TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL UNTUK MENGATASI MASALAH KETAHANAN PANGAN. Agricultural Products Processing Technology for Coping with Food Security)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL UNTUK MENGATASI MASALAH KETAHANAN PANGAN. Agricultural Products Processing Technology for Coping with Food Security)"

Transkripsi

1 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL UNTUK MENGATASI MASALAH KETAHANAN PANGAN Agricultural Products Processing Technology for Coping with Food Security) Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 66 ABSTRACT One of important subsectors to develop is agricultural product (food) processing industry. Development of this industry requires more agricultural crops and increases value added, employment, processors income, and diverse food products. Adoption of technological processing innovations should get priority because in turn it will improve rural people s income. There are some obstacles in adopting agro-processing technologies, namely lack of supervision after technology introduction; the technology users have no entrepreneurial character, lack of capital, limited raw materials, and labor shortage. In addition, adoption of innovated technology is affected, among others, by development and efforts to generate technologies fitting to local conditions, and excellent collaboration between actors in the private and government sectors. This study aims to look at the role, adoption, and constraints of processing technology development and to determine the influencing factors. The research results indicated that the factors influencing adoption of technology, among others, are availability of raw materials, capital, labor, and market for the processed products. Home-industry processing agricultural products is relatively less profitable, but its small and medium scale business offers value-added beneficial to the processors. Key words: technology, processing, Lampung, Central Java, and East Java, ABSTRAK Salah satu subsektor yang sangat penting dikembangkan untuk mendukung pembangunan pertanian adalah industri pengolahan hasil pertanian (makanan). Pengembangan industri makanan diharapkan akan mampu menyerap hasil pertanian yang diusahakan petani, memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian, membuka kesempatan kerja, sumber devisa sekaligus menyediakan produk pangan yang semakin beragam. Oleh karena itu, adopsi inovasi teknologi pengolahan hasil merupakan salah satu strategi yang patut selalu diprioritaskan mengingat peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui pengolahan akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun demikian masih banyak kendala dalam adopsi teknologi pengolahan hasil pertanian, antara lain tidak adanya pendampingan dalam proses adopsi teknologi setelah introduksi, penerima teknologi tidak memiliki jiwa wiraswasta, kekurang modal, keterbatasan bahan baku, dan tenaga kerja. Selain itu, adopsi inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian dipengaruhi, antara lain, oleh perkembangan dan upaya untuk menghasilkan teknologi yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat dan didukung oleh kerja sama yang baik antar

2 pelaku di sektor swasta dan pemerintahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran, adopsi dan kendala pengembangan teknologi pengolahan hasil, serta mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan penelitian ini diketahui faktor-faktor yang mempengaruh adopsi teknologi antara lain ketersediaan bahan baku, modal, tenaga kerja dan pemasaran hasil. Industri pengolahan pangan di tingkat rumah tangga relatif kurang menguntungkan, namun di tingkat skala usaha kecil dan menengah memberikan nilai tambah yang relatif memadai bagi para pelakunya. Kata kunci: tekonologi, pengolahan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur PENDAHULUAN Salah satu subsektor yang sangat penting dikembangkan untuk mendukung pembangunan pertanian adalah industri pengolahan hasil pertanian (makanan). Pengembangan industri makanan diharapkan akan mampu menyerap hasil pertanian yang diusahakan petani, memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian, membuka kesempatan kerja, sumber devisa sekaligus menyediakan produk pangan yang semakin beragam. Pengolahan bahan makanan agar lebih bergizi dan awet memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka pemerintah hendaknya selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan nilai tambah bagi produsen dan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi. Pangan secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang terkandung di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran, adopsi, dan kendala pengembangan teknologi pengolahan hasil serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan teknologi pengolahan. Disamping itu, pengembangan yang merupakan sektor hilir dari sistem agribisnis pangan seringkali dianggap merupakan jawaban terhadap berbagai permasalahan produksi pertanian yang merupakan sektor hulunya, seperti masalah fluktuasi harga, sifat fisik produk pertanian yang mudah busuk, kualitasnya kurang seragam, serta menyulitkan untuk menembus pasar internasional. Hal ini terkait erat dengan sifat investasi di sektor pertanian (investasi publik di bidang R&D), walaupun demikian investasi pertanian dalam jangka pangjang sesungguhnya masih sangat menarik apabila hasil-hasil pertanian diubah menjadi produk olahan pertanian. Permintaan produk olahan pertanian juga menunjukkan kecenderungan semakin meningkat baik pada pasar domestik maupun internasional (terutama olahan tapioka). Hal ini bukan saja disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dunia secara kuantitatif tetapi juga secara kualitatif kesejahteraan 2

