KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA LETUSAN GUNUNG MERAPI TAHUN 2010 ( THE QUALITY OF RIVER AND WELL AFTER THE MERAPI ERUPTION IN YEAR 2010 )
|
|
- Ivan Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : KUALITAS AIR SUNGAI DAN AIR SUMUR PASKA LETUSAN GUNUNG MERAPI TAHUN 2010 ( THE QUALITY OF RIVER AND WELL AFTER THE MERAPI ERUPTION IN YEAR 2010 ) Armaita Sutriati Peneliti Bidang Teknik Lingkungan Sumber Daya Air Pusat Litbang Sumber Daya Air, Jl.Ir.H.Juanda No.193 Bandung Pos-el: tatiarmaita@yahoo.com (Diterima 10 Agustus 2012; Disetujui 01 Desember 2012) ABSTRAK Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di Indonesia. Pada bulan Oktober 2010 gunung ini meletus dan menimbulkan kerusakan yang sangat besar, antara lain hancurnya rumah-rumah penduduk, perkebunan, jalan dan jembatan, infrastruktur pengairan serta lingkungan. Abu vulkanik yang terbawa aliran air ke sungai atau masuk ke dalam sumur dapat memengaruhi kualitas air di sekitar Gunung Merapi. Balai Lingkungan Keairan (BLK) sebagai bagian dari Puslitbang Sumber Daya Air melakukan penelitian di daerah bencana, terutama untuk mengetahui pengaruh letusan Gunung Merapi terhadap kualitas air sungai dan air sumur di daerah gunung tersebut, dengan cara pengambilan percontoh air dan pemeriksaan kualitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 ini tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas air pada sungai-sungai yang mengalir dari daerah puncaknya. Pengaruh yang sangat besar hanya terjadi pada parameter residu tersuspensi dan kekeruhan, dimana air sungai menjadi sangat keruh. Parameter kualitas air yang lain yang diperiksa seperti ph, kadar oksigen terlarut (DO), daya hantar listrik, dan zat organik (BOD dan COD) umumnya tidak banyak berubah. Kecuali kadar residu tersuspensi dan kekeruhan, kadar parameter lainnya masih berada di bawah persyaratan baku mutu air untuk berbagai pemanfaatan. Kata kunci: gunung api, sumber daya air, sungai, kualitas air, abu vulkanik ABSTRACT Mount Merapi on the border of Central Java Province and Yogyakarta is one of the most active volcanoes in Indonesia. In October 2010 this volcano erupted and caused huge damage, including destruction of homes, plantations, roads and bridges, irrigation infrastructure and the environment. Borne volcanic ash into the river or shallow well can affect water quality in the vicinity of Mount Merapi. The Experimental Station of Water Environment as part of the Research Centre for Water Resources conducted reasearch in the disaster area, especially to know the effect of the eruption of Mount Merapi on the water quality of rivers and shallow well in the mountain areas, by means of water sampling and measurement of water quality. The results showed that the eruption of Mount Merapi, which occurred in 2010 did not much effect water quality in the rivers that flow from the peak. An enormous influence on the parameters only suspended solids and turbidity, which became highly turbid river water. Other water quality parameters which were checked such as ph, dissolved oxygen, electrical conductivity and organic matter (BOD and COD) generally did not much change. Except levels of suspended solids and turbidity, levels of other parameters is below the water quality standard requirements for various uses. Keywords: volcano, water resources, river, water quality, volcanic ash 129
2 Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 (Armaita Sutriati) PENDAHULUAN Gunung Merapi yang mempunyai ketinggian meter di atas permukaan laut merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung ini terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administrasi lereng selatan Gunung Merapi masuk wilayah Kabupaten Sleman, lereng barat masuk wilayah Kabupaten Magelang, lereng utara, timur masuk wilayah Kabupaten Boyolali, dan sisi tenggara masuk Kabupaten Klaten. Sejak tahun 2004, kawasan hutan di sekitar puncak Gunung Merapi telah ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, sehingga kondisi lingkungannya harus tetap dijaga (Gambar 1). Gambar 1. Posisi Gunung Merapi di Pulau Jawa bagian tengah. 130
3 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : Letusan Gunung Merapi tercatat mempunyai periode dua sampai lima tahun sekali, dan cukup membahayakan karena selain menjadi Taman Nasional, daerah puncaknya juga banyak dihuni penduduk. Kota Yogyakarta dan Magelang merupakan kota-kota besar yang berada di kaki gunung dengan jarak sekitar 30 km dari puncaknya. Letusan Gunung Merapi terjadi kembali pada tanggal 26 Oktober 2010, yang disusul dengan letusan-letusan berikutnya merupakan letusan yang sangat dahsyat yang banyak menimbulkan korban manusia dan kerusakan infrastruktur lainnya. Selain menimbulkan korban manusia dan infrastruktur, letusan Gunung Merapi tersebut juga telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat besar (Gambar 2). Badan Nasional Penanggulangan Bencanal (BNPB) telahn menyusun peta zonasi bahaya (Gambar 2). Peta zona bahaya merapi menunjukkan jenis ancaman bahaya Merapi dalam radius sejauh 5 km, 10 km, 15 km, dan 20 km dari puncak merapi. Wilayah terdampak meliputi kabupaten Sleman (Provinsi Yogyakarta ), dan beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah seperti Magelang, Boyolali, dan Klaten. Dalam artikel Setelah