KEKUASAAN DAN PEMBERDAYAAN PERSPEKTIF TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEKUASAAN DAN PEMBERDAYAAN PERSPEKTIF TANGGUNG JAWAB SOSIAL"

Transkripsi

1 BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta Fax: KEKUASAAN DAN PEMBERDAYAAN PENGANTAR PERSPEKTIF TANGGUNG JAWAB SOSIAL UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 menyatakan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/aau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terlepas dari perdebatan tentang apakah tepat tanggung jawab sosial diatur dalam UU, salah satu asumsi pengambil kebijakan untuk memasukkan tanggung jawab sosial kedalam UU adalah posisi yang lemah dari berbagai pihak diluar perseroan. Posisi yang lemah tersebut tidak memungkinkan mereka yang dirugikan oleh operasi perseroan untuk menuntut pertanggungjawaban. Ketidakseimbangan posisi dari pemangku kepentingan adalah sebuah realita yang dapat dikoreksi melalui pemberdayaan. Kata pemberdayaan pada saat ini merupakan kata yang paling sering dipakai untuk menggambarkan hasil dari tanggung jawab sosial. Maraknya penggunaan kata ini telah menjurus pada pengaburan dari makna sesungguhnya pemberdayaan. Lebih jauh lagi, mulai banyak tindakantindakan yang sebetulnya tidak memberdayakan (dis-empowering) diberi label pemberdayaan. Dalam kondisi seperti itu sangatlah perlu untuk memahami kembali arti kata pemberdayaan beserta konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkannya. DIMENSI-DIMENSI KEKUASAAN Tidak dapat disangkal makna pemberdayaan (em-power-ment) berkembang dari kekuasaan (power). Dalam perspektif antropologi, kekuasaan merupakan pondasi dasar dari pengorganisasian masyarakat manusia purba. Pengorganisasian adalah salah satu metode untuk bertahan manusia purba menghadapi alam yang keras. Kekuasaan membuat membuat mereka mampu secara terorganisir menghadapi ancaman binatang buas, mencari makanan, dan tantangan kehidupan lainnya. Didalam praktek kekuasaan masyarakat purba, terdapat beberapa orang yang ditunjuk menjadi penguasa (the powerful) oleh seluruh komunitas. Penguasa pada masyarakat purba adalah mereka yang memiliki kemampuan fisik lebih dari yang lain. Kemampuan fisik inilah yang sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai ancaman yang datang

