RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH"

Transkripsi

1 RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : DEASY RISKY HANDANI PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2015 i

2 RESPON PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KELUARGA BERENCANA GRATIS DI KELURAHAN DWIKORA KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : DEASY RISKY HANDANI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Gelar Ahli Madya Kebidanan di Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2015 ii

3 iii

4 iv

5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA DIRI Nama : Deasy Risky Handani Tempat Tanggal Lahir : Medan, 22 Desember 1994 Agama Alamat Nama Ayah Nama Ibu Anak Ke : 1 : Islam : Jalan Budi Luhur Gg. Melati No. 1B kec. Medan Helvetia Kel. Dwikora : Soesilo handoyo : Usri Khairani PENDIDIKAN Tahun : SD IKAL Medan Tahun : SMP Negeri 16 Medan Tahun : SMA KARTIKA I-2 Medan Tahun : Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia v

6 PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 Deasy Risky Handani Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015 viii + 45 halaman + 4 tabel + 6 lampiran ABSTRAK Respon adalah persepsi, sikap, ataupun tindakan terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia tahun. KB Gratis adalah salah satu program BKKBN dalam memberikan pelayanan KB tanpa dipungut biaya apapun. Faktorfaktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia. Metode penelitian ini bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah 544 PUS di wilayah Kelurahan Dwikora. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 adalah persepsi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 46 responden (86,2%), Sikap PUS Tentang KB Gratis mayoritas negatif sebanyak 47 responden (87,0%), partisipasi PUS Tentang KB Gratis di Kelurahan Dwikora mayoritas negatif sebanyak 50 responden (92,6%).Kesimpulan dari penelitian Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2015 adalah negatif. Saran dari penelitian ini adalah Menyarankan PUS terutama kepada istri agar lebih meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya ber KB dan meningkatkan pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang dilakukan petugas KB. Kata Kunci : Respon, Pasangan Usia Subur, KB vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat ALLAH Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun Salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi D-III Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia 3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB Selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia 4. Agnes Purba, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia vii

8 5. Kesaktian Manurung, SST, M.Biomed, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Masriati Panjaitan M.Kes, selaku dosen Penguji 1 yang selalu memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyusuanan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Elsarika Damanik M.Kes, selaku dosen penguji II yang selalu memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Seluruh Staff dan Dosen Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 9. Irfan Abdilla S.STP selaku Lurah di Kelurahan Dwikora Medan Helvetia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Kelurahan Dwikora. 10. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Rekan-rekan yang memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari dengan segala keterbatasan penulis, Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan bahasa maupun dalam penyusunan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah. viii

9 Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat. Medan, Juli 2015 Penulis (Deasy Risky Handani) ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Respon Pasangan Usia Subur (PUS) Program Keluaga Berencana Sejarah dan Perkembangan Program KB Pengertian KB Tujuan Program KB Kontrasepsi Pengertian Kontrasepsi Jenis dan Metode Kontrasepsi Akseptor KB Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB Faktor Budaya Keluarga Kecil Bahagia dan Sejara Penyuluhan Dalam Program KB Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Teknik Pengumpulan Data i ii v vii viii x

11 3.5. Defenisi Operasional Aspek Pengukuran Pengolahan Data Analisa Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Hasil Penelitian Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun Distributor Frekuensi Persepsi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun Distributor Frekuensi Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun Distributor Frekuensi Partisipasi Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner Lampiran 2 : Master Data Lampiran 3 : Output SPSS Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Pendidikan Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Dari Kantor Lurah Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian Dari Kantor Lurah xiii

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama. Hingga saat ini telah dilakukan berbagai usaha untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, terutama melalui pengendalian angka kelahiran atau fertilitas. Upaya penurunan angka kelahiran ini dilakukan dengan cara pemakaian kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur. Dengan pemakaian kontrasepsi oleh pasangan usia subur yang semakin memasyarakat diharapkan semakin banyak kehamilan dan kelahiran yang dapat dicegah, yang kemudian akan menurunkan angka kelahiran atau fertilitas (BKKBN, 2005). Tingkat kelahiran kasar (crude growth rate) dan tingkat kematian kasar (crude death rate) masing-masing menunjukkan jumlah kelahiran hidup dan jumlah kematian per penduduk per tahun, dengan demikian ada empat kemungkinan dari dua variabel ini, yaitu (1) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian tinggi, (2) tingkat kelahiran tinggi dan tingkat kematian rendah, (3) tingkat kelahiran rendah dan tingkat kematian rendah, (4) tigkat kelahiran rendah dan tingkat kematian tinggi. Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan keempat merupakan kombinasi yang paling membahayakan. (Sulistyawati, 2012)