debu Merapi, kini hujan asam ancam empat kawasan di Jabar (Radar Bandung, 09 November 2010) disebutkan bahwa letusan Gunung Merapi menyemburkan debu vulkanik yang antara lain mengandung gas-gas CO2, NO2 dan SO2 ke atmosfir hal ini berpotensi menimbulkan hujan asam karena turunnya gas-gas tersebut bersama air hujan. Pengaruh hujan asam dengan ph dibawah 5,6 ini akan membuat kulit gatal, gigi keropos, mencemari air minum, dan juga dapat mematikan tanaman. Selain kemungkinan terjadinya hujan asam, erupsi Gunung Merapi dapat menimbulkan perubahan kualitas air sungai-sungai yang berada di sekitarnya dengan masuknya lava dingin yang terbawa oleh aliran hujan. Dari daerah puncak Gunung Merapi ini terdapat beberapa sungai yang mengalir ke daerah-daerah di lerengnya, terutama ke arah Yogyakarta, Magelang dan Klaten. Sungai-sungai tersebut antara lain sungai Pabelan, Senowo, Putih, Batang, Krasak, Boyong, Code, Kuning, Gendol, Opak, dan Sungai Woro. Untuk mengetahui pengaruh letusan Gunung Merapi terhadap keadaan sungai-sungai yang mengalir dari daerah puncaknya, pada akhir November 2010 Puslitbang Sumber Daya Air Bandung telahmelakukan suatu penelitian. Penelitian ini dilakukan terutama untuk mengetahui pengaruh letusan Gunung Merapi terhadap kualitas air sungaisungai yang berasal dari puncak gunung tersebut dan mengalir melalui kota Yogyakarta dan beberapa sumur di sekitarnya. Gambar 2. Peta Zonasi Bahaya (Jarak Radius 20 km) dari puncak Gunung Merapi. Update untuk ancaman Merapi per tanggal 4 November 2010, (Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana) 131
4 Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 (Armaita Sutriati) TINJAUAN PUSTAKA Letusan-letusan Gunung Merapi Letusan-letusan kecil Gunung Merapi biasanya terjadi setiap 2-3 tahun, sedangkan letusan besarnya terjadi sekitar tahun sekali.letusan besar Gunung Merapi diduga terjadi pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Berdasarkan pengamatan timbunan debu, letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dan diperkirakan setara dengan letusan terbaru di tahun Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang. Tahun 1994 Gunung Merapi meletus lagi, letusan yang terjadi pada bulan November tersebut menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan Gunung Merapi terjadi lagi pada 19 Juli Letusan ini cukup besar namun mengarah ke atas, sehingga tidak memakan korban jiwa. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali meletus dalam skala yang besar dan sempat menelan korban jiwa. Letusan terakhir terjadi pada bulan November tahun 2010 yang diperkirakan merupakan letusan terbesar sejak letusan tahun 1872 (Wikipedia, 2010). Kerugian Akibat Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 Kajian terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Merapi tahun 2010 sudah dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana bekerja sama dengan Bappenas, Kementerian/ lembaga, dan Pemerintah Daerah. Hasil perhitungan nilai kerusakan, kerugian, dan dampak ekonomi dilakukan pada lima sektor yaitu perumahan, sosial, ekonomi (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri, perdagangan, dan pariwisata), prasarana (transportasi darat dan udara, air bersih, sanitasi, irigasi, energi, telekomunikasi), serta lintas sektor (pemerintahan, keuangan, dan lingkungan hidup). Dalam perhitungan tersebut data yang digunakan adalah data sampai bulan Desember Kerugian dan kerusakan akibat banjir lahar dingin tidak atau belum dimasukkan ke dalam kajian ini, sebab potensi banjir lahar dingin masih terus akan terjadi. Jumlah kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 adalah Rp. 4,23 trilyun. Jumlah nilai kerusakan adalah Rp. 1,138 trilyun (27%), sedangkan jumlah nilai kerugian adalah Rp. 3,089 trilyun (73%). Nilai kerusakan paling besar dialami oleh sektor perumahan yang mencapai 39% dari total nilai kerusakan, disusul oleh kerusakan sektor sumber daya air dan irigasi yang mencapai 13% dari total nilai kerusakan. Kerugian terbesar dialami sektor pertanian dengan nilai kerugian mencapai Rp. 1,326 trilyun atau 43% dari total nilai kerugian. Disusul oleh kerugian sektor industri dan UMKM sebesarrp. 382 milyar atau 12,4% dari nilai kerugian. Secara keseluruhan sektor pertanian budidaya dan tanaman pangan tetapmenjadi sektor yang paling berat terkena dampak dengan nilai total dampak Rp. 1,326 trilyun yang merupakan 31,4% dari nilai total kerusakan dan kerugian. Sektor perumahan senilai Rp. 512,6 milyar yang merupakan 13% dari nilai kerusakan dan kerugian serta sektor industri dan UMKM dengan nilai total dampak sebesar 415,4 milyar atau 11% dari total (BNPB, 2011). Pengaruh Letusan Gunung Api Terhadap Kualitas Air. Abu vulkanik berasal dari lava yang disemburkan gunung berapi pada saat meletus. Sebagian besar lava ( > 45% ) adalah silikon dioksida (SiO2), sisanya merupakan oksida aluminium, besi, kalium, natrium, kalsium, magnesium serta 1,5 % campuran mineral lainnya dan air. Lava yang membeku membentuk batuan vulkanik dalam berbagai ukuran dan sebagian terbawa aliran air hujan ke sungaisungai (Oakeshott, 1976). Abu vulkanik yang jatuh ke dalam sumber air dapat mengakibatkan perubahan kualitas airnya. Berdasarkan pengalaman, dampak meletusnya gunung berapi umumnya hanya menyebabkan sedikit masalah terhadap kualitas air. Perubahan sifat kimia yang berbahaya dilaporkan hanya terjadi pada beberapa kasus saja. Perubahan yang paling umum dalam kualitas air adalah tersuspensinya abu vulkanik ke dalam air sungai atau saluran sehingga kekeruhannya menjadi sangat tinggi. Dampak abu vulkanik biasanya dapat menurunkan ph air. Pengaruh letusan gunung terhadap ph air pada sumber air seperti sungai dan saluran hanya kecil sampai sedang saja. Pengaruh letusan gunung berapi terhadap kualitas air untuk parameter-parameter kimia lainnya seperi klorida, sulfat, natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan fluorida juga tergolong kecil sampai sedang (Johnston, 1997). 132
