Isna Noer Fitrieana (Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Airlangga Tahun Angkatan 2008)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Isna Noer Fitrieana (Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Airlangga Tahun Angkatan 2008)"

Transkripsi

1 Implementasi Program Jaminan Persalinan () di Puskesmas Ngrayun (Studi Deskriptif Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun Kabupaten Ponorogo) Isna Noer Fitrieana (Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Airlangga Tahun Angkatan 2008) ABSTRACT is a of health service coverage from the government that issued in It aims to improve public access to pregnancy and childbirth health care through medical personnel and adequate health facilities. Discussion in this study emphasizes on capability of jampersal to be implemented to the society and focus on the factors that influence implementation of in Ngrayun clinics. In general, the implementation of in Ngrayun clinics have been conducted in the appropriate guidelines and specified instructions. The supporting factors in the implementation of are the existence of a clear coordination between the implementing organization structures, there is a fairly high disposition from the executive staff, and there are positive supports from the community to jampersal.while the inhibits factors are the socialization process to the community are not maximum yet and the funding system of medical cost additional must be burdened by the jampersal participants own. Keywords: implementation,, jampersal 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak. Berdasarkan undang-undang tersebut, pemerintah bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah guna mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan melakukan pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia mencakup pembangunan di segala bidang dan salah salah satu yang paling penting adalah pembangunan di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah. Undang- Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Peraturan perundangan tersebut mengisyaratkan bahwa pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan perlu diupayakan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya bagi seluruh masyarakat termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu. Namun, faktanya hingga saat ini upaya pemerataan pembangunan di bidang kesehatan di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia masih menemui berbagai kendala. Rendahnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia, salah satunya dapat dilihat dari tingginya kematian ibu dan bayi yang terjadi. Berikut ini data yang diperoleh dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 yang menunjukkan perkembangan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia: Tabel 1.1 Data Perkembangan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia Tahun AKI per kelahiran hidup AKB per 1000 kelahiran hidup Sumber data: Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Data di atas menunjukkan bahwa angka kematian ibu dan bayi di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang positif yakni angka kematian ibu dan bayi selalu mengalami penurunan dari tahun 1991 hingga tahun Namun, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia tersebut masih menjadi salah satu yang tertinggi di wilayah Asia. Selain itu, AKI dan AKB tersebut masih belum dapat mencapai target Millenium Develoment Goals (MDG s) Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG s 2000), target angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurun dari angka 214 per kelahiran hidup pada tahun 2010 menjadi 102 per kelahiran hidup pada tahun Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurun dari angka 33 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010, penyebab langsung kematian ibu hampir 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Secara medis, kematian tersebut sebanyak 90% disebabkan oleh komplikasi obstetri yaitu perdarahan, infeksi, dan eklamsia. Komplikasi ini tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan dapat terjadi pada ibu hamil yang telah diidentifikasi normal. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu yaitu, terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat sampai

2 di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan ( diakses pada tanggal 26 Mei 2012). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah resiko kematian ibu dan bayi adalah dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terdidik di fasilitas kesehatan yang memadai. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) tahun 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4% ( diakses pada tanggal 26 Mei 2012). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia adalah rendahnya cakupan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yang memadai. Untuk itu, pemerintah berupaya menjamin dan meningkatkan akses masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan melalui tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang memadai dengan menyelenggarakan Jaminan Persalinan () pada tahun Program diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia berdasarkan peraturan Nomor 631/Menkes/Per/III/2011. Program ditujukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan sendiri. Pelayanan kesehatan yang dapat diperoleh peserta meliputi: pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Upaya penerapan pelayanan sebagian besar didapatkan masyarakat dari puskesmas yang merupakan pusat pengembangan dan pelayanan kesehatan terdepan. Puskesmas Ngrayun dan jaringannya mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepada masyarakat di wilayah kecamatan Ngrayun. Sebelum diselenggarakan, masih terdapat sebagian masyarakat di kecamatan Ngrayun yang kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai guna menjamin kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi. Mereka lebih memilih menggunakan jasa-jasa pengobatan tradisional daripada pergi ke puskesmas atau bidan. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti, faktor kesulitan ekonomi, pendidikan dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah, serta faktor topografi wilayah yang sulit. Untuk itu, adanya diharapkan dapat berperan untuk meningkatkan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan kehamilan hingga pertolongan persalinan yang memadai dan berkualitas di puskesmas Ngrayun dan jaringannya. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas, fokus dan lokus yang diambil dalam penelitian ini adalah implementasi jaminan persalinan () di puskesmas Ngrayun kabupaten Ponorogo. Maka, penelitian ini akan dapat memberikan penjelasan mengenai masalah yang berkaitan dengan serta faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya. Analisa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi dilakukan dengan menggunakan model-model implementasi sebagai dasar analisis, sehingga akan dapat diketahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi jampersal di puskesmas Ngrayun dan jaringannya. Kajian tentang implementasi dalam studi Administrasi Negara merupakan suatu kajian yang termasuk dalam kajian analisa kebijakan. Dengan mempelajari tentang implemetasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang terjadi sesudah suatu diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiaran yang terjadi setelah proses pengesahan atau legislasi kebijakan publik, baik itu usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya yang relevan secara teoritis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai di puskesmas Ngrayun dan jaringannya sehingga dapat menjadi sumbangan informasi kepada masyarakat serta pihak-pihak yang terkait dalam hal ini khususnya kepada pelaksana di puskesmas Ngrayun dan jaringannya agar dapat dijadikan sebagai masukan dalam jampersal sehingga dapat mencapai tujuan dan tepat sasaran. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah implementasi di puskesmas Ngrayun Ponorogo? 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi di puskesmas Ngrayun Ponorogo? 1.3 Tinjauan Teori Kebijakan Publik Kebijakan berasal dari kata policy yang nya mencakup peraturan-peraturan di dalamnya yang sangat berkaitan dengan proses politik (Islamy, 1997:13). George C.Edwards III dan Ira Sharkansky (dalam Soesilowati, 2010: 12) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah yang dapat ditetapkan dalam peraturan-peraturan perundangundangan atau dalam policy statement yang berbentuk pidato-pidato dan wacana yang diungkapkan pejabat politik dan pejabat pemerintah yang segera ditindaklanjuti dengan - dan tindakan pemerintah.