15 2 Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi masalah besar di Indonesia. Untuk menangani hal tersebut maka terus dilakukan penanganan yaitu dengan program program Keluarga Berencana guna menurunkan laju pertumbuhan penduduk. (BKKBN, 2010) Banyak masalah yang dihadapi sebagai dampak pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Manusia sadar akan bahaya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali sehingga gagasan pelaksanaan keluarga berencana telah dipikirkan. (Manuaba, 2011). Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah merupakan beban bagi negara. Apabila tidak diambil langkah-langkah pencegahan, akan terjadi berbagai masalah kesejahteraan penduduk oleh adanya perubahan demografis yang seringkali tidak dirasakan. Masalah-masalah kesejahteraan tersebut menimbulkan berbagai keadaan, antara lain: bagaimana menyebarkan penduduk sehingga tercipta penduduk yang serasi untuk seluruh Indonesia, selanjutnya adalah bagaimana mengusahakan penurunan angka kelahiran sehingga perkembangan kependudukan dapat diawasi dengan seksama. Masalah tingginya angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan suatu program pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB ini mengubah paradigma masyarakat selama ini bahwa dalam sebuah keluarga harus ada anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti sejalan dengan slogan KB bahwa dalam satu keluarga dua anak lebih baik, laki-laki maupun perempuan sama saja.

16 3 Tahun 2010 jumlah penduduk dunia telah mencapai sekitar 6 miliar jiwa dan jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke empat dunia yaitu 242 juta jiwa. Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6 anak per wanita. Jumlah penduduk Indonesia setiap saat mengalami peningkatan, padahal pemerintah telah berupaya untuk menargetkan idealnya 2,1 anak per wanita. Meski begitu, masih ada saja dari keluarga Indonesia yang senang mempunyai anak banyak (BKKBN, 2009). Bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, cenderung masih sangat mempercayai mitos-mitos terdahulu. Misalnya, banyak anak akan banyak rezeki. Banyak anak akan banyak kegembiraan di hari tua (jika semua anaknya bisa bergantian membahagiakannya). Bagi masyarakat kita, yang cenderung dinamis dalam bidang ekonomi dan sosial, atau makin meningkat kemakmuran hidupnya, jumlah anak sering dianggap bukan masalah yang memberatkan. Dalam hal ini, target program KB dengan semboyan "dua anak lebih baik" sering dianggap sebagai usang yang mungkin cuma cocok bagi masyarakat statis yang hidup dalam garis kemiskinan (BKKBN, 2010). Program KB ini mempunyai visi NKKBS dan telah dirubah menjadi keluarga berkualitas tahun Sehingga melalui program KB ini dapat dilakukan penilaian pelayanan KB yang berkualitas dengan mengikut sertakan menitikberatkan pada strategi agar pelayanan lebih mudah diperoleh dan peserta diterima oleh berbagai pasangan usia subur sehingga pasangan usia subur tertarik menjadi akseptor KB (Sarwono, 2005).

17 4 Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak pasangan usia subur yang masih belum menjadi peserta KB. (BKKBN, 2010). Indonesia pada tahun 2012 tercatat jumlah peserta KB aktif dari juta jiwa, dengan jumlah PUS juta jiwa dan WUS juta jiwa. Dari peserta KB aktif, pengguna KB Suntik (54,35%), peserta Pil (28,65%), peserta IUD (5,44%), peserta Kondom (5,34%), peserta Implant (4,99%), peserta MOW (1,04%), dan peserta MOP (0,2%). (BKKBN, 2012) Data kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2013 sebanyak PUS (Pasangan Usia Subur) memperlihatkan proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntikan (48,56%), pil (26,60%), implan (9,23%), Intra Uterine Device (IUD) (7,75%), Kondom (6,09%), Metode Operasi Wanita (MOW) (1,52%), Metode Operasi Pria (MOP) (0,25%). (BKKBN, 2013) Sumatra Utara pada tahun 2012 sebanyak Pasangan Usia Subur (PUS), tercatat IUD (7,2%), peserta MOP (0,4%), peserta Implant (7,2%), peserta suntik (22,2%), peserta pil (21,1%), peserta kondom (5,0%). (Statistik Rutin BKKBN, 2012). Sumatra Utara tahun 2013 sebanyak Pasangan Usia Subur (PUS), tercatat peserta IUD (7,38%), peserta MOW (5,1%), peserta MOP (0,5%), peserta kondom (5,2%), peserta implant (7,8%),