2 kepada komunitas purba tersebut. Penguasa biasanya adalah orang pertama yang akan menghadapi seperti misalnya binatang buas yang mengancam komunitas. Sebagai penghargaan terhadap peran penguasa dalam melindungi komunitas, mereka mendapatkan beberapa hak dan privilese seperti mendapatkan makanan yang terbaik, memilih pasangan, menentukan tempat tinggal yang aman, dan semacamnya. Dengan bahasa Rousseau, praktek kekuasaan masyarakat purba adalah bentuk kontrak sosial antara komunitas dengan orang-orang yang dianggap mampu memberikan perlindungan kepada komunitas. Didalam perkembangannya, kekuasaan dilepaskan dari konteks kontrak sosial dan menjadi wilayah (domain) tersendiri yang melaluinya kepentingan partikular sekelompok orang dapat diwujudkan. Kekuasaan tidak lagi diabdikan untuk melindungi komunitas secara keseluruhan melainkan sebagai instrumen penguasaan sekelompok orang terhadap yang lain. Didalam praktek kekuasaan semacam inilah kekuasaan menjadi salah satu sumber utama berbagai praktek penindasan, kolonialisasi, dan pelanggaran hak-hak dasar manusia. Praktek kekuasaan yang ada kemudian mendorong berkembangnya dua entitas yang mulai saling diperhadapkan yaitu pihak yang memiliki kekuasaan (the powerful) berhadapan dengan yang tidak berkuasa (the powerless). Hubungan kekuasaan antara yang berkuasa dan yang tidak merupakan hubungan yang dinamis dimana pihak yang berkuasa mencoba mengekalkan kekuasaannya sementara pihak yang tidak berkuasa mencoba mendapatkan ruang kekuasaan yang lebih besar. Didalam proses relasi antara kedua entitas ini praktek kekuasaan kemudian menjadi semakin komplek dimana kekuasaan berkembang kedalam beberapa dimensi yaitu kekuasaan yang terlihat (visible power), kekuasaan tersembunyi (hidden power), dan kekuasaan yang tidak terlihat (invisible power). Visible power adalah aspek-aspek yang terlihat dan dapat didefinisikan dari kekuasaan politik --- aturan-aturan formal, struktur, otoritas, kelembagaan, dan prosedur pengambilan keputusan. Pemerintah dan parlemen adalah pihak yang memegang kekuasaan ini. Hidden power terdiri dari orang-orang dan organisasi yang mampu mempengaruhi dan menentukan proses pengambilan keputusan meskipun mereka mungkin tidak berada pada posisi politik yang berkuasa. Proses pengaruh dapat ditimbulkan karena penguasaan sumber daya, keahlian, dan relasi yang kuat. Invisible power merupakan kekuasaan untuk membentuk sistem nilai, ideologi, dan aspek-aspek psikologi dari para pelaku kekuasaan sehingga akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Invisible power dikembangkan melalui media massa, pendidikan, dan proses sosial lainnya yang membentuk persepsi, mindset, dan keyakinan dari pelaku kekuasaan. Didalam prakteknya, ketiga dimensi kekuasaan tersebut bekerja bersama-sama dan saling mempengaruhi. Secara kasat mata pemerintah dan parlemen adalah pihak yang berkuasa dalam mengambil kebijakan publik akan tetapi telah diketahui ada pihak-pihak dibelakang mereka yang dapat mempengaruhi para pengambil kebijakan tersebut 2

3 bahkan menentukan isi dari kebijakan yang diambil. Lebih jauh lagi terdapat pihak yang mampu membentuk persepsi, mindset, dan keyakinan berbagai pihak sehingga mempengaruhi perilaku dan tanggapan terhadap masalah atau topik. Secara konkrit telah banyak diketahui oleh pelaku tanggung jawab sosial bahwa kegiatan pembangunan pada masyarakat desa hanya akan efektif tidak hanya kalau didukung oleh kepala desa namun juga pemimpin informal lainnya seperti tokoh perempuan, tokoh adat ataupun tokoh agama yang dapat berfungsi sebagai pemegang kekuasaan tersembunyi dan kekuasaan yang tidak terlihat. BENTUK-BENTUK KEKUASAAN Pada awalnya kekuasaan dipersepsikan selalu terkait dengan kekuasaan yang berskala makro dan terkait dengan politik. Refleksi terhadap praktek kekuasaan yang terjadi sepanjang sejarah membawa pada pemahaman bentuk-bentuk kekuasaan yang lebih beragam dan secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: kekuasaan atas (power over), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan didalam (power within), dan kekuasaan bersama (power with). Power over merupakan kekuasaan yang oleh proses politik, ekonomi, sosial, dan budaya memberikan kepada seseorang atau sekelompok orang penguasaan terhadap sesuatu sumber daya, kelompok masyarakat, atau individu. Pada level negara, pemerintah yang terpilih melalui suatu mekanisme politik yang legal akan memiliki kekuasaan atas beberapa sektor dan aspek dari kehidupan publik. Mereka dapat mengatur dan menentukan kebijakan atas sektor dan aspek yang dipercayakan pada mereka. Pada tataran komunitas, proses sosial-budaya masyarakat patriarki akan memberikan kepada laki-laki kekuasaan atas perempuan sedemikian rupa sehingga dapat terjadi dominasi dan marjinalisasi terhadap kaum perempuan. Dalam tataran lain, konstruksi budaya pada masyarakat timur memberikan kepada orang tua kekuasaan atas anak-anak didalam keluarga. Power to dapat terjadi pada beberapa level. Pada level negara, power to pada umumnya merupakan bagian dari otoritas yang dimiliki oleh negara dan dilindungi oleh undangundang. Pada level komunitas, kekuasaan untuk mengambil tindakan (power to do) pada suatu kelompok masyarakat akan semakin berkembang dengan tumbuhnya kesadaran bersama terhadap suatu permasalahan tertentu dan soliditas dari kelompok tersebut. Sementara pada level individu, power to sangat terkait dengan kesadaran kritis yang dimiliki. Semakin sadar seseorang, ia akan mampu bertindak proaktif yaitu berkuasa untuk mengambil tindakan sendiri berdasarkan pertimbangan sendiri. Power within pada level individu sangat terkait dengan power to. Individu yang sadar bahwa ia berkuasa atas dirinya sendiri akan mampu mengembangkan kekuasaan untuk bertindak. Mahatma Gandhi, Martin Luther King Jr., dan Nelson Mandela merupakan orang-orang yang dengan gamblang mendemonstrasikan bagaimana kuatnya power within. Meskipun secara fisik mereka mengalami pemenjaraan dan penganiayaan, hal-hal tersebut tidak mampu memadamkan api didalam diri mereka. Mereka tetap memiliki kekuasaan didalam diri mereka untuk menetapkan apa yang menjadi prioritas dan tindakan mereka. Pada tataran komunitas, power within merupakan kemampuan 3