3 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan penduduk tersebut semakin baik yang menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan yang bergizi dan beragam. Sejalan dengan hal tersebut, maka pengembangan teknologi pengolahan pertanian terutama industri makanan sangat dibutuhkan. Untuk itu pengembangan teknologi pascapanen semakin diperlukan. Upaya untuk mengembangkan teknologi tersebut sangat mungkin dilakukan mengingat masih tersedianya lahan dan teknologi on farm. Ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia, besarnya hasil pertanian yang dimiliki, serta pasar terbuka akan memberikan daya tarik tersendiri bagi pelaku pada industri pengolahan hasil. Namun disisi lain, kendala pengembangan R&D juga masih ada dan akan menghambat peningkatan teknologi pengolahan hasil. Untuk itu maka sangat penting untuk meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi teknologi pengolahan hasil. Sebagai salah satu subsektor yang sangat strategis untuk dikembangkan maka teknologi pengolahan hasil harus didorong secara sistematis dan signifikan. Meningkatnya adopsi teknologi tersebut akan tercermin dari meningkatnya akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil. Hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi sistem inovasi, baik yang positif maupun yang negatif. Permasalahan utama dalam inovasi teknologi hasil pertanian adalah adanya teknolog yang relatif mahal, alat dan mesin yang tidak sesuai dengan kondisi lokasi, tingkat keuntungan yang rendah sehingga tingkat adopsi teknologi menjadi rendah. Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator diharapkan semakin memberikan dukungan terhadap penciptaan iklim yang semakin kondusif bagi berkembangnya industri makanan. Perumusan kebijakan yang tepat, pelayanan perijinan investasi industri makanan dan pengembangan infrastruktur di daerah diharapkan akan semakin mendorong berkembangnya investasi pada industri makanan sehingga pada akhirnya akan mendorong berkembangnya teknologi pengolahan hasil Strategi akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian dipengaruhi, antara lain, oleh perkembangan dan upaya untuk menghasilkan teknologi yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat dan didukung oleh kerja sama yang baik antarpelaku di sektor swasta dan pemerintahan. Dalam hal ini dukungan investasi dari pemerintah, swasta maupun masyarakat merupakan suatu keharusan. Investasi akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil meliputi aspek: () pelayanan teknologi, (2) dukungan penyediaan input untuk teknologi pengolahan hasil dan alsintan, (3) penelitian terkait dengan aspek penerapan teknologi, (4) pengembangan kelembagaan untuk mempercepat arus informasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan, (5) penyediaan infrastruktur untuk memudahkan arus input-output serta pemasaran produk olahan, dan (6) ketersediaan lahan usahatani agar pengembangan pengolahan hasil tidak terganggu oleh masalah ketersediaan bahan baku. Pengolahan hasil pertanian membutuhkan pasokan bahan baku yang kontinyu dengan kualitas sesuai bentuk olahan yang akan dihasilkan. Berbagai sumber pangan lokal sebagai bahan baku industri pengolahan sebenarnya cukup tersedia di setiap daerah. Namun karena kurangnya pengetahuan, ketersediaan 3

4 dan akses terhadap inovasi teknologi pengolahan pangan menyebabkan banyak sumber pangan tersebut tidak termanfaatkan secara baik. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut antara lain tingkat pengetahuan tentang pengolahan, kemampuan peralatan pengolahan, pasar, permodalan, dan pergeseran pola konsumsi pangan ke arah yang lebih instan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan prospek akselerasi adopsi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil mendukung ketahanan pangan. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: (i) mengidentifikasi ketersediaan inovasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan; (ii) mengkaji efektivitas sistem diseminasi teknologi pengolahan hasil dan alsintan komoditas pangan; dan (iii) mengkaji potensi pengembangan dan prospek pengolahan hasil pertanian. METODOLOGI Kerangka Pikir Secara diagram, kerangka pikir akselerasi sistem inovasi teknologi pengolahan hasil pertanian dapat dilihat pada Gambar. Sistem inovasi dan sistem agroindustri saling mempengaruhi atau tergantung satu sama lain (Irawan, 2004). Proses inovasi dirumuskan dalam tiga tahap. Tahap pertama pada dasarnya adalah tahap dimana inovasi tersebut dirumuskan. Tahap kedua umunya dilaksanakan oleh individual atau dalam kelompok kecil. Berikutnya merupakan tahap evaluasi di mana konsep dasar inovasi tersebut dievaluasi dalam bentuk percobaan dalam skala lebih besar. Tahap ketiga adalah tahap pengembangan, di mana inovasi yang lolos evaluasi tahap kedua siap untuk diaplikasikan. Pengembangan industri berbasis pertanian sangat terkait dengan keberhasilan produksi pertanian, keragaman, dan tingkat permintaan pasar. Dengan demikian, permasalahan utama dalam sistem inovasi teknologi hasil pertanian ini adalah menentukan strategi mempercepat adopsi teknologi pengolahan hasil. Setiap inovasi yang diperkenalkan telah memiliki informasi tentang urgensi secara ekonomi/lingkungan dan sosial/budaya. Urgensi secara ekonomi/lingkungan berhubungan dengan keuntungan finansial dan keuntungan komparatif ekonomi lainnya jika menggunakan teknologi yang bersangkutan, sementara secara sosial/budaya, bahwa teknologi tersebut dapat diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna. Dengan demikian, inovasi teknologi yang bersangkutan dapat dikatakan telah diadopsi para sasaran pengguna dan dampak yang ditimbulkannya dapat dievaluasi untuk pengembangan lebih lanjut. Penelitian ini mempelajari empat aspek sistem inovasi teknologi yang bermuara pada tujuan yang ingin dicapai. Keempat aspek tersebut adalah () identifikasi tentang kualitas teknologi yang telah diperkenalkan kepada masyarakat; (2) mekanisme diseminasi (delivery system) teknologi agar dapat diadopasi masyarakat pengguna; (3) proses adopsi teknologi yang bersangkutan; dan (4) Dampak yang ditimbulkan oleh pemanfaatan teknologi tersebut di 4

5 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan lapangan. Yang terakhir ini sangat erat kaitannya dengan aspek sosial budaya masyarakat setempat. Tradisi dan kelembagaan sosial yang terkait langsung dengan proses adopsi dapat menjadi faktor penghambat atau faktor pelancar dalam rangkaian introduksi inovasi teknologi pada tingkat pengguna/petani. Gambar. Kerangka Pikir Akselerasi Adopsi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Penelitian dilakukan di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung dengan responden meliputi rumah tangga petani dan industri kecil dan menengah yang mengolah hasil pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Dinas Perindustrian. Komoditas hasil pertanian yang diolah lebih lanjut adalah jagung dan ubi jalar (Jawa Timur), ubi kayu (Jawa Tengah), dan pisang (Lampung). 5

6 Metode Analisis Metode analisis yang diterapkan dalam penelitian didasarkan pada tujuan penelitian. Untuk menjawab tujuan pertama, yaitu mengidentifikasi inovasi teknologi yang tersedia dilakukan dengan mendeskripsikan teknologi yang dihasilkan oleh instansi pemerintah (Balai Besar Pascapanen, BPTP) dan masyarakat serta jenis diseminasi yang telah dilakukan. Untuk mengidentifikasi tantangan dan masalah adopsi teknologi pengolahan hasil pertanian dilakukan dengan analisis usahatani dan analisis pemasaran untuk produk primer dan produk olahan. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung analisis usahatani adalah berdasarkan kajian ekonomi yaitu melalui analisis finansial. Hal ini untuk mengetahui apakah usahatani komoditas terkait secara ekonomis layak atau tidak layak. Data yang digunakan merupakan data input dan output produksi komoditas yang dianalisis hasil wawancara dengan petani yang mengusahakan komoditas tersebut. Data yang didapatkan digunakan untuk menghitung kelayakan finansial usahatani dan pengolahan hasil yang meliputi instrumen Revenue/Cost (R/C) Ratio, Benefit/Cost (B/C) Ratio dan Break Event Point (BEP). R/C = Total Penerimaan (R)_ Total Biaya Produksi (C) B/C = Total Keuntungan (B)_ Total Biaya Produksi (C) BEP (Harga) = _Total Biaya Produksi (dalam Rp)_ Total Produksi (dalam Kg) BEP (Volume Produksi) = _Total Biaya Produksi (dalam Rp)_ Harga di Tingkat Petani (Rp per Kg) Pengembangan agribisnis komoditas terkait diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dapat mendukung perkembangan ekonomi lokal. Metode analisis yang digunakan untuk menentukan kriteria layak atau tidaknya usaha untuk dijalankan adalah dengan menghitung R/C Ratio dan B/C Ratio. Bila nilai R/C Ratio dan B/C Ratio > maka usaha tersebut layak secara finansial untuk dilakukan, sedangkan bila R/C Ratio dan B/C Ratio < maka usaha tersebut dianggap tidak layak dilaksanakan. Selain itu dihitung nilai Break Event Point (BEP). Asumsi yang ditetapkan untuk analisis finansial dalam penelitian ini adalah () suku bunga yang menjadi acuan adalah suku bunga komersial saat penelitian ini dilakukan yaitu sebesar 7 persen; (2) perhitungan analisis finansial dilakukan pada skala usaha hektar. Selain itu dilakukan juga analisis marjin tata niaga untuk mengetahui siapa yang menikmati keuntungan terbesar dari rantai pemasaran yang ada. Semakin besar nilai proporsi margin keuntungan yang diterima petani berarti posisi tawar petani menguntungkan, demikian juga sebaliknya. Dari rantai pemasaran yang sudah terbentuk secara melembaga di masyarakat, dengan analisis margin pemasaran maka dapat dianalisis margin mana yang paling efisien. Hasil analisis 6

7 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan ini merupakan masukan yang penting bagi sistem tata niaga dalam pengembangan agroindustri. Selain itu, dapat dilihat efektifitas dan efisiensi pemasaran produk diantara para pelaku pemasaran seperti petani sebagai produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan industri. Margin tata niaga diketahui dengan menghitung perbedaan harga di tingkat petani (harga jual) dengan harga di tingkat pengolahan (harga jual), secara persamaan margin tata niaga adalah sebagai berikut : n M i n Mi m i j m Cij P j j Keterangan : M = Margin tata niaga (Rp/kg). Mi = Margin tata niaga (Rp/kg) lembaga tata niaga ke j (,2,3,..., m) dan m adalah jumlah tata niaga yang terlibat. Cjj = Biaya tata niaga ke i (Rp/kg) pada lembaga tataniaga ke j (i =,2,3,..., m) dan n = jumlah jenis pembiayaan. Pj = Margin keuntungan lembaga tataniaga ke j (Rp/kg). Sedangkan untuk menjawab tujuan ke-tiga, yaitu mengetahui prospek pengolahan hasil dilakukan dengan analisis pohon industri, produk-produk turunan (derivatif) yang berbahan baku komoditas pertanian terkait dianalisis produk akhir yang memiliki nilai ekonomi. Identifikasi Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Berbagai inovasi teknologi pengolahan hasil panen telah dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Besar Pascapanen, Balai Besar Alat dan Mesin Pertanian, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sebagian besar teknologi yang dihasilkan masih dalam uji coba skala laboratorium, belum dilakukan scaling up. Selain BB Pascapanen dan BPTP, institusi di lingkup Badan Litbang Pertanian yang juga menghasilkan teknologi pengolahan hasil adalah Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). Teknologi pengolahan hasil yang dilakukan oleh Balitkabi hanya terbatas untuk komoditas yang dihasilkan, dengan perkataan lain teknologi pengolahan komoditas yang dihasilkan didesiminasikan bersamaan dengan varietas-varietas yang dikeluarkan oleh Balitkabi. Tugas utama Balitkabi adalah karakterisasi dan diskripsi varietas, dan kesesuaian produksi. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut Balitkabi melakukan kerja sama dengan Dinas Pertanian, KIPP (Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan, BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) dan SPAT (Sentra Produksi Agribisnis Terpadu). Kerja sama dengan BPTP biasanya sebagai pembantu dalam melakukan diseminasi teknologi yang dihasilkan oleh Balitkabi. 7

8 Teknologi yang telah dihasilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) selama periode adalah sebanyak 73 buah teknologi unggulan spesifik lokasi. Sebagian besar teknologi yang diintroduksi oleh BPTP adalah teknologi on-farm. Teknologi on-farm sangat diperlukan mengingat produktivitas komoditas pertanian Indonesia pada umumnya masih relatif rendah. Teknologi onfarm pada gilirannya akan memperbaiki kinerja penyediaan penawaran bahan baku industri yang menjadi kunci keberhasilan industri pengolahan hasil (BPTP, 200). BPTP juga telah merekomendasikan sekitar 257 teknologi yang terkait dengan komoditas tanaman pangan. Namun dari 257 teknologi tersebut hanya sekitar 8 teknologi pengolahan pangan yang telah dihasilkan atau sekitar 3.%. Teknologi yang terkait dengan komoditas hortikultura berjumlah sekitar 45 buah, dan hanya 4 teknologi atau 9,6 persen diantaranya yang merupakan teknologi pengolahan hasil. Sementara untuk teknologi yang terkait dengan komoditas perkebunan dan peternakan terdapat sekitar 329 teknologi yang telah dihasilkan oleh BPTP, 7 teknologi atau sekitar 5,2 persen diantaranya adalah teknologi pengolahan hasil. Dalam rangka mengembangkan agroindustri berbasis pengolahan hasil umbi-umbian dan serealia tanaman pangan, sejak tahun 2007 Kementerian Pertanian telah melakukan stimulus berupa bantuan sarana peralatan, bantuan dan pembinaan di sentra-sentra produksi melalui Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP). Stimulus ini melalui penyediaan pembiayaan anggaran dana Tugas Pembantuan untuk memfasillitasi 46 Unit Pengolahan Hasil Tepung lokal yang dikelola oleh Gapoktan yang tersebar di berbagai kabupaten/kota (Departemen Pertanian, 2008). Efektivitas Sistem Diseminasi Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Pangan Ada tiga faktor utama yang terlibat langsung dalam proses aliran teknologi, yaitu () pengembang teknologi; (2) pengguna teknologi, sebagai pelaku produksi pangan segar dan olahan; (3) pemerintah, yang melakukan fasilitasi dan membuat regulasi agar hubungan pengembang pengguna teknologi dapat lebih intensif dan bersifat mutualistik. Dinamika interaksi dan ko-evolusi antara tiga aktor utama ini merupakan dasar dari keberhasilan akselerasi inovasi teknologi pengolahan hasil. Alih atau diseminasi teknologi pengolahan hasil pertanian yang telah sering dilakukan oleh institusi pusat dan lokal, namun masih sebatas pada sosialisasi dan apresiasi teknologi pengolahan hasil pertanian. Demikian pula bimbingan teknis penerapan teknologi pengolahan hasil pertanian masih sebatas pada pelatihan-pelatihan teknologi pengolahan. Beberapa kendala alih teknologi antara lain: a) rekomendasi teknologi yang telah direkomendasikan BPTP belum sesuai dengan kebutuhan dan atau kondisi finansial; b) rekomendasi teknologi yang telah dikeluarkan oleh BPTP jumlahnya masih terbatas: c) masukan produk/teknologi introduksi belum tersedia di tingkat lokal. 8

9 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan Kegiatan diseminasi hasil litkaji merupakan proses mengkomunikasikan informasi teknologi pertanian kepada pengguna. Metode komunikasi yang sering digunakan BPTP untuk mendiseminasikan paket-paket teknologi dilakukan dalam bentuk seminar, gelar teknologi, temu aplikasi paket teknologi, temu kiprah, temu informasi, petunjuk teknis (dalam bentuk brosur, liptan, folder), siaran perdesaan, film/video, pameran dan foto seri, kegiatan diseminasi nonbudgeter seperti dialog interaktif. Teknik diseminasi yang dilakukan oleh BB-Pascapanen terutama melalui media elektronik (internet), sedangkan pembinaannya menggunakan model agroindustri, penerapan dan pemanfaatan teknologi pengolahan. Kegiatan tersebut mencakup kegiatan sebagai berikut: (i) pengembangan sarana produksi dengan tujuan meningkatkan produksi; (ii) uji coba produksi dengan tujuan mengetahui konsistensi kuantitas dan kualitas produksi; (iii) supervisi/pendampingan teknologi pengolahan hasil; (iv) pengembangan/peningkatan mutu produk, melalui bimbingan pelaksanaan pengawasan mutu; (v) penataan manajemen usaha dan kemitraan (pengaturan kepemilikan, pembagian risiko dan keuntungan, jaminan keberlanjutan usaha); (vi) pengembangan desain kemasan dan merek/logo produk; (vii) promosi dan uji coba pemasaran dalam rangka mempercepat adopsi oleh semua stake holder (kelompok wanita tani, LSM, dinas-dinas terkait pemda, darma wanita, swasta lainnya); (viii) pembinaan dan promosi dilakukan dalam bentuk peragaan, operasional pengolahan dan diskusi kelompok; (ix) evaluasi kinerja alat dan modifikasi/penyempurnaan alat produksi; (x) pembinaan pengolahan dan koperasi sebagai model percontohan; (xi) pembinaan sistem manajemen mutu pada proses panen dan pengolahan; (xii) pembinaan aspek manajerial dalam pengembangan usaha (manajemen usaha tani, pengolahan, promosi, pemasaran); dan (xiii) pengadaan sarana pengolahan. Potensi Pengembangan dan Prospek Pengolahan Hasil Pertanian Bahan pangan pokok lokal mempunyai produk turunan yang cukup beragam. Produk turunan tersebut dapat berupa bahan setengah jadi seperti tepung, sedangkan produk jadinya dapat berupa pangan yang sudah siap santap. Berbagai hasil olahan ubi kayu seperti gaplek, tepung tapioka, dan tape telah banyak dikenal di masyarakat. Perubahan kebiasaan makan pada suatu kelompok masyarakat bisa terjadi akibat perubahan keadaan sosial, ekonomi, maupun budaya. Faktor penting yang menjadi penyebab dinamisnya kebiasaan makan adalah daya terima masyarakat terhadap bahan pangan yang ada. Situasi perdagangan global juga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap proses pengenalan makanan baru. Oleh karena itu, kebiasaan makan masyarakat dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Jagung, ubi kayu dan ubi jalar memiliki kandungan gizi yang cukup baik. Kandungan karbohidrat pada jagung tidak jauh berbeda dengan padi, demikian pula dengan kandungan proteinnya (Tabel ). Kandungan karbohidrat yang tinggi 9

10 merupakan syarat utama pemanfaatan suatu bahan sebagai bahan pangan alternatif. Tabel. Kandungan Gizi Dari 00 g Berat Basah Bahan Pangan Alternatif Dibandingkan dengan Padi No Komoditi Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g) Padi Jagung Ubi kayu Ubi jalar Sumber: Damardjati (995). Produk pertanian masih dapat ditingkatkan produksinya untuk diolah lebih lanjut melalui proses pascapanen dan diupayakan agar dapat tersedia sepanjang tahun. Pisang merupakan salah satu komoditas pertanian yang dibudidayakan secara tumpangsari dan tidak intensif. Komoditas lainnya, yaitu ubi kayu, jagung, dan ubi jalar umumnya dibudidayakan secara monokultur dan intensif. Sebagian besar hasil panen komoditas tersebut dijual secara segar. Di Jawa Tengah, ubi kayu diolah menjadi tepung tapioka (di Kabupaten Pati) dan makanan ringan, seperti slondok di Magelang. Bahan baku ubi kayu segar untuk industri tapioka tidak hanya dipenuhi dari produksi setempat, tetapi juga dipasok dari kabupaten lain. Pemasaran tepung tapioka cukup mudah terutama untuk industri makanan yang menggunakan tepung tapioka sebagai bahan baku. Industri pengolahan tapioka menghasilkan juga tepung basah, tetapi permintaannnya relatif sedikit. Pengolahan ubi kayu (Lampiran ) di Magelang menggunakan bahan baku setempat dan pemasarannya masih untuk pasar lokal. Di Bojonegoro, jagung diolah, antara lain, menjadi tortilla (Lampiran 2), nasi jagung, dan juga nasi goreng jagung. Bahan baku untuk tortilla, yang diolah oleh industri kecil, tidak hanya dibeli dari produksi jagung setempat tetapi juga dari kabupaten lain, jika sedang tidak musim panen. Pemasaran tortilla meliputi seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro dan ke Pulau Kalimantan untuk tortilla yang masih mentah dan siap digoreng. Nasi jagung diproduksi oleh beberapa rumah tangga dan dipasarkan secara lokal. Masih sedikit jumlah penduduk yang makan nasi jagung, biasanya untuk makan pagi. Sedangkan nasi goreng jagung, berbahan baku nasi jagung, baru dijual oleh satu rumah makan saja dengan skala kecil. Jagung di Kabupaten Lamongan juga diolah menjadi marning (Lampiran 3) oleh beberapa industri kecil dan dipasarkan dengan skala kecil. Di Lampung, pengolahan kripik pisang varietas Kepok Manado dan varietas Raja dilakukan oleh industri kecil (Lampiran 4), terutama untuk memenuhi pasar lokal. Bahan baku diperoleh dari hasil panen kebun pisang yang dikelola 20

11 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan penduduk setempat. Di Lampung juga terdapat pengolahan kripik pisang oleh industri skala besar, yang umumnya menggunakan pisang varietas Ambon, yang mempunyai pangsa pasar berbeda dengan industri kecil terutama karena perbedaan kemasan dan tempat pemasaran. Pengembangan pengolahan hasil pertanian bisa dilakukan melalui kemitraan, antara lain dengan model inti-plasma dimana perusahaan besar berperan sebagai penghela dan pengusaha-pengusaha kecil sebagai plasma. Bisa juga dikembangkan kemitraan melalui subkontrak dimana pengusaha kecil mendapatkan pesanan perusahaan besar mengolah produk sesuai standar yang disepakati, misalnya PT Garuda Food dengan pengusaha agroindustri di Pati untuk pengolahan beberapa produk. Faktor-faktor dan Kendala Adopsi Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Pangan Introduksi teknologi pengolahan hasil dan peralatan pertanian perlu dilakukan oleh pemerintah. Hal ini untuk memperkenalkan bahwa produk pertanian bisa diolah dengan teknologi yang dibuat oleh pemerintah agar rumah tangga atau industri pengolah produk pertanian mendapat nilai tambah. Pendampingan penggunaan teknologi dan peralatan perlu dilakukan hingga pengusaha agroindustri bisa memanfaatkan secara optimal. Selanjutnya introduksi teknologi dan peralatan bisa memicu masyarakat untuk menciptakan atau memodifikasi teknologi dan peralatan sejenis yang lebih sesuai dengan kondisi setempat dan skala usaha yang ada (Kiswanto dan Wijayanto, 2009). Bantuan permodalan untuk pengembangan usaha bisa menunjang agroindustri yang dikembangkan oleh masyarakat. Umumnya industri skala mikro, kecil dan menengah sangat memerlukan modal pinjaman namun belum terbiasa berhubungan dengan bank. Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berbunga rendah dengan agunan relatif sedikit atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang meminjamkan modal dengan bunga rendah bisa menjadi alternatif sumber modal bagi pengusaha industri tersebut. Pelaku agribisnis yang diintroduksi dengan teknologi pengolahan dan peralatan pertanian hendaknya dipilih yang memiliki jiwa wiraswasta. Semangat untuk mengolah produk pertanian dan memberikan keuntungan yang layak perlu kegigihan dan ketekunan sehingga tidak bisa dilakukan setiap orang jika tidak berjiwa wiraswasta. Ketersediaan bahan baku sepanjang tahun merupakan prasyarat agar industri pengolahan pertanian yang ada bisa berproduksi secara kontinyu. Bahan baku tidak harus berasal dari sekitar lokasi agroindustri tetapi bisa berasal dari daerah lain asalkan terjangkau dari segi harga maupun transportasi. Tenaga kerja yang terampil sesuai dengan sifat dan ciri teknologi dan pengolahan pertanian sangat menunjang aktivitas usaha. Pada taraf tertentu pengusaha agroindustri bisa mencari dan melatih tenaga kerja sesuai keperluan. 2

12 Kontribusi Inovasi Teknologi terhadap Ketahanan Pangan Produk olahan pangan pokok lokal yang konvensional seperti jagung, ubi kayu, dan ubi, dianggap sebagai pangan yang kurang bergengsi. Indonesia mempunyai potensi sumber daya pangan lokal yang sangat beragam. Namun yang menjadi masalah sejauh mana potensi tersebut dapat dimanfaatkan, yaitu saat permintaan terhadap produk tersebut meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh sejauh mana masyarakat menerima dan menempatkan komoditas tersebut dalam susunan menu yang setara dengan beras. Secara teknis, pangan pokok lokal tersebut dapat dikembangkan menjadi produk pangan alternatif. Dengan rekayasa teknologi proses pangan dapat dilakukan perbaikan mutu produk pangan. Dengan teknologi pangan telah banyak dihasilkan produk pangan yang lebih praktis, sesuai cita rasa, bergizi, dan bergengsi. Untuk itu, maka salah satu strategi pengembangan diversifikasi pangan pokok adalah melalui peningkatan keragaman produk olahannya dengan sentuhan teknologi atau disebut dengan diversifikasi vertikal. Teknologi juga memungkinkan modifikasi produk melalui perbaikan cita rasa pangan. Dalam proses pengolahan dengan menambahkan bahan tambahan pangan akan dapat meningkatkan daya terima masyarakat. Bahan baku pangan yang rendah kandungan zat gizinya dapat diperkaya dengan menambahkan zat gizi yang defisit. Pengembangan teknologi pangan dapat dilakukan baik di tingkat rumah tangga maupun di tingkat industri sedang dan besar. Teknologi di tingkat rumah tangga akan menghasilkan produksi pangan olahan siap makan, dan siap untuk diadopsi oleh masyarakat. Untuk pangan pokok, perlu dikembangkan pangan alternatif yang berbasis tepung, yang dapat tahan lama, dapat diperkaya dengan zat gizi, fleksibel dalam pengolahannya, dan dapat dilakukan oleh industri kecil maupun besar. Strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan pangan pokok melalui diversifikasi vertikal antara lain:. Pengembangan Penyediaan Bahan Baku Pangan Alternatif Indonesia mempunyai sumber daya alam yang cukup, namun pemanfaatannya masih rendah atau bahkan terabaikan. Jenis komoditas yang belum banyak dikembangkan misalnya garut, uwi, suweg, ganyong, gembili, sorgum, juwawut, jali dan iles-iles. 2. Pengembangan Pascapanen dan Pengolahan Pangan Dengan teknologi pascapanen dan pengolahan pangan dapat mengubah dari pangan inferior menjadi superior. Misalnya, ubi kayu dan keju, talas dan keju merupakan produk industri pangan yang dapat mendukung program ketahanan pangan. Pengembangan teknologi tersebut mencakup teknologi pascapanen, termasuk penanganan bahan baku, pengolahan produk setengah jadi, dan pengolahan produk jadi. 22

13 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan 3. Sosialisasi Produk Pangan Pokok Alternatif Dengan penyebarluasan informasi manfaat produk pangan alternatif diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk pangan alternatif. Pemanfaatan tepung jagung komposit pada berbagai bahan dasar pangan dapat memsubstitusi terigu hingga persen pada kue dan 0-5 persen pada roti dan mi, karena kandungan karbohidrat pada tepung jagung dapat mencapai 79,9 persen (Tabel 2) (Antarlina, 993; Azman, 2000). Pada pembuatan grit jagung terdapat hasil sampingan yaitu bekatul jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan sumber serat kasar yang sangat berguna bagi tubuh (Richana dan Santosa, 2008). Kandungan nutrisi bahan setengah jadi jagung sangat memadai sebagai bahan pangan. Pengembangan agroindustri jagung dan aneka olahan produk pangan dari jagung merupakan pendekatan yang prospektif untuk meningkatkan nilai tambah jagung, dan dapat mencukupi kebutuhan bahan berkarbohidrat nasional, sehingga pada gilirannya dapat mengurangi impor terigu. Tabel 2. Kandungan Nutrisi Biji, Grit, dan Tepung Jagung Biji Grit Jagung Tepung metode basah tepung metode kering Air (%) 0,72 0,55 0,5 9,45 Abu (%bb),89,72 0,98,05 Lemak (%bb) 5,56 3,2,99 2,05 Protein (%bb) 9,9 8,24 6,70 7,89 Serat Kasar 2,05,88 (%bb) Karbohidrat 7,98 76,3 (%bb) Husodo dan Muchtadi (2004). Sumber:,05,3 79,98 70,5 Ubi kayu merupakan salah satu sumber karbohidrat dan menduduki urutan ketiga terbesar setelah beras dan jagung. Namun ubi kayu mempunyai kelemahan antara lain: () kadar air ubi kayu segar cukup tinggi, yaitu sekitar 60 persen (Tabel 3) sehingga cepat rusak; (2) mengandung HCN yang dapat menjadi toksin bila dikonsumsi; (3) mengandung enzim phenolase yang dapat menyebabkan warna coklat; (4) karakteristik pati ubi kayu tidak mengandung gluten sehingga tidak mudah mengembang dan tekstur produknya lebih keras dibandingkan dengan tepung terigu; (5) aroma khas ubi kayu masih terasa sampai menjadi produk olahan pangan. Teknologi ubi kayu pada umumnya masih sederhana (bersifat tradisional). Teknologi untuk merubah karakteristik tepung dan pati ubi kayu dapat dilakukan dengan memodifikasi sifat pati baik secara kimiawi, secara fisik, maupun secara biologi. Tepung dan pati ubi kayu mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai komoditas komersial. 23

14 Tabel 3. Sifat Kimiawi Ubi Kayu Segar dan Tepung Kasava Karakteristik mutu Kadar air (%) Protein (%) Lemak (%) Karbo hidrat (%) Serat Kasar (%) Abu (%) Gula reduksi (%) Ubi kayu segar Tepung kasava Sumber: Husodo dan Muchtadi (2004). KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Jumlah inovasi teknologi pengolahan hasil yang diintroduksi oleh pemerintah melalui, Kementrian Pertanian (sepert BPTP), Kementrian Perindustrian dan Kementrian lainnya relatif masih minimal. Teknologi pengolahan hasil pertanian di tingkat rumah tangga/ usaha skala kecil sangat dipengaruhi oleh manfaat dan efisiensi teknologi tersebut. Pada umumnya teknologi yang digunakan adalah teknologi yang masih tradisional yang pada umumnya diintroduksi oleh warga setempat. Hal ini terjadi karena teknologi dan peralatan pengolahan hasil yang diintroduksi oleh pemerintah pada umumnya kurang dapat diaplikasikan oleh skala usaha kecil yang mempunyai keterbatasan modal dan sumber daya. Pengolahan hasil pertanian di tingkat prosesor UKM relatif lebih modern dan sudah memanfaatkan teknologi yang diitroduksi oleh Kementerian Pertanian. Selain itu, UKM mengadopsi juga teknologi yang diintroduksi oleh perusahaan swasta nasional dan swasta asing. Adopsi teknologi dan peralatan hasil pertanian yang diintroduksi hendaknya memperhatikan berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya masyarakat setempat agar adopsi optimal. Pengembangan industri pengolahan hasil masih sering terkendala oleh keterbatasan bahan baku, keterbatasan teknologi dan alsintan yang dapat digunakan, keterbatasan modal usaha dan keterbatasan pemasaran hasil olahan. Oleh karena itu, kontribusi yang perlu dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Badan Litbang Pertanian, adalah kontribusi teknolgi pertanian dan kontribusi teknologi pengolahan hasil berdasarkan potensi sumber daya pertanian yang ada. Dalam konteks adopsi teknologi dan prospek industri pengolahan di tingkat rumah tangga, peran pemerintah harus menonjol dan instansi yang mengurus kepentingan petani-pengolah-penjual harus mampu mendorong tiga unsur, yaitu (a) mendorong penciptaan teknologi tepat guna untuk menghasilkan produk tertentu yang dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi setiap mata rantai usaha; (b) menerapkan teknik diseminasi teknologi tepat guna yang efektif untuk keberhasilan dan keberlanjutan pemanfaatan teknologi yang bersangkutan; dan (c) membantu permodalan, desain pengemasan dan pemasaran hasil melalui 24

15 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan dukungan kredit berbunga rendah, pelatihan teknik bertanggungjawab, dan pameran secara lokal dan nasional. produksi yang Salah satu faktor penyebab sulitnya pencapaian ketahanan pangan di tingkat rumah tangga adalah karena teknologi belum berkontribusi secara efektif dalam proses produksi, terutama di off-farm. Untuk program peningkatan ketahanan pangan dilaksanakan berbasis pada sumber daya pangan, kelembagaan dan budaya lokal dengan memperhatikan pendapatan pelaku usaha skala kecil. Pengolahan ubi jalar, ubi kayu, jagung, dan pisang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena lahan yang sesuai untuk tanaman pangan tersebut masih cukup luas dan belum dimanfaatkan maksimal. Strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan pangan pokok tersebut antara lain melalui diversifikasi vertikal yaitu (i) pengembangan penyediaan bahan baku pangan alternatif; (ii) pengembangan pascapanen dan pengolahan pangan; (iii) sosialisasi produk pangan pokok alternatif dalam upaya penyadaran dan penyebarluasan produk olahan non-beras. DAFTAR PUSTAKA Antarlina, S. dan J. S. Utomo Kue Kering dari Bahan Tepung Campuran Jagung, Gude, dan Kedelai. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan Malang. Badan Bimas Ketahanan Pangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta. Damardjati, D.S Food Processing in Indonesia: the Development of Small-Scale Industries. FFTC. Taiwan. Departemen Pertanian. Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. Husodo, S.Y dan T.R. Muchtadi Alternatif Solusi Permasalahan dalam Ketahanan Pangan. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 7-9 Mei. LIPI. Irawan, B Kelembagaan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMATANI). Makalah pada Workshop PRIMATANI. Badan Litbang Pertanian Kiswanto dan B. Wijayanto Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sistem Tanam Jajar Legowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Bandar Lampung Richana N. dan B.A.S. Santosa Teknologi Pengolahan Pangan Lokal dari Jagung Dalam Teknologi Pengolahan Untuk Penganeka Ragaman Konsumsi Pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 25

16 Lampiran. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tapioka di Pati, 200 No. Biaya Volume Satuan Ubi kayu BBM 3 Tenaga kerja 28 4 Mengupas 75 5 Karung Harga (Rp) Nilai (Rp) kg liter orang ton lembar Perbaikan minggu Transpor 75 ton Telpon minggu Biaya produksi 0 Bunga bank Total biaya Pendapatan 2 Tepung*) 3 Ampas**) 4 Total pendapatan 5 Keuntungan

17 Teknologi Pengolahan Hasil untuk Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan Lampiran 2. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Jagung menjadi Tortila di Bojonegoro, 200 No Deskripsi Biaya ( Rp ) Jagung 50 kg 2 Bawang putih 2 kg Bumbu lain Minyak goreng 3 kg 5 Plastik bungkus Kayu bakar Gas elpiji Tenaga kerja 9 Lain lain Jumlah biaya produksi Nilai Penjualan 230 x Keuntungan Bersih Lampiran 3. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Jagung menjadi Emping di Lamongan, 200 No Komponen Biaya ( Rp ) Jagung 2 Bawang putih Bumbu lain 4 Minyak goreng,5kg 5 Plastik kemasan 6 Kayu bakar Ongkos giling Lain-lain Jumlah biaya produksi Nilai emping: (0 x 200) Nilai tumpi (3 x 700) 2.00 Keuntungan bersih

18 Lampiran 4. Biaya dan Pendapatan Pengolahan Pisang menjadi Kripik di Pringsewu, 200 No. Komponen Jumlah Harga/unit Pisang Nangka Minyak Goreng Bawang Putih Garam Ketumbar Kayu Bakar Kemasan Transportasi Penyusutan Alat Tenaga Kerja Jumlah biaya produksi Nilai Penjualan Keuntungan Bersih 28 Nilai

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Oleh : Reni Kustiari, Handewi P. Saliem Sahat Pasaribu Bambang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN Oleh : Bambang Sayaka Mewa Ariani Masdjidin Siregar Herman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung dituntut harus selalu ambil bagian dan tanggap dalam mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya. PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan cukup besar dalam mengadakan penilaian terhadap kegiatan usaha/proyek yang akan dilaksanakan. Demikian

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan akan pangan, sehingga kecukupan pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak asasi yang

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan permasalahan besar yang dapat mempengaruhi pembangunan bidang kesehatan dan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang 29 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Diversifikasi Pangan 2.1.1. Pengertian Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketela pohon (Manihot utilissima) adalah salah satu komoditas pangan yang termasuk tanaman penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable). 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bersama, kita kaya sekali akan berbagai macam buah dan sayur. Hampir di setiap daerah menghasilkan komoditas ini, bahkan di beberapa daerah mempunyai

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penduduk di Indonesia kini mulai meminati makan mi sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan harga yang terjangkau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIFUSI TEKNOLOGI PEMBUATAN MIE DARI TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI DI TEMANGGUNG JAWA TENGAH [Kode: X.93 Dr. Nur Richana Winda Haliza, STP, Msi Ir. Tatang Hidayat, MSc Drs. Hadi Setiyanto Ratnaningsih, STP

Lebih terperinci

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT Uswatun Chasanah dan Hikma Ellya Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur hikmapolihasnur@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI OLAHAN UMBI-UMBIAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN

DIVERSIFIKASI OLAHAN UMBI-UMBIAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN Pendahuluan DIVERSIFIKASI OLAHAN UMBI-UMBIAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN Indonesia sebagai negara tropis agraris mempunyai hasil pertanian yang sangat beragam. Tidak hanya padi, sayuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi dikembangkannya sektor pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional.

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PISANG AWAK DI KABUPATEN PACITAN TESIS

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PISANG AWAK DI KABUPATEN PACITAN TESIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PISANG AWAK DI KABUPATEN PACITAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm agriculture/agribusiness)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin JSAI Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Sabaruddin Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo, Jambi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sistem agribisnis memiliki cakupan yang sangat luas. Sistem agribisnis terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu: Pertama, subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan landasan perekonomian yang penting, karena Indonesia memiliki sumber daya yang mendukung,

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Rangkuman Kebutuhan Investasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Rangkuman Kebutuhan Investasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Rangkuman Kebutuhan Investasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukan bagi konsumsi manusia sebagai

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI TIK: Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan agrobisnis dan agroindustri Catatan: Di akhir kuliah mohon dilengkapi 15 menit pemutan video Padamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal. Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal. Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung terigu banyak digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pengembangan agribisnis yang dicanangkan pemerintah saat ini ditujukan dalam rangka untuk menempatkan sektor pertanian dengan wawasan agribisnis sebagai motor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat keempat di Indonesia, setelah beras dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun relatif rendah.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci