ANATOMI DAN MORFOLOGI BUNGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANATOMI DAN MORFOLOGI BUNGA"

Transkripsi

1 MODUL BOTANI FARMASI ANATOMI DAN MORFOLOGI BUNGA Disusun Oleh : Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt. BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2016

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat kepada kami sehingga penyusunan modul kuliah ini dapat diselesaikan sebagai mana mestinya. Modul kuliah ini dimaksudkan sebagai bahan ajar yang akan mendukung kelancaran proses pembelajaran pada Mata Kuliah BOTANI FARMASI pada Fakultas Farmasi Universitas Jember. Materi-materi yang disajikan dalam modul ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai Anatomi dan Morfologi Bunga yang penting sebagai dasar bagi mata kuliah semester-semester berikutnya. Sebagai sebuah karya keilmiaan, kami berharap semoga modul ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan mempelajarinya. Dan sebagai sebuah karya pula maka kami menyadari bahwa sudah pasti terdapat kekurangan ataupun kejanggalan di berbagai tempat dalam buku ini. Oleh sebab itu, demi kesempurnaannya di masa mendatang, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Jember, Januari 2016 PENYUSUN

3 DAFTAR ISI Hal. Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii 1.1.Anatomi Bunga Daun Mahkota dan Daun Kelopak Benang Sari Pistillum Morfologi Daun Struktur Morfologi Bunga Letak Bunga pada Tumbuhan Struktur Benang Sari Struktur Putik Perbungaan Tugas/Diskusi Rangkuman Rujukan Pengayaan Latihan Soal... 49

4 ANATOMI DAN MORFOLOGI BUNGA 1 A. Capaian Pembelajaran (LO) Prodi Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan dan penjaminan mutu sediaan farmasi bahan alam. B. Capaian Pembelajaran (LO) MK Memahami anatomi dan morfologi bunga dalam rangka mendukung pembuatan sediaan farmasi bahan alam yang berkualitas. C. Kompetensi yang Diharapkan 1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian anatomi dari organ bunga suatu tanaman beserta fungsinya. 2. Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan tanaman berdasarkan struktur anatomi bunga. 3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian morfologi dari organ bunga suatu tanaman beserta fungsinya. 4. Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan tanaman berdasarkan struktur morfologi bunga. 1.1.Anatomi Bunga Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga dikatakan lengkap apabila mempunyai daun kelopak, daun mahkota, benang sari, putik atau daun buah. Bunga terdiri atas bagian fertil, yaitu benang sari dan daun buah, serta bagian yang steril yaitu daun kelopak dan daun mahkota Daun Mahkota dan Daun Kelopak Secara anatomi daun mahkota dan daun kelopak mempunyai struktur yang sama, terdiri atas sel-sel

5 2 parenkimatis. Parenkim dasar terletak di antara epidermis atas dan epidermis bawah. Jaringan ini juga disebut mesofil. Sistem pembuluh terdapat pada jaringan dasar. Pada jaringan dasar mungkin terdapat sel-sel yang mengandung kristal idioblas atau saluran getah/ sel getah. Sel-sel tersebut berhubungan dengan unsur pembuluh. Daun kelopak suku Geraniacea mempunyai hipodermis yang berdinding tebal, masing-masmg dengan kristal drusen. Sel-sel daun kelopak mengandung kloroplas. Epidermis daun kelopak dilapisi kutin pada bagian luarnya, serta terdapat stomata dan trikomata seperti pada daun. Struktur sistem pembuluh seperti pada daun hanya kurang jelas strukturnya. Gambar 1. Diagram struktur anatomi petala beberapa jenis tumbuhan. Keterangan: A. Amelanchia laevis; B. Lysimachia nummularia; C. Pinguicula vulgaris; t. trikoma kelenjar; u. ruang sekretoris (Eames & McDaniels, 1953) Daun mahkota mempunyai satu atau banyak pembuluh berukuran kecil. Epidermis bentuknya khusus, merupakan tonjolan yang disebut papila, dilapisi oleh kutikula. Adanya

6 3 warna yang bermacam-macam pada daun mahkota disebabkan oleh adanya kromoplas atau pigmen tambahan yang terdapat pada cairan sel. Zat tepung sering dibentuk pada daun mahkota yang masih muda. Minyak volatil yang karakteristik pada bunga umumnya terdapat pada sel-sel epidermis Benang Sari Benang sari terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai vakuola, tanpa ruang antar sel. Sel-sel ini sering mengandung pigmen. Epidermis dengan kutikula, trikoma atau mungkin stomata. Kepala sari mempunyai struktur yang sangat kompleks, terdiri atas dinding yang berlapis-lapis, dan di bagian terdalam terdapat loculus/ruang sari (mikrosporangium) yang berisi butir-butir serbuk sari. Jumlah lapisan dinding kepala sari untuk setiap jems tumbuhan bervariasi. Struktur kepala sari (antera) Pada umumnya suatu antera terdiri atas 4 mikrosporangia (4 lokuli). Pada waktu matang, 2 sporangia dan masing-masing sisi akan menyatukan diri menjadi teka, sehingga ada 2 teka. Suatu keadaan yang berbeda, bahwa pada antera terdapat jaringan steril yang disebut septa, memisahkan deretan lobus, misalnya pada beberapa anggota

7 4 suku Inimosacea. Pada jenis lain seperti Viscum, masingmasing polen dikelilingi oleh jaringan pelindung, dan letaknya berderet-deret, secara horizontal dan vertikal, sehingga masing-masing antera mempunyai 50 lokuli. Gambar 2. Struktur kepala sari pada bunga Lilium sp. en. Endotesium; ep. Epidermis; js. Jaringan sporogen (sel induk mikrospora); k. konektivum; 1. lapisan tengah; ss. Serbuk sari (pollen); st. stoinium; ts. Sisa tapetum; t. tapetum. (Foster & Gifford, 1974; Maheswari, 1950) Terdapat dua jenis kepala sari, yaitu: a) Penampang melintang kepala sari muda Kepala sari terdiri atas 4 lobi (lokuli), tapetum menyelubungi jaringan sporogen.

8 5 b) Penampang melintang kepala sari dewasa (masak) Antera masak dengan serbuk sari yang banyak. Kedua lobi pada masing- masing sisi mengadakan persatuan, disebut teka. Lamina fibrosa (endotesium) tampak lebih tebal, epidermis menipis. Perkembangan kepala sari (antera) Suatu antera yang muda terdiri atas suatu masa sel yang homogen yang dikelilingi oleh lapisan epidermis. Selama perkembangan antera menghasilkan 4 lobi dan setiap lobus beberapa sel hipodermal menjadi lebih menarik perhatian dibanding yang lain karena ukurannya yang besar, bentuk selnya memanjang ke arah radial dan intinya jelas. Sel-sel ini adalah sel arkesponum. Sel-sel arkesporium membelah dengan dinding perikimal (sejajar permukaan) menghasilkan sel-sel parietal primer di sebelah luar dan sel-sel sp rogen primer di sebelah dalam. Sel-sel parietal primer membelah lagi secara periklinal menghasilkan lapisan parietal sekunder. Lapisan parietal sekunder inilah yang nantinya akan menghasilkan dinding antera. Sel sporogen primer membelah-belah lagi secara mitosis, dan sel-sel hasil pembelahan mitosis menjadi sel induk mikrospora. Sel sporogen primer dapat langsung berfungsi sebagai sel induk mikrospora tanpa mitosis. Setelah itu sel induk mikrospora membelah secara meiosis

9 6 menghasilkan tetrad mikrospora. Selanjutnya sel-sel dalam tetrad memisahkan diri menjadi sel mikrospora yang soliter. Lapisan dinding kepala sari dan mikrospora berasal dari jaringan arkesporium. Gambar 3. Struktur dan perkembangan kepala sari pada tumbuhan Angiospermae, Keterangan: A, B. Jaringan meristematis dikelilingi epidermis; C. Sel-sel hipodermal terdiferensiasi menjadi selsel arkesporium; D. Lapisan parietal primer dan sel spongen primer telah terbentuk; E. Lapisan parietal primer mulal membelah; e: epidermis, m: lapisan tengah, sp: sel sporogen primer, t: sel induk tapetum. Menurut Bhojwani & Bhatnagar (1978, 1999) kepala sari mempunyai lapisan dinding sebagai berikut: Epidermis (eksotesium) Merupakan lapisan terluar, terdiri dari satu lapis sel. Epidermis menjadi memipih dan membentuk tonjolan (papila)

10 7 pada kepala sari yang masak, dan berfungsi sebagai pelindung epidermis. Disebut eksotesium apabila sel-selnya mengalami penebalan berserabut. Endotesium Endotesium merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam epidermis. Pada kepala sari yang masak endotesium mengadakan penebalan ke arah radial, tangensial sebelah dalam atau antiklinal. Penebalan sel tersebut tidak teratur dan menunjukkan struktur berserabut. Adanya struktur berserabut menyebabkan endotesium mempunyai fungsi untuk membantu membukanya antera. Dengan adanya struktur yang berserabut pada dindingnya maka endotesium sering disebut lamina fibrosa. Endotesium biasanya hanya satu lapis sel, tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan ada yang terdiri atas beberapa lapis sel. Pada tumbuhan air biasanya tidak dijumpai adanya penebalan berserabut pada endotesium. Pada tumbuhan kleistogam (bunga tidak pemah membuka) serta beberapa jenis termasuk Hydrochanitaceae, endotesium gagal mengadakan perkembangan, sehingga mikrospora (butir serbuk sari) keluar melalui lubang di bagian apikal kepala sari. Lapisan tengah Lapisan tengah merupakan lapisan yang terletak disebelah dalam endotesium, terdiri dan 2-3 lapis sel atau lebth, tergantung jenis tumbuhannya. Dengan berkembangnya

11 8 antera sel-selnya menjadi tertekan dan memipih, karena terdesak oleh endotesium, sehingga sering pula disebut lapisan tertekan. Keadaan ini terjadi pada waktu sel induk spora (sporosit) mengalami pembelahan meiosis. Pada tumbuhan tertentu tidak dijumpai adanya lapisan tertekan. Tapetum Tapetum merupakan dinding terdalam dari antera dan berkembang mencapai maksimum pada saat terbentuknya serbuk sari tetrad. Lapisan tapetum berfungsi memberikan seluruh isi selnya selama perkembangan mikrospora. Tapetum umumnya merupakan derivat lapisan parietal primer. Namun pada suatu spesies, misalnya pada Alectra thomsoni, sel-sel tapetum mempunyai 2 tipe berdasarkan atas sel penyusunnya, yaitu: 1. Sel tapetum berukuran besar, merupakan derivat dan sel-sel konektivum; 2. Sel tapetum lebih kecil dibanding tipe pertama, merupakan derivat dan lapisan parietal primer. Menurut Maheswari Devi (1963), tapetum pada Calotropis gigantea terdiri dari beberapa lapis sel. Menurut Bhojwarn dan Bhatnagar (1999), ada 2 tipe tapetum, yaitu: a. Tapetum ameboid (plasmodial) Pada tipe ini tapetum mengeluarkan seluruh masa protoplasnya ke dalam lokulus (ruang sari) dan dinding selnya mengalami lisis. Kemudian protoplas

12 9 tapetum ini menggabungkan diri dengan protoplas yang ada di da!am lokulus, se!anjutnya protoplas tersebut bergerak menyelubungi sel induk spora. Tapetum tipe ini biasanya dijumpai pada tumbuhan Monocotyledoneae dan Dycotyledoneae tingkat rendah. b. Tapetum sekresi (glandular) Tapetum menge!uarkan isi selnya secara berkala, sedikit demi sedikit. Dinding selnya tidak mengalami lisis, dan sisa selnya masih dapat dilihat selama perkembangan mikrospora. Tipe ini dijumpai pada tumbuhan Angiospermae yang telah maju tingkatannya. Mikrosporogenesis Setiap jaringan sporogen kadang-kadang langsung berfungsi sebagai sel induk mikrospora, atau mungkin mengalami beberapa kali pembelahan mitosis, sehingga jumlah selnya bertambah banyak sebelum mengalami meiosis. Sel induk mikrospora (disebut pula sporosit) mengalami pembelahan meiosis, menghasilkan mikrospora yang bersifat haploid. Sitokinesis Pembentukan dinding setelah pembelahan meiosis sel induk mikrospora dapat terjadi secara susesif atau secara

13 10 simultan. Secara susesif Setelah pembelahan meiosis, terbentuk dinding yang memisahkan dua inti, sehingga terbentuk stadium 2 sel (diad). Pembentukan dinding secara sentrifugal (dari bagian tengah ke tepi). Pada stadium meiosis II, dinding pemisah dibentuk dengan cara yang sama, sehingga terbentuk serbuk sari tetrad yang bertipe isobilateral. Misalnya pada Zea mays. Secara simultan Pada pembelahan meiosis I tidak diikuti pembentukan dinding, sehingga terdapat stadium 2 inti (binuldeat). Selanjutnya 2 inti tersebut mengadakan pembelahan, terbentuk serbuk sari tetrad yang bertipe tetrahidris. Contoh: Dryinis winteri Gambar 4. Pembentukan dinding pollen secara susesif menghasilkan tipe tetrad isobilateral. Keterangan: A. sel induk mikrospora; B. pembelahan meiosis I; C. awal pembelahan meiosis II; D. fase anafase pembelahan meiosis II; E. akhir pembelahan meiosis II, dthasilkan 4 sel (tetraci) mikrospora.

14 11 Gambar 5. Pembentukan dinding pollen setelah pembelahan sel induk mikrospora tipe simultan. Keterangan: A - D. pembelahan meiosis I tanpa dinding sekat; E - I. Pembelahan meiosis II; E, F. diantara inti terdapat vakuola kecil, terjadi ikatan longgar (lihat daerah yang berwarna putth); G-I. mulai terbentuk dinding pemisah dari bagian tepi ke tengah. Tetrad Mikrospora Pada umumnya susunan mukrospora pada tetrad adalah tetrahidris atau isobilateral. Tetapi pada jenis yang lain

15 12 susunan tetrad mikrospora adalah: dekusata, linier, bentuk huruf T. Gambar 6. Tipe tetrad mikrospora pada Angioispermae. Keterangan: 1. tetrahedral; 2. isobilateral; 3. dekusata; 4. bentuk T ; 5. linier. Perkembangan Gametofit Jantan Mikrospora merupakan awal dari generasi gametofit jantan. Mikrospora dewasa yang telah lepas dari tetrad, dikenal sebagai butir pollen (serbuk sari). Serbuk sari mempunyai 2 lapisan dinding yaitu eksin merupakan lapisan terluar dari intin lapisan dalam. Eksin tersusun dari sporopolenin, sedang intin tersusun dan polisakarida. Serbuk sari yang baru terbentuk mempunyai sitoplasma yang padat, dengan inti di bagian tengahnya. Setelah antera masak, pollen keluar melalui lubang yang disebut stomium. Epidermis yang letaknya berdekatan dengan stomium dinding mengalami penebalan membentuk struktur yang khusus.

16 13 Perkembangan pollen (Inikrogametogenesis) Pollen yang baru dibentuk umumnya mempunyai sitoplasma yang padat. Selnya secara cepat bertambah volumenya, diikuti oleh vakuolisasi dan perpindahan inti dari bagian tengah menuju ke bagian yang berdekatan dengan dinding sel. Pada tanaman tropis, biasanya inti segera membelah tetapi pada tanaman yang hidup di daerah dingin terdapat fase istirahat beberapa han sampai beberapa minggu. Pada Tradescantia reflexa fase istirahat 4 hari atau kurang dari 4 hari, sedang pada Himantoglossum hircinum 2 sampai 3 minggu. Pembentukan sel vegetatif dan sel generatif Gambar 7. Perkembangan gametofit jantan. Keterangan: A. Serbuk sari yang baru terbentuk dengan 1 inti; B.

17 14 Serbuk sari membesar, inti pindah ke bagian tepi, dan di bagian tengah terbentuk vakuola; C. Inti serbuk sari mengadakan pembelahan; D. Stadium 2 inti pada serbuk sari. Inti sel vegetatif lebih besar ukurannya dan terletak di bagian tengah. Selsel generatif letaknya dekat dengan dinding sel; E. Inti sel generatif mulai kehilangan kontak dengan dinding sel, dan bentuknya berubah menjadi bulat; F. Inti sel generatif terdapat bebas pada sitoplasma; G-H. Inti sel generatif mulai mengadakan pembelahan dan dan hasil pembelahan terbentuk 2 sel sperma; I-J. Inti sel generatif membelah di dalam buluh serbuk sari. Pada awal gametogenesis inti serbuk sari membelah menjadi dua sel, yaitu sel vegetatif dan sel generatif. Kedua sel tersebut ukurannya tidak sama. Sel vegetatif lebih besar dibanding sel generatif Selanjutnya Sel generatif membelah secara mitosis menghasilkan 2 sel sperma. Dinding pollen Dinding pollen berlapis-lapis. Dinding terluar disebut eksin dan dinding dalam disebut intin. Eksin terdiri atas ekteksin dan endeksin. Ekteksin tersusun oleh tektum di bagian luar; bagian dalam adalah lapisan kaki (foot layer) berbatasan dengan endeksin; dan bakulum yaitu lapisan yang terdapat antara tektum dan lapisan kaki. Eksin tersusun atas sporopolenin, merupakan derivat dan karotenoid yang mengalami polimerisasi oksidatif. Sporopoleum sangat resisten terhadap faktor fisik dan

18 15 dekomposisi biologik. Lapisan intin terdiri atas pektosellulose. Struktur selulose terdiri atas inikrofiblir yang tersusun paralel terhadap permukaan dinding. Gambar 8. Struktur sel pollen pada Angiospermae. Keterangan: A. sel pollen dilindungi oleh dinding yang tebal, dengan 2 inti yang jelas, yaitu inti vegetatif(besar) dan inti generative (kecil); B. Perbesaran. b: bakulum; ek: eksin; in : intin; en : endeksin; t tektum; k: lapisan kaki Pistillum Megasporangium dan Megasporogenesis Tumbuhan Angiospermae pada umumnya mempunyai megasporofil (daun buah) yang berkembang ke dalam suatu pistilum. Pistilum (putik) biasanya mengalami diferensiasi menjadi 3 bagian yaitu: 1. bagian basal yang menggelembung disebut ovarium

19 16 (bakal buah). 2. bagian yang memanjang disebut stilus (tangkai putik) 3. bagian ujung stilus disebut stigma (kepala putik) Di dalam ovarium terdapat dua atau lebth dan dua ovulum (bakal biji). Ovulum berkembang (berasal) dan plasenta. Suatu ovulum terdiri atas: 1. megasporangium (kandung lembaga embiyo sac) suatu badan sentral, 2. merupakan hasil perkembangan lebih lanjut dan megaspora yang berfiingsi. 3. nuselus, yakni jaringan yang menyelubungi badan sentral. Nuselus diselubungi oleh sath atau dim integumen. 4. integumen, suatu jaringan yang menyelubungi nuselus. 5. funikulus, tangkai yang mendukung bakal biji, dimana bakal biji itu melekat pada plasenta. Ukuran nuselus, jumlah integumen dan bentuk ovulum sangat pentmg untuk membedakan ciri khas suatu ovulum pada kelompok tumbuhan berbunga. Ovulum digolongkan ke dalam 5 tipe, tergantung aksis ovulum tersebut, apakah tegak atau melengkung terhadap mikropil dan funikulus.

20 17 Tipe ovulum tersebut adalah: 1. orthotropus : Mikropil menghadap ke atas terletak segaris dengan hilus. 2. Anatropus : Mikropil dan hilus letalmya sangat berdekatan. 3. Kampilotropus : ovulum berbentuk kurva. 4. Heinianatropus : apabila nuselus dan intigumen

21 18 terletak kurang lebih di sudut funikulus. 5. amfitropus: ovulum berbentuk seperti sepatu kuda. Megasporogenesis Pada ontogeni ovulum, nuselus terbentuk lebih dulu, merupakan masa sel yang diselubungi oleh epidermis, berasal dari proliferasi sel-sel plasenta. Suatu sel hipodermal pada nuselus mempunyai ukuran yang besar, sitoplasma padat dan ini besar berfungsi sebagai sel arkesporium. Sel ini membelah secara perildinal atau langsung berfungsi sebagai sel induk megaspora. Bila membelah secara periklinal, sel arkesporial tersebut ke arah dalam menghasilkan sel sporogen primer dan ke arah luar menghasilkan sel parietal primer. Sel sporogen berfungsi langsung sebagai sel induk megaspora. Sel induk megaspora (megasporosit) membelah secara meiosis membentuk 4 megaspora yang haploid dan umumnya bertipe linier, tetapi ada yang berbentuk huruf T, antara lain pada Orchic maculata dan Driniys winteri. Sedang pada beberapa suku Crassulaceae, Hydrochaitaceae dan Musaceae dilaporkan mempunyai tipe berturut turut isobilateral, tetrahidris dan bentuk T. Dari 4 inti megaspora hasil meiosis yang tersusun linier tersebut hanya satu inti megaspora yang berfungsi yaitu yang letaknya paling bawah dari tetrad, tiga lainnya mengalami degenerasi.

22 19 Perkembangan gametofit betina (Megagametogenesis) Gambar 9. Megasporogenesis dan perkembangan kandung lembaga (megagametofit) tipe Normal (polygonum) pada Angiosperm. Gametofit betina (kantong embrio) yang dewasa terdiri atas 7 sel, yaitu sel sentral yang besar dengan 2 inti kutub, di bagian mikrofil 2 sel sinergid dan 1 sel telur serta di bagian khalaza 3 sel antipoda. Perkembangan kantong embrio dimulai

23 20 dengan memanjangnya inti megaspora yang berfungsi. Tergantung jumlah inti megaspora yang berperan dalam pembentukannya, gametofit betina (kantong embrio) mungkin bertipe monosporik, bisporik atau tetrasponik. Masing-masing kelompok tersebut mempunyai lebih dari satu tipe. Tipe tersebut adalah sebagai berikut: 1. Monosporik Pada tipe ini inti megaspora yang berperan selama perkembangan gametofit jumlahnya satu. Tipe ini merupakan tipe normal (tipe Polygonium) Tipe kedua yaitu Oenothera*, pada tipe ini hanya terjadi 2 kali pembelahan inti megaspora, sehingga hanya ada 4 inti di bagian mikrofil. 2. Bisporik Inti megaspora yang berfungsi pada perkembangan gametofit betina ada 2. Setelah meiosis pertama pada proses megasporogeilesis terbentuk 2 set, dan 2 sel tersebut hariya satu, sel yang melanjutkan meiosis II, sedang yang lain mengalami degenerasi. Pada pembelahan meiosis II tidak terjadi pembentukan dinding sekat, dan kedua inti megaspora berperan dalam pembentukan kandung lembaga. Dua inti ini kemudian membelah mitosis 3 kali, menghasilkan 8 inti. Akhirnya orgamsasi kandung lembaga seperti pada tipe normal (Polygonum). Tipe bisporik dibedakan menjadi 2 yaitu: a. tipe Allium Pada tipe ini megaspora yang berfungsi adalah yang berada di bagian khalaza, sedang yang ada di bagian

24 21 mikrofil mengalami degenerasi setelah meiosis 1. b. tipe Endyinion Megaspora yang berfungsi pada tipe ini adalah yang ada di bagian mikrofil. Inti megaspora yang ada di bagian khalaza mengalami degenerasi. 3. Tetrasporik

25 22 Pada tipe ini pembelahan meiosis dari sel induk megaspora selama megasporogenesis tidak diikuti oleh pembentukan dinding sekat, sehingga pada akhir meiosis 4 inti haploid tetap di dalam sitoplasma sel yang sama (terjadi pembelahan inti bebas). Pola organisasi kandung lembaga tetrasporik ini sangat bervariasi. Susunan kandung lembaga sebelum mengalami mitosis adalah sebagai berikut: a. Terdiri 4 inti yang tersusun , masingmasing ada di bagian mikrofil, khalaza dan di bagian lateral kandung lembaga. Misalnya pada tipe Peperoinia, Penae dan Plumbago. b. Terdiri dari 4 inti tersusun 1+3. Satu ini bagian mikrofil 3 di bagian khalaza. Pada tipe ini 3 inti di khalaza ada yang mengadakan fusi seperti tipe Fritillaria dan Plumbagela, sedang pada tipe Drusa tidak tenjadi fusi. c. Terdiri dari 4 inti dengan susunan 2+2, dua inti di bagian mikrofil, dua inti di bagian khalaza. Misalnya tipe Adoxa. d. Suatu tipe perkembangan kandung lembaga tetrasporik yang spesifik di jumpai pada Chrysanthemum cinerariaefolium. Perkembangan tipe ini setelah stadium 4 inti, pada akhir meiosis, dengan susunan inti terletak di bagian khalaza dan mikrofil, sedang 2 inti terletak di

26 23 bagian tengah. Polinasi Polinasi adalah jatuhnya butir pollen pada kepala putik. Pada Gymnospermae karena tidak mempunyai putik, butir pollen langsung jatuh pada nuselus. Perpindahari pollen pada Angiospermae ada 2 cara yaitu: 1. Pollen yang jatuh pada kepala putik berasal dari satu bunga yang sama. Ini disebut penyerbukan sendiri (autogaini self pollination). 2. Pollen berasal dari bunga lain, ini disebut penyerbukan silang (cross pollination). Pada tipe ini dibedakan menjadi 2, yaitu: pollen berasal dari bunga yang berbeda, tetapi tanaman yang sama. Penyerbukan semacam ini disebut geitonogaini; dan pollen berasal dari bunga 2 tanaman yang berbeda. Tipe demikian disebut xenogami. Setelah berada pada kepala putik, pollen akan berkecambah. Lama waktu yang dibutuhkan oleh pollen untuk berkecambah sangat bervariasi untuk setiap jenis tumbuhan. Langkah pertama dari perkecambahan adalah bertambahnya ukuran pollen, karena mengabsorpsi cairan yang ada pada permukaan kepala putik (stigma), dan desakan intin melalui lubang perkecambahari. Suatu buluh kecil tumbuh memanjang, menembus jaringan stigma dan stilus (tangkai putik). Pada umumnya buluh pollen bertipe monosifonus.

27 24 (Sam buluh), tetapi ada yang mempunyai buluh banyak, seperti pada Malvaceae, Cucurbitaceae dan Campanulaceae. Keadaan ini disebut polisifonus. Pada Althaea rosea mempunyai 10 buluh pollen, sedang pada Malva neglecta 14 buluh. Stigma merupakan bagian yang berperanan penting dalam perkecambahan pollen. Setelah buluh muncul dari butir pollen, buluh tersebut mencari jalan pada permukaan papila stigma, misalnya pada Gossypium atau melalui lapisan dinding stigma yang selselnya terdiri atas pektoselulosa misalnya pada Lilium, ke dalam jaringan stilus. Dinding buluh pollen terdiri atas 3 lapisan yaitu terluar terdiri atas pektin, lapisan tengah dan pektoselulosa, dengan struktur fibriler yang kaya akan β-1,4 linked glucan. Sitoplasma pada buluh kaya akan mitokondria dan badan golgi, retikulum endosplasma halus dan kasar, vesikel, amiloplas dan badan lipid. Vesikel kaya akan polisakarida atau RNA. Berdasarkan keadaan morfologi ada 3 tipe stilus: 1. tertutup ; banyak dijumpai terutama pada tumbuhan dikotil. 2. terbuka ; dijumpai adanya saluran stilus yang lebar (tidak ada jaringan transmisi), epidermis berfungsi nutritif. Sel-sel saluran stilus diselubungi oleh zona sekretoris. 3. setengah tertutup; saluran stilus tidak lebar dikelilingi oleh jaringan transinisi yang rudimenter

28 25 terdiri atas 2-3 lapisan sel kelenjar (sekresi). Gambar 10. Tipe-tipe stilus pada Angiospermae. Keterangan: A. Potongan bujur pistihini; B. Potongan bujur bagian atas dan stigma; C. Potongan bujur stilus tipe terbuka; D. Potongan lmtang stilus tipe tertutup; E. Serbuk sari yang telah berkecambah. Pembuahan Setelah berkecambah, buluh menembus jaringan stilus (pada tipe tertutup) atau membuat jalan pada permukaan

29 26 epidermis yang membatasi saluran stilus (pada tipe terbuka) yang kemudian masuk ke dalam janingan stilus. Akhirnya buluh sampai di dalam ovarium, dan segera menuju ovulum. Masuknya buluh pollen ke dalam ovulum kemungkinan secara: 1. poligami, ini merupakan cara yang umum, yaitu buluh melalui mikrofil. 2. khalazogaimi, buluh melalui ujung khalaza, misalnya pada Casuarina. 3. misogami, buluh masuk melalui funikulus misalnya Pistacia, atau melalui integumen seperti pada Cucurbita. Gambar 11. Skema Pola masuknya buluh pollen ke dalam ovulum Buluh pollen yang membawa sperma, setelah sampai di mikrofil masuk ke dalam kandung lembaga dengan 3 cara yaitu: 1. buluh pollen masuk di antara dmding sel telur dan