3 Kebijakan publik dalam penelitian ini dapat diratikan sebagai segala sesuatu yang dinyatakan oleh pemerintah secara formal ditetapkan dalam peraturanperaturan perundang-undangan dan diikuti dengan adanya tindakan nyata berupa - dari pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam kepentingan publik Implementasi Kebijakan Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik ada dua pilihan langkah yang ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut (Nugroho, 2003:158). Pengertian lain dari implementasi kebijakan adalah rangkaian tindakan tindak lanjut (setelah sebuah atau kebijaksanaan ditetapkan) yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah-langkah yang strategis maupun yang operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu atau kebijakan menjadi kenyataan, untuk mencapai sasaran dari yang telah ditetapkan sejak semula (Syukur, 1988:11). Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu (Agustino, 2006:136): 1. adanya tujuan atau sasaran kebijakan 2. adanya aktivitas pencapaian tujuan 3. adanya hasil kegiatan Selain itu terdapat hal pokok dalam implementasi, yaitu (Agustino, 2006:136): a. adanya kebijakan yang dilaksanakan b. adanya target group/ kelompok sasaran yang merupakan kelompok masyarakat yang diharapkan menerima manfaat dari kebijakan. c. adanya unsur pelaksana (implementor) baik organisasi atau perorangan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan,, dan pengawasan dari proses implementasi Maka, implementasi kebijakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai tindakan nyata atau dari pemerintah yang dilakukan oleh pihak-pihak atau badan-badan yang berwenang dari pemerintah terhadap masyarakat yang menjadi kelompok sasaran sesuai dengan ketentuan yang ada guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam tersebut Kebijakan Nasional Jaminan Persalinan () Program menurut Bintoro Tjokroamidjojo adalah suatu aktivitas sosial yang terorganisasi dengan tujuan tertentu yang spesifik dalam ruang dan waktu yang terbatas yang terdiri dari berbagai proyek yang saling berhubungan dan biasanya terbatas pada satu atau lebih organisasi atau aktivitas) (Tjokroamidjojo, 1990:195). Dalam penelitian ini, dapat diartikan sebagai bentuk operasional dari suatu kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah yang tersusun secara jelas guna melaksanakan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam kebijakan agar dapat tercapai secara nyata. Merujuk pada pengertian tersebut, maka Jaminan Persalinan () dapat diartikan sebagai bentuk kebijakan pemerintah dalam bidang pelayanan kesehatan yang dikeluarkan kementerian kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2011 melalui peraturan Nomor 631/Menkes/Per/III/. bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan kehamilan dan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan. Pelayanan meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir Implementasi Program Dalam pedoman jampersal telah dijelaskan bahwa masyarakat yang tercatat sebagai peserta jampersal akan mendapatkan pelayanan persalinan di unit-unit penyedia pelayanan kesehatan milik pemerintah seperti di puskesmas dan jaringannya untuk pelayanan persalinan tingkat pertama dan rumah sakit yang telah ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan pasien jampersal untuk pelayanan tingkat lanjutan. Sebagai salah satu puskesmas yang telah ditunjuk sebagai pelaksana jampersal, puskesmas Ngrayun dan jaringannya memiliki tugas untuk memberikan tindakan-tindakan medis yang berkenaan dengan pelayanan jaminan persalinan kepada peserta jampersal disertai dengan sarana dan fasilitas yang mendukung akses dan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien jampersal. Sehingga, dalam penelitian ini implementasi jampersal dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan pelayanan jampersal yang dilakukan oleh staf pelaksana puskesmas Ngrayun dan jaringannya kepada peserta jampersal dengan menggunakan sarana-sarana yang dapat mendukung peningkatan akses dan mutu layanan kepada peserta jampersal Model Implementasi Kebijakan Implementasi kebijakan berkaitan erat dengan faktor-faktor lingkungan dimana kebijakan tersebut diimplementasikan, misalnya, faktor manusia, faktor sosial budaya, faktor politik, dan lain-lain. Guna lebih memudahkan proses analisis dalam kebijakan pemerintah, maka yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses implementasi tersebut. Dalam studi implementasi kebijakan, terdapat tiga pendekatan model implementasi yaitu: kebijakan yang berpola dari atas ke bawah (top-down), dari bawah ke atas (bottom-up), dan pendekatan kombinasi top-down dan bottom-up. Model top-down berupa pola yang dikerjakan oleh pemerintah untuk rakyat, dimana partisipasi lebih berbentuk mobilisasi. Sebaliknya, bottom-up bermakna meski kebijakan dibuat oleh pemerintah, namun nya oleh rakyat (Nugroho, 2003:167). Pendekatan model implementasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor dalam implementasi adalah pendekatan

