HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR"

Transkripsi

1 i TESIS HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR LANAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i

2 i TESIS HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR LANAWATI NIM PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i

3 ii HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR Tesis untuk Meperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana LANAWATI NIM PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii

4 iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 11 Juni 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr.dr.RA Tuty Kuswardhani SpPD,K-Ger Rina Listyowati SSiT,MKes Finasim, MARS NIP NIP Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Pasca Sarjana Universitas Udayana Prof. Dr. D.N Wirawan MPH Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP NIP iii

5 iv HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Pada Tanggal 11 Juni 2015 Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No: Tanggal : Panitia Penguji Usulan Penelitian Tesis adalah : Ketua : Dr.dr. RA Tuty Kuswardani SpPD, K-Ger, Finasim, MARS Anggota : 1. Rina Listyowati SSiT, MKes. 2. Prof. Dr.dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp.AND 3. Prof.Dr.dr. Mangku Karmaya M REPRO, PA (K) 4. Dr. I Putu Ganda Wijaya, SSos, MM iv

6 v SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA : dr. Lanawati NIM : PROGRAM STUDY : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat ( MIKM) Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah tesis saya yang berjudul Hubungan Antara Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh Denpasar ini benar benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari didapatkan bukti bahwa Tesis ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun Denpasar, Maret 2015 Yang Membuat Pernyataan v

7 vi UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkatnya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian tesis yang berjudul Hubungan Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh Denpasar. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. RA Tuty Kuswardhani SpPD, K-Ger, Finasim, MARS selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan semangat, dorongan, bimbingan dan saran dalam penulisan hasil penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Rina Listyowati SSiT, MKes. Selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sehingga penulisan Hasil Penelitian ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada : 1. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K) dan Ketua Program Studi Megister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH atas kesempatan yang diberikan kepada penulis vi

8 vii untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Megister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. 2. Tim Penguji pada ujian tesis atas koreksi dan saran perbaikan tesis ini. 3. Lansia di Desa Dauh Puri Kauh sebagai Responden dalam penelitian ini. 4. Kepala Desa dan Kader Lansia di lingkungan Desa Dauh Puri Kauh yang telah banyak meluangkan waktu dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. 5. Teman-teman angkatan V MIKM UNUD yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat. Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya dapat dipergunakan untuk menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya. Demikian hasil penelitian tesis ini penulis susun dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmatnya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan menyelesaikan hasil penelitian tesis ini. Denpasar, Maret 2015 Penulis vii

9 viii ABSTRAK HUBUNGAN SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan. Proses menua adalah suatu proses degenerasi yang terjadi pada setiap orang dan tidak bisa dihindari namun bisa diperlambat. Berbagai penelitian ditemukan bahwa aktivitas fisik dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran analisis hubungan antara senam kesegaran jasmani terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia. Metode penelitian ini menggunakan desain analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel 60 lansia di desa Dauh Puri Kauh. Sampel pada penelitian ini adalah lansia yang berkunjung pada posyandu lansia yang dipilih dengan cara proportio stratified random sampling berdasarkan kelompok posyandu yang berada di desa Dauh Puri Kauh baik yang melakukan senam dan yang tidak melakukan senam. Penilaian fungsi kognitif menggunakan kuesioner MoCA-Ina dan penilaian gangguan keseimbangan dengan pemeriksaan Romberg Test. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner ini disajikan dalam bentuk tabel selanjutnya diuji dengan uji statistik Chi-Square dan uji regresi logistic. Hasil Analisis bivariat (chi square) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara senam kesegaran jasmani dengan fungsi kognitif (OR 16, CI 95% : 4,515-56,698 ) dan ada hubungan yang signifikan antara senam kesegaran jasmani dengan keseimbangan tubuh lansia (OR 26, CI 95%: 6, ,498). Pada analisis multivariate regresi logistic hubungan senam kesegaran jasmani terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh dengan variabel perancu ( umur, pendidikan, jenis kelamin, hobi, riwayat pekerjaan dan penyakit) menunjukkan bahwa lansia yang tidak memiliki hobi dan tidak melakukan senam secara teratur berpeluang sebesar 14% memiliki fungsi kognitif yang normal dan lansia yang tidak bekerja, memiliki riwayat penyakit serta tidak melakukan senam kesegaran jasmani berpeluang sebesar 14% memiliki keseimbangan yang baik. Senam Kesegaran Jasmani perlu menjadi program yang dikembangkan di Posyandu Lansia untuk memperlambat terjadinya gangguan fungsi kognitif dan gangguan keseimbangan tubuh pada lansia. Kata Kunci : Senam Kesegaran Jasmani, Fungsi Kognitif, Keseimbangan Tubuh viii

10 ix ABSTRACT Correlation Between Gymnastic Elderly And Cognitive Function And Balance Of The Body Among The Elderly Visiting Health Post Clinic For The Elderly At Dauh Puri Kauh Village Denpasar Changes that occured among elderly people can cause cognitive impairment and body imbalance, Aging process is a degenerative process that happened to every human being,which can not be avoided, but can be slowed down. Some studies found that physical exercise can postpone cognitive impairment and body imbalance among the elderly. The aim of this study is analysing the correlation between gymnastic elderly and cogntive function and balance of the body in the elderly, Quantitative analytical design with cross sectional approach. Sample size : 60 elderly people from Dauh Puri Kauh village, who visited the health post for the elderly. The sampling method that is used is proportional stratified random sampling, The sample is divided into those who did gymnastic elderly and those who did not. Cognitive function is measured using Mo-Ca INA questionairre, while body imbalance was examined using Romberg Test. The data is presented in tables and is tested using statistical test, Chi Square and logistic regression test. Using bivariate analysis (Chi Square) it was shown that there is a significan correlation between gymnastic elderly and cognitive function (OR 16, CI 95% : 4,515-56,698 ) and there is also a significan correlation between gymnastic elderly and balance of the body. (OR 26, CI 95%: 6, ,498). Using multivariate analysis (logistic regression test), it is shown that there is a correlation between gymnastic elderly and cognitive function and balance of the body towards confounding variables ( age, education, gender, hobby,occupational history and health history). It is shown that the elderly who did not have hobby or did irregular gymnastic elderly has the probability of 14 percent to have normal cognitive function. Elderly who did not work, have history of disease and did not do gymnastic elderly has the probability of 14% to have a good body balance. Gymnastic elderly is one of the progremme that need to be developed in health clinics for the elderly to slow down cognitive impairment and balance of the body. Keyword : Gymnastic Elderly, cognitve function, balance of the eldery body. ix