30 27 dinding sinergid. 2. antara dinding kandung lembaga dan sam sel sinergid. 3. langsung masuk ke dalam salah satu sel sinergid. Bila langsung masuk ke dalam sel sinergid, buluh menembus aparatus firiformis, kemudian ujung buluh pecah, isi sel buluh (sitopasma, inti vegetatif dan sel sperma) keluar, bergabung dengan sitoplasma sel sinergid. Dua sel sperma berubah bentuk, kemudian keluar dari sel sinergid. Satu sel sperma menuju sel telur, dan yang lain mendekati sel sentral (sel kutub) sel sinergid kemudian mengalami degenerasi. Telah dilakukan penelitian, dengan pengecatan khusus ada 2 badan yang berwarna gelap didalam sel sinergid dan badan tersebut dinamakan badan x. Menurut Jensen (1972) telah ditetapkan bahwa satu diantaranya adalah sisa inti sinergid dan yang lain sisa inti vegetatif, karena mengandung DNA. Badan x setelah sperma masuk ke dalam sel telur terjadilah fusi antara inti sel telur dengan inti sperma. Ini disebut singami. Sperma yang lain berfusi dengan sel sentral. Peristiwa ini disebut fusi tripel (tripel fusion). Dengan adanya dua macam pembuahari tersebut pada Angiospermae dikenal dengan pembuahan ganda (double fertilization). Suatu keadaan yang menyimpang, dimana banyak buluh pollen yang masuk masing-masing membawa 2 sperma, atau lebih dan sperma dalam satu buluh pollen masuk ke dalam kandung lembaga. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

31 28 polispermi. Polispermi adalah suatu keadaan dimana satu sel telur dibuahi lebih dan satu gamet Hasil peleburan (fusi) sel gamet jantan dengan sel telur adalah zigot, dan sel gamet jantan dengan inti kutub adalah endosperm. Endosperm pada umumnya berkembang lebih dahulu dari pada zigot. Fungsi endosperm memberi makan embrio. Ploidi endosperm pada Angiospermae adalah 3n sedang pada Gymnospermae n (haploid).

32 29 Gambar 12. Pembuahan ganda pada Lilium martagon. Keterangan: A. Kandung lembaga yang masak; B. Buluh serbuk sari (bs) masuk ke dalam kantong embrio yang masak; salah satu sperma mendekati inti telur, dan yang lain mengadakan kontak dengan inti kutub. Salah satu inti sinergid mengalami degenerasi (d); C. Inti sperma mengadakan kontak dengan inti telur dan sel sentral; D. Perkembangan lebih lanjut dan pembuahari; E-H. Fusi antara inti telur dengan sperma; I-N. (Fusi antara inti sperma dengan kedua inti kutub (tripel fusion). 1.2.Morfologi Bunga Struktur Morfologi Bunga Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan

33 30 bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air (Harsidi 2011). Bunga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan alatalat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai penghasil alat perkembangbiakan. Pada umumnya, bunga mempunyai sifatsifat seperti Mempunyai warna yang menarik, umumnya mempunyai bau yang harum, memiliki bentuk yang bermacammacam dan biasanya mengandung madu. Struktur bunga dapat diamati melalui gambar bunga sebagai berikut: Gambar 13. Struktur Morfologi Bunga

34 31 a) Ibu tangkai bunga (pedunculus,pedunculus communis atau rhacis), yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung bunga majemuk tadi. Ibu tangkai ini dapat bercabang,dan cabang-cabangnya bercabang lagi,dapat pula sama sekali tak bercabang. b) Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian dari bunga yang masih jelas bersifat batang, pada tangkai bunga ini biasannya terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun dan berwarna hijau. c) Dasar Bunga (receptaculum), yaitu ujung dari tangkai batang yang berhenti pertumbuhannya yang seringkali melebar, menebal, dengan ruasruas yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorphosis menjadi bagianbagian bunga duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasannya lalu nampak duduk dalam satu lingkaran. Dasar bunga (receptaculum) merupakan ujung tangkai bunga tempat melekatnya bagianbagian bunga seperti calyx, corola, stamen, dan ovarium. Bentuk dasar bunga bermacam-macam bentuknya sesuai dengan bentuk metamorphosis bagian bunga tersebut (Mesuji 2013). d) Perhiasan Bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan dari daun yang masih

35 32 Nampak berbentuk lembaran dengan tulang atau urat daun yang maasih jelas. Biasannya perhiasan bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang masing-masing duduk dalam satu lingkaran, jadi bagian-bagian dari perhiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran yaitu: 1) Kelopak (Calyk) Yaitu bagian dari perhiasan bunga yang merupakan lingkaran luar, biasannya berwarna hijau dan sewaktu bunga masih kuncup merupakan selubungnya yang berfungsi sebagai pelindung kuncup terhadap pengaruh-pengaruh dari luar. Kelopak terdiri dari daun-daun kelopak (Sepala). Daun-daun kelopak pada bunga dapat berlekatan satu sama lain, atau pula terpisah-pisah dalam lingkaran bunga. 2) Tajuk Bunga atau mahkota bunga (corolla) Yaitu bagian perhiasan bunga yang merupakan lingkaran dalam, biasanya tidaklah berwarna hijau lagi dan warna dari bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri dari daun mahkota (Petala), seperti halnya daudaun kelopak, tajuk bunga juga bisa berlekatan atau terpisah. 3) Tenda Bunga (Perigonium)

36 33 Pada suatu bunga seringkali tidak kita dapati perhiasan bunganya, bunga yang demikian dinamakan bunga telanjang (flos nudus), atau perhiasan dari bunga tadi tidak dapat dibedakan menjadi kelopak dan mahkotannya, dengan kata lain kelopak dan mahkotannya sama, baik bentuk maupun warnannya. Tenda bunga (Perigonium) terdiri dari sejumlah daun-daun tenda bunga (tepala). Misalnya pada bunga atau kembang sungsang dan lilia gereja. e) Kelamin Bunga Yaitu merupakan bagian terpenting dari bunga, karena dengan adanya alat-alat (jantan dan betina) tersebut dapat kemudian dihasilkan alat-alat perkembangbiakan dan selanjutnya berkembang menjadi tanaman baru. 1) Alat kelamin jantan (androecium) Bagian dari alat kelamin jantan sesungguhnya merupakan metamorphosis dari daun yang menghasilakan serbuk sari. Androecium terdiri dari sejumlah benang-benang sari (stamen). Pada bunga benang sarinnya dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersususn dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran. Bagian ini merupakan penjelmaan dari daun masih dapat terlihat misalnya pada bunga tasbih (Canna hybrida), dimana

37 34 benang sarinya yang mandul berbentuk lembaranlembaran menyerupai daun-daun mahkota. Pada benang sari dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: Tangkai Sari (Filamentum), yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat. Kepala sari (Anthera) yaitu bagian dari benang sari yang terdapat pada ujung dari tangkai sari. Bagian ini didalamnya biasannya mempunyai 2 ruang (theca), masing-masing ruang sari semula terdiri dari dua rungan kecil (loculus atau loculumentum). Dalam ruang sari ini terdapat serbuk sari. Adakalanya serbuk sari tidak terbentuk atau serbuk sari tidak bisa melakukan penyerbukan. Benang sari yang demikian dinamakan benang sari yang mandul. Penghubung ruang sari (connectivum), bagian ini merupakan lanjutan dari tangkai sariyang menjadi penghubung dari kedua bagian dari kepala sari yang terdapat dibagian kanan dan kiri dari penghubung ini. 2) Alat kelamin betina (Gynaecium) Alat kelamin betina pada bunga biasa disebut dengan putik (Pistillum). Putik merupakan metamorphosis dari daun yang disebut daun buah

38 35 (carpella). Pistilum (putik) terdiri dari ovarium, stilus dan stigma. Ovarium disusun oleh karpel atau daun buah. Umumnya berjumlah lebih dari satu. Jika bunga memiliki satu karpel arau lebih yang semuanya bersatu maka karpel tesebut disebut pistilum. Didalam ovarium terdapat bakal biji (ovulum). Pada bunga dapat diketemukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri dari beberapa daun buah, tetapi dapat pula hanya terdiri dari satu daun buah. Pada putik dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: Bakal buah (Ovarium) yaitu, bagian yang membesar dari putik dan biasannya terletak ditengah-tengah dasar bunga. Dalam bakal buah terdapat bakal biji (Ovulum), dan bakal biji itu teratur dalam tempat-tempat tertentu dalam bakal buah tadi. Tempat-tempat yang merupakan pendukung dari bakal biji disebut papan biji (Placenta). Tangkai Putik (Stylus) yaitu, bagian dari putik yang biasannya berbentuk benang yang merupakan lanjutan dari bakal buah ke atas. Tangkai putik biasannya berongga yang biasannya mempunyai saluran tangkai putik (Canalis stylinus) tau tidak. Tangkai putik ada yang bercabang atau tidak, dan jika bercabang maka

39 36 pada tiap ujung cabang tangkai putik itu mendukung satu klepala putik, jadi pada tangkai putik yang bercabang terdapat lebih banyak kepala putik. Kepala Putik (Stigma), kepala putik adalah bagian dari putik yang paling atas. Bagian ini berguna untuk menangkap serbuk sari, oleh karena itu bentuk dan sifatnya disesuaikan pula dengan tugasnya tadi. Jika kepala putik sudah siap maka biasannya berperekat sehingga jika ada serbuk sari yang jatuh tidak akan berpindah lagi (Suena 2005). f) Kelenjar Madu (Nectarium), madu atau nectar yang dihasilkan oleh bunga berguna untuk menarik perhatian dari serangga atau binatang yang dapat membantu proses penyerbukan. Kelenjar madu merupakan metamorphosis dari salah satu bagian bunga yang dapat berasal dari daun mahkota, benang sari atau bagian bunga yang lain. Letak kelenjar madu pada bunga sesuai dengan letak bagian bunga yang berubah menjadi kelenjar madu itu Letak Bunga pada Tumbuhan Letak bunga pada tumbuhan disebut anthotaxis. Berdasarkan posisi bunga terhadap bunga lain, dibedakan menjadi tiga macam antotaxis, yaitu :

