ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN INDUSTRI NONMIGAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN INDUSTRI NONMIGAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN INDUSTRI NONMIGAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA Abstrak: Otonomi daerah memberi kebebasan kepada daerah untuk merencanakan dan mengelola kegiatan ekonomi sendiri tanpa menunggu campur tangan dari pusat. Karenanya setiap daerah harus mampu mengembangkan ekonomi sesuai potensi yang dimilikinya. Potensi ekonomi tersebut tergambar dari kontribusi dari setiap lapangan usaha atau sektor. Subsektor industri pengolahan nonmigas umumnya sangat besar kontribusinya dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Sehingga daerah harus mampu mempercepat pertumbuhan subsektor industri pengolahan non-migas ini agar mendorong pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel apa yang dominan mempengaruhi pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. Data diperoleh dari BPS, Depnaker, dan BKPMD. Teknik analisa data yang digunakan OLS. Hasil penelitian menunjukkan investasi dalam negeri (PMDN), angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan industri pengolahan non-migas. Secara partial juga ketiga variabel tersebut mempengaruhi pertumbuhan industri pengolah non-migas di Sumatera Utara. Kata kunci: Pertumbuhan, Investasi, Tenaga Kerja, Tabungan Abstract: Area autonomy liberate to area to plan and manage economic activityifself without wait for interfence fromf center. So, every should increase the economic sector according to the have potenial. That potencialcomes from contribution of each sector. For intance, non oil and natural gas industry as a sub sector. Area should accelerate this sub sector to grow the economic. The purpose of this sub research is to fine the dominan variable that influence the growth of non oil and antural gas industry in North Sumatera. Data has taken from BPS, Depnaker and of BKPMD and has analysed by using OLS technique. The result shows that domestic invesment (PMDN), labor force and local government saving influence the growth of non oil and natural gas industry. Partial those three variables also influence the growth ot non oil and natural gas industry in North Sumatera. PENDAHULUAN Semenjak diberlakukan UU No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah di Indonesia, perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat. Hal ini cukup beralasan dan logis karena pada era otonomi daerah saat ini masing-masing daerah berusaha dan berlomba-lomba untuk meningkatkan ekonomi daerahnya masingmasing guna meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran masyarakatnya. Faktor pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang tinggi merupakan sasaran utama bagi pembangunan daerah. Ada sembilan sektor lapangan usaha yang menentukan tingkat PDRB di suatu daerah. Sektor-sektor tersebut antara lain: pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa. Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang PDRB-nya relatif stabil sebagaimana dijelaskan melalui Tabel 1 berikut ini: Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun TAHUN PDRB Juta (Rp) %/Tahun Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDRB berfluktuasi, hal ini dikarenakan krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 yang sangat berdampak terhadap 126

2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... pertumbuhan PDRB, di mana pada tahun 1998 terjadi pertumbuhan negatif sebesar 10,90. Kondisi ini berdampak pada pertumbuhan PDRB hingga saat ini. Di sisi lain karena tidak adanya sektor kunci yang menjadi andalan dalam membentuk PDRB. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah investasi dalam negeri (PMDN), jumlah angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. I. Kajian Teori Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau dikenal dengan pendapatan regional suatu daerah merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan pada suatu perekonomian daerah dalam masa satu tahun. Besarnya PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. PDRB yang dihitung berdasarkan pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di daerah suatu negara dalam jangka waktu setahun, unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dibagi menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha yaitu: (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian (3) industri pengolahan migas dan non-migas, (4) listrik, gas, dan air bersih (5) bangunan, (6) perdagangan hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa. Model Pertumbuhan Harrod-Domar Mekanisme perekonomian dengan pengertian investasi yang lebih banyak, yang diarahkan kepada usaha mempercepat pertumbuhan diterangkan Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar ini yang memberikan arti penting investasi dalam pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama; investasi menciptakan pendapatan, dan kedua; investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok kapital. Investasi (akumulasi modal) bertujuan memperbesar output dan pendapatan di masa yang akan datang. Melalui investasi pada barang modal produktif (termasuk investasi dalam sumber daya manusia) dan investsi di bidang infrastruktur sosial dan ekonomi untuk menunjang aktivitas perekonomian secara terpadu, peningkatan output dapat dicapai dan pendapatan masyarakat akan meningkat (Todaro, 1995: 116). Tabel 1.2 Kontribusi sektoral terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara atas Dasar Harga Konstan 1993 Tahun (jutaan rupiah) No. Sektor T a h u n Pertanian Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas,& air bersih 5. Bangunan Perdag. Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan Persewaan & jasa lainnya 9. Jasa-jasa PDRB Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, investasi menambah stok kapital (K) 127