11 x DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM.. LEMBAR PERSYARATAN GELAR LEMBAR PENGESAHAN. PENETAPAN PANITIA PENGUJI SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME.. UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK... ABSTRACT. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus. 1.4 Manfaat Penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Batasan Usia Lansia. 2.2 Teori Proses Penuaan dan Perubahan pada Lansia Teori Biologis Teori Psikologis Teori Sosial Teori Spiritual Kognitif Lansia Definisi Kognitif Fungsi Kognitif pada Usia Lanjut Gangguan Fungsi Kognitif Manifestasi Gangguan Kognitif Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lansia Pemeriksaan Fungsi Kognitif. 2.4 Keseimbangan Tubuh Pengertian Penyebab Gangguan Keseimbangan Dampak Gangguan Keseimbangan Pengukuran Keseimbangan i ii iii iv v vi vii viii ix x xiii xiv xv xvi x

12 xi 2.5 Program Senam Lansia Senam Kesegaran Jasmani Lansia Manfaat Senam Kesegaran Jasmani Lansia Gerakan Senam Kesgaran Jasmani Lansia BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir. 3.2 Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian.. BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Data Primer Data Sekunder 4.4 Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Varibel Kontrol Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian 4.6 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Sampel Penelitian Besaran Sampling Cara Sampling 4.7 Prosedur Penelitian Tahap Penyelesaian Administrasi Tahap Persiapan. 4.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data Teknik Pengolahan Analisa Data. BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.2 Analisis Bivariat. 5.3 Analisis Multivariat xi

13 xii BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Interpretasi Hasil Penelitian. 6.2 Keterbatasan Penelitian 6.3 Implikasi Penelitian.. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA. 79 LAMPIRAN LAMPIRAN. 83 xii

14 xiii DAFTAR TABEL Halaman 2.1. Penggolongan Batasan Usia Lansia menurut WHO Definisi Operasional Variabel Besar Sampel Tiap Posyandu Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Hobi dan Riwayat Penyakit Lansia pada kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh Distribusi Responden Menurut Senam Kesegaran Jasmani, Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Desa Dauh Puri Kauh Hasil Analisis Bivariat Senam Kesegaran Jasmani dengan Fungsi Kognitif Hasil Analisis Bivariat Senam Kesegaran Jasmani dengan Keseimbangan Tubuh Hasil Analisis Multivariat Karakteristik, Senam dengan Fungsi Kognitif di Kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh Hasil Analisis Multivariat Karakteristik, Senam dengan Keseimbangan Tubuh di Kelompok Posyandu Lansia Desa Dauh Puri Kauh. 64 xiii

15 xiv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1. Model Memori Manusia 19 Gambar 3.1. Konsep Penelitian Gambar 4.1. Struktur studi cross sectional 38 xiv

16 xv DAFTAR SINGKATAN AD AKS ATK BDNF BOS BPS COM Depkes DNA IB Lansia MCI MENPORA MoCA MoCA-Ina PKK SKJ WHO : Alzheimer Dementia : Aktivitas Kehidupan Sehari-hari : Alat Tulis Kantor : Brain Derived Neurotropic Factor : Base Of Suport : Badan Pusat Statistik : Center of Mass : Departemen Kesehatan : Deoxyribose Nucleic Acid : Index Barthel : Lanjut Usia : Mild Cognitive Impairment : Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga : Montreal Cognitif Assesment : Montreal Cognitif Assemen versi Indonesia : Program Kesejahteraan Keluarga : Senam Kesegaran Jasmani : World Health Organization xv

17 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 : Lembar Penjelasan Penelitian : Lembar Persetujuan Menjadi Responden : Instrumen Barthel Index : Kuesioner Karakteristik Lansia : Instrumen Pemeriksaan Skreening MoCA-Ina : Instrumen Romberg Test : Waktu Pelaksanaan Penelitian : Hubungan Karakteristik Responden dengan Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh. Lampiran 9 : Hasil Analisis Multivariat xvi

18 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan persentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandingan pada periode waktu yang sama kenaikan di beberapa Negara sebagai berikut : Kenya 34%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk lansianya cepat. Sejak tahun 2000, Indonesia sudah memiliki lansia sebesar 14,4 juta penduduk (7,18% dari jumlah penduduk) dan pada tahun 2020 diperkirakan akan berjumlah 28,8 juta (11,34%). Hasil pendataan yang dilakukan pada tahun 2007 ditemukan penduduk Lansia berjumlah 18,96 juta (8,42% dari total penduduk) dengan komposisi perempuan 9,04% dan 7,80% laki laki (Badan Pusat Statistik, 2013). Peningkatan jumlah penduduk lansia ini menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi dan kesehatan. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut antara lain gangguan fungsi kognitif dan keseimbangan (Hesti dkk. 2008). Berdasarkan studi literatur Wilson et all.,(2001) angka lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif meningkat seiring dengan angka peningkatan orang usia lanjut. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 1

19 melaporkan bahwa kejadian penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia, dengan komposisi 5,8% laki laki dan 9,5% perempuan. National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika melakukan test keseimbangan pada lebih dari 5000 orang berusia 40 tahun atau lebih. Survei tersebut menghasilkan 19% usia kurang dari 49 tahun, 69% responden berusia tahun, dan 85% usia 80 tahun atau lebih mengalami ketidak seimbangan. Sepertiga dari responden berusia tahun mengatakan memiliki gangguan keseimbangan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup (Phillips, 2011). Proses menua adalah suatu proses degenerasi yang terjadi pada setiap orang dan tidak bisa dihindari, namun proses tersebut bisa diperlambat.. Dalam konsep AntiAging Medicine banyak menemukan fakta tentang penyebab proses penuaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rudman (1990) telah memberikan hormon pertumbuhan HGH (Human Growth Hormone) yang disuntikkan selama 2 bulan pada 21 pria dan wanita usia antara tahun. Hasilnya adalah kondisi tubuh, nilai laboratorium, massa lemak, massa otot, kekebalan kulit dan densitas tulang sangat membaik seperti kondisi pada anak usia 10 tahun. Otak merupakan pusat pengaturan sistem tubuh dan juga sebagai pusat kognitif. Otak merupakan organ tubuh yang rentan terhadap proses degeneratif. Saat otak mulai menua akan terjadi penurunan fungsi otak yang beresiko terjadi penurunan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh, akibatnya lansia akan mengalami gangguan dalam melaksanakan kegiatan rutin sehari harinya dan 2

