Hubungan Antara Kerja Jarak Dekat dengan Miopia pada Penjahit Wanita Departemen Stitching Atletik II Pabrik Sepatu X Tahun 2004

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan Antara Kerja Jarak Dekat dengan Miopia pada Penjahit Wanita Departemen Stitching Atletik II Pabrik Sepatu X Tahun 2004"

Transkripsi

1 Artikel Penelitian Hubungan Antara Kerja Jarak Dekat dengan Miopia pada Penjahit Wanita Departemen Stitching Atletik II Pabrik Sepatu X Tahun 2004 Indah Nurkasih,* Astrid B. Sulistomo,* Tri Rahayu** *Program Pascasarjana, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Program Studi Kedokteran Kerja, Jakarta, **Departemen Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, Jakarta Abstrak: Penelitian bertujuan mengetahui prevalensi miopia pada penjahit dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhinya serta hubungan antara kerja jarak dekat dengan miopia. Desain penelitian adalah cross sectional dengan subjek penelitian terdiri dari 310 penjahit wanita di Departemen Stitching Atletik II Pabrik Sepatu X. Pengumpulan data dilaksanakan mulai April sampai dengan Mei 2004 dengan pengukuran jarak kerja langsung pada subjek, pengukuran iluminasi di tempat kerja dan wawancara menggunakan kuesioner. Status refraksi ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan berkala tahun Variabel bebas terdiri dari usia, ras, lama pendidikan, masa kerja, lama kerja, aktivitas jarak dekat di luar jam kerja, aktivitas jarak dekat total, jarak kerja, iluminasi, vibrasi dan tingkat pengetahuan tentang higiene mata. Variabel tergantung adalah miopia. Terdapat 39 orang (12,6%) penjahit wanita yang mengalami miopia, terdiri dari 36 (92,3%) orang miopia ringan dan 3 (7,9%) orang miopia sedang. Dengan regresi logistik ditemukan hubungan yang bermakna antara kerja jarak dekat dengan miopia (OR 1,206; p=0,001). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor lain dengan miopia. Perlu diteliti lebih lanjut, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pekerja bekerja pada jarak dekat. Kata Kunci: kerja jarak dekat, miopia, penjahit sepatu. 107

2 The Association between Nearwork and Myopia Among Female Shoe Stitchers at X Shoe Factory, 2004 Indah Nurkasih,* Astrid B. Sulistomo,* Tri Rahayu** *Occupational Medicine Master Program, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta **Opthalmology Department, Faculty of Medicine, University of Indonesia/ Cipto Mangunkusumo National Hospital, Jakarta Abstract: The aim of this study was to investigate myopia prevalence among stitchers, influential factors and the relationship between nearwork and myopia. A cross sectional study was performed among 310 female shoe stitchers in Athletic Shoes Stitching II Department of X Shoe Factory. Data was collected from April until May 2004, including measurement of work distance and illumination and interview using questionnaire. Subject s refraction status was determined based on 2003 medical check-up record. Independent variables were age, race, education, working hours, nearwork outside working hour, total hours of nearwork, working distance, illumination, vibration and knowledge about visual hygiene. Dependent variable was myopia. There were 39 (12.6%) miopic female shoe stitchers, consisted of 36 (92.3%) mild myopia and 3 (7.9%) moderate myopia. Logistic regression model revealed a significant association between nearwork and myopia (OR 1.206; p=0.001). No association was found between other factors and myopia. Further study is needed to determine factors that influence nearwork. Key Words: nearwork, myopia, shoe stitchers. Pendahuluan Miopia timbul akibat gangguan pada regulasi pertumbuhan mata. Gangguan regulasi dapat bersifat herediter, yang biasanya mengakibatkan miopia onset muda (usia kurang dari 20 tahun), atau merupakan pengaruh lingkungan, yang biasanya mengakibatkan miopia onset dewasa (usia 20 tahun ke atas). Lingkungan yang mempengaruhi regulasi pertumbuhan mata antara lain adalah nearwork (kerja jarak dekat). 1 Beberapa penelitian telah melaporkan prevalensi miopia yang tinggi di kalangan pekerja dengan jenis pekerjaan jarak dekat antara lain penelitian oleh Simensen et al 2 dan McBrien et al. 3 Pada pabrik sepatu, risiko untuk timbulnya miopia termasuk cukup tinggi khususnya di bagian produksi penjahitan sepatu karena pekerjaan ini dikerjakan dalam jarak dekat. Pabrik sepatu biasanya mempekerjakan sampai ribuan pekerja di Departemen Stitching (menjahit). Jika prevalensi miopia pada pekerjaan jarak dekat sesuai dengan kepustakaan Barat, yaitu berkisar 30%, maka diperkirakan miopia dialami ratusan penjahit. Jika koreksi kaca mata tidak akurat sedangkan pekerja terpajan faktor risiko, yaitu menjahit atau membaca, maka derajat miopia dapat bertambah dan dapat menimbulkan komplikasi yang akan membutuhkan banyak biaya selain semakin banyak jam kerja yang hilang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko miopia, khususnya hubungan antara miopia dengan kerja jarak dekat pada penjahit di pabrik sepatu. Metode Desain penelitian adalah cross sectional dengan subjek penelitian adalah 310 penjahit wanita di Departemen Stitching Atletik II Pabrik Sepatu X. Kriteria inklusi adalah seluruh penjahit wanita di Departemen Stitching Atletik II yang berada di tempat sewaktu penelitian, minimal telah bekerja selama 2 tahun di bagian menjahit, dan bersedia ikut dalam penelitian. Kriteria eksklusi adalah penjahit dengan riwayat memakai kacamata minus sebelum bekerja di pabrik sepatu X dan riwayat trauma mata. Pengumpulan data dilaksanakan mulai April sampai dengan Mei Data primer dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner, pengukuran jarak kerja langsung pada subjek, serta pengukuran iluminasi di tempat kerja dengan luksmeter. Jarak kerja diukur dengan pita meteran dari mata pada posisi kerja ke objek kerja. Pengukuran dilakukan saat responden berada pada posisi kerja yang terlama pada saat menjahit. Iluminasi yang diukur adalah iluminasi lokal pada masing-masing tempat kerja dengan meletakkan luksmeter setinggi meja kerja pada lima titik yang 108

