ASPEK HUKUM KONTRAK PADA PERUSAHAAN JOINT VENTURE (Studi Terhadap Perusahaan Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara)
|
|
- Susanti Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ASPEK HUKUM KONTRAK PADA PERUSAHAAN JOINT VENTURE (Studi Terhadap Perusahaan Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara) Budiman Ginting Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Abstract To mobilize the development in economy, the Government has determined the forms of coporation between national and foreign capital. One of them is a joint venture. This integration joint venture company Ltd. is based on the presence of contract or agreement among the national and foreign investor for foreign investment in Indonesia. It is the contract made by these investors to be called as a joint venture contract. It is the contract or agreement in Indonesia should be subjected to the Book III KUH Perdata (Civil Law) of binding. While the building of any joint venture corporation requires enclosures issued by the Government as operational requirement of the company. This study takes 20 samples of foreign investment company on North Sumatera Province and it uses questionary as a collecting tool of data. From the research which can be completed, it can be drawn some conclusions as, that in practice, in determining the volume of agreement or contract among the national and foreign investors, the freedoms of investor not anly rely in their considerations, but also should be subjected to the law and other government regulation related to the foreign capital investment in Indonesia. In North Sumatera Province, the existed joint ventures have to base on the capital integrations with the compositions of shareholder in ratio od foreign majority of 65% and foreign minority of 10%, while the composition in ratio of both 50% consists of 10% and the compositions in ratio of 49% to 51% consists of 15%. These conditions show that national investors are in hard positions for determination of policy provided that their rights are determinde by the vote in the general meeting of shareholders. Keywords: Joint venture, Businesses, Skill, Capital A. Pendahuluan Setiap negara terutama yang sedang berkembang termasuk Indonesia dalam rangka mewujudkan pembangunan nasionalnya tentu memerlukan modal yang sangat besar. Modal yang besar ini dapat diperoleh dari sumber pembiayaan dalam negeri dan luar negeri. Berbagai bentuk dan cara pemanfaatan sumber luar negeri oleh negara Indonesia, antara lain berupa bantuan keuangan, bantuan ahli, bantuan program dan proyek, bantuan teknologi, pinjaman modal yang berupa kredit dan penanaman modal asing. Kebijaksanaan umum mengenai penanaman modal asing (PMA) di Indonesia adalah untuk mengundang masuknya investor-investor asing yang diarahkan untuk berperan menunjang akselerasi pembangunan nasional. Mengenai kerjasama antara modal asing dan modal nasional dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 hanya memberikan ketentuan yang bersifat umum dengan menyebutkan bahwa dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing dapat dilakukan kerjasama antara modal asing dan modal nasional (Pasal 23 UU No. 1 Tahun 1967). Selanjutnya Pemerintah menetapkan lebih lanjut bidang-bidang usaha, bentuk-bentuk dan cara-cara kerjasama antara modal asing dan modal nasional dengan memanfaatkan modal keahlian asing dalam bidang eksport serta produksi barang-barang dan jasa-jasa. Ketentuan ini ditafsirkan sebagai bukan suatu keharusan adanya kerjasama antara modal asing dan modal nasional dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal asing (Rajagukguk, 1992: 350). 1
2 Pada tanggal 22 Januari 1974, pemerintah menetapkan kebijaksanaan baru dalam bidang penanaman modal asing yaitu dengan tidak mengizinkan lagi 100% pemilikan perusahaan oleh pihak asing dalam penanaman modal. Dengan demikian baru sejak Tahun 1974 penanaman modal asing di Indonesia merupakan suatu keharusan diadakannya kerjasama dengan modal nasional dalam bentuk kerjasama patungan atau joint venture (Rajagukguk, 1985: 12). Bentuk perusahaan patungan (joint venture) oleh pemerintah Indonesia dianggap sebagai bentuk penanaman modal asing yang diharapkan akan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada pihak Indonesia dari suatu penanaman modal asing yang dilakukan secara langsung (straight foreign invesment), oleh karena sebagian dari keuntungan perusahaan akan diperoleh oleh pihak Indonesia. Dan di samping itu juga diharapkan bahwa dengan jalan joint venture itu pengusaha Indonesia akan lebih cepat mempelajari cara-cara bekerja, terutama entrepreneurship dan management dari perusahaan partner asingnya (Hartono, 1974: 11). Hubungan hukum dalam perjanjian patungan merupakan kontrak antara para pihak yang terlibat di dalamnya. Di Indonesia perjanjian patungan mengenai penanaman modal asing tidak saja tunduk kepada KUH Perdata khususnya Buku III tentang Perikatan, tetapi juga ketentuanketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah sehubungan dengan penanaman modal asing. Selain dari ketentuan dalam KUH Perdata, UU PMA, dan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menjadi dasar pedoman dalam pembahasan mengenai kontrak kerjasama patungan antara modal asing dengan modal nasional perlu juga diperhatikan aspek hukum perdata internasional. Perseroan Terbatas (PT) sebagai suatu Badan Hukum mempunyai kekayaan tersendiri. Termasuk dalam kekayaan suatu perseoran terbatas (PT) adalah modal yang terdiri dari: Modal dasar (Maatschappelijk Kapitaal), modal yang disanggupkan atau ditempatkan (Geplaats Kapitaal), dan modal yang disetor atau Gestort Kapitaal (Purwosutjipto, 1991: 103). Komposisi modal dalam suatu perusahaan joint venture sejak adanya UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, hingga sekarang telah mengalami perkembangan. Dalam hal ini Pemerintah telah menetapkan bahwa penyertaan modal nasional baik dalam investasi lama maupun dalam investasi baru harus menjadi 51% (lima puluh satu perseratus) dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak perusahaan berproduksi komersil. Tentang penyertaan atau persyaratan pemilikan saham nasional pada perusahaan penanaman modal asing telah beberapa kali mengalami perubahan. Misalnya dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing, yang diundangkan pada tanggal 19 Mei Dalam Pasal 6 ayat (1) dinyatakan bahwa: Saham peserta Indonesia dalam perusahaan patungan, sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus) dari seluruh modal disetor perusahaan pada waktu pendirian. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa peningkatan pemilikan saham peserta Indonesia dilakukan sesuai kesepakatan antara peserta Indonesia dengan peserta asing. Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan adalah, pertama, bagaimana praktek penggunaan hukum kontrak pada perusahaan joint venture yang ada di Sumatera Utara. Kedua, bidang usaha apa saja yang diminati oleh perusahaan joint venture di Sumatera Utara. Ketiga, bagaimana komposisi modal pada perusahaan joint venture di Sumatera Utara dan akibat hukumnya terhadap policy perusahaan. 2
3 B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan empiris. Dikatakan normatif karena lebih ditujukan pada syarat-syarat perjanjian, unsur-unsur dalam kontrak joint venture, berbagai pengertian kontrak, hukum perusahaan. Dikatakan penelitian hukum empiris, karena dalam penelitian ini diusahakan untuk mencoba menemukan di lapangan bagaimana praktek penggunaan hukum kontrak atau perjanjian itu terhadap pengelolaan perusahaan patungan atau joint venture company. Sifat dari penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yaitu memaparkan informasi dan fakta secara sistematis dan akurat mengenai aspek penggunaan hukum kontrak dan pengaturan modal serta akibat hukumnya. Untuk mendapatkan data primer, digunakan kuesioner dan pedoman wawancara sebagai alatnya. Selain data primer, penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Responden yang dijadikan sampel berjumlah 20 orang dari perusahaan joint venture yang ditentukan berdasarkan acak sederhana (simple random sampling). Analisis data yang dilakukan adalah dengan cara paduan kualitatif dan kuantitatif baik bersifat deskriptif dan analisis. Secara deskriptif akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dalam bentuk prosentase diikuti dengan interpretasi. C. Hasil dan Pembahasan 1. Hubungan Hukum Partner Indonesia Dengan Asing Dari dua puluh PT PMA yang dijadikan sampel dapat diketahui seperti dalam Tabel 1. Dari Tabel 1 diketahui bahwa pihak investor nasional terdiri dari pihak PT BUMN sebanyak tiga perusahaan (15%), PT swasta murni (sendiri) sebanyak lima perusahaan (25%), dan gabungan PT swasta murni dan perorangan sebanyak dua perusahaan (15%), perorangan lima orang (25%), dan gabungan dari beberapa perusahaan atau PT swasta murni sebanyak empat perusahaan (20%). Sedangkan pihak asing atau investor asing terdiri dari PT swasta murni (satu perusahaan) sebanyak 12 perusahaan (60%) dan PT swasta murni (gabungan beberapa perusahaan) sebanyak delapan perusahaan (40%). Dari pihak investor nasional terlihat bahwa di Sumatera Utara dalam rangka PMA peranan pihak swasta atau PT swasta murni dan gabungan antara PT swasta murni dan perorangan mendominasi kepesertaan dalam PT PMA (75%) dan pihak pemerintah (PT BUMN) sebanyak tiga perusahaan (15%), sedangkan pihak