4 top-down. Hal ini dikarenakan merupakan yang berada di bawah kewenangan pemerintah yakni kebijakan yang dilaksanakan pemerintah untuk masyarakat. Dalam penelitian ini, model implementasi yang digunakan adalah model implementasi George C. Edwards III dan model implementasi Donald P.Warwick. Model implementasi Edwards III (dalam Subarsono, 2005:91) menjelaskan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: 1. Komunikasi Komunikasi adalah upaya untuk membentuk kesamaan persepsi antar pelaksana dan pihak yang terkait dengan kebijakan mengenai ide, gagasan dan pandangan. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. 2. Sumber Daya Sumber daya dalam implementasi kebijakan dapat berwujud manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya finansial. Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumber daya kebijakan akan tidak terlaksana dan hanya menjadi dokumen saja. 3. Disposisi Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik. Namun ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. 4. Struktur Birokrasi Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standart operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Sedangkan menurut Donald P.Warwick, dalam tahap implementasi terdapat dua kategori faktor yang bekerja mempengaruhi keberhasilan proyek, yaitu: faktor pendorong (facilitating condition) dan faktor penghambat (impeding condition) (Wahab, 1997: 67). Warwick (dalam Wahab, 1997: 67) menjelaskan faktor pendorong dalam implementasi (facilitating condition) tersebut terdiri dari: 1. Komitmen pimpinan politik (commitment of political leaders), yakni adanya komitmen dari pimpinan pemerintahan dalam suatu proyek menjadi hal yang utama, karena pimpinan politik adalah yang memiliki kekuasaan di daerah. 2. Kemampuan organisasi (organizational capacity). 3. Komitmen para pelaksana (the commitment of implementors): if the generals are ready to move to captain and toops will follow. 4. Dukungan kelompok kepentingan (interest group support): kebijkan lebih sering mendapat dukungan dari kelompok kepentingan dalam masyarakat, khususnya yang berkaitan langsung dengan kebijakan. Sedangkan beberapa faktor yang secara teoritik dapat menimbulkan hambatan terhadap (impeding condition) menurut Warwick (dalam Wahab, 1997: 67) ialah: 1. Banyaknya aktor yang terlibat: semakin banyak pihak yang terlibat dan turut mempengaruhi, maka semakin rumit komunikasi dalam pengambilan keputusan dan semakin besar kemungkinan terjadi hambatan dalam implementasi proyek tersebut. 2. Terdapat komitmen atau loyalitas ganda: hal ini disebabkan adanya tugas ganda yang dirangkai dan dijabat oleh suatu organisasi sehingga perhatian pelaksana menjadi terpecah. 3. Kerumitan yang melekat pada proyek-proyek itu sendiri (intrinsic complexity): hambatan yang biasanya melekat adalah disebabkan oleh faktorfaktor teknis, faktor ekonomi, pengadaan pangan dan faktor perilaku pelaksana atau masyarakat. 4. Jenjang pengambilan keputusan yang terlalu banyak: semakin banyak jenjang pengambilan keputusan atau memiliki prosedur yang harus disetujui oleh pihak yang berwenang, maka akan memerlukan waktu lama dalam nya. 5. Faktor lain, yaitu waktu dan perubahan kepemimpinan: perubahan kepemimpinan baik pada tingkat pimpinan pelaksana maupun dalam organisasi di daerah sedikit banyak mempunyai pengaruh terhadap proyek atau. Dalam penelitian ini peneliti akan mengelaborasi model implementasi George c. Edwards III dan model Donald P. Warwick sebagai landasan untuk mengetahui faktor-faktor yang yang berpengaruh terhadap implementasi jampersal di puskesmas Ngrayun dan jaringannya, dimana penelitian ini akan menitikberatkan pada masalah jampersal. Model George c. Edwards III dan Donald P. Warwick dipilih sebagai landasan karena dikaitkan dengan kesesuaian pada permasalahan dan fenomena yang ada dalam. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi jampersal tersebut, dilakukan identifikasi melalui faktor-faktor yang ada dalam model implementasi George c. Edwards III dan Donald P. Warwick, yakni: faktor sumber daya, struktur birokrasi, komunikasi, disposisi dan dukungan kelompok sasaran. 1.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara rinci dan lengkap tentang implementasi di puskesmas Ngrayun Ponorogo serta berusaha menjelaskan peran beberapa variabel seperti sumberdaya, komunikasi, disposisi pelaksana dan struktur birokrasi dalam implementasi tersebut. Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive pada key informan, lalu dilanjutkan dengan teknik snowball yakni sebanyak 9 orang informan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan dilakukan melalui triangulasi sumber data.

5 Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. 2. Penyajian Data, Analisis Data dan Interpretasi Teoritik 2.1 Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya Menurut ahli ilmu politik Harold-Lasswell dan filosof Abraham Kaplan (dalam Thoha, 2003: 60), kebijakan dapat dirumuskan sebagai suatu yang diproyeksikan dari tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika. Selanjutnya, George C.Edwards III dan Ira Sharkansky (dalam Soesilowati, 2010: 12) juga berpendapat bahwa kebijakan publik adalah apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah yang dapat ditetapkan dalam peraturanperaturan perundang-undangan atau dalam policy statement yang berbentuk pidato-pidato dan wacana yang diungkapkan pejabat politik dan pejabat pemerintah yang segera ditindaklanjuti dengan - dan tindakan pemerintah. Perspektif tersebut relevan dengan kebijakan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pelayanan kesehatan yang diselenggarakan melalui peraturan Nomor 631/Menkes/Per/III/2011 bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kesehatan kehamilan dan pertolongan persalinan melalui tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang memadai. Dalam implementasi, puskesmas Ngrayun dan jaringannya sebagai penyedia pelayanan kesehatan milik pemerintah bertugas untuk memberikan tindakan-tindakan medis yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan kepada peserta yang membutuhkan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Secara umum, implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya dilaksanakan sesuai dengan pedoman dan petunjuk teknis yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dalam fenomena dimana masyarakat yang bermaksud untuk menggunakan pelayanan harus memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan yakni melampirkan fotocopy kartu tanda penduduk atau kartu keluarga serta buku kesehatan ibu dan anak sebagai proses administrasi. Persyaratan tersebut cukup mudah sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan mengakses pelayanan. Selanjutnya, George C. Edwards III (dalam Subarsono, 2005: 91) juga menggambarkan sebuah model yang menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan, terdiri dari faktor sumber daya, komunikasi, struktrur birokrasi serta disposisi. Sesuai dengan pendapat tersebut, Donald P. Warwick (dalam Wahab, 1997:67) juga menyatakan bahwa dalam tahap implementasi terdapat dua kategori faktor yang bekerja mempengaruhi keberhasilan proyek, yaitu: faktor pendorong (facilitating condition) dan faktor penghambat (impeding condition). Faktor pendorong terdiri dari: komitmen pimpinan politik, kemampuan organisasi, komitmen pelaksana, seta dukungan kelompok kepentingan. Sedangkan yang dapat menjadi faktor penghambat adalah: banyaknya aktor yang terlibat, terdapat loyalitas ganda, kerumitan yang melekat dalam proyek/ tersebut, jenjang pengambilan keputusan yang terlalu banyak, serta waktu dan perubahan kepemimpinan. Dalam penelitian ini, peneliti mengelaborasi model implementasi George c. Edwards III dan model Donald P. Warwick sebagai landasan untuk mengetahui faktor-faktor yang yang berpengaruh terhadap implementasi jampersal di puskesmas Ngrayun kabupaten Ponorogo, diantaranya adalah: faktor sumber daya, struktur birokrasi, komunikasi, disposisi dan dukungan kelompok sasaran. 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya Faktor Sumber Daya dalam Implementasi Program George Edward III mengemukakan bahwa faktor sumber daya benar-benar signifikan terhadap proses implementasi kebijakan. Menurutnya, faktor sumber daya meliputi sumber daya fisik (fasilitas), sumberdaya staf (jumlah dan kompetensinya), sumberdaya informasi dan sumberdaya kewenangan (Authority). Menurut Van Meter dan Van Horn, sumber daya lain yang tidak kalah pentingnya lagi adalah sumberdaya finansial (dana) dalam jumlah yang mencukupi dan ketepatan dalam mengalokasikannya serta sumber daya waktu. Dikaitkan dengan penelitian ini, peneliti akan mengambil beberapa pendapat dari Edward III dan Van Meter dan Van Horn kemudian menggabungkannya. Dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya, faktor sumber daya yang dapat digunakan yakni, sumber daya staf baik dilihat dari jumlah maupun kompetensinya; sumber daya fisik (fasilitas); sumberdaya finansial (dana). Berikut ini merupakan tabel data yang akan menjelaskan mengenai faktor sumber dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya: Tabel Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data Mengenai Sumber Daya dalam Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya Indikator Implementasi Dampak Sumber Daya Staf Sumber Pendanaan Sumber Daya Fasilitas Sudah mencukupi secara kuantitas dan kualitas Sudah mencukupi (berasal dari APBN) Sudah memadai secara kuantitas dan kualitas Sumber: Hasil Pengolahan Data Mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan maksimal Mampu untuk memenuhi kebutuhan pendanaan pelayanan jampersal di puskesmas Ngrayun dan jaringannya Memperlancar dan mempercepat proses pelayanan

6 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terdapat tiga aspek sumber daya yang berperan dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya yang terdiri dari sumber daya staf, sumber daya pendanaan dan sumber daya fasilitas. Untuk sumber daya staf, jika dilihat dari segi kuantitas atau jumlah maupun kualitas dari staf pelaksana jampersal di puskesmas Ngrayun sudah cukup memenuhi. Meskipun di wilayah puskesmas Ngrayun memiliki angka peserta yang cukup tinggi namun hal tersebut dapat ditangani dengan baik oleh pihak puskesmas Ngrayun dan jaringannya sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Keberadaan jaringan puskesmas seperti puskesmas pembantu dan bidanbidan praktek swasta sangat efektif membantu peserta, terutama ketika dalam keadaan darurat untuk mendapatkan pelayanan dengan lokasi yang lebih dekat, sehingga mereka bisa segera mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat. Jumlah staf pelaksana yang mencukupi tersebut juga didukung oleh kompetensi dan kemampuan yang cukup memadai. Para staf memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing, memiliki keahlian dan kemampuan guna mendukung dan menunjang tugasnya dalam tersebut. Untuk sumberdaya pendanaan di puskesmas Ngrayun dan jaringannya berasal dari pemerintah yang dimasukkan ke dalam APBN. Peserta dapat memperoleh semua fasilitas pelayanan, mulai dari pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan pasca persalinan termasuk pelayanan KB secara gratis. Dalam hal ini, pemerintah telah menetapkan besaran tarif tertentu terhadap setiap jenis pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta. Selanjutnya, puskesmas Ngrayun juga telah memiliki dan menggunakan peralatan serta fasilitas yang cukup memadai untuk mendukung kegiatan pelayanan kepada pasien. Puskesmas Ngrayun dan jaringannya sudah memiliki sarana fisik yang terdiri dari fasilitas medis dan fasilitas non medis sebagai penunjang pelayanan dasar bagi masyarakat. Keberadaan sumber daya fisik tersebut berperan untuk mendukung di puskesmas Ngrayun dapat berjalan dengan baik, lancar dan maksimal Faktor Struktur Birokrasi dalam Implementasi Program Strutur organisasi merupakan bagian yang bertugas untuk mengimplementasikan kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (SOP). Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan peraturan (Thoha, 2003: 66). Dikaitkan dengan implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya, para pelaksana dalam memberikan pelayanan kepada peserta harus sesuai dengan SOP yang ada yakni pedoman dan petunjuk teknis yang telah ditetapkan kementerian kesehatan. Selanjutnya, penjelasan mengenai struktur birokrasi dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya akan dijelaskan melalui tabel berikut ini: Tabel Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data Mengenai Struktur Birokrasi dalam Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya Indikator Implementasi Dampak Bentuk Struktur Organisasi SOP dan mekanisme Terdapat struktur yang jelas Mengacu pada pedoman dan petunjuk teknis Adanya pembagian fungsi dan tugas secara jelas diantara masingmasing bagian pelaksana Pelaksanaan berjalan baik dan lancar sesuai dengan petunjuk serta pedoman yang telah ditentukan Sumber: hasil pengolahan data Struktur birokrasi dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya melibatkan beberapa elemen atau bagian organisasi pelaksana. Setiap bagian dari pelaksana tersebut memiliki fungsi dan tugas yang berbeda sesuai dengan pedoman dan petunjuk yang telah ditetapkan. Perbedaan fungsi dan tugas di antara berbagai elemen pelaksana tersebut diintegrasikan ke dalam suatu koordinasi yang dilakukan secara jelas, efektif dan efisien. Koordinasi tersebut diperlukan untuk menciptakan kondisi kerja sama yang baik dan selaras antara berbagai pihak pelaksana sehingga dapat berjalan mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai Faktor Komunikasi dalam Implementasi Program Komunikasi memiliki peran penting bagi berlangsungnya koordinasi dalam implementasi suatu kebijakan. Komunikasi merupakan proses koordinasi dan integrasi dari berbagai fungsi yang ada dalam setiap bagian dari struktur kebijakan guna mendapatkan kesamaan dan keselarasan tindakan serta persepsi dari aparat pelaksana kebijakan agar sesuai dengan ketentuan dan tujuan dari kebijakan tersebut. Menurut Edward III, ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengkur keberhasilan variabel komunikasi, yakni terdiri dari : transmisi atau penyaluran komunikasi, kejelasan komunikasi serta konsistensi dari komunikasi yang dilakukan. Dikaitkan dengan implementasi di puskesmas Ngrayun, berikut ini tabel yang akan menjelaskan secara singkat mengenai proses komunikasi yang

7 dilakukan dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya: Tabel Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data Mengenai Proses Komunikasi dalam Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya Indikator Implementasi Dampak Media Komunikasi Kejelasan komunikasi Konsistensi komunikasi Melalui rapat, seminar, surat pemberitahuan dan laporan kegiatan. Komunikasi antara pelaksana dengan peserta dilakukan melalui komunikasi atau pemberitahuan secara langsung Cukup jelas, baik pada pelaksana maupun peserta Cukup konsisten, tidak terjadi perubahan-perubahan aturan dan petunjuk Memperjelas tugas dan fungsi masing-masing, menciptakan koordinasi yang jelas dan teratur. Bagi peserta perlu diadakan sosialisasi lebih lanjut Mempermudah koordinasi yang dilakukan dalam Menciptakan kesamaan persepsi dan pemahaman diantara staf pelaksana Sumber: hasil pengolahan data Dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya, komunikasi yang dilakukan antar staf pelaksana sudah cukup jelas dan kosisten dengan menggunakan beberapa transmisi atau media komunikasi seperti, melalui suratsurat edaran atau pemberitahuan resmi, rapat, pertemuan atau minilokakarya yang diikuti seluruh staf puskesmas yang diselenggarakan secara rutin dalam kurun waktu tertentu di puskesmas Ngrayun. Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan atau rapat tersebut meliputi pembahasan mengenai sosialisasi, pemberian arahan, penjelasan mengenai, serta pelaporan hasil di wilayah kerja masing-masing unit pelayanan di wilayah puskesmas Ngrayun dan jaringannya. Dengan adanya komunikasi tersebut, aparat pelaksana dapat memahami tentang pedoman dan petunjuk jampersal serta melaksanakan tugas dan fungsi yang harus dilakukan oleh masingmasing pihak. Selanjutnya, komunikasi yang dilakukan antara aparat pelaksana dengan masyarakat sebagai target sasaran lebih cenderung berupa komunikasi atau pemberitahuan secara langsung tanpa dilakukan sosialisasi ataupun penyuluhan secara khusus. Proses yang dilakukan biasanya hanya berupa pemberitahuan secara langsung kepada kepada pasien yang mendatangi puskesmas dan jaringannya pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan atau persalinan. Komunikasi yang dilakukan pihak puskesmas ini tentunya kurang maksimal, karena pengenalan kepada masyarakat dilakukan melalui sosialisasi atau penyuluhan yang diadakan secara menyeluruh untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman secara jelas dan mengenai. Sehingga, diperlukan sebuah komunikasi atau sosialisasi secara menyeluruh terhadap masyarakat di wilayah puskesmas Ngrayun dan jaringannya guna memperluas pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai Faktor Disposisi dalam Implementasi Program Disposisi atau komitmen merupakan faktor yang berasal dari dalam diri pribadi setiap staf pelaksana yang berupa kesediaan atau kemauan staf pelaksana untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dalam dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pedoman dan petunjuk yang telah ditetapkan. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Namun ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif (Subarsono, 2005: 91). Kesediaan dan kemauan para pelaksana ini dipengaruhi oleh tiga unsur sebagai berikut: pertama adalah kognisi (tingkat pengetahuan dan pemahaman) mereka akan kebijakan; kedua, arah respon mereka terhadap kebijakan; ketiga, intensitas respon mereka terhadap kebijakan tersebut. Jika ketiga hal tersebut menunjukkan arah positif makan tingkat kesediaan untuk melaksanakan kebijakan akan tinggi, dan begitu pula sebaliknya (Agustino, 2006: 152). Dikaitkan dengan implementasi di puskesmas Ngrayun, berikut ini akan dijelaskan hasil rekapitulasi data mengenai disposisi pelaksana di puskemas Ngrayun: Tabel Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data mengenai Disposisi Pelaksana dalam Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya Indikator Implementasi Dampak Pengetahuan dan pemahaman Komitmen dan pelaksana Staf pelaksana memahami maksud, tujuan dan dengan jelas Memiliki komitmen cukup tinggi, patuh dan bertanggung jawab terhadap tugas Menimbulkan respon dan dukungan positif, pelaksana dapat menjalankan dengan baik Pelaksanaan dapat dilakukan dengan maksimal Sumber: hasil pengolahan data Staf pelaksana di puskesmas Ngrayun memiliki disposisi yang cukup tinggi yakni dilihat dari

8 unsur pengetahuan dan pemahaman terhadap serta komitmen yang diberikan terhadap. Disposisi tersebut terwujud dengan adanya para staf pelaksana yang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang jelas dan memadai mengenai isi, maksud serta tujuan dari implementasi. Mereka memahami bahwa ini merupakan bantuan sosial dari pemerintah di bidang kesehatan yang sangat membantu dan meringankan beban masyarakat dalam hal pembiayaan kesehatan kehamilan, persalinan serta pelayanan pasca persalinan. Banyaknya manfaat dari tersebut menimbulkan munculnya penilaian dan dukungan positif dari staf pelaksana terhadap. Munculnya dukungan tersebut juga dipengaruhi oleh di puskesmas Ngrayun yang sejauh ini berjalan cukup baik, lancar serta tidak ada kendala bagi para staf pelaksana. Sikap penilaian positif ini yang kemudian mendorong tumbuhnya kesadaran serta komitmen dari para staf pelaksana tersebut untuk dapat melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing, penuh dengan rasa kepatuhan dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Faktor Sumber Dukungan Kelompok Sasaran dalam Implementasi Program Salah satu tujuan dari suatu kebijakan adalah untuk merubah kondisi suatu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran perubahan dari kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut harus didukung oleh kelompok sasaran kebijakan agar kebijakan yang telah dirumuskan dapat diterapkan atau dipatuhi oleh kelompok sasaran pada saat kebijakan tersebut diimplementasikan. Secara umum dukungan kelompok sasaran pada kebijakan publik disebabkan dari dua hal yaitu lingkungan kebijakan dan permasalahan dalam implementasi kebijakan. Lingkungan kebijakan dapat memberikan input yang berupa dukungan dan tututan terhadap sebuah sistem politik. Kemudian para aktor dalam sistem politik akan memproses atau mengonversi input tersebut menjadi output yang berwujud kebijakan. Kebijakan tersebut akan diterima oleh masyarakat, selanjutnya masyarakat akan memberikan umpan balik dalam bentuk dukungan atau bahkan penolakan kebijakan tersebut. Apabila kebijakan tersebut memberikan insentif, maka masyarakat akan mendukung kebijakan tersebut akan tetapi jika kebijakan tersebut tidak memberikan insentif atau bahkan disinsentif maka akan ada penolakan terhadap kebijakan tersebut (Subarsono, 2005: 17). Dengan demikian maka dukungan kelompok sasaran pada kebijakan publik dapat dilihat dari sebarapa besar manfaat kebijakan untuk kelompok sasaran. Dikaitkan dengan penelitian ini, dukungan kelompok sasaran dapat diartikan persepsi masyarakat mengenai lingkungan dan permasalahan yang terdapat dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya yang kemudian menimbulkan sikap penerimaan serta dukungan atau penolakan dari masyarakat terhadap. Berikut ini akan dijelaskan mengenai dukungan kelompok sasaran terhadap implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya: Tabel Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data Mengenai Dukungan Kelompok Sasaran dalam Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya Indikator Implementasi Dampak Pemahaman mengenai lingkungan organisasi Pemahaman mengenai permasalahan dalam implementasi Sikap dan tindakan Kelompok sasaran mengetahui dan memahami mengenai jampersal, termasuk tujuan dan manfaat Tidak ada kendala yang menghambat peserta dalam memperoleh pelayanan Merasa terbantu dan mendukung ke arah positif terhadap Mendorong timbulnya penerimaan masyarakat terhadap Menimbulkan kemudahan dan kepuasan peserta terhadap pelayanan yang diterima Meningkatkan pencapaian tujuan dan sasaran serta mendorong keberlangsungan dan keberlanjutan Sumber: hasil pengolahan data Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya dapat diterima secara positif oleh masyarakat sebagai kelompok sasaran. Masyarakat menilai bahwa tujuan dan sasaran dari tersebut memberikan manfaat yang besar. Masyarakat bisa menggunakan pelayanan seperti, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan pasca persalinan secara gratis dengan memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut sangat membantu meringankan beban pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Besarnya manfaat dari tersebut menimbulkan penilaian positif dari masyarakat. Penilaian positif tersebut juga dipengaruhi karena adanya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan staf pelaksana di puskesmas Ngrayun dan jaringannya. Peserta melewati proses yang cukup mudah dan lancar terkait dengan persyaratan dan prosedur yang harus dipenuhi serta tidak mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan. Sikap dan tindakan positif dari masyarakat tersebut menimbulkan adanya dukungan dari masyarakat yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai umpan balik positif terhadap

9 . Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai pendorong bagi keberlanjutan implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya. 3. Kesimpulan 3.1 Implementasi Program Jaminan Persalinan () di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya Secara umum, prosedur kepesertaan, pemberian pelayanan dan pelaporan hasil kegiatan dalam sudah dilaksanakan sesuai dengan pedoman dan petunjuk yang ditetapkan. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi peserta adalah fotocopy KTP atau KK. Namun dalam keadaan darurat, masyarakat bisa mendapatkan pelayanan terlebih dahulu dan baru melampirkan persyaratan pendaftarannya di kemudian hari dengan tujuan mengutamakan keselamatan pasien. Dalam di puskesmas Ngrayun terdapat fenomena dimana masyarakat yang awalnya belum mengetahui kemudian menjadi peserta setelah mendatangi puskesmas Ngrayun dan mendapat pemberitahuan serta pengarahan dari para staf pelaksana mengenai adanya. Namun, implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya belum dilaksanakan secara sempurna, seperti pada proses sosialisasi yang belum dilaksanakan secara maksimal, efektif dan menyeluruh terhadap masyarakat sebagai kelompok sasaran. 3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Program di Puskesmas Ngrayun dan Jaringannya 1) Sumber daya manusia sebagai pelaksana dan sumber daya fisik yang berupa fasilitas pendukung sudah cukup memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga dapat mendukung secara positif bagi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya. Untuk sumber daya pendanaan, jaminan pemerintah hanya terbatas pada pelayanan dan tidak menjamin keperluan obat-obatan tambahan yang dibutuhkan oleh pasien. Meskipun demikian, peserta tidak merasa keberatan untuk biaya perobatan karena mereka menilai bahwa sudah memberikan manfaat yang besar melalui pelayanan gratis. 2) Struktur birokrasi terdiri dari beberapa bagian organisasi pelaksana yang saling berkoordinasi dalam implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya. Tindakan implementor dalam memberikan pelayanan sudah sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Kepatuhan aparat pelaksana terhadap SOP tersebut sangat penting untuk mendukung mekanisme pelaksanan agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 3) Proses komunikasi yang dilakukan melalui koordinasi antar bagian struktur organisasi pelaksana dalam implementasi sudah dilakukan dengan cukup jelas, efektif dan efisien melalui berbagai media dan metode komunikasi, seperti rapat atau pertemuan, seminar, surat edaran/ pemberitahuan, instruksi secara langsung, laporan hasil kegiatan, dan lain-lain. Dengan adanya komunikasi tersebut, setiap bagian pelaksana dapat memiliki kesamaan persepsi serta pemahaman mengenai sasaran, tujuan dan prosedur sehingga mempermudah masing-masing bagian dalam menjalankan fungsi dan tugas. 4) Staf pelaksana di puskesmas Ngrayun dan jaringannya memiliki disposisi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari adanya para staf pelaksana yang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman serta memiliki kepatuhan untuk melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing pihak sesuai pedoman dan petunjuk yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa respon staf pelaksana mengarah pada dukungan yang positif terhadap implementasi di puskesmas Ngrayun dan jaringannya. 5) Masyarakat sebagai kelompok sasaran memberikan dukungan positif terhadap karena masyarakat menilai bahwa memberikan manfaat besar yakni mengurangi hambatan finansial bagi masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan pasca persalinan yang berkualitas dan memadai. Pelaksanaan di puskesmas Ngrayun dan jaringannya juga berhasil mengubah pola tindakan masyarakat yang dulu masih sering menggunakan jasa dukun melahirkan atau pengobatan tradisioanal dikarenakan faktor biaya yang lebih terjangkau. Sekarang dengan adanya, masyarakat lebih memilih untuk menjadi peserta sehingga bisa mendapatkan pelayanan medis yang berkualitas dan memadai secara gratis.

10 Agustino, Leo Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Islamy, Irfan Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara.Jakarta: Bina Aksara. Nugroho, Riant Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Soesilowati, Novie Implementasi Program Jamkesmas di Puskesmas Plandaan Jombang. Surabaya: Skripsi Universitas Airlangga. Subarsono, Ag Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syukur, Abdullah M Perkembangan dan Penerapan Studi Implementasi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI. Thoha, Miftah Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tjokroamidjojo, Bintoro Perencanaan Pembangunan. Jakarta: CV Masagung. Wahab, Solichin Abdul Evaluasi Kebijakan Publik. Malang: Penerbit FIA Unibraw dan IKIP. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 27 ayat (2) Undang-Undang pasal 28 H ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 631/Menkes/Per/III/ diakses pada tanggal 26 Mei 2012 Daftar Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi: BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Implementasi Kebijakan Publik a. Konsep Implementasi: Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia dalam bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan secara mudah dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) dan Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena ternyata tidak sesuai dengan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena ternyata tidak sesuai dengan apa yang BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Banyak kebijakan Pemerintah terutama dalam hal pelayanan publik yang dikeluhkan oleh masyarakat karena ternyata tidak sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Good governance merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance tidak menyurut kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deklarasi millenium menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.

Lebih terperinci

KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PERTIWI DAN PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR TAHUN 2012

KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PERTIWI DAN PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR TAHUN 2012 KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PERTIWI DAN PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR TAHUN 2012 Alimin Maidin Fridawaty Rivai Indahwaty A.Sidin a. Latar Belakang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI) kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tahun 2003 di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen kesehatan pada periode 2005-2009.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS, Menimbang : a bahwa dalam rangka menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28H dan Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM JAMPERSAL OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI KABUPATEN BATANG. Abstrak

PELAKSANAAN PROGRAM JAMPERSAL OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI KABUPATEN BATANG.   Abstrak PELAKSANAAN PROGRAM JAMPERSAL OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI KABUPATEN BATANG Rinayati 1), Ambar Dwi Erawati 2), Sri Wahyuning 3) 1)2)3) STIKES Widya Husada email: rinayati82@yahoo.co.id Abstrak Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang menyangkut fisik, mental maupun

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 121 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Airine Yulianda Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG DITINJAU DARI ASPEK KEPESERTAAN

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG DITINJAU DARI ASPEK KEPESERTAAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG DITINJAU DARI ASPEK KEPESERTAAN Oleh : Dwi Indra Jaya, Tri Yuniiningsih, Titik Djumiatri Jurusan Administrasi Publik Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 Karya wijaya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Puskesmas PONED

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan tahun 2005-2025 memberikan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain: ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga miskin. Adapun sasaran

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 64 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada 5 (lima) kesimpulan penelitian. Kesimpulan tersebut disajikan sebagai berikut : 1. Peran pendampingan bidan dalam upaya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Publik Kebijakan publik berasal dari kata kebijakan dan publik. Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah Serangkaian tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut dikategorikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu yang menjadi tujuan dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target MDG 2015 berkaitan dengan

Lebih terperinci

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Di beberapa negara terutama negara berkembang, kesehatan ibu dan anak masih merupakan permasalahan besar. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun sekitar setengah juta perempuan dan satu setengah juta bayi baru lahir kehilangan nyawa dikarenakan komplikasi yang terjadi pada persalinan. Kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kesehatan ibu dengan perhatian utama pada penurunan angka kematian ibu/ AKI merupakan tujuan pembangunan milenium kelima/millennium Development

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang

Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang Oleh : Sefryan Ardi Saputra, Margaretha Suryaningsih, Dewi Rostyaningsih*) Jurusan Administrasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 125 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.3 Implementasi Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Pelayanan Antenatal Care dan Nifas di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Setiap kebijakan yang dibuat pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) diperoleh AKI tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA

ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA 282 Jurnal Administrasi Pembangunan, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013, hlm. 219-323 ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA Farida Yeni dan Kirmizi FISIP Universitas Riau, Kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya pelayanan kesehatan menyeluruh. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, BUPATI SAMBAS PERATURAN BUPATI SAMBAS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN PROGRAM PERSALINAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) BAGI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merumuskan delapan tujuan pembangunan, dua diantaranya adalah komitmen dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal akibat suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memperoleh mutu pelayanan yang layak merupakan keinginan setiap individu. Hal ini menyangkut tentang kepuasaan individu dalam menerima pelayanan yang diberikan oleh

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN DESA DI KABUPATEN JEMBER TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL

TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN DESA DI KABUPATEN JEMBER TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN DESA DI KABUPATEN JEMBER TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL (Level of Village Midwife Knowledges at Jember District of JAMPERSAL/ Delivery Assurance) Eri Witcahyo 1 1 Bagian AKK FKM Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis, karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung berjalan di tempat. Sementara

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN STANDAR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 66 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 66 TAHUN 2012.. TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI SERANG,

TENTANG BUPATI SERANG, BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 70 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 70 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN OLEH DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini membahas dua kelompok pengamatan, pertama terhadap proses pelaksanaan (implementasi) program, dan kedua terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik 1. Konsep Kebijakan Publik Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 adalah menjadi tiga-perempatnya. Angka kematian ibu di Indonesia

Lebih terperinci

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes PENDAHULUAN Latar Belakang GAMBARAN RUJUKAN PERSALINAN SEBELUM DAN SESUDAH PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI RUMAH SAKIT Dr. HARYOTO LUMAJANG Moh. Wildan (Program Studi D.4 Kebidanan Jember, Poltekkes

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (e-mail: lia.amalia29@gmail.com)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (e-mail: lia.amalia29@gmail.com) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN Lia Amalia (e-mail: lia.amalia29@gmail.com) Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK: Dalam upaya penurunan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan antenatal care merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat)

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS KARANG MALANG SEMARANG

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS KARANG MALANG SEMARANG EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS KARANG MALANG SEMARANG Usi Erna Desita ABSTRAK Puskesmas Karang Malang adalah salah satu puskesmas yang dipilih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah di jelaskan di dalam undang undang tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah di jelaskan di dalam undang undang tersebut maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar bagi pembangunan suatu negara, hal ini telah disadari oleh para pendiri bangsa indonesia dengan meletakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan nasional secara menyeluruh. Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengambilan keputusan dalam kesehatan masyarakat akan sangat tergantung dari ketersediaan data dan informasi. Sistem informasi yang baik, proses pengumpulan, analisis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konferensi Nairobi tentang Safe Motherhood tahun Indonesia ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. Konferensi Nairobi tentang Safe Motherhood tahun Indonesia ikut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia internasional sangat memberi perhatian terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini

Lebih terperinci

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI BOS TAHUN 2011 di SMP AL AZHAR 14, SMP 12 dan SMP 29 Kota SEMARANG

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI BOS TAHUN 2011 di SMP AL AZHAR 14, SMP 12 dan SMP 29 Kota SEMARANG STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI BOS TAHUN 2011 di SMP AL AZHAR 14, SMP 12 dan SMP 29 Kota SEMARANG Oleh: Ragil Septiana W, Aufarul Marom, Retna Hanani Jurusan Administrasi Publik Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal s

BAB 1 PENDAHULUAN. prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal s 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir telah menjadi prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal s 2015 ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan di Indonesia saat ini adalah status kesehatan masyarakat yang masih rendah, antara lain ditandai dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi. Target

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Kepensiunan di Indonesia (Studi Kasus:Tinjauan Implementasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Kepensiunan di Indonesia (Studi Kasus:Tinjauan Implementasi 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Peraturan Pelayanan Manajemen Kepensiunan di Indonesia (Studi Kasus:Tinjauan Implementasi Peraturan Direksi Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi dibanding dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang penting, karena salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DENGAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PIPPK di Kecamatan Panyileukan, dapat kita analisa melalui teori implementasi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PIPPK di Kecamatan Panyileukan, dapat kita analisa melalui teori implementasi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Untuk mengetahui faktor apa saja yang mengakibatkan keberhasilan implementasi PIPPK di Kecamatan Panyileukan, dapat kita analisa melalui teori implementasi Edward

Lebih terperinci

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati Deklarasi Millenium di New York pada bulan September 2000. Deklarasi Millenium ini dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian maternal dan neonatal saat ini memang masih menjadi permasalahan di Indonesia, terlihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Pada tahun 1994,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu masalah penting pencapaian pembangunan kesehatan dunia. Pencapaian program KIA dapat dilihat dari Laporan Pemantauan Wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 225 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2010). Angka tersebut masih jauh dari target yang diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 108-117 ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG *), Sudiro **), Lucia Ratna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut defenisi WHO, kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi permasalahan di dunia sampai saat ini. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah Indonesia selalu mengupayakan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah Indonesia selalu mengupayakan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia selalu mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini adalah salah satu amanat dari UUD

Lebih terperinci