20 3 akhirnya lansia menjadi tergantung pada orang disekitarnya, serta menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat (Meidiary, 2012). Perubahan sistem neurologis pada lansia mengakibatkan perubahan kognitif, penurunan waktu reaksi, masalah keseimbangan dan kinetik serta gangguan tidur (Mauk, 2010). Suatu penelitian yang dilakukan di Negara Inggris dengan jumlah responden orang lansia diatas 75 tahun, menunjukkan bahwa (55%) lansia mengalami gangguan fisik berupa arthritis atau gangguan sendi 50% dari responden mengalami keseimbangan berdiri, 45% dari responden mengalami gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat, 35 % pada penglihatan, 35% pada pendengaran, 20 % mengalami kelainan jantung, 20 % ditemukan sesak napas, serta gangguan miksi/ngompol sebesar 10%, dari beberapa gangguan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan terganggunya atau menurunnya kualitas hidup pada lansia. Kemunduran yang paling banyak ditemukan adalah menurunnya kemampuan memori daya ingat (Foster, 2011). Dengan bertambahnya umur nampaknya faktor resiko menderita demensia juga akan meningkat. Orang berumur 65 tahun ke atas mempunyai resiko 11 % dan umur 85 tahun keatas resiko semakin besar yaitu 25%-47%. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998 menyatakan bahwa Alzheimer menyerang mereka yang berusia diatas 50 tahun, sementara di Indonesia usia termuda yang mengalami penyakit ini berusia 56 tahun. Diperkirakan sebesar 5 % lansia yang berumur tahun menderita dimensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahunnya hingga mencapai lebih 45% pada lansia usia diatas 85 tahun (Wibowo, 2007). Prevalensi gangguan kognitif meningkat sejalan dengan 3

21 4 bertambahnya usia, kurang dari 3% terjadi pada kelompok usioa tahun dan lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas ( WHO, 1998). Perubahan perubahan yang terjadi pada lansia dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Kemampuan keseimbangan berkurang seiring penambahan usia karena perubahan pada sistem saraf pusat atau neorologis, sistem sensori seperti sistem visual, vestibuler dan propiosepsi serta sistem muskuloskeletal (Miller, 2004). Keseimbangan merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan posisi dan stabilitas baik saat kondisi statis maupun dinamis atau ketika bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain seperti saat berdiri, duduk, transit dan berjalan (Delitto, 2003). Di kalangan para lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas normal seharihari, dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia (Reuser et all., 2011). Tanpa adanya upaya pencegahan yang efektif, peningkatan jumlah populasi lansia akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dengan demensia (Ferri et al., 2005). Salah satu faktor yang diperkirakan mempengaruhi fungsi kognitif adalah aktifitas fisik termasuk mobilitas. Beberapa studi melaporkan bahwa usia lanjut yang mengalami kesulitan pergerakan fisik atau gangguan gerak, akan terjadi perbedaan dalam skor fungsi kognitif (Yaffe et al., 2001). Larson dkk. (2006) melakukan studi prospektif untuk mengetahui hubungan antara latihan fisik yang berkesinambungan dan penurunan resiko demensia dan Alhzeimer Dementia.. 4

22 5 Mereka menyimpulkan bahwa latihan yang berkesinambungan berhubungan dengan resiko terjadinya demensia dan penyakit Alzheimer pada penyakit paruh baya dimana orang orang yang melakukan tiga kali atau lebih per minggu resiko menderita demensia menurun dibandingkan dengan orang yang melakukan latihan fisik kurang tiga kali perminggu. Beberapa tipe latihan diduga dapat menurunkan terjadinya gangguan yang berhubungan dengan lansia seperti Alzheimer Disease dan Demensia Vasculer. Kenyataannya banyak studi yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik dapat mencegah fungsi kognitif yang lambat (Foster dkk. 2011). Aktivitas fisik bermanfaat mempengaruhi fungsi kognitif usia paruh baya. Dan juga merupakan sebagai pencegahan terhadap gangguan fungsi kognitif dan demensia (Sarah dkk. 2014). Berbagai studi ilmiah telah membuktikan bahwa proses penuaan otak dapat diperlambat dengan berbagai cara yaitu antara lain aktivitas fisik, stimulasi mental dan aktifitas sosial. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok lansia yang mendapatkan berbagai program kegiatan stimulasi otak yang menyenangkan, memiliki fungsi kognitif jauh lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan stimulasi apapun atau dengan obat-obatan saja (Howe et al., 2008). Menurut data Susenas, BPS tahun 2007, Bali merupakan propinsi ke tiga setelah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah yang memilki persentase lansia terbesar di Indonesia. Di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat, telah dibentuk kelompok kelompok posyandu lansia yang dibina oleh pemegang program lansia Puskesmas, 5

23 6 kader posyandu lansia dan PKK. Jumlah sasaran baik pra lansia dan lansia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2012 jumlah sasaran lansia (usia > 60 tahun) di Puskesmas II Denpasar Barat berjumlah orang (3,9% dari jumlah penduduk), pada tahun 2013 berjumlah orang ( 4,0 % dari jumlah penduduk) dan pada tahun 2014 berjumlah orang ( 4,1% dari jumlah penduduk). Program kesehatan lansia adalah Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan oleh Puskesmas II Denpasar Barat dengan kegiatan di dalam dan di luar gedung. Kegiatan didalam gedung berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, sedangkan kegiatan diluar gedung dilakukan pada posyandu lansia. Desa Dauh Puri Kauh adalah salah satu dari enam desa yang ada di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat dengan jumlah lansia sebanyak 703 orang memiliki enam Posyandu Lansia dimana tiga posyandu mengadakan senam lansia dan tiga posyandu lainnya tidak melakukan senam lansia, dengan jumlah kader posyandu lansia sebanyak 30 orang. Desa Dauh Puri Kauh dipilih sebagai tempat penelitian dikarenakan di desa tersebut frekwensi senam lansianya tiga kali dalam seminggu dibanding desa lainnya. Kegiatan program lansia yang dilakukan pada posyandu lansia adalah senam lansia, pemeriksaan kesehatan dan pemberian makanan tambahan. Jenis senam yang diberikan berupa jenis Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) lansia. Jumlah kunjungan pra lansia dan lansia di Desa Dauh Puri Kauh per bulan selama tahun 2014 berkisar orang. Rendahnya kunjungan lansia di posyandu disebabkan lansia belum memahami pentingnya posyandu terutama manfaat senam lansia dalam mencegah gangguan fungsi kognitif. Hasil wawancara yang 6