asing keseluruhannya (100%) adalah pihak swasta murni. Pada prakteknya dijumpai sebelum dibentuknya kontrak joint venture terlebih dahulu ada perjanjian pendahuluan atau dinamakan juga dengan Memorandum of Understanding disingkat MOU atau sering disebut Later of Internt. Dalam sistem hukum Anglo Saxon, lembaga ini mirip dengan prinsip offer and acceptance. (Mariam Darus, 1994: 35). Prinsip ini lebih dikenal dalam hukum kita sebagai persesuaian kehendak di antara para pihak. Jadi kalau suatu Memori of Understanding mengisyaratkan telah terjadi suatu perikatan, maka dokumen MOU tersebut dianggap telah memuat perjanjian di antara pada pihak sehingga perlu memuat isi MOU ini ke dalam suatu kontrak agar mempunyai kekuatan mengikat (Rajagukguk, 1994: 4) 3
4 Tabel 1. Para Partner dalam PT. Joint Venture (PMA) di Sumatera Utara (n = 20) No Bentuk Badan Hukum Peserta Dalam PT Joint Venture Investor Asing Investor Nasional Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi 1. PT. BUMN PT. swasta murni (satu PT) Gabungan PT swasta murni dan Perorangan 4. Perorangan Gabungan PT swasta murni Total Sumber: Diolah dari Data Primer Tabel 2. Bidang Usaha PMA di Sumatera Utara (n = 20) No Jenis Bidang Usaha Jumlah (Perusahaan) Frekuensi 1. Industri Kimia Industri Mesin Berat & Elektronika Industri Meubel & Pengolahan Kayu Lainnya Industri Jasa: Pemasaran Dalam Negeri, Rumah Sakit & 3 15 Rekreasi (Hiburan) 5. Industri Penangkapan hasil laut Industri Aluminium Dan Baja Bibit Bunga 1 5 Jumlah Sumber: Diolah dari Data Primer Tabel 3. Komposisi Saham Antara Investor Asing dan Nasional Pada PT. PMA di Sumatera Utara No Komposisi Saham Investor (Indonesia: Asing) Jumlah Perusahaan Frekuensi 1. 50% : 50% % : 51% Mayoritas Asing Minoritas Asing 2 10 Jumlah Sumber: Diolah dari Data Primer Di Sumatera Utara sebelum membuat perjanjian joint venture yang defenitif terlebih dahulu ada perjanjian pendahuluan atau Memorandum of Understanding yang menyertai perjanjian pokoknya. Jadi berdasarkan cara terjadinya perusahaan joint venture adalah berdasarkan perjanjian atau kontrak sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 1618 KUH Perdata yo Pasal 1313 KUH Perdata. Sedangkan untuk sah suatu perjanjian harus berdasarkan dalam ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata. 2. Bidang Usaha Penanaman modal asing di Sumatera Utara dilihat dari bidang usahanya dapat diklasifikasikan seperti tersebut dalam Tabel 2. Dari Tabel 2 kisaran bidang usaha terbesar terdapat pada bidang usaha industri kimia sebanyak 8 perusahaan PMA (40%) yang jika dirinci lagi industri kimia ini dapat digolongkan atas; Formulasi Pestisida dan Herbisida, Minuman, Makanan Ternak Ayam dan Udang, Sarung Tangan Karet, Kertas Cigarette, dan sebagainya. Selanjutnya industri bidang jasa, pemasaran dalam negeri, rumah sakit dan rekreasi (hiburan) sebanyak 3 perusahaan PMA (15%). Industri Meubel dan pengolahan kayu sebanyak 3 perusahaan PMA (15%), industri aluminium dan baja satu perusahaan PMA (5%). Industri mesin berat dan elektronika sebanyak 3 perusahaan PMA (15%) dan industri penangkapan hasil laut serta usaha ekspor bibit bunga masing-masing 4
5 satu perusahaan (10%). Terhadap bidang usaha yang terbuka untuk PMA di Sumatera Utara ternyata seluruhnya (100%) perusahaan PMA bidang usahanya sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1967 dan Keppres No. 54 Tahun Saham Atau Modal Perusahaan Dalam suatu perjanjian harus tegas tentang apa yang dijanjikan sehingga tidak meragukan atau menimbulkan penafsiran. Prestasi dalam perjanjian harus memenuhi syarat yaitu objeknya harus tertentu, atau objek itu sekurang-kurangnya dan jenisnya (Pasal 1333 KUH Perdata). Dalam penelitian ini diketahui bahwa modal/saham yang perimbangannya atau komposisinya adalah seperti tersebut di dalam Tabel 3. Seperti gambaran dari Tabel 3 di atas bahwa di Sumatera Utara komposisi pemegang saham antara investor asing dan nasional dalam perusahaan joint venture masih didominasi oleh mayoritas saham asing (65%), sedangkan saham minoritas asing hanya 10% dan komposisi 49% saham nasional berbanding 51% saham asing sebanyak 15% dan komposisi fiftyfifty (50% berbanding 50%) sebesar 10%. Komposisi demikian menunjukkan bahwa pemegang saham nasional pada perusahaan joint venture di Sumatera Utara bahwa kedudukan pemegang saham nasional masih tetap minoritas. Konsekuensi demikian tentunya berakibat terhadap kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan pada perusahaan joint venture dan sudah pasti bahwa dalam setiap mengambil keputusan (decision making) untuk pengelolaan perusahaan tetap berada di tangan investor asing. Keadaan demikian tetap menyulitkan bagi investor nasional dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan joint venture karena posisi pemegang saham nasional (minoritas) tetap berada di bawah kendali para investor asing. Situasi demikian dalam UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas memang telah diberikan semacam perlindungan hukum bagi para pemegang saham minoritas dalam arti kata bahwa secara tegas telah dicantumkan apa yang menjadi hak bagi pemegang saham minoritas. Antara lain, hak untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan (Pasal 52 (2)). Hak untuk minta diadakan RUPS (Pasal 60 (1)), hak atas nama perseroan menggugat Direksi dan Komisaris (Pasal 85 (3) dan Pasal 98 (2), hak pemegang saham minoritas untuk meminta pengadilan agar memeriksa perusahaan (Pasal 110 (3a)). D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini diperoleh temuan: pertama, penggunaan hukum kontrak (perjanjian) diberikan kebebasan kepada para pihak pada perusahaan joint venture yang merupakan prinsip dasar untuk terjadinya perusahaan joint venture. Kedua, Untuk mendirikan perusahaan joint venture (joint venture company) diharuskan mengikuti deregulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia sehubungan dengan penanaman modal asing di Indonesia. Dengan kata lain asas kebebasan berkontrak dalam pelaksanaannya dibatasi oleh Undang- Undang dan peraturan lainnya di bidang penanaman modal asing. Ketiga, komposisi pemegang saham di pihak investor nasional tergolong pemegang saham minoritas, sehingga posisinya dalam memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) tetap dikendalikan oleh investor asing, akibatnya kebijaksanaan atau policy perusahaan joint venture tetap berada di tangan investor asing. 2. Saran-Saran Pertama, agar intervensi Pemerintah dalam menentukan bidang usaha dan daerah berusaha jangan menjadikan si pengusaha dapat mendominasi jenis usaha tertentu sehingga praktek monopoli dan monopsoni dapat diberantas atau setidak-tidaknya kemitraan usahanya dapat memberikan 5
6 kontribusi kepada kalangan pengusaha menengah dan kecil. Kedua, hendaknya pemerintah konsekuen terhadap pengawasan atas peraturan tentang pengalihan atau penjualan sebagian saham asing kepada investor atau kepada pengusaha nasional sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan yakni 15 (lima belas) tahun sejak perusahaan berproduksi secara komersil. Dan menjadikan 51% saham menjadi kepemilikan investor nasional. Ketiga, agar investor asing dapat menambah kapasitas investasi dan diversifikasi bidang usahanya, kebijaksanaan deregulasi yang sering digulirkan oleh pemerintah dapat ditekan serendah mungkin dan kalau dapat dihilangkan sekali, sehingga kepastian hukum dalam berusaha dapat dijamin guna menarik investor asing masuk ke Indonesia. E. Daftar Pustaka Erman Rajagukguk, 1985, Indonesianisasi Saham, Bina Aksara, Jakarta., 1992, Hukum Tentang Investasi Swasta dan Pembangunan, Fakultas Hukum UI, Jakarta., 1995, Pembangunan Hukum Perusahaan Menurut UU No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, Makalah Pada Workshop dan Orientasi UU Perseroan Terbatas, Komda Perkappen Sumut Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Badan Penelitian dan Pengembangan, Medan. Friedman, Wolfgang, G., dan Kalmanoff George (Edt), 1961, Joint International Business Ventures, Columbia University Press, New York. Groneveld, K..J., 1955, Algemene Bedrijtseconomie, Deel I (Bagian I), HE. Stemfert kroese, Leiden. Hardwicke, Jhon, W., dan Emerson, Robert W., 1987, Business Law, Barron Business Review Series. Ismail Sunny & Rudioro Rochmat, 1976, Tinjauan dan Pembahasan Undang- Undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri (Cetakan Ketiga), Pradnya Paramita, Jakarta. Mariam Darus Badrulzaman, 1983, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Alumni, Bandung., 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung. Mulya Lubis, T., 1992, Hukum dan Ekonomi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. Subekti, 1979, Hukum Perjanjian (Cetakan keenam), PT. Intermasa, Jakarta. Sudargo Gautama, 1980, Hukum Perdata dan Hukum Dagang Internasional, Alumni, Bandung. Sumantoro, 1994, Kerjasama Patungan dengan Modal Asing, Alumni, Bandung., 1974, Masalah-Masalah dalam Joint Ventures Antara Modal Asing dan Modal Indonesia, Alumni, Bandung. 6
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Oleh : Ni Made Evayuni Indapratiwi Made Mahartayasa Hukum Perdata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruhnya dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil
Lebih terperinciEKSISTENSI ASAS KESEIMBANGAN DALAM KONTRAK KERJA SAMA PENANAMAN MODAL. Oleh : Kadek Septia Ningsih. A.A.G.A Dharmakusuma Desak Putu Dewi Kasih
