KAJIAN KEUNGGULAN STANDAR SISTEM MANAJEMEN ENERGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KEUNGGULAN STANDAR SISTEM MANAJEMEN ENERGI"

Transkripsi

1 KAJIAN KEUNGGULAN STANDAR SISTEM MANAJEMEN ENERGI oleh Ellia Kristiningrum 1 dan Suminto 2 Abstrak Energi merupakan salah satu sumber daya yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi dalam memproduksi barang. Sumber energi di Indonesia adalah coal, crude oil and product, natural gas and product, hydropower, geothermal dan biomassa. Energi dari berbagai sumber ini dikonsumsi oleh industri, rumah tangga, komersial, transportasi, dan lainnya. Data statistik konsumsi energi menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun penggunaan energi di Indonesia mengalami kenaikan. Penerapan sistem manajemen setidaknya akan menghasilkan keuntungan finansial dan lingkungan. Sistem yang telah di set dapat membantu mewujudkan kelangsungan hidup jangka pendek suatu perusahaan pada saat harga energi sangat mahal ataupun saat tidak tersedia pasokan energi. Selain itu, manajemen energi dapat membantu perusahaan untuk mewujudkan kesuksesan jangka panjang atau bisa digunakan sebagai investasi. Standar ISO bertujuan untuk mengaktifkan organisasi dalam membangun sistem dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja energi, termasuk efisiensi penggunaan dan konsumsi energi,. Karena peran dan pentingnya ISO 50001:2011 tersebut, diharapkan Badan Standardisasi Nasional (BSN) perlu segera mengadopsi standar tersebut menjadi standar nasional. Kata kunci: energi, efisiensi, sistem manajemen, ISO 50001, standar nasional Abstract Energy is one of the resources used by a company or an organization in producing the goods. Indonesia's energy sources are coal, crude oil and products, natural gas and products, hydropower, geothermal and biomass. Energy from various sources is consumed by industrial, household, commercial, transportation, and others. Statistical data shows that energy consumption in Indonesia from year to year has increased. The implementation management system will at least result in financial and environmental benefits. The system has been set to help achieving short-term survival of a company when the price of energy is very expensive or when the energy supply is not available. Besides that, energy management is also able to assist companies to realize the longterm success or it could be used as an investment. The aim of ISO standard is to enable organizations to set-up the systems and necessary processes to improve energy performance, including energy efficiency, usage and consumption. Since the role of ISO 50001:2011, it is expected that the National Standardization Agency (BSN) should immediately to adopt ISO as a national standard. Keywords: energy, efficiency, management system, ISO Peneliti Muda di Puslitbang, Badan Standardisasi Nasional 2 Peneliti Madya di Puslitbang, Badan Standardisasi Nasional 188

2 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protokol Kyoto sebagai sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) adalah sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca (uap air, karbondioksida, metana, nitrogen oksida, gas lainnya). Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 C dan 0,28 C pada tahun (sumber: Nature, Oktober 2003). Konvensi dimaksud adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change. Protokol ini dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penandatanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November Tujuan dari Protokol Kyoto terhadap pasokan energi membuat pentingnya kebijakan di bidang efisiensi energi semakin meningkat. Terkait dengan penggunaan energi, seringkali pemilik rumah dan pebisnis tidak bisa mengontrol pasokan energi. Namun mereka pasti bisa memutuskan bagaimana menggunakan energi yang mereka miliki. Energi yang paling efisien digunakan adalah apabila energy yang digunakan tidak berlebihan (boros) atau seminimum mungkin. Efisiensi kadang-kadang diabaikan dalam diskusi tentang sumber daya energi alternatif. Bagi ekonom, efisiensi energi mempunyai arti yang sangat luas, hal ini mencakup semua hal yang menghasilkan penurunan jumlah energi yang digunakan untuk menghasilkan satu aktivitas ekonomi (contoh: energi yang digunakan per unit GDP atau nilai tambah). Efisiensi energi dikaitkan dengan efisiensi ekonomi, termasuk teknologi, dan perubahan perilaku. Kegiatan menuju efisiensi yang lebih besar seringkali disebut dengan manajemen energi. Manajemen energi saat ini menjadi fokus prioritas dari beberapa organisasi, karena potensi yang besar untuk menghemat energi dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Lebih dari sekedar isu lingkungan, manajemen energi adalah merupakan masalah yang sama dengan ekonomi dan sosial. Pada intinya, manajemen energi mendukung tiga pilar keberlanjutan (sustainability), yaitu ekonomi, lingkungan dan masyarakat/sosial. 1.2 Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji keunggulan standar ISO tentang sistem manajemen energi yang dapat digunakan oleh organisasi/perusahaan sebagai acuan dalam mengatur penggunaan dan kebutuhan energi. 1.3 Metode Kajian Kajian ini menggunakan metode kajian deskriptif yang merupakan metode kajian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best,1982:119). Objek dalam kajian ini adalah ISO (sistem manajemen energi) 189

3 merupakan standar internasional yang baru saja dipublikasikan oleh organisasi standardisasi internasional (International Organization for Standardization-ISO). II KONSUMSI ENERGI INDONESIA Energi merupakan salah satu sumber daya yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi dalam memproduksi barang. Data Kementrian ESDM dalam 2010 dalam Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia, menunjukkan bahwa sumber energi Indonesia adalah coal, crude oil and product, natural and gas product, hydropower, geothermal dan biomassa. Energi dari berbagai sumber ini dikonsumsi oleh industri, rumah tangga, komersial, transportasi, dan lainnya. Tabel 1 Konsumsi Energi (Termasuk Biomassa) Nasional Tahun 2000 Tabel 2 Konsumsi Energi (Tanpa Biomassa) Nasional Tahun 2000 (sumber: 2010 Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia, Kementrian ESDM) Berdasarkan data pada Tabel tersebut di atas terlihat bahwa ada kecendungan kenaikan untuk konsumsi energi total nasional di Indonesia. Banyak sekali faktor yang menyebabkan kenaikan tersebut, antara lain faktor sosial, budaya, lingkungan dan sebagainya. Dari data tersebut juga memperlihatkan bahwa konsumsi energi terjadi kenaikan yang siknifikan terutama di sektor industri, rumah tangga,dan transportasi. Dan sebagai perbandingan ternyata konsumsi energi global juga terjadi pada sektor industri (51%); sektor transportasi (27%); sektor rumah tangga (15%) dan sektor komersial (7%) (sumber: World Energy Demand and Economic Outlook 2010) Berdasarkan pada data tersebut, maka perlu kiranya semua pihak ikut memikirkan apa yang dapat dilakukan untuk mendukung program efisiensi energi. Pemikiran ini dapat diwujudkan dalam berbagai macam bentuk kegiatan, mulai dari sektor rumah tangga, transportasi, industri, komersial, dan lain-lain. 190

4 Tabel 3 Pembagian Konsumsi Energi Nasional Per Sektor Tahun 2000 (sumber: 2010 Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia, Kementrian ESDM) III STANDAR SISTEM MANAJEMEN ENERGI (ISO 50001:2011) Bagi semua pihak, khususnya perusahaan, menerapkan sistem manajemen energi menjadi sangat penting. Dengan menerapkan sistem manajemen ini setidaknya akan menghasilkan keuntungan, antara lain financial dan lingkungan. Sistem manajemen energy yang telah di set dapat membantu mewujudkan kelangsungan jangka pendek suatu organisasi/perusahaan pada saat herga energi sangat mahal ataupun saat tidak tersedia pasokan energi. Disamping itu, manajemen energi juga dapat membantu organisasi/perusahaan untuk mewujudkan kesuksesan jangka panjang atau bisa digunakan sebagai investasi. Dalam kondisi tersebut organisasi/perusahaan dapat memberikan penawaran harga yang relatif murah. Manfaat lain dari penerapan sistem menejemen energi ini adalah bahwa perusahaan atau organisisasi ikut berperan serta dalam membantu mengurangi pemanasan global (global warming), dan hujan asam. Apabila organisasi/perusahaan mengkonsumsi sedikit energi berarti organisasi/perusahaan tersebut mengurangi polusi termal, yang intinya dapat membantu meningkatkan kualitas lingkungan. Dalam penerapan sistem manajemen energi tersedianya sumber daya yang mampu mendukung untuk mencapai penerapan sistem manajemen energi tersebut adalah penting. Hal lain yang diperlukan adalah memasukkan informasi dasar tentang manajemen energi ke dalam struktur manajemen organisasi terpadu secara keseluruhan. Meskipun masing-masing negara mempunyai otoritas dan aturan masingmasing dalam mengelola energi, namun perangkat dan pedoman dapat diperoleh dari standar yang diakui secara internasional. Standar adalah dokumen yang ditetapkan oleh organisasi yang berwenang dan sangat dibutuhkan. Standar dirumuskan secara terbuka dan melalui proses konsensus dari pemangku kepentingan (stakeholders). Standar dirumuskan agar mudah diadopsi oleh beberapa organisasi dengan harapan dapat diterapkan secara lancar oleh organisasi tersebut. Standar-standar ini dirumuskan untuk digunakan 191

5 sebagai pedoman atau acuan oleh organisasi/perusahaan untuk mengurangi persaingan dalam perdagangan yang tidak adil dan pedoman yang tidak konsisten. Standar manajemen termasuk manajemen energi menjadi sangat penting bagi suatu organisasi/perusahaan untuk menmperbaiki dan meningkatkan kinerjanya sebagai alat dan pedoman dalam pengaturan manajemen di suatu organisasi. Keberadaan standar sistem manajemen mutu (ISO 9001), sistem manajemen lingkungan (ISO 14001) dan standar manajemen lainnya telah berhasil meningkatkan kinerja dan peningkatan efisiensi yang berkelanjutan dalam organisasi di seluruh dunia. 1.1 Perumusan Standar Sistem Manajemen Energi ISO 50001:2011 Perumusan standar ini dimulai pada bulan Februari 2008, dimana ISO TMB (Technical Management Board) menetapkan komite proyek untuk Energy management (ISO/PC 242). ISO/PC 242 inilah yang mengusulkan proyek ISO Energy management. ISO akan menyediakan kerangka secara internasional yang dapat digunakan oleh industry untuk mengatur segala aspek energy, termasuk pengadaaan dan penggunaannya. Setelah melalui pembahasan selama dua tahun, standar manajemen energi tersebut akhirnya dapat dipublikasikan pada awal tahun 2011 dengan nama ISO 50001:2011 Energy management systems Requirements with guidance for use. Beberapa faktor yang mendukung cepatnya perumusan standar ini, antara lain adanya keinginan untuk membendung ketergantungan pada penggunaan bahan bakar fosil dan semangat serta kompetensi tenaga ahli dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan dokumen standar ini. Pada saat komite terbentuk, jadwal yang padat menunjukkan bahwa draft final (rancangan akhir) dari standar ISO tersebut harus selesai pada tahun Hal in isepertinya tidak akan dapat terwujud, khususnya terkait dengan waktu yang dibutuhkan unutk proses balloting. Namun, kenyataannya, karena adanya kebutuhan yang mendesak akan tersedianya standar internasional yang dapat digunakan sebagai alat dan pedoman bagi organisasi untuk menghadapi isu kritis mengenai energi, ternyata proses perumusan standar ISO tersebut sangat lancar. 1.2 Tujuan, Cakupan dan Peran ISO 50001:2011 Tujuan standar ISO adalah untuk mengaktifkan organisasi/perusahaan dalam membangun sistem dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja energi, termasuk efisiensi energi, penggunaan dan konsumsi. Penerapan standar internasional ini mengarah pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan dampak lingkungan lainnya yang terkait dan biaya energi melalui manajemen energi yang sistematis. Standar internasional ini dapat diterapkan untuk semua jenis dan ukuran organisasi, terlepas dari kondisi geografis, budaya atau sosial. Keberhasilan dalam penerapan standar ini tergantung pada komitmen dari semua tingkatan dan fungsi organisasi, terutama manajemen puncak. Standar internasional ini spesifik untuk persyaratanpersyaratan sistem manajemen energi (EnMs), di mana organisasi dapat mengembangkan dan menerapkan kebijakan energi, dan menetapkan tujuan, sasaran, dan rencana aksi yang memperhatikan persyaratan hukum dan informasi terkait 192

6 dengan penggunaan energi yang signifikan. Sebuah EnMs memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai komitmen kebijakan tersebut, mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja energi dan menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan standar ini. Standar internasional ini berlaku untuk kegiatan di bawah kendali organisasi, dan penerapannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik organisasi, termasuk keberagaman sistem, tingkat dokumentasi, dan sumber daya. Prinsip standar ini didasarkan pada kerangka perbaikan berkelanjutan Rencanakan - Lakukan Periksa Tindakan (PDCA) dan menggabungkan manajemen energi ke dalam praktek organisasi sehari-hari, seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1 Model Sistem Manajemen Energi dalam ISO 50001: Energy management systems Requirements with guidance for use Dalam kaitannya dengan manajemen energi, rencana (plan) yang dilakukan adalah mengkaji ulang energi dan menetapkan data dasar, indikator kinerja energi (EnPIs), tujuan, sasaran, rencana tindakan yang diperlukan untuk memberikan hasil yang akan meningkatkan kinerja energy sesuai dengan kebijakan organisasi di bidang energy. Sedangkan untuk tahap Do (lakukan), hal yang harus dilakukan adalah melaksanakan rencana aksi yang telah ditetapkan sebelumnya terkait dengan pengelolaan energy. Setelah itu, tahap pemeriksaan (periksa) dilakukan dengan memantau atau mengukur proses dan karakteristik kunci operasi yang menentukan kinerja energy terhadap kebijakan dan tujuan, serta melaporkan hasil. Tahap yang terakhir adalah tindakan (action), hal yang dilakukan adalah tindakan untuk terus meningkatkan kinerja energy dan EnMS. Penerapan standar ini diharapkan memberikan kontribusi untuk penggunaan sumber energi yang tersedia lebih efisien, menigkatkan daya saing dan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan lainnya yang terkait dampak lingkungan. Standar internasional ini berlaku dan tidak membatasi dari jenis energi yang digunakan. Namun, standar ini tidak menetapkan persyaratan yang mutlak untuk kinerja energi di luar komitmen dalam kebijakan energi dari suatu organisasi. Apabila dua organisasi melakukan kegiatan yang serupa, tetapi memiliki kinerja energi yang berbeda, kedua-duanya dapat menerapkan manajemen sesuai dengan persyaratan 193

7 dalam standar ini. Standar ini juga didasarkan pada unsur-unsur umum dari standar sistem manajemen ISO, untuk memastikan tingkat kompatibilitas dengan ISO 9001 dan ISO Standar ISO 50001:2011 ini menetapkan persyaratan untuk penetapan, penerapan, pemeliharaan dan perbaikan sistem pengelolaan energi, yang tujuannya adalah untuk memungkinkan suatu organisasi mengikuti pendekatan yang sistematis dalam mencapai perbaikan berkelanjutan dari kinerja energi, termasuk efisiensi energi, penggunaan energi dan konsumsi. Standar ini menetapkan persyaratan yang berlaku untuk penggunaan energi dan konsumsi, termasuk pengukuran, dokumentasi dan pelaporan, desain dan praktek pengadaan untuk peralatan, sistem, proses dan personil yang berkontribusi terhadap kinerja energi. Standar internasional ini berlaku untuk semua variabel yang mempengaruhi kinerja energi yang dapat dipantau dan dipengaruhi oleh organisasi. Standar ini tidak menetapkan kriteria kinerja tertentu terkait dengan energi. Standar ini dirancang untuk digunakan secara terpisah, tetapi bisa juga diintegrasikan dengan standar sistem manajemen lainnya seperti lingkungan, kesehatan dan keselamatan, dan berlaku untuk setiap organisasi yang ingin memastikan kesesuaian dengan kebijakan energi. ISO akan memberikan strategi teknis dan manajemen kepada organisasi/perusahaan untuk meningkatkan efisiensi energi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kinerja lingkungan. Standar ini akan memberikan kerangka kerja yang mudah dipahami untuk meningkatkan efisiensi energy ke dalam praktek kinerja organisasinya. Hal lain yang dapat diberikan adalah membantu organisasi dalam mempergunakan energy yang dimiliki serta memberikan panduan tentang pembandingan, pengukuran, mendokumentasikan, dan pelaporan perbaikan yang mereka diproyeksikan untuk engurangi emisi gas rumah kaca. Dalam mengatur penggunaan sumber energi, standar ini dapat berperan untuk menciptakan transparasi dan fasilitas komunikasi pada pengelolaan sumber daya energi serta mempromosikan praktek dan meningkatkan kebiasaan baik mengenai manajemen energi. Dalam rantai pasokan, penerapan sistem manajemen energi juga dapat memberikan kerangka kerja yang jelas untuk penyediaan, penggunaan dan meningkatkan efisiensi energi. Dalam acara launching standar baru ini, di Geneva International Conference Centre (CICG), Switzerland, disampaikan bahwa ada dua hasil yang telah diperoleh dari penerapan percontohan untuk standar ini. Di sampaikan pula bahwa diperoleh dua pengalaman yang diambil dari skala industry yang berbeda. Yang pertama adalah pengalaman dari industri besar, perusahaan ini dapat mengurangi penggunaan energi sebanyak 17,9% selama dua tahun. Pada saat yang sama, prinsip ISO juga berhasil diterapkan oleh usaha kecil, yang mempekerjakan 36 orang. Dalam dua tahun, ternyata perusahaan ini dapat menghemat energi sebesar 14,9%. 194

8 IV STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN PANITIA TEKNIS PERUMUSAN STANDAR 4.1 Ketersediaan Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. Standar ini dirumuskan oleh Pantitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Tidak berbeda dengan cara perumusan standar internasional, perumusan SNI juga mengacu pada WTO Code of good practice, yaitu: a. Openess (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI; b. Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya. Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI; c. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil; d. Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan internasional; dan f. Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Berdasarkan data BSN per tanggal 28 Juni 2011, jumlah SNI yang yang telah ditetapkan adalah SNI yang terdiri dari SNI produk SNI, SNI manajemen sebanyak 27 SNI dan SNI uji sebanyak SNI, serta SNI lain-lain sebanyak Gambar 2 Data SNI per 28 Juni 2011 (data Pusido BSN) Dari data pada Gambar 2 tersebut terlihat bahwa untuk standar sistem manajemen, Indonesia telah mempunyai 27 standar sebagai berikut: 195

9 Standar Tabel 4 Daftar Standar Nasional Indonesia SNI Manajemen Judul Tahun penetapan SNI 6729:2010 Sistem pangan organik 2010 SNI 7512:2008 Teknologi informasi - Teknik keamanan - Pengelolaan 2008 insiden keamanan informasi /IEC :2010 Penilaian kesesuaian - Deklarasi kesesuaian oleh pemasok - Bagian 2: Dokumen pendukung : 10005: 10006: 10012: 10014: 14015: 14021: 14031: 22000: 28000: 28001: 9000: : : /IEC 16085:2008 /IEC 17007:2010 /IEC 17021:2008 Manajemen mutu - Kepuasan pelanggan - Pedoman penanganan keluhan pada organisasi Sistem manajemen mutu - Pedoman untuk rencana mutu Sistem manajemen mutu - Panduan untuk manajemen mutu dalam proyek Sistem manajemen pengukuran - Persyaratan untuk proses pengukuran dan peralatan ukur Manajemen mutu - Panduan untuk realisasi manfaat finansial dan ekonomi Manajemen lingkungan - Asesmen lingkungan pada Tapak dan Organisasi (EASO) Label lingkungan dan deklarasi - Klaim lingkungan swadeklarasi (pelabelan lingkungan Tipe II) Manajemen lingkungan - Evaluasi kinerja lingkungan - Panduan Sistem manajemen keamanan pangan - Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan (Food safety management system - Requirements for any organization in the food chain (ISO 22000:2005, IDT) Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan (Specification for security management systems for the supply chain (ISO 2800:2007, IDT) Sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan - Praktek terbaik untuk implementasi keamanan rantai pasokan, asesmen dan perencanaan - Persyaratan dan panduan Sistem manajemen mutu - dasar-dasar dan kosakata 2008 Sistem manajemen mutu - Persyaratan 2008 Pengelolaan organisasi untuk sukses berkelanjutan - Pendekatan manajemen mutu Teknologi informasi - Proses daur hidup perangkat lunak - Pengelolaan resiko Penilaian kesesuaian - Pedoman penyusunan dokumen normatif yang sesuai untuk digunakan dalam penilaian kesesuian Penilaian kesesuaian - Persyaratan lembaga audit dan sertifikasi sistem manajemen

10 Standar /IEC 17024: /IEC 17043:2010 /IEC :2010 /IEC : /IEC : /IEC Guide 60:2010 /TS 16949: sumber: Pusido BSN, 2011 Judul Penilaian kesesuaian - Persyaratan umum lembaga sertifikasi personel, IDT Tahun penetapan Penilaian kesesuaian - Persyaratan umum uji profisiensi 2010 Penilaian kesesuaian - Deklarasi kesesuaian oleh pemasok Bagian 1: Persyaratan umu Teknologi informasi - Manajemen layanan - Bagian 1 : Spesifikasi Teknologi nformasi - Manajemen layanan - Bagian 2 : Aturan praktik Penilaian Kesesuaian - Petunjuk praktik yang baik 2010 Sistem manajemen mutu - Persyaratan khusus untuk penerapan ISO 9001:2008 bagi organisasi produksi otomotif dan bagian jasa yang relevan 4.2 Ketersediaan Panitia Teknis Perumusan standar dilakukan oleh Panitia Teknis sesuai dengan PNPS (Program Nasional Perumusan Standar) yang telah disetujui oleh Manajemen Teknis Pengembangan Standar (MTPS). Pengusulan PNPS mengacu pada ketentuan dalam pedoman pengembangan standar serta memperhatikan ketentuan PSN beserta revisinya dan pedoman atau ketentuan lain yang relevan sesuai dengan kebutuhan. Panitia Teknis Perumusan SNI (PT) adalah organisasi yang dibentuk dan ditetapkan oleh BSN, yang beranggotakan para ahli yang menangani lingkup tertentu dan mewakili pihak yang berkepentingan, bertugas melakukan perumusan Rancangan SNI (RSNI) dan pemeliharaan SNI. Sampai bulan Juni 2011, BSN telah menetapkan sebanyak 91 Panitia Teknis (PT) dan 32 Sub Panitia Teknis (SPT) yang bertugas untuk merumuskan standar sesuai dengan bidangnya masing-masing. Saat ini, Panitia Teknis (PT) perumusan SNI yang terkait dengan energi 15 Panitia Teknis yang dikelola oleh Kementrian ESDM, Sedangkan untuk menangani perumusan standar di bidang manajemen energi, belum ada Panitia Teknisnya. (BSN, Memento Panitia Teknis Perumusan SNI 2010). Oleh karena itu mengingat pentingnya standar ISO 50001, maka BSN perlu segera membentuk panitia teknis atau menugaskan PT yang relevan untuk dapat mengadopsi standar ISO tersebut menjadi SNI. V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Pengenalan standar ISO ini diharapkan dapat disosialisasikan secara luas kepada semua jenis pengguna energi. Prinsip dasar Model Plan-Do-Check-Act telah terbukti berhasil untuk mengelola masalah mutu dan lingkungan. Setiap standar sistem 197

11 manajemen adalah pengembangan atau perbaikan dari standar yang sebelumnya berdasarkan pelajaran dari pengalaman. Standar ISO dapat diterapkan oleh semua jenis dan ukuran organisasi, terlepas dari kondisi geografis, budaya atau sosial. Penerapan ISO dapat diintegrasikan dengan standar manajemen lainnya. Jadi yang suksesnya penerapan sistem manajemen energi tidak hanya menyebabkan terwujudnya manajemen yang efektif, akan tetapi penggunaan energi akan lebih bijaksana. Mengingat pentingnya standar ISO 50001, maka diharapkan BSN melalui Panitia Teknis yang terkait dapat mengadopsi standar tersebut ke dalam standar nasional yaitu SNI. Adopsi standar tersebut dapat dilakukan oleh salah satu panitia teknis yang dikelola oleh Kementerian ESDM atau membentuk panitia teknis baru. 1.2 Saran Mengingat pentingnya standar ISO ini, maka disarankan: 1. BSN segera membentuk panitia teknis (PT) untuk bidang sistem manajemen energi atau menugaskan PT atau sub panitia teknis (SPT) yang relevan. 2. BSN segera melakukan Adopsi ISO 50001:2011 Energy management systems Requirements with guidance for use menjadi SNI 3. BSN melakukan sosialisasi standar ISO kepada organisasi/pengusaha bekerjasama dengan instansi teknis terkait lainnya. VI DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Standardisasi Nasional Daftar Panitia Teknis, Jakarta. diakses tanggal 25 Juni Badan Standardisasi Nasional Daftar Standar Nasional Indonesia. Jakarta. diakses tanggal 25 Juni Badan Standardisasi Nasional Pedoman Standardisasi Nasional Jakarta 4. Lukman Agus, MT diakses tanggal 24 Juni International Organization of Standardization ISO 50001:2011, Energy Management Standard Impacts The Bottom Line. Geneva 7. Wikipedia Efficient energy use. diakses tanggal 24 Juni

12 Prosiding PPI Standardisasi 2011 Yogyakarta, 14 Juli

SNI Pengukuran

SNI Pengukuran 2.1.1. SNI Pengukuran Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah Pengantar Melaksanakan pekerjaan tanpa mengacu pada pedoman yang berlaku, dapat menimbulkan permasalahan pada aplikasi

Lebih terperinci

STANDAR TEKNIK dan MANAJEMEN (3) Dr. Dian Kemala Putri

STANDAR TEKNIK dan MANAJEMEN (3) Dr. Dian Kemala Putri STANDAR TEKNIK dan MANAJEMEN (3) Dr. Dian Kemala Putri Email : dian@staff.gunadarma.ac.id Topik: Pengertian standar teknik. Jenis Standar Teknik dan Standar Manajemen Standar teknik di berbagai kegiatan

Lebih terperinci

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan Audit Energi Institut Teknologi Indonesia Teddy Dharmawan 114132512 Pendahuluan Pada awalnya, ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah PBB, yaitu United Nations Industrial Development

Lebih terperinci

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI) BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO 14001 SECARA BERSAMAAN Sumito Abstrak ISO seri 9000 tentang sistem manajemen mutu pertama kali diterbitkan oleh organisasi standardisasi internasional (ISO) pada tahun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN Dr. Dra. Zakiyah, MM Kepala Pusat Perumusan Standar-BSN Makassar, 25 Oktober 2017 OUTLINE SEJARAH STANDARDISASI

Lebih terperinci

peningkatan kerangka kerja dan menggabungkan manajemen energi ke dalam sehari-hari

peningkatan kerangka kerja dan menggabungkan manajemen energi ke dalam sehari-hari Standar ini didasarkan pada Plan-Do-Check-Act berkesinambungan peningkatan kerangka kerja dan menggabungkan manajemen energi ke dalam sehari-hari organisasi praktek. Rencanakan: melakukan tinjauan energi

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN I. Persiapan Penerapan a. Langkah-langkah penerapan SML; Tahap 1 : Pengembangan dan komitmen terhadap kebijakan lingkungan Tahap 2 : Perencanaan Aspek lingkungan dan dampak

Lebih terperinci

Pengembangan SNI. Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN

Pengembangan SNI. Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN Pengembangan SNI Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN Struktur organisasi BSN Kepala Badan Standardisasi Nasional Sekretaris Utama Inspektorat Sekretariat Unit Nasional Korpri BSN Biro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HUKUM MENGENAI STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. 27

BAB II TINJAUAN HUKUM MENGENAI STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. 27 BAB II TINJAUAN HUKUM MENGENAI STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) A. Sejarah Pengaturan SNI Standar Nasional Indonesia (SNI), adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

STANDARDISASI (STD) Oleh: Gunadi, M.Pd NIP (No HP ) data\:standardisasi_gun 1

STANDARDISASI (STD) Oleh: Gunadi, M.Pd NIP (No HP ) data\:standardisasi_gun 1 STANDARDISASI (STD) Oleh: Gunadi, M.Pd NIP. 19770625 200312 1 002 (No HP. 08121569151) data\:standardisasi_gun 1 REFERENSI Internet SAE Hand Book Volume 1-4 PP No 102 Tahun 2000 tentang SNI UU No. 5 Tahun

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

50001, BAB I PENDAHULUAN

50001, BAB I PENDAHULUAN Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini, aktivitas operasional perusahaan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan dan sosial, Hal ini menyebabkan berbagai pihak

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan Specification for security management systems for the supply chain (ISO 28000:2007, IDT) ICS 47.020.99 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI MATERI SUMBER DAYA ENERGI Energi fosil Dampak penggunaan energi fosil Energi alternatif Upayapenurunan penurunan emisi gas rumah kaca Kyoto Protocol JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA Apakah ada aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya tujuan perusahaan adalah memproduksi produk atau jasanya secara maksimal dan mendapatkan keuntungan yang sebanyakbanyaknya. Tetapi banyak perusahaan

Lebih terperinci

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi Selamat Datang di Pelatihan IAPMO R&T Registration Services ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi QMS-100, Rev 1, dated 2/20/2015 1 Agenda Pengenalan Annex SL Perubahan ISO 9001 Ringkasan QMS-100,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian

Lebih terperinci

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: - 2 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN. BAB I

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan Standar Nasional Indonesia Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata.... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 06 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN UMUM STANDARDISASI KOMPETENSI PERSONIL DAN LEMBAGA JASA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara alami perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal untuk mempertahankan keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability). Keberlanjutan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Pedoman KAN 403-2011. Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Komite Akreditasi Nasional Pedoman KAN 403-2011 Daftar isi Kata pengantar...ii

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan

Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Standar Nasional Indonesia Sistem Manajemen Keamanan pangan Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan Food safety management system Requirements for any organization in the food chain (ISO 22000:2005,

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PENERAPAN SNI DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DIPERSENTASIKAN OLEH EVIYANTI TARIGAN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE) & SUDARI (MANAGER QC)

PENERAPAN SNI DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DIPERSENTASIKAN OLEH EVIYANTI TARIGAN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE) & SUDARI (MANAGER QC) PENERAPAN SNI DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DIPERSENTASIKAN OLEH EVIYANTI TARIGAN (MANAGEMENT REPRESENTATIVE) & SUDARI (MANAGER QC) Company Profile: Our Product - Minyak Goreng - Margarine - Shortening

Lebih terperinci

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN I. UMUM Untuk mencapai tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Republik Indonesia yang diamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global telah menjadi isu politik dan bisnis yang semakin penting bagi sebagian besar negara. Ada panggilan yang kuat dari lingkungan, bisnis dan pemimpin

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *) Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1)

Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1) ISO 9001: 2015 Dokumen Wajib Ruang Lingkup SMM (klausul 4.3) Kebijakan Mutu (klausul 5.2) Sasaran Mutu (klausul 6.2) Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1) Untuk persyaratan dengan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 163/KA/XII/2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR BATAN TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN DAN PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta alur penelitian dalam melakukan penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak yang

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN

SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN titovianto widyantoro Permasalahan energi Sumber daya energi yang ada saat ini berada di bawah tekanan yang sangat luar biasa Akan tetapi dalam rangka mempertahankan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen lingkungan di dalam sebuah manajemen operasi tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen lingkungan di dalam sebuah manajemen operasi tradisional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset Manajemen lingkungan di dalam sebuah manajemen operasi tradisional perusahaan dianggap bukan sebagai suatu prioritas dalam strategi korporasinya. Akibatnya manajemen

Lebih terperinci

Tata cara penomoran Standar Nasional Indonesia dan Dokumen Teknis

Tata cara penomoran Standar Nasional Indonesia dan Dokumen Teknis Pedoman Standardisasi Nasional Tata cara penomoran Standar Nasional Indonesia dan Dokumen Teknis Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Kata pengantar...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan

Lebih terperinci

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja Manajemen laboratorium by Djadjat Tisnadjaja 1 Praktek berlaboratorium yang benar (GLP) Penggunaan istilah Good Laboratory Practice (GLP) dalam suatu peraturan pertama kalai ditemukan dalam New Zealand

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI oleh : Maryam Ayuni Direktorat Disampaikan

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) I. Pernyataan Tujuan A. Perubahan iklim menimbulkan tantangan dan resiko global terhadap lingkungan dan ekonomi, membawa dampak bagi kesehatan manusia,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN)

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN) SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN) 1 SISTEM STANDARDISASI NASIONAL 1. Tatanan jaringan sarana dan kegiatan standarisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional. 2. Merupakan dasar dan

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI STUDI KASUS: SUKU DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA JAKARTA SELATAN

KAJIAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI STUDI KASUS: SUKU DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA JAKARTA SELATAN KAJIAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI STUDI KASUS: SUKU DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA JAKARTA SELATAN Adi Muhajirin 1), Khamami Heru Santoso 2) 1) Program Pascasarjana Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama pada semua sektor kehidupan. Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, maka meningkat pula permintaan energi listrik. Suplai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.90/MENLHK/SETJEN/SET.1/11/2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MASYARAKAT PADA POS-POS FASILITAS PUBLIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

Survey Kadaster Ber-SNI? Why Not. Kusmiarto 1*, Eko Budi Wahyono 2*

Survey Kadaster Ber-SNI? Why Not. Kusmiarto 1*, Eko Budi Wahyono 2* Survey Kadaster Ber-SNI? Why Not. Kusmiarto 1*, Eko Budi Wahyono 2* 1, 2 Dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional kusmiarto@stpn.ac.id Abstrak Paper ini berisi pendapat/usulan tentang pentingnya Standar

Lebih terperinci

Sejarah Controlled Wood

Sejarah Controlled Wood Sejarah Controlled Wood Controlled Wood (CW) berawal pada Kebijakan FSC tentang Percentage Based Claim yang mulai berlaku pada bulan Oktober 1997. Sebelumnya, standar CoC langsung mensyaratkan bahwa produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dimasa yang akan datang (Rivai, 2004:35). Proses bisnis sumber daya manusia berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dimasa yang akan datang (Rivai, 2004:35). Proses bisnis sumber daya manusia berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu organisasi, tanpa didukung pegawai/karyawan yang sesuai baik segi kuantitatif, kualitatif, strategi dan operasionalnya, maka organisasi/perusahaan itu

Lebih terperinci

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 153/KA/VII/2010 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN (STANDAR BATAN BIDANG ADMINISTRASI, MANAJEMEN, DAN ORGANISASI) KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS. Syamsir Abduh

UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS. Syamsir Abduh UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS Syamsir Abduh Sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi melalui penetapan kebijakan dan sasaran mutu dan untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Lebih terperinci

National Planning Workshop

National Planning Workshop Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan

Lebih terperinci

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI PSN 306-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI Badan Standardisasi Nasional PSN 306-2006 Daftar isi Daftar isi i Prakata

Lebih terperinci

Sistem manajemen lingkungan Persyaratan dan panduan penggunaan

Sistem manajemen lingkungan Persyaratan dan panduan penggunaan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen lingkungan Persyaratan dan panduan penggunaan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... Pendahuluan... i ii iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA. Surabaya, 20 Oktober 2016

PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA. Surabaya, 20 Oktober 2016 PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA Surabaya, 20 Oktober 2016 Badan Standardisasi Nasional SNI (Standar Nasional Indonesia) UU 20 tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan dalam melakukan penelitian, batasan terhadap penelitian serta sistematika penulisan laporan

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan BADAN STANDARDISASI NASIONAL

SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan BADAN STANDARDISASI NASIONAL SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan BADAN STANDARDISASI NASIONAL /R 0/2017 Data Tindak Pidana Korupsi Sumber: Data KPK tahun 2004 s.d September 2017 Sumber: Databooks Kata Data Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman bagi lembaga sertifikasi untuk melakukan tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian atau terhadap produk bertanda kesesuaian

Lebih terperinci