24 7 dilakukan terhadap kader ditemukan beberapa lansia yang sudah mengalami pikun dan gangguan mengingat, serta beberpa lansia mengalami jatuh. Selama ini belum pernah dilakukan evaluasi pengaruh SKJ lansia tersebut terhadap peningkatan stimulasi otak ( fungsi kognitif) dan keseimbangan tubuh lansia. Walaupun diketahui dari penelitian sebelumnya bahwa kegiatan fisik akan mempengaruhi kebugaran fisik tetapi apakah senam yang selama ini diberikan dapat meningkatkan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia? Maka dari itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana program SKJ lansia yang diajarkan tersebut berpengaruh terhadap fungsi stimulus fungsi otak lansia yang secara langsung berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia. Di Bali sendiri telah dikembangkan SKJ lansia yang diajarkan di posyandu-posyandu lansia. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan SKJ lansia. Gerakan gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus otak dan kebugaran lansia (Turana, 2013). Penelitian lain terhadap senam lansia di Panti Werdha Wana Seraya Denpasar menunjukkan bahwa Senam Tera Indonesia secara bermakna dapat meningkatkan kebugaran jantung paru lansia, hal tersebut sejalan dengan penelitian terhadap senam lansia di Bali juga berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi (Parwati, 2013). Akan tetapi penelitian pengaruh senam lansia terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia di Bali, belum penulis dapatkan informasinya, untuk itulah penulis perlu mengadakan penelitian tersebut. Dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Menado dengan judul gambaran fungsi kognitif dan keseimbangan 7

25 8 pada lansia dikota Manado ditemukan bahwa lansia yang mengalami gangguan kognitif sebesar 93,6% (Ramdhani, 2012). Maka dari itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana program senam lansia yang diajarkan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan stimulus fungsi otak lansia yang secara langsung berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana gambaran karakteristik lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh? b. Apakah ada hubungan SKJ lansia dengan fungsi kognitif di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh? c. Apakah ada hubungan SKJ lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh? d. Apakah ada perbedaan fungsi kognitif pada lansia yang melakukan SKJ lansia dengan lansia yang tidak melakukan SKJ lansia? e. Apakah ada perbedaan keseimbangan tubuh lansia pada lansia yang melakukan SKJ lansia dengan lansia yang tidak melakukan SKJ lansia? f. Apakah faktor yang berpeluang berhubungan dengan fungsi kognitif lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh? g. Apakah faktor yang berpeluang berhubungan dengan keseimbangan tubuh di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh 8

26 9 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara SKJ lansia dengan fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh lansia pada kelompok lansia di desa Dauh Puri Kauh Tujuan Khusus Melalui kegiatan penelitian ini dapat diketahui : a. Gambaran karakteristik lansia di posyandu lansia Desa dauh Puri Kauh b. Hubungan antara SKJ lansia dengan fungsi kognitif lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. c. Hubungan antara SKJ lansia dengan keseimbangan tubuh di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. d. Perbedaan fungsi kognitif lansia dari dua kelompok lansia, yaitu kelompok yang melakukan SKJ lansia dan kelompok yang tidak melakukan SKJ di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. e. Perbedaan keseimbangan tubuh lansia dari dua kelompok lansia, yaitu kelompok yang melakukan SKJ lansia dan kelompok yang tidak melakukan senam SKJ di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. f. Faktor-faktor yang berpeluang berhubungan dengan fungsi kognitif di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. g. Faktor-faktor yang berpeluang berhubungan dengan keseimbangan tubuh lansia di posyandu lansia Desa Dauh Puri Kauh. 9

27 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat untuk : Manfaat Teoritis a. Memberikan informasi yang berguna untuk menambah ilmu pengetahuan. b. Hasil penelitian ini dapat mendorong dan membantu penelitian lebih lanjut dalam hal pengembangan metode penelitian Manfaat Praktis a. Bagi Lansia dan Komunitas di Desa Dauh Puri Kauh Manfaat hasil penelitian ini bagi lansia dan keluarga adalah sebagai informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dan keseimbangan lansia. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan masukan kepada komunitas untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh senam terhadap fungsi kognitif dan keseimbangan tubuh sehingga mampu berperan sebagai penggerak para lansia untuk rajin melakukan senam lansia. b. Bagi Puskesmas II Denpasar Barat Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pemegang program lansia, untuk mengajarkan SKJ lansia pada seluruh kelompok posyandu lansia. c. Bagi Dinas Kesehatan Mempersiapkan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan, merumuskan kebijakan dan membuat perencanaan dalam program lansia. 10

28 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan dikemukakan beberapa konsep, teori hasil penelitian terdahulu, serta kerangka teori yang terkait dengan penelitian ini. Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok manusia yang memasuki tahap akhir kehidupannya. Pada kelompok lanjut usia ini terjadi proses penuaan yaitu suatu proses yang ditandai dengan gagalnya mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan yang sering didapat berupa menurunnya kemampuan hidup serta meningkatnya kepekaan individu (Turana dkk, 2013). Lanjut usaia merupakan proses akhir kehidupan dan ditandai dengan adanya gangguan adaptasi terhadap tekanan lingkungan sekitarnya dan bukan suatu penyakit. Proses menua dimulai dari sejak lahir dan terjadi terus menerus secara alamiah dan dialami oleh semua makhluk hidup (Wahyudi, 2000). Batasan untuk menentukan lanjut usia berbeda beda, seorang dikatakan tergolong lanjut usia atau lansia apabila usianya mencapai 65 tahun keatas (Setianto, 2004). 11

29 12 WHO menggolongkan batasan usia lansia menjadi empat sesuai tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Penggolongan Batasan Usia Lansia menurut WHO No. Golongan lansia Usia/umur 1. Usia Pertengahan ( Middle age) tahun 2. Lanjut Usia (Eldery) tahun 3. Lanjut Usia tua (Old) tahun 4. Sangat Tua (Very old) 90 tahun Sumber : Setianto, 2004 Semua orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mampu memenuhi keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari dan tidak mempunyai penghasilan, mereka ini yang disebut dengan usia lanjut (Aryo, 2002). Kelompok manusia yang berumur tahun adalah kelompok umur yang memasuki masa prapensiun dan pasti akan memasuki fase-fase penurunan seperti menurunnya stamina tubuh/kesehatan dan menurunnya ketahanan menghadapi tekanan psikologis (Saparinah, 1983). Dalam Undang-Undang No 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan orang jompo, dijelaskan batasan lanjut usia yang mempunyai hak menerima bantuan adalah mereka yang berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian masih ditemui perbedaan dalam menentukan berapa usia seseorang yang dapat dimasukan ke dalam penduduk lansia. Dalam penelitian ini untuk menyatakan orang lanjut usia digunakan batasan umur tahun yaitu golongan lanjut usia (eldery) dan lanjut usia tua (old) oleh karena pada saat umur tersebut seseorang telah memasuki masa 12