3 Prevalensi Telur Cacing Tambang pada Pasien Anemia berbeda, dan iluminasi merupakan nilai rata-rata dari kelima titik tersebut. Observasi lama kerja dilakukan dengan menghitung berapa lama waktu yang diperlukan oleh responden untuk menyelesaikan satu jahitan dengan menggunakan stopwatch. Hasil penghitungan kemudian dikalikan dengan jumlah jahitan yang dihasilkan pada hari itu, sehingga didapatkan lama kerja dalam jam per hari. Data sekunder didapatkan dari rekam medis, data kepegawaian a dan data hasil pengukuran vibrasi. Status refraksi ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan berkala tahun Variabel bebas terdiri dari usia, ras, lama pendidikan, masa kerja, lama kerja, aktivitas jarak dekat di luar jam kerja, aktivitas jarak dekat total, jarak kerja, iluminasi, vibrasi dan tingkat pengetahuan tentang higiene mata. Variabel tergantung adalah miopia. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui nilai mean dan standar deviasi. Analisis bivariat melalui penentuan OR dengan interval kepercayaan b95%, untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan uji Chi Square dan korelasi Pearson. 4-6 Variabel bebas dikatakan berhubungan bermakna secara statistik dengan myopia apabila mempunyai nilai p<0,05. Analisis multivariat melalui uji regresi logistik dengan melakukan pengolahan variabel bebas yang memiliki nilai p<0,25 pada analisis bivariat. Seluruh data diolah dan dianalisis dengan program SPSS Hasil Dari penelusuran data kepegawaian dan rekam medis didapatkan 638 responden yang memenuhi kriteria inklusi, sedangkan 2 orang dieksklusi. Jumlah responden dibagi rata untuk tiap-tiap line, masing-masing responden per line yang dipilih secara acak, sehingga didapat 310 responden. Jumlah total jam aktivitas jarak dekat berkisar antara 55,6-79,7 jam/minggu (Tabel 1). Responden rata-rata telah bekerja hampir sepuluh tahun dengan lama kerja tujuh jam perhari. Sebanyak 42,6% responden bekerja dengan jarak <30 cm dan 37,4% bekerja dengan iluminasi <300 luks (Tabel 2). Nilai vibrasi yang didapat dari data perusahaan menunjukkan nilai yang masih di bawah nilai ambang (4 m/s 2 ) pada tiap aksis yaitu 1,28 m/s 2 (aksis x), 0,52 m/s 2 (aksis y), dan 3,75 m/s 2 (aksis z). Tabel 1. Sebaran Responden Menurut Karakteristik dan Riwayat Pekerjaan (n=310) Karakteristik Kisaran Mean SD Usia thn 30,42 3,65 Lama pendidikan 6-12 thn 11,26 1,215 Aktivitas jarak dekat lain 8-29 j/mgg 16,12 3,76 Aktivitas jarak dekat total 55,6-79,7 j/mgg 65,02 3,86 Masa kerja 2-15 thn 9,89 3,66 Lama kerja 6,8-7,2 j/hr 6,99 0,11 Tabel 2. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Lingkungan Kerja (n=310) Karakteristik Kisaran Mean SD Jumlah % Jarak kerja cm 32,03 4,01 - <30 cm ,6 - >30 cm ,4 Iluminasi luks ,16 - <300 luks , luks* ,6 *Iluminasi tidak ada yang melebihi 500 luks Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Mata Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan mata, hanya 28 (9,0%) responden yang memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan lainnya kurang. Terlihat dari Tabel 3 semua responden tidak mengetahui mengenai higiene visual, namun semuanya memahami bahwa kerja jarak dekat dan iluminasi yang buruk dapat menimbulkan gangguan kesehatan mata. Tabel 3. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Kesehatan Mata (n=310) Pengetahuan Benar (%) Pengaruh membaca, menjahit dan menonton TV pada 100 jarak dekat dengan kesehatan mata Pengaruh lampu yang kurang terang terhadap kesehatan 100 mata Perlunya pemeriksaan mata saat medical check-up 100 Pengaruh istirahat terhadap gangguan mata lelah 7,1 Pengaruh mata tidak berakomodasi untuk mengurangi 0 gangguan mata Gangguan mata lelah dapat sembuh dengan sendirinya 0 Pengaruh posisi kerja terhadap gangguan kesehatan mata 0 Pemakaian kacamata minus sebagai alat bantu kerja 5,8 Pengaruh pekerjaan menjahit terhadap kesehatan mata 4,2 Prevalensi Miopia Prevalensi miopia pada penjahit wanita di Departemen Stitching Atletik II Pabrik X adalah 12,6%. Klasifikasi miopia pada 39 pekerja ditampilkan di Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Miopia pada Penjahit Wanita Departemen Stitching Atletik II (N=39) Klasifikasi Jumlah % Menurut derajat miopia: - Miopia ringan 36 92,3 - Miopia sedang 3 7,7 Menurut lokasi miopia: - Miopia pada kedua mata 31 79,5 - Miopia pada satu mata 8 20,5 thn=tahun, j=jam, mgg=minggu, hr=hari 109