4 komunitas tersebut untuk konsisten pada komitmen yang dibangun dan menjaga kemampuan untuk bertindak secara mandiri. Gerakan masyarakat sipil yang dipimpin Martin Luther King di Amerika Serikat dan gerakan satyagraha di India yang diinisiasi oleh Mahatma Gandhi merupakan perwujudan komunitas yang memiliki power within. Power with merupakan bentuk kekuasaan yang berkembang manakala beberapa entitas yang tidak cukup memiliki kekuasaan menggabungkan diri menjadi entitas kolektif. Berbagai revolusi sosial yang terjadi disepanjang sejarah dunia dalam menghadapi pemegang kekuasaan absolut selalu terjadi manakala berbagai kelompok didalam masyarakat secara bersama-sama mewujudkan power with. Bentuk kekuasaan ini dengan demikian terjadi pada tingkat komunitas atau masyarakat serta terwujud manakala berbagai individu dan kelompok menemukan landasan bersama (common ground) yang berdasarkan komitmen saling mendukung (mutual support) dan solidaritas untuk mencapai tujuan tertentu. Kekuasaan ini yang perlu digunakan dalam tanggung jawab sosial dimana korporasi bersama dengan stakeholder membangun landasan bersama untuk membangun kehidupan bersama. STRUKTUR KEKUASAAN DAN PEMBERDAYAAN Ketika kita bicara tentang proses pemberdayaan, pada dasarnya kita merujuk pada posisi relatif dari kekuasaan yang dimiliki oleh berbagai kelompok sosial yang berbeda. Didalam realita, satu kelompok sosial yang mayoritas ataupun minoritas memiliki kemungkinan yang sama untuk menjadi pihak yang berkuasa ataupun pihak yang tidak berkuasa. Tidak ada pola yang tetap, konteks lokal-lah yang menentukan siapa yang menjadi pihak yang berkuasa dan siapa yang tidak. Diagram 1. Intervensi Pemberdayaan POWERFUL POWERLESS Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 EMPOWERMENT Didalam struktur kekuasaan pada dasarnya selain terdapat pihak yang berkuasa dan yang tidak, juga terdapat relasi antara mereka. Relasi ini meskipun secara ideal seharusnya berjalan dua arah, dalam kekuasaan yang otoriter dan hegemonik akan lebih didominasi oleh kekuasaan dari yang berkuasa ke yang tidak berkuasa. Pihak yang berkuasa yang 4

5 akan menentukan isi dan bentuk komunikasi kekuasaan. Pihak yang tidak berkuasa tidak mampu untuk memberikan respon balik yang setara. Ketimpangan berat sebelah dalam relasi kekuasaan inilah yang memungkinkan kelompok yang berkuasa mendominasi yang tidak berkuasa. Ketimpangan ini pula yang sebenarnya menjadi subjek utama dari pemberdayaan. Tanggung jawab sosial yang memberdayakan pada dasarnya berupaya untuk mengintervensi ketimpangan-ketimpangan ini dengan maksud menyeimbangkan pola relasi dan akses kekuasaan. Hal ini pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: Jalur 1: melakukan intervensi kepada kelompok yang berkuasa, Jalur 2: melakukan intervensi kepada relasi antar kedua kelompok, Jalur 3: Melakukan intervensi kepada kelompok yang tidak berkuasa. Jalur 1 Jalur 1 bermaksud mengembangkan relasi kekuasaan yang lebih setara dengan menjadikan pihak yang berkuasa sebagai subjeknya. Hal ini terutama dilaksanakan melalui tiga bentuk yaitu mempengaruhi (influencing), penekanan (pressuring), dan penggantian (replacing). Upaya mempengaruhi dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan seperti dialog, lobby, dan semacamnya. Penekanan umumnya diwujudkan melalui demonstrasi, boikot, dan aksiaksi kolektif lainnya. Penggantian dilaksanakan ketika dua cara terdahulu tidak dapat membuat terjadinya perubahan. Proses penggantian sendiri dapat dilaksanakan dalam koridor sistem politik yang ada atau menggunakan proses diluar koridor. Proses reformasi yang berlangsung pada tahun merupakan salah satu contoh perubahan diluar koridor sitem politik. Jalur 2 Jalur ini berfokus pada relasi yang berlangsung antara pihak yang berkuasa dengan yang tidak. Relasi yang berat sebelah melalui jalur ini diseimbangkan melalui intervensi pada mekanisme politik, kebijakan publik, proses pengambilan keputusan, dan proses-proses lain yang serupa. Berbagai upaya organisasi masyarakat sipil yang melaksanakan advokasi kebijakan publik melalui pembentukan berbagai koalisi ornop untuk berbagai perundang-undangan merupakan wujud konkrit dari intervensi menggunakan jalur 2. Jalur 3 Jalur 3 berupaya mengembangkan relasi kekuasaan yang lebih setara dengan melaksanakan intervensi kepada kelompok yang tidak berkuasa. Berbagai kegiatan yang dapat dikelompokkan kedalam jalur 3 adalah seperti: liberative education, community organizing, community development, dan people centered advocacy. Secara konkrit jalur 3 dianggap berhasil manakala kelompok sosial yang awalnya tidak memiliki kekuasaan kemudian mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan yang dimaksudkan disini dapat mengambil tiga bentuk yaitu: 5

6 Kekuasaan melalui kepercayaan diri yang lebih besar dari seseorang untuk melaksanakan berbagai bentuk aksi yang diperlukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan hak-hak dasarnya Kekuasaan dalam pengertian peningkatan dan efektivitas hubungan yang dikembangkan oleh mereka yang tak berdaya dengan organisasi-organisasi lain. Dalam istilah lain kekuasaan sebagai hasil terbangunnya kelembagaan rakyat. Kekuasaan sebagai hasil dari meningkatnya akses rakyat terhadap sumber-sumber daya ekonomi seperti kredit dan masukan-masukan lainnya (inputs). Dalam perspektif yang berbeda, pemberdayaan pada kelompok yang tidak berkuasa dapat terjadi dalam tiga tingkat yaitu: Tingkat Individu: membangun rasa percaya diri dan kapasitas Tingkat Relasional/Hubungan: membangun kemampuan untuk bernegosiasi dan mempengaruhi sifat hubungan serta membuat keputusan didalamnya. Tingkat Kolektif : dimana setiap individu bekerjasama untuk mencapai suatu dampak yang lebih luas seperti membentuk koperasi atau ikut ambil bagian dalam struktur politik. Praktek kegiatan pemberdayaan dapat mencakup beragam dimensi yaitu personal, budaya, sosial, ekonomi, organisasi, dan politik. Masing-masing dimensi memiliki karakteristik sendiri didalam melaksanakan pemberdayaan. Berkembangnya beragam dimensi ini sendiri juga merupakan konsekuensi logis dari pengaruh kekuasaan yang menyeluruh dan mendalam. Secara skematis dimensi-dimensi pemberdayaan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Personal Citra dan identitas diri Penciptaan ruang Perolehan pengetahuan Sosial Kepemimpinan dalam aksi rakyat Aksi untuk hak-hak dasar Inklusi sosial Melek huruf (literacy) Organisasi Pengembangan identitas kolektif Penetapan perwakilan Pengorganisasian rakyat Kepemimpinan kolektif Tabel Dimensi Dimensi Pemberdayaan Budaya Pengembangan sistem nilai Pendefinisian kembali aturan dan norma-norma tradisional Pengembangan kembali praktekpraktek budaya Ekonomi Mendapatkan pendapatan yang tetap (income security) Kepemilikan aset-aset produktif Ketrampilan kewirausahaan Politik Partisipasi dalam institusi lokal Kapasitas dalam advokasi & negosiasi Akses dalam proses pengambilan keputusan politik Beragam dimensi tersebut memperlihatkan berbagai dampak dari pemberdayaan sebagai wujud dari tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial dengan demikian diukur bukan pada apa yang dilakukan atau diberikan oleh seorang individu atau korporasi melainkan 6

7 dari perubahan sosial yang ditimbulkan pada masyarakat khususnya yang sebelumnya mengalami ketidakberdayaan. PEMBERDAYAAN SEMU Pemberdayaan bukanlah tindakan reaksioner dan temporer; sebaliknya, pemberdayaan merupakan tindakan sistematis dan terencana yang bertujuan untuk mengubah pola relasi kekuasaan secara permanen. Intervensi untuk melaksanakan pemberdayaan yang tidak mampu mengubah relasi kekuasaan secara permanen akan menimbulkan arus balik dimana pihak yang berkuasa akan memperbesar tekanannya kepada pihak yang tidak berkuasa ketika intervensi dihentikan. Apabila ini terjadi, maka bukan perbaikan kondisi kehidupan dari pihak yang tidak berkuasa yang terjadi melainkan marjinalisasi dan pemiskinan yang semakin meluas. Dalam praktek sering terjadi ketika program/ proyek pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah, LSM, maupun korporasi sedang berjalan semuanya terlihat baik: kondisi kehidupan rakyat meningkat dan mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan, penguasa lokal peduli dan mendengarkan rakyat, serta berbagai kebijakan publik berpihak kepada rakyat. Namun setelah program/proyek selesai, beberapa waktu kemudian rakyat kembali diabaikan dan ditekan, penguasa bertindak semakin sewenang-wenang, infrastruktur dan fasilitas yang ada justru ditelantarkan, dan berbagai kebijakan publik yang baik diabaikan serta kebijakan publik baru yang distortif justru dibuat. Inilah yang disebut pemberdayaan semu (pseudoempowerment). LANGKAH-LANGKAH PEMBERDAYAAN Untuk menghindari terjadinya pemberdayaan semu, maka sangat penting untuk melaksanakan tindak pemberdayaan melalui serangkaian langkah-langkah dasar yang sistematis dan terencana. Langkah-langkah tersebut adalah: I. Pembuatan peta kekuasaan, pada langkah ini dipetakan siapa yang berkuasa dan tidak berkuasa, pola relasi yang terjadi, serta jenis kekuasaan yang ada II. Pengembangan strategi intervensi, strategi intervensi dipilih sesuai dengan tiga jalur yang ada dengan bentuk kegiatan disesuaikan dengan konteks masyarakat lokal III. Implementasi intervensi, langkah implementasi menuntut pada saat yang sama konsistensi dan kreatifitas dalam menghadapi dinamika lapangan. IV. Monitoring dan evaluasi, langkah ini diperlukan untuk memastikan sejak awal diidentifikasi penyimpangan yang terjadi serta dampak yang ditimbulkan dari tindak pemberdayaan yang dilaksanakan. Keempat langkah dasar dari pemberdayaan bukan merupakan sebuah proses sekali jadi melainkan sebuah siklus pemberdayaan yang berjalan secara terus menerus yang dapat digambarkan dalam siklus berikut. 7

8 Diagram 2. Siklus Pemberdayaan Pembuatan Peta Kekuasaan Pengembangan Strategi Intervensi Monitoring Dan Evaluasi Implementasi Intervensi PENUTUP Merebaknya masalah sosial mengundang tanggung jawab sosial semua pihak. Realita kehidupan memperlihatkan bahwa kekuasaan merupakan instrumen yang efektif untuk mengatasi masalah sosial. Sebagian orang berjuang untuk merebut dan berupaya mempertahankannya untuk kepentingan partikular. Sebagian yang lain terutama mereka yang mengembangkan tanggung jawab sosial bermaksud untuk menjadikan kekuasaan kembali mengabdi pada maksud dasarnya yaitu melayani kepentingan umum. Tidak dapat disangkal bahwa ketimpangan kekuasaan telah menjadikan maksud tersebut merupakan tantangan yang terus menerus dihadapi. Salah satu pondasi dasar untuk menjawab tantangan untuk melaksanakan pemberdayaan adalah memulai dari awal yang benar dengan memahami kekuasaan dan pemberdayaan secara tepat. (Riza Primahendra) 8

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

Oleh: Riza Primahendra 1

Oleh: Riza Primahendra 1 BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 13230 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 SEKTOR MIK IKRO DAN KEUANGAN N MIKRO PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BRIEF NOTE PENGANTAR. Riza Primahendra 1

BRIEF NOTE PENGANTAR. Riza Primahendra 1 BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 13230 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MARJIN NALISASI PERDES SAAN PENGANTAR Riza

Lebih terperinci

Oleh: Riza Primahendra 1

Oleh: Riza Primahendra 1 BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 KEMISKINAN N DAN PENANGGULANG GANNYA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 24, Krisis Sosial: Sebuah Pengantar

Brief Note. Edisi 24, Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Brief Note Edisi 24, 2016 Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Riza Primahendra Salah satu tujuan dari dilaksanakannya CSR adalah menghindari krisis sosial yang berdampak pada

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan

Brief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Brief Note Edisi 22, 2016 Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Riza Primahendra Pengantar Salah satu indikator utama dalam melaksanakan CSR atapun

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia

Australia Awards Indonesia Australia Awards Paket Aplikasi Studi Singkat Kepemimpinan Organisasi dan Praktek-praktek Manajemen untuk Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) Page 1 Maksud dan tujuan Australia Awards Australia Awards

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan) Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan) Latar Belakang/Konteks (1/2) Kurangnya pengakuan PRT sebagai pekerja pengecualian dari undang undang ketenagakerjaan kondisi kerja tidak

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 20, Mengembangkan Cost Effective CSR

Brief Note. Edisi 20, Mengembangkan Cost Effective CSR Brief Note Edisi 20, 2016 Mengembangkan Cost Effective CSR Mengembangkan Cost Effective CSR Riza Primahendra Pengantar Pelambatan ekonomi dunia yang ditandai dengan lesunya pasar saham, anjloknya harga

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0 Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1 Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIK

BAB II KERANGKA TEORITIK BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (Empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan) keterangan. Ide utama

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah BAB VI KESIMPULAN Sampai pada saat penelitian lapangan untuk tesis ini dilaksanakan, Goenawan Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah Tempo dalam waktu yang relatif lama,

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE Pandangan Freire tentang Netralitas Kelompok Netralitas yang memiliki ideologi yang sama Netralitas gereja yang berkaitan dengan sejarah dan politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan KODE UNIT : O.842340.003.01 JUDUL UNIT : Menjalin Hubungan yang Positif dengan Pemangku Kepentingan DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap kerja yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

Lebih terperinci

Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan

Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan Undangan Menulis Buku Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan Editor: Idhamsyah Eka Putra Universitas Persada Indonesia YAI Hanrezi Dhania Universitas Tama Jagakarsa Ardiningtiyas Pitaloka Universitas Yarsi

Lebih terperinci

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Oleh Agung Putri Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Implementasi

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN KOMUNITAS

ORGANISASI DAN KOMUNITAS PEKERJAAN SOSIAL GENERALIS SUATU PENGANTAR BEKERJA BERSAMA ORGANISASI DAN KOMUNITAS SANTOSO TRI RAHARJO PEKERJAAN SOSIAL GENERALIS SUATU PENGANTAR BEKERJA BERSAMA ORGANISASI DAN KOMUNITAS Oleh; SANTOSO

Lebih terperinci

Perubahan ini telah memberikan alat kepada publik untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ekonomi. Kemampuan untuk mengambil keuntungan dari

Perubahan ini telah memberikan alat kepada publik untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ekonomi. Kemampuan untuk mengambil keuntungan dari PENGANTAR Sebagai salah satu institusi pembangunan publik yang terbesar di dunia, Kelompok (KBD/World Bank Group/WBG) memiliki dampak besar terhadap kehidupan dan penghidupan jutaan orang di negara-negara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam

BAB V PENUTUP. LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam BAB V PENUTUP Jawaban atas pertanyaan mengapa ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam dirinya untuk menentukan kontur dan corak dari ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

Berawal dari kegelisahan tersebut kemudian pendiri mengemas gerakan melalui dua

Berawal dari kegelisahan tersebut kemudian pendiri mengemas gerakan melalui dua 9 B. KESIMPULAN Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) telah membawa perspektif baru dalam strategi advokasi. Kehadirannya atas kegundahan proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia dalam pemerataan distribusi

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

Partisipasi dalam Mempengaruhi Kebijakan Desa. Novita Anggraeni

Partisipasi dalam Mempengaruhi Kebijakan Desa. Novita Anggraeni Aksi Sosial: Bentuk Aksi Kolektif Masyarakat Sebagai Partisipasi dalam Mempengaruhi Kebijakan Desa Novita Anggraeni novitaanggraeni.51@gmail.com novi@pattiro.org Latar Belakang Ø Masyarakat sebagai penerima

Lebih terperinci

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan KODE UNIT : O.842340.031.01 JUDUL UNIT : MemfasilitasiPengkajianRisikoBencana DESKRIPSIUNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk membuat daftar prioritas risiko

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan modal sosial di Suara Ibu Peduli dan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi yang mempengaruhi semua tingkatan kehidupan. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan diantara kita menjalani

Lebih terperinci

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya. Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan

Lebih terperinci

Pemberdayaan Pasien. Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY

Pemberdayaan Pasien. Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY Pemberdayaan Pasien Dr. Budi Wahyuni, MM,MA PKBI-DIY Pasien Pemberdayaan Promosi Sehat Komunitas Sekelompok pelaku dalam suatu teritorial terbatas merupakan dasar bagi mereka untuk bekerja bersama dalam

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1

Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1 S T U D I K A S U S Perempuan Diberdayakan Perempuan dalam Parlemen di Afrika Selatan 1 MAVIVI MYAKAYAKAYA-MANZINI Kebebasan tidak akan dapat dicapai kecuali kalau perempuan telah dimerdekakan dari segala

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sosial, serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk

BAB V KESIMPULAN. sosial, serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk BAB V KESIMPULAN Gender merupakan salah satu isu yang sangat penting dalam masalah pembangunan, terkhusus Sumber Daya Manusia di dunia. Meskipun isu ini tergolong ke dalam isu yang masih baru, gender telah

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perusahaan Exxon Mobil melaksanakan program CSR berfokus pada tiga pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi. Salah satu program pilar pengembangan ekonomi

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelanggan merupakan kunci keberhasilan bisnis. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan berbagai cara untuk membuat pelanggan meningkat dan tetap setia, namun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari elemen perkotaan. Ruang terbuka hijau memiliki fungsi ekologis, estetika, sosial budaya dan ekonomi. Namun pada pelaksanaan

Lebih terperinci

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231) PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231) Koordinator Matakuliah Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Website: http://skpm.fema.ipb.ac.id/

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

II. PENDEKATAN TEORITIS

II. PENDEKATAN TEORITIS II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Kepemilikan Sumber Daya (Property rights) Kondisi tragedy of the common didorong oleh kondisi sumber daya perikanan yang bersifat milik bersama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Suatu kelembagaan merupakan suatu sistem kompleks yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses, dan peran masing-masing

Lebih terperinci

Aset Desa Sebagai Basis Desa Membangun. M. Zainal Anwar

Aset Desa Sebagai Basis Desa Membangun. M. Zainal Anwar Aset Desa Sebagai Basis Desa Membangun M. Zainal Anwar Visi Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia dari pinggiran sambil memperkuat daerah dan memberdayakan desa tidak mudah. Salah satu tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda Organisasi Perburuhan Internasional Lapangan Kerja bagi Kaum Muda SEBUAH TUJUAN NASIONAL SEKILAS tentang Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda di Indonesia: Sekitar 57 persen dari angkatan kerja muda Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh beberapa ahli komunikasi. Komunikasi mengandung makna bersama sama (common). Istilah komunikasi berasal

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

Mida Saragih Koordinator Nasional Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI)

Mida Saragih Koordinator Nasional Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI) Mida Saragih Koordinator Nasional Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI) Defenisi Pemberdayaan Pemberdayaan perempuan adalah upaya pemampuan perempuan untuk memeroleh akses dan kontrol terhadap

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 21, Membangun Ekonomi Kerakyatan

Brief Note. Edisi 21, Membangun Ekonomi Kerakyatan Brief Note Edisi 21, 2016 Membangun Ekonomi Kerakyatan Membangun Ekonomi Kerakyatan Riza Primahendra Pengantar Pelemahan ekonomi global yang terjadi dua tahun terakhir telah membut beberapa pihak menyampaikan

Lebih terperinci

Peran Strategis Aisyiyah Di Tengah Dinamika Kehidupan Kontemporer Untuk Memperkuat Masyarakat Sipil

Peran Strategis Aisyiyah Di Tengah Dinamika Kehidupan Kontemporer Untuk Memperkuat Masyarakat Sipil Peran Strategis Aisyiyah Di Tengah Dinamika Kehidupan Kontemporer Untuk Memperkuat Masyarakat Sipil Oleh Sunyoto Usman Jurusan Sosiologi, Fisipol UGM Masalah sosial, ekonomi, politik semakin kompleks.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini

Lebih terperinci

Disampaikan dalam acara Temu Inklusi 2016 Oleh : Karel Tuhehay KARINAKAS YOGYAKARTA

Disampaikan dalam acara Temu Inklusi 2016 Oleh : Karel Tuhehay KARINAKAS YOGYAKARTA Disampaikan dalam acara Temu Inklusi 2016 Oleh : Karel Tuhehay KARINAKAS YOGYAKARTA Istilah Community Based Rehabilitation (CBR) Di Indonesiakan : Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) Sejarah perkembangan

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada saat ini semakin tumbuh dan berkembang, baik di dalam jumlah maupun jenis usaha yang dijalankan. Pada umumnya, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaman ini banyak sekali perusahaan ataupun organisasi yang bergerak dibidang yang sama. Hal ini menjadikan terciptanya persaingan antar perusahaan atau organisasi

Lebih terperinci

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Pendahuluan Pokok Pokok Temuan Survei Nasional Demos (2007 2008) : Demokrasi masih goyah: kemerosotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

M E N C A R I B E N T U K STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH 1 Oleh Drs. Syarifuddin, M.Soc.Sc., Ak.

M E N C A R I B E N T U K STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH 1 Oleh Drs. Syarifuddin, M.Soc.Sc., Ak. M E N C A R I B E N T U K STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH 1 Oleh Drs. Syarifuddin, M.Soc.Sc., Ak. Pendahuluan Dalam waktu yang sangat singkat, akuntansi sektor publik telah menjadi topik yang utama

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.320, 2017 KEMENPP-PA. Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Partisipasi Masyarakat. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kesatuan yang menganut Sistem Pemerintahan Presidensiil. Dalam sistem ini dijelaskan bahwa kepala eksekutif

Lebih terperinci