30 13 pensiun, masih beraktifitas, kemunduran fungsi kognitif masih ringan dan memungkinkan untuk melakukan kegiatan senam Teori Proses Penuaan dan Perubahan pada Lansia Setiap individu akan mengalami proses penuaan yaitu peristiwa yang normal dan alamiah. Proses ini sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa. Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktur dan fisiologis, begitu juga dengan organ otak. Seperti diketahui proses penuaan sehat dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen yang berarti dipengaruhi faktor internal dan eksternal proses degeneratif (Darmojo, 2002). Akibat pengaruh faktor faktor internal antara lain penurunan anatomi, penurunan fisiologi dan terutama psikososial mengalami perubahan sangat besar, sehingga mengakibatkan mudahnya timbul penyakit. Sedangkan faktor eksternal yang mempercepat proses menua adalah budaya gaya hidup, lingkungan dan pekerjaan (Martono, 2009). Menurut Kane and Ouslander (2011) permasalahan lansia sering disebut dengan istilah 14 Impairment (14 I). Keempat belas Impairment tersebut adalah : Immobility (mengalami hendaya lebih dari tiga hari), Incontinence (beser/ngompol), Instability (tidak stabil, berdiri dan berjalan mudah jatuh), Infection (infeksi), Intellectual impairment (gangguan intelektual atau demensia), Impaction ( sulit buang air besar), Impairment of vision and hearing, communication,taste, convalescence, smell, skin integrity (gangguan pancindera, komunikasi, daya pulih dan kulit), Inanition (kurang gizi), Isolation (depresi), 13

31 14 Impecunity (tidak punya uang), Immune deficiency ( daya tahan tubuh yang menurun), Iatrogenesis (munculnya penyakit dikarenakan mengkonsumsi obatobatan), Impotence (impotensi) dan Insomnia atau gangguan tidur. Ada beberapa teori yang menjelaskan proses menua, yaitu : teori biologis, teori psikologis, teori sosial, dan teori spiritual (Maryam dkk. 2008) Teori Biologis Teori biologis meliputi immunology slow theory, teori genetik dan mutasi, teori stress, teori rantai silang, dan teori radikal bebas. Immunology slow theory, menjelaskan bahwa system imun akan meningkat dengan bertambahnya umur dan meningkatnya paparan virus ke dalam tubuh menyebabkan organ organ tubuh akan rusak dan menjadi tua. Menurut teori genetik dan mutasi, menjadi tua terjadi karena adanya selsel yang mengalami mutasi karena adanya perubahan biokimia yang terjadi pada molekul-molekul DNA. Pada teori rantai silang dijelaskan adanya reaksi kimia pada sel-sel yang sudah tua mengakibatkan jaringan kolagen memiliki ikatan yang kuat. Ikatan ini menyebabkan elastisitas dan fungsi jaringan kolagen berkurang. Teori radikal bebas, menyatakan bahwa radiakal bebas yang terbentuk di alam bebas merupakan kelompok atom yang tidak stabil dan menyebabkan oksidasi bahan bahan organik seperti protein dan karbohidrat. Radikal bebas ini menyebabkan sel-sel mengalami kematian karena tidak mampu ber- regenerasi. 14

32 Teori Psikologis Melalui teori ini dijelaskan bahwa lansia sulit untuk dipahami dan sulit berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini disebabkan adanya penurunan intelektualitas meliputi penurunan persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan kemampuan belajar. Perubahan psikologis pada lansia juga dipengaruhi oleh status mentalnya. Pada lansia akan dijumpai gangguan dalam menerima stimulus, yang disebabkan adanya penurunan fungsi sistem sensorik sehingga diikuti juga penurunan kemampuan menerima, memproses dan merespon stimulus Teori Sosial Beberapa teori sosial yang berhubungan dengan proses penuaan adalah : Teori Interaksi Sosial. Teori ini menerangkan mengapa seorang lanjut usia bertindak berdasar pada sesuatu yang dihargai masyarakat. Kekuasaan dan prestasi pada orang lanjut usia berkurang sehingga mengakibatkan berkurangnya juga interaksi sosial. Lansia masih mempertahankan harga diri dan ketaatan mengikuti perintah Teori Penarikan Diri Teori ini menerangkan bahwa menurunnya status ekonomi yang dialami para lansia dan merosotnya status kesehatan menjadi penyebab penarikan diri dari pergaulan sehingga mempercepat proses penuaan. 15

33 Teori Aktivitas Teori ini menjelaskan bahwa proses menua yang berhasil tergantung dari apakah lansia tersebut menyenangi dan menghargai aktifitas yang dilakukannya tersebut Teori Kesinambungan Dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam siklus kehidupan lansia terdapat kesinambungan. Kehidupan menjadi lansia mendatang, sangat ditentukan oleh pengalaman hidup saat ini. Hal ini terbukti bahwa perilaku, gaya hidup, dan harapan seseorang saat ini tidak berubah walaupun kelak menjadi tua Teori Perkembangan Teori ini menerangkan bahwa menjadi tua merupakan suatu proses yang penuh tantangan dan bagaimana sikap lansia menghadapi tantangan tersebut dapat mempengaruhi apakah menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif. Akan tetapi, ini tidak serta merta menunjukkan cara menjadi tua yang diharapkan oleh lansia tersebut Teori Stratifikasi Usia Teori ini digunakan untuk mempelajari sifat sifat lansia secara berkelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dilihat dari sisi demografi dan hubungannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahan teori ini tidak bisa digunakan untuk mempelajari lansia secara pribadi atau individu, mengingat adanya stratifikasi yang sangat kompleks serta berhubungan dengan klasifikasi kelas ataupun etnik. 16

34 Teori Spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang menunjukkan adanya hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tersebut tentang kehidupan. Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan berbagai aspek yaitu aspek fisik, mental dan sosial. Perubahan fisik yang terjadi adalah rambut memutih, kulit keriput, tipis, kering dan longgar, berkurangnya penglihatan oleh karena kelainan refraksi atau katarak, daya penciuman menurun, daya pengecap kurang peka terhadap rasa manis dan asin, pendengaran berkurang, persendian kaku dan sakit, inkontinensia, keseimbangan tubuh menurun, bahkan kemampuan daya ingat mulai menurun(demensia). 2.3 Kognitif pada Lansia Definisi Kognitif Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir. Proses berfikir dimulai dengan memperoleh pengetahuan dan mengolah pengetahuan tersebut melalui kegiatan mengingat, menganalisis, memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi sering disebut juga kecerdasan atau intelegensia (Ramdhani, 2008). Fungsi Kognitif atau kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Miller, 2004). 17