4 Analisis Bivariat Tabel 5. Hubungan Bivariat antara Karakteristik, Lingkungan Kerja dan Tingkat Pengetahuan Responden dengan Miopia (n=310) Variabel Miopia n=310 95% CI Ya Tidak Nilai p OR Min Maks n=39 n=271 n % n % Usia (tahun): - < , ,9 1,04 0,53 2,04 - > , ,5 0,89 1,00* Lama pendidikan (tahun): - > , ,6 1,62 0,60 4,33 - <9 5 1, ,8 0,34 1,00* Masa kerja (tahun): - > , ,1 0,99 0,51 1,96 - < , ,3 0,99 1,00* Lama kerja (jam): - >7 21 6, ,1 0,59 0,29 1,16 - <7 18 5, ,4 0,12 1,00* Aktivitas jarak dekat lain per minggu: - >16 jam 14 4, ,13 0,56 2,27 - <16 jam 25 8, ,4 0,74 1,00* Aktivitas jarak dekat total per minggu: - >65 jam 17 5, ,5 1,24 0,63 2,45 - <65 jam 22 7, ,9 0,53 1,00* Jarak kerja (cm): - < , ,2 2,14 1,08 4,23 - > , ,3 0,03 1,00* Iluminasi (luks): - < , ,9 0,93 0,46 1, , ,5 0,83 1,00* Tingkat pengetahuan: - Kurang 33 10, ,3 0,49 0,19 1,29 - Cukup 6 1,9 22 7,1 0,14** 1,00* *sebagai pembanding, **Fisher s Exact test Analisis dengan korelasi Pearson menghasilkan korelasi yang bermakna antara faktor iluminasi dengan jarak kerja (p=0,002) dengan arah korelasi positif, walaupun kekuatan korelasi lemah (koefisien korelasi 0,174). 6 Analisis Multivariat Berdasarkan analisis multivariat didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan miopia adalah jarak kerja (p=0,001) dengan peningkatan risiko miopia sebanyak 20% (OR 1,206; 95% CI 1,08 1,345) pada pekerja yang melakukan aktivitas jarak dekat dibandingkan dengan pekerja yang tidak. Diskusi Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dihadapi, antara lain dalam desain penelitian dan keakuratan data. Dengan desain studi cross sectional hanya dapat diamati kondisi responden dalam waktu sesaat, sehingga tidak dapat diamati kondisi yang ada sebelum penelitian dilaksanakan misalnya cara kerja responden, kondisi tempat kerja, dll. Namun dari perusahaan didapatkan informasi bahwa tidak ada perubahan proses kerja selama ini, sehingga keadaan sekarang dapat mewakili kondisi selama ini. Selain itu juga tidak dapat diketahui bagaimana perkembangan miopia responden apakah statis atau menjadi miopia sedang. Selain itu, pekerja yang mengalami miopia berat mungkin sudah tidak bekerja di situ lagi, karena mengganggu kemampuan kerjanya. Beberapa data diperoleh berdasarkan pernyataan responden yang sangat tergantung pada daya ingat, misalnya dalam menjawab pertanyaan mengenai lama waktu melakukan aktivitas jarak dekat lain per hari, sehingga mungkin saja terdapat data yang tidak menggambarkan hal yang sesungguhnya. Tetapi hal tersebut terjadi secara random, sehingga bila terjadi akan menurunkan risiko yang sebenarnya. Selain itu, data sekunder berupa hasil pengukuran vibrasi diambil secara acak pada satu jenis mesin jahit pada satu line produksi, tetapi pada umumnya jenis dan tahun pembuatan mesin jahit sama Prevalensi miopia yang ditemukan pada penelitian ini (12,6%) berbeda dengan prevalensi miopia pada kerja jarak dekat yang lain. Pada kerja jarak dekat membaca di kalangan 110

5 mahasiswa, prevalensi miopia ditemukan sebesar 66%, pada pekerja dengan mikroskop prevalensi miopia ditemukan sebesar 33% sedangkan pada operator komputer prevalensi miopia sebesar 79%. 3,7,8 Perbedaan prevalensi ini dapat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Pada pekerja dengan mikroskop, penggunaan lensa mikroskop dengan pembesaran yang dapat diubah-ubah dapat mempengaruhi daya akomodasi mata. 3 Demikian pula halnya dengan pengaruh gelombang sinar yang dihasilkan dari layar komputer pada operator komputer karena sinar biru dikatakan paling bersifat miopigenik, 8 serta aktivitas saccadic mata pada saat membaca dapat mempengaruhi akomodasi mata. 9 Pada penjahit, yang dihadapi adalah objek jahitan yang berukuran kecil dan jahitan yang harus dijahit menurut pola tertentu dengan target jahitan per jam. Penjahit juga terpajan vibrasi yang dihasilkan mesin jahit dan menurut penelitian vibrasi dapat mempengaruhi terjadinya miopia. Pada penjahit kesempatan untuk tidak berakomodasi lebih banyak dibandingkan dengan jenis pekerjaan pada studi lain. Pajanan vibrasi tidak dapat diteliti karena hanya terdapat data pada satu sampel. Jika dibandingkan dengan prevalensi pada masyarakat umum di Riau, prevalensi ini pun masih lebih rendah. Saw et al 10 menyatakan bahwa karakteristik masyarakat Riau menyerupai masyarakat Singapura karena banyak dijumpai ras Cina. Oleh karena itu, ras mungkin mempengaruhi prevalensi miopia di Riau, 10 selain jenis pekerjaan (kerja jarak dekat), riwayat keluarga miopia, dan faktor lainnya. Pada desain cross sectional ini, diagnosis miopia diperoleh dari rekam medis berdasarkan medical check-up yang dilakukan satu tahun sebelumnya. Berdasarkan literatur, progresivitas miopia rata-rata 0,05 D per tahun. 8 Literatur lain mengatakan progresivitas miopia selama 2 tahun adalah -0,58 D. 3 Dalam penelitian ini miopia didiagnosis dengan koreksi minimal -0,5 D, sehingga diagnosis miopia pada rekam medis tersebut masih dianggap mewakili keadaan mata subjek penelitian pada saat penelitian dilakukan. Diagnosis miopia dilakukan secara subjektif dengan menggunakan kartu Snellen dan lensa coba karena murah dan mudah untuk dilakukan, dengan hasil yang cukup akurat. 11 Berdasarkan klasifikasi miopia, terlihat bahwa sebagian besar subjek penelitian (92,3%) menderita miopia ringan. Hal ini sesuai dengan literatur 1 bahwa pada individu tanpa faktor predisposisi miopia yang terpajan faktor miopigenik secara terus-menerus (misalnya kerja jarak dekat) pada akhirnya dapat mengalami miopia ringan. Menurut analisis bivariat, kerja jarak dekat (jarak <30 cm) merupakan faktor risiko miopia pada penjahit sepatu. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari US National Academy of Sciences yang menyatakan bahwa mengerjakan kerja jarak dekat menempatkan seseorang pada risiko miopia. 12 Penelitian lain pada berbagai jenis kerja jarak dekat juga menunjukkan hal yang sama. 2,6,7,12-15 Pada penelitian ini hubungan ras dengan risiko miopia tidak dapat diteliti, karena seluruh subjek ras Indonesia asli. Ras yang dianggap mempengaruhi risiko terjadinya miopia adalah ras Cina, seperti disebutkan dalam beberapa penelitian sebelumnya Usia tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan risiko terjadinya miopia, walaupun sebuah literatur mengatakan bahwa miopia onset dewasa dapat terjadi pada usia di atas 20 tahun dan dianggap dipengaruhi oleh lingkungan (misalnya jenis pekerjaan atau iluminasi). 3,11 Walaupun demikian, terlihat kecenderungan penderita miopia lebih banyak dijumpai pada usia 30 tahun. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan lingkungan dapat mempengaruhi miopia sampai dengan usia tahun. 16 Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara lama pendidikan dengan risiko miopia. Beberapa literatur dan penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pencapaian pendidikan dengan prevalensi dan progresivitas refraksi miopia. Hal ini mungkin disebabkan pada penelitian ini responden adalah penjahit yang kurang mempunyai kebiasaan membaca dibandingkan dengan mahasiswa, manajer atau juru tulis yang merupakan responden pada penelitian lain. 1,13,18 Masa kerja sebagai penjahit pada penelitian ini secara statistik tidak berhubungan dengan miopia. Diasumsikan bahwa semakin lama masa kerja menjahit, berarti pajanan kerja jarak dekat semakin lama dan risiko untuk timbulnya miopia semakin besar pula. Pada penelitian ini terlihat kecenderungan semakin lama masa kerja (>10 tahun) semakin banyak dijumpai penderita miopia, walaupun hubungan yang ditemukan tidak bermakna secara statistik. Dalam penelitian ini lama kerja tidak berhubungan bermakna dengan miopia, karena kisarannya sangat sempit, yaitu 6,8-7,2 jam. Bisa dikatakan semua pekerja mempunyai lama kerja yang sama jumlah jam kerja per harinya, sehingga hasil uji statistik tidak menunjukkan kemaknaan. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kinge et al 18 terhadap mahasiswa teknik yang menemukan hubungan bermakna antara lama membaca dan kerja jarak dekat lain dengan risiko terjadinya miopia. Mungkin hal ini juga dipengaruhi oleh jenis kerja jarak dekat yang dilakukan, yaitu pada saat membaca terdapat komponen saccadic mata yang mempengaruhi kerja otot mata, sehingga kelelahan mata lebih cepat timbul dan risiko timbulnya miopia lebih besar. 9,15 Aktivitas jarak dekat yang dilakukan di luar jam kerja tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan miopia. Hal ini mungkin disebabkan rata-rata lama responden melakukan aktivitas jarak dekat adalah 2 jam per hari. Literatur menyatakan bahwa miopia temporer yang diinduksi oleh kerja jarak dekat terjadi setelah 4 jam kerja jarak dekat terus-menerus per hari. 19 Aktivitas jarak dekat total juga tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan miopia. Hal ini mungkin disebabkan lama kerja tiap responden yang tidak jauh berbeda 111