EKSISTENSI ASAS KESEIMBANGAN DALAM KONTRAK KERJA SAMA PENANAMAN MODAL Oleh : Kadek Septia Ningsih A.A.G.A Dharmakusuma Desak Putu Dewi Kasih Hukum Keperdataaan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL Oleh Made Gede Justam Widhyatma I Ketut Tjukup Bagian Hukum
Lebih terperinciINVESTASI ASING DI SUMATERA UTARA : STUDI MENGENAI PERUSAHAAN JOINT VEBTURE
RINGKASAN HASIL PENELITIAN INVESTASI ASING DI SUMATERA UTARA : STUDI MENGENAI PERUSAHAAN JOINT VEBTURE Foreign Investment in North Sumatera : A Study About Joint Venture Company DISERTASI BUDIMAN GINTING
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA Oleh I Gusti Made Wisnu Pradiptha I Ketut Westra Ni Putu Purwanti Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciKEPEMILIKAN SAHAM MAYORITAS OLEH DIREKTUR UTAMA
KEPEMILIKAN SAHAM MAYORITAS OLEH DIREKTUR UTAMA Oleh: I Kadek Indra Setiawan I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT In a limited liability
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN SAHAM YANG DILAKUKAN SECARA PINJAM NAMA. Oleh Ni Made Rai Manik Galih Sari I Gst.A. Mas Rwa Jayantiari
AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN SAHAM YANG DILAKUKAN SECARA PINJAM NAMA Oleh Ni Made Rai Manik Galih Sari I Gst.A. Mas Rwa Jayantiari Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar Abstract
Lebih terperinciTRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL JOINT VENTURE AGREEMENT
BAHAN KULIAH TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL JOINT VENTURE AGREEMENT Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 KETENTUAN HUKUM TENTANG USAHA PATUNGAN
Lebih terperinciPENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG JASA PERDAGANGAN EKSPOR
PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG JASA PERDAGANGAN EKSPOR Oleh : I Ketut Alit Diputra A.A. Istri Ari Atu Dewi Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK Pengaturan pendirian
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA Oleh: I Made Wirayuda Kusuma A.A. Ngurah Wirasila Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK Proses pembuatan
Lebih terperinciKEABSAHAN SEBUAH PERJANJIAN BERDASARKAN DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA
KEABSAHAN SEBUAH PERJANJIAN BERDASARKAN DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA Oleh : Ni Luh Putu Eka Wijayanti Pembimbing Akademik: I Ketut Sudiartha Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciUndang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan
KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para
Lebih terperinciKEPASTIAN HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DALAM BENTUK PERSEROAN TERBATAS (NAAMLOZE VENNOTSCHAP)
KEPASTIAN HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DALAM BENTUK PERSEROAN TERBATAS (NAAMLOZE VENNOTSCHAP) Oleh : Komang Eva Jayanti Nyoman Mas Ariani Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT:
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM BAGI PENANAM MODAL ASING YANG MELAKUKAN PELANGGARAN KONTRAK DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA
AKIBAT HUKUM BAGI PENANAM MODAL ASING YANG MELAKUKAN PELANGGARAN KONTRAK DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA Oleh Komang Hendy Prabawa Marwanto Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih arbitrase internasional daripada arbitrase nasional sebagai pilihan forum penyelesaian
Lebih terperinciSTATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN INDONESIA Oleh Ketut Surya Darma I Made Sarjana A.A. Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)
AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) Oleh : Diah Wijana Putri Ni Ketut Supasti Dharmawan Desak Putu Dewi Kasih Hukum Bisnis, Fakultas
Lebih terperinciKAJIAN YURIDIS KEABSAHAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KREDIT
KAJIAN YURIDIS KEABSAHAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KREDIT Oleh Anak Agung Gde Siddhi Satrya Dharma I Made Sarjana Anak Agung Sri Indrawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN
BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, kesimpulan utama dari tesis ini adalah masing-masing organ dalam suatu perseroan terbatas mempunyai kedudukan yang sama, seluruh
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk mewujudkan struktur perbankan Indonesia
Lebih terperinciOleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana
AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJA ANTARA PIHAK PENGUSAHA DENGAN PIHAK PEKERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN
AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perseroan Terbatas (PT) sebelumnya diatur
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Asikin, Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.