35 Fungsi Kognitif pada Lansia Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak 75 % dari bagian otak besar merupakan area kognitif. Kemampuan kognitif seseorang berbeda dengan orang lain, dari hasil penelitian diketahui bahwa kemunduran sub sistem yang membangun proses memori dan belajar, mengalami tingkat kemunduran yang tidak sama. Memori merupakan proses yang rumit karena menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang (Lumbantobing, 2006). Prevalensi gangguan kognitif termasuk dimensia meningkat sejalan bertambahnya usia, kurang dari 3 % terjadi pada kelompok usia tahun dan lebih dari 25% terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas (WHO, 1998). Proses penerimaan informasi diawali dengan diterimanya informasi melalui penglihatan (visual input) atau pendengarannya (auditory input) kemudian diteruskan oleh sensori register yang dipengaruhi oleh perhatian (attention), ini merupakan bagian dari proses input. Setelah itu informasi akan diterima dan masuk dalam ingatan jangka pendek (short term memory), bila menarik perhatian dan minat maka akan disimpan dalam ingatan jangka panjang (long term memory). Bila sewaktu-waktu diperlukan memori ini akan dipanggil kembali (Elis, 1993). Diantara fungsi otak yang menurun secara linier (seiring) dengan bertambahnya usia adalah fungsi memori (daya ingat) berupa kemunduran dalam kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from memory). Penurunan fungsi memori secara linier itu terjadi pada kemampuan 18

36 19 kognitif dan tidak mempengaruhi rentang hidup yang normal (Strub and Black, 1992). Proses penerimaan dan penyimpanan memori dapat dijelaskan seperti gambar dibawah ini : Input dari Lingkungan Sekitar Sensori register: -visual -auditori -Haptik (Sentuhan) =persepsi Tempat Penyimpanan jangka pendek: Memori Kerja Sementara Kontrol proses: - Latihan - membuat keputusan - memikirkan strategi berulang-ulang Output Responsi Tempat penyimpanan jangka Panjang: Memori Kerja Permanen Gambar 2.1 : Model Memori Manusia Sumber : The Psychology of Memory (Petersen,2002) Perubahan atau gangguan memori pada penuaan otak hanya terjadi pada aspek tertentu, sebagai contoh, memori primer (memori jangka pendek/short time memory) relatif tidak mengalami perubahan pada penambahan usia, sedangkan pada memori sekunder (memori jangka panjang/ long term memory) mengalami perubahan bermakna. Artinya kemampuan untuk mengirimkan informasi dari 19

37 20 memori jangka pendek ke jangka panjang mengalami kemunduran dengan penambahan usia. Dari sebuah penelitian pada orang dengan kognisi normal berusia tahun, disimpulkan bahwa kemampuan proses belajar (learning) atau perolehan (acquisition) mengalami penurunan yang sama secara bermakna pada penambahan usia, tetapi tidak berhubungan dengan pendidikan, sedangkan kemampuan ingatan tertunda (delayed recall atau forgetting) sedikit menurun tetapi lazimnya tetap, terutama kalau faktor pembelajaran awal dipertimbangkan (Petersen et al., 2002). Petersen (2002) juga telah berhasil melakukan penelitian longitudinal membandingkan kemampuan kognitif pada usia lanjut normal, gangguan kognitif ringan (mild cognitive impairment/mci) dan demensia Alzheimer ringan, telah disimpulkan bahwa MCI merupakan keadaan transisi antara kognitif normal dan demensia (terutama Alhzeimer). Latar belakang penelitian Petersen adalah bahwa subyek MCI mempunyai gangguan memori sesuai usia dan pendidikan tetapi tidak ada demensia, sehingga diagnose MCI dibuat pada pasien dengan criteria berikut : (a) ada keluhan memori, (b) aktifitas hidup sehari-hari normal, (c) fungsi kognisi umum normal, (d) memori abnormal untuk usia, (e) tidak ada dimensia Gangguan Fungsi Kognitif Pengelompokan tingkat gangguan fungsi kognitif dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Menurut Mauk (2010), berdasarkan tingkat keparahan (severity), gangguan fungsi kognitif dapat dibagi tiga yaitu : a. Tidak ada gangguan fungsi kognitif 20

38 21 b. Gangguan kognitif ringan c. Gangguan kognitif berat Manifestasi Gangguan Kognitif Gangguan Kognitif dapat meliputi gangguan pada aspek bahasa, memori, visuofasial dan kognisi Gangguan Bahasa, memori, emosi, visuofasial dan kognisi : Gangguan bahasa yang sering terjadi terutama pada perbendaharaan kosakata. Pasien tidak dapat menyebutkan nama benda atau gambar yang ditunjukkan kepadanaya (confrontation naming), tetapi akan lebih sulit lagi untuk menyebutkan nama buah atau hewan dalam satu kategori (categorical naming), ini disebabkan karena daya abstraksinya mulai menurun Gangguan Memori Gejala pertama yang sering timbul pada pasien yang mengalami gangguan kognitif adalah gangguan mengingat. Pada tahap awal gangguan pada memori barunya, namun selanjutnya memori lama juga akan terganggu. Gangguan fungsi memori dibagi menjadi tiga tingkatan bergantung lamanya rentang waktu antara stimulus dan recall, yaitu : a. Memori segera (immediate memory), jarak waktu antara stimulus dan recall hanya beberapa detik. Disini hanya dibutuhkan pemusatan perhatian untuk mengingat (attention). b. Memori baru (recent memori), jarak waktu lebih lama yaitu beberapa menit, jam bulan dan bahkan tahun. 21

39 22 c. Memori lama (remote memory) jarak waktunya bertahun tahun bahkan seumur hidup Gangguan visuospasial Sering terjadi pada pasien pasca stroke fase recovery. Pasien lupa dengan waktu, tidak mengenali hari, wajah teman dan sering tidak tahu tempat dimana dia berada (disorientasi waktu, tempat dan orang). Gangguan visuospasial ini dapat ditentukan dengan meminta pasien menyelusuri jejak secara bergantian, mengkopi gambar atau menyusun balok balok sesuai bentuk tertentu Gangguan kognisi Fungsi inilah yang paling sering terganggu, terutama gangguan daya abstraksi. Lansia selalu berpikir konkrit, sehingga sulit memberi makna peribahasa, juga terjadi penurunan daya persamaan (Hussain, 2008) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lansia Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif adalah faktor sosiodemografi seperti umur, pendidikan, pekerjaan dan tinggal sendiri. Aktifitas fisik termasuk mobilitas diidentifikasi merupakan salah satu faktor yang diduga ada hubungannya dengan fungsi kognitif. Beberapa studi melaporkan bahwa usia lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik atau tidak aktif, akan terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi kognitifnya (Yaffe et all., 2001). Seseuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Monginsidi (2013) disebutkan bahwa lebih banyak terdapat penurunan fungsi kognitif pada lansia dengan umur yang lebih tua. Profil fungsi kognitif berdasarkan riwayat 22