6 dan rata-rata aktivitas jarak dekat di luar jam kerja yang kurang dari 4 jam per hari. Iluminasi yang diukur di tempat kerja sebagian besar (62,6%) telah sesuai dengan peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964, yaitu sebesar luks, walaupun masih terdapat tempat kerja dengan iluminasi kurang dari 300 luks. 9 Walaupun dengan uji chi-square iluminasi tidak berhubungan secara bermakna dengan miopia pada penelitian ini, namun didapatkan korelasi yang bermakna antara iluminasi dengan jarak kerja (p=0,002) dengan kekuatan korelasi 0,174. Korelasi tersebut positif yang berarti perubahan iluminasi akan diikuti perubahan miopia namun kekuatan korelasi hanya 0,174 menunjukkan korelasi antara iluminasi dengan miopia sangat lemah. 6 Berdasarkan literatur, iluminasi yang kurang memadai dapat menimbulkan kelelahan mata akibat kontraksi otot siliaris yang terus-menerus untuk mendapatkan penglihatan yang baik. Kelelahan mata pada akhirnya dapat mempengaruhi timbulnya miopia, sehingga masalah iluminasi sebaiknya diperhatikan oleh perusahaan. Selain itu karena iluminasi yang kurang memadai, pekerja cenderung untuk mendekatkan objek ke mata guna memperoleh penglihatan yang lebih jelas. Pada pengamatan di lapangan, di beberapa tempat kerja kebersihan lampu kurang terjaga sehingga terkesan suram dan beberapa diletakkan tidak sesuai dengan bidang kerja, sehingga cahaya yang mengenai bidang kerja tidak mencukupi. Intervensi iluminasi yang dapat dilakukan misalnya dengan maintenance yang baik pada lampu kerja, penempatan lampu yang tepat atau penambahan jumlah luks sehingga memenuhi standard yang ditetapkan. Pada penelitian ini, data vibrasi diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh perusahaan secara acak terhadap penjahit yang dianggap mewakili secara keseluruhan. Nilai vibrasi yang didapat masih di bawah nilai ambang batas (NAB), yaitu 4 m/s. 2,10 Pada pengamatan di lapangan, terdapat beberapa mesin jahit dengan ukuran dan fungsi yang berbeda, serta terdapat mesin jahit komputer maupun manual. Karena data vibrasi hanya diperoleh secara acak pada satu jenis mesin jahit (jenis komputer) maka tidak dicari hubungan antara vibrasi dengan risiko terjadinya miopia. Berdasarkan wawancara dengan kuesioner, sebagian besar responden (91%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai higiene visual. Hal ini mungkin disebabkan mereka tidak pernah mendapatkan penyuluhan mengenai higiene visual. Secara statistik, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan miopia yang mungkin disebabkan lebih dari 90% responden mempunyai tingkat pengetahuan kurang. Selama ini jika responden megabaikan gangguan penglihatan yang dialami, misalnya penglihatan buram, mata pegal atau perih. Selain itu, di lapangan juga dijumpai beberapa responden yang sebelum penelitian ini telah didiagnosis miopia (dan telah dikonfirmasi dengan hasil rekam medis) namun tidak menggunakan kacamata dengan alasan mengganggu pekerjaan, tidak sempat membuat kacamata atau sekarang tidak ada keluhan penglihatan. Dari pertanyaanpertanyaan yang diajukan mengenai higiene visual, pekerja tidak mengetahui apa yang harus dilakukan jika mata mereka mengalami gangguan kelelahan akibat kerja menjahit yang dilakukan. Semua pekerja tidak mengistirahatkan mata ataupun melihat benda-benda jauh agar mata tidak berakomodasi. Sebagian besar menjawab bahwa mata lelah akan sembuh dengan sendirinya. Mereka juga tidak mengetahui bahwa posisi kerja yang nyaman akan mengurangi gangguan tersebut. Selain itu, sebagian besar menjawab bahwa kacamata minus tidak harus selalu dipakai pada saat bekerja. Sebagian besar responden juga tidak mengetahui bahwa pekerjaan menjahit dapat mengganggu kesehatan mata. Namun, mereka telah mengetahui bahwa aktivitas yang dilakukan dalam jarak dekat dan penerangan yang kurang dapat menimbulkan gangguan kesehatan mata, serta bahwa mata perlu diperiksa secara rutin saat medical check-up. Dapat dilihat bahwa penyuluhan higiene visual mengenai posisi kerja yang nyaman dan alamiah (jarak tidak dekat) dan usaha mencegah kelelahan mata perlu dilakukan oleh perusahaan. Pada regresi logistik hanya kerja jarak dekat yang menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan miopia, yaitu meningkatkan risiko menderita miopia sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan pekerja yang tidak melakukan aktivitas jarak dekat. Hal ini sesuai dengan beberapa literatur seperti yang telah disebutkan sebelumnya. 2,7,10,13-16 Secara keseluruhan, lebih dari separuh responden tidak bekerja pada jarak dekat, iluminasi sebagian besar ruangan telah memadai dan prevalensi miopia relatif rendah (12,6%) maka bisa disimpulkan lingkungan kerja di Departemen Stitching Atletik II telah cukup baik dan cenderung bukan merupakan risiko miopia. Kesimpulan dan Saran Didapatkan prevalensi miopia 12,6%. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai higiene visual. Kerja jarak dekat berhubungan dengan miopia, sedangkan faktor-faktor lain (usia, lama pendidikan, masa kerja, aktivitas jarak dekat lain, dan iluminasi) tidak berhubungan bermakna dengan miopia. Pihak perusahaan disarankan memberikan penyuluhan mengenai higiene visual terutama kepada para penjahit, antara lain bagaimana jarak kerja dan posisi kerja yang nyaman sehingga mereka terhindar dari gangguan mata akibat pekerjaannya. Daftar Pustaka 1. Fredrick DR. Myopia clinical review. Br Med J. 2002;324: McBrien NA, Adams DW. A longitudinal investigation of adult- 112

7 onset and adult-progression of myopia in an occupational group: refractive and biometric findings. Invest Ophthalmol Vis Sci. 1997;38: Simensen B, Thorud L. Adult-onset myopia and occupation. Acta Ophtalmologica. 1994;72: Sastroasmoro S, Ismed S, editor. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa Aksara; Basuki B. Aplikasi metode kasus-kontrol. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI; Basuki B. Statistik parametrik. Dalam: Kumpulan bahan kuliah epidemiologi biostatistik. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI; Loman J, Quinn GE, Kamoun L, Ying GS, Maguire MG, Huderman D, et al. Darkness and nearwork: myopia and its progression in third-year law students. Ophthalmology. 2002;109: Muhdahani. Pengaruh monitor komputer terhadap timbulnya miopia pada operator komputer [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; Kroemer KHE, Grandjean E, editors. Fitting the task to the human. 5 th edition. London: Taylor&Francis Ltd; Saw SM, Gazzard G, Koh D, Farook M, Widjaja D, Lee J, et al. Prevalence rates of refractive errors in Sumatra, Indonesia. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2002;43: Abrams DA. Duke-Elder s practice of refraction. 10 th edition. Edinburgh: Churchill Livingstone; Goss DA. Nearwork and myopia (commentary). The Lancet. 2000;356: Shimizu N, Nomura H, Ando F, Niino N, Miyake Y, Shimokata H. Refractive errors and factors asociated with myopia in an adult japanese population. Jpn J Ophthalmol. 2003;47: Saw SM, Wu HM, Seet B, Wong TY, Yap E, Chia KS, et al. Academic achievement, close up work parameters, and myopia on Singapore military conscripts. Br J Ophthalmol. 2001;85: Saw SM, Chin SE, Chan SJ. Relation between work and myopia in Singapore women. Optom Vis Sci. 1999;76: Seet B, Wong TY, Tan DTH, Saw SM, Balakrishnan V, Lee LKH, et al. Myopia in Singapore: taking a public health approach. Br J Ophthalmol. 2001;85: Saw SM, Zhang MZ, Hong RZ, Fu ZF, Pang MH, Tan DT. Nearwork activity, night-lights, and myopia in the Singapore-China study. Arch Ophthalmol. 2002;120: Kinge B, Midelfart A, Jacobsen G, Rystad J. The influence of nearwork on development of myopia among university students: a three-year longitudinal study among engineering students in Norway. Acta Ophthalmol Scand. 2000;778: Ciuffreda KJ, Lee M. Differential refractive susceptibility to sustained nearwork. Ophthalmic Physiol Opt. 2002;22: EV 113

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Correlation LifeStyle and Myopia in Students of Faculty of Medicine and Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi di mana sinar-sinar sejajar garis pandang pada keadaan mata tidak berakomodasi difokuskan di depan retina. Miopia dapat

Lebih terperinci

Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010

Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010 429 Artikel Penelitian Hubungan Lama Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010 Mutia Maulud Fauziah 1, M. Hidayat 2, Julizar 3 Abstrak Miopia adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian ini dilakukan selama bulan September 2012 sampai selesai di Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur Artikel Penelitian Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur Dedy Fachrian,* Arlia Barlianti Rahayu,* Apep Jamal Naseh,* Nengcy E.T Rerung,* Marytha Pramesti,* Elridha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bayangan benda yang jauh jatuh di depan retina (Schmid, 2015). Menurut survei

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bayangan benda yang jauh jatuh di depan retina (Schmid, 2015). Menurut survei BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Miopia atau rabun jauh merupakan keadaan di mana penglihatan seseorang menjadi rabun untuk melihat benda yang jaraknya jauh, hal ini terjadi karena bayangan benda yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA Sepnita Usman Efhandi Nukman Eka Bebasari Email: sepnita.usman@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. 39 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2011-2014 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1

Lebih terperinci

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy**

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy** Artikel Penelitian Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Sahara Miranda* Elman Boy** *Program Profesi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar pengetahuan tentang dunia disekeliling kita didapat melalui mata. Sekitar 95% informasi yang diterima otak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil pada usia remaja 2, namun pada sebagian orang akan menunjukkan perubahan ketika usia dewasa

Lebih terperinci

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL HANG TUAH MEDICAL JOURNAL http://journal-medical.hangtuah.ac.id/ Hubungan Lama Membaca dan Menggunakan Komputer Dengan Ametropia pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Hang Tuah Semester VII Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN IBU HAMIL MEMILIH PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI POLIKLINIK KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem Informasi Akadamik Terpadu (SIAT) program studi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu Obstetrik dan Ginekologi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan rancangan penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu dilakukan tanpa

Lebih terperinci

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN.

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN. HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN Oleh: RIA AMELIA 100100230 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 HUBUNGAN

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2011-2014 Yustina Elisa Febriany 1, Kentar Arimadyo 2, Tuntas Dhanardhono 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gangguan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. Miopia adalah gangguan refraksi yang disebabkan sumbu optik bola mata lebih panjang, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia, prevalensi kelainan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU Elda Nazriati Dan Chandra Wijaya (Department Of Physiology, Medical Faculty

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN METAKOGNITIF, LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

PENGARUH KEMAMPUAN METAKOGNITIF, LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PENGARUH KEMAMPUAN METAKOGNITIF, LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN POLTEKKES BHAKTI MULIA SUKOHARJO TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu

Lebih terperinci

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS Tujuan Pemeriksaan: 1. Menentukan jenis lensa bantu yang memberikan penglihatan paling jelas untuk mengkoreksi kelainan refraksi

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan gaya hidup atau lifestyle dengan kejadian miopia pada mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mata merupakan salah satu syarat penting untuk menyerap berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, namun gangguan terhadap

Lebih terperinci

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan M. Sudiat 1, Afiana Rohmani 1, Okie Ayu A. 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN RELIGIUSITAS, KONSEP DIRI DAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk mencapai Derajat

Lebih terperinci

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM. HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN RUMAH SEHAT DI KELURAHAN PEKAN SELESEI KECAMATAN SELESEI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2010 Oleh: ROY ANTONIUS TARIGAN NIM. 061000113

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa

BAB I PENDAHULUAN. dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DERAJAT FAUZAN NARDIAN G0011065 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan 34 III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan desain retrocpective cross sectional. Penelitian retrospektif adalah pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik menggunkan desain penelitian cross sectional. Menurut Riyanto

BAB III METODE PENELITIAN. analitik menggunkan desain penelitian cross sectional. Menurut Riyanto BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian observational analitik menggunkan desain penelitian cross sectional. Menurut Riyanto (2011) desain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder berupa rekam

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder berupa rekam 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dipakai adalah studi retrospektif dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder berupa rekam

Lebih terperinci

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG Septi Nova Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Email : septinova10@gmail.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA Tesis Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Dokter Spesialis Mata Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI Rifqi Aziz Fauzian 1, Fifin Luthfia Rahmi 2, Trilaksana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Unsafe Action : Posisi gadget. Jarak pandang gadget Lamanya waktu gadget. Keluhan Subyektif Gangguan Kesehatan Mata Pencahayaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN ANGGOTA BINA KELUARGA BALITA (BKB) DALAM KEGIATAN BKB DI BANJAR MANUKAYA LET DESA MANUKAYA KECAMATAN TAMPAKSIRING KABUPATEN GIANYAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN SIDOARJO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2014 Meisye S. Hanok*, Budi T. Ratag*, Reiny A. Tumbol** *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SYLVA MEDIKA PERMATASARI G0010186 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Obstetri dan Ginekologi 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Januari-Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH i HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DOKTER TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN DATA REKAM MEDIS DOKTER YANG BERTUGAS DI BANGSAL ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE 1-31 AGUSTUS 2010 The Relationship

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PADA INFORMASI MP-ASI DI BUKU KIA DENGAN PEMBERIAN MP-ASI BALITA USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN BANDARHARJO SEMARANG UTARA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG Octaviany P. Harjo, 2008. Pembimbing I: Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG HUBUNGAN LINGKUNGAN KELAS TERHADAP KELAINAN REFRAKSI MIOPIA PADA SISWA KELAS 5 SD DI SD X SEMARANG Lutfi Andrias, Hanifa Maher Denny, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Beban Kerja Perawat dengan Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di IRNA IGD RSUP Sanglah Denpasar Putri Mastini 1,2, N.T. Suryadhi 2,3,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran Faris Budiyanto G0012074

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN, MASA KERJA DAN LAMA KERJA DENGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN, MASA KERJA DAN LAMA KERJA DENGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN, MASA KERJA DAN LAMA KERJA DENGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN Agus Suherman, 1 Ulfa Nurulita 1, Rahayu Astuti 1 1 Fakultas

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode ini merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG Adina Pertamigraha, 2008; Pembimbing I : Aloysius Suriawan, dr.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 1 Sri S. Ningsih, 2 Fransiska Lintong 3 Jimmy F. Rumampuk 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG TERHADAP PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUTAR KECAMATAN PAGARAN KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE, KABUPATEN BIMA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SISWA SMA UNTUK MEWUJUDKAN RUMAH BEBAS ASAP ROKOK DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 I KADEK AGUS DARMA PUTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Salah satu aspek perkembangan teknologi ini ditandai dengan adanya permainan audiovisual

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JURNAL VISIKES - Vol. 12 / No. 2 / September 2013 TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Kriswiharsi Kun Saptorini *), Tiara

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN

HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2007-2009 Oleh: MOHD REDZUAN BIN NORAZLAN 070100305 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 HUBUNGAN KEBIASAAN

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV. HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.X GARMEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER (TIO) ANTARA MATA MIOPIA DAN MATA EMETROPIA PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER (TIO) ANTARA MATA MIOPIA DAN MATA EMETROPIA PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNS SKRIPSI PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULER (TIO) ANTARA MATA MIOPIA DAN MATA EMETROPIA PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PUTRI NUR KUMALASARI G0012167

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK LUH DEVI PRIYANTHI ASDIANA 1120025061 PROGRAM

Lebih terperinci

radiografi konvensional merupakan penelitian analitik dengan menggunakan

radiografi konvensional merupakan penelitian analitik dengan menggunakan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian tingkat kepuasan pasien rawat jalan pada tiga penyedia layanan radiografi konvensional merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB II. METODE PENELITIAN BAB II. METODE PENELITIAN A. Kategori dan rancangan penelitian Berdasarkan tujuan dan fungsinya, penelitian ini diklasifikasikan dalam penelitian cross sectional dan dianalisis secara analitik. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Posisi menggunakan gadget Jarak pandang saat menggunakan gadget Variabel Terikat Ketajaman Penglihatan Lama waktu penggunaan gadget Penerangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti

Lebih terperinci

I KOMANG AGUS SETIAWAN

I KOMANG AGUS SETIAWAN TESIS USIA LEBIH DARI 45 TAHUN, JUMLAH LEKOSIT, RIWAYAT KONSUMSI ALKOHOL DAN KONSUMSI OBAT NSAID SEBAGAI FAKTOR RISIKO PADA ULKUS PEPTIKUM PERFORASI DI BAGIAN BEDAH RSUP SANGLAH I KOMANG AGUS SETIAWAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSALINAN DENGAN KESIAPAN PRIMIGRAVIDA MENGHADAPI PERSALINAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI Bertha Melisa Purba, 2011 Pembimbing : I. Winsa Husin, dr., M.Sc., M.Kes., PA(K)

Lebih terperinci