18 peserta suntikan (22,8%), peserta pil (20,8%), total peserta KB aktif (69,55%). (Statistik Rutin BKKBN, 2013). Data yang diperoleh dari Kecamatan Medan Helvetia 2013, berdasarkan data yang diperoleh sebanyak Pasangan Usia Subur (PUS) dan Wanita Usia Subur (WUS), peserta IUD, peserta MOW, 358 peserta MOP, peserta implant, peserta suntik, peserta pil. Dan peserta kondom. (Kecamatan Helvetia, 2013). Program KB gratis akan mendorong masyarakat usia subur (terutama penduduk miskin) dengan sukarela datang ke bidan atau puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu faktor keengganan masyarakat untuk ikut serta dalam program KB adalah karena mahalnya biaya program ini. Jadi, dengan diadakannya pelayanan KB gratis diharapkan kedepannya dapat lebih menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang berkualitas, sebagaimana sesuai dengan visi dan misi BKKBN yaitu mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Berdasarkan pengamatan oleh PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) Kelurahan Dwikora, selama ini penduduk khususnya PUS memberikan respon yang positif terhadap program KB. Terbukti bahwa beberapa tahun terakhir selalu terjadi peningkatan jumlah peserta program KB, khususnya KB gratis. Namun di samping itu juga terdapat beberapa PUS yang enggan mengikuti program KB ini. Penulis tertarik meneliti bagaimana respon masyarakat khususnya para PUS terhadap pelayanan program KB gratis yang diberikan oleh pemerintah di

19 6 Kelurahan Dwikora. Maka penulis menyusun penelitian ini dengan judul Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia Kota Madya Medan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana Respon Pasangan Usia Subur Tentang Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Dwikora Kecamatan Helvetia Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu dan aspek guna laksana: 1. Bagi Pasangan Usia Subur Meningkatkan pengetahuan akan pentingnya KB untuk mencapai kehidupan yang sejahtera. 2. Bagi Pelayan Kesehatan Bagi dinas dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pembuatan program untuk mencari solusi dalam upaya penekanan jumlah penduduk, dan upaya pembentukan keluarga sejahtera dan berkualitas.

20 7 3. Bagi Penulis Untuk meningkatkan pengetahuan dan sebagai sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan khususnya tentang respon pasangan usia subur tentang KB gratis. 4. Bagi Penulis lain Sebagai salah satu informasi bagi penulis lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di bidang Kesehatan, khususnya mengenai program KB.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Respon Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jadi, proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Salah satu faktor yang penting untuk menilai apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan cukup berhasil atau bahkan gagal, akan ditunjukkan oleh bagaimana tanggapan masyarakat yang menjadi target atau sasaran dari program-program pembangunan tersebut. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu: 1. Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut. 2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan. 3. Tindakan, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut.

22 9 Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. 2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan kenyamanan seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu. 3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. (Hasanismailr, 2009) Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner disebut teori S-O-R atau Stimulus- Organisme-Respon. Skiner membedakan adanya dua proses: 1. Respondent Response, atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2. Operant Response, atau instrumental response, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu. Stimulus ini disebut

23 10 reinforcing stimulation atau reinforce. Misalnya, apabila seseorang selalu ikut serta secara aktif dalam program KB, kemudian mendapatkan penghargaan dari pemerintah, maka orang akan lebih aktif lagi dalam mengikuti program KB tersebut. Dalam merespon stimulus, tidak terlepas dari subjek dan objeknya. Subjek merupakan seseorang atau sekelompok orang yang merespon, sedangkan objek merupakan stimulus atau yang akan direspon. Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah PUS, sedangkan yang menjadi objeknya adalah program KB gratis Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15 49, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur tahun, kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).

24 Program Keluarga Berencana Sejarah Dan Perkembangan Program Keluarga Berencana Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu antara lain Maria Stopes pada tahun yang mengatur kehamilan kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger ( ) merupakan pelopor KB modern di AS yang telah mengembangkan tentang Program Birth Control, bermula pada tahun 1917 mendirikan National Birth Control (NBC). Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya International planned parenthood federation (IPPF) dan sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di Indonesia, yaitu Dr Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Sedangkan di DKI Jakarta mulai dirintis dibagian kebidanan dan kandungan FKUI/RSCM oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo. Pada tanggal 23 Desember 1957 PKBI diresmikan oleh dr.r.soeharto sebagai ketua. Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB yang ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilandasi oleh Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga sejahtera. Pada tanggal 29 juni 1994 Presiden Soeharto mencanangkan gerakan

25 12 pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga (Suratun, 2008) Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu yaitu dengan: a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan b. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan c. Mengatur interval di antara kelahiran d. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, dan e. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004) Tujuan Program KB Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan Pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai. Tujuan utama program KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.