5 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : Pengaruh letusan gunung berapi terhadap kualitas air yang cukup besar hanya terjadi pada kekeruhan saja. Kekeruhan adalah ukuran kemampuan air untukmenyebarkan dan menyerap cahaya, yang disebabkan oleh terdapatnya partikel, seperti tanah liat, lanau, abu vulkanik, partikel koloid dan organisme yang ukurannya mikroskopis. Kekeruhan air bergantung pada beberapa faktor, seperti jumlah, ukuran, bentuk, dan indeks bias dari partikel yang ada dalam air. Kekeruhan dalam air merangsang pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat karena terdapatnya nutrisi pada partikel-partikel penyebab kekeruhan tersebut. Kekeruhan yang berlebihan dalam air juga dapat melindungi mikroorganisme patogen dari efek desinfektan (USGS, 2009). METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan komparatif. Kegiatan penelitian meliputi 4 tahap yaitu pengumpulan data, pengambilan percontoh air di lapangan, pemeriksaan percontoh air di lapangan, pemeriksaan percontoh air di laboratorium dan evaluasi hasil penelitian. Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain berupa peta daerah penelitian, peta sungaisungai yang mengalir dari daerah puncak Gunung Merapi yang diperoleh dari Balai Sabo, data kualitas air sungai sebelum letusan dari BLH Provinsi D.I Yogyakarta serta data penunjang lainnya. Pengambilan Percontoh di Lapangan Untuk mendapatkan data kualitas air setelah terjadinya letusan, pada tanggal November 2010 telah dilakukan pengambilan percontoh air dari sungai-sungai yang mengalir dari daerah puncak Gunung Merapi. Selain air sungai pada kesempatan ini juga dilakukan pengambilan percontoh air sumur di beberapa lokasi, terutama untuk mengetahui pengaruh abu vulkanik yang mungkin masuk ke sumur-sumur penduduk yang sifatnya terbuka. Sumur-sumur ini merupakan sumber air yang dimanfaatkan oleh penduduk. Lokasi pengambilan air sungai dan air sumur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3. Tabel 1 Tabel. Lokasi Pengambilan Percontoh Air Sungai dan Air Sumur. No. Sungai Lokasi LS Posisi BT 1. Progo Kp. Sembuhan, Ds. Sendang Mulyo, Kec. Minggir, Kab. Sleman 07 o 45, o 13,16 2. Boyong Kp. Pulowatu, Ds. Purwobinangun, Kec. Pakem, Kab. Sleman 07 o 39, o 23,77 3. Code Kp. Pogung, Kel. Sinduadi, Kec. Mlati, Kab.Sleman 07 o 45, o 22,48 4. Kuning Kp. Sambirejo, Ds. Selomertani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman 07 o 43, o 26,47 5. Opak Kp. Sepetmadu, Ds. Tamanmartani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman 07 o 44, o 28,97 6. Woro Ds. Pandansimping, Kec. Prambanan, Kab. Klaten 07 o 44, o 31,83 133
6 Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 (Armaita Sutriati) U Sumber peta : Balai Sabo Gambar 3. Lokasi pengambilan percontoh air sungai dan air sumur Pemeriksaan Percontoh Air di Lapangan Pemeriksaan percontoh air di lapangan dilakukan terutama untuk memeriksa dan mengukur parameterparameter yang mudah berubah, seperti: temperatur, oksigen terlarut, ph, daya hantar listrik, asiditi, alkaliniti, dan bakteri koli. Temperatur Pengukuran temperatur percontoh air sungai dan air sumur dilakukan dengan menggunakan termometer elektronik yang terdapat pada alat DO Meter WTW OXI 1970i. Pengukuran dilaksanakan dengan mencelupkan elektrode alat ke dalam air dan ditunggu sampai pembacaan stabil, alat ini mempunyai akurasi + 0,1 dari nilai terukur. Oksigen terlarut (DO) Oksigen terlarut dalam percontoh air diukur dengan alat DO Meter merk WTW OXI 1970i. Pengukuran juga dilaksanakan dengan mencelupkan elektrode alat ke dalam air, digoyangkan pelan-pelan dan ditunggu sampai pembacaan stabil dan akurasi + 0,5 % dari kadar terukur. Derajat Keasaman (ph) Pengukuran ph percontoh air dilakukan dengan alat 134 ph meter merk WTW ph 1970i. Pengukuran juga dilaksanakan dengan mencelupkan elektrode alat ke dalam air, digoyangkan pelan-pelan dan ditunggu sampai pembacaan stabil dengan akurasi + 0,5 % dari nilai terukur. Daya Hantar Listrik (DHL) Daya hantar listrik atau conductivity percontoh diukur dengan menggunakan alat conductometer merk WTW Cond 1970i. Pengukuran juga dilaksanakan dengan mencelupkan elektrode alat ke dalam air, digoyangkan pelan-pelan dan ditunggu sampai pembacaan stabil, accuracy + 0,5 % dari nilai terukur. Alkaliniti Pemeriksaan kadar alkaliniti percontoh air dilakukan dengan cara titrasi menggunakan larutan asam sulfat 0,05 N dengan indikator methyl orange (MO) sampai menunjukkan ph 4,3. Asiditi Pemeriksaan kadar asiditi percontoh air dilakukan dengan cara titrasi menggunakan larutan natrium hidroksida 0,05 N dengan indikator phenolphtaline (PP) sampai ph menunjukkan ph 8,3.