40 37 1. Hanya satu bunga (planta uniflora) seperti bunga coklat (Zephyranthes rosea) dan lili (Lilium longiflorum) 2. Kuntum bunga tersebar dan terdapat sendiri-sendiri ( flores sparsa). Bunga soliter, letaknya terminal di ujung ranting atau aksiler, seperti bunga Cucurbita 3. Perbungaan (inflorescentia) terdiri dari satu sumbu bersama tempat melekat sejumlah kuntum bunga sehingga menghasilkan satu kesatuan Struktur Benang Sari Dalam satu bunga jumlah benang sari bervariasi. Berdasarkan panjangnya dapat dibedakan menjadi benang sari didinamus (2 panjang, 2 pendek) dan tetradinamus (4 panjang, 2 pendek). Gambar 14. Benangsari tetradinamus dan didinamus Benang sari dapat terpisah atau berlekatan satu dengan yang lain. Benang sari yang berlekatan dapat dibedakan menjadi : 1. Monadelfus, terdiri dari 1 tukal, seperti pada Hibiscus sp

41 38 2. Diadelfus, memilki 2 tukal (1+9), seperti pada Papilionaceae 3. Polyadelfus, lebih dari 2 tukal, seperti pada Calliandra sp. Gambar 15. Pelekatan benangsari Kepala sari dapat terpisah atau berlekatan (syngenesis). Tangkai sari umumnya berbentuk silindris, tetapi ada stamen yang seperti lembaran dan biasanya steril, misalnya dapat ditemukan pada bunga Canna hybrida. Gambar 16. Kepala sari yang berlekatan

42 Struktur Putik Berdasarkan letak ovarium terhadap dasar bunga, dapat dibedakan menjadi : ovarium menumpang (superum), ovarium tenggelam (inferum), dan ovarium setengah tenggelam (hemi/semi inferum). Berdasarkan letak ovarium terhadap perhiasan bunga, dapat dibedakan menjadi ovarium epiginus, ovarium periginus, dan ovarium hipoginus. Gambar 17. Letak ovarium terhadap perhiasan bunga Putik tersusun dari karpel, karpel ini dapat terpisah-pisah (apokarp) atau bersatu (sinkarp). Ruang pada karpel dapat dibedakan menjadi beruang satu (unilokular), bilokular, trilokular, dan multilokular. Ovulum melekat pada dinding ovarium melalui plasenta (tembuni). Berdasarkan tempat melekatnya dapat dibedakan menjadi marginalis, parietalus, aksilaris, sentralis, basalis, dan apikal. Beberapa jenis bunga ada yang memiliki perhiasan bunga yang tidak dapat dibedakan antara kaliks dan korola, disebut tenda bunga (perigonium), helaiannya disebut tepal. Tepal ini dapat ersusun terpisah (perigonium choripetalum/p. pleiopetalum) atau saling berlekatan (p. sintepalum/p. gamotepalum). Jika

43 40 tenda bunga ini memiliki ciri seperti korola disebut p. petaloid/corrolina sedangkan jika mirip dengan kaliks disebut p.sepaloid / p. calisinus. Gambar 18. Tipe plasentasi Gambar 19. Androfore dan ginofore

44 41 Pada beberapa tumbuhan terdapat jarak antara mahkota dengan benang sari dan putik. Jarak tersebut terbentuk akibat pemanjangan dasar bunga disebut androginophore (andro = jantan; gyna = bentina; phore = tangkai). Jika dasar bunga yang mengalami pemanjangan hanya diantara benang sari dan putik disebut ginofore, sedangkan jika pemanjangan diantara mahkota dengan benang sari disebut androfore Perbungaan (Bunga Majemuk atau Inflorecentia) Perbungaan terdiri dari suatu sumbu bersama tempat melekat sejumlah kuntum bunga sehingga menghasilkan suatu kesatuan bagian-bagian perbungaan terdiri dari : a. Bagian yang bersifat seperti batang, seperti tangkai perbungaan (peduncullus), sumbu primer atau rakhis, sumbu sekunder, tangkai bunga (pedicellus), dan reseptakulum. b. Bagian yang bersifat seperti daun, seperti daun pelindung atau brachte, seludang bunga (spatha), daun tangkai atau brachteola, kelopak tambahan (epicalix), daun pembalut (brachtea involucrum) dan daun bunga (calix, corolla, stamen dan putik). Secara garis besar perbungaan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Perbungaan rasemosa, dengan sumbu utama tumbuh tak terbatas, monopodial dan bunga mekar dari bawah ke atas atau dari tepi ke tengah (sentripetal) 2. Perbungaan simosa, dengan sumbu tumbuh berbatas,

45 42 simpodial, dan bunga mekar dari tengah ke tepi (sentrifugal) 3. Perbungaan campuran, yang bagian-bagiannya tidak mengikuti pola perkembangan yang seragam, ada yang bersifat simosa, dan ada pula yang bersifat rasemosa Gambar 20. Perbungaan rasemosa dan cymosa Perbungaan rasemosa (inflorecentia racemosa, botryoides atau centripeta) Arah mekarnya kuntum bunga dari bawah keatas, atau seperti pada perbungaan bongkol atau payung dari tepi luar ke arah dalam. Perbungaan ini dibedakan antara sumbu utama yang tak bercabang serta yang bercabang. a. Sumbu utama tak bercabang 1. Tandan (racemus atau botrys) adalah perbungaan yang terdiri dari sumbu utama yang panjang dengan kuntum bunga bertangkai melekat padanya, contoh bunga merak (Caesalpinia pulcherrima) 2. Bulir (spica), bunga duduk pada sumbu yang panjang 3. Untai (amentum) merupakan bulir dengan bunga

46 43 uniseksual yaitu bunga yang memiliki benang sari saja pada bunga jantan atau putik saja pada bunga betina. Gambar 21. Perbungaan rasemosa 4. Tongkol (spadix) adalah bulir yang memiliki tangkai dan rakis tebal dan berdaging, contoh pada Araceae Gambar 22. Perbungaan rasemosa 5. Cawan (anthodium) memiliki dasar perbungaan yang lebar dan datar seperti cawan. Dapat

47 44 dibedakan menjadi bunga tepi, ditepi perbungaan dan bunga tabung yang terdapat di tengah cawan. Bunga tabung memiliki benang sari dan putik, sehingga dapat menghasilkan buah. Gambar 23. Perbungaan cawan 6. Payung (umbella) adalah perbungaan dengan sumbu utama amat pendek dan tangkai bunga sama panjang melekat pada ujung sumbu utama. Oleh karena setiap kuntum bunga berada diketiak braktenya dan sumbu utama amat pendek, seluruh brakte terhimpun disatu tempat dan dapat disebut daun pembalut, contoh pada Umbelliferae

48 45 Gambar 23. Perbungaan corymbus dan umbella 7. Gundung (corymbus simplex) adalah serupa tandan, tetapi dengan semua kuntum bunga berada pada bidang datar yang sama, hal ini karena tangkai bunga tidak sama panjang. 8. Bonggol (capitulum). Pada perbungaan ini sumbu utama bersama amat pendek dan baisanya melebar dan menebal, Kuntum bunga bersama membentuk kesatuan yang berbentuk bola atau sedikit memanjang, contohnya pada petai cina (Lamtoro glauca) 9. Bunga periuk (hipantodium) terjadi bila dasar bunga berdaging serta berongga, tanpa daun pembalut. Dalam rongga itu terdapat kuntum bunga, sehingga tidak terlihat dari luar, contoh pada beberapa Moraceae.

49 46 b. Sumbu utama bercabang sekali atau berulang kali 1. Malai (panicula). Sumbu utama bercabang berulang kali. Cabang- cabang di sebelah bawah lebih panjang dan lebih bawah lebih panjng dan lebih banyak mengalami percabangan dibanding cabang dibagian atas sumbu, contoh perbungaan mangga (Manggifera indica) 2. Malai rata (corymbus ramosus), cabang paling bawah lebih panjang dari cabang yang berada diatas sehingga semua bunga berada pada bidang sama yang rata, misalnya bunga soka (Ixora grandiflora) 3. Perbungaan dengan pola dasar berulang atau majemuk. Perbungaan cymosa Perbungaan simpodial, bunga mekar dari tengah ke tepi, atau dari atas kebawah (sentrifugal),. Perbungaan ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : a. Pleiokasium atau anak payung bercabang banyak b. Dikasium atau anak payung menggarpu bercabang dua c. Monokasium atau anak payung menggarpu bercabang satu i. Bunga sekrup (bostrys)

50 47 ii. Bunga tangga (cincinus) iii. Sabit (drepanium) iv. Kipas (rhipidium) Gambar 24. Perbungaan majemuk Gambar 25. Perbungaan cymosa

51 48 Perbungaan lain a. Gubahan semu atau karangan semu (verticillaster) b. Lembing (anthela) c. Tukal ( glomerulus) d. Cyathium, ditemukan pada Euphorbiaceae. Gambar 25. Perbungaan cyathium 1.3.Tugas/Diskusi Buatlah deskripsi anatomi dan morfologi bunga dari tumbuhan monokotil dan dikotil, kemudian buatlah kesimpulan. 1.4.Rangkuman Bunga merupakan organ tumbuhan yang penting dalam reproduksi. Hal ini berkaitan dengan fungsi bagian fertil dari bunga dan proses polinasi. Dari proses tersebut nantinya dapat dihasilkan biji dan buah. Selain berupa bunga tunggal, juga

52 49 terdapat berbagai macam jenis bunga majemuk yang menjadi karakteristik bagi tumbuhan tertentu. 1.5.Rujukan Pengayaan Tjitrosoepomo, G., Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.. Fahn, A Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hadmadi, MM., Botani I. Jakarta : CV. Yasaguna. Kimball, JW., Biologi. IPB, Jakarta : Erlangga. Mulyani, S., Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius. Rosanti, D Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga. Van Steenis, C.G.G.J., Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta : Paramita. 1.6.Latihan Soal Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas! 1. Jelaskan jaringan-jaringan yang menyusun bunga! 2. Jelaskan proses polinasi pada tumbuhan! 3. Jelaskan bagian-bagian dari struktur morfologi bunga! 4. Jelaskan jenis-jenis bunga majemuk!