26 Kontrasepsi Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau melawan dan Konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan Jenis dan Metode kontrasepsi Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal. Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain: A. Metode sederhana 1. Tanpa alat a. Pantang berkala b. Metode kalender c. Metode suhu badan basal d. Metode lendir serviks e. Metode simpto-termal f. Coitus interruptus

27 14 2. Dengan alat a. Mekanis (barrier) 1. Kondom pria 2. Barier intra vaginal antara lain: diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita. b. Kimiawi 1. Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet dan vaginal soluble film. B. Metode modern 1. Kontrasepsi hormonal a. Pil KB b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra Uterine Devices) c. Suntikan KB d. Susuk KB 2. Kontrasepsi mantap a. Medis Operatif Pria (MOP) b. Medis Operatif Wanita (MOW) Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi: 1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP dan MOW.

28 15 2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP. 1. Pil KB Pil KB biasanya megandung Estrogen dan Progesteron. Cara kerja pil KB adalah dengan cara menggantikan produksi normal Estrogen dan Progesteron dan menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan relesing faktor yang dihasilkan otak Wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan dengan tepat. Sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99% atau 0,1 5 kehamilan per 100. Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7-7%. Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain: 1. Keuntungan pil KB: a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama c. Reversibilitas tinggi d. Efek samping sedikit e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang terlatih f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain.

29 16 2. Kerugian pil KB: a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap hari b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual 2. Kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya mengandung Progestin dan diberikan tiap 3 bulan. Cara kerja kontrasepsi suntik yaitu dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lerndir serviks, dan menghambat perkembangan etapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu mencapai 0,7-7%. Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain: 1. Keuntungan pil KB: a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama c. Reversibilitas tinggi d. Efek samping sedikit e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat diberikan oleh petugas non medis yang terlatih f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain.

30 17 2. Kerugian pil KB: a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap hari b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual 3. Susuk/implant Kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant. Susuk adalah kontrasepsi sub-dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya. Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan tetapi mungkin sama seperti metode lain yang hanya mengandung Progestin. Norplant memiliki efek mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghambat perkembangan siklis endometrium. Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai 0,05-1 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan Norplant <1 kehamilan per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan metode barier, pil KB, dan IUD. Keuntungan dan kerugian Norplant antara lain: 1. Keuntungan Norplant: a. Norplant merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif b. Tidak merepotkan dan tidak mengganggu senggama

31 18 c. Resiko untuk lupa lebih kecil dibandingkan pil KB dan suntikan karena Norplant dipasang tiap 5 tahun d. Mudah diangkat dan segera setelah diangkat kesuburan akseptor akan kembali e. Pemasangan dapat dilakukan oleh petugas non medis yang terlatih f. Dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen karena Norplant tidak mengandung Estrogen g. Lebih efektif secara biaya karena walaupun harganya mahal tetapi masa pemakaiannya mencapai 5 tahun. 2. Kerugian Norplant: a. Efektivitas dapat berkurang bila digunakan bersama obat-obatan tertentu b. Merubah siklus haid dan meningkatkan berat badan c. Tergantung pada petugas d. Tidak melindungi dari resiko tertularnya PMS 4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau IUD (Intra Uterine Devices) AKDR adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau paramedis lain yang terlatih. Mekanisme kerja AKDR belum diketahui tetapi kemungkinan AKDR menyebabkan perubahan-perubahan seperti munculnya sel-sel radang yang menghancurkan blastokis atau spermatozoa, meningkatkan produksi prostaglandin sehingga implantasi terhambat, serta bertambah cepatnya pergerakan ovum di tuba falopii. Efektivitas IUD mencapai 0,6 0,8 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaannya. Angka kegagalan IUD 1 3

32 19 kehamilan per 100 wanita per tahun. Keuntungan dan kerugian pemakaian AKDR antara lain: 1. Keuntungan AKDR: a. Efektivitas tinggi b. Dapat memberikan perlindungan jangka panjang sampai dengan 10 tahun c. Tidak mengganggu hubungan seksual d. Efek samping akibat Estrogen dapat dikurangi karena AKDR hanya mengandung Progestin e. Tidak ada kemungkinan gagal karena kesalahan akseptor KB f. Reversibel g. Dapat disediakan oleh petugan non medis terlatih h. Akseptor hanya kembali ke klinik bila muncul keluhan 2. Kerugian AKDR: a. Perlunya pemeriksaan pelvis dan penapisan PMS sebelum pemasangan b. Butuh pemerikasaan benang setelah periode menstruasi jika terjadi kram bercak atau nyeri c. Akseptor tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun ia mau 5. Metode Operatif Pria (MOP) MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor yang aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi relatif singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. MOP dilakukan dengan cara memotong vas deferens sehingga sperma tidak dapat mencapai air mani dan air mani yang dikeluarkan tidak

33 20 mengandung sperma. Efektivitas sangat tinggi mencapai 0,1 0,15 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan <1 kehamilan per 100 wanita. Keuntungan dan kerugian MOP antara lain: 1. Keuntungan MOP: a. Sangat efektif b. Tidak mengganggu senggama c. Tidak ada perubahan fungsi seksual d. Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan membahayakan jiwanya 2. Kerugian MOP: a. Permanen dan kesuburan tidak dapat kembali normal b. Efek tertunda sampai 3 bulan atau 20 kali ejakulasi c. Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi d. Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih e. Tidak memberi perlindungan terhadap PMS 6. Metode Operatif Wanita (MOW) MOW adalah tindakan operasi minor untuk mengikat atau memotong kedua tuba falopii sehingga ovum dari overium tidak akan mencapai uterus dan tidak akan bertemu dengan spermatozoa. Efektivitas MOW sekitar 0,5 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian, sedikit lebih rendah dibandingkan MOP. Keuntungan dan kerugian MOW antara lain:

34 21 1. Keuntungan MOW: a. Sangat efektif b. Segera efektif c. Permanen d. Tidak mengganggu senggama e. Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan membahayakan jiwanya f. Pembedahan sederhana dan hanya perlu anestesi lokal g. Tidak ada efek samping jangka panjang h. Tidak ada gangguan seksual 2. Kerugian MOW: a. Permanen b. Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan dan anestesi c. Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih d. Tidak memberi perlindungan terhadap PMS e. Meningkatkan resiko kehamilan ektopik (Sarwono, 2003). 2.5 Akseptor Keluarga Berencana A. Akseptor KB Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004).

35 22 B. DDQJenis-Jenis Akseptor KB 1. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. 2. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut turut dan bukan karena hamil. 3. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus. 4. Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus. 5. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus. 6. Akseptor drop out adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BkkbN, 2007).

36 23 C. Akseptor KB menurut sasarannya 1. Fase menunda kehamilan Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. 2. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan Periode usia istri antara tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan. 3. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi.

37 Faktor-faktor yang Memengaruhi PUS Menjadi Akseptor KB Faktor-faktor yang memengaruhi PUS menjadi akseptor KB adalah faktor pendidikan, faktor pengetahuan, faktor paritas dan faktor budaya (kepercayaan). Selain faktor-faktor di atas, ternyata pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan juga tergantung dari kebutuhan masing-masing akseptor. Kebutuhan akseptor tersebut disesuaikan dengan Masa Reproduksi Sehat. Masa Reproduksi Sehat wanita dibagi menjadi 3 periode yaitu: kurun reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda kehamilan, kurun reproduksi sehat (20-35 tahun) merupakan tahap untuk menjarangkan kehamilan dan kurun reproduksi tua (36-45) tahun merupakan tahap untuk mengakhiri kehamilan. (BkkbN, 2003) Faktor Budaya (Kepercayaan) Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta tingkat pendidikan dan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode. Oleh karena itu, agar program KB dapat berjalan dengan lancar diperlukan pendekatan secara menyeluruh termasuk pendekatan kepada tokoh masyarakat ataupun tokoh agama. Peran tokoh masyarakat dan agama dalam program KB sangat penting karena peserta KB memerlukan pegangan, pengayoman dan dukungan yang

38 25 kuat yang hanya dapat diberikan oleh tokoh masyarakat ataupun tokoh agama (BkkbN, 2010) Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera Keluarga adalah suatu lembaga dasar yang cenderung untuk tetap bertahan hidup melawan serangan-serangan yang sedang berlangsung dan masa datang. Pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap pengaruh negatif yang mengancam keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang paling utama dari masyarakat. Kualitas keluarga Indonesia pasca krisis ekonomi 1997 kondisinya makin memprihatinkan, baik dilihat dari besarnya jumlah keluarga miskin (Pra-Sejahera dan Keluarga Sejahtera I alasan ekonomi), maupun melemahnya ketahanan keluarga yang ditandai oleh tidak dapat dilaksanakannya fungsi-fungsi keluarga secara optimal. Program KB Gratis Program pelayanan KB gratis merupakan salah satu komitmen BKKBN dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tujuan pemerintah mengadakan program KB gratis adalah agar masyarakat PUS khususnya yang tergolong masyarakat Pra-Sejahtera dapat mengikuti program KB. Selama ini masyarakat enggan mengikuti program KB salah satu faktornya adalah biaya yang cukup mahal. Maka dari itu, pemerintah mengadakan program KB gratis setiap tahun sekali atau pada setiap perayaan hari-hari besar ke setiap tingkat kecamatan sampai pada tingkat kelurahan. Sehingga nantinya akan tercapai