7 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : Bakteri Koli Pemeriksaan dilakukan dengan cara menyaring percontoh dengan membran filter khusus untuk analisa bakteri, kemudian dilakukan inkubasi pada temperatur dan waktu tertentu dan dihitung jumlah koloninya. Pemeriksaan Kualitas Air di Laboratorium Pemeriksaan kualitas air di laboratorium dilakukan terhadap parameter-parameter fisika dan kimia dan dilaksanakan di Laboratorium Balai Lingkungan Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air di Bandung. Metode pemeriksaan kualitas air yang digunakan berdasarkan Kumpulan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2004 dan juga berdasarkan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater edisi 21th tahun 2005 APHA AWWA. Parameter-parameter kimia yang diperiksa antara lain klorida, sulfat, natrium, kalsium, kalium, magnesium dan fluorida. Selain itu diperiksa juga total fosfat, nitrat, total ammonium dan parameter yang menggambarkan pencemaran bahan organik seperti BOD dan COD. 5. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai dan air sumur setelah terjadinya letusan Gunung Merapi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan visual dan pemeriksaan beberapa parameter kualitas air di lapangan terhadap percontoh air sungai dan air sumur dapat dilihat masing-masing pada Tabel 2 dan 3. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air tersebut, untuk beberapa parameter yang penting diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Residu tersuspensi Residu tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya pasir halus, tanah liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang dalam air. Bahan-bahan anorganik seperti pasir halus, tanah liat dan lumpur alami berasal dari proses alamiah yang disebabkan oleh gesekan air pada kerak bumi (US EPA, 1976).Residu tersuspensi ini biasanya meningkat jumlahnya pada waktu musim hujan dan berkurang pada waktu musim kemarau. Selain dipengaruhi oleh musim, residu tersuspensi anorganik ini juga dipengaruhi oleh kondisi lahan di daerah pengaliran sungai. Pada daerah-daerah kritis kadar residu tersuspensi dalam air sungai cenderung lebih besar dibandingkan dengan daerah-daerah yang masih normal. Kadar residu tersuspensi dalam air sungai berhubungan sekali dengan banyaknya lumpur yang terbawa oleh air sungai tersebut. Oleh karena, itu parameter residu tersuspensi ini sangat penting dalam penelitianpenelitian tentang sedimentasi sungai, misalnya untuk mendesain saluran irigasi, bendungan, waduk dan sebagainya. Pada proses pengolahan air, baik air sungai maupun air limbah, kadar residu tersuspensi juga merupakan faktor yang sangat penting karena kadar residu tersuspensi ini erat sekali hubungannya dengan proses pengendapan pada pengolahan air bersih maupun air limbah. Pada pengolahan air sungai menjadi air bersih, kadar residu tersuspensi berpengaruh terhadap dosis koagulan yang dipakai. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, parameter residu tersuspensi dibatasi kadarnya. Untuk kriteria kelas I (air yang dapat digunakan untuk air baku air minum) dan kelas II (air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air), kadar residu tersuspensinya tidak boleh lebih dari 50 mg/l. Untuk kelas III (air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar dan peternakan) dan juga kelas IV (air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman), kadar residu tersus-pensinya tidak boleh lebih dari 400 mg/l (Pemerintah RI, 2001). Hasil pemeriksaan kadar residu tersuspensi terhadap percontoh-percontoh air sungai menunjukkan bahwa air Kali Progo, Kali Boyong, Kali Code dan Kali Kuning mempunyai kadar residu tersuspensi yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan data sebelum terjadinya letusan. Kali Progo meningkat dari mg/l sebelum letusan (Pusair, 2010) menjadi 368 mg/l. Demikian pula dengan Kali Code, residu tersuspensi meningkat dari 158 mg/l (BLH 2009) menjadi 629 mg/l setelah letusan atau meningkat hampir 4 kali. Di Kali Boyong kadar residu tersuspensi adalah sebesar 383 mg/l dan kadar tertinggi terdeteksi di Kali Kuning, yaitu sebesar 1170 mg/l. Hasil pemeriksaan kadar residu tersuspensi dalam air Kali Opak dan Kali Woro menunjukkan kadar residu tersuspensi relatif kecil, masing-masing sebesar 7,0 mg/l dan 2,0 mg/l. Peningkatan kadar residu tersuspensi yang terjadi akibat letusan Gunung Merapi terhadap kualitas air di Kali Progo dan Kali Code cukup tinggi, seperti yang terlihat pada Gambar
8 Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 (Armaita Sutriati) Gambar 4. Peningkatan kadar residu tersuspensi di Kali Progo dan Kali Code. Gambar 5 Kondisi Kali Progo sebelum (kiri) dan sesudah terjadinya letusan Gunung Merapi (kanan). 136
