan Bukit (berisi tentang usaha Dapunta Hyang Sri Jayanaga menaklukkan beberapa daerah), Prasasti Talang tuo (perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga 42

39 untuk kemakmuran semua makhluk), Prasasti Telaga Batu (berisi sumpah dan kutukan kepada siapa saja yang tidak setia pada raja), Prasasti Kota Kapur (berisi permohonan kepada dewa untuk menjaga Sriwijaya dan menghukum para penghianat Sriwijaya). Sumber: Gambar 4.4 Prasasti Adityawarman c. Prasasti Mataram Kuno (Sanjaya Wamca) Prasasti periode Mataram Kuno di antaranya prasasti Canggal (654 Saka/732 M), menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Palawa. Isi prasasti mengenai pendirian sebuah lingga atas perintah Raja Sanjaya di atas bukit Kunjarakunja. Prasasti Matyasih (prasasti Kedu) (829 Saka/907 M), berisi tentang raja-raja yang memerintah 43

40 sebelum Dyah Balitung. Prasasti Ritihang berbahasa Jawa Kuno ditulis dengan huruf Palawa berangka tahun 863 Saka/ 914 M. d. Prasasti Syailendra Pada masa kekuasaan Dinasty Syailendra berkuasa di Jawa Tengah dikeluarkan Prasasti Kalasan, berangka tahun 700 Saka (778 M), berbahasa Sanskerta dan ditulis dengan huruf Pra-Nagari. Prasasti Kelurak (dekat Prambanan), berangka tahun 704 Saka (782 M), ditulis dengan bahasa Sanskerta dan huruf Pra-Nagari. Isi prasasti mengenai pembuatan arca Manjusri. 3. Kitab Kitab atau buku merupakan karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan sumber acuan/petunjuk untuk mengungkapkan suatu peristiwa di masa kitab tersebut disusun. Para pujangga biasanya menulis atas perintah raja. Itulah sebabnya isi tulisannya banyak menulis keagungan dan kebesaran raja yang bersangkutan sehingga bersifat istana sentris. Kitab-kitab yang terkenal pada masa kerajaan Hindu-Budha sebagai berikut. 44

41 Kitab Terbitan Masa Kediri a. Arjunawiwaha Kitab ini karya Mpu Kanwa dirilis tahun 1030 M, masa pemerintahan Airlangga. Isinya meriwayatkan Arjuna yang bertapa untuk mendapatkan senjata guna keperluan perang melawan Kurawa. Arjuna pada kitab ini dipahami sebagai personifikasi Airlangga. b. Kresnayana Buah karya Mpu Triguna yang memuat riwayat Kresna semasa kecil. Cerita yang mirip dengan Kresnayana adalah cerita dalam kitab Hariwangsa karya Mpu Panuluh, yang digubah pada zaman Raja Jayabaya, dan berisi kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukhimi. c. Smaradahana Karya Mpu Dharmaja digubah pada masa Sri Kameswara. Mengisahkan hilangnya suami istri Dewa Kama dan Dewi Ratih karena (dibakar) api amarah yang keluar dari trinetra Dewa Syiwa. d. Baratayudha Maha karya dari Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Isinya tentang perang saudara 18 hari antara keluarga Pandawa dan Kurawa. Kitab ini menurut banyak ahli sejarah sebenarnya gambaran Kediri semasa 45

42 perang saudara Pangjalu dan Daha yang rebutan kekuasaan antara kakak-adik yang terdapat pada prasasti Ngantang. e. Gatotkacasraya Karangan Mpu Panuluh, menceritakan perkawinan Abimanyu, putra Arjuna, dengan Siti Sundhari atas bantuan Gatotkaca, putra Bima. Ditulis pada zaman Raja Jayabaya. f. Jangka Jayabhaya Kitab ramalan Raja Jayabhaya yang diyakini ditulis sang raja, berisi tentang ramalan, ramalan masa depan Indonesia (wilayah nusantara). Kitab Terbitan Masa Singasari-Majapahit a. Pararaton Pararaton juga dikenal dengan Katuturanira Ken Arok, atau Kisak tentang Ken Arok. Menilik isinya diperkirakan periode penyusunan Pararaton terjadi di dua masa rezim, yaitu masa Singasari dan masa Majapahit. Pengarangnya sampai sekarang belum diketahui. Isinya terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi riwayat Ken Arok sampai raja-raja Sigasari. Bagian kedua mengisahkan Kerajaan Majapahit mulai dari Raden Wijaya, Jayanegara, pemberontakan Ronggolawe dan Sora, Perang Bubad, dan daftar raja sesudah Hayam Wuruk. Pemakaian kitab Pararaton sebagai sumber sejarah 46

43 harus dilakukan hati-hati, sebab terdapat banyak kelemahan pada kitab ini untuk dijadikan sebagai rujukan/sumber. Kitab Terbitan Masa Majapahit a. Negarakertagama Ditulis pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk oleh Mpu Prapanca. Isi kitab mengenai kerajaan Singasari dari masa pemerintahan Ken Arok, raja pertama Singosari hingga Hayam Wuruk. Sumber: Gambar 4.5 Kitab Negarakertagama b. Sutasoma Kitab ini karangan Mpu Tantular. Isinya menceritakan Sutasoma, putra raja yang kemudian mendalami agama Budha. Dalam kitab ini, terdapat kata Bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa. 47

44 Kata bhinneka tunggal ika inilah yang kemudian menjadi semboyan persatuan yang tertulis di bawah kaki lambang garuda. c. Arjunawijaya Kitab ini karangan Mpu Tantular. Kitab ini mengisahkan raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan Raksasa Rahwana. d. Kutaramanawa Kitab ini ditulis Gajah Mada. Disusun berdasarkan kitab hukum Kutarasastra dan kitab hukum Munawasastra, dan kemudian disesuaikan dengan hukum adat pada waktu itu. Zaman sekarang Kutaramanawa sama dengan KUHP yang berfungsi untuk menata dan menjaga ketentraman masyarakat dalam menciptakan Social Equilibrium. Masih terdapat beberapa kitab lainnya seperti: kitab Tantu Pagelaran, kitab Calon Arang, Kidung Sundayana, kitab Paman Canggah, kitab Usana Bali, carita Parahyangan, dll. Kekayaan literatur masa klasik itu adalah warisan tidak ternilai bagi generasi bangsa ini dalam memahami jati dirinya. 48

45 Bagian 5 Adity dityawarman arman Mendirikan an Kerajaan Pagaruyung A. Siapa Adityawarman? Kerajaan Pagaruyung didirikan oleh seorang peranakan Minangkabau-Majapahit yang bernama Adityawarman pada tahun Adityawarman adalah putra dari Mahesa Anabrang, panglima perang Kerajaan Singasari (Ekspedisi Pamalayu 1 dan Pamalayu 2), dan Dara Jingga, putri dari kerajaan Dharmasraya. Ia sebelumnya pernah bersama-sama Mahapatih Gajah Mada berperang menaklukkan Bali dan Palembang. 49

46 Sumber: ari-fortuna.blogspot.com Gambar 5.1 Patung Adityawarman Sebelum kerajaan ini berdiri, sebenarnya masyarakat di wilayah Minangkabau sudah memiliki sistem politik semacam konfederasi, yang merupakan lembaga musyawarah dari berbagai Nagari dan Luhak. Dilihat dari kontinuitas sejarah, Kerajaan Pagaruyung merupakan semacam perubahan sistem administrasi semata bagi masyarakat setempat (Suku Minang). Adityawarman pada awalnya bertahta sebagai raja bawahan (uparaja) dari Majapahit dan menundukkan daerah-daerah penting di Sumatra, seperti Kuntu dan Kampar yang merupakan penghasil lada. Namun dari berita Tiongkok, diketahui Pagaruyung mengirim 50

47 utusan ke Tiongkok seperempat abad kemudian. Agaknya Adityawarman berusaha melepaskan diri dari Majapahit. Kemungkinan Majapahit mengirimkan kembali ekspedisi untuk menumpas Adityawarman. Legenda-legenda Minangkabau mencatat pertempuran dahsyat dengan tentara Jawa di daerah Padang Sibusuk. Konon daerah tersebut dinamakan demikian karena banyaknya mayat yang bergelimpangan di sana. Menurut legenda tersebut, tentara Jawa berhasil dikalahkan. B. Pengaruh Hindu pada Prasasti Adityawarman Pengaruh Hindu di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-13 dan ke-14, yaitu pada masa pengiriman Ekspedisi Pamalayu oleh Kertanagara, dan pada masa pemerintahan Adityawarman dan putranya Ananggawarman. Kekuasaan mereka diperkirakan cukup kuat mendominasi Pagaruyung dan wilayah Sumatera bagian tengah lainnya. Pada prasasti di arca Amoghapasa bertarikh tahun 1347 Masehi (Sastri 1949) yang ditemukan di Padang Roco, hulu sungai Batang Hari, terdapat puji-pujian kepada raja Sri Udayadityavarma, yang sangat mungkin adalah Adityawarman. 51

48 Sumber: ari-fortuna.blogspot.com Gambar 5.2 Prasasti Adityawarman Walaupun demikian, keturunan Adityawarman dan Ananggawarman selanjutnya agaknya bukanlah raja-raja yang kuat. Pemerintahan kemudian digantikan oleh orang Minangkabau sendiri yaitu Rajo Tigo Selo, yang dibantu oleh Basa Ampat Balai. Daerah-daerah Siak, Kampar dan Indragiri kemudian lepas dan ditaklukkan oleh Kesultanan Malaka dan Kesultanan Aceh dan kemudian menjadi negara-negara merdeka. 52

49 Bagian 6 Pak akuan Pajajaran A. Asal-Usul Nama Pakuan Hampir secara umum penduduk, Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota Bogor mempunyai hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibukota Pajajaran. Asal-usul dan arti Pakuan terdapat dalam berbagai sumber. Di bawah ini adalah hasil penelusuran dari sumber-sumber tersebut berdasarkan urutan waktu. 1. Naskah Carita Waruga Guru (1750-an). Dalam naskah berbahasa Sunda Kuna ini diterangkan bahwa nama Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi tersebut banyak terdapat pohon Pakujajar. 2. K.F. Holle (1869). Dalam tulisan berjudul De Batoe Toelis te Buitenzorg (Batutulis di Bogor), Holle menyebutkan bahwa di 53

50 dekat Kota Bogor terdapat kampung bernama Cipaku, beserta sungai yang memiliki nama yang sama. Di sana, banyak ditemukan pohon paku. Jadi menurut Holle, nama Pakuan ada kaitannya dengan kehadiran Cipaku dan pohon paku. Pakuan Pajajaran berarti pohon paku yang berjajar (op rijen staande pakoe bomen). 3. G.P. Rouffaer (1919) dalam Encyclopedie van Niederlandsch Indie edisi Stibbe tahun Pakuan mengandung pengertian paku, akan tetapi harus diartikan paku jagat (spijker der wereld) yang melambangkan pribadi raja seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam. Pakuan menurut Fouffaer setara dengan Maharaja. Kata Pajajaran diartikan sebagai berdiri sejajar atau imbangan (evenknie). Yang dimaksudkan Rouffaer adalah berdiri sejajar atau seimbang dengan Majapahit. Sekalipun Rouffaer tidak merangkumkan arti Pakuan Pajajaran, dari uraiannya dapat disimpulkan bahwa Pakuan Pajajaran menurut pendapatnya berarti Maharaja yang berdiri sejajar atau seimbang dengan (Maharaja) Majapahit. Ia sependapat dengan Hoesein Djajaningrat (1913) bahwa Pakuan Pajajaran didirikan tahun R. Ng. Poerbatjaraka (1921). Dalam tulisan De Batoe-Toelis bij Buitenzorg (Batutulis dekat Bogor) ia menjelaskan bahwa 54

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA IPS Nama :... Kelas :... 1. Kerajaan Kutai KUTAI Prasasti Mulawarman dari Kutai Raja Kudungga Raja Aswawarman (pembentuk keluarga (dinasti)) Raja

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian LAMPIRAN 76 Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian 77 Lampiran 2. Silabus Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Kristen Satya Wacana 2011/2012 78 79 80 Lampiran 3. Hasil UTS-1 Kelas X-5 SMA Kristen Satya

Lebih terperinci

BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2

BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2 BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2 A. Teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan hindu-buddha di indonesia 1. Masuk dan berkembangnya

Lebih terperinci

Kutai Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang

Kutai Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang Kutai Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang Lokasi Sumber-Sumber Yupa berhuruf Pallawa pada awal abad V dan menggunakan bahasa Sanskerta. Sampai sekarang ditemukan 7 Yupa yang

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4 1. Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Bukti yang memperkuat adanya kerajaan Kutai di Indonesia

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

Forum Bina Prestasi DI UNDUH DARI YUDHISTIRA LEARNING CENTER. Anggota Ikapi

Forum Bina Prestasi DI UNDUH DARI YUDHISTIRA LEARNING CENTER. Anggota Ikapi Forum Bina Prestasi Anggota Ikapi Pendalaman Buku Teks Tematik Pahlawanku 4E Kelas IV SD Penyusun Forum Bina Prestasi Pramita Indriani Damarasih Sumiyono Untari Teguh Purwantari Sutarman Editor Indriani

Lebih terperinci

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada di Indonesia pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia terbentuk

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada di Indonesia pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia terbentuk Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada di Indonesia pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia terbentuk Proses perumusan materi Pancasila secara formal dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Hakikat Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Novia Kencana, S.IP, MPA

PENDIDIKAN PANCASILA. Hakikat Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Novia Kencana, S.IP, MPA PENDIDIKAN PANCASILA Hakikat Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Novia Kencana, S.IP, MPA novia.kencana@gmail.com Pengantar Secara epistomologis dan pertanggung jawaban ilmiah,

Lebih terperinci

1. Kutai adalah kerajaan hindu pertama yang pernah berdiri di nusantara pada abad ke 4 di wilayah Kalimantan timur.

1. Kutai adalah kerajaan hindu pertama yang pernah berdiri di nusantara pada abad ke 4 di wilayah Kalimantan timur. (bahan belajar untuk siswa-siswi yang saya bimbing) Pengertian Konsep Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan.

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Modul ke: Pancasila Kajian sejarah perjuangan bangsa Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Lahirnya Pancasila Pancasila yang

Lebih terperinci

KERAJAAN TARUMANEGARA

KERAJAAN TARUMANEGARA KERAJAAN TARUMANEGARA Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua setelah kerajaan Kutai, terletak di Jawa Barat. Seperti halnya dengan kerajaan Kutai, kerajaan Tarumanegara juga prasasti-prasastinya

Lebih terperinci

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA STANDAR KOMPETENSI: 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman

Lebih terperinci

BAB II AKSARA DAN PRASASTI

BAB II AKSARA DAN PRASASTI BAB II AKSARA DAN PRASASTI 2.1. Zaman Praaksara Menurut Matroji dalam buku Sejarah SMA, Zaman Praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masyarakat yang belum mengenal tulisan berbeda

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

LAMPIRAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I LAMPIRAN 67 LAMPIRAN 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 68 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SD Negeri Kutowinangun 04 Mata Pelajaran : IPS Kelas : 5 (lima) Semester :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: MATA KULIAH BAHASA INDONESIA 03 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SUPRIYADI, M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

Lebih terperinci

Kerajaan Kutai. A. Berdirinya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai. A. Berdirinya Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai A. Berdirinya Kerajaan Kutai Letak Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis yang

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10 Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia Disusun Oleh Kelompok 10 Nama Kelompok Fopy Ayu meitiara Fadilah Hasanah Indah Verdya Alvionita Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia 1. Kerajaan Kutai

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom.

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Fakultas Fakultas Teknik Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2: SEJARAH KEBUDAYAAN HINDU

BAB 2: SEJARAH KEBUDAYAAN HINDU 1. Salah satu wujud akulturasi budaya pra- Hindu-Budha dengan budaya Hindu- Budha di bidang pemerintahan a. Lahirnya bentuk kerajaan di Nusantara b. Kepala suku sebagai pimpinan kelompok c. Berkembangnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum wr.wb

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum wr.wb Assalamualaikum wr.wb KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, taufik serta hidayah-nya telah terselesaikan tugas sejarah kami tentang Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung

KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung Nama Melayu pertama kali dipakai sebagai nama kerajaan tua di daerah Jambi di tepi sungai Batang hari. Peninggalan paling tua dari bahasa Melayu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, baik yang sudah lama hidup di Indonesia maupun keturunan asing seperti keturunan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN KABUPATEN MIMIKA TAHUN PELAJARAN 2008/2009. BAB 5 = Kerajaan dan Peninggalan Hindu, Budha, dan Islam

DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN KABUPATEN MIMIKA TAHUN PELAJARAN 2008/2009. BAB 5 = Kerajaan dan Peninggalan Hindu, Budha, dan Islam UK 5 Sem 1-IPS Grade V Bab 5 Kur KTSP 2008 SD-YPJ-KK Page 1 DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN KABUPATEN MIMIKA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 BAB 5 = Kerajaan dan Peninggalan Hindu, Budha, dan Islam Kemampuan

Lebih terperinci

5. (775 M) M M M 9. (832 M) 10. (842 M) 11. (850 M) 12. (856 M) 13. (863 M) 14. (880 M) 15. (907 M) 16.

5. (775 M) M M M 9. (832 M) 10. (842 M) 11. (850 M) 12. (856 M) 13. (863 M) 14. (880 M) 15. (907 M) 16. MATARAM 1. Prasasti Tuk Mas 2. Prasasti Sojomerto (akhir abad 7) 3. Prasasti Canggal (732 M) 4. Prasasti Plumpungan 750 M 5. Prasasti Ligor B (775 M) 6. Prasasti Kalasan 778 M 7. Prasasti Kelurak 782 M

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Pendahuluan. B. Pengertian Warisan Budaya Tak BendaHasil. C. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Bogor

DAFTAR ISI. A. Pendahuluan. B. Pengertian Warisan Budaya Tak BendaHasil. C. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Bogor DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak BendaHasil C. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Bogor a) Prasasti Batu Tulis Ciaruteun b) Rumah Tinggal Song Beng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno KELOMPOK 4 : ADI AYU RANI DEYDRA BELLA A. GHANA N.P. PUSAKHA S.W.Q (01) (Notulen) (08) (Moderator) (11) (Anggota) (20) (Ketua) Kerajaan Mataram (Hindu-Buddha), sering disebut dengan

Lebih terperinci

KERAJAAN HINDU-BUDDHA: KERAJAAN KUTAI MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH SITI MARFUAH

KERAJAAN HINDU-BUDDHA: KERAJAAN KUTAI MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH SITI MARFUAH KERAJAAN HINDU-BUDDHA: KERAJAAN KUTAI MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH SITI MARFUAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Materi yang disajikan pada buku paket siswa, kebanyakan hanya membahas sekilas tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia

Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia BUDAYA VERBAL MENUJU BUDAYA TULIS Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia Tradisi Lisan dan Tradisi Tulis Pada awalnya, semua masyarakat adalah masyarakat tradisional. Budayanya adalah budaya lisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO :

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO : KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN : PENDIDIKAN DASAR SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR (/MI) MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) ALOKASI WAKTU : 120 MENIT JUMLAH SOAL

Lebih terperinci

SMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA

SMA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SEJARAH TRADISI SEJARAH MASA PRA AKSARA A. TRADISI SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA Tradisi masyarakat Indonesia masa pra-aksara Jejak

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009 91 BAB 5 KESIMPULAN Pada masa Jawa Kuno, raja merupakan pemegang kekuasaan dan otoritas tertinggi dalam pemerintahan. Seorang raja mendapatkan gelarnya berdasarkan hak waris yang sifatnya turun-temurun

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Pancasiala Dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Pada Era Pra Kemerdekaan dan Era Proklamasi. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si.

Pendidikan Pancasila. Pancasiala Dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Pada Era Pra Kemerdekaan dan Era Proklamasi. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Pendidikan Pancasila Pancasiala Dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Pada Era Pra Kemerdekaan dan Era Proklamasi Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

Prasasti Ciaruteun Suatu teka-teki, Laba-laba atau Lambang Sri? - Esai - Horison Online

Prasasti Ciaruteun Suatu teka-teki, Laba-laba atau Lambang Sri? - Esai - Horison Online Di wilayah Jawa Barat pernah ditemukan lima buah prasasti dari masa Raja Purnawarman dari Tarumanagara. Di antaranya, empat buah, yaitu: 1) Prasasti Tugu dari Tanjung Priok; 2) Prasasti Ciaruteun dan 3)

Lebih terperinci

Kerajaan Sriwijaya. 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya. 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusanatara. Dalam bahasa sansekerta, Sri berarti kemenangan atau

Lebih terperinci

Kelas V Semester 1. I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c, atau d di depan jawaban yang paling benar!

Kelas V Semester 1. I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c, atau d di depan jawaban yang paling benar! Kelas V Semester 1 Standar Kompetensi : : Kemampuan memahami: (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, budaya, dan kegiatan ekonomi di Indonesia; (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu- Buddha,

Lebih terperinci

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA Strategi Politik dalam Menciptakan Budaya Melayu Palembang Emas 2018 Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) Elok budaya karena agama, Tegak Melayu karena budayanya,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa (Pra Kemerdekaan) Fakultas MKCU Drs. AMIRUDDIN, S.P.d. MM Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Soekarno pernah mengatakan

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa STT CIPANAS 2014 Diterbitkan oleh STT Cipanas Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan pertama: April 2014

Lebih terperinci

Srivijaya. Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang. tsabit azinar ahmad-unnes

Srivijaya. Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang. tsabit azinar ahmad-unnes Srivijaya Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang Lokasi Palembang G. Coedes, Nilakanta Sastri, Poerbatjaraka, Slametmuljan a, OW Wolters, B Bronsons Perak, Malaysia H.G Quartich

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

PURUSADA SANTHA (BABAK I)

PURUSADA SANTHA (BABAK I) DESKRIPSI KARYA TARI ORATORIUM PURUSADA SANTHA (BABAK I) Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Dharma Santi Nasional,Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, bangsa ini pernah menemukan atau memiliki sebuah masa kejayaan yang

Lebih terperinci

Berdirinya Kerajaan Kutai

Berdirinya Kerajaan Kutai Berdirinya Kerajaan Kutai Letak Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis yang disebut Yupa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT

BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT MATERI PELAJARAN: IPS SD KELAS 4 SEMESTER I BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT A. Peninggalan Sejarah Sejarah adalah cerita tentang kehidupan yang benar-benar terjadi di masa lalu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN PANCASILA ERA PRA DAN ERA KEMERDEKAAN 2 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, penikmat sastra ataupun masyarakat Indonesia secara umum, adalah membaca, mempelajari, bahkan menulis

Lebih terperinci

Membekalkan hasil tempatan dan hasil kawasan takluk kepada pedagang antarabangsa.

Membekalkan hasil tempatan dan hasil kawasan takluk kepada pedagang antarabangsa. LATIHAN SEJARAH TINGKATAN 4 BAB 3 1 I t e m O b j e k t i f M.S.85 1. Mengapakah konsep berikut diamalkan oleh kerajaan awal di Asia Tenggara? Konsep dewa-raja Konsep orde kosmos A Mempelbagaikan istiadat

Lebih terperinci

1. Prasasti Kedudukan Bukit (605 Saka=683 M)

1. Prasasti Kedudukan Bukit (605 Saka=683 M) Sriwijaya dalambahasasanskerta,mengandungduasuku kata: sri beraticahaya; wijaya berartikemenangan. Jadi, Sriwijaya berarti kemenangan yang bercahaya. Dan memang, Sriwijayaadalahsatudarikerajaanterbesardalamsejarah

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PENINGGALANNYA

SEJARAH DAN PENINGGALANNYA SEJARAH DAN PENINGGALANNYA A. PERIODISASI SEJARAH DI INDONESIA Sejarah manusia di dunia terbagi menjadi dua zaman, yaitu zaman pra sejarah dan zaman sejarah. Zaman pra sejarah adalah zaman di mana manusia

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Oni FASILKOM PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA PRA KEMERDEKAAN & ERA KEMERDEKAAN Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu Kabupaten di Sumatra Utara. Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 03 16-02 22 Lintang Utara dan 98 25-99 32 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa CIPANAS PRESS 2014 Diterbitkan oleh Cipanas Press (STT Cipanas) Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan

Lebih terperinci

A. Beridirnya Kerajaan Tarumanagara

A. Beridirnya Kerajaan Tarumanagara A. Beridirnya Kerajaan Tarumanagara Berdirinya Kerajaan Tarumanagara masih dipertanyakan oleh para ahli sejarah. Satusatunya sumber sejarah yang secara lengkap membahas mengenai Kerajaan Tarumanagara adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah sebenarnya masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Jati diri Sanjaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang

Lebih terperinci

A. Kertanegara B. Raden Wijaya C. Jayawardhana D. Hayam Wuruk E. Tribuanatunggadewi 8. Kitab Sutasoma dikarang oleh seorang pujangga Kerajaan

A. Kertanegara B. Raden Wijaya C. Jayawardhana D. Hayam Wuruk E. Tribuanatunggadewi 8. Kitab Sutasoma dikarang oleh seorang pujangga Kerajaan 1. Agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori. A. Brahmana B. Ksatria C. Waisya D. Sudra E. Paria 2. Salah satu bagian dari kitab weda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

MASARIAH MISPARI SEKOLAH SULTAN ALAM SHAH PUTRAJAYA

MASARIAH MISPARI SEKOLAH SULTAN ALAM SHAH PUTRAJAYA BAB 3 : TAMADUN AWAL ASIA TENGGARA SeJaRaH PN. MASARIAH BINTI MISPARI SEKOLAH SULTAN ALAM SHAH PUTRAJAYA Modul ini mengandungi soalan objektif, struktur dan esei Soalan disusun mengikut bab Dihasilkan

Lebih terperinci

MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO

MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO Tri Niswansari, Suwarno Winarno, Yuniastuti Universitas Negeri Malang E-mail: niswansari_tri@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

3. Kehidupan ekonomi kerajaan Kalingga :

3. Kehidupan ekonomi kerajaan Kalingga : Kerajaan Kalingga 1. Sejarah kerajaan Kalingga dimulai pada abad ke-6 dan merupakan sebuah kerajaan dengan gaya India yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Belum diketahui secara pasti dimana pusat

Lebih terperinci

Bab 2. Bab. Bab 3 Bab 8. Bab 1. Bab. 5 Bab Bab 9. Tingkatan 4. Bab. Bab

Bab 2. Bab. Bab 3 Bab 8. Bab 1. Bab. 5 Bab Bab 9. Tingkatan 4. Bab. Bab BAB 3 : TAMADUN AWAL ASIA TENGGARA SeJaRaH Modul ini mengandungi soalan objektif, struktur dan esei Soalan disusun mengikut bab Dihasilkan daripada analisa soalan SPM 2005 2010 Turut dimuatkan soalan aras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMA/MA. : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : X/1 Standar Kompetensi : 1. Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah Kompetensi Dasar : 1.1. Menjelaskan Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN Modul ke: PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN Fakultas Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Soekarno pernah mengatakan jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Kompetensi dalam

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam khazanah sastra Jawa Kuna (kawi) memang telah sejak lama memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan sastra Jawa Kuna yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 5. PERADABAN AWAL INDONESIA DAN DUNIALATIHAN SOAL BAB 5. 1, 2 dan 3. 1, 2 dan 4. 1, 2 dan 5.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 5. PERADABAN AWAL INDONESIA DAN DUNIALATIHAN SOAL BAB 5. 1, 2 dan 3. 1, 2 dan 4. 1, 2 dan 5. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 5. PERADABAN AWAL INDONESIA DAN DUNIALATIHAN SOAL BAB 5 1. Perhatikan hasil budaya masa pra aksara berikut ini! 1. Kjokken moddinger 2. Abris souche roche 3. Flakes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci