BAB I PENDAHULUAN. juga perkembangan pada bidang konstruksi. Baja konstruksi sebagai komponen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. juga perkembangan pada bidang konstruksi. Baja konstruksi sebagai komponen"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia industri di Indonesia berkembang dengan begitu cepat, demikian juga perkembangan pada bidang konstruksi. Baja konstruksi sebagai komponen utama konstruksi memegang peranan yang sangat penting pada bidang tersebut. Bidang konstruksi sekarang ini mengarah pada penekanan biaya produksi dan mempercepat proses produksinya. Hal ini jelas bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan produktifitas perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan profit bagi perusahaan itu sendiri. Salah satu tahapan kerja dalam pembangunan konstruksi adalah pekerjaan sambungan yaitu menyambung satu bagian konstruksi dengan bagian konstruksi yang lainnya. Penyambungan dapat dilakukan dengan proses las (weld joint), sambungan keling (rivet joint) maupun sambungan mur baut (bolt nut joint). Pada pekerjaan sambungan dengan keling maupun mur baut diawali dengan proses pelubangan. Besar kecilnya lubang dan jumlah lubang sangat tergantung pada besar kecilnya konstruksi yang juga berkaitan dengan besar kecilnya beban yang diterima bagian konstruksi tersebut. Secara umum besar diameter lubang untuk konstruksi baja bangunan bertingkat umumnya dapat mencapai diameter 24 mm. Pembuatan lubang keling atau baut dengan diameter besar atau lebih besar dari 10 mm umumnya dibuat melalui tiga tahapan proses perbesaran lubang, yaitu dimulai dengan diameter bor 4 mm kemudian diameter 10 mm dan yang terakhir diameter yang dikehendaki yaitu 18 mm, 22 mm, atau 24 mm. Proses tersebut 1

2 2 membutuhkan banyak waktu yaitu waktu untuk proses pengeboran itu sendiri yang dilakukan bertahap sesuai diameter lubang ditambah dengan waktu untuk penggantian mata bor. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai proses pengeboran telah banyak dilakukan, antara lain oleh : Wei Zhang dan Fengbao He, 2003, meneliti tentang pengaruh perubahan drill point pada twist drill guna menimimalkan panas yang timbul pada saat melakukan pengeboran material manganese steel. Hasil dari perubahan drill point tersebut adalah menambah umur twist drill 33% lebih lama dibandingankan conventional drill. J.Pradeep Kumar dan P.Packiaraj, 2012, meneliti tentang kekasaran lubang hasil pengeboran akibat dari keausan mata bor sebagai efek perbedaan drilling parameter seperti : cutting speed, feed, dan diameter bor. Hasilnya adalah parameter pengeboran sangat mempengaruhi kekasaran permukaan, keausan bor, material removal rate dan penyimpangan diameter lubang. Liao dan Lin, 2007, meneliti tentang bebutuhan minimum cutting fluid pada pemotongan menggunakan material High Speed Milling hardened Steel dan pengaruhnya pada keausan mata potong insert carbide. Hasilnya adalah proses pemotongan dengan lubrication memperpanjang umur pahat, memperkecil gaya potong dan kekasaran permukaannya lebih halus. K. Ramesh, 2012, meneliti tentang kestabilan pahat boring pada proses pembubutan, yang di fokuskan pada pemberian material yang dapat mengurangi pengaruh getaran yang di akibatkan proses pemotongan pahat. Namun semua penelitian diatas terfokus pada faktor parameter pemotongan terhadap lubang yang dihasilkan. Pada penelitian ini nanti akan di fokuskan pada perancangan dan

3 3 pembuatan pahat bor multidiameter yang disesuaikan dengan kebutuhan lubang pada baja konstruksi dan pengujiannya pada mesin bor magnet Perumusan Masalah Dalam rangka meningkatkan kecepatan kerja dalam pembuatan sebuah lubang, maka akan dirancang sebuah pahat bor multidiameter yang bisa membuat lubang pada baja konstruksi, dimana hasil rancangan tersebut dapat menghasilkan lubang dengan sekali proses pengeboran, dan prototipe hasil rancangan pahat bor multidiameter kemampuannya dalam membuat lubang akan diinvestigasi Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah merancang pahat bor multidiameter yang mampu membuat lubang diameter 24 mm pada material baja lunak ( Mild Steel ) dengan sekali proses pengeboran Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah pahat bor multidiameter yang dihasilkan dapat membantu dalam pengerjaan pembuatan lubang pada baja konstruksi, dengan waktu yang lebih cepat, menurunkan beban kerja operator dan menghasilkan lubang pengeboran yang masuk dalam batasan toleransi sambungan mur baut, sehingga tidak diperlukan lagi proses pengeboran yang berulang-ulang dengan mengganti-ganti diameter mata bor.

4 Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi permasalahan yang terjadi berkaitan dengan penelitian, ada beberapa hal yang menjadi batasan yaitu : 1. Ketebalan pelat yang akan dibuat lubang pada baja konstruksi maksimal 10 mm dengan diameter lubang 24 mm. 2. Material yang akan di buat lubang adalah baja lunak ( Mild Steel ). 3. Putaran spindle diasumsikan konstan ( 320rpm, sesuai mesin bor magnet ). 4. Pemakanan (feeding) dilakukan secara manual, dan diasumsikan konstan.

5 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jig and fixture Jig adalah alat khusus yang berfungsi untuk memegang, menahan, atau diletakkan pada benda kerja yang berfungsi untuk menjaga posisi benda kerja dan membantu atau mengarahkan pergerakan pahat. Proses pengembangan alat bantu, metode, dan teknik dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas manufaktur. Tujuan digunakan alat Bantu : 1. Menurunkan biaya manufaktur. 2. Menjaga kualitas. 3. Meningkatkan produksi Clamping device ( milling vise ) Clamping merupakan bagian jig fixture yang berfungsi mencekam benda kerja sehingga posisi benda kerja tidak berubah selama proses permesinan. Aturan dasar clamping, posisi klem : 1. Selalu bersentuhan dengan benda kerja pada posisi rigid. 2. Untuk menghindari defleksi benda kerja dapat digunakan alat Bantu. 3. Posisi klem tidak boleh menggangu pergerakan pahat. 4. Posisi klem tidak boleh menggangu kerja operator. Salah satu penggunaan clamping device yaitu pada mesin drilling ( drilling vise ) atau yang biasa disebut tanggem atau ragum. (Lingaiah, 2001)

6 Pertimbangan ekonomis jig and fixture Ekonomi desain berawal dari kebutuhan untuk memeperoleh produktivitas maksimum dengan biaya serendah mungkin. Prinsip ekonomi desain : 1. Sederhana ( Simplicity ) : Desain harus dibuat sesederhana mungkin, dimana untuk setiap part harus dipikirkan penghematan waktu, material, dan biaya yang dimungkinkan. 2. Pemakaian material yang sudah terbentuk : Material awal yang berbentuk sesuai profil dapat menurunkan ongkos karena menghemat berbagai operasi permesinan. 3. Pemakaian komponen standar : Pemakaian komponen standar yang tersedia di pasaran dapat meningkatkan kualitas alat dan menurunkan biaya permesinan. 4. Hindarkan operasi tambahan pada bagian yang tidak perlu : Lakukan operasi tambahan hanya pada bagian yang signifikan ( memerlukan kualiatas, toleransi atau suaian presisi). 5. Toleransi dan Suaian secukupnya : Toleransi yang berlebihan hanya menaikkan biaya permesinan. 6. Sederhanakan gambar : Gambar yang sederhana dan jelas akan menurunkan ongkos total, gunakan simbol untuk menggantikan gambar detail, hindarkan pandangan yang berlebihan, gunakan nomor atau nama part untuk menjelaskan komponen standar (gunakan tabel).