9 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : Secara visual pun sangat terlihat perbedaan kondisi kualitas air sungai (sebagai percontoh adalah Kali Progo) sebelum terjadinya letusan Gunung Merapi (tanggal 16 Agustus 2010) dan sesudah letusan (tanggal 26 November 2010), dimana terlihat pengaruh lumpur dari Gunung Merapi yang masuk ke sungai sehingga di Kali Progo terdeteksi kadar residu tersuspensi yang cukup tinggi (Gambar 5). Hasil pemeriksaan kadar residu tersuspensi terhadap percontoh-percontoh air sumur menunjukkan bahwa air sumur menunjukkan kadar residu tersuspensi yang relatif kecil, berkisar antara 0,2 mg/l - 6,0 mg/l. Keadaan ini menunjukkan bahwa air sumur tidak banyak terpengaruh karena terjadinya letusan Gunung Merapi. 2. Kekeruhan Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar residu tersuspensi, karena kekeruhan pada air memang disebabkan adanya residu tersuspensi yang ada dalam air tersebut. Namun demikian, karena residu tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat yang bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda, maka kekeruhan tidak selalu sebanding dengan kadar residu tersuspensi. Dampak kekeruhan pada air hampir sama dengan dampak yang ditimbulkan oleh residu tersuspensi, misalnya dapat menimbulkan estetika yang kurang baik. Selain itu air yang keruh yang mengandung residu tersuspensi yang cukup tinggi, dapat menyebabkan mikroorganisme patogen hidup dan berkembang dengan baik. Bahkan adanya bahan-bahan tersuspensi ini dapat menyebabkan mikroorganisme tersebut lebih tahan terhadap proses desinfeksi (US EPA, 1976). Hasil pemeriksaan kekeruhan terhadap percontohpercontoh air sungai menunjukkan bahwa air Kali Progo, Kali Boyong, Kali Code dan Kali Kuning yang mengalir di lereng sebelah barat dan selatan Gunung Merapi terlihat sangat keruh. Nilai kekeruhannya masing-masing sebesar 223, 232, 381 dan 706 NTU. Nilai kekeruhan ini sangat tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan kekeruhan air Kali Progo sebelum terjadinya letusan Gunung Merapi yang hanya sebesar 25 98,7 NTU pada pengambilan percontoh air bulan Mei dan Agustus 2010, sebelum terjadinya letusan Merapi (Pusair, 2010). Sebaliknya hasil pemeriksaan kekeruhan air Kali Opak dan Kali Woro yang mengalir di lereng sebelah timur Gunung Merapi terlihat rendah dengan nilai kekeruhannya masing-masing sebesar 4,4 NTU dan 1,3 NTU. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar material yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi tertuju ke lereng sebelah barat dan selatan dan relatif sedikit yang mengalir ke arah sebelah timur. Hasil pemeriksaan kekeruhan terhadap percontohpercontoh air sumur menunjukkan bahwa air sumur yang diambil mempunyai nilai kekeruhan yang relatif kecil. Nilai kekeruhannya berkisar antara 1,2-6,2 NTU. Berdasarkan hasil tersebut, ditinjau dari parameter kekeruhan terlihat bahwa kondisi kualitas air sumur tidak banyak terpengaruh oleh terjadinya letusan Gunung Merapi. Daya Hantar Listrik (DHL) Daya hantar listrik (DHL) merupakan salah satu parameter yang dapat menggambarkan banyaknya residu yang larut dalam air. Nilai DHL yang tinggi berarti kadar residu terlarut dalam air juga tinggi, sebaliknya nilai DHL rendah kadar residu terlarutnya juga rendah. Terdapat korelasi antara nilai DHL dengan kadar residu terlarut ini, nilai DHL (dalam us/cm) = 0,5 0,7 kadar residu terlarut dalam mg/l (US EPA, 1976). Hasil pengukuran DHL air sungai berkisar antara umhos/cm dan air sumur antara umhos/cm. Dilihat dari nilai DHL, baik air sungai maupun air sumur, mempunyai kadar residu terlarut yang tidak terlalu besar, sehingga masih memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air baku air minum, sarana rekreasi, air peternakan/perikanan maupun air pertanian. Dibandingkan dengan DHL air sungai Progo sebelum terjadinya letusan yang nilainya berkisar antara umhos/cm (Pusair 2010), ), ternyata nilai DHL air sungai setelah letusan ada peningkatan, namun relatif kecil dibandingkan peningkatan residu tersuspensi. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit mineral vulkanik yang terdapat di dalam air sungai. Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman atau ph merupakan salah satu sifat kimia air yang cukup penting. Nilai ph air dapat memengaruhi kegunaan air tersebut, baik untuk air irigasi, perikanan, pertanian dan juga untuk keperluan-keperluan yang lain. Air yang masih alami biasanya bersifat netral dan nilai ph nya sekitar 7. Nilai ph yang sangat rendah atau yang sangat tinggi menunjukkan adanya kelainan (US EPA, 1976). Letusan gunung api yang umumnya mengeluarkan gas sulfur dioksida dapat menyebabkan penurunan nilai ph air. Namun, hasil pengukuran air sungai dan air sumur di sekitar Gunung Merapi, ternyata menunjukkan bahwa bila ditinjau dari nilai ph, terlihat kualitas air air sungai dan air sumur di daerah penelitian ternyata masih cukup baik. 137
10 Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 (Armaita Sutriati) Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai-sungai yang Mengalir dari Gunung Merapi. Parameter Satuan Sungai Progo Boyong Code Kuning Opak Woro Tgl 27 Nov 27 Nov 27 Nov 28 Nov 28 Nov 28 Nov Jam 15:45 11:40 10:00 09:27 08:23 10:35 Pengamatan visual keruh keruh keruh keruh bening bening Fisika: Temperatur o C 28,6 27,2 28,6 26,8 27,0 30,2 Kekeruhan NTU ,4 1,3 Residu tersuspensi mg/l ,0 2,0 DHL us/cm Kimia: Alkaliniti mg/l Asiditi mg/l 3,4 4,5 9,0 3,4 6,7 22 ph - 8,1 7,8 7,8 7,9 7,4 7,1 Oksigen terlarut mg/l 6,2 5,8 5,8 6,2 4,9 4,9 Klorida mg/l 12,9 16,9 17,9 12,9 10,9 13,9 Sulfat mg/l 16, ,7 96,1 28,5 43,8 Natrium mg/l 12,8 18,3 20,4 10,9 19,7 22,5 Kalsium mg/l 28,8 36,0 29,1 46,7 25,8 21,7 Kalium mg/l 4,9 9,45 13,1 8,65 7,75 13,1 Magnesium mg/l 7,78 9,97 8,82 10,8 9,12 10,2 Fluorida mg/l 0,071 <0,06 <0,06 0,065 <0,06 0,073 Total fosfat mg/l 0,189 0,136 0,189 0,208 0,106 0,173 Nitrat mg/l <0,04 <0,04 <0,04 0,12 <0,04 <0,04 Total Ammonium mg/l 0,529 0,250 0,516 0,215 0,229 0,236 BOD mg/l 2,6 1,3 2,2 2,3 1,5 4,3 COD mg/l 5,2 4,4 7,4 6,4 4,5 8,6 Mikrobiologi Bakteri koli kol/100 ml Gambar 6 Nilai ph air sungai dan air sumur.
11 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air terhadap Percontoh Air Sumur di Sekitar Sungai. Parameter Satuan Air sumur disekitar sungai Progo Boyong Code Kuning Opak Woro Tgl 27 Nov 27 Nov 27 Nov 28 Nov 28 Nov 28 Nov Jam 15:45 12:00 10:20 09:30 08:30 10:45 Pengamatan visual bening bening bening bening bening bening Fisika Temperatur o C 27,5 26,4 31,8 27,4 28,1 29,2 Kekeruhan NTU 1,2 1,4 3,6 6,2 1,6 1,2 Residu tersuspensi mg/l 2,0 2,0 6,0 10 3,0 2,0 DHL us/cm Kimia: Alkaliniti mg/l Asiditi mg/l ph - 6,8 6,5 6,9 6,8 6,9 6,9 Oksigen terlarut mg/l 4,7 3,9 4,5 3,8 3,9 4,1 Klorida mg/l 16,9 8,9 13,9 6,0 8,9 19,8 Sulfat mg/l 31,9 11,5 26,9 21,0 68,1 67,2 Natrium mg/l 17,9 20,5 24,8 17,8 20,2 32,7 Kalsium mg/l 40,5 21,9 22,7 30,0 25,0 33,2 Kalium mg/l 9,82 7,98 11,7 8,66 7,13 22,6 Magnesium mg/l 7,90 5,58 8,94 9,73 9,85 11,1 Fluorida mg/l <0,06 <0,06 <0,06 <0,06 <0,06 <0,06 Total fosfat mg/l 0,099 0,156 0,121 0,103 0,141 0,247 Nitrat mg/l <0,04 0,05 <0,04 <0,04 <0,04 <0,04 Total Ammonium mg/l 0,156 0,093 0,152 0,156 0,236 0,156 BOD mg/l 0,7 0,5 1,3 0,7 0,3 1,6 COD mg/l 2,4 1,6 3,9 2,2 1,2 4,8 Mikrobiologi Bakteri koli kol/100 ml Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa nilai ph air sungai berkisar antara 7,1 8,2 dan air sumur berkisar antara 6,5 6,9. Batas nilai ph yang dipersyaratkan untuk air yang dapat digunakan untuk air baku untuk minum, sarana rekreasi, air peternakan dan perikanan (kelas I, II dan kelas III) adalah antara 6 9 (Gambar 6). ph yang berada dalam kondisi normal ini kemungkinan terjadi karena oksida sulfur tidak banyak melarut dalam air sungai. Hal ini juga sejalan dengan kecilnya peningkatan kadar DHL seperti yang telah dibahas sebelumnya. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dalam air memegang peranan penting terhadap kehidupan biota dalam air, baik ikan maupun mikroorganisme yang lain. Mikroorganisme ini memerlukan oksigen terlarut antara lain untuk memecah zat organik menjadi gas karbon dioksida dan air untuk memperoleh energi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Jadi, apabila kandungan zat organik tinggi dalam air, maka oksigen terlarut dalam air cenderung turun karena banyak digunakan oleh mikroorganisme. 139
12 Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 (Armaita Sutriati) Dengan demikian, oksigen terlarut ini dapat juga digunakan sebagai parameter indikator pencemaran air. Air alami yang belum tercemar biasanya mempunyai kadar oksigen terlarut yang cukup besar, sebaliknya air yang sudah tercemar terutama oleh zat organik mempunyai kadar oksigen yang rendah (US EPA, 1976). Kriteria kualitas air kelas III, yaitu air yang dapat digunakan untuk air perikanan menyebutkan bahwa batas minimum kadar oksigen terlarutnya adalah 3 mg/l (Pemerintah RI, 2001). Hasil pengukuran kadar oksigen terlarut baik dalam air sungai maupun air sumur menunjukkan kadar oksigen terlarut dalam air sungai berkisar antara 4,9 6,2 mg/l, sedangkan air sumur berkisar antara 3,9 4,7 mg/l (Gambar 7). Dengan demikian, dilihat dari oksigen terlarutnya, air sungai di daerah penelitian ternyata masih cukup baik, termasuk untuk digunakan sebagai air perikanan. Sulfat Sulfat juga termasuk anion utama yang terdapat dalam air alami. Keberadaan sulfat dalam air dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya pelarutan mineral-mineral yang mengandung sulfat atau masuknya buangan industri dan limbah pertanian. Selain itu, sulfat dalam air dapat pula berasal dari gas sulfur dioksida yang berasal dari letusan gunung berapi. Dalam air alami biasanya sulfat berada dalam konsentrasi yang aman, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan. Namun demikian apabila sulfat berada dalam konsentrasi yang besar dapat menyebabkan diare atau sakit perut (US EPA, 1976). Namun, hasil pemeriksaan sulfat pada sungaisungai yang mengalir dari Gunung Merapi tidak memberikan dampak atau pengaruh yang berarti terhadap kualitas airnya, karena kadar sulfat yang terdeteksi hanya berkisar antara 16,4 112 mg/l. Meskipun terlihat peningkatan kadar dari 8,1 9,6 mg/l hasil pengukuran pada bulan Mei dan Agustus 2010, namun belum melampaui batas kriteria kualitas air untuk parameter sulfat kelas I yaitu air yang peruntukannya adalah sebagai baku air minum yaitu SO4 400 mg/l (Pemerintah RI, 2001). Bakteri Koli Bakteri koli merupakan salah satu parameter indikator pencemaran air. Air sungai di Indonesia, terutama yang berlokasi di perkotaan umumnya mempunyai kandungan bakteri koli yang relatif besar. Hasil pemeriksaan bakteri koli dalam air sungai berkisar antara koloni/100 ml, sedangkan dalam air sumur antara koloni/100ml. Masih terdapatnya bakteri koli dalam air sungai dan air sumur di daerah penelitian aliran lahar dingin Gunung Merapi menunjukkan bahwa letusan gunung berapi tidak memusnahkan kehidupan bakteri koli dalam air sungai dan air sumur. Bahan Organik Bahan organik merupakan bahan pencemar yang paling dominan dalam air sungai-sungai di Indonesia, terutama sungai-sungai di perkotaan. Bahan pencemar organik dalam air berasal dari limbah domestik dan limbah industri atau dari berbagai aktivitas lainnya. Keberadaan senyawa organik dapat menimbulkan masalah karena bahan organik ini dapat terurai oleh mikroorganisme. Proses penguraian ini membutuhkan oksigen, sehingga menyebabkan kadar oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang atau bahkan habis sama sekali. Dengan kata lain, air yang mengandung bahan organik yang tinggi akan memberikan dampak habisnya oksigen terlarut dalam air yang dapat menyebabkan air tersebutberwarna hitam, keruh, dan berbau tidak sedap (Terangna, 1998). Menganalisa jenis-jenis bahan organik dalam air sangat sulit karena jenis bahan organik yang ada di perairan sangat beraneka ragam dan sangat kompleks sifatnya. Guna mengatasi masalah tersebut, maka digunakan parameter-parameter yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menaksir banyaknya bahan organik dalam air tanpa melihat jenis bahan organiknya. Parameter-parameter tersebut adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Hasil pengukuran BOD dan COD pada air sungai di lereng barat menunjukkan kadar BOD dan COD masing-masing sebesar 2,6 mg/l dan 5,2 mg/l di Kali Progo; 1,3 mg/l dan 4,4 mg/l di Kali Boyong; 2,2 mg/l dan 7,4 mg/l di Kali Code; 2,3 mg/l dan 6,4 mg/l di Kali Kuning. Tidak berbeda jauh dengan kondisi kualitas air di lereng timur yang relatif lebih baik sebagaimana telah dibahas sebelumnya, yaitu kadar BOD dan COD dalam air Kali Opak masingmasing 1,5 mg/l dan 4,5 mg/l, sedangkan dalam air Kali Woro masing-masing 4,3 mg/l dan 8,6 mg/l. Dari hasil pengukuran BOD dan COD yang telah dilakukan pada bulan Nopember 2010, terlihat bahwa dampak letusan Gunung Merapi tidak banyak berpangaruh terhadap kadar BOD dan COD air sungai, terlihat dari kadar BOD dan COD air sungaisungai tersebut masih dibawah kadar maksimum kelas I (baku air minum). 140
13 Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : Gambar 7. Kadar oksigen terlarut dalam air sungai dan air sumur. Gambar 8. Kadar BOD dan COD dalam air sungai dan air sumur. 141
14 Kualitas Air Sungai Dan Air Sumur Paska Letusan Gunung Merapi Tahun 2010 (Armaita Sutriati) SIMPULAN DAN SARAN Letusan Gunung Merapi yang membawa aliran lava dingin ke sungai sangat berpengaruh terhadap peningkatan kadar residu tersuspensi dan kekeruhan dalam air Kali Progo, Kali Boyong, Kali Code, dan Kali Kuning yang mengalir di lereng sebelah barat, namun tidak terlalu berpengaruh pada air Kali Opak dan Kali Woro yang mengalir di lereng sebelah timur. Hasil pemeriksaan kualitas air sungai dan air sumur yang dilakukan di lapangan menunjukkan aliran lava dengan debu vulkanik Merapi tidak banyak memengaruhi ph, DHL, dan oksigen terlarut. Selain kadar residu tersuspensi dan kekeruhan, kualitas air Kali Progo, Kali Boyong, Kali Code dan Kali Kuning masih berada di bawah batas persyaratan Baku Mutu Sumber Air. Kualitas air sumur di sekitar sungai-sungai yang diteliti tidak terkena dampak letusan Gunung Merapi, terlihat dari kualitas air yang relatif baik dan memenuhi Baku Mutu Sumber Air. Perlu dilakukan pemantauan kualitas air yang mengalir dari Gunung Merapi secara berkesinambungan, terutama pada musim hujan yang diperkirakan akan terjadi perubahan kualitas air sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi akibat dampak aliran lahar dingin yang masuk ke sungai-sungai tersebut. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua fihak, terutama kepada rekan-rekan peneliti dari Balai Lingkungan Keairan dan Balai Sabo, Personil Laboratorium Balai Lingkungan Keairan, serta tim gabungan dari balai lainnya yang telah memberikan bantuan dan kerja samanya selama kami melakukan penelitian di daerah Merapi. Kepada Prof. (R) Nana Terangna Ginting, Dipl. EST dan Drs. Tontowi, M.Sc kami ucapkan terima kasih atas koreksi dan masukannya sampai terwujudnya tulisan ini. ACUAN APHA, AWWA Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 21th Edition. ISBN : Wahington DC. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Press release: Dampak Letusan Gunung Merapi, (diakses 23 November 2010) Foto Posisi Gunung Merapi di Pulau Jawa bagian tengah. Sumber : wordpress.com/2009/05/topografi.jpg Johnston, D.M Physical and social impacts of past and future volcanic eruptions in New Zealand, Unpublished Ph.D. thesis, University of Canterbury, Christchurch, 288 p. Oakeshott, G.B Volcanoes & Earthquakes Geologic Violence, Mc Grow Hill Book Company, New York. Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor: 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta. Pusat Litbang Sumber Daya Air Laporan Akhir Pengembangan dan Pembaharuan Basisdata dan SIG-SDA Bidang Lingkungan Keairan. Bandung. Terangna Nana Pengkajian Peruntukan dan Baku Mutu Sumber Air di Indonesia, ISBN , Bandung. United States Environmental Protection Agency, Quality Criteria for Water, Washington D.C. USGS Volcano Hazard Program Site Volcanic Ash: Effect & Mitigation Strategy, volcanoes.usgs.gov/ash/water/index. html#quality (diakses 8 Januari 2011). Wikipedia Gunung Merapi, wikipedia.org/wiki/gunung Merapi (diakses 15 November 2010). WTW Operating Manual Oxy 1970i, ph 1970i, Cond 1970i, WTW GmbH, Weilheim. 142
SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
STUDI PENCEMARAN AIR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CODE, YOGYAKARTA GUNA MENDUKUNG UPAYA KONSERVASI AIRTANAH PASCA ERUPSI MERAPI 2010 T. Listyani R.A. 1) dan A. Isjudarto 2) 1) Jurusan Teknik Geologi STTNAS
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung
Lebih terperinciKAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciSTUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP
STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The
Lebih terperinciContents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...
Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Merapi yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi memiliki interval waktu erupsi
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015
PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda
24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Way Sekampung Tahun 2013 dan 2014, dimana pada Tahun 2013 dilakukan 4 kali pengambilan sampel dan pada Tahun 2014 dilakukan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciPengawasan dan penyimpanan serta pemanfaatan data kualitas air
Konstruksi dan Bangunan Pengawasan dan penyimpanan serta pemanfaatan data kualitas air Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciMETODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL
METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL PENDAHULUAN Memegang peranan sangat penting akan mempengaruhi data hasil analisis. Apabila terdapat kesalahan dalam pengambilan contoh, maka contoh yang diambil tidak
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibanding erupsi tahun 2006 dan Dari tiga episode tersebut, erupsi terbesar
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pada dekade terakhir ini, Gunung Merapi mengalami erupsi setiap empat tahun sekali, yaitu tahun 2006, 2010, serta erupsi 2014 yang tidak terlalu besar dibanding erupsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph
KUALITAS FISIKA DAN KIMIA AIR BERSIH DI DESA PESISIR MINAHASA UTARA (Studi Kasus Di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur) Priskila E. Posumah*, Oksfriani J. Sumampouw*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak
Lebih terperinciPREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006
PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat
Lebih terperinciKombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi
Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan
Lebih terperinciStandart Kompetensi Kompetensi Dasar
POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar
68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar
Lebih terperinciBuletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1-8
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 1 April 2012 : 1-8 KAJIAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH BANDUNG-SOREANG TAHUN 2007-2009 (STUDY ON
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap
Lebih terperinciStudi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)
Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Disusun oleh: Anita Megawati 3307 100 082 Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono.,Dipl.SE.,MSc.,
Lebih terperinci: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)
LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah
Lebih terperinciDANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.
DANAU SEGARA ANAK Danau Segara Anak adalah danau kawah (crater lake) Gunung Rinjani yang berada di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA
Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015 Jurnal Fropil PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Endang Setyawati Hisyam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi semua mahluk hidup di dunia terutama bagi manusia, dengan terus bertambahnya jumlah populasi manusia, maka kebutuhan air bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:
PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter
Lebih terperinciANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH
ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh
Lebih terperinciPENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works
PENGENDALIAN SEDIMEN Aliran debris Banjir lahar Sabo works 29-May-13 Pengendalian Sedimen 2 Aliran Lahar (Kawasan G. Merapi) G. Merapi in action G. Merapi: bencana atau berkah? G. Merapi: sabo works 6-Jun-13
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma
PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN Darajatin Diwani Kesuma daradeka@gmail.com M.Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The amis of this study are to
Lebih terperinciAnalisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH
IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata
11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Air digunakan untuk keperluan pertanian, perikanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Indonesia terletak diantara 2 benua yaitu benua asia dan benua australia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN AIR BAKU
BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material
Lebih terperinciLAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER
LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi (Kodoatie, 2010). Air sangat diperlukan bagi tubuh
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga kebersihan daerah aliran sungai. Membuang limbah padat dan cair dengan tidak memperhitungkan dampak
Lebih terperinciPengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah
MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan
Lebih terperinciSTUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG
INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG Yonik Meilawati Yustiani, Astri Hasbiah *), Muhammad Pahlevi Wahyu Saputra
Lebih terperinci8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusai dan makhluk hidup lainnya, serta sebagai modal dasar dalam pembangunan.
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV Ayu Nitami 0906489681 Mohammad Fauzi Rachman 0906636876 Retno Murti Wulandari 0906636964 Tanggal Praktikum : 5 Mei
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
Lebih terperinciNama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.
Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN
Lebih terperinciLIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.
LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soewarno (1991), proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses
Lebih terperinciTeknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah
Teknik Lingkungan KULIAH 9 Sumber-sumber Air Limbah 1 Pengertian Limbah dan Pencemaran Polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen
Lebih terperinciLetusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur
1 of 5 10/7/2017, 5:35 AM Disiplin ilmiah, gaya jurnalistik Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur di dunia Oktober 5, 2017 4.02pm WIB Petani Bali dengan latar Gunung Agung. Wilayah dengan
Lebih terperinciHasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri
Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Semua limbah yang dihasilkan home industry dibuang langsung ke sungai, selokan atau, bahkan, ke pekarangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari
Lebih terperinci