3 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 misalnya; pabrik-pabrik, jalan, irigasi, dan sebagainya. Jadi I = ΔK, ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan seperti terlihat pada Gambar 1: Gambar 1. Pengaruh Investasi Keterangan: a = ΔI, menggeser kurva D (permintaan barang dan jasa) lewat proses multiplier (jangka pendek) b = ΔI, Mengeser kurva S (penawaran barang dan jasa) lewat pertambahan produksi (jangka panjang). Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok kapital masyarakat yang berarti penambahan investasi, maka akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Qp). Harrod-Domar menggambarkan hubungan yang sederhana antara K dan Q p sebagai berikut: Q p =hk...(1) Di mana h menunjukkan jumlah unit output yang bisa dihasilkan dari setiap unit kapital atau investasi. Koefisien ini disebut capital ouput ratio. Hubungan antara K dan Q p adalah proporsional. Jadi apabila dalam suatu tahun tertentu ada investasi sebesar I, maka stok kapital pada akhir tahun tersebut akan bertambah sebesar ΔK = I. Selanjutnya penambahan kapasitas ini akan meningkatkan output sebesar: ΔQp = h Δk = hi...(2) Di mana: Q p = output yang dihasilkan oleh stok kapital yang ada ΔK = perubahan stok kapital I = investasi H = jumlah unit output yang bisa dihasilkan dari setiap unit kapital atau investasi Dengan kata lain, pertumbuhan pendapatan nasional secara positif berhubungan dengan rasio tabungan dan sebaliknya secara negatif berhubungan dengan COR atau ICOR (Capital Output Ratio atau Incremental Capital Output Ratio). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: ΔY s =... (3) Y k Di mana: ΔY = tingkat pertumbuhan pendapatan nasional Y s = rasio tabungan terhadap pendapatan nasional k = capital output ratio atau incremental capital output ratio Capital Output Ratio mengukur berapa tambahan output yang bisa dicapai karena penambahan kapital sebesar satu unit. Sedangkan ICOR adalah untuk mengukur perubabahannya. Anggapan yang digunakan di sini menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan stok kapital dan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Todaro, 1995: 65-67). Investasi Dalam Negeri Modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang kurang maju sekalipun barangbarang modal sangat besar peranannya dalam kegiatan ekonomi. Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai oleh suatu masyarakat yang belum berkembang (Sukirno, 1999: 427). Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pabrik baru, mesin, peralatan, dan material meningkatkan stok modal produktif secara fisik suatu negara dan memungkinkan tercapainya peningkatan output. Investasi produktif ini harus dilengkapi dengan investasi infrastruktur sosial dan ekonomi, jalan, listrik, air dan sanitasi, komunikasi, dan sebagainya guna menunjang aktivitas perekonomian secara terpadu. Sebagai contoh, investasi seorang petani sayuran dengan membeli traktor baru dapat meningkatkan produksinya. Namun, tanpa fasilitas angkutan yang memadai guna mengangkut tambahan produksi tersebut ke pasaran, maka investasi tersebut tidak akan 128