39 26 terbentuknya keluarga kecil bahagia sejahtera, yaitu dengan mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa. Adapun sasaran dari program KB gratis adalah: 1. Keluarga Pra-Sejahtera, yaitu keluarga yang belum memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, sandang, pangan, kesehatan, dan KB. 2. Keluarga Sejahtera I, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. 3. Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi. 4. Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangannya secara teratur kepada masyarakat sekitarnya, misalnya dalam bentuk sumbangan materil dan keuangan, serta secara aktif menjadi pengurus lembaga sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungannya. (Hartanto, 2004; 21) Program pelayanan KB gratis yang diberikan pemerintah ini dilaksanakan pada perayaan hari-hari besar, antara lain : 1. Hari Bulan Bakti Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

40 27 Program Pelayanan KB gratis pada peringatan Hari Bulan Bakti IBI ini diberikan mulai bulan Januari sampai bulan Mei. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III). 2. Hari Bulan Bakti TNI Manunggal Program Pelayanan KB gratis pada peringatan hari bulan bakti TNI Manunggal ini diberikan mulai bulan Juni sampai bulan Oktober. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III). 3. Hari Bulan Bakti PKK Program Pelayanan KB gratis pada peringatan Hari Bulan Bakti PKK ini diberikan mulai bulan Oktober sampai bulan Desember. Adapun sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum (Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III). Dari ketiga Pelayanan KB gratis ini dapat disimpulkan bahwa sasaran utama dari pelayanan KB gratis ini adalah PUS yang tergolong dalam keluarga Pra- Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, dan tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III.

41 28 Alat kontrasepi yang disediakan antara lain pemberian berupa mini pil, suntikan, spiral, implant, Intra Uterine Devices (IUD) dan kondom. Semua diberikan secara gratis oleh pemerintah. Peserta KB hanya tinggal memilih jenis alat kontrasepsi apa yang diinginkan. Pelayanan KB gratis bisa didapat di puskesmas, posyandu, kantor kelurahan, atau bahkan bidan desa setempat Penyuluhan dalam Program KB Kenyataan yang dengan mudah terlihat sehari-hari bahwa pertumbuhan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang merupakan masalah yang di sadari harus dapat dipecahkan secara cepat, tetapi rasional. Pertambahan penduduk yang tidak terkendali memang sangat merupakan penghalang besar ke arah kemajuan dalam mengejar ketinggalan dalam kesejahteraan sosial, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat nasional. Memang benar bahwa pertambahan penduduk secara tidak terkendali mudah terjadi, baik karena tingkat kelahiran yang tinggi maupun karena tingkat kematian yang rendah, disamping angka harapan hidup yang lebih lama. Tingkat kematian yang rendah dan harapan hidup yang lama memang merupakan hal-hal yang diinginkan terjadi, maka sasaran dalam hal pengendalian pertambahan penduduk terutama ditujukan pada pembatasan jumlah anak dengan segala teknik dan metodenya. Dalam menyusun program pembangunan untuk sektor ini, nampaknya semakin disadari baik oleh para perencana dan penyusun program maupun oleh para pelaksananya di lapangan, bahwa mengendalikan penduduk melalui pembatasan kelahiran anak, tidak bisa dilihat dari teknik dan metodenya saja,

42 29 akan tetapi harus dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis yang bersumber dari nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat tertentu. Berdasarkan keadaan tersebut di atas, maka sangat diperlukan adanya upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menurunkan tingkat kelahiran, pembatasan jumlah anak, penjarangan kelahiran, dan lain sebagainya. Dalam hal ini sangat perlu dilakukan penyuluhan program KB, dimana dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut segala potensi-potensi yang ada dalam masyarakat wajib dilibatkan, baik itu instansi-instansi pemerintah, swasta, perkumpulan-perkumpulan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KIE merupakan salah satu tahapan yang tidak boleh ditinggalkan dalam memberikan pelayanan KB. KIE merupakan kunci dalam pelayanan KB. Tujuan KIE adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB, dan meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan. Bila sebelum krisis jumlah keluarga miskin di Indonesia hanya sekitar 11,5 juta keluarga, di tahun 2006 telah bertambah menjadi 24 juta keluarga. Selanjutnya berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2007 yang dilakukan oleh BKKBN menunjukkan bahwa 46,7% dari 57,7 juta keluarga di Indonesia berada dalam kondisi Pra-Sejahtera dan Kelurga Sejahtera I. Sedangkan dalam hitungan kuantitas, Badan

43 30 Pusat Statistik (BPS) di tahun 2008 lalu mencatat bahwa tidak kurang dari 35 juta penduduk indonesia di garis kemiskinan. (Mardiya, 2009) Dalam hal di atas berarti tugas berat terkait upaya pemberdayaan keluarga harus segera dituntaskan agar tidak menjadi beban pembangunan, mengingat dimensi kualitas selalu menjadi persoalan yang menggelayuti bangsa kita. Selain itu, di era globalisasi ini, keluarga-keluarga Indonesia mengalami tantangan yang sangat berat. Derasnya arus informasi dan budaya buruk dari luar seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan ketahanan keluarga mulai goyah. Bila kita mau merefleksi diri, dahulu keluarga merupakan lembaga yang ampuh sebagai wahana pembentukan dan pengembangan karakter, kepribadian, etika, moral dan sopan santun. Keluarga juga menjadi institusi pendidikan yang handal bagi setiap anggotanya dalam penanaman nilai-nilai sosial dan religi. Namun semenjak informasi dan budaya luar yang negatif mudah sekali diadopsi oleh para remaja yang notabene adalah anggota keluarga, maka keluarga tidak dapat lagi menjaga eksistensinya sebagai keluarga berketahanan yang mampu membendung pengaruh negatif dari luar. Buktinya sekarang ini banyak sekali peristiwa kenakalan remaja yang kelewat batas, tidak sekedar berperilaku buruk seperti merokok dan konsumsi minuman keras, tetapi sudah merambah pada perilaku premanisme, suka menipu, mencuri, merampok dan membunuh untuk memenuhi kepuasan sesaat. Belakangan, kasus penyalahgunaan narkoba dan perilaku seks bebas oleh anak dan remaja menjadi fenomena tersendiri yang sangat memprihatinkan. Ini masih

44 31 ditambah dengan kasus-kasus ketidakharmonisan keluarga saat ini, seperti tingginya angka perselingkuhan, perceraian, kekerasan terhadap anak dan perempuan, dan lain sebagainya. Atas dasar hal tersebut di atas, sangat tepat mana kala visi dan misi baru program KB dimunculkan. Dengan membangun keluarga kecil bahagia dan sejahtera, diharapkan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan insan berkualitas yang mampu mendukung pembangunan berkelanjutan dapat segera terwujud. Kedelapan fungsi keluarga yang dimaksud adalah: 1. Fungsi keagamaan 2. Fungsi sosial budaya 3. Fungsi cinta kasih 4. Fungsi melindungi 5. Fungsi reproduksi 6. Fungsi sosialisasai dan pendidikan 7. Fungsi ekonomi, dan 8. Fungsi pembinaan lingkungan Dalam operasionalisasinya di lapangan, pemerintah bersama segenap komponen masyarakat telah melakukan banyak hal dalam upaya mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program dan kegiatannya tidak hanya menyangkut pelayanan kontrasepsi yang notabene sasarannya PUS saja, tetapi menyangkut semua aspek kehidupan berkeluarga dengan sasaran seluruh anggota keluarga dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Bahkan bayi dalam kandungan pun telah menjadi bidang garapan KB.

45 32 Secara implisit, luas garapan KB yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat sekarang ini dapat terbaca dari pengertian KB menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang keberadaannya telah disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 16 April 1992 dan diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 35 Tahun 1992, TLN Dalam undang-undang tersebut KB diterjemahkan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (mardiya, 2009) Dalam pelaksanaannya, upaya yang dilakukan pemerintah tersebut masih banyak mengalami kendala-kendala. Misalnya, masih ada PUS yang tidak mau mengikuti program KB, alasannya antara lain karena apabila mengikuti program KB berarti harus membayar. Maka dari itu pemerintah saat ini membuat program KB gratis bagi PUS yang tergolong ke dalam Keluarga Pra-Sejahtera ataupun Keluarga Sejahtera I. Namun KB gratis ini juga tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III Kerangka Konsep Respon PUS PROGRAM KB GRATIS 1. Positif 2. Negative

46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan mengetahui respon pasangan usia subur tetang KB gratis di Kelurahan Dwikora Tahun Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Dwikora, Kecamatan Helvetia Medan. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kelurahan Dwikora merupakan salah satu kelurahan yang mendapatkan program pelayanan KB gratis dari pemerintah Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan Memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah 544 PUS di wilayah Kelurahan Dwikora.