40 23 pendidikan menunjukkan bahwa sampel dengan pendidikan kurang dari sembilan tahun sebagian besar mengalami penurunan fungsi kognitif. Penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan fungsi kognitif pada lansia yaitu penyakit serebrovaskuler, tumor otak, trauma, dan infeksi pada otak Turana ( 2013). Pada hasil ditemukan sampel yang memiliki riwayat penyakit kronis memiliki hasil penurunan fungsi kognitif yang dominan dibanding yang tidak memiliki riwayat penyakit kronis. Pada penelitian yang dilakukan oleh Maryati dkk (2013) mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkasn fungsi kognitif pada lainsia selain melakukan aktivitas fisik yaitu melakujkan hobbi atau kegemaran Pemeriksaan Fungsi Kognitif Test yang dipakai untuk skreening fungsi kognitif adalah Montreal Cognitif Assesment (MoCA) yang sudah dimodifikasi yang disebut MoCA-Ina Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Nasreddin, dkk, test MoCA-Ina dengan cut of point 26 mendapatkan hasil sensivitas MoCA-Ina 90% lebih tinggi dibandingkan MMSE yang hanya 18%, sedangkan spesifitas test MoCa-Ina adalah sebesar 87% untuk mendeteksi Mild Cognitif Impairment (MCI). Test MoCA-Ina sangat tinggi sensivitas dan spesivitasnya untuk mengukur Mild Cognitif Impairment dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit (Nasredine, 2012). Yafe et all.,(2001) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa MoCA-Ina lebih sensitif dibandingkan MMSE untuk mendeteksi gangguan kognitif setelah 23

41 24 stroke akut. Test Validasi MoCA-Ina telah dilakukan di Indonesia, dari hasil penelitian ini didapatkan nilai Kappa total dua orang dokter adalah 0,820. Didapatkan kesimpulan bahwa tes MoCA versi Indonesia (MoCA Ina) telah valid menurut kaidah validasi transkultural sehingga dapat digunakan. MoCA Ina terdiri dari 30 poin yang diujikan dengan menilai beberapa domain kognitif : a Fungsi eksekutif : dinilai dengan trail making B (satu poin), phonemic fluency test ( satu poin), dan two item verbal abtraction ( satu poin). b. Visuospasial : dinilai dengan clock drawing tast (tiga poin) dan menggambarkan kubus tiga dimensi (satu poin) c. Bahasa : menyebutkan tiga nama binatang (singa, unta, badak ; tiga poin), mengulang dua kalimat (dua poin), kelancaran berbahasa (satu poin). d. Delayed recall : menyebutkan lima kata (5 poin), menyebutkan kembali setelah lima menit (5 menit) e. Atensi : menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit fordward and backward (masing-masing 1 poin) f. Abstraksi : menilai kesamaan suatu benda ( 2 poin) g. Orientasi : menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan kota (masing-masing 1 poin) (Naserddine, 2012). Pada penelitian ini untuk mengukur fungsi kognitif para lansia digunakan test The Montreal Cognitif Assesment yang sudah dimodifikasi di Indonesia (MoCA Ina) 24

42 Keseimbangan Tubuh Pengertian Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan proyeksi pusat tubuh pada landasan penunjang baik saat duduk, berdiri, berjalan dan transit ( Winter, 1995 dalam Howe et al., 2008). Keseimbangan dibutuhkan untuk mempertahankan stabilitas dan posisi tubuh ketika sedang bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain. (Lee dan Scudds, 2003) Keseimbangan dapat diartikan juga sebagai kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi (center of gravity) atas dasar dukungan bidang tumpu (base of support) (Mauk, 2010). Keseimbangan dikelompokkan dalam dua tipe yaitu : Keseimbangan statis yang berperan mempertahankan posisi tubuh pada saat tidak bergerak atau berubah. Contohnya pada saat berdiri dengan bertumpu pada satu kaki, berdiri di atas papan keseimbangan dan keseimbangan dinamis yang menggambarkan kemampuan mempertahankan keseimbangan dimana tubuh selalu bergererak atau berubah, contohnya keseimbangan pada saat berjalan. Keseimbangan dinamis melibatkan kemampuan kontrol tubuh karena tubuh bergerak dalam ruang ( Howe et al., 2008). Kemampuan mengontrol keseimbangan sangat perlu karena dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS), tubuh hampir selalu berubah pusat massanya (COM = center of mass) dan landasan penunjangnya (BOS = base of support). Fungsi menegakkan tubuh dari kontrol keseimbangan 25

43 26 memungkinkan seseorang bergerak dari satu postur ke postur lain sambil menjaga kestabilan secara statistik maupun dinamik. Dalam penelitian ini responden akan dinilai kemampuannya untuk melakukan AKS menggunakan Index Barthel (IB). Index Barthel (IB) mengukur kemandirian dalam melakukan AKS dan mobilitas yang didasarkan pada pengamatan langsung, dengan menilai AKS yang benar-benar dikerjakan pasien sehari-harinya dan bukan menilai apa kemampuan pasien. IB terdiri dari 10 item yang diberi skor 0, 1, 2 dengan nilai total maksimum 20 poin. Interpretasi skor total IB adalah 20 berarti mandiri, ketergantungan ringan, 9-11 ketergantungan sesang, 5-8 ketergantungan berat, 0-4 ketergantungan total Penyebab Gangguan Keseimbangan Tubuh Gangguan keseimbangan yang terjadi pada lansia disebabkan oleh adanya perubahan perubahan sistem neurologis atau saraf pusat, sistem sensoris terutama sistem visual, propioseptif dan perubahan pada sistem vestibuler serta sistem musculoskeletal (Miller, 2004). Keseimbangan lansia dapat dipengaruhi oleh faktor internal (usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat jayuh, aktivitas fisik, status nutrisi, hipotensi ortostatik dan takut jatuh ) dan faktor eksternal (lingkungan dan penggunaan alas kaki ) Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara usia, pekerjaan, riwayat jatuh, hipotensi ortostatik, status nutrisi, takut jatuh dengan keseimbangan. Faktor internal lebih berhubungan dengan keseimbangan daripada faktor eksternal (Achmanagara, 2012). 26