Gambar 1. Bagian-bagian bunga

Gambar 1. Bagian-bagian bunga IV. BUNGA A. Perkembangan Bunga adalah pucuk yang termodifikasi, disebut demikian karena menunjukan beberapa perubahan dalam pengaturan apeks pucuk. Bunga dianggap ranting yang bersumbu pendek dengan daun-daun

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE DISUSUN OLEH: PREKDI S. BERUTU NIM: 160301034 Mata Kuliah : Teknologi Benih Dosen Pengampu : Risky Ridha, SP., MP PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANDROESIUM A. Landasan Teori ANTERA

ANDROESIUM A. Landasan Teori ANTERA ANDROESIUM A. Landasan Teori Benang sari terdiri dari tangkai sari (filamen) dan kepala sari (antera). Di dalam antera terdapat beberapa mikrosporangia. Proses mikrosporogenesis terjadi dalam mikrosporangia.

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN V. GYMNOSPERMAE STRUKTUR OVULUM DAN PERKEMBANGAN GEMETOFIT BETINA

POKOK BAHASAN V. GYMNOSPERMAE STRUKTUR OVULUM DAN PERKEMBANGAN GEMETOFIT BETINA POKOK BAHASAN V. GYMNOSPERMAE STRUKTUR OVULUM DAN PERKEMBANGAN GEMETOFIT BETINA Gymnospermae termasuk tumbuhan berbiji. Berdasarkan pada jaringan yang melindungi bakal biji (ovulum) dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.Si. Dr. Ning Setiati, M.Si. KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU BOTANI ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE. Oleh : Gabryna Auliya Nugroho

TUGAS INDIVIDU BOTANI ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE. Oleh : Gabryna Auliya Nugroho TUGAS INDIVIDU BOTANI ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE Oleh : Gabryna Auliya Nugroho 105040201111165 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2010 Tumbuhan biji (Spermatophyta) Dibagi

Lebih terperinci

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan 05 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 8. BUNGA

POKOK BAHASAN 8. BUNGA POKOK BAHASAN 8. BUNGA Struktur bunga serta bagian- bagian bunga Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga dikatakan lengkap apabila mempunyai daun kelopak, daun mahkota, benang sari, putik, dan daun

Lebih terperinci

MISKONSEPSI PADA BUKU PELAJARAN BIOLOGI KELAS 3 SLTP POKOK BAHASAN PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN

MISKONSEPSI PADA BUKU PELAJARAN BIOLOGI KELAS 3 SLTP POKOK BAHASAN PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN Seminar Nasional Pendidikan, Penelitian, dan Penerapan MIPA. Hotel Sahid Raya, 8 Februari 2005 MISKONSEPSI PADA BUKU PELAJARAN BIOLOGI KELAS 3 SLTP POKOK BAHASAN PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN Oleh : Budiwati

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN XII. POLLINASI, PEMBUAHAN DAN PERKEMBANGAN ENDOSPERM

POKOK BAHASAN XII. POLLINASI, PEMBUAHAN DAN PERKEMBANGAN ENDOSPERM POKOK BAHASAN XII. POLLINASI, PEMBUAHAN DAN PERKEMBANGAN ENDOSPERM Pollinasi (penyerbukan) Pembuahan meliputi fusi gamet jantan dengan gamet betina. Pada Angiospermae gametofit betina terletak jauh di

Lebih terperinci

Struktur Bunga, Alat Reproduksi, serta Proses Reproduksi Jantan dan Betina pada Tumbuhan Angiospermae

Struktur Bunga, Alat Reproduksi, serta Proses Reproduksi Jantan dan Betina pada Tumbuhan Angiospermae Modul 1 Struktur Bunga, Alat Reproduksi, serta Proses Reproduksi Jantan dan Betina pada Tumbuhan Angiospermae P PENDAHULUAN Dr. Iriawati Dr. Tatang Suradinata ada tumbuhan Angiospermae, bunga merupakan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.3 1. Berikut ini organ penyusun sistem transportasi adalah... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.3 Kunci Jawaban : A Organ penyusun sistem transportasi atau peredaran darah

Lebih terperinci

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24 DUNIA TUMBUHAN CIRI-CIRI TUMBUHAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN A.TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH B.TUMBUHAN BERPEMBULUH B.1.TIDAK BERBIJI B.2.BERBIJI B.2.1.GYMNOSPERMAE B.2.2.ANGIOSPERMAE Plant 1. 1/24 CIRI-CIRI

Lebih terperinci

Reproduksi Seksual Gymnospermae

Reproduksi Seksual Gymnospermae Reproduksi Seksual Gymnospermae Adi Rahmat 1. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UPI 2. Program Studi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana, UPI 1 Biologi

Lebih terperinci

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5 ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN Pertemuan Ke-5 Bunga Buah Biji Daun Akar Batang AKAR Mengokohkan tegaknya tumbuhan Menyerap air dan garam mineral serta mengalirkannya ke batang dan daun Menyimpan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN Rhoeo discolor Pada UNIVERSITAS NEGERI MALANG

IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN Rhoeo discolor Pada UNIVERSITAS NEGERI MALANG IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN Rhoeo discolor Pada UNIVERSITAS NEGERI MALANG LAPORAN PENELITIAN Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Morfologi Tumbuhan yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M. S. Oleh:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA RPKPS STRUKTURR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN. Oleh : Tim S P T Koord : Prof.Dr. Issirep Sumardi FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA RPKPS STRUKTURR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN. Oleh : Tim S P T Koord : Prof.Dr. Issirep Sumardi FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA RPKPS STRUKTURR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Oleh : Tim S P T Koord : Prof.Dr. Issirep Sumardi FAKULTAS BIOLOGI Nama Matakuliah : STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Kode/SKS : B102061

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 6.1 Tumbuhan di taman. Jaringan meristem. Jaringan pada tumbuhan. Jaringan dewasa. terdiri dari. menyusun.

Bab. Peta Konsep. Gambar 6.1 Tumbuhan di taman. Jaringan meristem. Jaringan pada tumbuhan. Jaringan dewasa. terdiri dari. menyusun. Bab 6 Struktur Tumbuhan Sumber: Encarta 2005 Gambar 6.1 Tumbuhan di taman Coba kamu perhatikan tumbuhan yang ada di sekitarmu! Tentunya keadaan tumbuhan tersebut berbedabeda, seperti ada yang batangnya

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN II. BRYOPHYTA Pembuahan, Embriogenesis dan Sporogenesis

POKOK BAHASAN II. BRYOPHYTA Pembuahan, Embriogenesis dan Sporogenesis POKOK BAHASAN II. BRYOPHYTA Pembuahan, Embriogenesis dan Sporogenesis Pembuahan pada Bryophyta Pembuahan berlangsung dengan bantuan air yang berfungsi sebagai medium untuk berenangnya anterozoid. Air biasanya

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL

POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL Poliembrioni Poliembrioni adalah terdapatnya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Orang yang melaporkan pertama kali, terjadinya

Lebih terperinci

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI KELAS: VIII E KELOMPOK TIKUS NAMA ANGGOTA : I KADEK ANGGA PRIMANTARA PUTRA ( 1 ) NI PUTU BELDA KUSUMANING SRI DEWI ( 2

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 8. ORGAN AKAR

POKOK BAHASAN 8. ORGAN AKAR POKOK BAHASAN 8. ORGAN AKAR 8.1 Struktur Umum Akar Akar merupakan bagian organ tumbuhan yang terdapat di dalam tanah. Akar tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah. Bentuk dan ukuran akar sangat

Lebih terperinci

Ciri-ciri Spermatohyta

Ciri-ciri Spermatohyta Ciri-ciri Spermatohyta Memiliki biji Memiliki jaringan pengangkut (xylem dan Floem) Dibedakan atas Gymnospermae (berbiji terbuka), dan Angiospermae (Berbiji tertutup) Gymnospermae (berbiji terbuka) berbiji

Lebih terperinci

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.

REPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II. REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse

Lebih terperinci

vii Tinjauan Mata Kuliah

vii Tinjauan Mata Kuliah vii M Tinjauan Mata Kuliah ateri kuliah Struktur Tumbuhan ini merupakan pengetahuan dasar karena itu pembahasannya juga secara umum. Materi kuliah ini dipersiapkan bagi mahasiswa Program Studi Biologi

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN

POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN Daun merupakan organ yang berfungsi sebagai pusat fotosintesis. Secara morfologi bentuk, ukuran serta struktur daun sangat bervariasi. Daun dapat berbentuk tunggal atau majemuk.