47 Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jika jumlah sampel lebih dari 100, maka diambil sampelnya antara 10% -15% atau 20%- 25% dari jumlah populasi. Karena jumlah populasi di Kelurahan Dwikora sangat besar serta kemampuan peneliti yang terbatas, maka peneliti menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi, yaitu 10%x544 = 54,4 dibulatkan menjadi 54 PUS Teknik Pengumpulan Data Data Primer Data diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada Pasangan Usia Subur kemudian diberikan penjelasan kepada Pasangan Usia Subur bagaimana cara pengisian kuesionernya Data Sekunder Data ini mencakup data umum Pasangan Usia Subur yang diperoleh dari bagian Puskesmas Kecamatan Helvetia dan Posyandu dan Klinik Defenisi Operasional Definisi konsep berisi uraian singkat dari variabel yang akan diteliti. (digilib.petra.ac.id). Untuk memfokuskan penelitian ini penulis memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15

Lebih terperinci

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG I. MENJAGA JARAK KEHAMILAN A. Penentuan Jarak Kehamilan TEPAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Respon Pembangunan yang dilakukan pemerintah merupakan media perubahan terhadap masyarakat dan lingkungan dengan maksud menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Salah

Lebih terperinci

HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA

HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA Oleh: Rr. Erny Trisusilaningsih Tidak seperti peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XV Tahun 2008 yang pelaksanaannya dipadukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas

Lebih terperinci

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup

TINJAUAN PUSTAKA. bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal baru karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Tiongkok Kuno serta India,

Lebih terperinci

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Beberapa konsep tentang KB KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masalah kependudukan merupakan masalah penting yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli kependudukan, baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA 1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk merupakan masalah yang sedang dihadapi di Negara maju maupun di Negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008) mengatakan bahwa program keluarga berencana merupakan suatu tindakan yang membantu pasangan suami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu progamnya dengan Keluarga Berencana Nasional sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan telah diterapkan sejak tahun 1970 dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk. Ledakan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun baik di dunia, maupun di Indonesia. Pada Oktober 2011 penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN Ridha Andria 1*) 1 Dosen STIKes Darussalam Lhokseumawe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program KB 2.1.1 Sejarah Program KB di Indonesia Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatancatatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK Lina Darmayanti Bainuan* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak era reformasi digulirkan, program Keluarga Berencana (KB) dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun 1967 telah terjadi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan penduduk tumbuh

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN Dini Rahmayani 1, Ramalida Daulay 2, Erma Novianti 2 1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama kita kenal. KB artinya merencanakan jumlah anak sesuai kehendak kita, dan menentukan sendiri kapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). sejahtera. Sejalan dengan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). sejahtera. Sejalan dengan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai jenis masalah yaitu jumlah ledakan penduduk yang tinggi. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak negara di berbagai belahan dunia telah berkomitmen secara serius dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara Indonesia sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Bintarto dan Hadisumarno (1987:9) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang dengan berbagai jenis permasalah yang mulai muncul didalamnya. Salah satu masalah utama yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak masalah kependudukan dan belum bisa teratasi hingga saat ini. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat pertambahan penduduk yang demikian telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 228 juta jiwa. Dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN). Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan penduduk maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per tahun selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 1,49% (Profil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per tahun selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 1,49% (Profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia tahun 2009 tercatat sebesar 231.369.592 jiwa, sedangkan dari hasil sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.556.363 jiwa. Secara

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk merupakan masalah utama yang sedang dihadapi negaranegara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penanganan masalah kependudukan adalah Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mengamanatkan bahwa kewenangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki 237 juta jiwa. Jumlah ini menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan senantiasa memiliki makna yang berwayuh wajah. Dalam arti luas,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan senantiasa memiliki makna yang berwayuh wajah. Dalam arti luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan senantiasa memiliki makna yang berwayuh wajah. Dalam arti luas, pembangunan adalah segenap usaha perubahan yang diinginkan dan direncanakan (intended

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama di Indonesia dalam bidang kependudukan adalah masih tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL Aminatul Maula, Iroma Maulida, Mutiarawati ABSTRAK Proporsi pasangan usia subur indonesia menurut BKKBN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan, hingga saat ini Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan Jumlah penduduk Indonesia sebanyak

Lebih terperinci