143 DAFTAR PUSTAKA Buku Amiruddin dan Asikin, Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006. Anoraga, Pandji, Perusahaan Multi Nasional: Penanaman Modal Asing, Jakarta:
Lebih terperinciKEWENANGAN NOTARIS DALAM PENJUALAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS YANG PEMEGANG SAHAM MERUPAKAN PERUSAHAAN ASING YENNY ABSTRACT
YENNY 1 KEWENANGAN NOTARIS DALAM PENJUALAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS YANG PEMEGANG SAHAM MERUPAKAN PERUSAHAAN ASING YENNY ABSTRACT A notary must notarize an authentic notarial document in accordance with
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis global adalah merupakan kegiatan atau aktivitas pemenuhan kebutuhan dengan membeli dan menjual barang dan jasa dari atau ke Negara yang berbeda. Aktivitas global
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. yang dikemukakakan sebelumnya maka Penulis memberikan kesimpulan sebagai
BAB IV PENUTUP Setelah melakukan penelitian dan analisis mengenai bagaimanakah pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase asing di indonesia, maka dalam bab IV yang merupakan bab penutup ini, Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan. Untuk benda jaminan yang berupa benda bergerak, maka hak kebendaan tersebut adalah
Lebih terperinciDAFTAR REFERENSI. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1. Bandung: Alumni, 1994.
107 DAFTAR REFERENSI Asshiddiqie, Jimly. Beberapa Pendekatan Ekonomi Dalam Hukum. Cet.1. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum, 2003. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1.
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PT
PERTANGGUNGJAWABAN PT. AEROFOOD INDONESIA UNIT DENPASAR TERHADAP SILOAM INTERNASIONAL HOSPITAL BALI TERKAIT KETIDAKSESUAIAN PELAYANAN PENYEDIAAN JASA MAKANAN Oleh Komang Alit Adnya Sari Dewi Suatra Putrawan
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN MODAL VENTURA (VENTURE CAPITAL COMPANY) DALAM HAL PERUSAHAAN PASANGAN USAHA MENGALAMI PAILIT
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN MODAL VENTURA (VENTURE CAPITAL COMPANY) DALAM HAL PERUSAHAAN PASANGAN USAHA MENGALAMI PAILIT Oleh : Kadek Mitha Virmayanti Marwanto Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1992 TENTANG BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1992 TENTANG BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan untuk
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Badrulzaman, Mariam Darus, dkk., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
75 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Ali, Chidir, 1987, Badan Hukum, Alumni, Bandung. Badrulzaman, Mariam Darus, dkk., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung. Budhijanto, Danrivanto, 2010, Hukum
Lebih terperinciKEDUDUKAN HUKUM PERUSAHAAN DALAM NEGERI PMDN SETELAH SAHAMNYA DIBELI (DIAKUISISI) OLEH WARGA NEGARA ASING ATAU BADAN HUKUM ASING
1 KEDUDUKAN HUKUM PERUSAHAAN DALAM NEGERI PMDN SETELAH SAHAMNYA DIBELI (DIAKUISISI) OLEH WARGA NEGARA ASING ATAU BADAN HUKUM ASING M. Irfan Islami Rambe Fakultas Hukum Universitas Asahan, Jl. Jend Ahmad
Lebih terperinciMATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1
MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. Ayat 1 Tidak Ada Perubahan Perubahan Pada Ayat 2 menjadi berbunyi Sbb: NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Perseroan dapat membuka kantor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara memiliki tujuan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara memiliki tujuan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, menciptakan kesejahteraan bagi bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN
KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN Oleh : Avina Rismadewi Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Many contracts are in writing so as to make it
Lebih terperinciKEDUDUKAN FIDUSIA SEBAGAI LEMBAGA JAMINAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN
KEDUDUKAN FIDUSIA SEBAGAI LEMBAGA JAMINAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN Oleh: Alberta Hartiana A.A. GA. Dharmakusuma Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK kebutuhan dan dapat memenuhi
Lebih terperinciASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU
ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : Putu Prasintia Dewi Anak Agung Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACK Standard contract is typically made
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan di berbagai aspek kehidupan juga ikut berkembang. Hal ini merupakan petanda baik bagi Indonesia, jika dalam perkembangan
Lebih terperinci*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK
Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:8/16/PBI/2006 mengenai Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia. Peraturan ini dikeluarkan
Lebih terperinciMata Kuliah - Kewirausahaan II-
Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Aspek Legalitas dalam Kegiatan Bisnis Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id HUKUM Aturan-aturan
Lebih terperinciBAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan
BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT A. Pengertian Perseroan Terbatas Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan berasal dari kata Sero", yang mempunyai arti Saham.