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR TESIS HUBUNGAN ANTARA SENAM KESEGARAN JASMANI LANSIA DENGAN FUNGSI KOGNITIF DAN KESEIMBANGAN TUBUH DI POSYANDU LANSIA DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR LANAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok. yaitu suatu proses yang ditandai dengan gagalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok. yaitu suatu proses yang ditandai dengan gagalnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Sebagai landasan dan rujukan dalam penelitian, akan dikemukakan beberapa konsep, teori hasil penelitian terdahulu, serta kerangka teori yang

Lebih terperinci

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberi pengaruh pada seluruh aspek

Lebih terperinci

Association of Physical Fitness Participation with Cognitive Function and Balance among the Elderly in Denpasar

Association of Physical Fitness Participation with Cognitive Function and Balance among the Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Senam Kesegaran Jasmani dengan Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh Lansia di Denpasar Lanawati 1,2, Rina Listyowati 2,3, R.A Tuty Kuswardhani 2,4 1 Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap orang. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan segala aspek seperti perekonomian, teknologi dan kesehatan memberikan dampak pada usia harapan hidup yang makin meningkat. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR

HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR TESIS HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR PUTU EKA ARIMBAWA NIM 1292161025 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Proses Penuaan Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan indikator keberhasilan pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh penurunan angka kematian serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 % BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dihadapi oleh negara- negara di dunia, termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa beberapa wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dijalankan pemerintah saat ini mempengaruhi kualitas kesehatan dan sosial ekonomi. Hal ini berdampak pada meningkatnya angka harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE

PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE TESIS PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE ADITYA DENNY PRATAMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki siklus hidup yang terus berjalan dari waktu ke waktu dan usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus tersebut yang merupakan kenyataan nyata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, meningkat dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP TESIS DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP PASIEN ODHA YANG MENERIMA TERAPI ANTIRETROVIRAL DI LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING SEKAR JEPUN RSUD BADUNG TAHUN 2006-2014 PUTU DIAN PRIMA KUSUMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan penurunan pada fungsi kognitif. Meskipun sebenarnya proses ini sudah mulai terjadi pada pertengahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan termasuk di Indonesia yang awalnya hanya terjadi di negara-negara maju. Menurut Nugroho (1995) peningkatan

Lebih terperinci

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan 3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA TAHUN

ABSTRAK HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA TAHUN ABSTRAK HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA 10-12 TAHUN Meningkatnya prevalensi obesitas pada anak sering dikaitkan dengan kebiasaan anak mengkonsumsi makanan cepat saji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan teknologi tersebut berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Akhir dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire

DAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire DAFTAR SINGKATAN Lansia TTS BIMC BOMC FAQ STMS CDT MMSE SSP : Lanjut Usia : Teka Teki Silang : Blessed Information Memory Concentration : Blessed Orientation Memory Concentration : Functional Activitie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit medis dan kematian dini (Villareal et al, 2005). Obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6 persen dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Menua (menjadi tua) adalah proses menghilangnya kemampuan pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun mempertahankan struktur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belatang kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga tingkat yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang akan selalu digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kendali tersebut membawa dampak terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

AL UM ANISWATUN KHASANAH

AL UM ANISWATUN KHASANAH TESIS PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH AL UM ANISWATUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut Usia Lanjut usia merupakan tahap terakhir dari perkembangan hidup manusia, suatu proses alami dimana tidak semua orang dapat mencapai tahap ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

KAITAN FAKTOR KESEPIAN DAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI BHAKTI LUHUR NURSING HOME SKRIPSI

KAITAN FAKTOR KESEPIAN DAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI BHAKTI LUHUR NURSING HOME SKRIPSI KAITAN FAKTOR KESEPIAN DAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI BHAKTI LUHUR NURSING HOME SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Kedokteran Uninversitas Katolik Widya Mandala Surabaya Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

Perkembangan Fisik Dewasa Akhir

Perkembangan Fisik Dewasa Akhir Psikologi Perkembangan Perkembangan Fisik Dewasa Akhir Unita Werdi Rahajeng www.unita.lecture.ub.ac.id Dewasa Akhir Lanjut Usia Masa akhir dalam kehidupan manusia Masa menurunnya fisik dan mental Berlalunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia). Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat di negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di negara maju. Demikian halnya di Indonesia

Lebih terperinci

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo Oleh: NURUL KALIFAH 11611992 PROGRAM STUDI D IIII KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP 52 LAMPIRAN Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Riri Perkasa Alam NIM : 120100051 Tempat Tanggal Lahir: Medan, 21 Desember 1994 Agama : Islam Alamat : Jl. Mawar No 39 Desa Lama Pancur Batu Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN SENAM LANSIA DENGAN KUALITAS TIDUR LANSIA. di Posyandu Lestari Lansia Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun

SKRIPSI HUBUNGAN SENAM LANSIA DENGAN KUALITAS TIDUR LANSIA. di Posyandu Lestari Lansia Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun SKRIPSI HUBUNGAN SENAM LANSIA DENGAN KUALITAS TIDUR LANSIA di Posyandu Lestari Lansia Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun Oleh : FARID FATKHURROJI NIM : 13631374 PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Agus Sumarno 1, Ana Sukriah Salam 2 1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Assyafi iyah

Agus Sumarno 1, Ana Sukriah Salam 2 1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Assyafi iyah HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DENGAN KEJADIAN INSOMNIA DI PANTI SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI YAYASAN KARYA BHAKTI RIA PEMBANGUNAN CIBUBUR TAHUN 2016 Agus Sumarno 1, Ana Sukriah Salam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Dasar Lansia a. Definisi Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II NI PUTU ENIK ERNAWATI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) sebagai suatu tahap lanjut proses kehidupan ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh secara alamiah atau fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi merupakan hal yang saling berkaitan. Selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii ABSTRAK Salah satu penyebab terbesar kematian bayi dan kematian neonatus adalah bayi dengan berat badan yang rendah saat lahir atau yang biasa disebut bayi berat lahir rendah (BBLR). Menurut World Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanpa disadari, fungsi kognitif memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia dan menentukan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh manusia. Fungsi kognitif sangat

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan

Lebih terperinci

INTERVENSI FOUR SQUARE STEP

INTERVENSI FOUR SQUARE STEP SKRIPSI INTERVENSI FOUR SQUARE STEP LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI KELURAHAN TONJA, DENPASAR TIMUR, BALI PUTU AYUNIA LAKSMITA KEMENTRIAN

Lebih terperinci