4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... menambah produksi pangan tersebut secara langsung (Todaro, 1995: 116). Pertumbuhan Tenaga Kerja Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja, secara tradisional, dianggap sebagai faktor yang merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Namun demikian patut dipertanyakan apakah cepatnya pertumbuhan penawaran tenaga kerja di negara-negara berkembang yang mengalami kelebihan tenaga kerja akan memberikan efek positif atau negatif terhadap perkembangan ekonomi. Sebenarnya hal tersebut tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan secara produktif dengan mempekerjakan tambahan tenaga kerja tersebut, kemampuan mana dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal (Todaro, 1995: 117). Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam konteks pasar peranannya berada baik pada sisi permintaan maupun di sisi penawaran. Di sisi permintaan, penduduk adalah konsumen, sumber permintaan akan barang-barang dan jasa. Di sisi penawaran, penduduk adalah produsen, jika ia pengusaha atau pedagang, atau tenaga kerja, jika ia semata-mata pekerja. Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah dua; ada yang menganggapnya sebagai penghambat pembangunan, ada pula yang menganggapnya sebagai pemacu pembangunan. Berlangsungnya kegiatan produksi adalah berkat adanya orang yang membeli dan mengkonsumsi barang-barang yang dihasilkan. Konsumsi dari penduduk inilah yang menimbulkan permintaan agregat. Pada gilirannya, peningkatan konsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha produktif berkembang, begitu pula perekonomian secara keseluruhan. Jadi perkembangan ekonomi turut ditentukan oleh permintaan yang datang dari penduduk. Tekanan masalah kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan. Variabel-varibel lain itu misalnya sebaran, komposisi, kepadatan, dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan, dan pendidikan (Dumairy, 1997: 68-69). Tingkat pertumbuhan penduduk secara kuantitatif diukur berdasarkan persentase kenaikan jumlah penduduk netto tahunan karena adanya pertambahan alami dan migrasi netto internasional. Yang dimaksud pertambahan alami adalah selisih antara jumlah kelahiran dan kematian atau perbedaan antara kesuburan dan mortalitas (Todaro, 1995:190). Sedangkan cara perhitungan laju pertumbuhan penduduk dapat dilakukan sebagai berikut: Pt = Po. (1+r) n (4) Di mana: Pt = banyaknya penduduk pada tahun terakhir Po = jumlah penduduk pada tahun awal R = angka pertumbuhan n = waktu antara Po dan Pt (Widodo, 1990: 38, ). Tabungan Pemerintah Daerah Dalam pembangunan ekonomi, modal mempunyai peranan yang mutlak sebagai pembiayaan pembangunan yang dilaksanakan. Jika modal yang tersedia cukup, maka pembangunan akan tumbuh lebih laju laju sebab dapat dilakukan investasi di berbagai sektor ekonomi. Akumulasi modal pada dasarnya dapat berasal dari dalam daerah dan dari luar daerah. Sumber dari dalam daerah yang penting untuk membiayai penanaman modal investasi adalah tabungan pemerintah daerah. Tabungan pemerintah daerah diperoleh dari sektor pemerintah dan sektor masyarakat. Tabungan pemerintah daerah yang dimaksud adalah tabungan pemerintah dalam APBD, yang merupakan selisih antara penerimaan daerah dengan pengeluaran rutin. Sedangkan tabungan masyarakat merupakan akumulasi dari Tabanas, Taska, dan deposito berjangka. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (industri pengolahan) dapat dirumuskan seperti gambar berikut ini. 129

5 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 Investasi dalam negeri (X1) Angkatan Kerja (X2) Tabungan Pemerintah (X3) Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas (Y) Gambar 2. Keterkaitan Variabel Independen dan Variabel Dependen Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh investasi dalam negeri, pertumbuhan angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah secara bersama-sama terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. 2. Mengetahui pengaruh ketiga variabel independen dengan dependen secara partial. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam menetapkan kebijakan untuk mamacu pertumbuhan ekonomi daerah. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan kerangka teori yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Pertumbuhan investasi daerah, pertumbuhan angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. Metode Penelitian 1.Variabel Penelitian Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: a. Investasi dalam negeri, jumlah angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah sebagai variabel bebas. b. Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebagai variabel terikat. sekunder dengan data time series tahun 1994 hingga Data ini diperoleh dari publikasipublikasi yang terdapat di kantor BPS, Depnaker dan BKPMD, serta sumber lainnya. 3. Definisi Operasional Variabel a. Investasi yang dimaksud di sini adalah penanaman modal oleh swasta dalam negeri yang diukur dengan persentase pertumbuhan. b. Pertumbuhan angkatan kerja yang bekerja adalah perubahan jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja yang bekerja yang diukur dengan persen. c. Tabungan pemerintah daerah adalah tabungan pemerintah daerah yang terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yaitu yang merupakan selisih penerimaan daerah dengan pengeluaran rutin yang diukur dari persentase pertumbuhannya. d. Pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas adalah peningkatan jumlah sektor ini dari tahun ke tahun dalam bentuk persentase. 3. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data menggunakan regresi ganda dengan model Ordinary Least Square (OLS) yang diturunkan dari fungsi produksi linear model pertumbuhan neoklasik yaitu Q = f(k,l). Di mana Q adalah output, K adalah jumlah modal, dan L adalah jumlah tenaga kerja. Selanjutnya dengan menambahkan variabel lain yang berpengaruh terhadap output tersebut dibentuklah model analis lengkap yaitu: Q = α o + β 1 K + β 2 L + β 3 S + μ Di mana: Q = output, K = pertumbuhan investasi dalam negeri L = pertumbuhan angkatan kerja yang bekerja α = konstanta β 1, β 2, β 3 = koefisien K, L dan S μ = error term Model ini sebelum digunakan sebagai alat untuk memprediksi terlebih dahulu diuji asumsi klasik dari model regresi linear yaitu uji normalitas, multiklonieritas dan hetrosdakstisitas. Data diolah dengan program komputer SPSS versi Teknik Pengumpulan dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data 130

6 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... I. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Perkembangan ekonomi selama proses pembangunan berlangsung biasanya disertai dengan adanya pertumbuhan, perubahan struktur, dan keterkaitan ekonomi. Meningkatnya pembangunan ekonomi menyebabkan akumulasi dan alokasi dana turut meningkat, sehingga mendorong meningkatnya produksi dan pendapatan masyarakat. Proses tersebut terus berlanjut sehingga melalui peningkatan daya beli masyarakat serta semakin meningkat dan meluasnya kegiatan produksi memungkinkan pertumbuhan ekonomi terus berlangsung sebagai akibat adanya pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi, perubahan pola produksi, serta semakin membaiknya kebijakan ekonomi yang diterapkan. Proses tersebut akan terus berlangsung selama pembangunan terus berlangsung. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan untuk melihat kemajuan suatu kegiatan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat dengan menghitung perkembangan nilai PDRB selama periode pembangunan tertentu. Pertumbahan nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu cenderung berfluktuasi. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun PDRB atas Harga Konstan 1993 (Rp juta) Pertumbuhan (persen) Sumber: BPS Sumatera Utara 3,79 12,84 10,92 7,81 1,57 5,87 9,20 16,37 9,48 9,09 9,01 5,70-10,90 2,59 4,83 Dari Tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa pertumbuhan rata-rata PDRB per tahun 7,99 %. PDRB Sumatera Utara pada tahun 1980 tidak terlalu menggembirakan. Gejolak perekonomian dunia pada pertengahan tahun 1980-an terutama yang dialami negara-negara industri maju menambah tekanan pada perekonomian Indonesia yang cukup parah akibat jatuhnya harga minyak di pasaran dunia. Apalagi pada periode itu perekonomian Indonesia sangat tergantung pada migas. Hal ini berdampak juga terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara, di mana pertumbuhan ekonomi (atas dasar harga konstan 1993) hanya mencapai 2,7 % pada tahun Seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, berdampak juga pada pertumbuhan PDRB Sumatera Utara yang cukup tinggi terutama pada tahun 1987, 1988, dan 1993 masing-masing sebesar 12,84%, 10,92%, dan 16,37%. Peningkatan yang cukup tinggi ini terutama disumbangkan oleh sektor pertanian di samping sektor-sektor lain seperti sektor industri pengolahan, perdagangan, dan jasa. Sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB Sumatera Utara mencapai 36,69% pada tahun 1987, 36,61 persen pada tahun 1988, dan 26,88 persen tahun Khusus tahun 1993 sektor industri memberi sumbangan yang cukup besar mencapai 24,61 terhadap total PDRB. Tetapi secara keseluruhan sektor pertanian menjadi primadona sebagai penyumbang terbesar terhadap total PDRB Sumatera Utara dari tahun ke tahun. Pada tahun 1997 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,70 persen, tetapi pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi mencapai pertumbuhan minus 10,90 persen sedangkan nasional 13,3 persen. Hal ini terjadi disebabkan adanya krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dampak krisis ekonomi dirasakan sepenuhnya pada tahun 1998, hampir semua sektor pertumbuhannya negatif kecuali sektor pertanian dan sektor listrik, gas, dan air bersih. Investasi Dalam Negeri (PMDN) Investasi merupakan variabel yang sangat penting dalam menggerakkan pembangunan ekonomi suatu negara. Tanpa ada investasi yang terus bertambah pertumbuhan yang dicapai pasti lambat atau bersifat sementara. Semakin besar nilai investasi yang ditanamkan di suatu daerah maka semakin cepat pula pertumbuhan perekonomian daerah itu. Oleh karena itu di dalam proses pembangunan daerah, kebijakan yang harus dilkukan adalah bagaimana menarik investor untuk menanamkan modalnya di daerah 131

7 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 itu. Untuk itu, pemerintah daerah yang bersangkutan senantiasa harus berusaha menciptakan kondisi yang kondusif untuk merangsang pertumbuhan investasi yang diharapkan. Perkembangan realisasi PMDN di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut: Tabel. 4.2 Pertumbuhan Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) dalam persen T a h u n Pertumbuhan ( % ) ,00 61,73 28,74-6,03 3,74 2,00-23,30 20,39 Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat pertumbuhan PMDN rata-rata 16,66 % pertahun selama kurun waktu Namun pada tahun tertentu ada yang mengalami pertumbuhan minus. Hal ini menggambarkan belum konsintennya pertumbuhan investasi di Sumatera Utara. Akan tetapi ada yang menarik perhatian, pertumbuhan investasi pada tahun 1998 mengalami pertumbuhan positif padahal tahun ini merupakan krisis yang terparah dialami perekonomian Indonesia. Justru pada tahun 2000 mengalami pertumbuhan negatif 23,30 %. Krisis ekonomi ekonomi dan krisis lain yang dialami Indonesia menyebabkan enggannya para investor menanamkan modalnya sehingga pertumbuhannya belum konsisten. Pertumbuhan Tenaga Kerja Penduduk merupakan sumber tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan faktor terpenting di antara faktor produksi, karena berfungsi sentral yang mengorganisir faktor produksi lainnya. Perkembangan penduduk dan tenaga kerja dianggap faktor penting yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti akan meningkatkan luasnya pasar domestik akan output yang dihasilkan. Kelompok penduduk yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara lain. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia angkatan kerja yang sedang bekerja, usia angkatan yang mempunyai pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Pertumbuhan tenaga kerja di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Pertumbuhan Angkatan Kerja di Sumatera Utara (dalam Persen) Tahun Pertumbuhan ,83 4,87 3,08 1,41 2,15 0,92 4,36 5,02 Sumber: BPS Sumatera Utara Perkembangan Tabungan Pemerintah Tabungan pemerintah daerah dapat dilihat dari APBD yaitu selisih penerimaan daerah dengan pengeluaran rutin daerah. Besarnya tabungan ini akan tergantung dari penerimaan daerah yang merupakan wujud dari pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan besarnya tabungan swasta tergantung pada tingkat pendapatan masyarakat, yang sekaligus menggambarkan kemampuan dan minat masyarakat untuk menabung (marginal propensity to save). Jumlah dana tabungan yang dapat dihimpun oleh sektor perbankan akan mempengaruhi kemampuan negara/daerah/investor untuk melakukan investasi, karena tabungan ini yang akan disalurkan kepada investor di samping dana sendiri yang dimiliki investor tersebut. Besarnya tabungan yang terjadi di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.4. Perkembangan jumlah tabungan pemerintah Sumatera Utara relatif tinggi rata-rata 23,61 persen pertahun. Pertumbuhan turun drastis adalah pada tahun 1998 dan pertumbuhan negatif hanya terjadi pada tahun Hal ini dapat dipahami sebagai dampak buruk dari krisis ekonomi yang melanda perkekonomian nasional. Besarnya rata-rata pertumbuhan ini tentu akan memberikan kontribusi dengan pertumbuhan ekonomi. 132

8 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah tabungan Pemerintah dan Perkembangan Sektor Industri Pengolahan Non Migas di Sumatera Utara Tahun Pertumbuhan Jumlah Tabungan (%) 19,39 19,59 18,81 16,49 5,84-10,23 73,40 45,60 Pertumbuhan Industri Pengolahan (%) 8,05 9,20 8,30 3,74-4,82-0,19 3,74 4,55 Selanjutnya kalau dilihat pertumbuhan sektor industri pengolahan rata-rata 4,07% per tahun jauh di bawah pertumbuhan tabungan pemerintah daerah dan juga lebih rendah dari pertumbuhan PDRB Sumatera Utara periode sebesar 7,99%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan di luar sektor pengolahan lebih tinggi dibanding sektor pengolahan, terutama sektor pertanian. I. Hasil Estimasi Model Penelitian II. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunkan pendekatan OLS. Hasil estimasi model penelitian adalah: Q = 8, ,398 I + 6,828 L + 0,472 S + μ Hasil estimasi model penelitian dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Estimasi Modal Model (Constant) I L S Unstandardized Coefficients B 8,156 0,398 6,828 0,472 R 2 0,907 F hitung = 12,973 Std Error 2,760 0,083 2,022 0,116 Standarized Coefficients Beta 2,364 2,266 2,533 t 2,955 4,770 3,377 4,068 Sig 0,042 0,009 0,028 0,015 Dari hasil estimasi di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas secara serempak/ bersama-sama dipengaruhi oleh variabel investasi dalam negeri (PMDN), pertumbuhan angkatan kerja, dan tabungan pemerintah daerah. Hal ini terbukti F Sig 0,016 lebih kecil dari 0,05. R-square pada hasil estimasi sebesar 0,907 yang berarti 90,7% pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan investasi dalam negeri (PMA), pertumbuhan angkatan kerja, dan variabel pertumbuhan tabungan pemerintah. Sedangkan 9,3% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian. Dari hasil persamaan regresi diketahui secara partial koefisien pertumbuhan investasi dalam negeri sebesar 0,398 yang artinya jika investasi meningkat 1% akan mendorong pertumbuhan industri pengolahan non-migas %. Demikian juga variabel tenaga kerja dan investasi dalam negeri secara partial juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Ketiga angka estimasi variabel independen bernilai positif yang berarti pertumbuhan investasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan tabungan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara akan menyebabkan semakin tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan yang akan signifikan mempercepat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Secara partial variabel yang mempengaruhi pertumbuhan industri pengolahan non-migas juga signifikan. Pertumbuhan investasi berpengaruh posistif dan nyata terbukti dengan t-sig 0,009 lebih rendah dari alpha 0,05. Demikian juga variabel pertumbuhan angkatan kerja juga berpengaruh posiitif dan nyata terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Hal ini dibuktikan dengan t-sig 0,028 sementara alpha 0,05. Selanjutnya variabel tabungan pemerintah daerah juga berpengaruh positif dan nyata. Hal ini dibuktikan dengan t-sig 0,015 dengan alpha 0,05. Dari hasil temuan di atas ketiga variabel yang dianalisis terbukti berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas. Apabila sektor industri pengolahan nonmigas ini berkembang akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, karena sektor industri ini memiliki nilai tambah yang lebih besar daripada sektor pertanian yang mana selama ini masih mendominasi perekonomian Sumatera Utara. Perkembangan sektor industri pengolahan ini juga akan signifikan mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain. 133

9 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 PENUTUP Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan investasi daerah (PMDN), pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan tabungan pemerintah daerah secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. 2. Secara partial pertumbuhan investasi dan pertumbuhan angkatan kerja dan tabungan pemerintah daerah berpengaruh positif dan nyata terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diberi saran sebagai berikut: 1. Untuk memacu pertumbuhan industri pengolahan non-migas di Sumatera Utara harus meningkatkan investasi daerah (PMDN) melalui terobosan-terobosan baru yang menggairahkan iklim investasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri (PMA). 2. Meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pembangunan sektor pendidikan. 3. Pemerintah provinsi harus mampu meningkatkan tabungan daerah melalui peningkatan penerimaan melebihi peningkatan pengeluaran daerah. Di samping itu, pemerintah harus juga mampu meningkatkan tabungan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dan mengefektifkan fungsi lembaga perbankan sebagai intermediasi dalam pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. (1998). Pendapatan Regional Provinsi Sumatera Utara Tahun , Sumatera Utara. Boediono, (1994). Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta Dumairy (1997). Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta. Sukirno, Sadono (1999). Pengantar Teori Makro Ekonomi, Rajagrafindo, Jakarta. Todaro, Michael P. (1995). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta. Widodo, Triyanto Suseno Hg. (1990). Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia, Kanisius, Yogyakarta. 134

10 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan... LAMPIRAN Data Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-migas, Investasi dalam Negeri (PMDN), Angkatan Kerja, dan Tabungan Pemerintah Daerah Y I L S 1 8,05 46,00 3,83 19,39 2 9,20 61,73 4,87 19,59 3 8,30 28,74 3,08 18,81 4 3,74-6,03 1,41 16,49 5-4,82 3,74 2,15 5,84 6-0,19 2,00 0,92-10,23 7 3,74-23,30 4,36 73,40 8 4,55 20,39 5,02 45,60 Regression Variables Entered/Romeved b Model Vairables Entered Variables Removed 1 S,I,L a Enter Method a. All requested variables entered b. Dependent variable: Y Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std Error of The Estimate 1,952 a,907,837 1,91672 a. Predictor: (Constant), S, I, L Anova b Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares df Mean Square F Sig 142,983 14, , ,661 3,674 12,973,016 a a. Predictor: (Constant), S, I, L b. Dependent variable: Y 135

11 Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standarized Coefficients B Std Error Beta t Sig (Constant) I L S 8,156 0,398 6,828 0,472 2,760 0,083 2,022 0,116 2,364 2,266 2,533 2,955 4,770 3,377 4,068 0,042 0,009 0,028 0,015 a. Dependent variable: Y 136

12 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

13 JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI Jurnal Keilmuan dan Penggunaan Terhadap Sistem Teknik Industri ISSN Terakreditasi No. 52/DIKTI/KEP/2002 Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan Homepage: Volume 7 No. 1 Januari 2006 SURAT PENGANTAR No. /JO5.1.31/TI/STI/2004- Kepada Yth:.... di Tempat No. Isi Surat / Barang Banyaknya Keterangan 1. JURNAL SISTEM TEKNIK 1 (satu) Disampaikan dengan INDUSTRI eksemplar hormat sebagai tukar Jurnal Ilmiah Terakreditas Vol. 7 No. 1 Januari 2006 informasi ilmiah, mohon lembar di bawah ini dikirim kembali Medan, Januari 2006 Pemimpin Umum, Ir.H.A.Jabbar M.Rambe, M.Eng NIP TANDA TERIMA Telah diterima dari : Redaksi Jurnal Sistem Teknik Industri Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU P. Bulan Medan Berupa : JURNAL SISTEM TEKNIK INDUSTRI Vol. No., Tanggal diterima Nama Jabatan Institusi Alamat Telepon Tanda tangan/cap

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG. Oleh AMINAH NPM.

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG. Oleh AMINAH NPM. 1 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG Oleh AMINAH NPM. 09090201 Disetujui: Pembimbing 1 Pembimbing II Dra. Yenni Del Rosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN 2001 2015 Oleh: Lastri Apriani Nurjannah 133401016 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi (Jl.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Tabel. 4.1 Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Tabel. 4.1 Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Berikut adalah data laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk (dalam juta Rupiah), selama tahun 2007 sampai dengan 2010.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity 1 ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR PERTANIAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEMPATAN KERJA SERTA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Erlina Rufaidah 1, Dwi Wulan Sari 2 Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPOR TERHADAP PENIGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA MEDAN (ANALISIS BASIS EKONOMI) PROVINSI SUMATERA UTARA

PENGARUH EKSPOR TERHADAP PENIGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA MEDAN (ANALISIS BASIS EKONOMI) PROVINSI SUMATERA UTARA Jurnal Ekonomi dan Bisnis Nommensen Volume V Januari 2014 40 PENGARUH EKSPOR TERHADAP PENIGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA MEDAN (ANALISIS BASIS EKONOMI) PROVINSI SUMATERA UTARA Ateng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB PROVINSI PAPUA. Mursalam Salim, SE., M.Si Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Yapis Papua.

PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB PROVINSI PAPUA. Mursalam Salim, SE., M.Si Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Yapis Papua. PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB PROVINSI PAPUA Mursalam Salim, SE., M.Si Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Yapis Papua Abstrak Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Promosi dan Investasi

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH BUSSINESS PROGRESS ISSN April 2015, Volume 3, No. 1, 9-14

JURNAL ILMIAH BUSSINESS PROGRESS ISSN April 2015, Volume 3, No. 1, 9-14 PENGARUH KEHADIRAN PMA DALAM BERINVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MASYARAKAT DI SEKITAR PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PT. INALUM PADA TAHUN 2007-2012) Mangasi Sinurat, SE, M.Si STIE Bina Karya Tebing

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU Dian Alfira Kasmita Pembimbing: Almasdi Syahza dan Riadi Armas Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Jl. Bina

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh Indra Susila 1, Yolamalinda 2, Rian Hidayat 3 ABSTRACT This study aims to

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN 2002-2012 Julika Rahma Siagian Program Studi Ilmu Ekonomi, Pasca Sarjana, Medan Sumatera Utara Universitas Negeri

Lebih terperinci

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Enni Sari Siregar STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Email : ennisari056@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta dan masyarakat (Saragih, 2009). merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta dan masyarakat (Saragih, 2009). merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang menjadi sumber daya potensial di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Kompensasi Pada Perusahaan Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawannya sesuai dengan jasa yang karyawan berikan kepada perusahaan. Jasa

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi Nurfita Sari Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 63 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis pada penelitian ini akan penulis sajikan dalam bentuk tabelaris sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu negara dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat) PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat) Renny Nur ainy 1 Desfitrina 2 Rooswhan Budi Utomo 3 1 Jurusan

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR. Suwarno Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jatim

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR. Suwarno Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jatim Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (Suwarno) 50 ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR Suwarno Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

Pengaruh Investasi Kelapa Sawit dan Tenaga Kerja terhadap PDRB pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur

Pengaruh Investasi Kelapa Sawit dan Tenaga Kerja terhadap PDRB pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur Pengaruh Investasi Kelapa Sawit dan Tenaga Kerja terhadap PDRB pada Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur Bagus Ariyanto, Fitriadi 1, Akhmad Noor 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG Anang Rahmat Jatmiko Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Jl. Gus Dur 29 A Jombang Email : anang_jatmiko@undar.ac.id

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 Mangaradot Saur A. Sinaga Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan E-mail : Mangaradot@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA Nama : Ridwan Maulana NPM : 16212320 Pembimbing : Widiyarsih, SE.,

Lebih terperinci

Keywords: Capital Expenditures, Investment, Employment, Economic growth.

Keywords: Capital Expenditures, Investment, Employment, Economic growth. Jurnal Ilmiah Econosains E-ISSN: 2252-8490 Vol. 14 No. 2, Agustus 20165 http://doi.org/10.21009/econosains.013.2.3 ANALISIS BELANJA MODAL, INVESTASI, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1980-2006 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KESEJAHTERAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN HOTEL MELEAWAI

ANALISIS PENGARUH KESEJAHTERAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN HOTEL MELEAWAI ANALISIS PENGARUH KESEJAHTERAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN HOTEL MELEAWAI Nama : BAYU AGUNG PRAMONO NPM : 11212375 Pembimbing : Widiyarsih, SE., MM Latar Belakang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TENAGA KERJA DAN PRODUK DOMESTIK REGONAL BRUTO DI KOTA SAMARINDA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TENAGA KERJA DAN PRODUK DOMESTIK REGONAL BRUTO DI KOTA SAMARINDA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TENAGA KERJA DAN PRODUK DOMESTIK REGONAL BRUTO DI KOTA SAMARINDA Wahyu Hidayah, Theresia Militina, Yana Ulfah Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Leo Tumpak Pardosi 1 leopard_xl@yahoo.co.id Quinci Fransiska

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era persaingan global yang ditandai dengan semakin terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing produk nasional akan

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output. Pertumbuhan ekonomi mutlak

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output. Pertumbuhan ekonomi mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang disebabkan oleh barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat mengalami kenaikan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet ALIFA AMELIA 10210562 LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi data. a. Perkembangan Nilai Investasi Industri Kabupaten Lahat 1995-2012 Lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal, dapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN 1985 2005 SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Jenjang Strata

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi Abstrak Salah satu indikator yang umum digunakan untuk mengukur Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA. Abstrak

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA. Abstrak ANALISIS PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA Duma Lasmaria Siagian Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Pascasarjana, Universitas Negeri Medan e-mail: duma_gian@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data a. Investasi PMDN Provinsi Bengkulu Menurut Undang-Undang RI No 25 Tahun 2007, Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan

Lebih terperinci

Tri Wahyu R *) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Tri Wahyu R *) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro JEKT Tri Wahyu R *) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro ABSTRAK dan rehabilitasi (1967-1972), zaman keemasan minyak (1973-1982), periode guncangan

Lebih terperinci

Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung

Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung 139 LAMPIRAN 2 Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung Dependent Variable: Belanja Langsung Linear.274 19.584 1 52.000 57.441.239 The independent variable is Jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY

Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY LEMBAR KERJA Topik: Regresi Linear Ganda Tujuan: Digunakan untuk menguji hubungan/korelasi/pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Regresi juga dapat digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA, DAN EKSPOR TERHADAP PDRB SEKTOR INDUSTRI DI KOTA SEMARANG TAHUN

PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA, DAN EKSPOR TERHADAP PDRB SEKTOR INDUSTRI DI KOTA SEMARANG TAHUN Halaman 1-8 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814 PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA, DAN EKSPOR TERHADAP PDRB SEKTOR INDUSTRI DI KOTA SEMARANG TAHUN 1993-2010 Batari Saraswati

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belajar dari pembangunan negara maju, muncul keyakinan banyaknegara berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HAL KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI.. ii. DAFTAR GAMBAR. Vi. DAFTAR TABEL.. viii. DAFTAR LAMPIRAN. x. ABSTRAKSI. xi

DAFTAR ISI. HAL KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI.. ii. DAFTAR GAMBAR. Vi. DAFTAR TABEL.. viii. DAFTAR LAMPIRAN. x. ABSTRAKSI. xi DAFTAR ISI HAL KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI.. ii DAFTAR GAMBAR. Vi DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR LAMPIRAN. x ABSTRAKSI. xi BAB I :PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.Rumusan Masalah... 5 1.3.Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah karyawan atau pegawai divisi fashion pada PT. Mitra Adiperkasa, tbk sebanyak 52 karyawan

Lebih terperinci