Lebih terperinciHUBUNGAN HUKUM PERUSAHAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DENGAN PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI. Oleh Ida Ayu Gita Srinita Gede Putra Ariana
HUBUNGAN HUKUM PERUSAHAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DENGAN PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI Oleh Ida Ayu Gita Srinita Gede Putra Ariana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract In national
Lebih terperinciABSTRACT JURIDICAL REVIEW OF POSITION STATED OWNED ENTERPRISES AS A LEGAL INDEPENDENT ENTITY AND THE RESPONSIBILITIES IN THE MANAGEMENT OF STATED
ABSTRACT JURIDICAL REVIEW OF POSITION STATED OWNED ENTERPRISES AS A LEGAL INDEPENDENT ENTITY AND THE RESPONSIBILITIES IN THE MANAGEMENT OF STATED OWNED ENTERPRISES ASSETS ASSOCIATED WITH LAW NUMBER 40
Lebih terperinciSTATUS BADAN HUKUM PERSEROAN AKIBAT DARI PEMBUBARAN PERSEROAN
STATUS BADAN HUKUM PERSEROAN AKIBAT DARI PEMBUBARAN PERSEROAN Oleh: I Gusti Ngurah Agung Kiwerdiguna I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciHAK DAN KEWAJIBAN INVESTOR ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
HAK DAN KEWAJIBAN INVESTOR ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL Oleh Kadek Febby Sara Sitradewi Anak Agung Gede Agung Dharma Kusuma Bagian Hukum Perdata Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR REFERENSI. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1. Bandung: Alumni, 1994.
82 DAFTAR REFERENSI Asshiddiqie, Jimly. Beberapa Pendekatan Ekonomi Dalam Hukum. Cet.1. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum, 2003. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV) 1, adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari Saham,
Lebih terperinciKLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
1 KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Ida Bagus Oka Mahendra Putra Ni Made Ari Yuliartini
Lebih terperinciOleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja
SENGKETA KOMPETENSI ANTARA SINGAPORE INTERNATIONAL ARBITRATION CENTRE (SIAC) DENGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN DALAM PENYELESAIAN KASUS ASTRO ALL ASIA NETWORKS PLC BESERTA AFILIASINYA DAN LIPPO
Lebih terperinciANALISIS PEMBERIAN INSENTIF KEPADA INVESTOR ASING MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
ANALISIS PEMBERIAN INSENTIF KEPADA INVESTOR ASING MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL Oleh : Any Prima Andari I Wayan Wiryawan Desak Putu Dewi Kasih Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan Nasional, perlu melakukan perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang ekonomi yang mengarah
Lebih terperinciUPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM MINORITAS DALAM MELINDUNGI KEPENTINGANNYA
UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM MINORITAS DALAM MELINDUNGI KEPENTINGANNYA oleh : Kadek Dian Indra Prabawati Dharma I Ketut Artadi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciTANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO
TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Syarat Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum
Lebih terperinciPerjanjian Kredit Pada Bank BTPN Ditinjau. Dari Asas Kebebasan Berkontrak. Dian Saputra Sinaga, Budi Santoso, Ery Agus Priyono*) ABSTRACT
Perjanjian Kredit Pada Bank BTPN Ditinjau Dari Asas Kebebasan Berkontrak Dian Saputra Sinaga, Budi Santoso, Ery Agus Priyono*) ABSTRACT In Law no. 10 of 1998 concerning Amendment to Law no. 7 of 1992 concerning
Lebih terperinciBUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 3 TAHUN 2013
SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN UNIT PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN DALAM BENTUK PERSEROAN TERBATAS (PT) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II PERALIHAN HAK ATAS SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS. diikuti dengan adanya kecakapan hukum (rechsbekwaamheid) dan kewenangan
BAB II PERALIHAN HAK ATAS SAHAM PADA PERSEROAN TERBATAS A. Perseroan terbatas sebagai Badan Hukum Manusia, dalam dunia hukum adalah subjek hukum atau pendukung hak dan kewajiban. Setiap manusia adalah
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Oleh: I Made Bayu Wiguna I Dewa Made Suartha Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI
BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI Awal permasalahan ini muncul ketika pembayaran dana senilai US$ 16.185.264 kepada Tergugat IX (Adi Karya Visi),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to contract) penyelenggara jaringan telekomunikasi diwajibkan untuk memenuhi permohonan pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan, oleh karena itu dapat dikatakan hukum tentang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akselerasi dalam berbagai aspek kehidupan telah mengubah kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akselerasi dalam berbagai aspek kehidupan telah mengubah kehidupan yang berjarak menjadi kehidupan yang bersatu. Implikasi dari kehidupan yang bersatu inilah
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE
AKIBAT HUKUM TERHADAP KEPEMILIKAN TANAH DI BALI OLEH ORANG ASING DENGAN PERJANJIAN NOMINEE Oleh : I Wayan Eri Abadi Putra I Gusti Nyoman Agung, SH.,MH. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya. Untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mempunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya. Untuk dapat mewujudkannya terdapat berbagai
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TEBO
PEMERINTAH KABUPATEN TEBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH TEBO HOLDING