Lebih terperinci

BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF

BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF PEMBUNGAAN: Struktur Bunga: Bunga merupakan modifikasi dari tunas vegetatif/batang dengan bagian daun khusus yang berubah fungsi menjadi alat

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Pembentukan gametofit jantan (Sumber Fahn, 1991)

Gambar 2.1 Pembentukan gametofit jantan (Sumber Fahn, 1991) II. TELAAH PUSTAKA Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari

Lebih terperinci

II. Bagaimana sifat diwariskan

II. Bagaimana sifat diwariskan II. Bagaimana sifat diwariskan Gen-gen letaknya pada kromosom ( inti sel). Kromosom dan gen-gennya gennya diwariskan saat fertilisasi. Pada gonad pembentukan sel kelamin ( meiosis) Contoh; Kromosom dalam

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN XIII. EMBRIOGENESIS DAN STRUKTUR BIJI

POKOK BAHASAN XIII. EMBRIOGENESIS DAN STRUKTUR BIJI POKOK BAHASAN XIII. EMBRIOGENESIS DAN STRUKTUR BIJI Embrio Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot, dan ini merupakan sel tunggal yang bersifat diploid. Polaritas embrio path Angiospermae adalah endoskopik,

Lebih terperinci

12/9/14. Gametofit à membentuk gamet melalui mitosis à fase seksual Sporofit à membentuk spora melalui meiosis à fase aseksual. Reproduksi seksual

12/9/14. Gametofit à membentuk gamet melalui mitosis à fase seksual Sporofit à membentuk spora melalui meiosis à fase aseksual. Reproduksi seksual Gametofit à membentuk gamet melalui mitosis à fase seksual Sporofit à membentuk spora melalui meiosis à fase aseksual Reproduksi seksual ô Keturunan lebih mudah berespons dan beradaptasi terhadap perubahan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN (AKAR, BATANG, DAUN, BUNGA, BUAH, DAN BIJI) I. A K A R Berdasarkan asalnya, akar ada 2 macam : 1. Akar Primer : Akar pertama yang tumbuh dari lembaga yang terkandung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kedelai Induksi Androgenesis

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kedelai Induksi Androgenesis 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kedelai Bunga tanaman kedelai termasuk bunga sempurna dengan tipe penyerbukan sendiri yang terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup, sehingga kemungkinan kawin silang

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN BUNGA DAN FUNGSINYA

BAGIAN-BAGIAN BUNGA DAN FUNGSINYA BAGIAN-BAGIAN BUNGA DAN FUNGSINYA Bunga sangat penting untuk perkembangbiakkan tumbuhan karena pada bunga terdapat alat-alat reproduksi, yaitu putik dan benangsari. 1. Bagian-bagian Bunga Meskipun bentuk

Lebih terperinci

Jurnal Praktikum Phanerogamae Laboratorium Anatomi dan Sistematika Tumbuhan Semester IV. TA.2015/

Jurnal Praktikum Phanerogamae Laboratorium Anatomi dan Sistematika Tumbuhan Semester IV. TA.2015/ Mengenal ciri-ciri dan sifat umum pada kelompok Alismatales, Bromeliales dan Commeliales. dan Alismataceae, Bromeliaceae,Commeliaceae dan Pontederiaceae. DESY NITA AMALIA 1307025034 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI

KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN KELAS IV SEMESTER 1 TUMBUHAN PENYUSUN : THERESIA DWI KURNIAWATI Daftar Isi.. 1 Kata Pengantar.. 2 Standar Kompetensi. 3 Indikator Pembelajaran... 4 Tujuan Pembelajaran. 4 Bagian-bagian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Program Studi Jenjang Semester Jumlah SKS Mata Kuliah prasyarat Dosen : Morfologi Tumbuhan : BIO : Pendidikan Biologi/Biologi N.K : S1 : Ganjil/Genap

Lebih terperinci

TUMBUHAN PINUS. Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut :

TUMBUHAN PINUS. Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut : TUMBUHAN PINUS Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut : -Kerajaan : Plantae - Divisi : Spermatophyta - Anak Divisi : Gymnospermae - Kelas : Coniferae atau Coniferinae -

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Konsep Perkembangbiakan Generatif Pada Tumbuhan. jantan dan alat kelamin betina. Baik tumbuhan ataupun hewan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Konsep Perkembangbiakan Generatif Pada Tumbuhan. jantan dan alat kelamin betina. Baik tumbuhan ataupun hewan dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Perkembangbiakan Generatif Pada Tumbuhan 1. Pengertian Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pembiakan generatif (reproduksi generatif) adalah perkembangbiakan tumbuhan

Lebih terperinci

Perbedaan antara ordo

Perbedaan antara ordo Perbedaan antara ordo Ordo Geraniales Bakal biji tenggelam dengan raphe ventral dan microphyle ke atas, atau tegak dengan raphe dorsal dan microphyle ke bawah Ordo Sapindales Bakal biji menggantung dengan

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Biji

Struktur Anatomi Biji Struktur Anatomi Biji BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Mempunyai biji merupakan salah satu ciri tumbuhan spermatophyta. Bagi tumbuhan

Lebih terperinci

BAB VIII BAGIAN TUBUH TANAMAN

BAB VIII BAGIAN TUBUH TANAMAN BAB VIII BAGIAN TUBUH TANAMAN Pada dasarnya tubuh tumbuh-tumbuhan tersusun atas 3 bagian pokok, yaitu akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

KARAKTERISTIKA SUBCLASSIS HAMMAMELIDAE

KARAKTERISTIKA SUBCLASSIS HAMMAMELIDAE BAHAN AJAR BOTANI PHANEROGAMAE MAGNOLIOPHYTA SUBCLASS HAMMAMELLIDAE SUBCLASSIS II HAMMAMELIDAE KARAKTERISTIKA SUBCLASSIS HAMMAMELIDAE - HABITUS : BERKAYU ATAU HERBA - JARINGAN PEMBULUH DENGAN SCALARIFORM

Lebih terperinci

BAGAN DUDUK DAUN DAN ANATOMI DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 ACICE (H ) HASTUTI (H411122) ANDI SITTI RAHMA (H411122)

BAGAN DUDUK DAUN DAN ANATOMI DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 ACICE (H ) HASTUTI (H411122) ANDI SITTI RAHMA (H411122) STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN BAGAN DUDUK DAUN DAN ANATOMI DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 ACICE (H41112012) HASTUTI (H411122) ANDI SITTI RAHMA (H411122) ABDI KHALIK DJ (H41112252)

Lebih terperinci

BAB VIII DUNIA TUMBUHAN

BAB VIII DUNIA TUMBUHAN BAB VIII DUNIA TUMBUHAN PENDAHULUAN CIRI-CIRI TUMBUHAN = 1. Memiliki akar, batang, dan daun. 2. Eukariotik, Multiseluler. 3. Dinding sel Selulosa (keras dan kaku) 4. Autotrof Fotosintesis (kloroplas) 5.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA

BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA BAHAN AJAR DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: IR. SUPRIYANTA, MP. JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2004 Topik 1 Pendahuluan Dalam bidang biologi, kita mengenal suatu organisme

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 3. JARINGAN DEWASA

POKOK BAHASAN 3. JARINGAN DEWASA POKOK BAHASAN 3. JARINGAN DEWASA 3.1 Pendahuluan Sel-sel yang menyusun jaringan dewasa merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel meristem. Set-sel meristem setelah membelah mengalami pendewasaan yaitu

Lebih terperinci

4.5 KONSEP PEMBIAKAN PADA TUMBUHAN

4.5 KONSEP PEMBIAKAN PADA TUMBUHAN nota disiapkan oleh : Nur Izzati Abd Shukor 4.5 KONSEP PEMBIAKAN PADA TUMBUHAN PEMBIAKAN TUMBUHAN - ASEKS o anak yang dihasilkan tiada variasi o anak seiras dengan induk o boleh menghasilkan anak yang

Lebih terperinci

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,

Lebih terperinci

PREPARAT POLEN (METODE ASETOLISIS)

PREPARAT POLEN (METODE ASETOLISIS) PREPARAT POLEN (METODE ASETOLISIS) Oleh : Andriani Diah Irianti Linda Anita Tristiani Nur Ngafifah Yuniana Riska Khasanati Firza Thenia Nur Ulfah Khasanah B1J012011 B1J012021 B1J012025 B1J012049 B1J012191

Lebih terperinci

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA PRAKTIKUM VI Topik : Epidermis dan Derivatnya Tujuan : Untuk mengamati bentuk-bentuk epidermis, trikoma dan stoma Hari/Tanggal : Kamis, 16 April 2011 Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN JARINGAN MERISTEM STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN Adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu terus-menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. CIRI-CIRI : 1.Dinding

Lebih terperinci

Gambar 2. Meristem apeks pucuk pada Coleus

Gambar 2. Meristem apeks pucuk pada Coleus JARINGAN MERISTEM Pada awal perkembangan tumbuhan, seluruh sel memiliki kemampuan membelah, pada tahap selanjutnya pembelahan sel terjadi hanya di bagian-bagian tertentu. Jaringan yang masih memiliki kemampuan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 7. ORGAN BATANG. Organ yang paling penting pada tumbuhan adalah batang, akar, daun, buga dan buah yang di dalamnya terdapat biji.

POKOK BAHASAN 7. ORGAN BATANG. Organ yang paling penting pada tumbuhan adalah batang, akar, daun, buga dan buah yang di dalamnya terdapat biji. POKOK BAHASAN 7. ORGAN BATANG Organ yang paling penting pada tumbuhan adalah batang, akar, daun, buga dan buah yang di dalamnya terdapat biji. 7.1 Struktur Umum Batang Batang merupakan bagian tumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan. Pertemuan : Minggu ke 13 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Perkembangan buah dan biji Sub pokok bahasan : 1. Terbentuknya biji 2. Perkembangan buah 3. Perkecambahan biji 4. Penuaan dan kematian

Lebih terperinci

DUNIA TUMBUHAN. - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik

DUNIA TUMBUHAN. - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik DUNIA TUMBUHAN Ciri-ciri tumbuhan : - Eukariot(dapat membuat makan sendiri), Multiseluler, dan Fotosintetik - Beradaptasi terhadap lingkungan darat - Mempunyai pergiliran keturunan : - Generasi saprofit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA 1 STRUKTUR BUAH

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA 1 STRUKTUR BUAH LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA 1 STRUKTUR BUAH NAMA NPM :Siska Anggraeny : E1J012034 Shift : Selasa (10:00-11:00) LABORATORIUM AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

STRUKTUR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

STRUKTUR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN L/O/G/O STRUKTUR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Oleh : Syubbanul Wathon, S.Si., M.S.i PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2016) Struktur & Perkembangan STRUKTUR BANGUNAN/ SUSUNAN PERKEMBANGAN BERUBAH

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 Jaringan Pada Akar

Kegiatan Belajar 2 Jaringan Pada Akar Kegiatan Belajar 2 Jaringan Pada Akar Dikembangkan oleh: Wiwit Febriani Dr. Hadi Suwono, M.Si Dra. Sunarmi, M.Pd Jurusan Biologi FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG April 2013 Modul Jaringan Tumbuhan untuk

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan masalah C. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Funaria merupakan salah satu marga dari kelas bryopsida yang merupakan kelas yang paling besar dan paling tinggi tingkatan perkembangannya diantara ketiga kelas briopyta.