7 Bor Multidiameter Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membuat sebuah lubang dan biasa dipasang pada mesin bor (drilling machine). Mesin bor seperti mesin milling yang spindlenya dapat turun secara otomatis ataupun manual menggunakan feeding yang dapat diatur kecepatannya. Pemakanan benda kerja dengan menggeser posisi tool kearah bawah sampai memotong benda kerja sehingga menghasilkan diameter benda kerja seperti yang diinginkan. Jenis alat potongnya dapat dari material HSS (High Speed Steel) atau dengan Cemented carbide tergantung dari material benda kerja yang akan dipotong. Berikut ini adalah contoh sebuah alat bor multidiameter dengan ukuran diameter tertentu. Gambar 2.1 Alat bor multidiameter. (Ostwalt. F Phillip, Monoz Jairo, 1997)

8 8 Dalam prinsip kerja pekerjaan boring ada 2 macam pekerjaan yang dapat dilakukan yaitu pembuatan lubang tembus dan pembuatan lubang tidak tembus. Berikut ini adalah sudut-sudut yang biasa digunakan untuk proses pembuatan lubang tembus, dapat dilihat seperti Gambar 2.2 dibawah ini Alat potong Gambar 2.2 Sudut pemotongan tool untuk lubang tembus. (Ostwalt. F Phillip, Monoz Jairo, 1997) Alat potong digunakan untuk mengurangi benda kerja. Alat potong ini terbuat dari unalloyed tool steel, alloy tool steel, cemented cabide, diamond tips, ceramic cutting material. Umurnya tergantung dari jenis bahan dasarnya, bentuk sisi potong dan pengasahannya. Sifat-sifat bahan dasar alat potong. Bahan dasar alat potong harus memiliki sifat-sifat : 1. Keras. ( agar cutting edge atau sisi potong dapat memotong benda kerja ), dan ulet. ( sisi potong tidak mudah patah ). 2. Tahan panas. ( supaya ketajaman sisi potong tidak mudah aus atau rusak ). 3. Tahan lama. ( secara ekonomis menguntungkan )

9 9 Jenis bahan dasar Alat potong. 1. Unalloyed tool steel. Adalah baja yang mengandung karbon 0,5-1.5%. Kekerasannya akan hilang pada suhu 250 derajat celcius, oleh sebab itu tidak cocok untuk kecepatan potong (cutting speed) tinggi. Unalloyed tool steel dikenal dengan nama carbon steel atau tool steel, hanya dipakai secara khusus. 2. Alloy tool steel. Baja ini mengandung karbon, kromium, vanadium, dan molybdenum. Tentang macam campurannya ada baja campuran tinggi dan rendah. High speed steel (HSS) adalah baja campuran tinggi yang tahan terhadap keausan pada suhu sampai 600 derajat celcius. Ketahanan tinggi tersebut dikarenakan mengandung tungsten. HSS ini digunakan untuk pemotongan dengan kecepatan tinggi. Karena HSS harganya sangat mahal maka hanya cutting edge-nya saja yang dibuat dari HSS sedangkan tangkainya dibuat dari material carbon steel. Cutting edge tersebut dilas pada tangkainya. 3. Cemented carbide. Digunakan untuk meningkatkan kemampuan alat potong, susunan utamanya adalah : tungsten atau molybdenum, kobalt, dan karbon. Cemented carbide ini dibrassing pada tangkai alat potong yang terbuat dari carbon steel. Kelebihannya adalah pada suhu 900 derajat celcius cemented carbide ini masih mampu memotong dengan baik dan dapat dilakukan pengasahan jika sudah tumpul, oleh sebab itu dapat dipakai pada pengerjaan dengan putaran tinggi. Dengan demikian waktu pengerjaan dipersingkat dan putaran yang tinggi

10 10 menghasilkan permukaan halus. Supaya memperoleh hasil seperti itu kita perlu memilih cemented carbide yang cocok untuk berbagai macam material yang akan dikerjakan. 4. Diamond tips. Dalam banyak hal cutting edge dari alat potong kerap kali berupa diamond tips yang sangat keras dan tahan lama. Adapun penggunannya untuk pengerjaan finishing pada mesin-mesin khusus. 5. Ceramic cutting materials. Material ini sangat keras, penggunaannya seperti pada cutting tips yakni dipegang tangkainya Aplikasi Pahat Bor Multidiameter Alat Bor Multidiameter sering digunakan dalam pembuatan lubang atau memperbesar lubang dengan ukuran yang khusus tetapi tidak mengunakan alat standar yang telah ada. Atau pembuatan lubang dengan satu kali proses pemotongan dan dihasilkan lubang dalam waktu yang singkat, Misalnya pembuatan lubang dengan ukuran diameter toleransi tertentu Teknologi Proses Pengukuran Pada bermacam-macam jenis alat ukur akan ditemukan skala ukuran. Skala tersebut menunjukkan satuan panjang yang berupa bagian dari meter, dapat merupakan centimeter, milimeter, ataupun mikrometer yang menunjukkan kecermatan alat ukur yang bersangkutan. Berdasarkan skala ini dapat dibaca berapa panjang atau dimensi suatu dimensi objek ukur. Alat ukur yang direncanakan dengan prinsip kerja tertentu dan dibuat sebaik mungkin, harus

11 11 dipakai dengan betul supaya harga yang ditunjukkan pada skala ukuran adalah sesuai dengan harga besaran yang diukur. Bila hal ini tak dipenuhi akan terjadi kesalahan (error). Kesalahan dapat diakibatkan oleh salah satu atau gabungan beberapa faktor antara lain : 1. Kekeliruan pelaksanaan proses pengukuran 2. Kekurangsaksamaan pengontrolan jalannya proses pengukuran 3. Kesalahan pada alat ukurnya (ketidakbenaran skalanya) Faktor pertama dan kedua di atas perlu dihindari dengan jalan mempelajari teknologi pengukuran. Faktor ketiga dapat dihindari dengan melakukan kalibrasi. Kalibrasi harus dilakukan dengan prosedur tertentu karena pada hakekatnya mengkalibrasi serupa dengan mengukur yaitu membandingkan alat ukur (skalanya atau harga nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar. Acuan yang dianggap benar absolut boleh dikatakan tidak ada, dimana standar meter berubah sesuai dengan kemajuan teknologi. Tidaklah praktis jika penggaris dengan kecermatan 1 mm harus dikalibrasi dengan Laser Interferometer (standar satuan panjang) yang mampu membaca kesalahan sampai orde 1 nm. Jadi kalibrasi umumnya dilakukan sesuai dengan kecermatan alat ukur yang bersangkutan, yaitu dengan membandingkan terhadap alat ukur lain yang satu atau beberapa tingkat lebih tinggi kecermatan dan kebenaran skalanya. (Rochim, Taufiq, 2001) Jenis Alat Ukur dan Proses Pengukuran Alat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut prinsip kerja, kegunaan, atau sifatnya. Dari cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi

12 12 menurut sifatnya, dimana alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan yaitu : Jenis Dasar 1. Alat ukur langsung Mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Kecermatan rendah s/d menengah (1 s/d 0,002 mm). Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut. 2. Alat ukur pembanding atau komparator Mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi. Umumnya memiliki kecermatan menengah ( 0,01 mm ; cenderung disebut pembanding) s/d tinggi ( 0,001 mm ; sering dinamakan komparator) tetapi kapasitas atau daerah skala ukurnya terbatas. 3. Alat ukur acuan atau standar Mampu menunjukkan suatu harga ukuran tertentu. Digunakan sebagai acuan bersama-sama dengan alat ukur pembanding untuk menentukan dimensi suatu obyek ukur. Dapat mempunyai skala seperti yang dimiliki alat ukur standar yang dapat diatur harganya atau tidak memiliki skala karena hanya mempunyai satu harga nominal. 4. Alat ukur batas Mampu menunjukkan apakah suatu dimensi, bentuk, atau posisi terletak di dalam atau di luar daerah toleransinya. Dapat memiliki skala, tetapi lebih sering tidak memiliki skala karena memang dirancang untuk pemeriksaan toleransi suatu objek ukur yang tertentu.

13 13 5. Alat ukur Bantu Sebenarnya tidak termasuk sebagai alat ukur dalam arti yang sesungguhnya akan tetapi memiliki peranan penting dalam pelaksanaan suatu proses pengukuran geometrik. Cara dan proses pengukuran. diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu : 1. Pengukuran langsung Proses pengukurannya dengan memakai alat ukur langsung. Hasil pengukuran dapat langsung terbaca. Merupakan cara yang lebih banyak dipilih karena proses pengukuran dapat cepat diselesaikan. Seperti pengukuran dengan jangka sorong, mikrometer. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini. Gambar 2.3 Contoh pengukuran langsung. (Rochim, Taufig, 2001) 2. Pengukuran tak langsung Proses pengukuran dilaksanakan dengan memakai beberapa jenis alat ukur berjenis pembanding atau komparator, standar dan bantu. Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu objek ukur dibandingkan dengan ukuran standar dapat digunakan untuk menentukan dimensi objek ukur.

14 14 Proses pengukuran tak langsung umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Gambar 2.4 Contoh pengukuran tak langsung. (Rochim, Taufig, 2001) 3. Pemeriksaan dengan kaliber batas Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan apakah objek ukur memiliki harga yang terletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran, bentuk atau posisi. Objek ukur dianggap baik bila terletak di dalam daerah toleransi dan dikatakan jelek bila batas permukaannya berada di luar daerah toleransi yang dimaksud. Proses pengukuran berlangsung cepat dan cocok untuk menangani pemeriksaan kualitas geometrik produk hasil produksi massal. Gambar 2.5 Contoh pengukuran dengan kaliber batas (Rochim, Taufig, 2001)

15 15 4. Perbandingan dengan bentuk acuan Bentuk suatu produk misal, profil ulir atau roda gigi dapat dibandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan atau dibakukan pada layar ukur proyeksi. Pada prinsipnya pemerikasaan seperti ini tidaklah menentukan dimensi ataupun toleransi suatu benda ukur secara langsung, akan tetapi lebih kepada menentukan tingkat kebenarannya bila dibandingkan dengan bentuk standar. Gambar 2.6 Contoh pengukuran dengan perbandingan bentuk acuan (Rochim, Taufig, 2001) 5. Pengukuran geometrik khusus Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan, pegukuran geometri khusus benar-benar mengukur geometri yang bersangkutan. Dengan memperhatikan imajinasi daerah toleransinya, alat ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan dilaksanakan secara khusus.

16 Penyimpangan dalam proses pengukuran Pengukuran merupakan proses yang mencakup beberapa hal seperti benda ukur, alat ukur, dan pengukur atau pengamat. Karena ketidaksempurnaan masingmasing bagian ditambah dengan pengaruh lingkungan, maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satupun pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut. Ada 2 istilah penting yang berkaitan erat dengan proses pengukuran, yaitu : Ketelitian (accuracy) Hasil pengusahaan proses pengukuran supaya mencapai sasaran pengukuran yaitu menunjukkan harga sebenarnya alat ukur. Ketelitian bersifat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar, karena yang absolut benar tidak diketahui. Setiap pengukuran dengan kecermatan yang memadai, mempunyai ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang bisa berbeda-beda tergantung kondisi alat ukur, benda ukur, metoda pengukuran, dan kecakapan pengukur Ketepatan atau Keterulangan (precision or repeatability) Kewajaran proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama jika pengukuran diulang secara identik. Dengan kecermatan alat ukur yang memadai, hasil pengukuran yang diulang secara identik akan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga rataratanya. Semakin dekat harga-harga tersebut dengan harga rataratanya, proses pengukuran memiliki ketepatan yang tinggi.

17 17 Jika istilah ketepatan dikaitkan pada target atau sasaran, bisa jadi istilah ketelitian akan muncul mengikutinya. Bila daerah toleransi dinyatakan sebagai daerah sasaran dan harga nominal objek ukur adalah titik tengah daerah sasaran, ada 4 kemungkinan yang bisa terjadi mengenai hasil pengukuran, (lihat Gambar 2.7) yaitu : 1. Proses pengukuran yang tak tepat dan tak teliti 2. Proses pengukuran yang tak tepat tetapi teliti 3. Proses pengukuran tepat tetapi tak teliti 4. Proses pengukuran tepat dan teliti. Gambar 2.7 Empat kemungkinan dari hasil pengukuran (Rochim, Taufig, 2001) Faktor ketidaktelitian dan ketidaktepatan Untuk proses pengukuran geometrik berbagai sumber yang bisa menjadi faktor penyebab proses pengukuran menjadi tidak teliti dan tidak tepat adalah : Alat ukur, benda ukur, posisi pengukuran, lingkungan, operator (pengukur dan pengamat).

18 Perhitungan Gaya Pemotongan Perhitungan gaya pemotongan twistdrill Mata bor (twist drill) besarnya gaya potongnya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : M = C x d 1.9 x f 0.8 (2.1) dimana : T = K x d x f 0.7 (2.2) M : Momen Puntir ( Nmm ) T : Gaya potong twist drill ( N ) C : Konstanta untuk momen puntir (Nmm) ( Table 2.1 ) K : Konstanta ( Steel = 84.7 ; Cast iron = 60.5 ) d : Diameter mata bor ( mm ) f : Kecepatan pemakanan / feed rate ( mm/put ) Tabel 2.1 The Constant C for torque calculations (Rao, P. N, 2000) Material Hardness, BHN Constant, C (Nmm) Steel Aluminium alloys 180 Magnesium alloys 103 Brasses 359 Rumus perhitungan kecepatan potong : V = ( π x D x N ) / 1000 (2.3) dimana : V : Kecepatan potong / cutting speed ( m/min) D : Diameter benda kerja ( mm ) N : Putaran ( rpm )

19 19 Perhitungan gaya pemotongan pahat bor Rumus perhitungan gaya potong pahat dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : F = K x d x f (2.4) dimana : F : Gaya potong ( N ) K : Konstanta ( N/mm 2 ) d : Kedalaman pemotongan / depth of cut ( mm ) f : Kecepatan pemakanan / feed rate ( mm/put ) Tabel 2.2 Constant K for power calculation (Rao, P. N, 2000) Material being cut K ( N/mm 2 ) Steel, BHN 1200 Steel, BHN 1600 Steel, BHN 2400 Steel, BHN 3000 Cast iron 900 Brass 1250 Bronze 1750 Aluminium 700 Dalam proses pembuatan lubang mengunakan teknik pengeboran harus di ketahui terlebih dahulu beberapa parameter dan besarannya, berikut ini adalah beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dan mengetahui parameter dan besarannya tersebut. Untuk menghitung kecepatan potong digunakan rumus : Vc = d n (2.5) Vc = kecepatan potong (m/min), d = diameter pahat bor (mm), dan n = putaran spindel mesin (rpm).

20 20 Dengan melihat besarnya feeding (f) dan kecepatan potong (Vc), maka berdasarkan Tabel 5, dapat di tentukan besarnya gaya akibat kecepatan potong (kc) dalam satuan N/mm Gambar 2.8 Luas penampang tatal pada proses pemotongan (Wilhelm,1978) S = a f (2.6) S = luas penampang tatal (mm 2 ) a = ketebalan tatal (mm) f = lebar tatal (mm) F c = S kc (2.7) F c adalah gaya yang di timbulkan karena pemotongan pahat bor persatuan luas dalam satuan Newton ( N ), kc = gaya potong spesifik ( N/mm 2 ) Power spindle Untuk menghitung volume tatal setiap menitnya digunakan rumus : Q = a x f x Vc (2.8) Q = volume tatal setiap menit ( cm 3 /min ), a = ketebalan tatal (mm), f = lebar tatal (mm), Vc = kecepatan potong (m/min)

21 21 Untuk menghitung besarnya power spindle digunakan rumus : P = P u k h k r Q (2.9) P = Power spindle (kw) P u = Average Power (kw/cm 3 /min) lihat, Tabel 2 k h = faktor koreksi, untuk mild steel, berdasarkan ketebalan tatal, lihat Tabel 3 k r = faktor koreksi, berdasarkan sudut potong = -10, lihat Tabel 3 F t = 1000 P V (2.10) V = cutting speed (mm/min) F t = gaya yang diakibatkan karena adanya gaya sentrifugal akibat dari putaran spindel mesin bor magnet ( N ). F c merupakan gaya yang diakibatkan karena pemotongan benda kerja oleh alat potong jenis carbide ( N ). Perhitungan kekuatan bahan untuk membuat lubang F resultan = 2 2 Fc Ft (2.11) F resultan merupakan total gaya akibat putaran spindel mesin F t ( N ) dan gaya akibat pemotongan benda kerja dengan jenis pahat potong carbide F c ( N ). M b = F resultan x L (2.12) Momen Bengkok M b = hasil perkalian dari gaya total (N) dengan L = panjang dari ujung pahat bor sampai pencekaman drill chuck (mm).

22 22 Momen puntir M t ( Nmm ) yang diakibatkan oleh daya motor P (kw), dan putaran spindel n ( rpm ) dapat dihitung menggunakan rumus : M t = 9550 P n (2.13) Perhitungan untuk menentukan diameter pahat bor menggunakan momen puntir yang terbesar yaitu Momen yang ditimbulkan oleh power spindle pemotongan tatal P dalam satuan (kw). Material yang digunakan untuk pembuatan pahat bor adalah st.60 Berdasarkan diagram Smith didapatkan nilai tegangan : σbw = Tegangan bengkok ganti / reverse bending strength (N/mm 2 ) σbsch = Tegangan bengkok ulang / continous bending strength (N/mm 2 ) σtsch = Tegangan puntir ulang / continous torque strength (N/mm 2 ) Angka keamanan untuk mesin perkakas =1,5 σb ijin = bw (2.14) Analisa diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok murni dapat di hitung menggunakan rumus : d = 3 Mb /( 0,1 bw) (2.15) Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok = M b mak (Nmm) dan momen puntir = Mt (Nmm) akibat pemotongan dengan depth of cut dapat di hitung menggunakan rumus : 0 = bw = 1,73 tsch 300 1,73 = 0,754 (2.16) 230

23 23 Besarnya momen gabungan dapat dianalisa dengan rumus : Mv = Mb 2 2 0,75( 0 Mt) (2.17) Hasil analisa besarnya diameter pahat bor dapat di hitung menggunakan dasar Momen gabungan dan tegangan yang diijinkan. d = 3 Mv /( 0,1 bwijin) (2.18) Jadi diameter pahat bor multidiameter minimum dihitung berdasarkan momen gabungan yaitu momen puntir akibat pemotongan tatal dan momen bengkok. Analisa perhitungan kekuatan untuk baut pengunci berdasarkan diagram Smith, kekuatan dan tegangan ijin dapat di hitung menggunakan rumus A min = Ft z ijin (2.19) Ft = gaya potong twist drill (N), zijin = tegangan ijin (N/mm 2 ) 2.5. Proses Penyambungan dengan Metoda Brazing Brazing adalah suatu proses penyambungan dua atau lebih logam oleh logam pengisi dengan memanaskan daerah sambungan di atas 450 C (temperature cair logam pengisi) tanpa mencairkan logam induknya. Brazing adalah proses penyambungan unik yang telah terbukti merupakan metode yang paling berguna untuk menyambungkan material yang berbeda seperti logam atau keramik. Sambungan brazing yang kuat dapat dicapai dengan pemilihan logam pengisi yang sesuai, pembersihan permukaan logam sebelum di brazing dan mempertahankan kebersihannya selama proses berlangsung, serta perancangan sambungan yang tepat.

24 24 Banyak material baru yang digunakan di industri yang sangat sulit dilas dengan las busur listrik, maka brazing menjadi pilihan untuk proses penyambungan tersebut. Beberapa contoh brazing dipilih sebagai proses manufaktur antara lain untuk pemasangan carbide tip (mata pahat potong) pada pemegang (holder) dengan brazing seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9. Gambar 2.9. Pemasangan carbide tip pada pemegang dengan sambungan brazing ( Wiryosumarto dan Okumura, 2000) Jika dibandingkan dengan pengelasan, proses brazing mempunyai beberapa perbedaan, antara lain : 1. Komposisi paduan brazing sangat berbeda dengan logam induk. 2. Kekuatan paduan brazing secara substansial lebih rendah dari logam induk, 3. Titik cair paduan brazing lebih rendah dari logam induk sehingga logam induk tidak mencair dan ikatan terjadi akibat aksi kapiler. 4. Ikatan yang terjadi pada proses brazing memerlukan capilary action. Dari perbedaan-perbedaan di atas, proses brazing mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1. Semua logam dapat disambung dengan proses brazing, terutama untuk logam yang berbeda, seperti penyambungan logam ferro dan non-ferro, atau logam-logam dengan perbedaan titik cair yang besar.

25 25 2. Rendahnya temperatur pengerjaan mengurangi masalah yang berhubungan dengan daerah pengaruh panas (heat affected zone), pembengkokan atau distorsi. 3. Logam yang tipis dan bentuk rumit dapat disambungkan dengan baik. 4. Terbentuknya sambungan permanen yang kuat.

26 26 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Proses pembuatan lubang diameter 24mm pada baja kontruksi biasa dilakukan dengan proses pengeboran atau drilling. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan beberapa tahap pengeboran sesuai tahapan diameter bor yang digunakan, yaitu proses pengeboran pertama dengan diameter bor 4mm, dilanjutkan diameter 10mm dan yang terakhir diameter 24mm. Tiga tahap proses pengeboran ini dirasa tidak efektif karena banyaknya waktu terbuang (waste time) baik dalam waktu proses pengeboran itu sendiri maupun penggantian diameter bornya. Proses pengeboran biasanya mengunakan mata bor jenis HSS (High Speed Steel). Bahan jenis ini dipilih karena faktor harga yang relative murah, tetapi memiliki sifat tidak tahan panas dan cenderung cepat mengalami keausan ketika sudah di gunakan beberapa kali proses pengeboran. Material benda kerja yang akan dipotong adalah batang baja konstruksi dengan jenis baja lunak (Mild steel). Untuk proses pembuatan lubang di baja konstruksi agar menjadi lebih efektif maka dirancang sebuah pahat bor multidiameter dengan diameter terakhir 24mm. Pahat bor multidiameter ini nantinya akan menghilangkan proses pengeboran yang berulang-ulang dengan diameter bor yang berbeda, sehingga proses pembuatan lubang akan efektif. Pengeboran dilakukan dengan satu kali proses dan langsung dapat menghasilkan lubang dengan diameter 24mm. Hasil rancangan pahat bor multidiameter akan diuji pada mesin bor magnet dan diinvestigasi apakah mampu membuat lubang diameter 24mm dengan

27 27 toleransi yang ditentukan, yaitu sesuai dengan batas toleransi sambungan mur baut yang akan dipakai pada sambungan baja konstruksi Konsep Pada proses pengeboran (drilling) harus diketahui terlebih dahulu material yang akan dibuat lubang, kemudian memilih dan menentukan jenis pahat potong apa yang akan digunakan. Dalam proses pembuatan lubang pada baja konstruksi kali ini akan dipakai pahat potong jenis Carbide, karena tahan terhadap panas dan keausan. Faktor penting yang menentukan efektif dan tidaknya suatu proses pengeboran adalah kecepatan pemotongan yang berimbas pada waktu proses pengeboran dan besarnya gaya potong pahat bor sehingga mampu di gunakan pada mesin bor magnet Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dan tinjauan pustaka, dapat diambil kesimpulan sementara sebagai berikut : 1. Pahat bor multidiameter yang dirancang mampu mengurangi jumlah tahapan pekerjaan dalam pembuatan suatu lubang diameter 24mm pada material baja konstruksi. 2. Pahat bor multidiameter mampu menghasilkan lubang sesuai dengan toleransi sambungan mur baut dengan sekali proses pengeboran.

28 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Penelitian Perancangan pahat bor multidiameter ini muncul karena ada tuntutan kebutuhan dalam meningkatkan kecepatan pembuatan lubang pada pekerjaan baja konstruksi. Tahap perancangan ini nantinya akan diwujudkan dengan tahap pembuatan prototype pahat bor multidiameter. Langkah-langkah dalam perancangan prototype pahat bor multidiameter dapat dilihat pada Gambar 4.1 Mulai Perencanaan prototype Bor Multidiameter Pengumpulan Data Observasi dan Time Study Pembuatan konsep desain Bor Multidiameter Perancangan Detail -Perhitungan gaya pemotongan -Perhitungan kekuatan bahan dan Ukuran Pahat σ < σ ijin Ya Tidak Pembuatan Bor Multidiameter Pengujian Bor Multidiameter pada Mesin bor magnet Selesai Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Perancangan Pahat Bor Multidiameter

29 Obyek Perancangan Obyek yang akan dirancang adalah sebuah alat pahat bor yang berfungsi untuk pekerjaan pembuatan lubang diameter 24mm pada material batang baja konstruksi dengan menggunakan mesin bor magnet. Alat ini dibuat dengan tujuan mempercepat proses pembuatan lubang pada batang baja konstruksi dengan sekali proses pengeboran, yang proses sebelumnya harus dilakukan dengan tiga kali tahap pengeboran Data Perancangan Data yang dibutuhkan dalam perancangan Data yang dibutuhkan dalam perancangan prototipe pahat bor multidiameter ini meliputi : 1. Data spesifikasi mesin bor magnet Dalam hal ini data yang diambil adalah putaran mesin dan kapasitas maksimum gaya potong yang nantinya akan digunakan dalam dasar perancangan dan pengujian pahat bor multidiameter ini. 2. Data desain pahat bor multidiameter Diambil data pahat potong yang ada pada katalog Kawan lama dan data dari internet yang meliputi fungsi pengunaannya, ukuran-ukuran maksimal dan minimal yang bisa dicapai dari pemakanan, dan ukuran kasar dari desain pahat bor. Data ini digunakan sebagai pembanding terhadap perbaikan desain dan perubahan ukuran yang terjadi selama proses desain.

30 Pengumpulan Data Dalam perancangan ini data-data diperoleh melalui : a. Studi Lapangan 1. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung proses pekerjaan pengeboran batang baja kontruksi dengan menggunakan mata bor di Bengkel Andi Jl. Tukad Badung Denpasar, dimana perusahaan ini memang mengerjakan rancang bangun bangunan menggunakan rangka batang baja kontruksi dengan tuntutan pekerjaan yang sangat banyak dan target waktu yang terbatas. 2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab kepada pemilik perusahaan Bengkel Andi tentang proses rancang bangunan menggunakan baja kontruksi. Selain itu juga mewawancarai operator mesin bor magnet tentang segala masalah yang pernah muncul selama melakukan proses pengeboran menggunakan mesin bor magnet tersebut. 3. Pengukuran, yaitu mengukur ukuran diameter bor yang digunakan dalam proses pengeboran batang baja kontruksi dan ukuran pencekaman pada mesin bor magnet. Pengukuran dilakukan menggunakan caliper dial. b. Studi Pustaka Dilakukan dengan cara mencari informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam perancangan ini. Pencarian informasi ini dilakukan dengan melalui internet, perpustakaan, tesis,

31 31 dan jurnal internasional, sehingga diperoleh referensi yang dapat digunakan untuk mendukung pembahasan perancangan ini Pembuatan Konsep Desain Setelah dilakukan pengambilan data, selanjutnya dilakukan pembuatan konsep rancangan dan pembuatan gambar desain awal untuk pahat bor multidiameter. Dalam pembuatan konsep desain ini terdapat beberapa tahapan yang dijadikan landasan perancangan, tahapan tersebut antara lain : Daftar tuntutan Daftar tuntutan dibuat agar memperjelas batasan-batasan masalah dalam pembuatan konsep perancangan. Selain itu untuk mempermudah tahapan-tahapan masalah yang harus dilakukan. Penentuan daftar tuntutan mencakup hal-hal yang harus dipenuhi dalam pembuatan konsep perancangan. Kriteria tuntutan dibuat berdasarkan sistem yang digunakan dan fungsi dari alat yang akan dirancang. Tabel 4.1 Daftar Tuntutan Utama Pahat Bor Multidiameter DAFTAR TUNTUTAN Kemampuan alat (fungsinya) SPESIFIKASI Mampu membuat lubang diameter 24mm menggunakan mesin bor magnet dengan sekali proses pengeboran. Kekuatan pemotongan (depth of cut) Mampu memotong benda kerja dengan depth of cut diameter maksimal 5mm.

32 32 Ketelitian ukuran Mampu membuat lubang dengan tingkat ketelitian ukuran sampai dengan 0,3 mm. Segi kemudahan dan keamanan penggunaan Pahat bor diawali dengan pemotongan menggunakan twist drill dan dilanjutkan dengan pemotongan dengan pahat carbide mata tunggal sehingga awal pemotongan dapat berjalan lancar. Kemudahan pemasangan Pemasangan pada pencakaman mesin bor magnet menggunakan drill chuck diameter 16mm atau menggunakan slive dengan pengunci pada slot yang sudah disediakan. Kemudahan perawatan dan perbaikan Pahat potong bisa dilakukan pengasahan jika ketajamannya berkurang dan dilakukan penggantian tip pahat carbide jika sudah tidak bisa lagi dilakukan pengasahan.

33 Pembagian Fungsi Pahat bor multidiameter hasil rancangan dibagi menjadi beberapa bagian, seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini. 1. Shank 5.Flat Slot 2.Contramur M4x5mm 4.Carbide Tip 2 3.Carbide Tip 1 Gambar 4.2 Pembagian Fungsi Rancangan Pahat Bor Multidiameter 1. Shank Pahat multidiameter bor Digunakan sebagai bagian yang dicekam pada mesin bor magnet menggunakan drill chuck atau menggunakan pencekaman slive dengan diameter 16mm. 2. Contramur M4 x 5mm Digunakan untuk mengunci twist drill agar tidak terjadi puntiran pada saat melakukan proses pengeboran. 3. Carbide tip 1 Digunakan sebagai pahat potong / cutting tools pada saat pembuatan lubang diameter 14mm.

34 34 4. Carbide tip 2 Digunakan sebagai pahat potong pada saat pembuatan lubang diameter 24mm. 5. Flat Slot Berfungsi untuk tempat dudukan pengunci pada saat pahat di pasang menggunakan chuck slive Perancangan Detail Perancangan detail dilakukan untuk memperkirakan kemampuan komponen yang akan dirakit menjadi prototype pahat bor multidiameter. Apakah komponen tersebut cukup kuat dan aman sehingga memenuhi tuntutan dan fungsi Perhitungan gaya-gaya utama pada Pahat bor Beban dan gaya yang diterima oleh komponen Pahat bor multidiameter dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini. F f F f F c F c F t F t Gambar 4.3 Gaya-gaya utama pada Pahat bor multidiameter

35 35 Perhitungan pembuatan lubang diameter 14 mm Untuk menghitung besarnya kecepatan potong pada material benda kerja Mild steel, dengan alat potong tool Carbide, Depth of cut 5 mm, feed 0,2mm dan putaran n = 320 rpm, menggunakan rumus 2.5 adalah sebagai berikut. Vc = d n 1000 = 14 mm 320 rpm 1000 = 14,067 m / min = mm / min Clearance untuk chip (2-3mm) Tebal plat Gambar 4.4 Penampang benda kerja terhadap Pahat bor 14mm f = 0,2 mm/rev,vc = 14,067 m/min, berdasarkan Tabel 5 pada halaman lampiran, maka kc = 2800 N/mm 2 S = a f = 5 mm 0,2 mm = 1,0 mm 2 Sehingga, F c = S kc = 1,0 mm N / mm 2 = 2800 N

36 36 Power spindle Berdasarkan Tabel 2 pada halaman lampiran, material Mild Steel, ketebalan tatal 0.2mm, maka didapatkan besarnya Power Spindle : P u = 0,039 kw/cm 3 /min Berdasarkan Tabel 2.1 kekerasan untuk mild steel = 200BHN, dan berdasarkan Tabel 3 didapatkan angka : k h = (faktor koreksi, untuk mild steel, ketebalan tatal 0,2mm) k r = 1.29 (faktor koreksi, untuk sudut potong = -10 ) sehingga dengan menggunakan rumus 2.8 dan rumus 2.9 didapatkan : Q = a x f x Vc = 5 mm x 0,2 mm/rev x 14,067 mm/min = mm 3 /min = 14,067 cm 3 /min P = P u k h k r Q = 0,039 kw/cm 3 /min x 1,975 x 1,29 x 14,067 cm 3 /min = 1,397 kw Berdasarkan rumus 2.10 dapat di hitung besarnya gaya yang diderita oleh pahat bor, yaitu : F t = 1000 P V, V = cutting speed = m/min = ,397 kw 14,067 60m / s = 1,65517 KN = 655,17 N

37 37 Jadi gaya yang diderita pahat bor adalah sebesar F t = 655,17 N dan F c = 2800 N F t merupakan gaya yang diakibatkan karena adanya gaya sentrifugal akibat dari putaran spindel mesin bor magnet sedangkan F c merupakan gaya yang diakibatkan karena pemotongan benda kerja oleh alat potong jenis carbide Perhitungan kekuatan bahan Perhitungan kekuatan bahan untuk membuat lubang diameter 14 mm Berdasarkan data mesin P motor = 1,2 kw, dan Putaran n = 320 rpm, maka gaya resultan yang diderita oleh pahat bor dapat di hitung berdasarkan rumus 2.11 sedangkan momen bengkoknya menggunakan rumus 2.12 dan besarnya momen puntir menggunakan rumus 2.3 F resultan = = 2 Fc Ft 2 2 ( 2800N) (655,17 N ) 2 = 2875,629 N Oleh karena F resultan = 2875,629 N, maka : M b = F resultan x L = 2875,629 N x 30 mm = 26268,87 Nmm Momen puntir akibat P motor 1,2 kw M t = = 9550 P n ,2 kw 320rpm = 35,812 KNmm = Nmm

38 38 Momen puntir karena power spindle pemotongan tatal P = 1,397 kw M t = = 9550 P n ,397 kw 320rpm = 41,6917 KNmm = 41691,71 Nmm Perhitungan untuk menentukan diameter pahat bor menggunakan momen puntir terbesar yang ditimbulkan oleh power spindle pemotongan tatal P = 1,397 kw. Material yang digunakan untuk pembuatan prototype pahat bor adalah st.60 Berdasarkan diagram Smith didapatkan : σbw = 300 N/mm 2 ( tegangan bengkok ganti / reverse bending strength ) σbsch = 460 N/mm 2 (tegangan bengkok ulang/continous bending strength) σtsch = 230 N/mm 2 ( tegangan puntir ulang/continous torque strength ) Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok murni di hitung berdasarkan rumus 2.15 d = 3 Mb /( 0,1 bwijin) ( 5.11 ) = ,87 /(0,1 300) = 14,22 mm Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok dan momen puntir di hitung sebagai berikut : M b mak = 86268,87 Nmm

39 39 Mt = 41691,71 Nmm ( momen puntir terbesar karena pemotongan dengan depth of cut 5mm ) 0 = bw = 1,73 tsch 300 1,73 = 0, Mv = = Mb 2 0,75( Mt) ,87 0,75(0, ,71) 2 = 91817,817 Nmm Angka keamanan untuk mesin perkakas =1,5 σb ijin = bw 300N/mm2 = 1, 5 = 200 N/mm 2 sehingga, diameter untuk pahat bor dapat di hitung menggunakan rumus 2.18 d = 3 Mv /( 0,1 bwijin) = ,817 /(0,1 200) = 16,62 mm 17 mm Jadi diameter pahat bor multidiameter yang dipakai minimum adalah 17 mm, ini dihitung berdasarkan momen gabungan yaitu momen puntir akibat pemotongan tatal dan momen bengkok.

40 40 Perhitungan untuk membuat lubang diameter 24 mm Berdasarkan analogi perhitungan diatas, maka untuk menghitung besarnya kecepatan potong pada material benda kerja Mild steel, dengan alat potong tool Carbide, Depth of cut 5 mm, feed 0,2mm dan putaran n = 320 rpm untuk membuat lubang diameter 24mm adalah sebagai berikut : Vc = d n 1000 = 24 mm 320 rpm 1000 = 24,115 m/min = mm/min Gambar 4.5 Penampang benda kerja terhadap Pahat bor 24mm f = 0,2 mm/rev, Vc = 24,115 m/min, berdasarkan Tabel 5 maka kc = 2800 N/mm S = a f = 5 mm 0,2 mm = 1,0 mm 2 Sehingga, F c = S kc = 1,0 mm N / mm 2 = 2800 N

41 41 Power spindle P u = 0,039 kw/cm 3 /min k h = ( faktor koreksi, untuk mild steel, ketebalan tatal 0,2mm ) k r = 1,29 ( faktor koreksi, untuk sudut potong = -10 ) Q = a x f x Vc = 5 mm x 0,2 mm/rev x 24,115 mm/min = mm 3 /min = 24,115 cm 3 /min P = P u k h k r Q = 0,039 kw/cm 3 /min x 1,975 x 1,29 x 24,115 cm 3 /min = 2,396 kw F t = 1000 P V, V = cutting speed = 24,115 mm/min = ,396 kw 24,115 60m / s = KN = 1655,95 N Jadi gaya yang diderita pahat sebesar F t = 1655,95 N dan F c = 2800 N F t merupakan gaya yang diakibatkan karena adanya gaya sentrifugal akibat dari putaran spindel mesin bor magnet sedangkan F c merupakan gaya yang diakibatkan karena pemotongan benda kerja oleh alat potong jenis carbide Perhitungan kekuatan bahan untuk membuat lubang diameter 24 mm Berdasarkan data mesin P motor = 1,2 kw = Putaran 320 rpm

42 42 F resultan = = 2 Fc Ft 2 2 ( 2800N) (1655,95 N ) 2 = 3253,02 N Oleh karena F resultan = 3253,02 N, maka : M b = F resultan x L = 3253,02 N x 18 mm = ,446 Nmm Momen puntir akibat P motor 1,2 kw M t = = 9550 P n ,2 kw 320rpm = 35,812 KNmm = Nmm Momen puntir karena power spindle pemotongan tatal P = 2,396 kw M t = = 9550 P n ,396 kw 320rpm = 71,505 KNmm = Nmm Perhitungan untuk menentukan diameter pahat bor menggunakan momen puntir terbesar yang di timbulkan oleh power spindle pemotongan tatal P = 2,396 kw.

43 43 Material yang digunakan untuk pembuatan pahat bor adalah st.60 Berdasarkan diagram Smith didapatkan σbw = 300 N/mm 2 ( tegangan bengkok ganti / reverse bending strength ) σbsch = 460 N/mm 2 (tegangan bengkok ulang/continous bending strength) σtsch = 230 N/mm 2 ( tegangan puntir ulang/continous torque strength ) Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok murni d = 3 Mb /( 0,1 bw) = /(0,1 300) = 12,496 mm 13 mm Diameter pahat bor multidiameter karena momen bengkok dan momen puntir sebesar : M b mak = Nmm Mt = Nmm ( karena pemotongan dengan depth of cut 5mm ) 0 = bw = 1,73 tsch 300 1,73 = 0, Mv = Mb 2 0,75( Mt) 0 2 = ,75(0, ) 2 = ,072 Nmm

44 44 Angka keamanan untuk mesin perkakas =1,5 σb ijin = bw 300N/mm2 = 1, 5 = 200 N/mm 2 sehingga, diameter untuk pahat bor dapat dihitung menjadi : d = 3 Mv /( 0,1 bwijin) = ,072 /(0,1 200) = 15,528 mm 16 mm Jadi diameter pahat bor multidiameter yang dipakai minimum adalah 16 mm, ini dihitung berdasarkan momen gabungan yaitu momen puntir akibat pemotongan tatal dan momen bengkok sebesar Mv = 74.89,072. Perhitungan diameter baut pengunci twist drill Vc = d n 1000 = 6 mm 320 rpm 1000 = 6,028 m/min = mm/min Power spindle P u = 0,039 kw/cm 3 /min k h = 1,975 (faktor koreksi, untuk mild steel, ketebalan tatal 0,2mm) k r = 1,29 ( faktor koreksi, untuk sudut potong = -10 )

45 45 Q = a x f x Vc = 3 mm x 0,2 mm/rev x mm/min = 3.616,8 mm 3 /min = 3,6168 cm 3 /min P = P u k h k r Q = 0,039 kw/cm 3 /min x 1,975 x 1,29 x 3,6168 cm 3 /min = 0, kw F t = 1000 P V , kw = 6,028 60m / s, V = cutting speed = 6,028 m/min = KN = 993,621 N Jadi gaya potong untuk twist drill Ft = 993,621 N Berdasarkan besarnya gaya potong twist drill Ft = 993,621 N, material baut St.60 dan tegangan ijin tarik z ijin = 270 N/mm 2, maka ukuran baut pengunci twist drill dapat di hitung berdasarkan rumus 2.19 A min = Ft z ijin 993,621N 270N / mm = 2 = 3,68 mm 2 ¼ x π x d 2 = 3,68 mm 2 d = 2,165 mm d baut M4 = 3,2 mm Jadi diameter baut M4 aman untuk digunakan.

46 Pembuatan prototype Setelah proses perancangan selesai dilaksanakan, dilanjutkan pada proses pembuatan prototype pahat bor multidiameter. Dalam proses pembuatan ini dilakukan kegiatan-kegiatan seperti persiapan bahan baku, pembuatan komponen dan perakitan komponen pahat bor multidiameter. Langkah-langkah proses pembuatan prototype pahat bor multidiameter dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut : Mulai Persiapan bahan baku Pembuatan Prototype Pahat Bor Multidiameter Pemasangan carbide tip dengan metode brazing Modifikasi Prototype Pahat Bor Multidiameter Lolos Pengujian Fungsional Tidak Ya Selesai Gambar 4.6 Diagram Alir Proses Pembuatan Prototype Pahat bor multidiameter Persiapan bahan baku Bahan untuk body pahat bor multidiameter dipilih st.60 dengan ukuran diameter 24mm panjang 100mm, alasannya adalah material ini mudah didapatkan di pasaran dan masih memenuhi kriteria teknis.

47 47 Pahat Carbide yang di pakai sebagai alat potong adalah ukuran D8 dan D6 untuk kemudian di satukan dengan body pahat bor multidiameter dengan system Brazing menggunakan las gas Pembuatan komponen pahat bor multidiameter Proses pembuatan komponen untuk pahat bor multidiameter disesuaikan dengan fungsi dari komponen tersebut. Berdasarkan hal itu, komponen-komponen yang digunakan dalam proses fabrikasi dibagi menjadi komponen standar (komponen yang dibeli) dan komponen non-standar (komponen yang dibuat). Pembuatan kompoen-komponen non standar tersebut melibatkan beberapa proses, seperti : - Pemotongan (sawing, drilling, turning, tapping, milling, grinding) - Perakitan (baut dan pengelasan) - Finishing (amplas dan kikir) Komponen standar, yang dibeli antara lain : Tabel 4.2 Komponen Standart Nama Ukuran/Jenis Jumlah Baut Inbus screw M4 x 5 1 Carbide tip D8 1 Carbide tip D6 1 Twist drill 4mm, 6mm 1

48 Perakitan komponen pahat bor multidiameter Setelah semua bagian dibuat, maka dilakukan proses perakitan (Assembly). Setelah proses pemotongan dan pembentukan komponen selesai (sawing, drilling, turning, tapping, milling dan grinding), komponen-komponen tersebut dikumpulkan untuk dilakukan pengelasan Pengujian pahat bor multidiameter Setelah proses pembuatan prototype Pahat bor multidiameter selesai dilakukan, maka selanjutnya dilakukan proses pengujian prototype. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian fungsional. Metode pengujian fungsional untuk prototype pahat bor multidiameter bisa dilihat pada Gambar 4.7 di bawah ini. Mulai Persiapan Mesin dan Alat Setting Benda uji dan Pahat Bor Multidiameter Pemakanan Benda Kerja Feeding manual Putaran spindle 320 RPM Pengukuran lubang ke-1 Pengukuran lubang ke-15 Pengukuran lubang ke-30 Pengukuran lubang ke-60 Analisa Akhir Selesai Gambar 4.7 Diagram Alir Proses Pengujian

49 Pengujian fungsional Pengujian fungsional maksudnya adalah menguji prototype pahat bor multidiameter sehingga bisa diketahui apakah semua bagian yang telah dirakit dan di las mampu digunakan sesuai fungsinya atau tidak. Tujuan pengujian ini selain untuk mengetahui kerja masing-masing bagian juga untuk mengetahui apakah Carbide tip sudah mampu memotong benda kerja yang akan diuji atau tidak. Dikarenakan Carbide tip yang digerinda mempunyai sudut-sudut potong, yang sangat berpengaruh terhadap hasil pemotongan benda kerja Pengujian toleransi ukuran Dalam pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pahat bor multidiameter yang dibuat mampu untuk mencapai toleransi ukuran lubang pada sambungan mur baut. Tahapan-tahapan dalam melakukan pengujian toleransi ukuran adalah sebagai berikut : 1. Persiapan mesin dan alat. Mesin yang digunakan untuk pengujian ini adalah mesin bor magnet Boky type JIC-25S, mesin ini memiliki kemampuan potong N, putaran spindel 320rpm dan maksimum diameter bor yang bisa dipakai 25mm. Adapun spesifikasi bor magnet tersebut dapat di lihat pada Gambar 4.8

50 50 Gambar 4.8 Spesifikasi Mesin Bor Magnet Sedangkan untuk bentuk dari mesin bor magnet dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut ini : Gambar 4.9 Mesin Bor Magnet Boky type JIC-25S 2. Setting benda uji dan pahat bor multidiameter. Benda uji yang dipakai mengunakan material jenis Mild Steel dengan ukuran tebal 10 mm. Benda uji sebelumnya dibuat marking ukuran dan ditandai dengan penitik untuk koordinat pengeboran.

51 51 3. Pemakanan benda kerja (feed rate) dilakukan secara manual dengan menurunkan spindle mesin bor magnet sampai pahat bor menyentuh material uji, memotong dan berhasil membuat lubang diameter 24 mm. 4. Pengukuran toleransi menggunakan caliper dial 150 mm dengan ketelitian 0,02mm. Proses pengukuran menggunakan caliper dial dapat dilihat pada Gambar 4.10 Gambar 4.10 Proses pengukuran menggunakan caliper dial 5. Analisa akhir. Berdasarkan data yang didapat dari pengujian, maka dianalisa apakah pahat bor multidiameter ini mampu membuat lubang diameter 24 mm dan mencapai toleransi ukuran untuk sambungan mur baut atau tidak sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

52 52 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil perhitungan gaya dan kekuatan bahan Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di awal, maka didapatkan hasil besaran-besaran pada proses perancangan pahat bor multidiameter, Nilai besaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini : Tabel 5.1 Nilai besaran hasil perhitungan pahat bor multidiameter Keterangan Simbol Pahat Bor Multidiameter Diameter 14mm Diameter 24mm Diameter 4mm Twist Drill HSS Diameter 14mm Diameter 24mm Kecepatan potong (m/min) Vc 14,067 24, Gaya potong per satuan luas, ( N/mm 2 ) kc 2,800 2, Luas chip yang dipotong, ( mm 2 ) S Cutting force, ( N ) F c 2,800 2, ,625 4,500 Unit power or specific power, ( kw ) P u Faktor koreksi akibat ketebalan chip k h Faktor koreksi akibat sudut potong k r Metal removal rate, ( cm 3 /min ) Q Power, ( kw ) P Tangential cutting force, ( N ) F t Power motor ( kw ) Pmotor Putaran ( rpm ) n Gaya Resultan ( N ) F resultan 2, , , , Momen bengkok, ( Nmm ) M b 26, , , , , Momen puntir akibat motor, ( Nmm ) M t motor 35,812 35,812 35,812 35,812 35,812 Momen puntir, ( Nmm ) M t spindle 41,692 71,505 15, , , Tegangan bengkok ijin, ( N/mm 2 ) σbw Tegangan bengkok ganti, ( N/mm 2 ) σbsch Tegangan puntir ulang, ( N/mm 2 ) σtsch Diameter karena Mb ( mm ) d Faktor batas tegangan dinamik Momen gabungan, ( Nmm ) Mv 91, , , , , Tegangan bengkok ijin, ( N/mm 2 ) σb ijin Diameter karena Mv ( mm ) d

PERANCANGAN PAHAT BOR MULTIDIAMETER

PERANCANGAN PAHAT BOR MULTIDIAMETER JURNAL LOGIC. VOL. 14. NO. 2. JULI 2014 106 PERANCANGAN PAHAT BOR MULTIDIAMETER Yustinus Hendro Murdiyanto, 1) I Made Widiyarta 2) dan NPG Suardana 3) Program Studi Magister Teknik Mesin, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Bidang Teknik Mesin Yogyakarta, 10 November 2012 Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Hendro Prassetiyo, Rispianda, Irvan Rinaldi Ramdhan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais Kegiatan Belajar Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Menentukan Peralatan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN Denny Wiyono Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Polnep Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures Jig adalah peralatan yang digunakan untu mengarahkan satu atau lebih alat potong pada posisi yang sama dari komponen yang serupa dalam suatu operasi

Lebih terperinci

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Muhammad

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang

Lebih terperinci

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II BAB II Mesin Bubut I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin bubut. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin bubut. 3. Mahasiswa mengetahui tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Proses Frais Metal Cutting Process Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Cutting tools review questions: Penentuan parameter pemotongan manakah yang paling mempengaruhi keausan alat potong?

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori yang akan

Lebih terperinci

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) 101 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Performa (2006) Vol. 5, No.2: 11-20 Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Andi Susilo, Muhamad Iksan, Subono Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia robotika yang semakin meningkat, bentuk desain dan fungsi robot pun semakin bervariasi. Pada umumnya komponen rangka dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK Taufik 1, Azwar 2, Bukhari 2, 1 Mahasiswa Prodi D-IV TeknikMesinProduksidanPerawatan 2 DosenJurusanTeknikMesinPoliteknikNegeriLhokseumawe

Lebih terperinci

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60 PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60 Hasrin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl.Banda

Lebih terperinci

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan BAB li TEORI DASAR Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar perancangan, teori dasar pemesinan, mesin bubut, komponen komponen utama mesin dan eretan (carriage). 2.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan

Lebih terperinci

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG. Telah dilaksanakan penelitian terhadap perbedaan

Lebih terperinci

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor 3. Mesin Bor 3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009 ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KETEBALAN PEMAKANAN, KECEPATAN PUTAR PADA MESIN, KECEPATAN PEMAKANAN (FEEDING) FRAIS HORISONTAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM Dicky Seprianto, Syamsul Rizal Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir Agung Premono 1, a *, Triyono 1, R. Ramadhani 2, N. E. Fitriyanto 2 1 Dosen, Jurusan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Mengacu pada rumusan masalah dan pembahasan pada bab 4 terkait proses pembuatan komponen rangka pada mesin perajang sampah organik, didapat beberapa kesimpulan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan 3.1.1 Benda Kerja Benda kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja AISI 4340 yang telah dilakukan proses pengerasan (hardening process). Pengerasan dilakukan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin

Lebih terperinci

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Materi 1 Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari

Lebih terperinci

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada dasarnya seluruh elemen dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa : Produksi adalah proses mengeluarkan hasil. Dapat penulis uraikan, bahwa definisi produksi adalah

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1) 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Motor adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah sebuah putaran poros. Komponen

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING) IRVAN YURI SETIANTO NIM: 41312120037 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT BAB III METODE PEMBUATAN ALAT 3.1 Diagram Alir / Flowchart Dalam proses pembuatan suatu alat atau produk memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis serta pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures 2.1.1 Definisi jig Menurut Laporan Akhir (Pajri Husaini 2012, hal 5) Jig adalah suatu peralatan yang digunakan untu menuntun satu atau beberapa alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK 3.1 Perancangan dan Tahap-tahap Perancangan Perancangan adalah tahap terpenting dari seluruh proses pembuat alat. Tahap pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Pada saat sekarang ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Sehingga membutuhkan tenaga ahli untuk dapat menggunakan alat-alat teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Pustaka Persiapan Spesimen dan Peralatan Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah Permesinan dengan Pemakaian Jenis Pahat

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS

MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS Muhammad Yanis, Qmarul Hadi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.Raya

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BANTU PEGANG (FIXTURE) UNTUK PROSES PENGELASAN SAMBUNGAN-T Anhara Syadda dan Fusito Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang - Prabumulih

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian jig Jig adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengarahkan sebuah atau lebih alat potong pada posisi yang sesuai dengan proses pengerjaan suatu produk. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Press Tool Press tool adalah salah satu alat gabungan Jig dan Fixture yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong logam dengan cara penekanan. Bagian atas dari

Lebih terperinci

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling Mesin Milling CNC Pada prinsipnya, cara kerja mesin CNC ini adalah benda kerja dipotong oleh sebuah pahat yang berputar dan kontrol gerakannya diatur oleh komputer melalui program yang disebut G-Code.

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Simulasi untuk Memprediksi Pengaruh... Muhammad Yusuf, M. Sayuti SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Muhammad Yusuf 1)

Lebih terperinci

TEORY PENGERJAAN LOGAM MILLING SEMESTER GENAP ATMI SOLO

TEORY PENGERJAAN LOGAM MILLING SEMESTER GENAP ATMI SOLO PERHITUNGAN POWER MESIN DAN POWER MOTOR 1. PENDAHULUAN 1.1. Tujuan umum, Mahasiswa dapat mengetahui perhitungan di sekitar proses milling 1.2. Tujuan khusus Mahasiswa dapat menghitung power mesin dan power

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045 PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045 Yuni Hermawan Jurusan Teknik Mesin -Fakultas Teknik - Universitas Jember Email: yunikaka@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed ISBN 978-979-3541-50-1 IRWNS 2015 Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed Badruzzaman a, Dedi Suwandi b a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Negeri

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*)

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*) PERANCANGAN ESIN PENEKUK PLAT INI Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PERANCANGAN ESIN PENEKUK PLAT INI. Telah dibuat rancang bangun mesin penekuk mini, dimensi dari mesin ini panjang 565 mm lebar 180

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK

METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK METROLOGI INDUSTRI DAN STATISTIK 1 DAFTAR ISI Hal 1. Karakteristik Geometri 1 2. Toleransi dan Suaian 2 3. Cara Penulisan Toleransi Ukuran/Dimensi 5 4. Toleransi Standar dan Penyimpangan Fundamental 7

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Lebih terperinci

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2 Semester 2 DRILLING SEMESTER 2 PRINSIP DASAR PDefinisi Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Sedangkan pengertian produksi adalah suatu kegiatan untuk

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) BIDANG KOMPETENSI 1. KELOMPOK DASAR / FOUNDATION 2. KELOMPOK INTI 3. PERAKITAN (ASSEMBLY) 4. PENGECORAN DAN PEMBUATAN CETAKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gasket Gasket adalah perapat statis untuk menahan cairan, benda padat, dan gas pada seluruh jenis mesin, bejana dan sistem perpipaan. Gasket normalnya ditempatkan

Lebih terperinci

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness Oegik Soegihardjo Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring) adalah

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur. Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN JIG PENYAMBUNG PIPA MULTIDIMENSI

RANCANG BANGUN JIG PENYAMBUNG PIPA MULTIDIMENSI RANCANG BANGUN JIG PENYAMBUNG PIPA MULTIDIMENSI Mulyadi 1, Iswanto 2, Dwi Setyo Utomo 3, Elly Antarisma 4 1,2 Staf Pengajar Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 3,4 Alumni Program Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam topik penelitian ini, ada beberapa hasil yang telah dicapai dalam penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan distribusi panas yang terjadi pada proses pemesinan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaca banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk peralatan optik dan biochips akan tetapi proses fabrikasi kaca sangat terbatas, terutama untuk proses-proses

Lebih terperinci

BAB IV 4 STUDI KASUS

BAB IV 4 STUDI KASUS BAB IV 4 STUDI KASUS Model mesin bubut cerdas yang dikembangkan pada tugas akhir ini merupakan suatu model yang akan digunakan pada perusahaan manufaktur bertipe jobshop. Oleh karena itu, pada bab ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik Jurusan Teknik mesin Universitas Lampung untuk pengukuran suhu luaran vortex tube,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 4

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR iv HALAMAN PERSEMBAHAN v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI 1 DAFTAR GAMBAR 4 DAFTAR TABEL 7 DAFTAR LAMPIRAN 8

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Identifikasi gambar kerja merupakan suatu langkah awal pengerjaan benda kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 1. Gambar berikut yang menunjukkan proyeksi orthogonal. A. D. B. E. C. 2. Gambar

Lebih terperinci