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : I Made Aditia Warmadewa I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan ini berjudul akibat hukum wanprestasi dalam perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum
BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) merupakan perusahaan asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi alumunium batangan, dengan mutu sesuai standar internasional
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Dalam hal pemegang saham tidak menaikan modalnya pada saat Perseroan
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Dalam hal pemegang saham tidak menaikan modalnya pada saat Perseroan meningkatkan modal maka hak-hak pemegang saham yang tidak menaikan modal tersebut wajib tetap diberikan
Lebih terperinciPERANAN PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN JASA TENAGA KERJA INDONESIA (PJTKI) DENGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI KOTA MEDAN
PERANAN PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN JASA TENAGA KERJA INDONESIA (PJTKI) DENGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI KOTA MEDAN TESIS Oleh : BESTY HABEAHAN NIM : 992105039 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan: 1. Batasan Kewenangan dan Intervensi yang Dimiliki Komisaris
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan: 1. Batasan Kewenangan dan Intervensi yang Dimiliki Komisaris Dalam Melakukan Pengawasan Terhadap Direksi Dewan Komisaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari
8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka menanamkan modalnya
Lebih terperinciTESIS OLEH : DEVIANTY FITRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2002
PERNYATAAN BERSAMA ANTARA PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA DENGAN DEBITUR DALAM KAITANNYA DENGAN PENGURUSAN KREDIT MACET DITINJAU DARI HUKUM PERJANJIAN (Penelitian Pada Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang
Lebih terperinciKata Kunci : Para Pihak, Perjanjian Campuran, Konsekuensi Hukum, Perlindungan Hukum.
TINJAUAN YURIDIS KONSEKUENSI HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN CAMPURAN YANG TIMBUL BERDASARKAN HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. GOJEK INDONESIA, PENGEMUDI GOJEK DAN PT. APLIKASI KARYA ANAK BANGSA JEMY HADIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan perekonomian Indonesia baik dibidang perbankan, industri, real estate, properti, eksport import dan lain sebagainya menumbuhkan banyak perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam suasana abad perdagangan dewasa ini, boleh dikatakan sebagian besar kekayaan umat manusia terdiri dari keuntungan yang dijanjikan oleh orang lain yang akan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG. Tahun 2010 Nomor 3 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2010
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2010 Nomor 3 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2010 Nomor 3 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG
Lebih terperinciPROBLEMATIKA STATUS KEKAYAAN NEGARA DALAM PERMODALAN BUMN PERSERO Oleh: Amanda Savira Karin
PROBLEMATIKA STATUS KEKAYAAN NEGARA DALAM PERMODALAN BUMN PERSERO Oleh: Amanda Savira Karin Abstract When Government encloses its wealth to the-state owned enterprises, The wealth which they have been
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001
PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu
Lebih terperinciPihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2. diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3.
Putusan 137/Pdt.G/2004.PN.SMG 1 Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2 yang diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3. Livio Tarantino (Livio) yang adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan modal atau tambahan modal perusahaan itu sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan modal atau tambahan modal perusahaan itu sangatlah penting bagi perusahaan yang akan melakukan ekspansi untuk membesarkan bisnisnya. Ada perusahaan yang
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBERIAN PINJAMAN BANTUAN MODAL BAGI USAHA KECIL DALAM PROGRAM KEMITRAAN PADA PT. AP II. MUHARROIMI SOUVANNY
MUHARROIMI SOUVANNY / 1 TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBERIAN PINJAMAN BANTUAN MODAL BAGI USAHA KECIL DALAM PROGRAM KEMITRAAN PADA PT. AP II. MUHARROIMI SOUVANNY ABSTRACT The agreement between
Lebih terperinciPENGATURAN PRICE FIXING DALAM KEGIATAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999
PENGATURAN PRICE FIXING DALAM KEGIATAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 Oleh: Andiny Manik Sharaswaty I Gusti Agung Ayu Dike Widhiaastuti Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas
Lebih terperinciASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Januari 2014 Volume III Nomor 2 ASPEK HUKUM PERUSAHAAN MODAL VENTURA SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Yuliana Panjaitan * Budiman Ginting ** Ramli
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perseroan Terbatas ( PT ) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan
Lebih terperinciKEDUDUKAN HUKUM DIREKSI TERHADAP PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM
KEDUDUKAN HUKUM DIREKSI TERHADAP PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS YANG BELUM BERSTATUS BADAN HUKUM Oleh: Sang Made Satya Dita Permana I Wayan Wiryawan I Ketut Westra Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciOleh : Arie.Muhyiddin. SH., MH
Oleh : Arie.Muhyiddin. SH., MH Pengertian hukum bisnis (bestuur rechts) Hukum bisnis adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum,baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hak dan kewajiban
Lebih terperinci