Lebih terperinci

Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil

Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil JARINGAN TUMBUHAN Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil TUMBUHAN Organ Vegetatif : Akar, Batang, Daun Organ Generatif : Bunga, Buah, Biji Tersusun atas jaringan Sistem Jaringan Atas dasar tingkat perkembangan

Lebih terperinci

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta)

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah

Lebih terperinci

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan 1. Jaringan Tumbuhan a. Jaringan Meristem (Embrional) Kumpulan sel muda yang terus membelah menghasilkan jaringan

Lebih terperinci

vii Tinjauan Mata Kuliah

vii Tinjauan Mata Kuliah vii Tinjauan Mata Kuliah M ata kuliah Praktikum Struktur Tumbuhan (BIOL 4440) dilakukan agar Anda dapat memahami lebih lanjut materi dari mata kuliah Struktur Tumbuhan (BIOL4117), baik morfologi (struktur

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB X REPRODUKSI PADA TUMBUHAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB X REPRODUKSI PADA TUMBUHAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB X REPRODUKSI PADA TUMBUHAN Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.Si. Dr. Ning Setiati, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Anatomi Batang Patah Tulang Pengamatan anatomi secara mikroskopis pada tanaman patah tulang dilakukan untuk melihat susunan sel penyusun organ tanaman.

Lebih terperinci

REPRODUKSI REPRODUKSI SEKSUAL REPRODUKSI ASEKSUAL

REPRODUKSI REPRODUKSI SEKSUAL REPRODUKSI ASEKSUAL REPRODUKSI Proses suatu individu menghasilkan keturunan sejenis mempertahankan jenisnya Utk keberlangsungan kehidupan REPRODUKSI ASEKSUAL REPRODUKSI SEKSUAL Reproduksi Aseksual Bentuk reproduksi tanpa

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB VIII STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB VIII STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB VIII STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.Si. Dr. Ning Setiati, M.Si. KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAB I PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup? Apa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan? Apakah metamorfosisi itu? Apakah

Lebih terperinci

: kemampuan organisme untuk menghasilkan kembali individu baru

: kemampuan organisme untuk menghasilkan kembali individu baru Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Reproduksi Tumbuhan Biji

Lebih terperinci

EMBRIOGENESIS IN VIVO PADA BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) DAN PENGARUH ASAM ABSISAT TERHADAP PERKEMBANGAN IN VITRO BAKAL EMBRIO

EMBRIOGENESIS IN VIVO PADA BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) DAN PENGARUH ASAM ABSISAT TERHADAP PERKEMBANGAN IN VITRO BAKAL EMBRIO EMBRIOGENESIS IN VIVO PADA BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) DAN PENGARUH ASAM ABSISAT TERHADAP PERKEMBANGAN IN VITRO BAKAL EMBRIO Oleh MASDIANA A. Amin NIM : 31193001 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2000 EMBRIOGENESIS

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERKEMBANGAN TUMBUHAN STRUKTUR MORFOLOGI BUNGA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERKEMBANGAN TUMBUHAN STRUKTUR MORFOLOGI BUNGA LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERKEMBANGAN TUMBUHAN STRUKTUR MORFOLOGI BUNGA Disusun Oleh: Dwi Indah Prawesti (13308141002) Lisne Irawati (133081410 ) Mesa Septiani W (133081410 ) Wiwit Nur Hidayah (13308141006)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini secara umum merupakan jenis labu-labuan dengan anggota sekitar 120 genus

BAB I PENDAHULUAN. ini secara umum merupakan jenis labu-labuan dengan anggota sekitar 120 genus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Famili Cucurbitaceae merupakan salah satu anggota tumbuhan menjalar yang memiliki peran penting terutama dalam tumbuhan sayur. Anggota famili ini secara umum merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Struktur Bunga, Bagian-bagian Bunga, dan Modifikasinya

Struktur Bunga, Bagian-bagian Bunga, dan Modifikasinya Modul 1 Struktur Bunga, Bagian-bagian Bunga, dan Modifikasinya Dr. Trimurti H. Wardhini Dr. Iriawati M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas tentang struktur bunga, bagian-bagiannya, serta modifikasi bunga yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.6. Gamet haploid. Gamet diploid. Spora. Hifa

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.6. Gamet haploid. Gamet diploid. Spora. Hifa SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.6 1. Pada metagenesis terjadi pergiliran keturunan antara fase gametofit dan fase sporofit. Fase sporofit adalah fase yang menghasilkan...

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN I. BRYOPHYTA Pendahuluan, Gametofit, dan Gametogenesis

POKOK BAHASAN I. BRYOPHYTA Pendahuluan, Gametofit, dan Gametogenesis POKOK BAHASAN I. BRYOPHYTA Pendahuluan, Gametofit, dan Gametogenesis Pendahuluan Menurut Oxford Dictionary (1728) suatu embrio didefinisikan sebagai suatu turunan dan hewan sebelum saat kelahiran, atau

Lebih terperinci

BOTANI UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA

BOTANI UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA BOTANI UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Referensi MORFOLOGI BUNGA ALAT PERKEMBANGBIAKAN (organum reproductivum) Bagian tubuh tumbuhan yang kemudian dapat tumbuh menjadi individu baru alat perkembangbiakan

Lebih terperinci

JARINGAN PEMBULUH PADA TUMBUHAN

JARINGAN PEMBULUH PADA TUMBUHAN JARINGAN PEMBULUH PADA TUMBUHAN Jaringan pembuluh pada tumbuhan terdiri dari xilem yang merupakan jaringan pengangkut air dan floem sebagai jaringan penangkut bahan organik (bahan makanan). Xilem dan floem

Lebih terperinci

Lumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati

Lumut/Bryophyta. Alat perkembangbiakan lumut hati Lumut/Bryophyta 1. Ciri-ciri dan sifat lumut Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan yang hidup di air. Padahal

Lebih terperinci

PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)

PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku) PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku) Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang

Lebih terperinci

: Struktur dan Perkembangan Tumbuhan/ BlO 2061

: Struktur dan Perkembangan Tumbuhan/ BlO 2061 Nama Matakuliah Kode/SKS Prasyarat Status Matakuliah : Anatomi Tumbuhan : B10327/ 3SKS : Struktur dan Perkembangan Tumbuhan/ BlO 2061 : Pilihan Deskripsi Singkat Matakuliah : Anatomi tumbuhan merupakan

Lebih terperinci

BIOLOGI UMUM (MIP612112)

BIOLOGI UMUM (MIP612112) BIOLOGI UMUM (MIP612112) Priyambodo, M.Sc. overview 1. Pengertian jaringan 2. Jenis jaringan tumbuhan a. Berdasarkan penyusunnya Jaringan sederhana Jaringan kompleks b. Berdasarkan tingkat perkembangannya

Lebih terperinci

EMBRIOLOGI Pinanga coronata (BL.Ex.Mart) Bl. MEGASPORANGIUM, MAGASPOROGENESIS, DAN MEGAGAMETOGENESIS

EMBRIOLOGI Pinanga coronata (BL.Ex.Mart) Bl. MEGASPORANGIUM, MAGASPOROGENESIS, DAN MEGAGAMETOGENESIS Embriologi Pinanga coronata BL.Ex.Mart (Tanta, dkk.) EMBRIOLOGI Pinanga coronata (BL.Ex.Mart) Bl. MEGASPORANGIUM, MAGASPOROGENESIS, DAN MEGAGAMETOGENESIS Tanta 1, Janviter Manalu 2, dan Tiurlina Siregar

Lebih terperinci

MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI

MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Antiklinal adalah tahapan pembelahan

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

PEMBELAHAN SEL. Tujuan Pembelajaran. Kata Kunci

PEMBELAHAN SEL. Tujuan Pembelajaran. Kata Kunci 4 PEMBELAHAN SEL Tujuan Pembelajaran Pada bab ini Anda akan mempelajari materi tentang pembelahan sel. Dengan mempelajari materi ini, diharapkan Anda mengetahui dan memahami proses yang terjadi pada pembelahan

Lebih terperinci

TES (ASPEK KOGNITIF)

TES (ASPEK KOGNITIF) TES (ASPEK KOGNITIF) 1. Berdasarkan pernyataan di bawah ini manakah yang bukan merupakan karakteristik pada semua tumbuhan berbunga? a. fertilisasi ganda b. adanya scutellum c. embrio tumbuhan dilindungi

Lebih terperinci

Peta Konsep. Kata Kunci. xilem korteks floem parenkim epidermis hama dan penyakit. 100 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Struktur akar. Struktur dan fungsi akar

Peta Konsep. Kata Kunci. xilem korteks floem parenkim epidermis hama dan penyakit. 100 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Struktur akar. Struktur dan fungsi akar Peta Konsep Struktur dan fungsi akar Struktur akar Jalannya air pada tumbuhan Fungsi akar Struktur dan Fungsi Organ pada Tumbuhan Struktur dan fungsi batang Struktur batang Fungsi batang Peranan pembuluh

Lebih terperinci

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi

Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Pembelahan Sel Muhammad Ridha Alfarabi Istiqlal, SP MSi Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan mitosis dan meiosis pada tanaman Sub Pokok Bahasan :

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci